Anda di halaman 1dari 7

PEDOMAN PEMAKAIAN IMPLAN

UNIT KAMAR OPERASI


RUMAH SAKIT IBU & ANAK BELLEZA KEDATON
TAHUN 2020
A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pada pedoman ini meliputi mulai dari persiapan, tindakan operasi dan post
operasi yang menggunakan alat implan. Ruangan yang menggunakan implan di antaranya
Kamar Operasi dan Ruang Bersalin.
BAB II
TATA LAKSANA

A. DEFINISI
Implan adalah bahan atau materi yang secara buatan di pasang pada tubuh manusia.

B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pada pedoman ini meliputi mulai dari persiapan, tindakan operasi dan post
operasi yang menggunakan alat implan. Ruangan yang menggunakan implan di antaranya
Kamar Operasi dan Ruang Bersalin

C. TATALAKSANA
HAL HAL YANG DIPERHATIKAN PEMAKAIAN IMPLAN
1. Pemilihan implant berdasarkan peraturan perundang-undangan
Berdasarkan peraturan perundang-undangan implan yang digunakan tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Dalam
pemilihan implant RSIA Belleza Kedaton memperhatikan beberapa kriteria
pemilihan diantaranya:
a. Inert
b. Tidak toksik terhadap tubuh
c. Tidak korosif
d. Kuat
e. Resisten tinggi terhadap kelemahan
f. Mudah dipasang sesuai dengan peraturan perundang – undangan

2. Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implant di kamar


operasi operasi dan pertimbangan khusus
Sebelum operasi dimulai, saat pelaksanaan time out, petugas memastikan kesiapan
instrumen bedah termasuk kesiapan impalant yang akan dipasang

3. Kualifikasi dan Pelatihan Staf


a. Seluruh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang terkait dalam penggunaan
alat kesehatan implan memahami beberapa hal seperti:
1) Proses yang berhubungan dengan pemasangan alat implant
2) Proses penyimpanan alat implant
3) Risiko dan kejadian yang tidak diharapkan terkait alat implan serta tata
cara penanggulangannya.
4) Proses monitoring dan evaluasi serta pelaporan kejadian morbiditas dan
mortalitas terkait alat kesehatan implan.
b. Kualifikasi dokter pemasang implan harus memiliki kompetensi sesuai
dengan bidang keilmuannya.
c. Kualifikasi perawat yang membantu dokter saat pemasangan implan sebagai
berikut:
1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan atau kebidanan.
2) Memiliki pengalaman dibidang bedah.

4. Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implant
a. Laporan tertulis dari dokter operator tentang kejadian implan yang digunakan.
b. PIC Unit Kamar Operasi berkordinasi PIC Instalasi farmasi terkait masalah
yang terjadi.
c. PIC Unit Kamar Operasi dan PIC Instalasi Farmasi menyampaikan laporan
tertulis terkait kejadian yang tidak diharapkan dan kronologisnya dari dokter
operator kepada Direktur.
d. Direktur RSIA Belleza Kedaton membuat surat mengenai kejadian yang tidak
diharapkan yang menyebabkan insiden keselamatan pasien kepada perusahaan
penyedia alat implan tersebut.

5. Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dengan standar/aturan pabrik


a. Laporan tertulis dari dokter operator tentang malfungsi implan yang
digunakan.
b. PIC Unit Kamar Operasi berkordinasi PIC Instalasi farmasi terkait masalah
yang terjadi.
c. PIC Unit Kamar Operasi dan PIC Instalasi Farmasi menyampaikan laporan
tertulis terkait malfungsi implan dan kronologisnya dari dokter operator
kepada Direktur.
d. Direktur RSIA Belleza Kedaton membuat surat mengenai malfungsi implan
yang menyebabkan insiden keselamatan pasien kepada perusahaan penyedia
alat implan tersebut.
6. Pertimbangan pengendalian infeksi
Pencegahan Infeksi merupakan tahap paling penting untuk mencegah komplikasi
implantasi. Pencegahan dan pengendalian infeksi dilakukan dengan tata laksana
antiseptik yang baik saat implantasi. Upaya pencegahan harus berfokus pada
strategi meminimalkan peluang kontaminasi terhadap setiap alat kesehatan implan
pada prosedur implantasi dilaksanakan.

Dilakukan antiseptik daerah operasi dapat menurunkan risiko infeksi luka operasi.
Seluruh pasien harus mendapat antibiotika profilaksis sebelum implantasi.
Pemberian antibiotika profilaksis rutin pada tindakan pemasangan implan.

Pemakaian alat implan harus didasari oleh tehnik aseptik yang sudah
ditetapkan,dan memperhatikan instruksi pabrikan dilabel cara perlakuan dan
pemasangan dengan memperhatikan kaidah pencegahan dan pengendalian infeksi
yang telah ditetapkan oleh tim Pencegah dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.

7. Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi


Pasien yang pulang paska pemasangan implan, harus mendapat edukasi mengenai
alat implant yang dipasang, risiko, serta perhatian khusus serta cara mendapat
pertolongan bila terjadi sesuatu yang berhubungan dengan prosedur yang telah
dilakukan.

8. Penelusuran (Tracing) dan Penarikan Kembali (Recall)


a. Rumah sakit melakukan dokumentasi implan meliputi identitas pasien, jenis
dan ukuran implan serta nomor seri implan yang digunakan.
b. Bila implan yang dipasang dilakukan penarikan kembali (recall), rumah sakit
dapat melakukan telusur (tracing) terhadap pasien terkait.
c. Penulusuran (tracing) dan penarikan kembali (recall) dilakukan jika:
Adanya kejadian yang tidak diharapkan pada alat implan tertentu
1) Adanya kegagalan produksi
2) Diperlukan recall oleh pembuat
d. Penulusuran (tracing) dan penarikan kembali (recall) dilakukan dengan
menggunakan catatan pengguna implan yang mencantumkan :
1) Penempelan barcode berupa nomor batch model atau serial dari alat
tersebut.
2) Nama dan No RM pasien yang dipasang implan.
3) Tanggal pemasangan alat implan pada pasien.
4) Nama dokter yang memasang alat kesehatan implan.
5) Nama dokter yang memantau pasien jika berbeda dengan dokter
memasang implan.
9. Monitoring dan Evaluasi
a. Monitoring dan evaluasi ketersediaan alat implan dilakukan secara rutin
setiap bulan oleh Instalasi Farmasi.
b. Monitoring dan evaluasi penggunaan implan dilakukan oleh PIC Unit kamar
operasi dan PIC instalasi farmasi.

IMPLAN YANG DIGUNAKAN


1. Hernia Mesh
2. IUD

D. DOKUMENTASI
Penggunaan implan pada pasien di lakukan pada rekam medis.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Implan merupakan alat kesehatan yang di pasang pada tubuh manusia. Maka diperlukan
suatu pedoman untuk mengelola dengan baik dan menjaga kondisi dan fungsi secara
optimal. Pemakaian implan harus dilakukan dokumentasi supaya memudahkan jika terjadi
yang tidak diharapkan dan malfungsi, lalu di lakukan penelusuran (tracing) dan dilakukan
penarikan (recall). Pedoman pemakaian implan ini disusun untuk memberikan informasi
tentang pemaikan implan. pedoman ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksana pemakaian
implan.

B. SARAN
Semoga pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak dengan harapan mutu pelayanan dapat
dijaga. Tidak lupa, sesuai perkembangan ilmu hendaknya pedoman ini secara berkala
dievaluasi dan direvisi jika terjadi kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai