Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM

PENINGKATAN MUTU, KESELAMATAN


PASIEN DAN MANAJEMEN RISIKO

INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)


RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN
KESEHATAN RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan Program Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan
Manajemen Risiko Instalasi Bedah Sentral Tahun 2019 RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro dapat
diselesaikan.
Program Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko ini secara
ringkas memuat tentang gambaran terperinci mengenai seluruh kegiatan peningkatan mutu,
keselamatan pasien dan manajemen risiko di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro sehingga terselenggara pelayanan Bedah Sentral yang aman dan bermutu.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh civitas hospitalia atas segala
pemikiran dan usahanya sehingga penyusunan Program Peningkatan Mutu, Keselamatan
Pasien dan Manajemen Risiko ini dapat diselesaikan. Akhir kata, semoga program ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Klaten, 30 November 2020

Kepala Instalasi Bedah Sentral

(……………………………………….)

NIP :
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II LATAR BELAKANG 2
BAB III TUJUAN 3
BAB IV KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 4
A. KEGIATAN POKOK 4
B. RINCIAN KEGIATAN 4
BAB V CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 5
A. MANAJEMEN RISIKO 5
B. UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN 6
BAB VI JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN 7
BAB VII EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN 8
BAB VIII PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 9
BAB IX PENUTUP 10

DAFTAR TABEL
TABEL 1 INDIKATOR MUTU UNIT 5
TABEL 2 DAFTAR RISIKO UNIT 6

DAFTAR LAMPIRAN
LAMP 1 KAMUS INDIKATOR MUTU UNIT 11
LAMP 2 REGISTER MANAJEMEN RISIKO 15
PROGRAM PENINGKATAN MUTU dan KESELAMATAN PASIEN
KOMITE PMKPMR

1. PENDAHULUAN
Mutu merupakan suatu kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Mutu
pelayanan kesehatan merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan.
Pengendalian mutu pelayanan kesehatan merupakan salah satu syarat agar penyelenggaraan
pelayanan kesehatan berjalan baik, memperkecil kemungkinan efek samping karena
penggunaan teknologi serta untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai upaya
komprehensif dan integratif yang memantau dan menilai mutu pelayanan kesehatan,
memecahkan masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya sehingga mutu pelayanan menjadi
lebih baik. Upaya peningkatan mutu rumah sakit akan efektif dan efisien jika upaya peningkatan
mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di rumah sakit termasuk pimpinan, pelaksana
pelayanan dan staf penunjang. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara keseluruhan dengan mengurangi risiko
terhadap pasien dan petugas, baik dalam proses klinis maupun lingkungan kerja, demi tercapai
keinginan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berorientasi pada
keselamatan pasien. Kualitas pelayanan kesehatan berhubungan dengan lima karakteristik
proses pelayanan kesehatan, yaitu: dapat tercapai, diterima masyarakat, komprehensif,
berkesinambungan dan terdokumentasi.
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan yang
mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan
berkualitas. Sejalan dengan upaya tersebut, agar para tenaga kesehatan di rumah sakit dapat
memberikan pelayanan prima bagi para pasiennya, diperlukan adanya suatu Program
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) yang menjangkau seluruh unit kerja di
rumah sakit sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin
keselamatan pasien. Agar program tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan
koordinasi dan komunikasi yang baik dari semua pihak, diantaranya kepala bidang medis,
keperawatan, penunjang medis, administrasi, serta kepala unit / instalasi pelayanan.
Untuk mencapai peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang berdampak pada
semua aspek pelayanan, diperlukan pendekatan komprehensif yang mencakup:
1. Setiap unit terlibat dalam Program PMKP
2. Rumah sakit menetapkan tujuan, mengukur seberapa baik proses kerja dilaksanakan dan
melakukan validasi data
3. Menggunakan data secara efektif dan fokus pada tolak ukur program
4. Upaya menerapkan dan mempertahankan perubahan yang telah menghasilkan perbaikan.
2. LATAR BELAKANG

Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan
Rumah Sakit ikut bertanggungjawab dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dengan
meningkatkan mutu pelayanan yang menjadi prioritas utama di pelayanan Rumah Sakit.
Perkembangan IPTEK Kedokteran yang semakin pesat dimana pelayanan spesialistik dan sub
spesialistik cenderung semakin berkembang, selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan
dan keadaan social ekonomi masyarakat maka system nilai dan orientasi dalam masyarakat mulai
berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan yang lebih baik, lebih ramah, dan lebih
bermutu termasuk pelayanan kesehatan. Maka Rumah Sakit secara bertahap perlu terus
meningkatkan mutu agar dapat member kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat.
Selain adanya perkembangan IPTEK tersebut diatas dimasa Pandemi Covid -19 ini maka perlu
selalu harus up date ilmu dan perlu adanya inovasi dalam upaya penanganan penyebaran virus
Covid-19. Upaya – upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan RSUP dr Soeradji Tirtonegoro
sudah dilaksanakan khususnya di Instalasi Bedah Sentral banyak upaya yang dilakukan dengan
adanya screening ketat saat pasien akan dilakukan operasi, ceklist keselamatan pasien, upaya
pencegahan pasien jatuh, pemantauan ketepatan penandaan operasi, adanya sign in,time out, sign
out operasi yang tepat waktu dan minimalnya pembatalan operasi, serta selalu melaksanakan
identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan, namun dalam pelaksanaannya masih ditemukan
kendala, sehingga dibutuhkan evaluasi program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang
telah dilakukan.
Program peningkatan mutu melibatkan seluruh unit di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro dengan
berbagai pelayanan yang diberikan dan tenaga yang bervariasi. Program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien bermanfaat jika dapat berpengaruh terhadap keselamatan pasien dan keluarga
.Evaluasi program dilakukan agar dapat diketahuinya kendala – kendala dalam pelaksanaannya
agar dapat diambil langkah – langkah tindak lanjutnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

3. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Instalasi Bedah Sentral.RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro.

B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu pelayanan di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
2. Meningkatkan kepuasan pasien dan pelanggan di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan di Instalasi RSUP Instalasi Bedah
Sentral dr. Soeradji Tirtonegoro
4. KEGIATAN POKOK DAN RENCANA KEGIATAN

A. KEGIATAN POKOK
1. Upaya peningkatan mutu di Instalasi Bedah Sentral
2. Upaya peningkatan keselamatan pasien di Instalasi Bedah Sentral
3. Manajemen risiko di Instalasi Bedah Sentral

B. RINCIAN KEGIATAN
1. Upaya peningkatan mutu di Instalasi Bedah Sentral
a. Pemilihan indikator mutu area klinis dan area manajemen
b. Pencatatan, analisis dan pelaporan
c. Monitoring dan evaluasi
d. Pencapaian dan mempertahankan perbaikan
e. Upaya peningkatan keselamatan pasien di Instalasi Bedah Sentral
f. Identifikasi pasien
g. Komunikasi efektif
h. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
i. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi
j. Pengurangan risiko infeksi
k. Pengurangan risiko pasien jatuh
l. Pelaporan insiden keselamatan pasien
2. Manajemen risiko di Instalasi Bedah Sentral
a. Membuat daftar risiko di Instalasi Bedah Sentral
b. Membuat strategi untuk mengurangi risiko di Instalasi Bedah Sentral
c. Pengendalian risiko di Instalasi Bedah Sentral
d. Monitoring dan evaluasi tindak lanjut di Instalasi Bedah Sentral
5. CARA MELAKUKAN KEGIATAN

A. MANAJEMEN RISIKO

Proses pelaksanaan manajemen risiko dilakukan dengan membuat daftar risiko yang
dapat terjadi berdasarkan alur proses kegiatan utama di Instalasi Bedah Sentral Selanjutnya
dilakukan grading untuk menentukan prioritas dari risiko yang ada. Risiko dengan hasil
grading paling tinggi akan dibuat rencana yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
risiko dan mengurangi dampak yang ditimbulkan di unit tersebut. Hasil implementasi
rencana pencegahan tersebut akan di monitoring dan di evaluasi. Selanjutnya akan
dilakukan grading ulang untuk melihat apakah ada perbaikan. Hasil manajemen risiko
tersebut dibuatkan laporan.
Daftar risiko yang ditemukan berdasarkan hasil grading di Instalasi Bedah
Sentral.tertera pada tabel 2.
Tabel 2. Daftar Risiko Instalasi Bedah Sentral

No Daftar Risiko

1 Pembatalan Operasi Elektif


2 Kepatuhan melaksanakan time out dan sign out
3 Waktu Iris Operasi Pertama Pukul 08.30 WIB
4 Kelengkapan pengisian safety surgery cek list

B. UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN


Penetapan indikator mutu pelayanan di Instalasi Bedah Sentral dilakukan dengan
mengadakan rapat atau pertemuan kepala instalasi dengan semua stafnya, yang dikoordinasi
oleh Komite PMKPMR. Pada rapat akan dilakukan pengumpulan semua indikator yang ada di
Instalasi Bedah Sentral Selanjutnya akan dipilih indikator yang menjadi prioritas untuk dilakukan
perbaikan dan akan dievaluasi. Disamping indikator mutu pelayanan, juga ditetapkan indikator
terkait keselamatan pasien yang akan diterapkan di Instalasi Bedah Sentral Semua indikator
yang telah dipilih tersebut dibuatkan kamus indikator dan disosialisasikan ke semua staf di
instalasi.
Setiap indikator mutu yang telah ditetapkan dilakukan pencatatan dan pengumpulan data
oleh PJ Data di Instalasi Bedah Sentral dan dila porkan ke Komite PMKPMR secara online
melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Frekuensi pengumpulan data dilakukan sesuai
dengan yang tertera pada kamus indikator. Kepala Instalasi Bedah Sentral akan melakukan
supervisi secara berkala terkait proses pengumpulan data indikator. Data yang telah
dikumpulkan akan direkapitulasi setiap bulan dan dilakukan analisa setiap 3 bulan oleh Komite
PMKPMR. Analisa data dapat dilakukan dengan cara membandingkan data dari waktu ke waktu
atau dengan standar. Hasil analisis akan dilaporkan kepada Direktur Utama dan unit kerja terkait
oleh komite PMKPMR. Data indikator mutu dan keselamatan pasien yang dipilih di Instalasi
Bedah Sentral.ada pada tabel 1 dan kamus indikator mutu Instalasi Bedah Sentral ada pada
lampiran1.
Indikator yang belum mencapai standar atau target akan dilakukan rencana perbaikan
dengan metode PDSA/ PDCA oleh Instalasi Bedah Sentral dan difasilitasi oleh Komite
PMKPMR. Hasil PDSA/ PDCA akan diimplementasikan dan dilakukan monitoring dan evaluasi
kembali. Hasil monitoring dan evaluasi dibuat laporannya dan disosialisasikan.

Tabel 1. Indikator Mutu Instalasi Bedah Sentral

No Indikator Mutu Unit Target


1 Pembatalan operasi elektif 0,2%
2 Kepatuhan melaksanakan time out dan sign out 80 %
3 Waktu iris operasi pertama pukul 08.30 WIB 75%
4 Kelengkapan pengisian safety surgery cek list 80%

Selain itu, untuk meningkatkan keselamatan pasien terutama di unit pelayanan, terdapat 11
indikator sasaran keselamatan pasien yang harus dinilai dan dilaporkan ke komite PMKPMR, yaitu:

Tabel 2. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien

No Indikator Mutu Target


1 Kepatuhan identifikasi pasien dengan benar 100%
2 Verbal order ditandatangani DPJP dalam waktu 24 jam 100%
3 Pelaporan hasil pemeriksaan diagnostic kritis 100%
4 Hand over/ serah terima pasien 100%
5 Kepatuhan peningkatan keamanan obat yang harus 100%
diwaspadai (High Alert)
6 Pengelolaan penggunaan elektrolit konsentrat 100%
7 Penandaan pada pasien operasi (site marking) 100%
8 Verifikasi pra operasi 100%
9 Proses time out 100%
10 Kepatuhan cuci tangan 100%
11 Kepatuhan Upaya Pencegahan Cedera Akibat Pasien 100%
Jatuh

Unit juga wajib melaporkan setiap insiden keselamatan pasien (IKP) yang terjadi di unit masing-
masing sesuai alur pelaporan IKP yang telah ditetapkan RS. IKP dilaporkan dengan mengisi form
pelaporan IKP sesuai jenis IKP dan melaporkannya ke komite PMKPMR dalam waktu 2x24 jam.

6. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

BULAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pemilihan indikator X
2 Pembuatan kamus indikator X
3 Sosialisasi kamus indikator X
4 Pengumpulan data X X X X X X X X X X X
5 Supervisi pengumpulan data X X X X X X X X X X X
7 Analisis data X X X X X X X X X X X
8 Pelaporan data X X X X X X X X X X X
9 PDSA X X X X X X X X X X X
10 Manajemen risiko (identifikasi, X X X X X X X X X X X X
pengendalian, pemantauan risiko)

7. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN


Pelaksanaan kegiatan program peningkatan mutu, keselamatan pasien dan manajemen
risiko dievaluasi setiap 3 (tiga) bulan oleh PJ Data dan PJ Mutu Pelayanan Instalasi Bedah
Sentral dibawah supervisi Kepala Instalasi Bedah Sentral untuk memastikan semua kegiatan
berjalan sesuai jadwal, sehingga jika terjadi pergeseran jadwal dapat segera diperbaiki agar
tidak menganggu program secara keseluruhan. Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat
dalam bentuk laporan tertulis oleh PJ Data dan PJ Mutu Pelayanan Instalasi Bedah Sentral dan
diserahkan kepada Kepala Instalasi Bedah Sentral dan Komite PMKPMR.

8. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Instalasi Bedah Sentral sebagai salah satu unit kerja di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
mencatat data pencapaian indikator mutu dan melaporkannya kepada Komite PMKPMR secara
elektronik melalui Sistem Informasi Rumah Sakit/ SIRS. Pengumpulan data dilakukan oleh
Pengumpul Data dan diproses lebih lanjut (verifikasi, rekapitulasi dan pelaporan data) oleh PJ
Mutu dan Pelayanan Instalasi Bedah Sentral yang telah diberikan edukasi dalam bentuk
pelatihan pengumpulan data oleh Komite PMKPMR. Selanjutnya PJ Mutu dan Pelayanan
Instalasi Bedah Sentral memberikan pelatihan kepada PJ Data, meliputi: metode sampling,
validasi data, dan cara pengumpulan data sesuai dengan indikator yang merekakumpulkan.
PJ Data yang sudah mendapatkan pelatihan pengumpulan data bertugas mengumpulkan
data untuk masing-masing indikator yang ditetapkan berpedoman kepada kamus indikator yang
telah dibuat, kemudian mengumpulkan data kepada PJ Mutu dan Pelayanan Instalasi Bedah
Sentral untuk direkapitulasi dan diverifikasi. PJ Mutu dan Pelayanan Instalasi Bedah Sentral juga
bertugas menganalisis capaian indikator, melaporkan data capaian indikator beserta informasi
hasil analisis ke Komite PMKPMR.
Demi menciptakan komunikasi berkala dengan seluruh PJ Mutu dan Pelayanan unit kerja,
dilaksanakan pertemuan berkala sebagai masukan dan umpan balik bagi unit kerja. Umpan balik
juga diberikan kepada unit kerja dari Direksi dan Komite PMKPMR dengan melihat hasil capaian
indikator unit kerja. Kegiatan evaluasi pengendalian mutu juga dilakukan melalui evaluasi internal
(yaitu rapat audit permasalahan pelayanan oleh seluruh staf instalasi dan rapat audit medik oleh
komite medik), evaluasi eksternal (misalnya dengan lulus akreditasi rumah sakit) dan evaluasi
Standar Prosedur Operasional (SPO) secara berkala.
Semua hasil pelaksanaan kegiatan program peningkatan mutu, keselamatan pasien dan
manajemen risiko dicatat dan di evaluasi setiap tahun setelah semua kegiatan program
terlaksana. Hasil evaluasi berupa laporan tahunan akan diserahkan kepada Direktur Utama yang
akan dijadikan sebagai acuan dalam membuat kegiatan program peningkatan mutu,
keselamatan pasien dan manajemen risiko untuk tahun berikutnya.
9. PENUTUP
Program Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Instalasi Bedah
Sentral RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro ini merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien dalam penyelenggaraan pelayanan pasien. Dibutuhkan
dukungan dari semua pihak terutama pimpinan rumah sakit agar mutu pelayanan dan
keselamatan pasien dapat senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

LAMPIRAN 1

KAMUS INDIKATOR MUTU UNIT IBS

1. Judul Indikator

Judul Indikator Pembatalan operasi elektif

Jenis Indikator Indikator Area Klinik/ Indikator Medis

Dasar Pemikiran Problem prone/ High volume/ High Cost/ High Risk/ Bisnis RS/
Peraturan Perundang-undangan

Dimensi Mutu 1. Efisiensi

2. Efektivitas V

3. Aksesibilitas

4. Keselamatan

V
5. Fokus kepada pasien

6. Kesinambungan
Tujuan Agar operasi yang telah direncanakan dan di jadwalkan pada
hari tertentu tidak terjadi pembatalan karena kurang kesiapan
sarana dan prasarana dan waktu tunggu operasi pasien tidak
terlalu lama
Definisi Operasional Operasi elektif/terencana yang dibatalkan oleh karena kurang
persiapan : syarat operasi, sarana prasarana, ruang intensif,
SDM pelaksana operasi dan bukan karena kondisi pasien yang
terganggu.
Kriteria inklusi Operasi elektif di IBS

Kriteria eksklusi Operasi Cito dan operasi diluar jadwal IBS


Numerator (N) Jumlah operasi elektif yang dibatalkan
Denumerator (D) Jumlah operasi di instalasi bedah sentral pada hari tersebut
Formula Pengukuran %
Target 0,2 %

Sumber data Jumlah pembatalan operasi


Frekuensi pengumpulan data Bulanan
Periode Analisis 3 Bulan
Cara pengumpulan data Sensus Harian
Sampel
Rencana analisis Analisis tren
Instrumen Pengambilan Data Cek lis
Penanggung Jawab Pj mutu
Publikasi Data

KAMUS INDIKATOR MUTU UNIT IBS

2. Judul Indikator

Judul Indikator PELAKSANAAN TIME OUT DAN SIGN OUT

Jenis Indikator Indikator Area Klinik/ Indikator Medis

Dasar Pemikiran Problem prone/ High volume/ High Cost/ High Risk/ Bisnis RS/
Peraturan Perundang-undangan

Dimensi Mutu 7. Efisiensi

8. Efektivitas V

9. Aksesibilitas

10. Keselamatan

V
11. Fokus kepada pasien

12. Kesinambungan
Tujuan Tercapainya pelaksanaan time out dan sign out di semua kamar
operasi, sehingga pelaksanaan operasi aman, akurat dan tidak
ada Kejadian Yang Tidak Diinginkan (KTD)
Definisi Operasional Pelaksanaan time out sesaat sebelum dilakukan incisi /iris
meliputi perawat sirkulator menyebutkan hari tanggal dan jam
pelaksanaan operasi, tiap anggota tim memperkenalkan diri,
operator menyebutkan nama, umur, tindakan dan lokasi insisi,
pemberian antibiotic,antisipasi apabila terjadi situasi kritis, hal
hal khusus untuk antisipasi, pemasangan x ray dan berdoa
sebelum operasi dan pelaksanaan sign out sebelum luka operasi
ditutup operator menyebutkan operasi yang telah dilakukan
pengecekan dan penghitungan instrument, jarum dan kasa
,pengecekan specimenyang akan dilakukan PA dan kultur serta
labeling, perawat sirkuler menanyakan tindakan khusus setelah
operasi apabila sudah lengkap semua dan didokumentasikan
luka ditutup.
Kriteria inklusi Semua operasi dengan pembedahan
Kriteria eksklusi Endoscopy, colonoscopy dan broncoscopy
Numerator (N) Jumlah Operasi yang dilakukan time out dan sign out
Denumerator (D) Jumlah semua operasi di IBS selama 1 bulan
Formula Pengukuran %

Target 80%

Sumber data Pelaksnaan operasi di IBS


Frekuensi pengumpulan data Bulanan
Periode Analisis 3 Bulan
Cara pengumpulan data Sensus Harian
Sampel
Rencana analisis Analisis tren
Instrumen Pengambilan Data Cek lis
Penanggung Jawab Pj mutu
Publikasi Data

KAMUS INDIKATOR MUTU UNIT IBS

3. Judul Indikator

Judul Indikator Tercapainya pengisisan surgery cek list pada pelaksanaan


operasi
Jenis Indikator Indikator Area Klinik/ Indikator Medis

Dasar Pemikiran Problem prone/ High volume/ High Cost/ High Risk/ Bisnis RS/
Peraturan Perundang-undangan

Dimensi Mutu 13. Efisiensi

14. Efektivitas V

15. Aksesibilitas

16. Keselamatan

V
17. Fokus kepada pasien

18. Kesinambungan
Tujuan Agar pelaksanaan operasi dari tahap sign in ,time out dan sign
out terdokumentasi dengan lengkap dan benar

Definisi Operasional Terisinya semua point cek list pada tahap sign in, time out dan
sign out pada lembaran surgery safety cek list

Kriteria inklusi Semua operasi pembedahan di IBS


Kriteria eksklusi Tindakan yang tidak dilakukan insisi missal ESWL, endoscopy
colonoscopy dan bronchoscopy
Numerator (N) Jumlah Operasi yang Surgery safety cek list yang terisi lengkap
dan benar selama 1 bulan
Denumerator (D) Jumlah semua operasi di IBS selama 1 bulan
Formula Pengukuran %

Target 80%

Sumber data Rekam medic pasien operasi


Frekuensi pengumpulan data Bulanan
Periode Analisis 3 Bulan
Cara pengumpulan data Sensus Harian
Sampel
Rencana analisis Analisis tren
Instrumen Pengambilan Data Cek lis
Penanggung Jawab Pj mutu
Publikasi Data

KAMUS INDIKATOR MUTU UNIT IBS

4. Judul Indikator

Judul Indikator Waktu iris operasi pertama pukul 08.30 WIB

Jenis Indikator Indikator Area Klinik/ Indikator Medis

Dasar Pemikiran Problem prone/ High volume/ High Cost/ High Risk/ Bisnis RS/
Peraturan Perundang-undangan

Dimensi Mutu 19. Efisiensi

20. Efektivitas V

21. Aksesibilitas

22. Keselamatan

V
23. Fokus kepada pasien

24. Kesinambungan
Tujuan Agar pelaksanaan operasi dapat dilaksanakan lebih awal
sehingga pelaksanaan operasi tidak melebihi jam kerja di IBS

Definisi Operasional Pelaksanaan operasi yang dilakukan insisi pertama pada pukul
08.30 WIB

Kriteria inklusi Operasi elektif yang dijadwalkan di IBS

Kriteria eksklusi Operasi cito


Numerator (N) Operasi pertama yang dilakukan insisi pukul 08.30 WIB
Denumerator (D) Jumlah seluruh operasi di IBS selama 1 bulan
Formula Pengukuran %

Target 75 %

Sumber data Catatan pelaksanaan operasi tiap kamar operasi


Frekuensi pengumpulan data Bulanan
Periode Analisis 3 Bulan
Cara pengumpulan data Sensus Harian
Sampel
Rencana analisis Analisis tren
Instrumen Pengambilan Data Cek lis
Penanggung Jawab Pj mutu
Publikasi Data

Anda mungkin juga menyukai