Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KEGIATAN

SURVEY BUDAYA KESELAMATAN PASIEN


RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2018

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN


JL. Raya Karangsari – Karanganyar Kabupaten Pekalongan
Telp. ( 0285) 385230, Info : 385231, Fax : (0285) 385 229
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya Kepada kita semua, sehingga Laporan Survey Budaya Keselamatan Pasien RSUD
Kajen dapat terselesaikan dengan tepat waktu Laporan Survey Budaya Keselamatan Pasien RSUD
Kajen ini disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum budaya karyawan/staff RSUD
Kajen dalam melaksanakan keselamatan pasien. Laporan ini berisi tentang
definisi, elemen budaya keselamatan pasien, faktor-faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan
pasien serta instrumen survey budaya keselamatan pasien. Semoga Laporan ini dapat digunakan
dalam proses peningkatan mutu khususnya dalam mewujudkan keamanan pelayanan dan
keselamatan pasien di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.

Tim Penyusun
PMKP RSUD Kajen
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………….. i


Kata Pengantar ............................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................................. 2


A. Pengertian ............................................................................................................... 2
B. Elemen budaya keselamatan pasien ....................................................................... 2
C. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien .................. 3
D. Instrumen survey budaya keselamatan pasien ....................................................... 3

BAB III METODE SURVEY ...................................................................................... 9


A. Desain dan Definisi Operasional ............................................................................ 9
B. Instrumen Survey ................................................................................................... 9
C. Uji validitas dan reliabilitas Instrumen .................................................................. 10

BAB IV HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN..................................................... 11


A. Karakteristik Responden ........................................................................................ 11
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 11
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .................................................... 11
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ............................................ 12
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ....................................... 12
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi ................................................. 12
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja .............................................. 13
B. Hasil Budaya Keselamatan Pasien Secara Umum ………………………………. 13
C. Hasil Budaya Keselamatan Pasien Berdasarkan Area …………………………... 14
D. Analisis Dimensi Budaya Keselamatan Pasien ………………………………….. 15

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……………………………………… 21


A. Simpulan ………………………………………………………………………… 21
B. Rekomendasi …………………………………………………………………….. 22

REFERENSI ………………………………………………………………………… 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien adalah pondasi utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Sejalan dengan perkembangan sistem pelayanan rumah sakit yang semakin kompleks,
menciptakan pelayanan yang aman bagi pasien di rumah sakit merupakan tantangan bagi setiap
manajemen rumah sakit. Membuat pelayanan rumah sakit menjadi lebih aman dan
mempertahankan keamanan tersebut merupakan hal yang sama beratnya untuk
diimplementasikan (Vincent, 2011). Penyelenggaraan keselamatan pasien khususnya dalam
manajemen kesalahan manusia (management of human error), dapat dikatakan mahir apabila
telah dilaksanakan dengan proses belajar kolektif dari kesalahan yang telah terjadi, baik belajar
dari kejadian nyaris cedera ataupun kejadian yang mengakibatkan kerugian yang sebenarnya
bagi pasien. Untuk mempromosikan budaya belajar dari kesalahan, manajemen rumah sakit
harus dapat mengidentifikasi budaya keselamatan pasien yang komprehensif. Budaya
keselamatan pasien ini terkait dengan motivasi pelaporan kejadian keselamatan pasien yang
dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan (blame free culture).
(Mark, 2001)
Berdasarkan SNARS edisi 1, diharapkan setiap rumah sakit membuat peningkatan mutu
dan keselamatan pasien yang mengintegrasikan semua kegiatan penyusunan ukuran, termasuk
ukuran budaya keselamatan pasien dan pelaporan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Integrasi
semua sistem ukuran akan memberikan kesempatan adanya penyelesaian dan perbaikan yang
berkesinambungan. Untuk itu, Sejak tahun RSUD Kajen mulai mengadopsi ukuran budaya
keselamatan pasien yang diimplementasikan kepada seluruh staf rumah sakit dari beberapa
sumber untuk langkah awal program keselamatan pasien yang baik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Secara umum tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari budaya keselamatan pasien
RSUD Kajen tahun 2018.
2. Tujuan Khusus :
a. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien,
kesalahan medis dan laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.
b. Untuk mengetahui kesalahan medis di lingkungan rumah sakit.
c. Untuk mengetahui laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian
Budaya keselamatan pasien adalah kepercayaan, sikap dan nilai sebuah organisasi
kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan struktur, praktek,
peraturan dan kontrol keselamatan pasien. Budaya ini mencakup tiga komponen yaitu budaya
kerja, budaya pelaporan (insiden) dan budaya belajar (Croll, Coburn, & Pearson, 2012). Budaya
keselamatan pasien terfokus pada nilai, kepercayaan, dan asumsi staf terhadap iklim organisasi
(pelayanan kesehatan) dalam peningkatan program keselamatan pasien (The Health Foundation,
2013). Budaya keselamatan pasien adalah produk dari nilai, sikap, persepsi, kompetensi, dan
pola perilaku dari individu dan kelompok dalam sebuah organisasi (pelayanan kesehatan) yang
menentukan komitmen, gaya dan kemahiran dalam manajemen keselamatan pasien. Organisasi
(pelayanan kesehatan) yang memiliki budaya keselamatan pasien yang cenderung positif dapat
dilihat dari komunikasi saling percaya (mutual trust) antar komponen, dengan persepsi yang
sama tentang pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan besarnya manfaat tindakan
pencegahan (Agency for Healthcare Research and Quality, 2004).

B. Elemen Budaya Keselamatan Pasien


Berbagai definisi terkait budaya keselamatan pasien mencakup banyak elemen umum
dalam pelayanan kesehatan. Elemen budaya keselamatan pasien mengacu pada peningkatan
kepercayaan dan perilaku dari staf dalam mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan (Jones,
Skinner, Xu, & Sun, 2007). Menurut The Institute Of Medicine (IOM) dalam Jones, Skinner,
Xu, & Sun (2007), budaya keselamatan pasien membutuhkan tiga elemen penting yaitu :
1. Kepercayaan, walaupun proses pelayanan kesehatan memiliki risiko yang tinggi, namun
dirancang kegiatan yang dapat mencegah kesalahan.
2. Komitmen, dari organisasi untuk mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan.
3. Lingkungan kerja, kedisiplinan manajer yang dirasakan saat staf diketahui meningkatkan
risiko cedera pasien dan keluarga.
Budaya keselamatan dapat dilihat dari kehandalan rumah sakit yang memiliki
karakteristik kompleks, proses pelayanan yang sangat berisiko namun dapat menekan angka
insiden kesalahan. Rumah sakit yang dapat menyandang gelar handal/ mahir hanya jika dapat
“bekerja sama” dengan kesalahan, peka terhadap staf yang dapat mempengaruhi proses
pelayanan, memberikan kesempatan kepada orang-orang yang benar-benar tahu proses untuk
mengambil keputusan dan anti budaya menyalahkan pada saat terjadi kesalahan pada proses
yang kompleks.
C. Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Budaya Keselamatan Pasien
Menurut Geller dalam Chooper (2000), tentang Total Safety Culture, menyebutkan
bahwa ada tiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien, yaitu
sebagai berikut : (Chooper, 2000)
1. Faktor personal yaitu cenderung dari orang/ manusia yang bekerja dalam suatu organisasi
rumah sakit. Faktor personal ini terdiri dari:
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Motivasi
d. Kompetensi
e. Kepribadian
2. Faktor perilaku organisasi yaitu kondisi lingkungan kerja yang diukur dari segi organisasi
pelayanan kesehatan secara umum. Faktor perilaku organisasi yaitu:
a. Kepemimpinan
b. Kewaspadaan Situasi
c. Komunikasi
d. Kerja Tim
e. Stress
f. Kelelahan
g. Kepemimpinan Tim
h. Pengambilan Keputusan
3. Faktor lingkungan merupakan pendukung proses pelayanan dalam organisasi kesehatan,
yang terdiri dari :
a. Perlengkapan
b. Peralatan
c. Mesin
d. Kebersihan
e. Teknik
f. Standar prosedur operasional

D. Instrumen Survey Budaya Keselamatan Pasien


Salah satu survey budaya keselamatan yang dikembangkan oleh Agency for Health Care
Research and Quality (AHRQ) adalah The Hospital Survey on Patient Safety dengan 12 elemen
yang dikembangkan sejak tahun 2004 untuk mengukur budaya keselamatan pasien dari
perspektif staf. Adapun beberapa penjelasan terkait instrumen survey budaya keselamatan
pasien adalah sebagai berikut :
1. Responden
Responden yang dapat mengisi instrumen survey budaya keselamatan pasien adalah
seluruh jenis staf yang berada di pelayanan rumah sakit. Survey ini sangat cocok
dilaksanakan pada:
a. Staf rumah sakit yang secara langsung bersentuhan dengan pasien (staf klinik seperti
dokter, perawat, fisiotherapist. Staf non klinik seperti billing ruangan dan lain-lain).
b. Staf rumah sakit yang kemungkinan tidak bersentuhan langsung dengan pasien, namun
pelayanannya dapat mempengaruhi pasien (staf farmasi, analis laboratorium, dan lain-
lain)
c. Pimpinan, manajer dan petugas administrasi rumah sakit.

2. Dimensi pertanyaan
Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan kedalam 9 bagian pada kuesioner
yang telah dilaksanakn uji validitas dan reliabilitas. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
a. Kelompok outcome (hasil) yang terdiri dari dua dimensi pertanyaan, yaitu sebagai
berikut:
1) Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien
2) Frekuensi pelaporan kejadian/ insiden
b. Kelompok budaya keselamatan yang terdiri dari 10 dimensi pertanyaan, yaitu sebagai
berikut :
1) Teamwork dalam unit
2) Ekspektasi dan aksi pimpinan dalam mempromosikan keselamatan pasien
3) Proses belajar organisasi, perbaikan berkelanjutan
4) Dukungan manajemen rumah sakit dalam keselamatan pasien
5) Umpan balik dan komunikasi kejadian kesalahan
6) Keterbukaan komunikasi
7) Teamwork antar unit dalam rumah sakit
8) Staffing
9) Handoffs (serah terima) dan transisi
10) Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian kesalahan

Adapun item soal dalam setiap dimensi pertanyaan dari survey budaya keselamatan
pasien tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini :
JENIS PILIHAN
DIMENSI NOMOR ITEM SOAL
SOAL JAWABAN
Grade E1 Berilah peringkat Positif Sempurna,
Keselamatan Keselamatan Pasien di Baik,
Pasien ruangan Anda, pilih satu Bisa Diterima,
(tambahan) jawaban dengan Sedang,
memberi tanda silang. Buruk
Jumlah G1 Dalam 12 bulan terakhir, Terbuka Menulis Angka
pelaporan menurut pengetahuan
kejadian Anda, kira-kira berapa
(tambahan) kejadian keselamatan
pasien yang dilaporkan
di ruangan Anda? Tulis
angka jawaban Anda
pada kotak yang
disediakan.
Teamwork A1 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
dalam saling mendukung. Setuju, Ragu,
unit Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
A3 Bila unit kami ada Positif Sangat setuju,
pekerjaan dan harus Setuju, Ragu,
dilakukan dalam waktu Tidak Setuju,
cepat, maka karyawan di Sangat tidak Setuju
unit kami bekerja
bersama-sama sebagai
tim untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut.
A4 Petugas di unit kami Positif Sangat setuju,
saling menghargai. Setuju, Ragu,
Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
A11 Bila area di unit kami Positif Sangat setuju,
sibuk, maka area lain Setuju, Ragu,
dari unit kami akan Tidak Setuju,
membantu. Sangat tidak Setuju
Ekspektasi dan B1 Atasan di unit kami Positif Sangat setuju,
aksi pimpinan memberi pujian jika Setuju, Ragu,
dalam melihat pekerjaan Tidak Setuju,
mempromosikan diselesaikan sesuai Sangat tidak Setuju
keselamatan prosedur keselamatan
pasien pasien.
B2 Atasan dengan serius Positif Sangat setuju,
mempertimbangkan Setuju, Ragu,
masukan staf untuk Tidak Setuju,
meningkatkan Sangat tidak Setuju
keselamatan pasien.
B3 Bila beban kerja tinggi, Negatif Sangat setuju,
Atasan kami meminta Setuju, Ragu,
kami bekerja cepat Tidak Setuju,
meski dengan Sangat tidak Setuju
mengambil jalan pintas.
B4 Atasan kami selalu Negatif Sangat setuju,
membesar-besarkan Setuju, Ragu,
masalah keselamatan Tidak Setuju,
pasien yang terjadi di Sangat tidak Setuju
unit kami.
Proses belajar A6 Unit kami aktif Positif Sangat setuju,
organisasi, melakukan kegiatan Setuju, Ragu,
perbaikan untuk meningkatkan Tidak Setuju,
berkelnjutan keselamatan pasien. Sangat tidak Setuju
A9 Di unit kami, kesalahan Positif Sangat setuju,
yang terjadi digunakan Setuju, Ragu,
untuk membuat Tidak Setuju,
perubahan ke arah yang Sangat tidak Setuju
positif.
A13 Untuk meningkatkan Positif Sangat setuju,
keselamatan pasien unit Setuju, Ragu,
kami melakukan Tidak Setuju,
evaluasi terhadap Sangat tidak Setuju
perubahan-perubahan/
perbaikan-perbaikan
yang dilakukan.
Dukungan F1 Manajemen rumah sakit Positif Sangat setuju,
manajemen membuat suasana kerja Setuju, Ragu,
rumah sakit yang mendukung Tidak Setuju,
dalam keselamatan pasien. Sangat tidak Setuju
keselamatan
pasien
F8 Tindakan manajemen Positif Sangat setuju,
RS menunjukkan bahwa Setuju, Ragu,
keselamatan pasien Tidak Setuju,
merupakan prioritas Sangat tidak Setuju
utama.
F9 Manajemen RS hanya Positif Sangat setuju,
tertarik pada Setuju, Ragu,
keselamatan pasien Tidak Setuju,
hanya bila terjadi KTD Sangat tidak Setuju
(Kejadian Tidak
Diharapkan).
Keseluruhan A15 Unit kami tidak pernah Positif Sangat setuju,
persepsi tentang mengorbankan Setuju, Ragu,
keselamatan keselamatan pasien Tidak Setuju,
pasien untuk menyelesaikan Sangat tidak Setuju
tugas lebih.
A18 Prosedur dan sistem di Positif Sangat setuju,
unit kami sudah baik Setuju, Ragu,
dalam mencegah Tidak Setuju,
insiden/error. Sangat tidak Setuju
A10 Merupakan Positif Sangat setuju,
keberuntungan bila Setuju, Ragu,
insiden yang lebih serius Tidak Setuju,
tidak terjadi di unit Sangat tidak Setuju
kami.
A17 Di unit kami banyak Positif Sangat setuju,
masalah keselamatan Setuju, Ragu,
pasien. Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
Umpan balik C1 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
dan komunikasi mendapat umpan balik Setuju, Ragu,
kejadian mengenai perubahan Tidak Setuju,
kesalahan yang dilaksanakan Sangat tidak Setuju
berdasarkan laporan
insiden.
C3 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
mendapat informasi Setuju, Ragu,
mengenai insiden yang Tidak Setuju,
terjadi di unit. Sangat tidak Setuju
C5 Di unit kami, Positif Sangat setuju,
didiskusikan cara Setuju, Ragu,
mencegah agar insiden Tidak Setuju,
tidak terulang kembali. Sangat tidak Setuju
Keterbukaan C2 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
komunikasi bebas berbicara jika Setuju, Ragu,
melihat sesuatu yang Tidak Setuju,
dapat berdampak negatif Sangat tidak Setuju
pada pelayanan pasien.
C4 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
dapat mempertanyakan Setuju, Ragu,
keputusan atau tindakan Tidak Setuju,
yang diambil oleh Sangat tidak Setuju
atasannya.
C6 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
takut bertanya jika Setuju, Ragu,
terjadi hal yang tidak Tidak Setuju,
benar. Sangat tidak
Setuju
Frekuensi D1 Ketika kesalahan terjadi, Positif Sangat setuju,
pelaporan tapi sudah diketahui dan Setuju, Ragu,
kejadian/ insiden diperbaiki sebelum Tidak Setuju,
berimbas pada pasien Sangat tidak Setuju
(Kejadian Nyaris
Cedera/KNC), seberapa
sering hal tersebut
dilaporkan?
D2 Ketika kesalahan terjadi, Positif Sangat setuju,
tapi tidak potensial Setuju, Ragu,
mencederai pasien Tidak Setuju,
(Kejadian Potensial Sangat tidak Setuju
Cedera/ KPC), seberapa
sering itu dilaporkan?
D3 Ketika kesalahan terjadi, Positif Sangat setuju,
dan dapat mencederai Setuju, Ragu,
pasien, namun tidak Tidak Setuju,
terjadi cedera (Kejadian Sangat tidak Setuju
Tidak Cedera/ KTC),
seberapa sering
terlaporkan?
Teamwork antar F4 Terdapat kerjasama yang Positif Sangat setuju,
unit dalam baik antar unit di RS Setuju, Ragu,
rumah untuk menyelesaikan Tidak Setuju,
sakit pekerjaan bersama. Sangat tidak Setuju
F10 Unit-unit di RS Positif Sangat setuju,
bekerjasama dengan Setuju, Ragu,
baik untuk memberikan Tidak Setuju,
pelayanan yang terbaik Sangat tidak Setuju
untuk pasien.
F2 Di RS kami, unit satu Positif Sangat setuju,
dengan unit yang lain Setuju, Ragu,
tidak berkoordinasi Tidak Setuju,
dengan baik. Sangat tidak Setuju
F6 Sering sangat tidak Positif Sangat setuju,
menyenangkan bekerja Setuju, Ragu,
dengan staf di unit lain Tidak Setuju,
di RS ini. Sangat tidak Setuju
Staffing A2 Unit kami tidak Positif Sangat setuju,
memiliki cukup staf Setuju, Ragu,
untuk menangani beban Tidak Setuju,
kerja yang berlebih. Sangat tidak Setuju
A5 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
bekerja lembur untuk Setuju, Ragu,
keselamatan pasien. Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
A7 Unit kami banyak Positif Sangat setuju,
menggunakan tenaga Setuju, Ragu,
honorer/karyawan tidak Tidak Setuju,
tetap (BLUD) untuk Sangat tidak Setuju
kegiatan keselamatan
pasien.
A14 Kami bekerja seolah- Positif Sangat setuju,
olah dalam keadaan Setuju, Ragu,
“krisis”, Tidak Setuju,
mencoba/berusaha Sangat tidak Setuju
berbuat banyak dengan
cepat.
Handoffs (serah F3 Bila terjadi pemindahan Positif Sangat setuju,
terima) dan pasien dari unit satu ke Setuju, Ragu,
transisi unit lain, pasti Tidak Setuju,
menimbulkan masalah Sangat tidak Setuju
terkait dengan informasi
pasien.
F5 Informasi penting Positif Sangat setuju,
mengenai pelayanan Setuju, Ragu,
pasien sering hilang saat Tidak Setuju,
pergantian jaga. Sangat tidak Setuju
F7 Masalah selalu timbul Positif Sangat setuju,
dalam pertukaran Setuju, Ragu,
informasi antar unit di Tidak Setuju,
RS. Sangat tidak Setuju
F11 Pergantian shift Positif Sangat setuju,
merupakan masalah Setuju, Ragu,
untuk pasien. Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
Respon tidak A8 Karyawan unit kami sering Positif Sangat setuju,
menyalahkan merasa bahwa kesalahan Setuju, Ragu,
terhadap kejadian yang mereka lakukan Tidak Setuju,
kesalahan digunakan untuk Sangat tidak Setuju
menyalahkan mereka.
A12 Bila unit kami melaporkan Positif Sangat setuju,
suatu insiden, yang Setuju, Ragu,
dibicarakan adalah Tidak Setuju,
pelakunya bukan Sangat tidak Setuju
masalahnya.
A16 Karyawan merasa khawatir Positif Sangat setuju,
kesalahan yang mereka Setuju, Ragu,
buat akan dicatat di Tidak Setuju,
penilaian kinerja mereka. Sangat tidak Setuju
Sumber : (AHQR, 2004)
BAB III
METODE SURVEY

A. Desain dan Definisi Operasional


Secara umum kegiatan ini merupakan penelitian observasional deskriptif, yaitu
penelitian pengamatan (survey) yang mencoba mencari gambaran variabel tanpa melakukan
intervensi kepada target penelitian (Setiadi, 2007). Desain yang digunakan adalah potong
lintang (cross-sectional), yaitu peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variable
dalam suatu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat waktu
bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali
pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono &
Anggraeni, 2012). Adapun definisi operasional dari variabel budaya keselamatan pasien ini
adalah sebagai berikut :

VARIABEL DEFINISI CARA ALAT HASIL SKALA


OPERASIONAL UKUR UKUR UKUR
Budaya Skor rata-rata Dilihat dari Survey Skor total Interval
keselamatan produk dari nilai, hasil survey Budaya jawaban
pasien sikap, persepsi, menggunakan Keselamatan kuesioner
kompetensi, dan kuesioner Pasien
pola perilaku dari Rumah
staf perawat di Sakit,
ruang rawat inap Agency for
RSUP Sanglah Healthcare
Denpasar, yang Research
menentukan and Quality,
komitmen, gaya 2004
dan kemahiran
dalam
manajemen
keselamatan
pasien yang
diukur dari
perspektif staf

B. Instrumen Survey
Instrumen menggunakan survey budaya keselamatan pasien yang merupakan adopsi
dari Hospital Survey on Patient Safety Culture Agency for Healthcare Research and Quality
(AHRQ). Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit didesain untuk mengidentifikasi
opini staf rumah sakit tentang isu keselamatan pasien, kesalahan medikasi, dan pelaporan
kejadian. Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan ke dalam 9 bagian pada kuesioner yang
telah dilaksanakan uji validitas dan reliabilitas (Agency for Healthcare Research and Quality,
2004).
Adapun aturan pengisian kuesioner survey ini adalah sebagai berikut :
1. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien,
kesalahan medis dan laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.
2. Survey ini terdiri dari Sembilan bagian, yang pengisiannya membutuhkan waktu 10-15
menit.
3. Pada bagian A, B, dan F keterangan pilihan jawaban tertutup adalah sebagai berikut :
a. STS : Sangat Tidak Setuju
b. TS : Tidak Setuju
c. RG : Ragu
d. ST : Setuju
e. SS : Sangat Setuju
4. Pada bagian C, D keterangan pilihan jawaban tertutup adalah sebagai berikut :
a. TP : Tidak Pernah
b. JS : Jarang Sekali
c. JR : Jarang
d. SR : Sering
e. SL : Selalu
5. Pada bagian E, G dan H pilihan jawaban telah tertera secara jelas.
6. Pada bagian I responden bisa menuliskan jawaban secara terbuka (namun tidak akan
dianalisis secara kuantitatif).
7. Nilai untuk setiap pertanyaan adalah antara rentang 1 sampai dengan 5. Jika pertanyaan
positif dijawab dengan jawaban “selalu” atau “ sangat setuju”, maka nilainya adalah 5. Jika
pertanyaan positif dijawab dengan “tidak pernah” atau “sangat tidak setuju” maka nilainya
adalah 1, begitu pula sebaliknya dengan pertanyaan negatif.
8. Jumlah pertanyaan yang akan dianalisis adalah 44 pertanyaan, sehingga nilai maksimum
adalah 44 x 5 = 220 poin, dan nilai minimum adalah 44 x 1 = 44 poin.

C. Uji validitas dan reliabilitas Instrumen


Penelitian ini menggunakan instrumen survey budaya keselamatan pasien yang telah
baku digunakan di RSUD Kajen sejak tahun 2018, yang merupakan adopsi dari Hospital
Survey on Patient Safety Culture Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ).
Untuk itu, peneliti tidak melaksanakan uji validitas dan reliabilitas ulang terhadap instrumen
tersebut.
BAB IV
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

Survey ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2018 dengan melibatkan 220
responden. Adapun hasil survey yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :

A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang akan dijabarkan adalah berdasarkan, jenis kelamin, umur,
pendidikan, lama bekerja, profesi dan pengalaman pelatihan KP-RS, adapun hasilnya adalah
sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil survey 220 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun 2018
berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
di RSUD Kajen tahun 2018 Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Laki-laki 84 38.18
2 Perempuan 136 61.82
TOTAL 220 100.00

Berdasarkan tabel 1 terlihat jika sebagian besar responden berjenis kelamin


perempuan yaitu 136 orang (61,82%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Berdasarkan hasil survey 220 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun 2018
berdasarkan umur adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
di RSUD Kajen tahun 2018 Berdasarkan Umur
No Kriteria Frekuensi
1 Mean 35.19
2 Median 32.00
3 Mode 30
4 Std. Deviation 9.189
5 Minimum 23
6 Maximum 59

Berdasarkan tabel 2 tampak bahwa median umur responden adalah 32 tahun, dimana
umur yang paling banyak adalah 30 tahun, umur terendah adalah 23 tahun dan umur tertinggi
adalah 59 tahun.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil survey 220 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun 2018
berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
di RSUD Kajen tahun 2018 Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
1 SLTA 61 27.73
2 Diploma 97 44.09
3 Sarjana 62 28.18
Total 220 100.00

Berdasarkan tabel 3 terlihat jika sebagian besar responden berpendidikan diploma,


yaitu 97 orang (44,09%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja


Berdasarkan hasil survey 220 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun 2018
berdasarkan lama bekerja adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
di RSUD Kajen tahun 2018 Berdasarkan Lama Bekerja
No Lama kerja Frekuensi (n) Persentase (%)
1 1 - 5 tahun 84 38.18
2 6 - 10 tahun 102 46.36
3 11-15 tahun 34 15.45
Total 220 100.00

Berdasarkan tabel 4 terlihat sebagian besar responden telah bekerja di RSUD Kajen
selama 6 - 10 tahun, yaitu 102 orang (46,36%).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi


Berdasarkan hasil survey 220 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun 2018
berdasarkan profesi adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
di RSUD Kajen tahun 2018 Berdasarkan Profesi
No Profesi Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Dokter 24 10.91
2 Perawat 136 61.82
3 Apoteker 6 2.73
4 Asisten apoteker 10 4.55
5 Ahli gizi 6 2.73
6 Analis kesehatan 4 1.82
7 Radiografer 8 3.64
8 Lain- lain (OB, pramusaji) 26 11.82
Total 220 100.00

Berdasarkan tabel 5 tampak sebagian besar responden merupakan profesi perawat,


yaitu 136 orang (61,82%).

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja


Berdasarkan hasil survey 220 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun 2018
berdasarkan jam kerja adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
di RSUD Kajen tahun 2018 Berdasarkan Jam Kerja
No Jam kerja Frekuensi (n) Presentase (%)
1 20-39 jam seminggu 53 24.09%
2 40 jam atau lebih seminggu 167 75.91%
Total 220 100.00

Berdasarkan tabel 6 terlihat sebagian besar responden bekerja 40 jam atau lebih
dalam seminggu yaitu 167 orang (75,91%).

B. Hasil Budaya Keselamatan Pasien Secara Umum


Secara umum dapat dianalisis skor keseluruhan nilai budaya keselamatan pasien untuk
220 responden adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Ukuran pemusatan skor keseluruhan survey budaya keselamatan pasien
di RSUD Kajen tahun 2018
No Ukuran Skor
1 Mean 159.81
2 Median 160.00
3 Mode 156.00
4 Minimum 109.00
5 Maximum 193.00

Berdasarkan tabel 7 terlihat jika nilai median skor keseluruhan survey budaya
keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun 2018 adalah 160,00 jika dipersentasekan dengan nilai
maksimum 220 maka akan dapat hasil 160/220*100% = 72,72%. Ini membuktikan bahwa
RSUD Kajen berada pada posisi sedang dalam hal budaya keselamatan pasien, karena hasilnya
kurang dari 75%.
C. Hasil Budaya Keselamatan Pasien Berdasarkan Area
Jika nilai hasil budaya keselamatan pasien dijabarkan berdasarkan area maka akan
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 8. Penjabaran nilai hasil budaya keselamatan pasien RSUD Kajen 2018
Berdasarkan Area
No Nama Ruangan Nilai Median Nilai Rata-Rata
1 IGD 160.00 159.90
2 ICU 162.00 161.80
3 IBS 163.00 162.00
4 Gizi 159.50 160.64
5 Radiologi 158.00 159.90
6 Rehabilitasi Medik 159.50 168.58
7 Laboratorium 164.00 166.57
8 Farmasi 158.50 159.90
9 Rawat Jalan 165.50 167.58
10 Rawat Inap 168.00 169.00
11 Hemodialisa 159.00 156.42

Jika dilihat dari 11 area penyebaran kuesioner terlihat lebih banyak ruangan yang nilai
median budaya keselamatan pasien responden yang mewakilinya lebih rendah dari median
keseluruhan, yaitu 6 area (55%), sedangkan yang lebih tinggi dari median keseluruhan yaitu 5
area (45%). Kondisi ini menunjukkan bahwa masih perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan
terkait keseragaman program keselamatan pasien di masing-masing area tersebut.
Namun, secara umum perlu diketahui terlebih dahulu faktor yang menyebabkan
ketidakseragaman tersebut. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi, beberapa faktor yang dapat
dilakukan analisis lebih mendalam sesuai dengan penelitian terdahulu adalah motivasi perawat
dan gaya kepemimpinan kepala ruangan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhinamita
Nivalinda, M.C. Inge Hartini, Agus Santoso tahun 2013 dengan judul : “Pengaruh Motivasi
Perawat dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan
Pasien oleh Perawat Pelaksana pada Rumah Sakit Pemerintah di Semarang”, menjelaskan
bahwa ada pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar
10,3%, ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan
pasien sebesar 36,8%. Ada pengaruh secara bersama-sama antara motivasi perawat dan gaya
kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar 39,2%.
(Nivalinda, Hartini, & Santoso, 2013).
Penelitian terdahulu yang lebih spesifik menjelaskan terkait hal yang dapat
menyebabkan ketidakseragaman budaya keselamatan pasien tersebut adalah dari faktor
pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung penerapan program
keselamatan pasien, dilakukan oleh Ariyani (2009) di Instalasi Perawatan Intensif RSUD DR
Moewardi Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan motivasi terhadap sikap mendukung penerapan program patient safety
(p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh Bersama-sama antara
pengetahuan (p = 0,006, Exp B = 2,322), motivasi (p = 0,020, Exp B = 2,093) terhadap sikap
mendukung penerapan program patient safety di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Untuk itu, dapat dijadikan pedoman di RSUD Kajen untuk menelusuri
terlebih dahulu faktor yang dapat menyebabkan ketidakseragaman nilai median budaya
keselamatan pasien di setiap area, sehingga dapat dibuat program spesifik terkait perbaikan-
perbaikan dalam program keselamatan pasien pada tahun berikutnya.

D. Analisis Dimensi Budaya Keselamatan Pasien


Sesuai dengan dimensi instrumen survey budaya keselamatan pasien, maka dari 220
responden dapat dianalisis masing-masing jawaban responden untuk setiap pertanyaan adalah
sebagai berikut :
Tabel 9. Analisis Rata-Rata Skor Masing-Masing Dimensi dan Pertanyaan Survey Budaya
Keselamatan Pasien di RSUD Kajen tahun 2018
NO FREKUENSI SKOR TOTAL RATA-
DIMENSI ITEM SOAL 1 2 3 4 5 SKOR RATA
SOAL
Grade E1 Berilah peringkat 1 33 75 223 7 1219 3.59
Keselamatan keselamatan
Pasien pasien di ruangan
(tambahan) Anda, beri satu
jawaban dengan
memberi tanda
rumput pada kotak
(√).
Jumlah G1 Dalam 12 bulan 99 35 33 20 2 358 1.05
pelaporan terakhir, menurut
kejadian pengetahuan
(tambahan) Anda, kira-kira
berapa kejadian
keselamatan
pasien yang
dilaporkan di
ruangan Anda?
Tulis angka
jawaban Anda
pada kotak yang
disediakan.
Team work A1 Setiap orang saling 3 1 39 191 114 1429 4.21
dalam unit mendukung satu
sama lain di
ruangan kami.
A3 Ketika suatu 2 1 30 193 113 1431 4.22
pekerjaan harus
diselesaikan
dengan cepat,
kami bekerja sama
sebagai suatu tim
untuk mengerjakannya.
A4 Di ruangan ini, 2 7 33 186 111 1414 4.17
setiap orang
memperlakukan
satu sama lain
dengan hormat.
A11 Ketika suatu area 15 59 104 122 39 1128 3.32
di ruangan ini
sibuk, yang lain
akan membantu.
Ekspektasi B1 Atasan saya 1 25 92 194 27 1238 3.65
dan aksi mengatakan bagus
pimpinan ketika beliau
dalam melihat pekerjaan
mempromo diselesaikan sesuai
sikan dengan prosedur
keselamata keselamatan
n pasien pasien.
B2 Atasan saya 1 10 64 228 36 1305 3.84
sangat serius
menanggapi saran
staf untuk
mengembangkan
keselamatan
pasien.
B4 Atasan saya 4 26 62 207 40 1270 3.74
mengabaikan
masalah
keselamatan
pasien yang terjadi
berulang.
Proses A6 Kami selalu aktif 1 2 27 227 82 1406 4.14
belajar bekerja untuk
organisasi, meningkatkan
perbaikan keselamatan
berkelanjutan pasien.
A9 Setiap kesalahan 4 12 22 228 73 1371 4.04
menjadikan
perbuahan yang
baik bagi ruangan
ini.
A13 Setelah kami 3 3 26 238 69 1384 4.08
melakukan perubahan
untuk mengembangkan
keselamatan pasien,
kami mengevaluasi
keefektifannya.
Dukungan F1 Manajemen rumah 2 10 37 234 56 1349 3.94
manajemen sakit mengembangkan
rumah sakit budaya kerja yang
dalam berfokus pada
keselamatan keselamatan pasien.
pasien F8 Tindakan manajemen 5 4 19 204 107 1421 4.19
rumah sakit
memperlihatkan bahwa
keselamatan pasien
adalah prioritas utama.
F9 Manajemen rumah 5 49 42 208 37 1242 3.66
sakit terlihat antusias
terhadap keselamatan
pasien hanya ketika
terjadi kejadian yang
tidak diharapkan
(KTD).
Keseluruha A15 Keselamatan pasien 6 19 14 203 97 1383 4.07
n persepsi tidak pernah
tentang dikorbankan dalam
keselamata menyelesaikan banyak
n pasien pekerjaan.
A18 SPO dan sistem kami 2 16 29 257 34 1321 3.8
sudah baik untuk
mencegah terjadinya
kesalahan.
A10 Hanya suatu kebetulan 54 187 26 67 5 799 2.35
bahwa kesalahan yang
serius tidak terjadi
disini.
A17 Kami punya masalah 5 57 66 185 19 1159 3.41
keselamatan pasien di
ruangan ini.
Umpan C1 Kami selalu diberikan 12 13 126 138 1218 3.59
balik dan umpan balik tentang
komunikasi perubahan yang terjadi
kejadian berdasarkan laporan
kesalahan kejadian.
C3 Kami selalu 3 15 83 142 96 1330 3.92
diinformasikan tentang
kesalahan yang terjadi
di ruangan ini.
C5 Di Ruangan ini kami 4 5 56 133 130 1408 4.15
berdiskusi tentang cara
mencegah kesalahan
terjadi lagi.
Keterbukaan C2 Staf bebas berbicara 27 33 73 143 63 1199 3.53
komunikasi tentang sesuatu jika hal
tersebut dapat
memberikan efek
negatif kepada pasien.
C4 Staf bebas untuk 10 23 92 149 65 1253 3.69
menanyakan keputusan
atau tindakan di luar
kewenangannya.
C6 Staf takut untuk 9 22 67 120 121 1339 3.69
mengajukan
pertanyaan ketika
sesuatu berjalan
tidak semestinya.
Frekuensi D1 Ketika kesalahan 11 37 83 144 64 1230 3.62
pelaporan terjadi, tapi sudah
kejadian/ diketahui dan
insiden diperbaiki sebelum
berimbas pada pasien
(Kejadian Nyaris
Cedera/KNC),
seberapa
sering hal tersebut
dilaporkan.
D2 Ketika kesalahan 12 22 65 150 90 1301 3.83
terjadi, tapi tidak
potensial mencederai
pasien (Kejadian
Potensial Cedera/
KPC), seberapa sering
itu dilaporkan.
D3 Ketika kesalahan 20 30 73 131 85 1248 3.68
terjadi, dan dapat
mencederai pasien,
namun tidak terjadi
cedera (Kejadian Tidak
Cedera/ KTC),
seberapa sering
terlaporkan.
Teamwork F4 Terjadi kerjasama yang 4 14 52 228 41 1305 3.84
antar unit baik antar ruangan
dalam dalam rumah sakit
rumah sakit untuk melakukan tugas
bersama.
F10 Ruangan dalam rumah 2 7 28 209 93 1401 4.13
sakit bekerja sama
dengan baik untuk
mewujudkan
pelayanan terbaik
kepada pasien.
F2 Ruangan dalam rumah 5 43 70 168 53 1238 3.65
sakit tidak
berkoordinasi dengan
baik satu sama lain.
F6 Sangat sering terjadi 1 24 58 214 42 1289 3.80
ketidaknyamanan saat
bekerja di ruangan lain
dalam rumah sakit.
Staffing A2 Kami memiliki cukup 7 64 73 152 43 1177 3.47
staf/ tenaga untuk
menyelesaikan beban
kerja kami.
A5 Staf di ruangan ini 48 113 107 65 6 885 2.16
bekerja lewat dari
waktu kerja, demi
memberikan pelayanan
yang terbaik bagi
pasien.
A7 Kami menggunakan 38 148 48 93 12 910 2.68
karyawan tidak tetap
untuk memberikan
pelayanan terbaik bagi
pasien.
A14 Kami bekerja seperti 28 156 67 76 12 905 2.66
dalam ‘situasi krisis’,
mencoba melakukan
pekerjaan yang terlalu
banyak dan terlalu
cepat.

Handoffs F3 Saat melakukan 9 37 104 163 26 1177 3.47


(serah transfer pasien antar
terima) dan ruangan merupakan
transisi kondisi yang sangat
berisiko untuk
terjadinya insiden.
F5 Informasi penting 4 31 67 185 52 1267 3.73
pasien sering hilang
pada saat pergantian
shift.
F7 Masalah sering terjadi 5 26 99 187 22 1212 3.57
dalam pertukaran
informasi antar
ruangan.
F11 Perubahan shift 2 15 20 215 87 1387 4.09
merupakan masalah
bagi pasien di rumah
sakit ini.
Respon A8 Apabila terjadi 6 52 57 196 28 1205 3.55
tidak kesalahan, staf merasa
menyalahkan seolah segala akibat
terhadap dari kesalahan mereka
kejadian ditimpakan kepada
kesalahan mereka sendiri.
A12 Ketika suatu kejadian 17 49 46 187 40 1201 3.54
dilaporkan, sepertinya
inti laporannya adalah
orangnya, bukan pada
masalahnya.
A16 Staf khawatir jika 30 158 61 81 9 893 2.64
kesalahannya tercatat
dalam catatan
kepegawaian.

Jika ditelusuri dari masing masing dimensi dan pertanyaan survey budaya keselamatan
pasien yang memiliki nilai rata-rata <3 poin maka ditemukan dimensi dan pertanyaan yang
membutuhkan perhatian secara nyata adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Analisis Rata-Rata Skor Masing-Masing Dimensi dan Pertanyaan Survey Budaya
Keselamatan Pasien di RSUD Kajen tahun 2018 yang lebih kecil dari <3 poin
FREKUENSI SKOR RATA
NO TOTAL
DIMENSI ITEM SOAL -
SOAL 1 2 3 4 5 SKOR
RATA
Jumlah G1 Dalam 12 bulan 99 35 33 20 2 358 1.05
pelaporan terakhir, menurut
kejadian pengetahuan
(tambahan) Anda,
kira-kira berapa
kejadian
keselamatan
pasien
yang dilaporkan di
ruangan Anda?
Tulis angka
jawaban Anda
pada
kotak yang
disediakan.
Keseluruha A10 Hanya suatu 54 187 26 67 5 799 2.35
n persepsi kebetulan bahwa
tentang kesalahan yang
keselamata serius tidak terjadi
n pasien disini
Staffing A5 Staf di ruangan ini 48 113 107 65 6 885 2.16
bekerja lewat dari
waktu kerja, demi
memberikan
pelayanan yang
terbaik bagi pasien
A7 Kami 38 148 48 93 12 910 2.68
menggunakan
karyawan tidak
tetap untuk
memberikan
pelayanan terbaik
bagi pasien
A14 Kami bekerja 28 156 67 76 12 905 2.66
seperti dalam
‘situasi krisis’,
mencoba
melakukan
pekerjaan yang
terlalu banyak dan
terlalu cepat
Respon A16 Staf khawatir jika 30 158 61 81 9 893 2.64
tidak kesalahannya
menyalahkan tercatat dalam
terhadap catatan
kejadian kepegawaian
kesalahan
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
1. Karakteristik : sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 136 orang
(61,82%). Sebagian besar responden berada pada usia 30 tahun. Sebagian besar responden
berpendidikan berpendidikan diploma, yaitu 97 orang (44,09%). Sebagian besar responden
telah bekerja di RSUD Kajen selama 6 - 10 tahun, yaitu 102 orang (46,36%). Sebagian besar
responden merupakan profesi perawat, yaitu 136 orang (61,82%). Sebagian besar responden
bekerjan 40 jam atau lebih dalam seminggu yaitu 167 orang (75,91%).
2. Nilai median skor keseluruhan survey budaya keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun
2018 adalah 160,00 jika dipersentasekan dengan nilai maksimum 220 maka akan dapat hasil
160/220*100% = 72,72%. Ini membuktikan bahwa RSUD Kajen berada pada posisi sedang
dalam hal budaya keselamatan pasien.
3. Jika dilihat dari 11 area penyebaran kuesioner terlihat lebih banyak ruangan yang nilai
median budaya keselamatan pasien responden yang mewakilinya lebih rendah dari median
keseluruhan, yaitu 5 area (45%), sedangkan yang lebih tinggi dari median keseluruhan yaitu
6 area (55%).
4. Jika ditelusuri dari masing masing dimensi dan pertanyaan survey budaya keselamatan
pasien yang memiliki nilai rata-rata <3 poin maka ditemukan dimensi dan pertanyaan yang
membutuhkan perhatian secara nyata adalah Jumlah pelaporan kejadian (tambahan),
Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien, Staffing, Respon tidak menyalahkan
terhadap kejadian kesalahan dengan kondisi yang perlu ditingkatkan adalah kondisi dengan
opini :
a. Kesadaran tentang jumlah pelaporan insiden.
b. Kesadaran tentang pencegahan terjadinya insiden, karena tidak terjadinya insiden dalam
suatu unit bukan disebabkan oleh kebetulan.
c. Kondisi di ruangan dimana bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan pelayanan
yang terbaik bagi pasien.
d. Jumlah staf/ tenaga untuk menyelesaikan beban kerja RS.
e. Penggunaan karyawan tidak tetap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien.
f. Kondisi kerja seperti dalam ‘situasi krisis’, mencoba melakukan pekerjaan yang terlalu
banyak dan terlalu cepat.
g. Kekhawatiran staf jika kesalahannya tercatat dalam catatan kepegawaian.
B. Rekomendasi
1. Kepada manajemen RSUD Kajen untuk menelusuri terlebih dahulu faktor yang dapat
menyebabkan ketidak seragaman nilai median budaya keselamatan pasien di setiap area,
sehingga dapat dibuat program spesifik terkait perbaikan-perbaikan dalam program
keselamatan pasien pada tahun berikutnya.
2. Memperbaiki kondisi dibawah ini (dengan membuat keputusan/ langkah-langkah strategis) :
a. Kesadaran tentang jumlah pelaporan insiden.
b. Kesadaran tentang pencegahan terjadinya insiden, karena tidak terjadinya insiden dalam
suatu unit bukan disebabkan oleh kebetulan.
c. Kondisi di ruangan dimana bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan pelayanan
yang terbaik bagi pasien.
d. Jumlah staf/ tenaga untuk menyelesaikan beban kerja RS.
e. Penggunaan karyawan tidak tetap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien.
f. Kondisi kerja seperti dalam ‘situasi krisis’, mencoba melakukan pekerjaan yang terlalu
banyak dan terlalu cepat.
g. Kekhawatiran staf jika kesalahannya tercatat dalam catatan kepegawaian.
Referensi

Agency for Healthcare Research and Quality. (2004). Hospital Survey on Patient Safety Culture. (R.
Westat, J. Sorra, & V. Nieva, Eds.). Rockville: Services, Agency for Healthcare Research and
Quality U.S. Department of Health and Human.
AHQR. (2000). Hospital Survey on Patient Safety Culture : Items and Dimensions, 4– 6.
Ariyani. (2009). Analisis Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Yang Mempengaruhi Sikap
Mendukung Penerapan Program Patient Safety Di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr Moewardi
Surakarta Tahun 2008 . Universitas Diponegoro.
Ayudyawardani, S. D. (2012). Pengembangan Model Budaya Keselamatan Pasien Yang Sesuai Di
Rumah Sakit Ibu Anak Tumbuh Kembang Cimanggis Tahun 2012 . Universitas Indonesia.
Bea, I. F., Pasinringi, S. A., & Noor, N. B. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Di
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Bagian Manajemen Rumah Sakit, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar , 1 –14.
Beginta, R. (2012). Pengaruh Budaya Keselamatan Pasien, Gaya Kepemimpinan, Tim Kerja,
Terhadap Persepsi Pelaporan Kesalahan Pelayanan oleh Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit
Umum daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2011. Universitas Indonesia.
Chooper, M. D. (2000). Towards a model of safety culture. Safety Science Journal , 36, 111 – 136.
Croll, Z. T., Coburn, A. F., & Pearson, K. B. (2012). Promoting a Culture of Safety : Use of the
Hospital Survey on Patient Safety Culture in Critical Access Hospitals. Flex Monitoring Team,
(April).
Departemen Kesehatan RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2008a). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Kedua).
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2008b). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (Kedua).
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Elrifda, S. (2011). Budaya Patient Safety dan Karakteristik Kesalahan Pelayanan : Implikasi
Kebijakan di Salah Satu Rumah Sakit di Kota Jambi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional , 6, No.
2( Oktober), 67 –76.
Hasan, I. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik . Jakarta: Bumi Aksara.
Jati, S. K. (2013). Pengaruh Peningkatan Mutu Layanan Dan Fasilitas Fisik Terhadap Budaya Dan
Insiden Keselamatan Pasien Di RS Paru Jember . Universitas Jember.
Jones, K. J., Skinner, A., Xu, L., & Sun, J. (2007). The AHRQ Hospital Survey on Patient Safety
Culture : A Tool to Plan and Evaluate Patient Safety Programs, (May).
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (2009). Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. Permenkes Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2011). Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Marella, W. M. (2007). Why Worry About Near Misses? Patient Safety & Quality Healthcare
Journal, (October), 1.
Mark, D. (2001). Patient Safety and the “ Just Culture :” A Primer For Health Care Executives ;
Medical Event Reporting System – Transfusion Medicine (MERS-TM). National Institutes of
Health Journal , (April), 3.
Mustikawati, Y. H. (2011). Analisis Determinan Kejadian Nyaris Cedera Dan Kejadian Tidak
Diharapkan Di Unit Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Universitas Indonesia.
Nivalinda, D., Hartini, M. C. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat
Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang. Departemen DKKD PSIK FK Universitas
Diponegoro, 1(November), 138 –145.
Nurmalia, D. (2012). Pengaruh Program Mentoring Keperawatan Terhadap Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap RS Islam Sultan Agung Semarang. Universitas
Indonesia.
Pujilestari, A., Maidin, A., & Anggraeni, R. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Oleh
Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Tahun 2013. Bagian Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar,
1 –13.
Rachmat, M. (2012). Buku Ajar Biostatistik: Aplikasi pada Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.
Rachmawati, E. (2011). Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien Di Rs Muhammadiyah-
‘Aisyiyah Tahun 2011. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka, 11 –34.
Ranji, S. R., & Shojania, K. G. (2008). Implementing Patient Safety Interventions In Your Hospital:
What To Try And What To Avoid. The Medical Clinics of North America Journal , 92( 2), 275 –93,
vi i–viii. doi:10.1016/j.mcna.2007.10.007
Saryono, & Anggraeni, M. D. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan (1st ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiowati, D. (2010). Hubungan Kepemimpinan Efektif Head Nurse Dengan Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Universitas Indonesia.
Sugiyono. (2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sujono, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., & Kurniawan, A. (2013). Aplikasi SPSS
untuk Smart Riset: Program SPSS IBM 21.0 . Bandung: Alfa Beta.
The Health Foundation. (2013). Safety Culture: What Is It And How Do We Monitor And Measure
It?. London.
Vincent, C. (2011). The Essentials of Patient Safety (2nd ed., p. 2). London: Imperial Centre for
Patient Safety and Service Quality Department of Surgery and Cancer Imperial College of Science,
Technology & Medicine.
WHO World Alliance For Patient Safety. (2005). WHO Draft Guidelines for Adverse Event
Reporting and Learning Systems : From Information To Action (1st ed., p. 7). Geneva, Switzerland:
World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai