Puji syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya Kepada kita semua, sehingga Laporan Survey Budaya Keselamatan Pasien RSUD
Kajen dapat terselesaikan dengan tepat waktu Laporan Survey Budaya Keselamatan Pasien RSUD
Kajen ini disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum budaya karyawan/staff RSUD
Kajen dalam melaksanakan keselamatan pasien. Laporan ini berisi tentang definisi, elemen budaya
keselamatan pasien, faktor-faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan pasien serta instrumen
survey budaya keselamatan pasien. Semoga Laporan ini dapat digunakan dalam proses peningkatan
mutu khususnya dalam mewujudkan keamanan pelayanan dan keselamatan pasien di RSUD Kajen
Kabupaten Pekalongan.
Tim Penyusun
PMKP RSUD Kajen
DAFTAR ISI
REFERENSI ………………………………………………………………………… 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien adalah pondasi utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Sejalan dengan perkembangan sistem pelayanan rumah sakit yang semakin kompleks,
menciptakan pelayanan yang aman bagi pasien di rumah sakit merupakan tantangan bagi setiap
manajemen rumah sakit. Membuat pelayanan rumah sakit menjadi lebih aman dan
mempertahankan keamanan tersebut merupakan hal yang sama beratnya untuk
diimplementasikan (Vincent, 2011). Penyelenggaraan keselamatan pasien khususnya dalam
manajemen kesalahan manusia (management of human error), dapat dikatakan mahir apabila
telah dilaksanakan dengan proses belajar kolektif dari kesalahan yang telah terjadi, baik belajar
dari kejadian nyaris cedera ataupun kejadian yang mengakibatkan kerugian yang sebenarnya
bagi pasien. Untuk mempromosikan budaya belajar dari kesalahan, manajemen rumah sakit
harus dapat mengidentifikasi budaya keselamatan pasien yang komprehensif. Budaya
keselamatan pasien ini terkait dengan motivasi pelaporan kejadian keselamatan pasien yang
dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan (blame free culture).
(Mark, 2001).
Berdasarkan SNARS edisi 1, diharapkan setiap rumah sakit membuat peningkatan mutu
dan keselamatan pasien yang mengintegrasikan semua kegiatan penyusunan ukuran, termasuk
ukuran budaya keselamatan pasien dan pelaporan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Integrasi
semua sistem ukuran akan memberikan kesempatan adanya penyelesaian dan perbaikan yang
berkesinambungan. Untuk itu, Sejak tahun RSUD Kajen mulai mengadopsi ukuran budaya
keselamatan pasien yang diimplementasikan kepada seluruh staf rumah sakit dari beberapa
sumber untuk langkah awal program keselamatan pasien yang baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Secara umum tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari budaya keselamatan pasien
RSUD Kajen tahun 2018.
2. Tujuan Khusus :
a. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien,
kesalahan medis dan laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.
b. Untuk mengetahui kesalahan medis di lingkungan rumah sakit.
c. Untuk mengetahui laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Budaya keselamatan pasien adalah kepercayaan, sikap dan nilai sebuah organisasi
kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan struktur, praktek,
peraturan dan kontrol keselamatan pasien. Budaya ini mencakup tiga komponen yaitu budaya
kerja, budaya pelaporan (insiden) dan budaya belajar (Croll, Coburn, & Pearson, 2012). Budaya
keselamatan pasien terfokus pada nilai, kepercayaan, dan asumsi staf terhadap iklim organisasi
(pelayanan kesehatan) dalam peningkatan program keselamatan pasien (The Health Foundation,
2013). Budaya keselamatan pasien adalah produk dari nilai, sikap, persepsi, kompetensi, dan
pola perilaku dari individu dan kelompok dalam sebuah organisasi (pelayanan kesehatan) yang
menentukan komitmen, gaya dan kemahiran dalam manajemen keselamatan pasien. Organisasi
(pelayanan kesehatan) yang memiliki budaya keselamatan pasien yang cenderung positif dapat
dilihat dari komunikasi saling percaya (mutual trust) antar komponen, dengan persepsi yang
sama tentang pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan besarnya manfaat tindakan
pencegahan (Agency for Healthcare Research and Quality, 2004).
2. Dimensi pertanyaan
Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan kedalam 9 bagian pada kuesioner
yang telah dilaksanakn uji validitas dan reliabilitas. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
a. Kelompok outcome (hasil) yang terdiri dari dua dimensi pertanyaan, yaitu sebagai
berikut:
1) Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien
2) Frekuensi pelaporan kejadian/ insiden
b. Kelompok budaya keselamatan yang terdiri dari 10 dimensi pertanyaan, yaitu sebagai
berikut :
1) Teamwork dalam unit
2) Ekspektasi dan aksi pimpinan dalam mempromosikan keselamatan pasien
3) Proses belajar organisasi, perbaikan berkelanjutan
4) Dukungan manajemen rumah sakit dalam keselamatan pasien
5) Umpan balik dan komunikasi kejadian kesalahan
6) Keterbukaan komunikasi
7) Teamwork antar unit dalam rumah sakit
8) Staffing
9) Handoffs (serah terima) dan transisi
10) Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian kesalahan
Adapun item soal dalam setiap dimensi pertanyaan dari survey budaya keselamatan
pasien tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini :
JENIS PILIHAN
DIMENSI NOMOR ITEM SOAL
SOAL JAWABAN
Grade E1 Berilah peringkat Positif Sempurna,
Keselamatan Keselamatan Pasien di Baik,
Pasien ruangan Anda, pilih satu Bisa Diterima,
(tambahan) jawaban dengan Sedang,
memberi tanda silang. Buruk
Jumlah G1 Dalam 12 bulan terakhir, Terbuka Menulis Angka
pelaporan menurut pengetahuan
kejadian Anda, kira-kira berapa
(tambahan) kejadian keselamatan
pasien yang dilaporkan
di ruangan Anda? Tulis
angka jawaban Anda
pada kotak yang
disediakan.
Teamwork A1 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
dalam saling mendukung. Setuju, Ragu,
unit Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
A3 Bila unit kami ada Positif Sangat setuju,
pekerjaan dan harus Setuju, Ragu,
dilakukan dalam waktu Tidak Setuju,
cepat, maka karyawan di Sangat tidak Setuju
unit kami bekerja
bersama-sama sebagai
tim untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut.
A4 Petugas di unit kami Positif Sangat setuju,
saling menghargai. Setuju, Ragu,
Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
A11 Bila area di unit kami Positif Sangat setuju,
sibuk, maka area lain Setuju, Ragu,
dari unit kami akan Tidak Setuju,
membantu. Sangat tidak Setuju
Ekspektasi dan B1 Atasan di unit kami Positif Sangat setuju,
aksi pimpinan memberi pujian jika Setuju, Ragu,
dalam melihat pekerjaan Tidak Setuju,
mempromosikan diselesaikan sesuai Sangat tidak Setuju
keselamatan prosedur keselamatan
pasien pasien.
B2 Atasan dengan serius Positif Sangat setuju,
mempertimbangkan Setuju, Ragu,
masukan staf untuk Tidak Setuju,
meningkatkan Sangat tidak Setuju
keselamatan pasien.
B3 Bila beban kerja tinggi, Negatif Sangat setuju,
Atasan kami meminta Setuju, Ragu,
kami bekerja cepat Tidak Setuju,
meski dengan Sangat tidak Setuju
mengambil jalan pintas.
B4 Atasan kami selalu Negatif Sangat setuju,
membesar-besarkan Setuju, Ragu,
masalah keselamatan Tidak Setuju,
pasien yang terjadi di Sangat tidak Setuju
unit kami.
Proses belajar A6 Unit kami aktif Positif Sangat setuju,
organisasi, melakukan kegiatan Setuju, Ragu,
perbaikan untuk meningkatkan Tidak Setuju,
berkelnjutan keselamatan pasien. Sangat tidak Setuju
A9 Di unit kami, kesalahan Positif Sangat setuju,
yang terjadi digunakan Setuju, Ragu,
untuk membuat Tidak Setuju,
perubahan ke arah yang Sangat tidak Setuju
positif.
A13 Untuk meningkatkan Positif Sangat setuju,
keselamatan pasien unit Setuju, Ragu,
kami melakukan Tidak Setuju,
evaluasi terhadap Sangat tidak Setuju
perubahan-perubahan/
perbaikan-perbaikan
yang dilakukan.
Dukungan F1 Manajemen rumah sakit Positif Sangat setuju,
manajemen membuat suasana kerja Setuju, Ragu,
rumah sakit yang mendukung Tidak Setuju,
dalam keselamatan pasien. Sangat tidak Setuju
keselamatan
pasien
F8 Tindakan manajemen Positif Sangat setuju,
RS menunjukkan bahwa Setuju, Ragu,
keselamatan pasien Tidak Setuju,
merupakan prioritas Sangat tidak Setuju
utama.
F9 Manajemen RS hanya Positif Sangat setuju,
tertarik pada Setuju, Ragu,
keselamatan pasien Tidak Setuju,
hanya bila terjadi KTD Sangat tidak Setuju
(Kejadian Tidak
Diharapkan).
Keseluruhan A15 Unit kami tidak pernah Positif Sangat setuju,
persepsi tentang mengorbankan Setuju, Ragu,
keselamatan keselamatan pasien Tidak Setuju,
pasien untuk menyelesaikan Sangat tidak Setuju
tugas lebih.
A18 Prosedur dan sistem di Positif Sangat setuju,
unit kami sudah baik Setuju, Ragu,
dalam mencegah Tidak Setuju,
insiden/error. Sangat tidak Setuju
A10 Merupakan Positif Sangat setuju,
keberuntungan bila Setuju, Ragu,
insiden yang lebih serius Tidak Setuju,
tidak terjadi di unit Sangat tidak Setuju
kami.
A17 Di unit kami banyak Positif Sangat setuju,
masalah keselamatan Setuju, Ragu,
pasien. Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
Umpan balik C1 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
dan komunikasi mendapat umpan balik Setuju, Ragu,
kejadian mengenai perubahan Tidak Setuju,
kesalahan yang dilaksanakan Sangat tidak Setuju
berdasarkan laporan
insiden.
C3 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
mendapat informasi Setuju, Ragu,
mengenai insiden yang Tidak Setuju,
terjadi di unit. Sangat tidak Setuju
C5 Di unit kami, Positif Sangat setuju,
didiskusikan cara Setuju, Ragu,
mencegah agar insiden Tidak Setuju,
tidak terulang kembali. Sangat tidak Setuju
Keterbukaan C2 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
komunikasi bebas berbicara jika Setuju, Ragu,
melihat sesuatu yang Tidak Setuju,
dapat berdampak negatif Sangat tidak Setuju
pada pelayanan pasien.
C4 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
dapat mempertanyakan Setuju, Ragu,
keputusan atau tindakan Tidak Setuju,
yang diambil oleh Sangat tidak Setuju
atasannya.
C6 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
takut bertanya jika Setuju, Ragu,
terjadi hal yang tidak Tidak Setuju,
benar. Sangat tidak
Setuju
Frekuensi D1 Ketika kesalahan terjadi, Positif Sangat setuju,
pelaporan tapi sudah diketahui dan Setuju, Ragu,
kejadian/ insiden diperbaiki sebelum Tidak Setuju,
berimbas pada pasien Sangat tidak Setuju
(Kejadian Nyaris
Cedera/KNC), seberapa
sering hal tersebut
dilaporkan?
D2 Ketika kesalahan terjadi, Positif Sangat setuju,
tapi tidak potensial Setuju, Ragu,
mencederai pasien Tidak Setuju,
(Kejadian Potensial Sangat tidak Setuju
Cedera/ KPC), seberapa
sering itu dilaporkan?
D3 Ketika kesalahan terjadi, Positif Sangat setuju,
dan dapat mencederai Setuju, Ragu,
pasien, namun tidak Tidak Setuju,
terjadi cedera (Kejadian Sangat tidak Setuju
Tidak Cedera/ KTC),
seberapa sering
terlaporkan?
Teamwork antar F4 Terdapat kerjasama yang Positif Sangat setuju,
unit dalam baik antar unit di RS Setuju, Ragu,
rumah untuk menyelesaikan Tidak Setuju,
sakit pekerjaan bersama. Sangat tidak Setuju
F10 Unit-unit di RS Positif Sangat setuju,
bekerjasama dengan Setuju, Ragu,
baik untuk memberikan Tidak Setuju,
pelayanan yang terbaik Sangat tidak Setuju
untuk pasien.
F2 Di RS kami, unit satu Positif Sangat setuju,
dengan unit yang lain Setuju, Ragu,
tidak berkoordinasi Tidak Setuju,
dengan baik. Sangat tidak Setuju
F6 Sering sangat tidak Positif Sangat setuju,
menyenangkan bekerja Setuju, Ragu,
dengan staf di unit lain Tidak Setuju,
di RS ini. Sangat tidak Setuju
Staffing A2 Unit kami tidak Positif Sangat setuju,
memiliki cukup staf Setuju, Ragu,
untuk menangani beban Tidak Setuju,
kerja yang berlebih. Sangat tidak Setuju
A5 Karyawan di unit kami Positif Sangat setuju,
bekerja lembur untuk Setuju, Ragu,
keselamatan pasien. Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
A7 Unit kami banyak Positif Sangat setuju,
menggunakan tenaga Setuju, Ragu,
honorer/karyawan tidak Tidak Setuju,
tetap (BLUD) untuk Sangat tidak Setuju
kegiatan keselamatan
pasien.
A14 Kami bekerja seolah- Positif Sangat setuju,
olah dalam keadaan Setuju, Ragu,
“krisis”, Tidak Setuju,
mencoba/berusaha Sangat tidak Setuju
berbuat banyak dengan
cepat.
Handoffs (serah F3 Bila terjadi pemindahan Positif Sangat setuju,
terima) dan pasien dari unit satu ke Setuju, Ragu,
transisi unit lain, pasti Tidak Setuju,
menimbulkan masalah Sangat tidak Setuju
terkait dengan informasi
pasien.
F5 Informasi penting Positif Sangat setuju,
mengenai pelayanan Setuju, Ragu,
pasien sering hilang saat Tidak Setuju,
pergantian jaga. Sangat tidak Setuju
F7 Masalah selalu timbul Positif Sangat setuju,
dalam pertukaran Setuju, Ragu,
informasi antar unit di Tidak Setuju,
RS. Sangat tidak Setuju
F11 Pergantian shift Positif Sangat setuju,
merupakan masalah Setuju, Ragu,
untuk pasien. Tidak Setuju,
Sangat tidak Setuju
Respon tidak A8 Karyawan unit kami sering Positif Sangat setuju,
menyalahkan merasa bahwa kesalahan Setuju, Ragu,
terhadap kejadian yang mereka lakukan Tidak Setuju,
kesalahan digunakan untuk Sangat tidak Setuju
menyalahkan mereka.
A12 Bila unit kami melaporkan Positif Sangat setuju,
suatu insiden, yang Setuju, Ragu,
dibicarakan adalah Tidak Setuju,
pelakunya bukan Sangat tidak Setuju
masalahnya.
A16 Karyawan merasa khawatir Positif Sangat setuju,
kesalahan yang mereka Setuju, Ragu,
buat akan dicatat di Tidak Setuju,
penilaian kinerja mereka. Sangat tidak Setuju
Sumber : (AHQR, 2004)
BAB III
METODE SURVEY
B. Instrumen Survey
Instrumen menggunakan survey budaya keselamatan pasien yang merupakan adopsi
dari Hospital Survey on Patient Safety Culture Agency for Healthcare Research and Quality
(AHRQ). Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit didesain untuk mengidentifikasi
opini staf rumah sakit tentang isu keselamatan pasien, kesalahan medikasi, dan pelaporan
kejadian. Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan ke dalam 9 bagian pada kuesioner yang
telah dilaksanakan uji validitas dan reliabilitas (Agency for Healthcare Research and Quality,
2004).
Adapun aturan pengisian kuesioner survey ini adalah sebagai berikut :
1. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien,
kesalahan medis dan laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.
2. Survey ini terdiri dari Sembilan bagian, yang pengisiannya membutuhkan waktu 10-15
menit.
3. Pada bagian A, B, dan F keterangan pilihan jawaban tertutup adalah sebagai berikut :
a. STS : Sangat Tidak Setuju
b. TS : Tidak Setuju
c. RG : Ragu
d. ST : Setuju
e. SS : Sangat Setuju
4. Pada bagian C, D keterangan pilihan jawaban tertutup adalah sebagai berikut :
a. TP : Tidak Pernah
b. JS : Jarang Sekali
c. JR : Jarang
d. SR : Sering
e. SL : Selalu
5. Pada bagian E, G dan H pilihan jawaban telah tertera secara jelas.
6. Pada bagian I responden bisa menuliskan jawaban secara terbuka (namun tidak akan
dianalisis secara kuantitatif).
7. Nilai untuk setiap pertanyaan adalah antara rentang 1 sampai dengan 5. Jika pertanyaan
positif dijawab dengan jawaban “selalu” atau “ sangat setuju”, maka nilainya adalah 5. Jika
pertanyaan positif dijawab dengan “tidak pernah” atau “sangat tidak setuju” maka nilainya
adalah 1, begitu pula sebaliknya dengan pertanyaan negatif.
8. Jumlah pertanyaan yang akan dianalisis adalah 44 pertanyaan, sehingga nilai maksimum
adalah 44 x 5 = 220 poin, dan nilai minimum adalah 44 x 1 = 44 poin.
Survey ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2019 dengan melibatkan 239 responden. Adapun
hasil survey yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 2 tampak bahwa median umur responden adalah 34 tahun, dimana
umur yang paling banyak adalah 30 tahun, umur terendah adalah 23 tahun dan umur tertinggi
adalah 59 tahun.
3. Latar Belakang Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil survey 239 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun 2019
berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Latar Belakang Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
di RSUD Kajen tahun 2019 Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
1 SLTA 61 25,52
2 Diploma 98 41,00
3 Sarjana 80 33,47
Total 239 100.00
Tabel 4. Latar Belakang Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
di RSUD Kajen tahun 2019 Berdasarkan Lama Bekerja
No Lama kerja Frekuensi (n) Persentase (%)
1 1 - 5 tahun 89 37,24
2 6 - 10 tahun 117 48,95
3 11-15 tahun 33 13,81
Total 239 100.00
Berdasarkan tabel 4 terlihat sebagian besar responden telah bekerja di RSUD Kajen
selama 6 - 10 tahun, yaitu 117 orang (48,95%).
Tabel 5. Latar Belakang Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
di RSUD Kajen tahun 2019 Berdasarkan Profesi
No Profesi Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Dokter 24 10,04
2 Perawat/Bidan 140 58,58
3 Apoteker 6 2,51
4 Asisten apoteker 10 4,18
5 Ahli gizi 8 3,35
6 Analis kesehatan 4 1,67
7 Radiografer 8 3,35
8 Lain- lain (OB, pramusaji) 39 16,32
Total 220 100.00
Berdasarkan tabel 6 terlihat sebagian besar responden bekerja 40 jam atau lebih
dalam seminggu yaitu 177 orang (74,06%).
Berdasarkan tabel 7 terlihat jika nilai median skor keseluruhan survey budaya
keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun 2018 adalah 160,00 jika dipersentasekan dengan nilai
maksimum 220 maka akan dapat hasil 180/220*100% = 81,82%. Ini membuktikan bahwa
RSUD Kajen berada pada posisi menengah ke atas dalam hal budaya keselamatan pasien, atau
mempunyai budaya keselamatan yang kuat.
C. Hasil Budaya Keselamatan Pasien Berdasarkan Area
Jika nilai hasil budaya keselamatan pasien dijabarkan berdasarkan area maka akan
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 8. Penjabaran nilai hasil budaya keselamatan pasien RSUD Kajen 2019
Berdasarkan Area
No Nama Ruangan Nilai Median Nilai Rata-Rata
1 IGD 182.00 180.00
2 ICU 185.00 171.80
3 IBS 183.00 172.00
4 Gizi 169.50 170.84
5 Radiologi 168.00 169.90
6 Rehabilitasi Medik 169.50 178.88
7 Laboratorium 184.00 176.57
8 Farmasi 168.50 169.90
9 Rawat Jalan 185.50 177.58
10 Rawat Inap 182.00 179.00
11 Hemodialisa 180.00 166.92
12 Administrasi/Umum 171.00 167.00
Jika dilihat dari 12 area penyebaran kuesioner terlihat lebih banyak ruangan yang nilai
median budaya keselamatan pasien responden yang mewakilinya lebih rendah dari median
keseluruhan, yaitu 5 area (42%), sedangkan yang lebih tinggi dari median keseluruhan yaitu 7
area (58%). Kondisi ini menunjukkan bahwa masih perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan
terkait keseragaman program keselamatan pasien di masing-masing area tersebut.
Namun, secara umum perlu diketahui terlebih dahulu faktor yang menyebabkan
ketidakseragaman tersebut. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi, beberapa faktor yang dapat
dilakukan analisis lebih mendalam sesuai dengan penelitian terdahulu adalah motivasi perawat
dan gaya kepemimpinan kepala ruangan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhinamita
Nivalinda, M.C. Inge Hartini, Agus Santoso tahun 2013 dengan judul : “Pengaruh Motivasi
Perawat dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan
Pasien oleh Perawat Pelaksana pada Rumah Sakit Pemerintah di Semarang”, menjelaskan
bahwa ada pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar
10,3%, ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan
pasien sebesar 36,8%. Ada pengaruh secara bersama-sama antara motivasi perawat dan gaya
kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar 39,2%.
(Nivalinda, Hartini, & Santoso, 2013).
Penelitian terdahulu yang lebih spesifik menjelaskan terkait hal yang dapat
menyebabkan ketidakseragaman budaya keselamatan pasien tersebut adalah dari faktor
pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung penerapan program
keselamatan pasien, dilakukan oleh Ariyani (2009) di Instalasi Perawatan Intensif RSUD DR
Moewardi Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan motivasi terhadap sikap mendukung penerapan program patient safety
(p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh Bersama-sama antara
pengetahuan (p = 0,006, Exp B = 2,322), motivasi (p = 0,020, Exp B = 2,093) terhadap sikap
mendukung penerapan program patient safety di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Untuk itu, dapat dijadikan pedoman di RSUD Kajen untuk menelusuri
terlebih dahulu faktor yang dapat menyebabkan ketidakseragaman nilai median budaya
keselamatan pasien di setiap area, sehingga dapat dibuat program spesifik terkait perbaikan-
perbaikan dalam program keselamatan pasien pada tahun berikutnya.
Tabel 10. Analisis Rata-Rata Skor Masing-Masing Dimensi dan Pertanyaan Survey Budaya
Keselamatan Pasien di RSUD Kajen tahun 2019 yang lebih kecil dari < 3 poin
FREKUENSI SKOR RATA
NO TOTAL
DIMENSI ITEM SOAL -
SOAL 1 2 3 4 5 SKOR
RATA
Jumlah G1 Dalam 12 bulan 99 35 33 20 2 358 1,89
pelaporan terakhir, menurut
kejadian pengetahuan
(tambahan) Anda,
kira-kira berapa
kejadian
keselamatan
pasien
yang dilaporkan di
ruangan Anda?
Tulis angka
jawaban Anda
pada
kotak yang
disediakan.
Staffing A5 Staf di ruangan ini 48 53 60 65 6 624 2,69
bekerja lewat dari
waktu kerja, demi
memberikan
pelayanan yang
terbaik bagi pasien
A7 Kami 38 88 48 43 12 590 2,58
menggunakan
karyawan tidak
tetap untuk
memberikan
pelayanan terbaik
bagi pasien
A14 Kami bekerja 28 103 37 46 12 589 2,61
seperti dalam
‘situasi krisis’,
mencoba
melakukan
pekerjaan yang
terlalu banyak dan
terlalu cepat
Respon A16 Staf khawatir jika 30 87 61 52 9 640 2,68
tidak kesalahannya
menyalahkan tercatat dalam
terhadap catatan
kejadian kepegawaian
kesalahan
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
1. Karakteristik : sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 143 orang
(59,83%). Sebagian besar responden berada pada usia 34 tahun. Sebagian besar responden
berpendidikan berpendidikan diploma, yaitu 98 orang (41,00%). Sebagian besar responden
telah bekerja di RSUD Kajen selama 6 - 10 tahun, yaitu 117 orang (48,95%). Sebagian besar
responden merupakan profesi perawat, yaitu 140 orang (58,58%). Sebagian besar responden
bekerjan 40 jam atau lebih dalam seminggu yaitu 177 orang (74,06%).
2. Nilai median skor keseluruhan survey budaya keselamatan pasien di RSUD Kajen tahun
2019 adalah 180,00 jika dipersentasekan dengan nilai maksimum 220 maka akan dapat hasil
180/220*100% = 81,82%. Ini membuktikan bahwa RSUD Kajen berada pada posisi
menengah ke atas dalam hal budaya keselamatan pasien, atau mempunyai budaya
keselamatan yang kuat.
3. Jika dilihat dari 12 area penyebaran kuesioner terlihat lebih banyak ruangan yang nilai
median budaya keselamatan pasien responden yang mewakilinya lebih rendah dari median
keseluruhan, yaitu 5 area (42%), sedangkan yang lebih tinggi dari median keseluruhan yaitu
7 area (58%).
4. Jika ditelusuri dari masing masing dimensi dan pertanyaan survey budaya keselamatan
pasien yang memiliki nilai rata-rata < 3 poin maka ditemukan dimensi dan pertanyaan yang
membutuhkan perhatian secara nyata adalah Jumlah pelaporan kejadian (tambahan),
Staffing, Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian kesalahan dengan kondisi yang perlu
ditingkatkan adalah kondisi dengan opini :
a. Kesadaran tentang jumlah pelaporan insiden.
b. Kondisi di ruangan dimana bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan pelayanan
yang terbaik bagi pasien.
c. Jumlah staf/ tenaga untuk menyelesaikan beban kerja RS.
d. Penggunaan karyawan tidak tetap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien.
e. Kondisi kerja seperti dalam ‘situasi krisis’, mencoba melakukan pekerjaan yang terlalu
banyak dan terlalu cepat.
f. Kekhawatiran staf jika kesalahannya tercatat dalam catatan kepegawaian.
B. Rekomendasi
1. Kepada manajemen RSUD Kajen untuk menelusuri terlebih dahulu faktor yang dapat
menyebabkan ketidak seragaman nilai median budaya keselamatan pasien di setiap area,
sehingga dapat dibuat program spesifik terkait perbaikan-perbaikan dalam program
keselamatan pasien pada tahun berikutnya.
2. Memperbaiki kondisi dibawah ini (dengan membuat keputusan/ langkah-langkah strategis) :
a. Kesadaran tentang jumlah pelaporan insiden.
b. Kondisi di ruangan dimana bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan pelayanan
yang terbaik bagi pasien.
c. Jumlah staf/ tenaga untuk menyelesaikan beban kerja RS.
d. Penggunaan karyawan tidak tetap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien.
e. Kondisi kerja seperti dalam ‘situasi krisis’, mencoba melakukan pekerjaan yang terlalu
banyak dan terlalu cepat.
f. Kekhawatiran staf jika kesalahannya tercatat dalam catatan kepegawaian.
Referensi
Agency for Healthcare Research and Quality. (2004). Hospital Survey on Patient Safety Culture. (R.
Westat, J. Sorra, & V. Nieva, Eds.). Rockville: Services, Agency for Healthcare Research and
Quality U.S. Department of Health and Human.
AHQR. (2000). Hospital Survey on Patient Safety Culture : Items and Dimensions, 4– 6.
Ariyani. (2009). Analisis Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Yang Mempengaruhi Sikap
Mendukung Penerapan Program Patient Safety Di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr Moewardi
Surakarta Tahun 2008 . Universitas Diponegoro.
Ayudyawardani, S. D. (2012). Pengembangan Model Budaya Keselamatan Pasien Yang Sesuai Di
Rumah Sakit Ibu Anak Tumbuh Kembang Cimanggis Tahun 2012 . Universitas Indonesia.
Bea, I. F., Pasinringi, S. A., & Noor, N. B. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Di
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Bagian Manajemen Rumah Sakit, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar , 1 –14.
Beginta, R. (2012). Pengaruh Budaya Keselamatan Pasien, Gaya Kepemimpinan, Tim Kerja,
Terhadap Persepsi Pelaporan Kesalahan Pelayanan oleh Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit
Umum daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2011. Universitas Indonesia.
Chooper, M. D. (2000). Towards a model of safety culture. Safety Science Journal , 36, 111 – 136.
Croll, Z. T., Coburn, A. F., & Pearson, K. B. (2012). Promoting a Culture of Safety : Use of the
Hospital Survey on Patient Safety Culture in Critical Access Hospitals. Flex Monitoring Team,
(April).
Departemen Kesehatan RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2008a). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Kedua).
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2008b). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (Kedua).
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Elrifda, S. (2011). Budaya Patient Safety dan Karakteristik Kesalahan Pelayanan : Implikasi
Kebijakan di Salah Satu Rumah Sakit di Kota Jambi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional , 6, No.
2( Oktober), 67 –76.
Hasan, I. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik . Jakarta: Bumi Aksara.
Jati, S. K. (2013). Pengaruh Peningkatan Mutu Layanan Dan Fasilitas Fisik Terhadap Budaya Dan
Insiden Keselamatan Pasien Di RS Paru Jember . Universitas Jember.
Jones, K. J., Skinner, A., Xu, L., & Sun, J. (2007). The AHRQ Hospital Survey on Patient Safety
Culture : A Tool to Plan and Evaluate Patient Safety Programs, (May).
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (2009). Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. Permenkes Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2011). Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Marella, W. M. (2007). Why Worry About Near Misses? Patient Safety & Quality Healthcare
Journal, (October), 1.
Mark, D. (2001). Patient Safety and the “ Just Culture :” A Primer For Health Care Executives ;
Medical Event Reporting System – Transfusion Medicine (MERS-TM). National Institutes of
Health Journal , (April), 3.
Mustikawati, Y. H. (2011). Analisis Determinan Kejadian Nyaris Cedera Dan Kejadian Tidak
Diharapkan Di Unit Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Universitas Indonesia.
Nivalinda, D., Hartini, M. C. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat
Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang. Departemen DKKD PSIK FK Universitas
Diponegoro, 1(November), 138 –145.
Nurmalia, D. (2012). Pengaruh Program Mentoring Keperawatan Terhadap Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap RS Islam Sultan Agung Semarang. Universitas
Indonesia.
Pujilestari, A., Maidin, A., & Anggraeni, R. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Oleh
Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Tahun 2013. Bagian Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar,
1 –13.
Rachmat, M. (2012). Buku Ajar Biostatistik: Aplikasi pada Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.
Rachmawati, E. (2011). Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien Di Rs Muhammadiyah-
‘Aisyiyah Tahun 2011. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka, 11 –34.
Ranji, S. R., & Shojania, K. G. (2008). Implementing Patient Safety Interventions In Your Hospital:
What To Try And What To Avoid. The Medical Clinics of North America Journal , 92( 2), 275 –93,
vi i–viii. doi:10.1016/j.mcna.2007.10.007
Saryono, & Anggraeni, M. D. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan (1st ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiowati, D. (2010). Hubungan Kepemimpinan Efektif Head Nurse Dengan Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Universitas Indonesia.
Sugiyono. (2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sujono, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., & Kurniawan, A. (2013). Aplikasi SPSS
untuk Smart Riset: Program SPSS IBM 21.0 . Bandung: Alfa Beta.
The Health Foundation. (2013). Safety Culture: What Is It And How Do We Monitor And Measure
It?. London.
Vincent, C. (2011). The Essentials of Patient Safety (2nd ed., p. 2). London: Imperial Centre for
Patient Safety and Service Quality Department of Surgery and Cancer Imperial College of Science,
Technology & Medicine.
WHO World Alliance For Patient Safety. (2005). WHO Draft Guidelines for Adverse Event
Reporting and Learning Systems : From Information To Action (1st ed., p. 7). Geneva, Switzerland:
World Health Organization.