Anda di halaman 1dari 27

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya Kepada kita semua, sehingga Laporan Survey Budaya
Keselamatan Pasien RS PKU Muhammadiyah Bima dapat terselesaikan dengan tepat waktu
Laporan Survey Budaya Keselamatan Pasien RS PKU Muhammadiyah ini disusun
dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum budaya karyawan/staff RS PKU
Muhammadiyah Bima dalam melaksanakan keselamatan pasien. Laporan ini berisi tentang
definisi, elemen budaya keselamatan pasien, factor-faktor yang mempengaruhi budaya
keselamatan pasien serta instrumen survey budaya keselamatan pasien. Semoga Laporan ini
dapat digunakan dalam proses peningkatan mutu khususnya dalam mewujudkan keamanan
pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima.

Tim Penyusun,
TKPRS PKU Muhammadiyah Bima.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................................2
2.1 Pengertian..........................................................................................................................2
2.2 Elemen budaya keselamatan pasien..................................................................................2
2.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien..............................2
2.4 Instrumen survey budaya keselamatan pasien..................................................................5
BAB III METODE SURVEY...................................................................................................12
3.1 Desain dan Definisi Operasional.....................................................................................12
3.2 Instrumen Survey............................................................................................................13
3.3 Uji validitas dan reliabilitas Instrumen...........................................................................14
BAB IV HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN.................................................................15
4.1 Karakteristik Responden.................................................................................................15
4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..............................................15
4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur...........................................................12
4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...................................................16
4.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja..............................................17
4.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi.........................................................17
4.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Pelatihan KP-RS.....................18
4.2. Hasil Budaya Keselamatan Pasien Secara Umum.........................................................18
4.3 Hasil Budaya Keselamatan Pasien Berdasarkan Area....................................................19
4.4 Analisis Dimensi Budaya Keselamatan Pasien...............................................................21
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI.........................................................................28
5.1 Simpulan..........................................................................................................................28
5.2 Rekomendasi...................................................................................................................29
Referensi...................................................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien adalah pondasi utama dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Sejalan dengan perkembangan sistem pelayanan rumah sakit yang semakin
kompleks, menciptakan pelayanan yang aman bagi pasien di rumah sakit merupakan
tantangan bagi setiap manajemen rumah sakit. Membuat pelayanan rumah sakit menjadi
lebih aman dan mempertahankan keamanan tersebut merupakan hal yang sama beratnya
untuk diimplementasikan. (Vincent, 2011).
Penyelenggaraan keselamatan pasien khususnya dalam manajemen kesalahan
manusia (management of human error), dapat dikatakan mahir apabila telah dilaksanakan
dengan proses belajar kolektif dari kesalahan yang telah terjadi, baik belajar dari kejadian
nyaris cedera ataupun kejadian yang mengakibatkan kerugian yang sebenarnya bagi
pasien. Untuk mempromosikan budaya belajar dari kesalahan, manajemen rumah sakit
harus dapat mengidentifikasi budaya keselamatan pasien yang komprehensif. Budaya
keselamatan pasien ini terkait dengan motivasi pelaporan kejadian keselamatan pasien
yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan (blame free
culture). (Mark, 2001)
Berdasarkan SNARS edisi 1, diharapkan setiap rumah sakit membuat
peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang mengintegrasikan semua kegiatan
penyusunan ukuran,termasuk ukuran budaya keselamatan pasien dan pelaporan KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan).Integrasi semua sistem ukuran akan memberikan kesempatan
adanya penyelesaian dan perbaikan yang berkesinambungan. Untuk itu, Mulai awal tahun
2019 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima mulai mengadopsi ukuran budaya
keselamatan pasien yang diimplementasikan kepada seluruh staf rumah sakit dari beberapa
sumber untuk langkah awal program keselamatan pasien yang baik.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Secara umum tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari budaya
keselamatan pasien Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019.
1.2.2 Tujuan Khusus :
a. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien,
kesalahan medis dan laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.
b. Untuk mengetahui kesalahan medis di lingkungan rumah sakit.
c. Untuk mengetahui laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian
Budaya keselamatan pasien adalah kepercayaan, sikap dan nilai sebuah
organisasi kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan struktur,
praktek, peraturan dan kontrol keselamatan pasien. Budaya ini mencakup tiga komponen
yaitu budaya kerja, budaya pelaporan (insiden) dan budaya belajar (Croll, Coburn, &
Pearson, 2012).
Budaya keselamatan pasien terfokus pada nilai, kepercayaan, dan asumsi staf
terhadap iklim organisasi (pelayanan kesehatan) dalam peningkatan program keselamatan
pasien (The Health Foundation, 2013).
Budaya keselamatan pasien adalah produk dari nilai, sikap, persepsi,
kompetensi, dan pola perilaku dari individu dan kelompok dalam sebuah organisasi
(pelayanan kesehatan) yang menentukan komitmen, gaya dan kemahiran dalam
manajemen keselamatan pasien. Organisasi (pelayanan kesehatan) yang memiliki budaya
keselamatan pasien yang cenderung positif dapat dilihat dari komunikasi saling percaya
(mutual trust) antar komponen, dengan persepsi yang sama tentang pentingnya
keselamatan, dan dengan keyakinan akan besarnya manfaat tindakan pencegahan (Agency
for Healthcare Research and Quality, 2004).

2.2 Elemen budaya keselamatan pasien


Berbagai definisi terkait budaya keselamatan pasien mencakup banyak elemen
umum dalam pelayanan kesehatan. Elemen budaya keselamatan pasien mengacu pada
peningkatan kepercayaan dan perilaku dari staf dalam mengidentifikasi dan belajar dari
kesalahan (Jones, Skinner, Xu, & Sun, 2007). Menurut The Institute Of Medicine (IOM)
dalam Jones, Skinner, Xu, & Sun (2007), budaya keselamatan pasien membutuhkan tiga
elemen penting yaitu :
1. Kepercayaan, walaupun proses pelayanan kesehatan memiliki risiko yang tinggi,
namun dirancang kegiatan yang dapat mencegah kesalahan.
2. Komitmen, dari organisasi untuk mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan
3. Lingkungan kerja, kedisiplinan manajer yang dirasakan saat staf diketahui
meningkatkan risiko cedera pasien dan keluarga.
Budaya keselamatan dapat dilihat dari kehandalan rumah sakit yang memiliki
karakteristik kompleks, proses pelayanan yang sangat berisiko namun dapat menekan
angka insiden kesalahan. Rumah sakit yang dapat menyandang gelar handal/ mahir hanya
jika dapat “bekerja sama” dengan kesalahan, peka terhadap staf yang dapat mempengaruhi
proses pelayanan, memberikan kesempatan kepada orang-orang yang benar-benartahu
proses untuk mengambil keputusan dan anti budaya menyalahkan pada saat terjadi
kesalahan pada proses yang kompleks.

2.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien


Menurut Geller dalam Chooper (2000), tentang Total Safety Culture,
menyebutkan bahwa ada tiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi budaya
keselamatan pasien, yaitu sebagai berikut : (Chooper, 2000)
a. Faktor personal yaitu cenderung dari orang/ manusia yang bekerja dalam suatu orgaisasi
rumah sakit. Faktor personal ini terdiri dari:
1) Pengetahuan
2) Sikap

2
3) Motivasi
4) Kompetensi
5) Kepribadian
b. Faktor perilaku organisasi yaitu kondisi lingkungan kerja yang diukur dari segi
organisasi pelayanan kesehatan secara umum. Faktor perilaku organisasi yaitu:
1) Kepemimpinan
2) Kewaspadaan Situasi
3) Komunikasi
4) Kerja Tim
5) Stress
6) Kelelahan
7) Kepemimpinan Tim
8) Pengambilan Keputusan
c. Faktor lingkungan merupakan pendukung proses pelayanan dalam organisasi kesehatan,
yang terdiri dari :
1) Perlengkapan
2) Peralatan
3) Mesin
4) Kebersihan
5) Teknik
6) Standar prosedur operasional

2.4 Instrumen survey budaya keselamatan pasien


Salah satu survey budaya keselamatan yang dikembangkan oleh Agency for
Health Care Research and Quality (AHRQ) adalah The Hospital Survey on Patient Safety
dengan 12 elemen yang dikembangkan sejak tahun 2004 untuk mengukur budaya
keselamatan pasien dari perspektif staf. Adapun beberapa penjelasan terkait instrumen
survey budaya keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
a. Responden
Responden yang dapat mengisi instrumen survey budaya keselamatan pasien
adalah seluruh jenis staf yang berada di pelayanan rumah sakit. Survey ini sangat cocok
dilaksanakan pada:
1) Staf rumah sakit yang secara langsung bersentuhan dengan pasien (staf klinik seperti
dokter, perawat, fisiotherapist. Staf non klinik seperti billing ruangan dan lain-lain).
2) Staf rumah sakit yang kemungkinan tidak bersentuhan langsung dengan pasien,
namun pelayanannya dapat mempengaruhi pasien (staf farmasi, analis laboratorium,
dan lain-lain)
3) Pimpinan, manajer dan petugas administrasi rumah sakit.
b. Dimensi pertanyaan
Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan kedalam 9 bagian pada kuesioner
yang telah dilaksanakn uji validitas dan reliabilitas. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Kelompok outcome (hasil) yang terdiri dari dua dimensi pertanyaan, yaitu sebagai
berikut:
a) Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien
b) Frekuensi pelaporan kejadian/ insiden
2) Kelompok budaya keselamatan yang terdiri dari 10 dimensi pertanyaan, yaitu sebagai
berikut :
a) Teamwork dalam unit
b) Ekspektasi dan aksi pimpinan dalam mempromosikan keselamatan pasien

3
c) Proses belajar organisasi, perbaikan berkelanjutan
d) Dukungan manajemen rumah sakit dalam keselamatan pasien
e) Umpan balik dan komunikasi kejadian kesalahan
f) Keterbukaan komunikasi
g) Teamwork antar unit dalam rumah sakit
h) Staffing
i) Handoffs (serah terima) dan transisi
j) Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian kesalahan
Adapun item soal dalam setiap dimensi pertanyaan dari survey budaya
keselamatan pasien tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:
JENIS PILIHAN
DIMENSI NOMOR ITEM SOAL
SOAL JAWABAN
Grade Berilah peringkat
Keselamatan keselamatan pasien di
Sempurna, Sangat
Pasien ruangan Anda, beri satu
E1 Positif Bagus, Cukup,
(tambahan) jawaban dengan memberi
Kurang, Buruk
tanda rumput pada kotak
(√)
Jumlah pelaporan Dalam 12 bulan terakhir,
kejadian menurut pengetahuan
(tambahan) Anda, kira-kira berapa
kejadian keselamatan
G1 pasien yang dilaporkan di Terbuka Menulis angka
ruangan Anda? Tulis
angka jawaban Anda
pada kotak yang
disediakan.
Teamwork dalam Sangat setuju,
unit Setiap orang saling Setuju, Ragu,
A1 mendukung satu sama Positif Tidak Setuju,
lain di ruangan kami Sangat tidak
Setuju
Ketika suatu pekerjaan Sangat setuju,
harus diselesaikan dengan Setuju, Ragu,
A3 cepat, kami bekerja sama Positif Tidak Setuju,
sebagai suatu tim untuk Sangat tidak
mengerjakannya Setuju
Sangat setuju,
Di ruangan ini, setiap
Setuju, Ragu,
orang memperlakukan
A4 Positif Tidak Setuju,
satu sama lain dengan
Sangat tidak
hormat
Setuju
Sangat setuju,
Ketika suatu area di Setuju, Ragu,
A11 ruangan ini sibuk, yang Positif Tidak Setuju,
lain akan membantu Sangat tidak
Setuju
Ekspektasi dan B1 Atasan saya mengatakan Positif Sangat setuju,
aksi pimpinan bagus ketika beliau Setuju, Ragu,
dalam melihat pekerjaan Tidak Setuju,

4
mempromosikan diselesaikan sesuai
Sangat tidak
keselamatan dengan prosedur
Setuju
pasien keselamatan pasien
Sangat setuju,
Atasan saya sangat serius
Setuju, Ragu,
menanggapi saran staf
B2 Positif Tidak Setuju,
untuk mengembangkan
Sangat tidak
keselamatan pasien
Setuju
Sangat setuju,
Ketika ada tekanan,
Setuju, Ragu,
atasan saya ingin sekali
B3 Negatif Tidak Setuju,
bekerja cepat, walaupun
Sangat tidak
dengan jalan pintas
Setuju
Sangat setuju,
Atasan saya mengabaikan
Setuju, Ragu,
masalah keselamatan
B4 Negatif Tidak Setuju,
pasien yang terjadi
Sangat tidak
berulang
Setuju
Proses belajar Sangat setuju,
organisasi, Kami selalu aktif bekerja Setuju, Ragu,
perbaikan A6 untuk meningkatkan Positif Tidak Setuju,
berkelnjutan keselamatan pasien Sangat tidak
Setuju
Sangat setuju,
Setiap kesalahan
Setuju, Ragu,
menjadikan perbuahan
A9 Positif Tidak Setuju,
yang baik bagi ruangan
Sangat tidak
ini
Setuju
Setelah kami melakukan
Sangat setuju,
perubahan untuk
Setuju, Ragu,
mengembangkan
A13 Positif Tidak Setuju,
keselamatan pasien, kami
Sangat tidak
mengevaluasi
Setuju
keefektifannya
Dukungan Sangat setuju,
Manajemen rumah sakit
manajemen Setuju, Ragu,
mengembangkan budaya
rumah sakit F1 Positif Tidak Setuju,
kerja yang berfokus pada
dalam Sangat tidak
keselamatan pasien
keselamatan Setuju
pasien Tindakan manajemen Sangat setuju,
rumah sakit Setuju, Ragu,
F8 memperlihatkan bahwa Positif Tidak Setuju,
keselamatan pasien Sangat tidak
adalah prioritas utama Setuju
Manajemen rumah sakit
Sangat setuju,
terlihat antusias terhadap
Setuju, Ragu,
keselamatan pasien hanya
F9 Negatif Tidak Setuju,
ketika terjadi kejadian
Sangat tidak
yang tidak diharapkan
Setuju
(KTD)
Keseluruhan A15 Keselamatan pasien tidak Positif Sangat setuju,

5
persepsi tentang Setuju, Ragu,
pernah dikorbankan
keselamatan Tidak Setuju,
dalam menyelesaikan
pasien Sangat tidak
banyak pekerjaan
Setuju
Sangat setuju,
SPO dan sistem kami
Setuju, Ragu,
sudah baik untuk
A18 Positif Tidak Setuju,
mencegah terjadinya
Sangat tidak
kesalahan
Setuju
Sangat setuju,
Hanya suatu kebetulan Setuju, Ragu,
A10 bahwa kesalahan yang Negatif Tidak Setuju,
serius tidak terjadi disini Sangat tidak
Setuju
Sangat setuju,
Kami punya masalah Setuju, Ragu,
A17 keselamatan pasien di Negatif Tidak Setuju,
ruangan ini Sangat tidak
Setuju
Umpan balik dan Kami selalu diberikan
Selalu, Sering,
komunikasi umpan balik tentang
Jarang, Jarang
kejadian C1 perubahan yang terjadi Positif
Sekali, Tidak
kesalahan berdasarkan laporan
Pernah
kejadian
Kami selalu Selalu, Sering,
diinformasikan tentang Jarang, Jarang
C3 Positif
kesalahan yang terjadi di Sekali, Tidak
ruangan ini Pernah
Di Ruangan ini kami Selalu, Sering,
berdiskusi tentang cara Jarang, Jarang
C5 Positif
mencegah kesalahan Sekali, Tidak
terjadi lagi Pernah
Keterbukaan Staf bebas berbicara
Selalu, Sering,
komunikasi tentang sesuatu jika hal
Jarang, Jarang
C2 tersebut dapat Positif
Sekali, Tidak
memberikan efek negatif
Pernah
kepada pasien
Staf bebas untuk Selalu, Sering,
menanyakan keputusan Jarang, Jarang
C4 Positif
atau tindakan di luar Sekali, Tidak
kewenangannya Pernah
Staf takut untuk Selalu, Sering,
mengajukan pertanyaan Jarang, Jarang
C6 Negatif
ketika sesuatu berjalan Sekali, Tidak
tidak semestinya Pernah
Frekuensi D1 Ketika kesalahan terjadi, Positif Selalu, Sering,
pelaporan tapi sudah diketahui dan Jarang, Jarang
kejadian/ insiden diperbaiki sebelum Sekali, Tidak
berimbas pada pasien Pernah
(Kejadian Nyaris Cedera/
KNC), seberapa sering

6
hal tersebut dilaporkan
Ketika kesalahan terjadi,
tapi tidak potensial Selalu, Sering,
mencederai pasien Jarang, Jarang
D2 Positif
(Kejadian Potensial Sekali, Tidak
Cedera/ KPC), seberapa Pernah
sering itu dilaporkan
Ketika kesalahan terjadi,
dan dapat mencederai
Selalu, Sering,
pasien, namun tidak
Jarang, Jarang
D1 terjadi cedera (Kejadian Positif
Sekali, Tidak
Tidak Cedera/ KTC),
Pernah
seberapa sering
terlaporkan
Teamwork antar Sangat setuju,
Terjadi kerjasama yang
unit dalam rumah Setuju, Ragu,
baik antar ruangan dalam
sakit F4 Positif Tidak Setuju,
rumah sakit untuk
Sangat tidak
melakukan tugas bersama
Setuju
Ruangan dalam rumah Sangat setuju,
sakit bekerja sama Setuju, Ragu,
F10 dengan baik untuk Positif Tidak Setuju,
mewujudkan pelayanan Sangat tidak
terbaik kepada pasien Setuju
Sangat setuju,
Ruangan dalam rumah
Setuju, Ragu,
sakit tidak berkoordinasi
F2 Negatif Tidak Setuju,
dengan baik satu sama
Sangat tidak
lain
Setuju
Sangat setuju,
Sangat sering terjadi
Setuju, Ragu,
ketidaknyamanan saat
F6 Negatif Tidak Setuju,
bekerja di ruangan lain
Sangat tidak
dalam rumah sakit
Setuju
Staffing Sangat setuju,
Kami memiliki cukup
Setuju, Ragu,
staf/ tenaga untuk
A2 Positif Tidak Setuju,
menyelesaikan beban
Sangat tidak
kerja kami
Setuju
Staf di ruangan ini Sangat setuju,
bekerja lewat dari waktu Setuju, Ragu,
A5 kerja, demi memberikan Negatif Tidak Setuju,
pelayanan yang terbaik Sangat tidak
bagi pasien Setuju
Kami menggunakan Sangat setuju,
karyawan tidak tetap Setuju, Ragu,
A7 untuk memberikan Negatif Tidak Setuju,
pelayanan terbaik bagi Sangat tidak
pasien Setuju
A14 Kami bekerja seperti Negatif Sangat setuju,
dalam ‘situasi krisis’, Setuju, Ragu,

7
mencoba melakukan Tidak Setuju,
pekerjaan yang terlalu Sangat tidak
banyak dan terlalu cepat Setuju
Handoffs (serah Saat melakukan transfer Sangat setuju,
terima) dan pasien antar ruangan Setuju, Ragu,
transisi F3 merupakan kondisi yang Negatif Tidak Setuju,
sangat berisiko untuk Sangat tidak
terjadinya insiden Setuju
Sangat setuju,
Informasi penting pasien Setuju, Ragu,
F5 sering hilang pada saat Negatif Tidak Setuju,
pergantian shift Sangat tidak
Setuju
Sangat setuju,
Masalah sering terjadi Setuju, Ragu,
F7 dalam pertukaran Negatif Tidak Setuju,
informasi antar ruangan Sangat tidak
Setuju
Sangat setuju,
Perubahan shift Setuju, Ragu,
F11 merupakan masalah bagi Negatif Tidak Setuju,
pasien di rumah sakit ini Sangat tidak
Setuju
Respon tidak Apabila terjadi kesalahan, Sangat setuju,
menyalahkan staf merasa seolah segala Setuju, Ragu,
terhadap kejadian A8 akibat dari kesalahan Negatif Tidak Setuju,
kesalahan mereka ditimpakan Sangat tidak
kepada mereka sendiri Setuju
Ketika suatu kejadian Sangat setuju,
dilaporkan, sepertinya inti Setuju, Ragu,
A12 laporannya adalah Negatif Tidak Setuju,
orangnya, bukan pada Sangat tidak
masalahnya Setuju
Sangat setuju,
Staf khawatir jika
Setuju, Ragu,
kesalahannya tercatat
A16 Negatif Tidak Setuju,
dalam catatan
Sangat tidak
kepegawaian
Setuju
Sumber : (AHQR, 2004)

8
BAB III
METODE SURVEY

3.1 Desain dan Definisi Operasional


Secara umum kegiatan ini merupakan penelitian observasional deskriptif, yaitu
penelitian pengamatan (survey) yang mencoba mencari gambaran variabel tanpa
melakukan intervensi kepada target penelitian (Setiadi, 2007). Desain yang digunakan
adalah potong lintang (cross-sectional), yaitu peneliti hanya melakukan observasi dan
pengukuran variabel dalam suatu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas
harus tepat waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya
dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran
(Saryono & Anggraeni, 2012). Adapun definisi operasional dari variable budaya
keselamatan pasien iniadalah sebagai berikut :
DEFINISI ALAT HASIL
VARIABEL CARA UKUR SKALA
OPERASIONAL UKUR UKUR
Budaya Skor rata-rata Dilihat dari Survey Skor total Interval
keselamatan produk dari nilai, hasil survey Budaya jawaban
pasien sikap, persepsi, menggunakan Keselamatan kuesioner
kompetensi, dan kuesioner Pasien
pola perilaku dari Rumah
staf perawat di Sakit,
ruang rawat inap Agency for
RSUP Sanglah Healthcare
Denpasar, yang Research and
menentukan Quality,
komitmen, gaya 2004
dan kemahiran
dalam manajemen

9
keselamatan
pasien yang
diukur dari
perspektif staf

3.2 Instrumen Survey


Instrumen menggunakan survey budaya keselamatan pasien yang telah baku
digunakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima sejak tahun 2019, yang merupakan
adopsi dari Hospital Survey on Patient Safety Culture Agency for Healthcare Research and
Quality (AHRQ). Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit diciptakan November
2004, yang didesain untuk mengidentifikasi opini staf rumah sakit tentang isu keselamatan
pasien, kesalahan medikasi, dan pelaporan kejadian. Survey budaya keselamatan pasien
terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang
dituangkan kedalam 9 bagian pada kuesioner yang telah dilaksanakn uji validitas dan
reliabilitas. (Agency for Healthcare Research and Quality, 2004). Adapun aturan pengisian
kuesioner survey ini adalah sebagai berikut :
1. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien,
kesalahan medis dan laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.
2. Survey ini terdiri dari Sembilan bagian, yang pengisiannya membutuhkan waktu 10-15
menit.
3. Pada bagian A, B, C dan F keterangan pilihan jawaban tertutup adalah sebagai berikut,
1) STS : Sangat Tidak Setuju
2) TS : Tidak Setuju
3) RG : Ragu
4) ST : Setuju
5) SS : Sangat Setuju
4. Pada bagian D keterangan pilihan jawaban tertutup adalah sebagai berikut,
1) TP : Tidak Pernah
2) JS : Jarang Sekali
3) JR : Jarang
4) SR : Sering
5) SL : Selalu
5. Pada bagian E, G dan H pilihan jawaban telah tertera secara jelas.
6. Pada bagian I responden bisa menuliskan jawaban secara terbuka (namun tidak akan
dianalisis secara kuantitatif).
7. Nilai untuk setiap pertanyaan adalah antara rentang 1 sampai dengan 5. Jika
pertanyaan positif di jawab dengan jawaban “selalu” atau “ sangat setuju”, maka
nilainya adalah 5. Jika pertanyaan positif dijawab dengan “tidak pernah” atau “sangat
tidak setuju” maka nilainya adalah 1, begitu pula sebaliknya dengan pertanyaan
negatif.
8. Jumlah pertanyaan yang akan dianalisis adalah 42 pertanyaan, sehingga nilai
maksimum adalah 42 x 5 = 210 poin, dan nilai minimum adalah 42 x 1 = 42 poin.

3.3 Uji validitas dan reliabilitas Instrumen


Penelitian ini menggunakan instrumen survey budaya keselamatan pasien yang
digunakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima yang merupakan adopsi dari
Hospital Survey on Patient Safety Culture Agency for Healthcare Research and Quality

10
(AHRQ). Untuk itu, peneliti tidak melaksanakan uji validitas dan reliabilitas ulang
terhadap instrumen tersebut.

BAB IV
HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

Survey ini telah dilaksanakan selama bulan Maret sampai dengan april 2019
dengan melibatkan 40 responden. Adapun hasil survey yang telah dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang akan dijabarkan adalah berdasarkan, jenis kelamin,
umur, pendidikan, lama bekerja, profesi dan pengalaman pelatihan KP-RS, adapun
hasilnya adalah sebagai berikut :
4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bima tahun 2019 berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 Berdasarkan Jenis
Kelamin

No Frekuensi (n) Persentase (%)


1 Laki-Laki 13 32,5%
2 Perempuan 27 67,5%
Total 40 100

Berdasarkan tabel 1 terlihat jika sebagian besar responden berjenis kelamin


perempuan yaitu 27 (67,5%).
4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bima tahun 2019 berdasarkan umur adalah sebagai berikut :

11
Tabel 2 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien Di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 Berdasarkan Umur

No. Kriteria frekuensi


1 Mean 29,7
2 Median 29,5
3 Mode 29
4 Minimum 22
5 Maximum 37

Berdasarkan tabel 2 tampak bahwa median umur responden adalah 29 tahun,


dimana umur yang paling banyak adalah 29 tahun, umur terendah adalah 22 tahun dan
umur tertinggi adalah 37 tahun.

4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Berdasarkan hasil survey 339 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bima tahun 2019 berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimatahun 2019 Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)


1 SLTA 6 15
2 Diploma 15 37,5
3 Sarjana 19 47,5
Total 40 100

Berdasarkan tabel 3 terlihat jika sebagian besar responden berpendidikan


sarjana, yaitu 19 (47,5%)
4.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bima tahun 201 berdasarkan lama bekerja adalah sebagai berikut :

Tabel 4 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien di


Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimabtahun 2019 Berdasarkan Lama Bekerja

No Lama Bekerja Frekuensi (n) Persentase (%)


1 < 1 tahun 3 7,5
2 1-5 tahun 24 60
3 6-10 tahun 11 27,5
4 11-15 tahun 2 5
5 16-20 tahun 0 0
6 21 tahun atau lebih 0 0
Total 40 100

Berdasarkan tabel 4 terlihat sebagian besar responden telah bekerja di Rumah


Sakit PKU Muhammadiyah Bimaselama 1-5 tahun, yaitu 168 orang (60%).
4.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi

12
Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bima tahun 2019 berdasarkan profesi adalah sebagai berikut :

Tabel 5 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien di


Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimatahun 2019 Berdasarkan Profesi

No Profesi Frekuensi (n) Persentase (%)


1 Dokter 3 7,5
2 Perawat 26 65
3 apoteker 2 5
4 analis kesehatan 6 15
5 Radiographer 3 7,5
Total 339 100

Berdasarkan tabel 5 tampak sebagai besar responden merupakan profesi


perawat, yaitu 26 orang (65%)

4.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja


Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik
responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bimatahun 2019 berdasarkan jam kerja adalah sebagai berikut :
Tabel 6 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 Berdasarkan Jam Kerja
No Jam kerja Frekuensi (n) Persentase (%)
1 < 20 jam seminggu 3 7,5
2 20-39 jam seminggu 9 22,5
3 40 jam atau lebih seminggu 28 70
Total 40 100

Berdasarkan tabel 6 terlihat sebagai besar responden bekerjan 40 jam atau lebih
dalam seminggu yaitu 28 Orang (70%)

4.2. Hasil Budaya Keselamatan Pasien Secara Umum


Secara umum dapat dianalisis skor keseluruhan nilai budaya keselamatan pasien
untuk 40 responden adalah sebagai berikut:
Tabel 7 Ukuran pemusatan skor keseluruhan survey budaya keselamatan pasien di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019
No Ukuran Skor
1 Mean 135.45
2 Median 130
3 Mode 120
4 Minimum 83
5 Maximum 180

Berdasarkan tabel 7 terlihat jika nilai median skor keseluruhan survey budaya
keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 adalah 130,00
jika dipersentasekan dengan nilai maksimum 210 maka akan dapat hasil 130/210*100% =
61,9%. Ini membuktikan bahwa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima berada pada
posisi menengah keatas dalam hal budaya keselamatan pasien. Hasil penelitian ini
cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

13
Bea, Pasinringi, & Noor (2013) dengan judul “Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Di
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013”. Hasil penelitian terdahulu menemukan
bahwa budaya keselamatan pasien Rumah Sakit Universitas Hasanuddin tergolong kuat
dengan persentasi 71,57%. Penelitian terdahulu tersebut menggunakan alat ukur yang
sama, yaitu kuesioner budaya keselamatan pasien diadaptasi dari kuesioner Hospital
Survey on Patient Safety Culture dipublikasikan oleh The Agency for Healthcare Research
and Quality (AHRQ) tahun 2004.

4.3 Hasil Budaya Keselamatan Pasien Berdasarkan Area


Jika nilai hasil budaya keselamatan pasien di jabarkan berdasarkan area maka
akan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 8 Penjabaran nilai hasil budaya keselamatan pasien Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bima tahun 2019 Berdasarkan Area

No Nama Ruangan Nilai Median


110,8
1 Ranap Sahabat
158,5
2 Ranap Buah
128,3
3 Ranap Tokoh
132,8
4 IGD
136,5
5 KBR
162
6 laboratorium
118
7 radiologi

Jika dilihat dari 7 area penyebaran kuesioner terlihat lebih banyak ruangan yang
nilai mean budaya keselamatan pasien responden yang mewakilinya lebih rendah dari
mean keseluruhan, yaitu 4 area (57%), sedangkan yang lebih tinggi dari median
keseluruhan yaitu 3 area (42%).
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan
terkait keseragaman program keselamatan pasien di masing-masing area tersebut. Namun,
secara umum perlu diketahui terlebih dahulu faktor yang menyebabkan ketidakseragaman
tersebut. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi, beberapa faktor yang dapat dilakukan
analisis lebih mendalam sesuai dengan penelitian terdahulu adalah motivasi perawat dan
gaya kepemimpinan kepala ruangan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhinamita
Nivalinda, M.C. Inge Hartini, Agus Santoso tahun 2013 dengan judul : “Pengaruh Motivasi
Perawat Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang”,
menjelaskan bahwa ada pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan budaya
keselamatan pasien sebesar 10,3%, ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruang
terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar 36,8%. Ada pengaruh secara
bersama-sama antara motivasi perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap
penerapan budaya keselamatan pasien sebesar 39,2%. (Nivalinda, Hartini, & Santoso,
2013)
Penelitian terdahulu yang lebih spesifik menjelaskan terkait hal yang dapat
menyebabkan ketidakseragaman budaya keselamatan pasien tersebut adalah dari faktor
pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung penerapan
program keselamatan pasien, dilakukan oleh Ariyani (2009) di Instalasi Perawatan Intensif

14
RSUD DR Moewardi Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dan motivasi terhadap sikap mendukung penerapan program
patient safety (p < 0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh
bersama- sama antara pengetahuan (p = 0,006, Exp B = 2,322), motivasi ( p = 0,020, Exp
B = 2,093) terhadap sikap mendukung penerapan program patient safety di Instalasi
Perawatan Intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Untuk itu, dapat dijadikan pedoman di RS PKU Muhammadiyah Bima untuk
menelusuri terlebih dahulu faktor yang dapat menyebabkan ketidak seragaman nilai
median budaya keselamatan pasien di setiap area, sehingga dapat dibuat program spesifik
terkait perbaikan-perbaikan dalam program keselamatan pasien pada tahun berikutnya.

4.4 Analisis Dimensi Budaya Keselamatan Pasien


Sesuai dengan dimensi instrumen survey budaya keselamatan pasien, maka dari
40 responden dapat dianalisis masing-masing jawaban responden untuk setiap pertanyaan
adalah sebagai berikut :

Tabel 9 Analisis Rata-Rata Skor Masing-Masing Dimensi dan Pertanyaan Survey Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimatahun 2019
NO FREKUENSI SKOR TOTAL SKOR
DIMENSI SOA ITEM SOAL
L 1 2 3 4 5
Grade Berilah peringkat
Keselamatan keselamatan pasien
Pasien di ruangan Anda,
3 5 19 7 6
(tambahan) E1 beri satu jawaban 128
dengan memberi
tanda rumput pada
kotak (√)
Jumlah Dalam 12 bulan
pelaporan terakhir, menurut
kejadian pengetahuan Anda,
(tambahan) kira-kira berapa
kejadian
17 6 5 4
keselamatan pasien 8
G1 100
yang dilaporkan di
ruangan Anda?
Tulis angka
jawaban Anda pada
kotak yang
disediakan.
Teamwork Setiap orang saling
dalam unit mendukung satu 3 4 13 11 9
A1 139
sama lain di
ruangan kami
A3 Ketika suatu 3 5 12 12 8 137
pekerjaan harus
diselesaikan
dengan cepat, kami
bekerja sama
sebagai suatu tim

15
untuk
mengerjakannya
Di ruangan ini,
setiap orang
3 4 13 11 9
A4 memperlakukan 139
satu sama lain
dengan hormat
Ketika suatu area di
ruangan ini sibuk, 8 6 17 5 4
A11 111
yang lain akan
membantu
Ekspektasi Atasan saya
dan aksi mengatakan bagus
pimpinan ketika beliau
6 12 12 5 5
dalam B1 melihat pekerjaan 106
mempromosi diselesaikan sesuai
kan dengan prosedur
keselamatan keselamatan pasien
pasien Atasan saya sangat
serius menanggapi
7 12 12 4 5
B2 saran staf untuk 103
mengembangkan
keselamatan pasien
Ketika ada tekanan,
atasan saya ingin
7 12 12 4 5
B3 sekali bekerja 103
cepat, walaupun
dengan jalan pintas
Atasan saya
mengabaikan
masalah 3 5 19 7 6
B4 128
keselamatan pasien
yang terjadi
berulang
Proses Kami selalu aktif
belajar bekerja untuk 3 5 12 12 8
A6 137
organisasi, meningkatkan
perbaikan keselamatan pasien
berkelnjutan Setiap kesalahan
menjadikan
3 4 13 11 9
A9 perbuahan yang 139
baik bagi ruangan
ini
Setelah kami
melakukan
perubahan untuk
mengembangkan 8 17 6 5 4
A13 100
keselamatan
pasien, kami
mengevaluasi
keefektifannya
16
Dukungan Manajemen rumah
manajemen sakit
rumah sakit mengembangkan 3 5 19 7 6
F1 128
dalam budaya kerja yang
keselamatan berfokus pada
pasien keselamatan pasien
Tindakan
manajemen rumah
sakit
3 7 12 8 7
F8 memperlihatkan 137
bahwa keselamatan
pasien adalah
prioritas utama
Manajemen rumah
sakit terlihat
antusias terhadap
F9 keselamatan pasien 4 6 10 12 8 134
hanya ketika terjadi
kejadian yang tidak
diharapkan (KTD)
Keseluruhan Keselamatan pasien
persepsi tidak pernah
tentang A15 dikorbankan dalam 1 1 12 17 9 152
keselamatan menyelesaikan
pasien banyak pekerjaan
SPO dan sistem
kami sudah baik
3 4 13 11 9
A18 untuk mencegah 139
terjadinya
kesalahan
Hanya suatu
kebetulan bahwa
7 12 12 4 5
A10 kesalahan yang 103
serius tidak terjadi
disini
Kami punya
masalah 3 5 19 7 6
A17 128
keselamatan pasien
di ruangan ini
Umpan balik Kami selalu
dan diberikan umpan
komunikasi balik tentang 7 12 12 4 5
C1 103
kejadian perubahan yang
kesalahan terjadi berdasarkan
laporan kejadian
C3 Kami selalu 8 100
diinformasikan 17 6 5 4
tentang kesalahan
yang terjadi di
ruangan ini

17
Di Ruangan ini
kami berdiskusi
tentang cara
C5 8 6 17 4 5 107
mencegah
kesalahan terjadi
lagi
Keterbukaan Staf bebas
komunikasi berbicara tentang
sesuatu jika hal
3 5 19 7 6
C2 tersebut dapat 128
memberikan efek
negatif kepada
pasien
Staf bebas untuk
menanyakan
C4 keputusan atau 3 8 10 8 7 116
tindakan di luar
kewenangannya
Staf takut untuk
mengajukan
C6 pertanyaan ketika 7 10 10 7 6 115
sesuatu berjalan
tidak semestinya
Frekuensi Ketika kesalahan
pelaporan terjadi, tapi sudah
kejadian/ diketahui dan
insiden diperbaiki sebelum
berimbas pada 8 17 6 5 4
D1 100
pasien (Kejadian
Nyaris Cedera/
KNC), seberapa
sering hal tersebut
dilaporkan
Ketika kesalahan
terjadi, tapi tidak
potensial
mencederai pasien
D2 8 6 17 4 5 107
(Kejadian Potensial
Cedera/ KPC),
seberapa sering itu
dilaporkan
Ketika kesalahan
terjadi, dan dapat
mencederai pasien,
namun tidak terjadi 3 5 19 7 6
D3 128
cedera (Kejadian
Tidak Cedera/
KTC), seberapa
sering terlaporkan
Teamwork F4 Terjadi kerjasama 3 4 13 11 9 139

18
antar unit yang baik antar
dalam rumah ruangan dalam
sakit rumah sakit untuk
melakukan tugas
bersama
Ruangan dalam
rumah sakit bekerja
sama dengan baik
F10 1 2 5 18 14 162
untuk mewujudkan
pelayanan terbaik
kepada pasien
Ruangan dalam
rumah sakit tidak
3 5 19 7 6
F2 berkoordinasi 128
dengan baik satu
sama lain
Sangat sering
terjadi
ketidaknyamanan
F6 8 6 17 4 5 107
saat bekerja di
ruangan lain dalam
rumah sakit
Staffing Kami memiliki
cukup staf/ tenaga
3 4 13 11 9
A2 untuk 139
menyelesaikan
beban kerja kami
Staf di ruangan ini
bekerja lewat dari
waktu kerja, demi
A5 4 6 10 12 8 134
memberikan
pelayanan yang
terbaik bagi pasien
Kami
menggunakan
karyawan tidak
A7 tetap untuk 1 2 5 18 14 162
memberikan
pelayanan terbaik
bagi pasien
Kami bekerja
seperti dalam
‘situasi krisis’,
mencoba 3 4 13 11 9
A14 139
melakukan
pekerjaan yang
terlalu banyak dan
terlalu cepat
Handoffs
Saat melakukan
(serah F3 4 6 10 12 8 134
transfer pasien

19
terima) dan antar ruangan
transisi merupakan kondisi
yang sangat
berisiko untuk
terjadinya insiden
Informasi penting
pasien sering 8 17 6 5 4
F5 100
hilang pada saat
pergantian shift
Masalah sering
terjadi dalam
3 5 19 7 6
F7 pertukaran 128
informasi antar
ruangan
Perubahan shift
merupakan masalah
F11 8 6 17 4 5 107
bagi pasien di
rumah sakit ini
Respon tidak Apabila terjadi
menyalahkan kesalahan, staf
terhadap merasa seolah
kejadian A8 segala akibat dari 1 2 5 18 14 162
kesalahan kesalahan mereka
ditimpakan kepada
mereka sendiri
Ketika suatu
kejadian
dilaporkan,
3 4 13 11 9
A12 sepertinya inti 139
laporannya adalah
orangnya, bukan
pada masalahnya
Staf khawatir jika
kesalahannya
A16 tercatat dalam 2 3 8 15 12 144
catatan
kepegawaian

Jika ditelusuri dari masing masing dimensi dan pertanyaan survey budaya
keselamatan pasien yang memiliki nilai rata-rata < 3 poin maka ditemukan dimensi dan
pertanyaan yang membutuhkan perhatian secara nyata

20
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan
1. Karakteristik : sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 40 orang
(67,5%). Sebagian besar responden berada pada usia 29 tahun. Sebagian besar
responden berpendidikan berpendidikan sarjana, yaitu 19 orang (47,5%). Sebagian
besar responden telah bekerja di RS PKU Muhammadiyah Bima selama 1-5 tahun,
yaitu 24 orang (60%). Sebagai besar responden merupakan profesi perawat, yaitu 26
orang (65%). Sebagai besar responden bekerjan 40 jam atau lebih dalam seminggu
yaitu 28 orang (70%)

21
2. Nilai median skor keseluruhan survey budaya keselamatan pasien di RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2019 adalah 130,00 jika dipersentasekan dengan nilai maksimum 210
maka akan dapat hasil 130/210*100% = 61,9%. Ini membuktikan bahwa RS PKU
Muhammadiyah Bima berada pada posisi menengah keatas dalam hal budaya
keselamatan pasien.
3. Jika dilihat dari 7 area penyebaran kuesioner terlihat lebih banyak ruangan yang nilai
median budaya keselamatan pasien responden yang mewakilinya lebih rendah dari
median keseluruhan, yaitu 4 area (57%), sedangkan yang lebih tinggi dari median
keseluruhan yaitu 3 area (42%).
4. Jika ditelusuri dari masing masing dimensi dan pertanyaan survey budaya keselamatan
pasien yang memiliki nilai rata-rata < 3 poin maka ditemukan dimensi dan pertanyaan
yang membutuhkan perhatian secara nyata adalah Jumlah pelaporan kejadian
(tambahan), Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien, Staffing, Respon tidak
menyalahkan terhadap kejadian kesalahan dengan kondisi yang perlu ditingkatkan
adalah kondisi dengan opini :

a. Kesadaran tentang jumlah pelaporan insiden


b. Kesadaran tentang pencegahan terjadinya insiden, karena tidak terjadinya insiden
dalam suatu unit bukan disebabkan oleh kebetulan.
c. Kondisi di ruangan dimana bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasien
d. Jumlah staf/ tenaga untuk menyelesaikan beban kerja RS
e. Penggunaan karyawan tidak tetap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi
pasien
f. Kondisi kerja seperti dalam ‘situasi krisis’, mencoba melakukan pekerjaan yang
terlalu banyak dan terlalu cepat
g. Kekhawatiran staf jika kesalahannya tercatat dalam catatan kepegawaian
5.2 Rekomendasi
1. Kepada manajemen RS PKU Muhammadiyah Bima untuk menelusuri terlebih dahulu
faktor yang dapat menyebabkan ketidak seragaman nilai median budaya keselamatan
pasien di setiap area, sehingga dapat dibuat program spesifik terkait perbaikan-
perbaikan dalam program keselamatan pasien pada tahun brikutnya.
2. Memperbaiki kondisi dibawah ini (dengan membuat keputusan/ langkah langkah
strategis) :
a. Kesadaran tentang jumlah pelaporan insiden
b. Kesadaran tentang pencegahan terjadinya insiden, karena tidak terjadinya insiden
dalam suatu unit bukan disebabkan oleh kebetulan.
c. Kondisi di ruangan dimana bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasien
d. Jumlah staf/ tenaga untuk menyelesaikan beban kerja RS
e. Penggunaan karyawan tidak tetap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien
f. Kondisi kerja seperti dalam ‘situasi krisis’, mencoba melakukan pekerjaan yang
terlalu banyak dan terlalu cepat
g. Kekhawatiran staf jika kesalahannya tercatat dalam catatan kepegawaian

Referensi

22
Agency for Healthcare Research and Quality. (2004). Hospital Survey on Patient Safety
Culture. (R. Westat, J. Sorra, & V. Nieva, Eds.). Rockville: Services, Agency for
Healthcare Research and Quality U.S. Department of Health and Human.

AHQR. (2000). Hospital Survey on Patient Safety Culture : Items and Dimensions, 4–6.

Ariyani. (2009). Analisis Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Yang Mempengaruhi Sikap
Mendukung Penerapan Program Patient Safety Di Instalasi Perawatan Intensif
RSUD Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008. Universitas Diponegoro.

Ayudyawardani, S. D. (2012). Pengembangan Model Budaya Keselamatan Pasien Yang


Sesuai Di Rumah Sakit Ibu Anak Tumbuh Kembang Cimanggis Tahun 2012.
Universitas Indonesia.

Bea, I. F., Pasinringi, S. A., & Noor, N. B. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien
Di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Bagian Manajemen Rumah
Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar, 1–14.

Beginta, R. (2012). Pengaruh Budaya Keselamatan Pasien, Gaya Kepemimpinan, Tim


Kerja, Terhadap Persepsi Pelaporan Kesalahan Pelayanan oleh Perawat Di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit Umum daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2011. Universitas
Indonesia.

Chooper, M. D. (2000). Towards a model of safety culture. Safety Science Journal, 36,
111–136.

Croll, Z. T., Coburn, A. F., & Pearson, K. B. (2012). Promoting a Culture of Safety : Use
of the Hospital Survey on Patient Safety Culture in Critical Access Hospitals. Flex
Monitoring Team, (April).

Departemen Kesehatan RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. (2008a). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Kedua). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. (2008b). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien


(Kedua). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Elrifda, S. (2011). Budaya Patient Safety dan Karakteristik Kesalahan Pelayanan :


Implikasi Kebijakan di Salah Satu Rumah Sakit di Kota Jambi. Jurnal Kesehatan
Mssyarakat Nasional, 6, No. 2(Oktober), 67–76.

Hasan, I. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Jati, S. K. (2013). Pengaruh Peningkatan Mutu Layanan Dan Fasilitas Fisik Terhadap
Budaya Dan Insiden Keselamatan Pasien Di RS Paru Jember. Universitas Jember.

Jones, K. J., Skinner, A., Xu, L., & Sun, J. (2007). The AHRQ Hospital Survey on Patient
Safety Culture : A Tool to Plan and Evaluate Patient Safety Programs, (May).

23
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit (2009). Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. Permenkes Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2011). Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

Marella, W. M. (2007). Why Worry About Near Misses? Patient Safety & Quality
Healthcare Journal, (October), 1.

Mark, D. (2001). Patient Safety and the “ Just Culture :” A Primer For Health Care
Executives ; Medical Event Reporting System – Transfusion Medicine (MERS-TM).
National Institutes of Health Journal, (April), 3.

Mustikawati, Y. H. (2011). Analisis Determinan Kejadian Nyaris Cedera Dan Kejadian


Tidak Diharapkan Di Unit Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta.
Universitas Indonesia.

Nivalinda, D., Hartini, M. C. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat Dan
Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien
Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang. Departemen
DKKD PSIK FK Universitas Diponegoro, 1(November), 138–145.

Nurmalia, D. (2012). Pengaruh Program Mentoring Keperawatan Terhadap Penerapan


Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap RS Islam Sultan Agung Semarang.
Universitas Indonesia.

Pujilestari, A., Maidin, A., & Anggraeni, R. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan
Pasien Oleh Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2013. Bagian Manajemen Rumah Sakit, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar, 1–13.

Rachmat, M. (2012). Buku Ajar Biostatistik: Aplikasi pada Penelitian Kesehatan. Jakarta:
EGC.

Rachmawati, E. (2011). Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien Di Rs


Muhammadiyah-‘Aisyiyah Tahun 2011. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, 11–34.

Ranji, S. R., & Shojania, K. G. (2008). Implementing Patient Safety Interventions In Your
Hospital: What To Try And What To Avoid. The Medical Clinics of North America
Journal, 92(2), 275–93, vii–viii. doi:10.1016/j.mcna.2007.10.007

Saryono, & Anggraeni, M. D. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan (1st ed.). Yogyakarta: Graha
Ilmu.

24
Setiowati, D. (2010). Hubungan Kepemimpinan Efektif Head Nurse Dengan Penerapan
Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Universitas Indonesia.

Sugiyono. (2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sujono, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., & Kurniawan, A. (2013). Aplikasi
SPSS untuk Smart Riset: Program SPSS IBM 21.0. Bandung: Alfa Beta.

The Health Foundation. (2013). Safety Culture: What Is It And How Do We Monitor And
Measure It?. London.

Vincent, C. (2011). The Essentials of Patient Safety (2nd ed., p. 2). London: Imperial
Centre for Patient Safety and Service Quality Department of Surgery and Cancer
Imperial College of Science, Technology & Medicine.

WHO World Alliance For Patient Safety. (2005). WHO Draft Guidelines for Adverse
Event Reporting and Learning Systems : From Information To Action (1st ed., p. 7).
Geneva, Switzerland: World Health Organization.

25

Anda mungkin juga menyukai