Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMEDANG


Jalan Palasari No.80 Telp. (0261) 201021 Fax. 204970
S U M E D A N G 45311

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN SUMEDANG
NOMOR : 445/005/PMKP/AK/RSUD/I/2018

TENTANG
SISTEM PELAPORAN BUDAYA KESELAMATAN
DI RSUD KABUPATEN SUMEDANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

Menimbang : a bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien


diperlukan budaya keselamatan di Rumah Sakit;
b bahwa untuk maksud tersebut pada butir a di atas perlu
diberlakukan sistem pelaporan budaya keselamatan yang
ditetapkan dengan Keputusan Direktur di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sumedang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang RS.


2. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015
Tentang Pedoman Organisasi RS
7. Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Keuangan
Daerah
8. Permenkeu nomor 09 / PMK.02 / 2006 tentang Pembentukan
Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum
9. Permendagri nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan BLUD
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 129 / Menkes / SK / II /
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal RS

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEBIJAKAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TENTANG SISTEM


PELAPORAN BUDAYA KESELAMATAN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

KESATU : Memberlakukan Panduan Budaya Keselamatan di RSUD Kabupaten


Sumedang seperti tersebut dalam lampiran Surat Keputusan ini;
KEDUA : Direktur Rumah Sakit mengatur sistem menjaga kerahasiaan,
sederhana dan mudah diakses oleh pihak yang mempunyai
kewenangan untuk melaporkan masalah yang terkait dengan budaya
keselamatan dalam rumah sakit secara tepat waktu;

KETIGA : Direktur Rumah Sakit wajib membuka akses keterbukaan informasi


dan menjamin kerahasiaan pelapor untuk memberikan informasi
terkait budaya keselamatan;

KEEMPAT : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Surat Keputusan ini
dibebankan pada Anggaran Biaya RSUD Kabupaten Sumedang;

KELIMA : Surat Keputusan ini berlaku selama 3 (tiga) tahun terhitung mulai
dari tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya,
akan dilakukan perbaikan kembali sebagaimana mestinya;

Ditetapkan Di: Sumedang


Pada Tanggal : 15 Januari 2018

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG

dr. H. Hilman Taufik WS, M.Kes


NIP. 19630827 199002 1 001
Lampiran : Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Sumedang
Nomor : 445/005/PMKP/AK/RSUD/I/2018
Tentang : Panduan Budaya Keselamatan Di Rumah Sakit

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Dalam mewujudkan rumah sakit yang berdaya saing maka peningkatan mutu dan
keselamatan pasien menjadi hal utama yang harus dilakukan rumah sakit secara
berkesinambungan. Namun perlu diingat bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan juga harus berlandaskan pada etika dan moral serta bersikap lebih
professional dan mematuhi peraturan perundang-undangan.
Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, disebutkan bahwa dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara
berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
(SNARS Edisi 1) ini yang mulai dipergunakan pada tahun 2018 lebih mendorong
peningkatan mutu, keselamatan pasien dan manajemen risiko.
Mutu dan keselamatan berkembang dalam suatu lingkungan yang mendukung
kerjasama dan rasa hormat terhadap sesama tanpa melihat jabatan mereka dalam Rumah
Sakit. Pimpinan Rumah Sakit menunjukkan komitmennya tentang budaya keselamatan
dan mendorong budaya keselamatan untuk seluruh staf Rumah Sakit. Dalam Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (TKRS 13 dan TKRS 13.1) mendefinisikan
budaya keselamatan sebagai berikut ”Budaya keselamatan di Rumah Sakit adalah
sebuah lingkungan yang kolaboratif karena 1) staf klinis memperlakukan satu sama lain
secara hormat dengan melibatkan serta 2) memberdayakan pasien dan keluarga.
Pimpinan mendorong 3) staf klinis pemberi asuhan bekerja sama dalam tim yang efektif
dan mendukung proses kolaborasi interprofesional dalam 4) asuhan berfokus pada
pasien”.
Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap, persepsi,
kompetensi dan pola prilaku individu maupun kelompok yang menentukan komitmen
terhadap, serta kemampuan manajemen pelayanan kesehatan maupun keselamatan.
Budaya keselamatan dicirikan dengan komunikasi yang berdasar atas rasa saling
percaya dengan persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan dan dengan
keyakinan akan manfaat langkah-langkah pencegahan.
Selama ini masih banyak rumah sakit yang memiliki budaya untuk menyalahkan
suatu pihak yang akhirnya merugikan kemajuan budaya keselamatan. Sebagai upaya
memecahkan masalah tersebut dan mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih aman
diperlukan suatu perubahan budaya dalam pelayanan kesehatan dari budaya yang
menyalahkan individu menjadi suatu budaya di mana insiden dipandang sebagai
kesempatan untuk memperbaiki sistem (IOM, 2000).
Sistem pelaporan yang mengutamakan pembelanjaran dari kesalahan dan
perbaikkan sistem pelayanan merupakan dasar budaya keselamatan (Reason, 1997).
Meningkatnya kesadaran pelayanan kesehatan mengenai pentingnya mewujudkan
budaya keselamatan pasien menyebabkan meningkatnya pula kebutuhan untuk
mengukur budaya keselamatan.
Perubahan budaya keselamatan dapat dipergunakan sebagai bukti keberhasilan
implementasi program keselamatan pasien. RSUD Kabupaten Sumedang telah memulai
gerakan keselamatan pasien pada tahun 2013 dengan dibentuknya Tim keselamatan
Pasien RS, namun sampai tahun 2017 baru ada 38 kasus data yang pasti mengenai
jumlah KTD. Padahal dengan besarnya jumlah kapasitas tempat tidur (397 bed),
tingginya Bed Occupying Rate (BOR) dengan rata-rata 76,5% per tahun dan tingginya
kompleksitas pelayanan kesehatan sangat memungkinkan terjadinya cedera atau insiden
yang merugikan pasien. Minimnya data insiden mengakibatkan rendahnya proses
pembelajaran yang berdampak buruk pada usaha pencegahan dan pengurangan cedera
pada pasien. Akibatnya, rumah sakit mengalami kesuitan untuk mengidentifikasi potensi
bahaya atau risiko yang dihadapi dalam sistem pelayanan kesehatan.
Rendahnya sistem pelaporan dan pembelajaran insiden di RSUD Kabupaten
Sumedang selama kurun waktu 5 tahun tersebut merupakan bukti nyata bahwa
kesadaran staf dan rumah sakit akan potensi timbulnya kesalahan-kesalahan masih
rendah, masih tingginya budaya menyalahkan (blamming culture) dan rasa takut untuk
terbuka dalam pelaporan jika terdapat insiden. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu upaya
untuk meningkatkan keberhasilan sistem pelaporan dan pembelajaran yang berfokus
pada sistem mengurangi terjadinya cedera pasien di RSUD Kabupaten Sumedang.
Langkah penting yang harus dilakukan adalah membangun budaya keselamatan.
Langkah pertama dalam membangun budaya keselamatan adalah melakukan survey
budaya keselamatan pasien rumah sakit. Survey budaya bermanfaat untuk mengetahui
tingkat budaya keselamatan rumah sakit sebagai acuan menyusun program kerja dan
melakukan evaluasi keberhasilan program keselamatan pasien (Nieva, Sorra, 2003).
Assesmen dalam survey ini menggambarkan tingkat budaya keselamatan pasien dalam
satu waktu tertentu saja sehingga membutuhkan pengulangan assesmen secara berkala
untuk menilai perkembangannya.
Agar budaya keselamatan dapat dikaji dengan memadai, perlu diperhatikan
kontribusi tiap unit kerja / pelayanan yang berpengaruh terhadap hal ini. Oleh karena
itu, selagi mengkaji budaya keselamatan terhadap organisasi pelaksana, setidaknya
perlu dibuatkan panduan budaya keselamatan di RSUD Kabupaten Sumedang.

B. Tujuan
a. Terciptanya keselamatan pasien dan staf di rumah sakit, dengan pendekatan untuk
mengurangi kerugian yang harus diintegrasikan dan diterapkan pada tingkat sistem
b. Meningkatnya mutu dan keselamatan melalui visi yang inspiratif dan penguatan
positif, bukan melalui kesalahan dan hukuman
c. Meningkatnya keterlibatan pasien dan staf dalam keselamatan sebagai bagian dari
solusi, tidak hanya sebagai korban atau pelaku kejahatan
d. Terciptanya budaya pelaporan insiden keselamatan di rumah sakit, dengan intervensi
yang didasarkan pada bukti yang kuat

C. Ruang Lingkup dan Tata Urut


1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Definisi Operasional
3. Bab III Ruang lingkup
4. Bab IV Tata laksana
5. Bab V Dokumentasi
6. Bab VI Penutup
BAB II
DEFINISI OPERASIONAL

a. Budaya
Adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan dan karya seni (Wikipedia Bahasa Indonesia)
b. Kesadaran Budaya (Culturel Awareness)
Adalah kemampuan seseorang untuk melihat ke luar dirinya sendiri dan menyadari akan
nilai-nilai budaya, kebiasaan budaya yang masuk. Dapat menilai apakah hal tersebut
normal dan dapat diterima pada budayanya atau mungkin tidak lazim atau tidak dapat
diterima di budaya lain. Perlu memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan
menyadari kepercayaannya dan adat istiadatnya serta mampu untuk menghormatinya
c. Kompetensi Budaya
 Adalah tingkat tertinggi dari kesadaran budaya. Kompetensi budaya berfungsi untuk
dapat menentukan dan mengambil suatu keputusan dan kecerdasan budaya.
Kompetensi budaya merupakan pemahaman terhadap kelenturan budaya (culture
adhesive). Penting karena dengan kecerdasan budaya seseorang memfokuskan
pemahaman pada perencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi
tertentu.
 Adalah suatu perangkat kesamaan perilaku, sikap dan bersama secara harmonis
dalam suatu system, badan atau para profesi untuk bekerja secara efektif dalam
situasi yang lintas budaya / cross-cultural. Suatu proses pertumbuhan yang
berkembang melampaui suatu kerangka waktu yang lama.
d.Budaya Keselamatan
 Adalah sebuah lingkungan yang kolaboratif karena staf klinis memperlakukan satu
sama lain secara hormat dengan melibatkan serta memberdayakan pasien dan
keluarga. Pimpinan mendorong staf klinis pemberi asuhan bekerja sama dalam tim
yang efektif dan mendukung proses kolaborasi interprofesional dalam asuhan
berfokus pada pasien.
 Merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi dan pola perilaku
individu maupun kelompok yang menentukan komitmen terhadap, serta kemampuan
manajemen pelayanan kesehatan maupun keselamatan. Budaya keselamatan
dicirikan dengan komunikasi yang berdasar atas rasa saling percaya dengan persepsi
yang sama tentang pentingnya keselamatan dan dengan keyakinan akan manfaat
langkah-langkah pencegahan.
 Prilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan adalah:
(1) Perilaku yang tidak layak (inappropriate) seperti kata-kata atau bahasa tubuh
yang merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf, misalnya
mengumpat dan memaki
(2) Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku tidak layak yang
dilakukan secara berulang, bentuk tindakan verbal atau nonverbal yang
membahayakan atau mengintimidasi staf lain
(3) Perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras, agama dan suku
termasuk gender
(4) Pelecehan seksual
 Hal-hal penting menuju budaya keselamatan adalah:
(1) Staf rumah sakit mengetahui bahwa kegiatan operasional rumah sakit berisiko
tinggi dan bertekad untuk melaksanakan tugas dengan konsisten serta aman
(2) Regulasi serta lingkungan kerja mendorong staf tidak takut mendapat hukuman
bila membuat laporan tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) dan kejadian
nyaris cedera (KNC)
(3) Direktur rumah sakit mendorong tim keselamatan pasien melaporkan insiden
keselamatan pasien ke tingkat nasional sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
(4) Mendorong kolaborasi antar staf klinis dengan pimpinan untuk mencari
penyelesaian masalah keselamatan pasien
 Komponen budaya keselamatan ada empat (4) yaitu:
(1) Budaya pelaporan
Organisasi yang aman tergantung pada kesediaan karyawan untuk melaporkan
kejadian cedera dan nearmiss (learning culture)
(2) Budaya adil
Kerelaan karyawan dalam melaporkan insiden karena kepercayaan bahwa
manajemen akan memberikan support dan penghargaan terhadap pelaporan
insiden dan tindakan disiplin diambil berdasarkan akibat dari resiko (risk taking)
(3) Budaya fleksibel
Kerelaan karyawan untuk melaporkan insiden karena atasan bersikap tenang
ketika informasi disampaikan sebagai bentuk penghargaan terhadap pengetahuan
petugas
(4) Budaya pembelajaran
Kerelaan karyawan untuk melaporkan insiden karena kepercayaan bahwa
organisasi akan melakukan analisa informasi insiden untuk kemudian dilakukan
perbaikan system
 Tahap-tahap membangun budaya keselamatan ada tiga (3) yaitu:
(1) Tahap 1:
Assesmen awal dengan assesmen sarana-prasarana, sumber daya, dan
lingkungan keselamatan pasien rumah sakit, serta survey budaya keselamatan
dan pengukuran data. Berdasarkan pengukuran, apakah rumah sakit siap? Jika
belum, menuju pengembangan iklim keselamatan dan kembali ke survey budaya
awal. Jika assesmen awal sudah dilakukan, langsung ke tahap 2.
(2) Tahap 2:
Perencanaan, pelatihan, dan implementasi. Pelatihan diselenggarakan untuk
mendukung pelaksanaan intervensi. Intervensi termasuk uji coba dan kemudian
dilanjutkan ke tahap ke-3
(3) Tahap 3:
Mempertahankan atau memelihara. Tahap ini termasuk mengintegrasikan,
monitoring perencanaan (dengan survey ulang) dan pengembangan
berkelanjutan. Pengembangan berkelanjutan termasuk pelatihan kembali untuk
mewujudkan perubahan menuju budaya keselamatan yang lebih baik.
e. Just Culture
 Adalah model terkini mengenai pembentukan suatu budaya yang terbuka, adil dan
pantas, menciptakan suatu budaya belajar, merancang sistem-sistem yang aman dan
mengelola perilaku yang terpilih (human error, at risk behavior dan reckless
behavior). Model ini melihat peristiwa-peristiwa bukan sebagai hal-hal yang perlu
diperbaiki, tetapi sebagai peluang-peluang untuk memperbaiki pemahaman baik
terhadap risiko dari sistem maupun risiko perilaku.
 Budaya keselamatan mencakup mengenali dan menujukan masalah yang terkait
dengan sistem yang mengarah pada perilaku yang tidak aman. Pada saat yang sama,
RS harus memelihara pertanggungjawaban dengan tidak mentoleransi perilaku
sembrono. Pertanggungjawaban membedakan kesalahan unsur manusia (seperti
kekeliruan), perilaku yang berisiko (contohnya mengambil jalan pintas) dan perilaku
sembrono (seperti mengabaikan langkah-langkah keselamatan yang sudah ditetapkan
f. Kode Etik Perilaku
 Merupakan seperangkat peraturan yang dijadikan pedoman perilaku di RS. Kode
etik perilaku bertujuan membantu menciptakan lingkunan kerja yang aman, sehat,
nyaman dan dimana setiap orang dihargai dan dihormati martabatnya setara sebagai
anggota tim asuhan pasien
 Perilaku yang pantas adalah perilaku yang mendukung kepentingan pasien,
membantu asuhan pelaksanaan asuhan pasien dan ikut serta berperan mendukung
keberhasilan pelaksanaan kegiatan perumahsakitan. Setiap tenaga kesehatan yang
bekerja di RS harus mengikuti kode etik perilaku yg tercantum dalam peraturan
internal RS / corporate bylaws.
Tenaga kesehatan tidak dapat dikenakan sanksi jika berperilaku, sebagaimana
contoh-contoh di bawah ini :
(1) Penyampaian pendapat pribadi atau profesional pada saat diskusi, seminar, atau
pada situasi lain :
- Penyampaian pendapat utk kepentingan pasien kepada pihak lain (dokter,
perawat, atau direksi RS) dengan cara yang sopan dan pantas
- Pandangan Profesional
- Penyampaian pendapat pada saat diskusi kasus
(2) Penyampaian ketidaksetujuan atau ketidakpuasan atas kebijakan melalui tata cara
yang berlaku di Rumah Sakit
(3) Menyampaikan kritik konstruktif atau kesalahan pihak dengan cara yg tepat,
tidak bertujuan utk menjatuhkan atau menyalahkan pihak tersebut
 Perilaku yang tidak pantas adalah perilaku yang tidak mendukung kepentingan
pasien, tidak membantu asuhan pelaksanaan asuhan pasien dan tidak ikut serta
berperan mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan perumahsakitan. Tenaga
kesehatan dapat dikenakan sanksi jika berperilaku tidak pantas, sebagaimana contoh-
contoh dibawah ini :
(1) Merendahkan atau mengeluarkan perkataan tidak pantas kepada pasien dan atau
keluarganya
(2) Dengan sengaja menyampaikan rahasia, aib, atau keburukan orang lain
(3) Menggunakan bahasa yg mengancam, menyerang, merendahkan, atau menghina
g. Budaya Keselamatan Pasien
 Adalah produk dari individu dan kelompok yang merupakan nilai dari sikap,
persepsi, kompetensi dan perilaku yang menimbulkan komitmen dan pola dari suatu
manajemen kesehatan mengenai keselamatan pasien. Organisasi dengan budaya
keselamatan pasien yang positif mempunyai karakteristik komunikasi saling terbuka
dan percaya, serta persepsi yang sama mengenai pentingnya keselamatan pasien dan
kenyamanan dalam pengukuran guna pencegahan.
 Fitur budaya keselamatan pasien yang positif adalah sebagai berikut:
- Semua karyawan mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah keselamatan
- Karyawan mencari kesempatan untuk membantu orang lain dan melakukan
intervensi bila diperlukan
- Penguatan perilaku yang lebih aman oleh semua orang
- Karyawan menerima akuntabilitas untuk keselamatan pasien
- Keterbukaan karyawan terhadap pembinaan dan umpan balik
- Keinginan untuk menyediakan sumber daya untuk meningkatkan keselamatan
pasien
- Kesediaan untuk berbagi, berkomunikasi dan belajar
- Karyawan didorong untuk mengangkat isu dan saran
 Karakter budaya keselamatan pasien yang kurang diinginkan adalah sebagai
berikut:
- Kekhawatiran tentang keselamatan secara konsisten tidak ditangani
- Tidak ada pembelajaran yang dicapai dari kejadian tidak diharapkan
- Karyawan enggan melaporkan insiden keselamatan pasien
- Tidak ada yang akuntabel tentang tanggung jawab keselamatan mereka
- Representasi manajemen keselamatan berada diluar proses pengambilan
keputusan utama
BAB III
RUANG LINGKUP

Budaya keselamatan yang kuat adalah kombinasi dari sikap dan perilaku yang
paling baik dalam mengelola bahaya tak terelakkan yang tercipta saat manusia, yang secara
inheren tidak dapat diterima, bekerja di lingkungan yang sangat kompleks. Dalam setiap
organisasi pelayanan kesehatan, prioritas utama kepemimpinan adalah bertanggung jawab
atas asuhan yang efektif sekaligus melindungi keselamatan pasien, karyawan dan
pengunjung.
Direktur Rumah Sakit melakukan evaluasi rutin dengan jadwal yang tetap dengan
menggunakan beberapa metoda, survei resmi, wawancara staf, analisis data dan diskusi
kelompok. Ruang lingkup budaya keselamatan di RSUD Kabupaten Sumedang meliputi
kegiatan sebagai berikut:
3.1. Survey Karyawan
Survey karyawan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumedang meliputi:
1. Kuesioner
a. Kuesioner Tertutup
 Metode pengambilan data yang paling sering dipergunakan dalam suatu survey
 Pengambilan relatif mudah dalam pengisiannya
 Menggambarkan jawaban dengan jelas sehingga dapat dianalisa dengan cepat
 Identitas responden tidak diketahui
 Hasil survey dapat menyesatkan bila pertanyaan tidak dirancang dengan baik
 Tidak efektif bila ingin menjajagi masalah yang komplek
b. Kuesioner Terbuka
 Memperoleh informasi pada masalah-masalah yang lebih kompleks
 Isi dan bentuk jawaban responden diluar kendali kita yang dapat menyulitkan
proses analisis
 Memperkecil semangat responden untuk mengisi karena membutuhkan upaya
yang besar untuk menjawab secara naratif
2. Wawancara
a. Face-To-Face Interviews
 Biasanya dipergunakan sebagai salah satu bagian dari sesuatu proses survey
untuk memperoleh data lebih mendalam dari item yang telah ditulis dalam
kuesioner
 Merupakan cara yang relative efisien untuk memperoleh informasi yang
kompleks yang berkaitan dengan sikap dan persepsi individual
 Isi jawaban responden sulit dianalisis secara kuantitatif
 Kurang efisien bila populasi survey sangat besar
 Identitas responden diketahui dengan jelas
b. Group Interviews
 Interaksi kelompok dapat memperlancar diskusi
 Memberi kemungkinan dapat diperolehnya informasi baru diluar yang telah
ditentukan
 Sangat bermanfaat pada tahap awal survey dan pada tahap akhir survey untuk
lebih memahami masalah yang relevan. Group discussions
 Kecil kendali terhadap bentuk, isi dan perkembangan perkembangan diskusi
kelompok
 Identitas responden diketahui
 Analisis hasil diskusi cukup sulit

3.2. Kajian Diri Budaya Keselamatan


1. Model dan Konsep Budaya Keselamatan
Kajian budaya keselamatan suatu organisasi tidak mudah. Tidak ada kuesioner
budaya keselamatan yang secara komersial tersedia yang dapat mengkaji budaya
keselamatan suatu organisasi dengan memuaskan. Model dan metode untuk mengkaji
budaya keselamatan dapat dikembangkan sendiri di organisasi.
Model budaya keselamatan sangat beragam dan masing-masing model punya
kelebihan dan kekurangannya sendiri. Umumnya setiap model memandang ada tiga (3)
karakteristik utama yaitu: komitmen manajemen, staf yang memadai dan kompeten serta
keterbukaan dan komunikasi.
Kajian diri budaya keselamatan menggunakan model tiga jenjang yaitu sebagai
berikut:
a. Artefacts
 Sistim imbal jasa didasarkan pada kinerja individual
 Pengukuran kinerja keselamatan hanya berdasarkan jumlah angka kecelakaan
 Masalah keselamatan dilaporkan dengan cara anonim
 Manajer hanya memiliki target produksi sebagai tujuan pribadi
b. Espoused Values
 Kerja tim keselamatan adalah prioritas
 Budaya tidak menyalahkan
 Perbaikan yang berkesinambungan
c. Basic Assumptions
 Pribadi lebih penting dibandingkan kelompok
 Kriteria keberhasilan yang paling adalah uang
 Orang yang berbuat salah adalah orang yang lalai
 Hanya hasil yang dipertimbangkan
2. Indikator Budaya Keselamatan
Tidak ada indikator sederhana yang dapat mengukur status budaya keselamatan.
Sifat budaya yang berjenjang menambah sulit dalam pengukuran. Dibawah ini adalah
contoh indikator budaya keselamatan berdasarkan indikator kinerja di RSUD Kabupaten
Sumedang:
a. Type 1: Indikator yang berorientasi hasil yang menunjukkan hasil yang terukur
Contoh: Angka kecelakaan
b. Type 2: Indikator yang berorientasi pada penerapan yang mengukur bagus tidaknya
penerapan, ketaatan dalam menerapkan cara, sumber daya dan pendekatan
terhadap tugas
Contoh: Kepatuhan terhadap prosedur tertentu

BAB IV
TATA LAKSANA
4.1. Proses Survey Budaya Keselamatan

Tujuan Kaji Manfaat


dan Biaya

Pra Survey Komitmen

Penyusunan
Instrumen

Uji-Coba

Pelaksanaan
Survey

Interpretasi
dan Analisis

Umpan Balik

Tindak Lanjut

Kegiatan

A. Tujuan
 Kenapa survey perlu dilakukan?
 Informasi apa yang ingin diperoleh?
 Kenapa informasi tersebut tidak tersedia di organisasi?
 Apakah dengan tersedianya informasi tersebut organisasi akan beroperasi lebih
efektif?
 Jenis survey apa yang ingin dilakukan?
 Kemungkinan dampak positif apa yang dapat timbul di organisasi dengan
dilaksanakannya survey
 Kemungkinan dampak negatif apa yang dapat timbul di organisasi dengan
dilaksanakannya survey
B. Biaya Survey
(1) Biaya Langsung
 Konsultasi (bila ada)
 Penggandaan kuesioner
 Penggandaan lain-lain
 Biaya pos (bila ada)
 Biaya komputer untuk oleh data
 Dan lain-lain
(2) Biaya Tidak Langsung
 Hilangnya waktu kerja eksekutif yang terlibat dalam survey
 Hilangnya waktu kerja karyawan dalam survey (pengumpulan data awal, uji-
coba, survey, umpan balik dan tindak lanjut)
 Hilangnya waktu kerja tenaga administratif untuk menyiapkan materi survey
(3) Biaya Potensial
 Biaya yang mungkin akan dikeluarkan organisasi sehubungan dengan temuan
survey
C. Manfaat
 Meningkatnya pemahaman mengenai budaya keselamatan di organisasi
 Meningkatnya pemahaman mengenai apa yang menjadi perhatian, kebutuhan,
harapan dan motivasi karyawan
 Diketahuinya hambatan atau motivasi untuk peningkatan kinerja
 Diketahuinya hambatan atau motivasi untuk melakukan perubahan
 Kejelasan pendapat karyawan mengenai hal-hal tertentu yang penting
 Kemampuan mengkaji status kemajuan-kemajuan organisasi dilihat dari kerangka
waktu maupun bila dibandingkan dengan organisasi lain yang setara
 Teridentifikasinya kelemahan dan kekuatan organisasi dalam bidang manajemen
sumber daya manusia dan komunikasi
D. Komitmen
 Seringkali survey dipersepsikan sebagai suatu yang mengancam oleh banyak orang
 Dukungan manajemen tingkat atas
 Dukungan manajemen tingkat menengah
 Dukungan manajemen seluruh karyawan
 Setiap orang memahami tujuan dan manfaat survey
E. Pra Survey
 Memastikan bahwa tujuan survey sesuai dengan kebutuhan organisasi
 Penting untuk memahami konteks dimana survey akan dilakukan
 Memahami kemungkinan yang mungkin timbul dengan adanya survey
F. Penyusunan Instrumen
 Instrumen harus valid dan reliabel
 Valid mengukur apa yang hendak diukur
 Instrumen mengukur aspek budaya keselamatan sesuai dengan model atau konsep
yang dipergunakan
 Tentukan alatnya : kuesioner, interview dll. dengan mempertimbangkan situasi
populasi
 Reliabilitas dapat dilakukan dengan uji statistik
 Keterlibatan manajemen tingkat atas sangat diperlukan
G. Uji Coba
 Uji coba merupakan hal yang perlu dilakukan
 12 sampai 15 orang yang mewakili populasi survey
 Dapat mengetahui kelemahan instrumen atau kuesioner, misalnya pertanyaan yang
membingungkan, tak jelas, dll. Kalau lebih dari 30 bisa uji reliabilitas kuesioner
 Dapat diketahui hal-hal lain

H. Pelaksanaan Survey
 Survey dapat pada seluruh populasi atau dengan mengambil sampel
 Sampel harus representatif sesuai dengan teknik sampling yang dipilih
 Tentukan cara penyebaran kuesioner dan pengumpulannya. Apakah pada saat waktu
kerja atau tidak?
I. Interpretasi dan Analisis
 Sesuai dengan tujuan survey
 Kuantitatif, kualitatif
 Deskriptif
 Analitik
J. Umpan Balik
 Hasil survey hendaknya dikomunikasikan kepada pegawai dengan segera
 Temuan-temuan pokok lebih penting untuk umpan balik bagi pegawai daripada
temuan survey secara rinci
 Umpan balik bagi karyawan sangat penting agar mereka benar-benar memahami
hasil survey dan untuk menunjukkan bahwa keseluruhan proses dan hasil survey
merupakan kontribusi mereka
K. Tindak Lanjut
 Tindak lanjut perlu dilakukan untuk lebih memahami hasil survey
 Seringkali tindak lanjut dilakukan dengan cara melakukan kelompok diskusi terfokus
(fokus group discussion) untuk menjajagi hal yang masih dipertanyakan
 Kelompok diskusi terfokus bermanfaat juga untuk mencari alternatif

4.2. Metoda Pengumpulan Data


A. Kuesioner
(1) Prinsip
 Tentukan dengan rinci informasi apa yang diinginkan dari setiap responden
 Pastikan bahwa pertanyaan yang disusun benar-benar menggali informasi serinci
mungkin
 Pastikan tidak mungkin terjadi kesalahfahaman atau ketidak jelasan dalam
mengartikan pertanyaan dan menjawabnya
(2) Kesalahan Umum
 Ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam bahasa dan istilah
 Ketidakjelasan informasi yang dibutuhkan
 Menggabungkan beberapa pertanyaan dalam satu pertanyaan
 Membuat asumsi yang tidak benar
 Respon tidak tahu dan tidak bisa diterapkan
 Pertanyaan yang mengarahkan
(3) Bentuk Pertanyaan
 Ada dua kategori pertanyaan di dalam sebuah survey, yaitu menggali sikap dan
pendapat, serta pertanyaan yang menggali informasi faktual
 Dapat menggunakan pertanyaan atau pernyataan
 Pertanyaan mengenai sikap dan pendapat responden umumnya menggali arah dan
kekuatan perasaan responden terhadap suatu topik dalam suatu rentang jawaban
“sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”
 Pendapat responden mengenai satu topik dapat ditanyakan dengan pilihan
jawaban dalam rentang “sangat baik” hingga “sangat buruk”
 Error of Central Tendency
 Susun beberapa pertanyaan atau pertanyaan yang menggali jawaban “tidak setuju”
sebagai jawaban positif
 Menyusun bentuk pertanyaan yang beragam dapat menghindari respon otomatis
dari responden
(4) Kuesioner Budaya Keselamatan
 Untuk menghindari resistensi sebaiknya jumlah pertanyaan berkisar antara 60-80
 Susun pertanyaan yang memancing pendapat pribadi responden, tetapi hindari
pertanyaan yang memancing informasi yang berkaitan dengan identitas responden
 Pilih 15-20 karakteristik budaya keselamatan yang paling penting di organisasi
atau kelompok dan susun sekurang-kurangnya 4 (empat) pertanyaan untuk setiap
karakteristik. Dan susun salah satu diantara 4 pertanyaan tadi, satu pertanyaan
yang memancing jawaban tidak setuju sebagai jawaban yang positif
 Tahap akhir pemilihan pertanyaan atau pernyaan yang disusun dapat dilakukan
dengan pemungutan suara
(5) Hal-Hal Pokok
 Tuliskan dengan jelas petunjuk pengisian kuesioner
 Berikan contoh pengisian kuesioner
 Hindarkan menyusun pertanyaan yang memungkinkan responden menunda
menjawab langsung atau mengisi pertanyaan yang sesudahnya
 Tata letak kuesioner hendaknya dibuat menarik untuk meningkatkan taraf respon
dalam menjawab
 Keberhasilan suatu kuesioner terletak pada bagaimana mempersiapkannya dan
kualitas pertanyaannya
B. Pertanyaan Untuk Wawancara
(1) Gunakan pertanyaan terbuka hindari pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak
(2) Pertimbangkan urutan pertanyaan dengan baik
(3) Siapkan pertanyaan lanjutan untuk menggali lebih dalam jawaban responden pada
pertanyaan tertulis
(4) Ajukan pertanyaan dengan cara yang tidak langsung

BAB V
DOKUMENTASI
Keselamatan pasien merupakan komponen terpenting dalam mutu pelayanan
kesehatan. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan harus mampu
meningkatkan keselamatan pasien dengan mengusahakan terwujudnya budaya
keselamatan. Dalam membangun budaya keselamatan, sangat penting bagi rumah sakit
untuk mengukur perkembangan budaya dengan melakukan pengukuran budaya secara
berkala. Pengukuran pertama sangat penting sebagai data dasar yang akan dipergunakan
sebagai acuan penyusunan program.
Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Hospital Survey on Patient
Safety Culture), dikeluarkan oleh AHRQ (American Hospital Research and Quality) pada
bulan November 2004, didesain untuk mengukur opini staf rumah sakit mengenai isue
keselamatan pasien, medical errors, dan pelaporan insiden. Survey ini terdiri atas 42 item
yang mengukur 12 dimensi keselamatan pasien.

Dimensi Budaya Keselamatan Pasien dan Definisi


No Dimensi Budaya Definisi
Keselamatan Pasien
1. Komunikasi terbuka Staf bebas berbicara ketika mereka melihat sesuatu
yang berdampak negatif bagi pasien dan bebas
menanyakan masalah tersebut kepada atasan
2. Komunikasi dan Umpan Balik Staf diberi informasi mengenai insiden yang terjadi,
mengenai insiden diberi umpan balik mengenai implementasi
perbaikan, dan mendiskusikan cara untuk mencegah
kesalahan
3. Frekuensi pelaporan insiden Kesalahan dengan tipe berikut ini:
(1) Kesalahan diketahui dan dikoreksi sebelum
mempengaruhi pasien
(2) Kesalahan tanpa potensi cedera pada pasien
(3) Kesalahan yang dapat mencederai pasien tetapi
tidak terjadi
4. Handoffs dan Transisi Informasi mengenai pasien yang penting dapat
dikomunikasikan dengan baik antar unit dan antar
shift
5. Dukungan managemen untuk Managemen rumah sakit mewujudkan iklim bekerja
keselamatan pasien yang mengutamakan keselamatan pasien dan
menunjukkan bahwa keselamatan pasien adalah
prioritas
6. Respon non punitif (tidak Staf merasa kesalahan dan pelaporan insiden tidak
menghukum) terhadap kesalahan dipergunakan untuk menyalahkan mereka dan tidak
dimasukkan kedalam penilaian personal
7. Pembelajaran organisasi– Kesalahan dipergunakan untuk perubahan kearah
peningkatan berkelanjutan positif dan perubahan dievaluasi efektifitasnya
8. Persepsi keselamatan pasien Prosedur dan sistem sudah baik dalam mencegah
secara keseluruhan kesalahan dan hanya ada sedikit masalah keselamatan
pasien
9. Staffing Jumlah staf cukup untuk menyelesaikan beban
kerja dan jumlah jam kerja sesuai untuk memberikan
pelayanan yang terbaik untuk keselamatan pasien
10. Ekspektasi dan Upaya Atasan Atasan mempertimbangkan masukan staf untuk
dalam meningkatkan meningkatkan keselamatan pasien, memberikan
keselamatan pasien pujian bagi staf yang melaksanakan prosedur
keselamatan pasien, dan tidak terlalu membesar-
besarkan masalah keselamatan pasien
11. Kerja sama tim antar unit Unit kerja di rumah sakit bekerja sama dan
berkoordinasi antara satu unit dengan unit yang lain
untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk
pasien
12. Kerja sama dalam tim unit Staf saling mendukung satu sama lain, saling
menghormati, dan bekerja sama sebagai tim

Survey ini juga mengandung dua pertanyaan kepada responden mengenai tingkat
budaya keselamatan di unit kerja masing-masing dan banyaknya jumlah insiden yang telah
mereka laporkan selama satu tahun terakhir. Sebagai tambahan, responden juga ditanyai
mengenai latar belakang responden (unit kerja, jabatan staf, apakah mereka berinteraksi
langsung dengan pasien atau tidak.
Berikut ini form kuesioner untuk mengukur budaya keselamatan dan form
wawancara kegiatan ronde keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sumedang:

1. Form Kuesioner Pengukuran Budaya Keselamatan


KUESIONER PENGUKURAN BUDAYA KESELAMATAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

PETUNJUK UMUM
Survei ini meminta pendapat anda mengenai isu-isu seputar keselamatan pasien, kesalahan
medis dan pelaporan kejadian di rumah sakit tempat anda bekerja dan survey
membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 15 menit untuk mengerjakannya.

 Suatu event didefinisikan sebagai suatu tipe kesalahan, insiden, kecelakaan atau
penyimpangan, yang dapat ataupun tidak dapat mengakibatkan kerugian/cedera pasien
 Kesalahan dapat berupa : kesalahan diagnosis, kesalahan informasi, kesalahan
pengobatan, kegagalan pengobatan, kegagalan peralatan,kesalahan komunikasi, dsb
 Patient Safety didefinisikan sebagai suatu sistem yang membuat asuhan pasien dirumah
sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

PETUNJUK KHUSUS
Pada masing-masing bagian kuisioner, akan dijelaskan petunjuk pengisian. Anda diminta
untuk membaca dan memahami petunjuk pengisian tersebut sebelum mengisi kuisioner.
Setelah selesai mengerjakan, periksalah kembali kelengkapan jawaban agar tidak ada
pertanyaan yang terlewatkan/tidak diisi.

Selamat mengerjakan

BAGIAN A : Informasi Latar Belakang ( Background formation )


Anda diminta untuk mengisi data di bawah ini di tempat yang telah disediakan.
Untuk pertanyaan yang memiliki pilihan, berilah tanda (X) pada jawaban yang
menurut anda paling tepat. Data ini hanya akan dipergunakan untuk kepentingan
penelitian dalam menganalisis kerahasiaan data di jamin.

1. Nama :

2. Umur : tahun bulan

3. Pendidikan terakhir

 SMP
 SMA
 D3
 S1
 S2
 Lainnya, sebutkan…………………………………
4. Berapa lama anda bekerja di RSUD Sumedang

 Kurang dari 1 tahun


 1 – 5 tahun
 6 – 10 tahun
 11 – 15 tahun
 16 – 20 tahun
 Lebih dari 21 tahun
5. Berapa lama anda bekerja di Unit kerja saudara

 Kurang dari 1 tahun


 1-5 tahun
 6-10 tahun
 11-15 tahun
 16-20 tahun
 Lebih dari 21 tahun
6. Apa posisi kerja anda saat ini di Unit kerja ?

 Dokter
 Perawat
 Pekarya Kesehatan
 Lain – lain

BAGIAN B : Area / Unit Kerja Anda


Pada bagian ini, tolong bayangkan Unit Kerja anda saat ini. Berikan penilaian anda
terhadap pernyataan-pertanyaan mengenai unit kerja anda berikut ini dengan memberikan
tanda (X) pada pernyataan yang menurut anda paling tepat.
Keterangan :
1 : Sangat Tidak Setuju 3 : Setuju

2 : Tidak setuju 4 : Sangat setuju


No Pertanyaan 1 2 3 4
1 Setiap karyawan dalam unit ini saling mendukung satu sama lain
dalam bekerja
2 Kami memiliki jumlah staf yang cukup untuk menjalankan
semua tugas
3 Ketika ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dengan
cepat, kami bekerja sama sebagai sebuah tim untuk
mengerjakannya
4 Dalam unit ini, setiap karyawan memerlukan rekan kerja yang
lain dengan baik
5 Staf di unit ini memberikan perawatan/pelayanan kepada pasien
dengan waktu yang jauh lebih lama dari seharusnya
6 Kami secara aktif melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan
kualitas patient safety (keselamatan pasien)
7 Staf merasa bahwa kesal;aha yang mereka perbuat akan
memberikan dampak negative bagi mereka
8 Kesalahan-kesalahan yang dilaporkan berperan penting untuk
membawa perubahan yang positif
9 Hanya satu kebetulan, jika kesalahan serius (misalnya : pasien
cedera akibat kesalahan pemberian obat) tidak terjadi di unit ini
10 Ketika suatu area dalam unit ini sangat sibuk, anggota lain akan
segera membantu
11 Ketika suatu event (seperti : kesalahan diagnosis, kesalahan
treatment/penanganan pasien, pasien jatuh, kegagalan peralatan,
Dll) dilaporkan, hal tersebut terasa seperti mencatat aib sendiri,
dari pada mencatat masalahnya.
12 Kami mengevaluasi efektifitas setiap upaya peningkatan patient
safety (keselamatan pasien)
13 Kami bekerja dalam situasi krisis yaitu, pekerjaan yang
kompleks, mencoba melakukan banyak hal dengan cepat (waktu
yang cukup singkat)
14 Patient safety (keselamatan pasien) tidak pernah dikorbankan
hanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih banyak
15 Staf khawatir bahwa kesalahan (misalnya : kesalahan
pemeriksaan, kesalahan diagnosis, kesalahan mengimformasikan
keadaan pasien, kelalaian perawatan pasien, dsb) yang mereka
lakukan akan dicatat di data personalia mereka
16 Dalam unit ini, kami memilih masalah dalam patient safety
(keselamatan pasien)
17 Kami memiliki prosedur dan system yang baik untuk mencegah
timbulnya kesalahan apapun.

BAGIAN C : Manajer/Supervisor anda


Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda (X) pada pernyataan-pernyataan berikut
tentang manajer atau atasan anda saat ini.
Keterangan :
1 : Sangat Tidak Setuju 3 : Setuju
2 : Tidak Setuju 4 : Sangat Setuju
No Pernyataan 1 2 3 4
1 Atasan saya memberikan pujian ketika ia melihat suatu pekerjaan
dilakukan sesuai dengan prosedur patient safety (keselamatan
pasien)
2 Atasan saya mempertimbangkan secara serius, saran dari staf
menyangkut peningkatan patient safety (keselamatan pasien)
3 Setiap kali muncul tekanan, atasan saya menginginkan kami
bekerja lebih cepat, meskipun kami harus mengambil jalan pintas
untuk melakukannya
4 Atasan saya mengabaikan masalah patient safety (keselamatan
pasien) yang terus terjadi secara berulang

BAGIAN D: Komunikasi
Pikirkan tentang unit kerja area anda saat ini. Berikan tanda (X) pada pernyataan yang
menurut anda paling tepat
Keterangan :
1 : Sangat Tidak Setuju 3 : Setuju
2 : Tidak Setuju 4 : Sangat Setuju

No Pernyataan 1 2 3 4
1 Kami diberikan feedback (upaya baik) mengenai perubahan yang
terjadi berdasarkan laporan dari suatu event
2 Staf dapat secara bebas berpendapat ketika melihat sesuatu yang
memberikan dampak negative terhadap perawatan pasien
3 Kami diberitahukan kesalahan-kesalahan apapun yang terjadi
dalam unit ini
4 Setiap staf memiliki hak yang sama untuk bebas bertanya
mengenai keputusan atau tindakan mengenai patient safety
(keselamatan pasien)
5 Dalam unit ini kami mendiskusikan langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk mencegah suatu kesalahan terjadi lagi
6 Staf takut untuk bertanya ketika mereka merasakan ada suatu hal
yang tidak benar sedang terjadi

BAGIAN E : Frekuesi Laporan Suatu Event


Dalam unit kerja anda, ketika kesalahan-kesalahan berikut ini terjadi, seberapa sering
kesalahan tersebut dilaporkan? Beri tanda (X) pada pernyataan yang menurut anda paling
tepat.
Keterangan :
1 : Tidak Pernah 4 : Sering
2 : Jarang 5 : Selalu
3 : Kadang-kadang
No Pernyataan 1 2 3 4
1 Ketika suatu kesalahan terjadi, tapi kemudian hal tersebut disadari
dan segera diperbaiki sebelum memberikan dampak negative
terhadap pasien, seberapa sering hal tersebut dilaporkan?
2 Ketika suatu kesalahan terjadi, tapi tidak berpotensi merugikan
pasien, seberapa sering hal tersebut dilaporkan
3 Ketika suatu kesalahan yang berpotensi merugikan pasien terjadi,
tapi kemudian tidak terjadi, seberapa sering hal tersebut
dilaporkan?

BAGIAN F : Peringkat Patient Safety


Berikan penilaian secara keseluruhan mengenai patient safety (keselamatan pasien) di unit
kerja tempat anda bekerja saat ini.
 A Sangat Baik
 B Baik
 C Ragu-ragu
 D Buruk
 E Sangat Buruk

BAGIAN G : Rumah Sakit Tempat Anda Bekerja


Berikan persetujuan atau ketidaksetujuan anda terhadap pernyataan-pernyataan
menyangkut RSUD Sumedang berikut ini. Beri tanda (X) pada pernyataan yang menurut
anda paling tepat.
Keterangan :
1 : Sangat Tidak Setuju 3 : Setuju
2 : Tidak Setuju 4 : Sangat Setuju

No Pernyataan 1 2 3 4
1 Pihak manajemen rumah sakit menciptakan iklim kerja yang
berorientasi pada patient safety (keselamatan pasien)
2 Antar unit dalam rumah sakit tidak terkoordinasi dengan baik
3 Hal-hal buruk yang tidak diinginkan (seperti pasien jatuh,
keslahan mengimformasikan keadaan pasien, dsb) sering
terjadi ketika memindahkan pasien dari IRD ke unit lain
seperti unit perawatan, ICU, dsb
4 Ada kerja sama yang baik diantara unit-unit di rumah sakit
dalam melaksanakan pekerjaan yang harus dilakukan bersama-
sama
5 Informasi penting yang berkaitan dengan perawatan pasien
sering hilang disaat pergantian shift kerja
6 Sering terasa kurang nyaman (misalnya: dalam berkomunikasi,
pembagian tugas, dsb) apabila bekerjasama dengan staf dari
unit lain
7 Sering muncul masalah saat melakukan pertukaran informasi
antara unit
8 Tindakan-tindakan yang dilakukan pihak manajemen rumah
sakit menunjukan bahwa patient safety (keselamatan pasien)
merupakan prioritas utama
9 Pihak manajemen rumah sakit memperhatikan masalah patient
safety (keselamatan pasien) hanya setelah kejadian yang tidak
diinginkan terjadi
10 Unit-unit kerja dalam rumah sakit bekerjasama dengan baik
untuk memberikan perawatan terbaik kepada pasien
11 Pergantian shif menimbulkan masalah bagi pasien di rumah
sakit ini

BAGIAN H: Komentar Anda


Silahkan berikan komentar anda mengenai patient safety, kesalahan, atau pelaporan event
di RSUD Sumedang

TERIMAKASIH ATAS WAKTU YANG ANDA BERIKAN UNTUK BERKONTRIBUSI


DALAM SURVEY INI

2. Form Wawancara Kegiatan Ronde Keselamatan Pasien

RONDE KESELAMATAN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

Tanggal Ronde :

Unit/ Instalasi/ Ruangan : Wakil Direktur Umum dan Keuangan


- Penanggung Jawab Software
Direksi : - Penanggung Jawab Hardware dan Networking
- Pelaksana Software
- Pelaksana Hardware dan Networking
- Pelaksana Administrasi
Anggota :

Petugas Yang Diinterview :

NO PERTANYAAN JAWABAN KETERANGAN

1. Apakah anda dapat


mengingat kejadian-
kejadian dalam beberapa
hari belakangan ini yang
menyebabkan
perpanjangan perawatan
pasien
2. Apakah ada kejadian
”nyaris cidera” yang
hampir melukai pasien
3. Menurut pendapat anda
apakah ada tindakan kita
yang menyebabkan pasien
cidera akhir-akhir ini
4. Pengaruh lingkungan
seperti apa yang bisa
membahayakan pasien
berikutnya
5. Apakah ada sesuatu yang
bisa kita kerjakan untuk
mencegah kejadian tidak
diharapkan berikutnya
6. Menurut pendapat anda
apakah ada sistem atau
kondisi lingkungan yang
selalu menyulitkan/ atau
menyederakan anda
7. Tindakan nyata & spesifik
seperti apa dari pimpinan
yang dapat membuat
tugas/pekerjaan anda lebih
aman untuk pasien
8. Apakah yang bisa
membuat Ronde
Keselamatan Pasien ini
menjadi lebih efektif
9. Apakah anda mengetahui
bahwa kita sedang
membangun budaya
”tidak menyalahkan” dan
mengembangkan budaya
pelaporan yang ”blame
free”
BAB VI
PENUTUP

Panduan budaya keselamatan ini dibuat untuk menjadi acuan Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sumedang dalam melakukan pengkajian diri terhadap budaya
keselamatan. Mereka harus pula melakukan ini sebagai acuan dalam melaksanakan tinjauan
seksama mengenai pengkajian diri organisasi yang dilaksanakan melalui misi AHRQ
(American Hospital Research and Quality). Semoga dengan adanya panduan ini dapat
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di RSUD Kabupaten Sumedang

Mengesahkan

Direktur RSUD Ketua Komite Mutu


Kabupaten Sumedang dan Keselamatan Pasien

dr. H.Meru Prabowo,Sp.An


dr. H.Hilman Taufik,WS.MKes NIP. 19630611 199101 1 001
NIP. 19630827 199002 1 001

PANDUAN BUDAYA KESELAMATAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai