Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

SURVEY BUDAYA KESELAMATAN


RSUD dr TJITROWARDOJO PURWOREJO

Disusun Oleh :
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

RSUD dr Tjitrowardojo Purworejo

2019
Laporan Hasil Survei Budaya Keselamatan Pasien

RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo

I. Pendahuluan
Ilmu kesehatan hanya memiliki dua tujuan utama yaitu untuk
memperpanjang usia dan meringankan penderitaan manusia. Dengan
pemikiran dasar ini telah banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan yang dihasilkan, serta mengubah budaya
kesehatan untuk mengutamakan keselamatan pasien dan kualitas
pelayanan kesehatan.
Peningkatan kesadaran akan mutu keselamatan pasien telah
membawa pemikiran bahwa perlu dilakukan pengukuran terhadap
budaya keselamatan di lingkungan rumah sakit. Budaya keselamatan
sebuah organisasi adalah produk nilai-nilai, sikap, persepsi,
kompetensi, dan pola perilaku perseorangan dan berkelompok yang
menentukan komitmen, gaya serta keahlian manajemen kesehatan
dan keselamatan sebuah organisasi. Organisasi dengan budaya
keselamatan yang positif ditandai dengan komunikasi yang berdasar
pada rasa saling percaya, persepsi bersama akan pentingnya
keselamatan, dan keyakinan pada tindakan-tindakan preventif.
Pengukuran budaya keselamatan dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat budaya keselamatan, area kelebihan, dan area
potensi yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan keselamatan
pasien. Berbagai intervensi disertai dengan pengukuran ulang dapat
dilakukan untuk meningkatkan budaya keselamatan rumah sakit
dengan berbasis pada salah satu prinsip utama Kaizen – PDCA: Plan,
Do, Check, Act.

II. Latar Belakang

RSUD Dr Tjitrowardojo Purworejo telah berusaha melakukan


upaya peningkatan mutu secara bertahap melalui pembangunan
sarana, prasarana, ketenagaan, serta perangkat lunak lainnya,
sejalan dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Dalam hal
1
keselamatan pasien, RSUD Dr. Tjitrowardojo telah membentuk
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien guna
meningkatkan mutu layanan dan keselamatan pasien.

Sebagai langkah untuk meningkatkan keselamatan pasien di


rumah sakit, Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
perlu melakukan upaya untuk mengukur budaya keselamatan di
lingkungan RSUD Dr Tjitrowardojo sebagai salah satu dasar untuk
meningkatkan mutu layanan dan keselamatan pasien.

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner Survei


Budaya Keselamatan Pasien AHRQ (Agency for Healthcare Research
and Quality) yang mencakup 12 dimensi/komposit survei yaitu:

Dimensi Budaya Cakupan Definisi


Keselamatan Pasien
Keterbukaan Staf dapat menyatakan dengan bebas jika
Komunikasi melihat sesuatu hal yang dapat
berdampak negatif terhadap pasien dan
bebasuntuk menanyakan hal tersebut
kepada pihak yang memiliki wewenang
lebih.
Komuniksi dan Staf diberitahu tengang kesalahan yang
Umpan Balik terjadi, diberikan umpan balik tentang
tentang Kesalahan perubahan yang dilaukan, dan berdiskusi
tentang cara-cara untuk mencegah
terjadinya error/IKP.

Frekuensi Kesalahan berikut dilaporkan:


Pelaporan IKP KNC, KPC, dan KTC
Serah Terima Informasi asuhan pasien yang penting
disampaikan antar unit dan antar shift
jaga
Dukungan Manajemen rumah sakit menyediakan
Manajemen untuk iklim kerja yang mempromosikan
Keselamatan Pasien keselamatan pasien dan menunjukkan
bahwa keselamatan pasien adalah
prioritas utama

2
Respon Tidak Staf merasa bahwa kesalahan dan
Menghukum pelaporan IKP bukanlah hal yang
terhadap Kesalahan merugikan mereka dan bahwa IKP tidak
menjadi bagian file/catatan kepegawaian
mereka
Pembelajaran Kesalahan harus mengarahkan pada
orgazional perubahan positif dan perubahan tersebut
dinilai efektivitasnya
Persepsi Prosedur dan sistem dapat mencegah
Keseluruhan kesalahan dan jarang ada masalah
keselamatan pasien
SDM Terdapat cukup staf untuk menangani
beban kerja dan jam kerja yang layak
untuk menyediakan pelayanan terbaik
bagi pasien
Supervisi Supervisi/manager mempertimbangkan
Expectation anjuran staf untuk meningkatkan
keselamatan pasien, memuji staf yang
mengikuti prosedur, dan tidak
mengabaikan masalah-masalah
keselamatan pasien

Kerjasama antar Unit rumah sakit bekerja sama satu sama


unit lain untuk menyediakan pelayanan terbaik
bagi pasien
Kerjasama dalam Staf mendukung satu sama lain,
unit memperlakukan satu sama lain dengan
penuh penghormatan, dan bekerja sama
sebagai tim

Penilaian dari 12 dimensi/komposit budaya keselamatan pasien


tersebut menggunakan persentase dengan skala ukur >75% sebagai
area kekuatan dan skala ukur <50% sebagai area potensi yang perlu
dikembangkan segera untuk mendukung pengembangan budaya
keselamatan pasien.

Lebih jauh, dari hasil survei tersedut dapat dilakukan pengukuran


4 komponen budaya keselamatan menurut Reason yaitu:
3
4
Komponen Reason Aspek Budaya Keselamatan dan
Pengukuran Outcome
Budaya pelaporan (Reporting Frekuensi Pelaporan Insiden (O)
Culture): Organisasi yang aman Jumlah Pelaporan Insiden (O)
tergantung pada kesediaan
pekerja untuk melaporkan
kesalahan dan KNC/kondisi nyari
cedera (near miss)
Budaya Adil (Just Culture): Pelaporan Bebas Hukuman (U)
Manajemen memberi dukungan
dan penghargaan terhadap
pelaporan insiden oleh staf,
mengutamakan pendekatan
sistem daripada hukuman
terhadap individu
Budaya Fleksibel (Flexible Kerja Tim dalam Unit (U)
Culture): Atasan menunjukkan Ketenagaan (U)
sikap tenah ketika informasi Keterbukaan Komunikasi (U)
tentang keselamatan disampaikan Kerja Tim antar unit di rumah
karena atasan menghormati sakit (H)
pengetahuan dan wawasan Pergantian Shift Jaga dan
pekerja Transfer Pasien Antar Unit (H)
Budaya Belajar (Learning Tindakan Atasan (H)
Culture): Kesediaan organisasi Dukungan Manajemen Rumah
untuk melaporkan insiden dan Sakit (U)
mengimplementasikan perbaikan Komunikasi dan Umpan Balik (U)
yang sesuai Pembelajaran Organisasi (U)
Persepsi Secara Keseluruhan (O)
Tingkat Budaya Keselamatan (O)
O: Pengukuran Outcome

U: Unit Kerja

H: Rumah Sakit

III. Tujuan
A. Tujuan Umum

Terlaksananya upaya-upaya peningkatan mutu pelayanan yang

konsisten dan berkesinambungan serta selaras dengan perkembangan


4
konsisten dan berkesinambungan serta selaras dengan perkembangan
5
dan tuntutan jaman dan senantiasa menjunjung tinggi prinsip-prinsip
budaya keselamatan pasien dengan pendekatan manajemen risiko.
B. Tujuan Khusus
1. Pengukuran baseline Budaya Keselamatan Pasien di RSUD Dr
Tjitrowardojo
2. Mengetahui area kekuatan dalam mengembangkan budaya
keselamatan pasien di RSUD Dr Tjitrowardojo
3. Mengetahui area potensi yang dapat dikembangkan untuk
mendukung budaya keselamatan pasien di RSUD Dr
Tjitrowardojo

IV. Hasil Pengukuran

Survei Budaya Keselamatan Pasien RSUD Dr Tjitrowardojo Purworejo


dilakukan untuk mengukur baseline budaya keselamatan pasien dari
persepsi staf rumah sakit dengan menggunakan kuesioner Survei
Budaya Keselamatan Pasien yagn dikeluarkan oleh AHRQ (Agency for
Healthcare Research and Quality). AHRQ menilai budaya keselamatan
pasien dipengaruhi oleh 3 aspek yang dibagi ke dalam 12 dimensi:

Budaya Keselamatan Tingkat Unit:

1. Pengembangan Belajar Berkelanjutan


2. Upaya Atasan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
3. Sumber Daya Manusia (Ketenagaan)
4. Persepsi Keseluruhan mengenai Keselamatan Pasien
5. Komunikasi dan Umpan Balik mengenai Insiden Keselamatan
6. Keterbukaan Komunikasi
7. Kerja Tim Dalam Unit

Budaya Keselamatan Tingkat Manajemen RS/Tingkat Rumah Sakit:

1. Dukungan Manajemen terhadap Keselamatan Pasien


2. Kerja Tim Antar Unit
3. Pergantian Shift Jaga dan Transfer Pasien Antar Unit

Hasil Luaran (Outcome) Keselamatan Pasien

1. Respon tanpa Hukuman untuk Kesalahan


2. Banyaknya Pelaporan Insiden

5
Respon dan Demografi

Survei Keselamatan Pasien RSUD Dr Tjitrowardojo Purworejo 2019


melibatkan 217 responden yang terdiri atas 59,24% responden
perawat, 13,27% responden dokter, dan sebanyak 27,49 responden
tenaga kesehatan lain selain dokter dan perawat. Sebanyak 99,05%
responden merupakan petugas rumah sakit yang kontak langsung
dengan pasien.

Berdasarkan lama kerja di RSUD Dr Tjitrowardojo, sebagian


besar 24,76% telah bekeja selama 11-15 tahun, sebesar 23,81% telah
bekerja selama 6-10 tahun, sebesar 18,10% telah bekerja selama 1-5
tahun, sebesar 12,38% telah bekerja selama 16-20 tahun, sebesar
11,43% telah bekerja kurang dari 1 tahun, dan sebagian kecil 9,52%
telah bekerja 21 tahun atau lebih.

Berdasarkan jam kerja, sebagian besar 77,56% responden


menyatakan bekerja lebih dari 40 jam per minggu, sebanyak 21,46%
responden menyatakan bekerja 20-39, dan sebagian kecil 0,98%
menyatakan bekerja kurang dari 20 jam per minggu.

Hasil Keseluruhan Survei Budaya Keselamatan RSUD Dr


Tjitrowardojo 2019

Berdasarkan survei, hasil persepsi karyawan mengenai tingkat


budaya keselamatan pasien pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Hasil 12 Dimensi Survei Hasil


Kerja Tim Dalam Unit 78,00%
Upaya Atasan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien 69,28%
Pengembangan Belajar Berkelanjutan 92,75%
Dukungan Manajemen terhadap Keselamatan Pasien 78,47%
Komunikasi dan Umpan Balik mengenai Insiden
Keselamatan 64,87%
Banyaknya Pelaporan Insiden 56,03%
Persepsi Keseluruhan mengenai Keselamatan Pasien 62,52%
Keterbukaan Komunikasi 51,02%
Kerja Tim Antar Unit 72,27%
Sumber Daya Manusia (Ketenagaan) 41,47%
Pergantian Shift Jaga dan Transfer Pasien Antar Unit 55,69%

6
Respon Tanpa Hukuman untuk Kesalahan 48,56%
Rata-rata Komposit 12 Dimensi Survei 64.24%

Berdasarkan pada hasil survei tersebut terdapat area kekuatan


(persentase > 75%) untuk menopang budaya keselamatan pasien di
RSUD Dr Tjitrowardojo yaitu:

 Kerja Tim dalam Unit dengan persentase positif 78,00%


 Pengembangan Belajar Berkelanjutan dengan persentase
positif 92,75%
 Dukungan Manajemen terhadap Keselamatan Pasien dengan
persentase positif 78,47%

Area-area potensi dengan persentase terendah <50% yang perlu segera


dikembangkan mencakup:

 Sumber Daya Manusia (Ketenagaan) dengan persentase positif


41,47%
 Respon Tanpa Hukuman untuk Kesalahan dengan persentase
positif 48,56%

7
Grafik . Nilai Respon Positif Aspek Budaya Keselamatan Pasien RSUD Dr
Tjitrowardojo Purworejo Tahun 2019

8
Berdasarkan pada persepsi responden budaya keselamatan pasien di RSUD Dr
Tjitrowardojo adalah sebagai berikut:

Budaya Keselamatan Tingkat Unit


Sempurna 3,42%
Baik 75,21%
Bisa Diterima 10,26%
Sedang 11,11%
Buruk 0,00%

Sempurna : Ada pelaporan keselamatan pasien


di RS dan Unit Anda serta
pelaporan insiden yang
terkoordinasi dengan baik, ada
program analisis dan tindak
lanjut
Baik : Ada program keselamatan pasien
di RS dan unit Anda serta ada
pelaporan insiden yang
terkoordinasi dengan baik
Bisa Diterima : Ada program keselamatan pasien
di RS dan unit Anda serta ada
pelaporan insiden tetapi belum
terkoordinasi dengan baik
Sedang : Ada program keselamatan pasien
di RS serta ada pelaporan insiden
tetapi tidak ada di unit Anda
Buruk : Tidak ada program keselamatan
pasien di RS dan unit Anda

Tingkat budaya keselamatan pasien di RSUD Dr Tjitrowardojo menurut


sebagian besar responden adalah baik (75,21%)

Berdasarkan pada pendapat responden, rata-rata pelaporan insiden yang


dilakukan oleh responden adalah sebagai berikut:

Jumlah Pelaporan Insiden yang dilaporkan dalam 1 tahun


terakhir
Tidak Ada 46,79%
1-2 laporan 40,38%
3-5 laporan 8,97%
6-10 laporan 1,92%
11-20 laporan 1,92%
>21 laporan 0,00%

9
Didapatkan hasil bahwa ternyata sebagian besar 46,79% responden tidak
pernah melakukan pelaporan insiden keselamatan dalam 1 tahun terakhir.

10
Distribusi Nilai Item Respon Positif dalam 4 Komponen Budaya
Keselamatan menurut Reason

Budaya Pelaporan (Reporting Culture)

Aspek Frekuensi/Banyaknya Pelaporan Insiden

Pengukuran Outcome: Banyaknya Pelaporan Insiden

11
Budaya Adil (Just Culture)

Respon tanpa Hukuman untuk Kesalahan

Huruf “R” menandakan kalimat reversi yang menandakan bahwa respon


positif dihitung berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju, tidak setuju,
jarang, atau tidak pernah” (tergantung kalimat pada item pertanyaan)

Budaya Flexibel (Budaya Berorientasi Tim)

Aspek Kerja Tim dalam Unit

12
Aspek Ketenagaan

Huruf “R” menandakan kalimat reversi yang menandakan bahwa respon


positif dihitung berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju, tidak setuju,
jarang, atau tidak pernah” (tergantung kalimat pada item pertanyaan)

Keterbukaan Komunikasi

Huruf “R” menandakan kalimat reversi yang menandakan bahwa respon


positif dihitung berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju, tidak setuju,
jarang, atau tidak pernah” (tergantung kalimat pada item pertanyaan)

13
Aspek Kerja Tim antar Unit

Huruf “R” menandakan kalimat reversi yang menandakan bahwa respon


positif dihitung berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju, tidak setuju,
jarang, atau tidak pernah” (tergantung kalimat pada item pertanyaan)

Aspek Pergantian Shift dan Transfer Pasien antar Unit

Huruf “R” menandakan kalimat reversi yang menandakan bahwa respon


positif dihitung berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju, tidak setuju,
jarang, atau tidak pernah” (tergantung kalimat pada item pertanyaan)

14
Budaya Belajar

Aspek Komunikasi dan Umpan Balik Insiden Keselamatan

Aspek Dukungan Manajemen terhadap Keselamatan Pasien

15
Huruf “R” menandakan kalimat reversi yang menandakan bahwa respon
positif dihitung berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju, tidak setuju,
jarang, atau tidak pernah” (tergantung kalimat pada item pertanyaan)

Aspek Persepsi Keseluruhan

Huruf “R” menandakan kalimat reversi yang menandakan bahwa respon


positif dihitung berdasarkan jawaban “sangat tidak setuju, tidak setuju,
jarang, atau tidak pernah” (tergantung kalimat pada item pertanyaan)

Persepsi Karyawan mengenai Tingkat Budaya Keselamatan

16
• Terdapat empat area kekuatan budaya keselamatan pasien di RSUD Dr
Tjitrowardojo Purworejo berdasarkan dapat 12 dimensi budaya
keselamatan pasien
• Terdapat dua area potensi budaya keselamatan pasien yang harus
segera dikembangkan untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien
di RSUD Dr Tjitrowardojo

Ketua Komite Pening catan Mutu


dan Keselamatan asien,

dr Tri Turnianti H, Sp.OG (K}


NIP 19670213 199509 2 001

Anda mungkin juga menyukai