Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DAN MASA KERJA DALAM


IMPLEMENTASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3) PADA TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS SA’DAN
MALIMBONG KECAMATAN SA’DAN TORAJA UTARA

Diajukan Oleh

NAOMI PALEBANGAN
2010013

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TAMALATEA MAKASSAR
2024
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A Latar Belakang ............................................................................ 1

B Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C Tujuan Penelitian......................................................................... 5

D Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7

A Tinjauan Umum K3 .................................................................... 7

B Tinjauan Umum K3 Puskesmas .................................................. 9

C Tinjauan Umum Pengetahuan ..................................................... 11

D Tinjauan Umum Sikap ................................................................ 16

E Tinjauan Umum Masa Kerja ....................................................... 20

F Kerangka Teori ............................................................................ 22

F Kerangka Konsep......................................................................... 23

H Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................. 24

I Hipotesis ....................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 27

A Jenis Penelitian ............................................................................ 27

B Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 27

C Populasi dan Sampel ................................................................... 27

ii
D Instrumen Penelitian ................................................................... 28

E Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 28

F Teknik Pengolahan Data dan Penyajian Data .............................. 28

G Teknik Analisa Data.................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh

dan berperan penting untuk mewujudkan keberhasilan suatu organisasi

atau perusahaan. Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki potensi untuk terus berkembang terutama dalam meningkatkan

derajat kesehatan, itulah mengapa manusia menjadi aset yang sangat

penting dan dilindungi oleh sebuah organisasi maupun perusahaan.

Menurut World Health Organization (WHO), SDM Kesehatan adalah

semua orang yang kegiatan pokoknya yang ditujukan untuk meningkatkan

kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker, teknisi laboratorium,

managemen, dan tenaga pendukung seperti bagian keuangan, sopir, dan

lain sebagainya.

Kesehatan dan Keselamatan kerja merupakan upaya perlindungan

yang ditujukan kepada tenaga kerja untuk dipatuhi demi terciptanya

lingkungan kerja yang sehat dan aman. Menurut International Labour

Organization (ILO), K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat

berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja

maupun orang lain di tempat kerja.

Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan faktor yang

sangat mempengaruhi produktifitas kerja menurun. Perlu kita ketahui

bahwa kecelakaan dan penyakit akibat kerja itu dapat terjadi dimana saja

1
dan kapan pun itu. Menurut International Labour Organization (ILO),

setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih

dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih

lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit akibat kerja.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak

diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda

(Permenaker Nomor: 03/Men/1998).

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) merupakan institusi

pelayanan kesehatan dimana tempat kerjanya berpotensi bahaya sehingga

dapat beresiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja baik bagi SDM

Fasyankes, pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan

Fasyankes. Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang sehat, aman dan

nyaman serta didukung sarana, prasarana dan SDM yang memadai.

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang merupakan fasilitas

terdepan dimana letaknya paling dekat dan berada di tengah masyarakat,

sehingga puskesmas merupakan tempat kerja yang berpotensi terjadinya

kecelakaan kerja. Puskesmas memiliki potensi bahaya terhadap petugas,

pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar. Potensi bahaya meliputi fisik,

kimia, biologi, ergonomik dan psikososial. Dari ke lima bahaya tersebut,

biologi adalah bahaya yang sering menjadi penyebab gangguan kesehatan

di puskesmas (Nada et al., 2020).

2
Kunci keberhasilan Puskesmas dilihat dari standar keberhasilan

manajemen sumber daya manusia yaitu kinerja dan produktivitas tenaga

kesehatan. Menurut Moeheriono (2012:95) kinerja atau performance

adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan program

kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi

organisasi yang dituangkan dalam suatu perencanaan strategis suatu

organisasi.

Penting bagi kita dalam dunia kesehatan untuk memberi perhatian

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karena faktor yang

mempengaruhi kinerja itu sendiri adalah budaya Keselamatan Kerja.

Budaya Keselamatan Kerja merupakan sikap dalam organisasi dan

individu yang menekankan arti dan pentingnya keselamatan. Budaya

Keselamatan ditegaskan dan menjadi syarat supaya semua kewajiban yang

berkaitan dengan Keselamatan harus dilaksanakan secara benar, seksama,

dan dengan rasa penuh tanggung jawab (Yusri dalam Kumayas et al.,

2019).

(Mubarak dalam Darsini et al., 2019), menyatakan bahwa

pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman

manusia itu sendiri dan pengetahuan pula bertambah sesuai dari

pengalaman yang dialaminya. Pengetahuan merupakan faktor yang

memengaruhi terbentuknya sikap seseorang. Sikap adalah suatu proses

evaluasi yang dilakukan oleh setiap individu akan suatu objek. Jika

seseorang mempunyai pengetahuan yang baik maka akan mempunyai

3
sikap yang baik pula.

Dengan adanya Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

maka sangat diharapkan mampu meminimalisir risiko kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. Namun, seringkali Implementasi K3 dianggap tidak

penting oleh kebanyakan orang sehingga menjadi boomerang dan

mencelakakan diri sendiri akibat ketidakpatuhan terhadap peraturan yang

ada. Dalam penelitian sebelumnya, Kumayas (2019) terdapat hubungan

Pengetahuan dan Sikap dengan penerapan kesehatan dan keselamatan

kerja (K3) pada perawat di RS Bhayangkara TK III Manado. Penelitian ini

memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu. Namun penelitian ini

lebih menegaskan sisi perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya.

Pertama, variabel yang digunakan yaitu Pengetahuan dan Sikap sedangkan

pada penelitian ini menggunakan variabel Pengetahuan, Sikap dan Masa

Kerja. Kedua, objek penelitian dan lokasi penelitian yang berbeda.

Puskesmas Sa’dan Malimbong adalah UPTD Dinas Kesehatan

Toraja Utara yang berkedudukan di wilayah Kecamatan Sa’dan yang

bertujuan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara

menyeluruh. Puskesmas ini memiliki 62 Tenaga Kesehatan dimana setiap

Tenaga Kesehatan memiliki risiko kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum

suntik pada saat bekerja dan sakit akibat kerja yang dapat mempengaruhi

produktivitas kerja Tenaga Kesehatan.

4
B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dan masa kerja dalam

implementasi K3 pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sa’dan Malimbong?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap

dan masa kerja dalam implementasi K3 pada Tenaga Kesehatan di

Puskesmas Sa’dan Malimbong.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan

implementasi K3 pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sa’dan

malimbong.

b. Untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan implementasi

k3 pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sa’dan Malimbong.

c. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan pengetahuan Tenaga

Kesehatan di Puskesmas Sa’dan Malimbong.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

referensi bagi peneliti selanjutnya serta menambah dan memberikan

pengetahuan khususnya mengenai Implementasi K3.

5
2. Manfaat Praktis

a. Bagi STIK Tamalatea Makassar

Hasil penelitian ini dapat menjadi reverensi dan bahan kajian bagi

Mahasiswa STIK Tamalatea Makassar.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta pengalaman bagi

peneliti dalam menerapkan K3.

c. Bagi Puskesmas

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

tenaga kesehatan mengenai pentingnya penerapan K3.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang atau produk jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun masyarakat. Faktor yang penting

dan utama dalam melaksanakan pekerjaan adalah memperhatikan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dengan adanya jaminan tersebut,

maka pekerja pasti akan bekerja secara maksimal. Setiap tempat kerja

memiliki kewajiban menyediakan jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja kepada para tenaga kerjanya.

1. Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan kerja merupakan bagian kesehatan yang berkaitan

dengan pekerjaan dan lingkungan kerja, yang secara langsung maupun

tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.

Sedangkan, keselamatan kerja adalah sarana utama untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian seperti luka

atau cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda, kerusakan peralatan

atau mesin dan kerusakan lingkungan secara luas. Pada hakekatnya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu upaya untuk

menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan

dan bahaya, baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,

perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Selain itu, keselamatan dan

7
kesehatan kerja diharapkan dapat menciptakan kenyamanan kerja dan

keselamatan kerja yang maksimal(Mahdiyah, 2020).

Pelaksanaan K3 merupakan suatu bentuk upaya agar terciptanya

tempat kerja yang sehat, aman, dan terbebas dari pencemaran lingkungan

sehingga bisa mencegah, mengurangi hingga terbebas dari kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja demi meningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja (Nurlaili & Al Ridha, 2022).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan upaya untuk

mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada tempat kerja. Menurut PP No.

50 Tahun 2012, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu

upaya yang mencakup keseluruhan kegiatan demi menjamin serta

melindungi kesehatan dan keselamatan tenaga kerja dengan upaya

mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

2. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bagian 6

Tentang Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:

1. Kesehatan kerja dilaksanakan untuk menciptakan produktivitas kerja

yang optimal.

2. Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan

penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.

3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

Dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja, terdapat beberapa tujuan utama, yaitu:

8
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang

lain di lokasi kerja.

2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan

efisien.

3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

B. Tinjauan Umum Tentang Implementasi K3 di Puskesmas

Implementasi merupakan suatu kegiatan untuk melaksanakan dan

menerapkan suatu program. Sedangkan K3 adalah kegiatan untuk

menjamin dan melindungi tenaga kerja dari resiko bahaya penyakit akibat

kerja dan kecelakaan kerja. Dengan adanya penggunaan berbagai alat

kesehatan di Fasyankes serta kondisi sarana prasarana yang tidak

memenuhi keselamatan akan menimbulkan resiko kecelakaan kerja dari

yang ringan hingga fatal.

Implementasi K3 di puskesmas merupakan upaya yang harus

diterapkan oleh semua tenaga kesehatan demi terwujudnya tempat kerja

yang aman. Tujuan diterapkannya K3 di Puskesmas adalah terciptanya

cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan tenaga medis. Pengetahuan K3 yang baik

diharapkan mampu menekan angka kecelakaan kerja karena individu

tersebut dapat menerapkan tindakan yang sesuai dengan pengetahuan K3

yang dimilikinya. Permenkes No 52 tahun 2018 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di Fasyankes menyatakan bahwa setiap Fasyankes harus

melaksanakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

9
Dengan adanya Implementasi dan diterapkannya program

keselamatan dan kesehatan kerja maka diharapkan dapat meminimalisir

resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keadaan tenaga kerja yang

sehat maka dapat mnghasilkan produksi kerja yang baik pula dari tenaga

kerja itu sendiri. semakin produktif tenaga kerja maka produktivitas kerja

dapat meningkat pula (Kaligis et al., 2013).

Dalam pedoman K3 Puskesmas Kementrian Kesehatan RI Tahun

2011 terdapat 10 indikator keberhasilan K3 seperti:

1. Komitmen dan Kebijakan Kepala Puskesmas

2. Adanya SK Kepala Puskesmas Pelaksanaan K3 Puskesmas

3. Dokumen Tertulis Rencana K3 Dalam Bentuk Rencana Kerja Tahunan

4. Adanya Dukungan Sumber Daya

5. Tingkat Kepatuhan Pelaksanaan K3

6. Pembudayaan K3 melalui pemanfaatan SOP

7. Pengelolaan Angka Kecelakaan Kerja

8. Angka Penyakit Akibat Kerja (PAK)

9. Pelayanan Kesehatan Kerja

10. Tanggap Darurat

Dari hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa ada hubungan

yang diperoleh dalam penelitian tersebut yang ditandai dengan

pengetahuan yang baik berjumlah 70 responden dan pengetahuan yang

kurang baik berjumlah 41 responden. Sedangkan Sikap K3 yang baik

berjumlah 83 responden dan sisanya dapat disimpulalkan terdapat sikap

10
K3 yang kurang baik dengan jumlah 28 responden. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap pada

perawat dalam menerapkan K3 di lokasi kerja.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan segala kegiatan yang dilihat dan diperoleh

oleh manusia melalui pengalaman setiap individu. Pengetahuan akan

timbul pada saat orang tersebut memanfaatkan pemikirannya untuk

mengenali benda atau suatu kejadian yang belum pernah dilihat dan

dirasakan sebelumnya. Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam

KBBI kata tahu memiliki arti yaitu memahami setelah melihat

(menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan mengerti

(Darsini et al., 2019).

Pengetahuan merupakan peringatan tentang suatu spesifik, universal,

metode, proses, pola dan struktur sumber. Peringatan tentang sesuatu

mengaitkan dengan pemikiran terhadap kondisi yang nyata. Pengetahuan

dipengaruhi dari beberapa hal, salah satunya yaitu karena faktor

pendidikan formal. Pengetahuan setiap orang terhadap suatu objek

menyangkut dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Dari kedua aspek

tersebut dapat menentukan dan melihat sikap seseorang, jika aspek

positif lebih banyak maka semakin positif pula sikap seseorang terhadap

objek tertentu (Fidel dalam Ghoni, 2012).

11
2. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan didapatkan dari proses kognitif, dimana seseorang

dituntut untuk mengenal dan mengerti dahulu suatu ilmu pengetahuan

supaya dapat mengetahui hal tersebut (Darsini et al., 2019). (Kebung

dalam Darsini et al., 2019) menyatakan bahwa terdapat enam hal penting

yang digunakan untuk mengetahui terjadinya pengetahuan. Enam hal

tersebut yaitu:

a. Pengalaman Inderawi (Sense-experince)

Pengalaman Inderawi (Sense-experince)dilihat sebagai sarana paling

berpengaruh dalam memperoleh pengetahuan karena melalui indera-

indera kita dapat berinteraksi dengan berbagai objek yang ada di

sekitar kita. Penekanan kuat pada kenyataan ini dikenal dengan nama

realism (hanya kenyataan atau sesuatu yang sudah menjadi faktum

dapat diketahui). Kesalahan dapat terjadi jika terdapat

ketidakharmonisan dalam semua peralatan inderawi.

b. Penalaran (Reasoning)

Penalaran adalah hasil akal yang tergabung dari dua pemikiran

ataupun lebih demi memperoleh pengetahuan yang baru. Oleh karena

itu sangat penting dipahami asas-asas pemikiran seperti: principium

indentitas atau asas kesamaan yang artinya sesuatu itu seharusnya

sama dengan dirinya sendiri(A=A). Principium contradiction/asas

pertentangan. Ketika dua pendapat saling bertolak belakang, maka

tidak mungkin keduanya dinyatakan benar dalam waktu yang

12
bersamaan, atau pada subyek yang sama maka tidak mungkin terdapat

dua hasil yang bertolak belakang pada waktu yang sama. Dan

principium tentrii exclusi (asas tidak ada kemungkinan ketiga).

Ketika dua pendapat yang bertolak belakang maka tidak mungkin

keduanya benar dan salah. Kebenaran hanya terdapat dari salah satu

diantaranya dan tidak perlu ada pendapat atau kemungkinan ketiga.

c. Pengetahuan Rasional (Rational Knowledge)

Pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang diperoleh dari latihan

rasio atau dari akal semata, tidak disertai oleh pengalaman dan

observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual. Contohnya seperti

panas diukur menggunakan derajat panas, berat dikukur menggunakan

timbangan dan jauh diukur menggunakan meteran.

d. Otoritas (Authority)

Otoritas merupakan kewibawaan atau kekuasaan yang sah yang

dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Hal tersebut

dilihat sebagai suatu sumber pengetahuan karena kelompoknya

memiliki pengetahuan dari seseorang yang memiliki kewibawaan

dalam pengetahuannya. Oleh karena itu, pengetahuan ini tidak perlu

lagi diuji karena kewibawaan orang tersebut.

e. Intuisi (Intution)

Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang (proses

kejiwaan) demi memahami sesuatu atau membuat pernyataan berupa

pengetahuan. Pengetahuan intuitif tidak dapat dibuktikan

13
seketika/melalui fakta karena tidak ada pengetahuan yang

mendahuluinya. Lawan dari pengetahuan intuitif yaitu pengetahuan

diskursif. Pengetahuan tersebut tidak di dapat secara langsung dan

begitu saja namun, tergantung dari banyaknya aspek lain. Dengah kata

lain seseorang sampai di titik pengetahuan karena sudah banyak

mediasi yang telah dilewati.

f. Wahyu (Relation)

Wahyu merupakan pengetahuan yang diperoleh lewat para nabi dan

utusan-Nya untuk kepentingan umat-Nya. Dasar pengetahuan yaitu

keyakinan akan sesuatu yang disampaikan dari sumber wahyu itu

sendiri. oleh karena kepercayaan tersebutlah sehingga muncul apa

yang disebut keyakinan. Pengetahuan Wahyu (Revealed Knowledge)

diperoleh manusia atas dasar wahyu yang diberikan oleh Tuhan

kepadanya. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, yang berarti

pengetahuan itu berasal dari luar manusia. Pengetahuan wahyu

kebanyakan menekankan kepada kepercayaan.

g. Keyakinan (Faith)

Kepercayaan menghasilkan hal yang disebut iman dan keyakinan.

Kepercayaan menghasilkan apa yang disebut iman atau keyakinan.

Keyakinan mendasarkan diri pada ajaran-ajaran agama yang

diungkapkan lewat norma dan aturan Agama. Keyakinan pula

dipandang sebagai kemampuan kejiwaan yang merupakan proses

pendewasaan dari kepercayaan. Umumnya kepercayaan bersifat

14
dinamis dan mampu menempatkan diri dengan konteks, padahal

keyakinan pada umumnya bersifat statis.

3. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoadmojo dalam Sugiarto, 2016) ada enam tingkatan

pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu dinyatakan sebagai pengingat suatu materi yang telah disepakati

sebelumnya. Arti dari pengetahuan ini yaitu mengingat kembali

(recall) sesuatu yang dipelajari atau dorongan yang telah diterima.

Karena itulah tahu merupakan tingkatan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami dinyatakan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara tepat tentang obyek yang diketahui.

c. Aplikasi (Appllication)

aplikasi dinyatakan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

nyata/sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menyatakan pelajaran atau

suatu obyek untuk unsur-unsur namun tetap dalam struktur organisasi

itu sendiri dan masih berkaitan satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan atau bagian-

15
bagian dalam suatu keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi tersebut saling berikatan dengan kemampuan dalam

melaksanakan justifikasi atau penilaian bagi obyek atau materi.

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap

1. Definisi Sikap

Sikap merupakan suatu sebutan dalam bidang psikologi yang

berikatan dengan tanggapan dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa

inggris disebut attitude. Attitude merupakan cara berinteraksi terhadap

asuatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu

perangsang atau situasi yang dihadapi. Dalam berbagai hal, sikap

merupakan penentu yang paling utama dalam tingkah laku manusia. Sikap

selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang (like) dan tidak

senang (dislike) untuk melakukan dan menghindarinya, kedua alternatif

diatas itu disebut sebagai reaksi.maka dari itu pengetahuan mengenai

sesuatu ialah awal yang mempengaruhi sikap yang kemungkinan

mengarah kepada perbuatan (Suharyat, 2009).

Sikap manusia merupakan hal yang sangat berpengaruh dan yang

paling utama dalam perilaku (tindakan) setiap hari, walaupun masih ada

faktor–faktor lain seperti lingkungan dan keyakinan setiap orang. Hal

tersebut berarti bahwa ada kalanya sikap bisa menentukan tindakan setiap

orang, namun seringkali sikap tidak mewujud menjadi tindakan.

Tanggapan terhadap segala dampak positif dan negatif akan tindakan ikut

16
menentukan apakah sikap seseorang menjadi tindakan yang real atau tidak

(Azwar S, 2011).

(Ellis dalam Suharyat, 2009) menyatakan bahwa sikap melibatkan

sebagian pengetahuan terhadap sesuatu. Tetapi hal yang mendasar dari

sikap yaitu karena adanya perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap

perbuatan yang berkaitan dengan pengetahuan. Dari definisi yang

dikemukakan oleh Ellis, sikap melibatkan pengetahuan terhadap sesuatu

termasuk kondisi. Kondisi ini digambarkan sebagai objek yang nantinya

akan memengaruhi terjadinya reaksi atau respon dan kecenderungan untuk

melakukan sesuatu.

Sikap dapat diartikan sebagai konstruk demi memungkinkan

terlihatnya suatu aktivitas. Definisi sikap juga bisa dilihat dari berbagai

unsur yang terkait contohnya sikap dengan kepribadian, motif, tingkah

laku, kepercayaan dan sebagainya. Namun bisa diambil definisi yang

memiliki persamaan karakteristik; sikap adalah tingkah laku yang

berkaitan dengan kesiapan dalam merespon objek sosial yang

mengarahkan ke tingkah laku yang nyata dari setiap individu. Hal tersebut

mengartikan bahwa tingkah laku dapat diperkirakan jika telah diketahui

sikapnya. Meskipun perwujudan sikap tak terlihat langsung namun sikap

dapat diartikan sebagai tingkah laku yang masih tertutup (Suharyat, 2009).

17
2. Struktur Sikap

Terlihat dari strukturnya, sikap terdiri dari tiga komponen yaitu

komponen kognitif, komponen afektif, dan kompopnen konatif.

Komponen kognitifDilihat dari strukturnya, sikap terdiri dari tiga

komponen yaitu komponen seperti keyakinan setiap orang (behavior

belief and group belief), komponen afektif berupa aspek kebiasaan

melakukan sesuatu menurut sikapnya (Azwar S, 2011).

a. Komponen Kognitif

komponen kognitif berisi persepsi/tanggapan, kepercayaan/keyakinan,

dan stereotipe yang dimiliki setiap orang mengenai sesuatu. Persepsi

dan kepercayaan setiap individu mengenai objek sikap berwujud

pandangan (opini) dan sering merupakan stereotipe atau sesuatu yang

sudah tertata dalam pikirannya. Komponen kognitif dari sikap itu

tidak selalu akurat. Biasanya kepercayaan akan timbul tanpa adanya

informasi yang sesuai menyangkut objek tersebut. Kebutuhan

emosional juga merupakan determinan utama untuk membentuk

kepercayaan.

b. Komponen Afektif

Komponen Afektif menyangkut perasaan maupun emosional. Reaksi

emosional terhadap objek seperti Komponen afektif melibatkan

perasaan atau emosi. Reaksi emosional seseorang terhadap suatu

objek akan membentuk sikap positif atau negatif bagi objek tertentu.

Reaksi emosional tersebut kebanyakan ditentukan karena kepercayaan

18
akan suatu objek, seperti kepercayaan suatu objek baik dan tidak baik,

bermanfaat dan tidak bermanfaat.

c. Komponen Konatif

Komponen konatif atau kebiasaan bertindak (berperilaku) pada diri

seseorang berhubungan dengan objek sikap. Tindakan individu dalam

situasi tertentu dan dalam situasi menghadapi stimulus/dorongan

tertentu, banyak dipastikan dari kepercayaan dan perasaannya kepada

stimulus/dorongan tersebut. Kebiasaan bersikap dengan konsisten,

searah bersama kepercayaan dan perasaan sehingga membentuk sikap

individual.

3. Tingkatan Sikap

Menurut (Notoadmojo dalam Sugiarto, 2016) sama halnya

pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

a. Menerima (Receiving)

menerima yang dimaksud ialah setiap orang atau subjek ingin dan

mencermati stimulus yang dihadapi (objek).

b. Merespon (Responding)

Merespon yang dimaksud yaitu memberi jawaban atau reaksi terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (Valuing)

menghargai berarti seseorang memberi pandangan positif terhadap

sasaran atau stimulus dalam artian mendiskusikannya dengan bersama

orang lain, dan juga membujuk/memengaruhi/menyarankan individu

19
untuk merespon.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab akan segala hal yang telah diyakininya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap bisa diukur

dengan langsung maupun tidak langsung. Dapat diartikan tentang

seperti apa saran atau pendapat terhadap objek.

E. Tinjauan Umum Tentang Masa Kerja

Masa kerja merupakan waktu yang terhitung dari tahun pertama

(awal bekerja) hingga pada saat penelitian dilakukan yang dihitung dalam

tahun. Semakin lama masa kerja maka semakin tinggi pula tingkat

kelelahan, karena semakin lama bekerja maka akan timbul rasa jenuh

akibat kerja monoton sehingga berpengaruh bagi tingkat kelelahannya

(Setyawati, 2013).

Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3 (Kemenkes,

2017), yaitu :

1. Masa kerja < 5tahun

2. Masa kerja 5 - 20 tahun

3. Masa kerja > 20 tahun

Menurut (Handoko dalam Sugiarto, 2016) indikator-indikator yang

mempengaruhi masa kerja di antaranya :

1. Tingkat Kepuasan Kerja

Indikator ini adalah salah satu aspek psikologis yang melukiskan

perasaan setiap individu mengenai pekerjaannya, rasa bangga/puas akan

20
muncul karena terdapat keseimbangan dengan kemampuan,

keterampilan dan harapan mengenai pekerjaan yang ditekuni.

2. Stres Lingkungan Kerja

Merupakan keadaan kecemasan yang muncul karena terdapat ketidak

seimbangan fisik dan psikis yang memengaruhi emosional, keadaan

individu dan proses berpikir.

3. Pengembangan Karir

Merupakan susunan penempatan/jabatan yang ditempati setiap orang

dalam masa kehidupannya atau bisa dikatakan menempatkan

posisi/jabatan yang ditempati dalam masa hidupnya.

4. Kompensasi hasil kerja

Keseluruhan kompensasai yang diterima setiap karyawan dari hasil

kerjanya pada suatu perusahaan. Imbalan yang didapatkan berupa fisik

dan nonfisik kemudian dihitung dan diberikan bagi karyawan setimpal

dengan pengabdian yang telah diberikan bagi perusahaan tempat

bekerja.

21
F. Kerangka Teori

Faktor predisposisi:
a. Pengetahuan
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Pendidikan
e. Masa Kerja

Faktor Pemungkin: Implementasi


a. Ketersediaan K3
Sarana dan
Prasarana
kesehatan

Faktor Penguat:
a. Peraturan
b. Pengawasan
c. Sanksi
d. Sikap

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Teori Laurence Green 1988

22
G. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Sikap Implementasi K3

Masa Kerja

Keterangan :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Konsep

23
H. Definisi opresional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria objektif Skala

Implementasi K3 Implementasi K3 di puskesmas Kuesioner 1. Diterapkan: Ordinal

merupakan upaya yang harus Jika responden menjawab ≥100%

diterapkan oleh semua tenaga maka K3 diterapkan.

kesehatan demi terwujudnya 2. Tidak/kurang diterapkan:

tempat kerja yang aman. jika responden menjawab ≤ 100%

maka K3 tidak di terapkan.

Pengetahuan Pengetahuan adalah berbagai Kuesioner 1. Tidak ada hubungan Ordinal

gejala yang ditemui dan diperoleh jika ≥50% dari hasil dari

manusia melalui pengamatan. kuisioner.

Pengetahuan muncul ketika 2. ada hubungan

seseorang menggunakan akal jika ≤50% dari hasil kuisioner.

24
budinya untuk mengenali benda

atau kejadian tertentu yang belum

pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya.

Sikap Sikap adalah penentu yang paling Kuesioner 1. Tidak ada hubungan Ordinal

penting dalam tingkah laku Jika ≥50% dari hasil dari

manusiadan sikap merupakan kuisioner.

suatu cara bereaksi terhadap 2. ada hubungan

sesuatu. jika ≤50% dari hasil kuisioner.

Masa Kerja Awal mulai melakukan pekerjaan Kuesioner Lama : ≥5 tahun Nominal

di Puskesmas Sa’dan Malimbong Baru : ≤ 5 tahun

sampai saat dilakukan penelitian.

25
I. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara penelitian atau bahkan dalil yang

kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmojo, 2010).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan implementasi K3

di Puskesmas Sa’dan Malimbong, Kec. Sa’dan, Toraja Utara.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan implementasi K3

di Puskesmas Sa’dan Malimbong, Kec. Sa’dan, Toraja Utara.

2. Sikap

H0 : Tidak ada hubungan antara sikap dengan implementasi K3

di Puskesmas Sa’dan Malimbong, Kec. Sa’dan, Toraja Utara.

Ha : Ada hubungan antara sikap dengan implementasi K3

di Puskesmas Sa’dan Malimbong, Kec. Sa’dan, Toraja Utara.

3. Masa Kerja

H0 : Tidak ada hubungan masa kerja dengan implementasi K3

di Puskesmas Sa’dan Malimbong, Kec. Sa’dan, Toraja Utara.

Ha : Ada hubungan antara masa kerja dengan implementasi K3

di Puskesmas Sa’dan Malimbong, Kec. Sa’dan, Toraja Utara.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan

cross sectional study yaitu mengamati variabel independen dan variabel

dependen secara bersamaan dalam waktu yang sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Sa’dan

Malimbong Kecamatan Sa’dan, Toraja Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan April

2024.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Tenaga Kesehatan di

Puskesmas Sa’dan Malimbong dengan jumlah 62 responden.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Sa’dan Malimbong dengan jumlah 62 orang.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan

total sampling.

27
D. Instrumen Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini melalui :

1. Lembar kuesioner

Kuesioner ini digunakan untuk menjadi landasan dalam wawancara terhadap

responden.

2. Kamera

Dalam penelitian ini kamera digunakan untuk mengambil dokumentasi saat

melakukan penelitian.

4. Alat Tulis

Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil wawancara.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari hasil kuisioner responden.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari UPTD Puskesmas Sa’dan Malimbong Kecamatan

Sa’dan, Toraja Utara.

F. Teknik Pengolahan Data dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengolahan dan penggunaan program SPSS selanjutnya

disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan tabel analisis disertai penjelasan

dan narasi.

28
a. Editing

Kegiatan ini merupakan kegiatan memperbaiki isian kuesioner yang telah

terkumpul dan telah memenuhi syarat untuk diikutsertakan dalam analisis.

b. Coding

Setelah semua kuesioner di edit tahap selanjutnya adalah pengkodean yakni

merubah data dari berbentuk kalimat ke bentuk angka.

c. Skoring

Setelah melakukan pengkodean maka tahap berikutnya adalah memberikan

skor di setiap pertanyaannya.

d. Tabulating

Tabulasi merupakan penyusunan data agar menjadi lebih mudah untuk di

jumlah, disusun dan ditata untuk disajikan serta dianalisis dalam format

tabel dan grafik.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan setelah data diolah dan

disajikan dalam bentuk tabel dan disertai penjelasan dari tabel tersebut

(dinarasikan).

G. Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan secara umum

karakteristik setiap variabel yang akan diteliti yaitu Implementasi K3,

Pengetahuan, Sikap dan Masa Kerja.

29
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis digunakan untuk mencari

hubungan antara variabel independen dan dependen. Analisis ini

digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel baik

itu dependen maupun variabel independent dengan menggunakan uji chi

square.

30
DAFTAR PUSTAKA

Azwar S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. November, 51–63.

Darsini, Fahrurrozi, & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan ; Artikel Review.

Jurnal Keperawatan, 12(1), 97.

Ghoni, H. A. (2012). Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Wajib Pajak terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Daerah. Jurnal Akuntansi AKUNESA, 1(1), 165–175.

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-

akuntansi/article/view/296

Kaligis, R. S. V., Sompie, B. F., Tjakra, J., & Walangitan, D. R. O. (2013).

Pengaruh Implementasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ( K3 )

Terhadap Produktivitas Kerja. Sipil Statik, 1(3), 219–225.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Standar Kurikulum Pelatihan

K3 Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. In Direktorat Jenderal Kesehatan

Masyarakat.

http://siakpel.bppsdmk.kemkes.go.id:8102/akreditasi_kurikulum/kurikulum_

191023094130652a97b26d00b4741788c307a95e6f82.pdf

Kumayas, P. E., Kawatu, P. A. T., & Warouw, F. (2019). Hubungan Pengetahuan

Dan Sikap Dengan Penerapan Kesehatan Dan Keseamatan Kerja (K3) Pada

Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Tk Iii Manado. Jurnal KESMAS, 8(7),

366–371.

Mahdiyah, R. (2020). Penerapan Konsep Dasar K3 dalam Memberikan Asuhan

Keperawatan di Rumah Sakit. In Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat: Vol.

I (pp. 8–11).

31
Mahlian, D. (2021). Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Tenaga

Kesehatan Di Puskesmas Meureubo Kabupaten Aceh Barat (Doctoral

dissertation, UNIVERSITAS TEUKU UMAR).

Nada, F. Q., Denny, H. M., & Setyaningsih, Y. (2020). Implementasi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Puskesmas: Studi Kasus di Kabupaten

Pekalongan. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 8(2), 98–104.

https://doi.org/10.14710/jmki.8.2.2020.98-104

Nurlaili, N., & Al Ridha, M. (2022). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas

dengan Pencegahan Kecelakaan Kerja di Puskesmas Muara Dua Kota

Lhokseumawe. Journal of Healtcare Technology and Medicine, 8(2), 1455–

1466. https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/download/2496/1302

Sugiarto. (2016). 済無No Title No Title No Title. 4(1), 1–23.

Suharyat, Y. (2009). Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Perilaku Manusia.

Jurnal Region, 1(3), 1–19.

32
KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN
MASA KERJA DALAM IMPLEMENTASI KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3) PADA TENAGA
KESEHATAN DI PUSKESMAS SA’DAN
MALIMBONG, KEC. SA’DAN,
TORAJA UTARA

I. Karakteristik Responden

Nama :
Jenis kelamin :
Umur : Tahun
Pendidikan terakhir :
Masa kerja : Tahun

Petunjuk Pengisian : Berilah Tanda Checklist (✔) Pada kolom Penyataan

Dibawah ini. Jawablah Pernyataan Ini dengan Jujur sesuai yang Anda Alami dan

Jawaban Akan Terjaga Kerahasiaannya.

II. Implementasi K3
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda menerapkan K3 di tempat kerja?
2. Apakah dengan menerapkan K3 berguna ketika
anda bekerja?
3. Apakah terdapat tenaga K3 di Puskesmas?
4. Apakah tempat kerja memiliki alat
kegawatdaruratan (APAR)?
5. Apakah di Puskesmas terdapat peraturan yang
mewajibkan anda untuk menerapkan K3?
6. Jika ada, apakah peraturan itu sudah diketahui
oleh semua tenaga kesehatan?

33
7. Apakah dengan peraturan tersebut keselamatan
dan kesehatan anda menjadi lebih terjaga?
8. Apakah selama anda bekerja ada pengawasan
tersebut?
9. Apakah terdapat rambu-rambu K3 di Puskesmas?
10. Apakah jam kerja di tempat kerja sudah sesuai
standar kerja (8 jam/hari)?

III. Pengetahuan

No Pertanyaan Benar Salah

1. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja.

2. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) tidak dapat mencegah dan mengurangi
penyakit akibat kerja.

3. Tidak semua tempat kerja terdapat tanda


berbahaya yang dapat mengancam keselamatan
dan Kesehatan pekerja.

4. Standar operasi prosedur kerja telah ditetapkan


di Puskesmas.

5. Kelengkapan isi kotak Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan (P3K) sangat penting.

6. Fasilitas ruang Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan (P3K) sangat penting.

34
7. Alat Pelindung Diri digunakan apabila terjadi
kecelakaan kerja saja.

8. Penerapan K3 dapat menghilangkan bahaya yang


ada ditempat kerja.

9. Poster-poster K3 dan rambu-rambu K3 (safety


sign) di lingkungan kerja membantu
mengingatkan pekerja untuk bekerja secara
aman.

10. Menerapkan K3 secara disiplin sangat


berpengaruh terhadap Kesehatan.

11. Semakin patuh pekerja dalam menerapkan K3


maka akan semakin mengurangi risiko
kecelakaan kerja.

12. Selalu menerapkan K3 selama jam kerja dapat


meningkatkan efektivitas kerja.

13. Menerapkan K3 mengurangi kecemasan


terhadap resiko terjadinya kecelakaan dan PAK

14 Penerapan K3 hanya digunakan saat bekerja


ditempat berbahaya.

15. Puskesmas memberikan jaminan kesehatan yang


terdaftar secara resmi (BPJS,dll).

16. Tenaga Kesehatan dipuskesmas telah memahami


SOP yang ada.

35
IV. Sikap
No Pertanyaan Sangat Setuju Tidak Kurang
Setuju Setuju Setuju
Apakah anda selalu mengikuti
1.
prosedur kerja yang telah di
tetapkan oleh Puskesmas
Apakah anda melakukan pekerjaan
2.
sesuai dengan wewenang yang
diberikan
Apakah anda pernah bekerja tidak
3.
mengikuti prosedur kerja
Dalam melakukan pekerjaan,
4.
apakah tubuh dan anggota tubuh
anda berada dalam posisi yang
tepat untuk melakukan pekerjaan
tersebut?
Dalam mengoperasikan mesin
5.
selama ini apakah anda selalu
dalam keadaan sehat tidak pernah
dalam keadaan mengantuk?
Menerapkan K3 dapat mengganggu
6.
aktivitas
Apakah anda menggunakan APD di
7.
area kerja sesuai standar yang
berlaku di perusahaan
Memakai Alat Pelindung Diri yang
8.
diperlukan saja
Alat Pelindung Diri dapat
9.
meningkatkan produktivitas kerja
pada pekerja

36
Menerapkan K3 tidak perlu jika
10.
teman kerja juga tidak menerapkan
K3
Pekerja menggunakan Alat
11.
Pelindung Diri setelah dapat
teguran
Puskesmas wajib menyediakan Alat
12.
Pelindung Diri untuk pekerja
Apakah anda pernah tidak
13.
menggunakan Alat Pelindung Diri
saat menangani pasien
Menerapkan K3 karena takut diberi
14.
sanksi/hukuman
Menerapkan K3 sangat merugikan
15.
pekerja
Setujukah anda bahwa Menerapkan
16.
K3 itu sangatlah perlu
Anda terpaksa Menerapkan K3
17.
Menerapkan K3 memberikan
18.
perlindungan efektif terhadap
macam bahaya yang dihadapi
Penyediaan Alat Pelindung Diri
19.
harus sesuai jumlah pekerja
Adanya rambu-rambu K3
20.
membantu pekerja untuk memakai
Alat Pelindung Diri.

37

Anda mungkin juga menyukai