Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PERAWAT PADA RSUD SMS BERJAYA KOLAKA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

YUFANY AKHIR WULANDARI


NIM. 196601393

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
KENDARI
2023
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PERAWAT


PADA RSUD SMS BERJAYA KOLAKA

Diajukan Oleh :

YUFANY AKHIR WULANDARI


NIM. 196601393

PROPOSAL PENELITIAN

Telah disetujui untuk diseminarkan pada tanggal……………..

Pembimbing I,

Dr. Abdul Razak, S.E., M.S.


NIDN. 00010116902
Telah disetujui untuk diseminarkan pada tanggal……………..
Pembimbing II,

Muh. Nuzul Qadri, S.Si., M.M


NIDN. 0923128604

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................. 8
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 8
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................... 9
1.5.1. Pengertian Manajemen Strategi ............................ 9
1.5.2. Pengertian Manajemen Strategi ............................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Empiris ................................................................. 10
2.2. Tinjauan Teoritik ............................................................. 13
2.2.1. Pengertian Sumber Daya Manusia ........................ 13
2.2.2. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia .......... 14
2.2.3. Fungsi dan Manfaat Manajemen SDM .................. 16
2.3. Kesehatan Kerja ............................................................... 18
2.3.1. Pengertian Kesehatan Kerja .................................. 18
2.3.2. Indikator Penerapan Kesehatan Kerja ................... 22
2.3.3. Penerapan Kesehatan Kerja .................................. 25
2.4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ........................... 27
2.4.1. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........... 27
2.4.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............ 28
2.4.3. Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja............. 29
2.4.4. Hambatan Keselamatan Kerja ............................... 31
2.5. Aturan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ....... 33
2.6. Kerangka Berpikir ............................................................ 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ................................................................ 37
3.2. Objek Penelitian............................................................... 38
3.3. Sumber Data .................................................................... 38
3.4. Informan Penelitian .......................................................... 38
3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 39
3.6. Teknik Analisis Data ........................................................ 40
3.7. Keabsahan Data ............................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir Penelitian ................................................................... 36


3.1 Skema Tringulasi 1............................................................................. 42
3.2 Skema Tringulasi 2............................................................................. 42

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tugas seorang perawat dalah memberikan asuhan pada individu, keluarga,

dan kelompok dalam keadaan sakit maupun sehat sehingga dapat mencapai,

mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup

dari lahir sampai mati. Tugas keperawatan tergolong vital dalam pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Perawat merupakan salah satu petugas medis di

rumah sakit yang memiliki peran penting dalam mengelola sebagian besar

perawatan kamu di rumah sakit. Mereka menilai, merencanakan, mengelola

perawatan harianmu, dan juga kesehatanmu secara umum. Tugas utama perawat

di rumah sakit adalah untuk merawat dan mendukung pasien dalam menjaga

kesehatan dan mengatasi penyakit mereka. Perawat adalah tenaga kesehatan yang

paling besar jumlahnya dan paling lama kontak dengan pasien, sehingga sangat

berisiko dengan pekerjaannya, namun banyak perawat tidak menyadari terhadap

risiko yang mengancam dirinya, melupakan keselamatan dan kesehatan kerja

(K3).

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah suatu hal yang

penting dan harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan organisasi atau

perusahaan. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibanding

dengan elemen sumber daya yang lain seperti modal, teknologi karena manusia itu

sendiri yang mengendalikan faktor lainnya.


2

Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses menangani

berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh manager dan

tenaga kerja lainnya. Untuk dapat menunjang aktifitas atau perusahaan demi

mencapai tujuan yang telah ditentukan.oleh karena itu manajer harus menjamin

bahwa perusahaan atau suatu organisasi memiliki tenaga kerja yang tepat ditempat

yang tepat dan pada saat tepat yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

tugas tugas yang akan menolong perusahaan perusahaan tersebut mencapai sarana

sarana secara keseluruhan secara efektif dan efisien.

Setiap aktifitas MSDM membutuhkan pemikiran dan pemahaman tentang

apa yang berhasil dengan baik dan apa yang tidak baik.dalam sebuah lingkungan

dimana tantangan angkatan kerja terus berubah, hukum berubah,dan kebutuhan

kebutuhan dari pemberi kerja juga berubah, maka MSDM harus terus berubah dan

berkembang. Daya konsep yang mendasarinya bahwa setiap karyawan adalah

manusia, bukan mesin dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian

tentang manajemen SDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti

psikologi, sosiologi dan lainya.

MSDM juga menyangkut desain dan implementasi system pencernaan

penyusunan karyawan pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evalusi

kerja, kompensasi karyawan dan hubuungan ketenagakerjaan yang baik.

Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktek

manajemen yang mempengaruhi secara langsung sumber daya manusia.

MSDM membicarakan potensi besar tenaga kerja manusia yang

merupakan motor penggerak faktor-faktor penunjang kegiatan manajemen yang


3

harus dimanfaatkan sebaik mungkin melalui sinergi dengan lingkungan, tidak

bisa dipungkiri perubahan teknologi yang sangat cepat memaksa organisasi

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan usahanya. Manajemen sumber daya

manusia tentunya menginginkan agar setiap saat memiliki sumber daya manusia

yang berkualitas dalam arti memenuhi persyaratan kompetensi untuk

didayagunakan dalam merealisasi visi dalam mencapai tujuan-tujuan jangka

pendek. Guna mancapi manajemen sumber daya manusia yang telah

dikemukakan, maka sumber daya manusia harus dikembangkan dan dipelihara

agar semua fungsi dapat berjalan dengan seimbang.

Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pembangunan disemua sektor

kegiatan industri dan jasa saat ini semakin meningkat, akan tetapi bukan hanya

berdampak positif, dampak negatif yang ditimbulkan juga memberikan pengaruh

dan risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kepada tenaga kerja (Damanik,

2015). Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan untuk memberikan

pelayanan berupa jasa, dimana terdapat aktivitas kegiatan pelayanan rawat jalan,

pelayanan rawat inap dan pelayanan gawat darurat.

Tingginya kasus angka kecelakaan kerja yang terus meningkat

merupakan indikasi masih rendahnya masyarakat indonesia terhadap aspek

keselamatan dan kesehatan kerja. Padahal (K3) adalah pelindung bagi buruh

dalam bekerja, sebagai upaya mencegah timbulnya penyakit akibat kerja dan

dibuatlah program keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengenali hal hal yang

dapat memicu kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta melakukan tindakan

antisipatif jika timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja program ini juga dapat
4

mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat

kerja, jadi keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu bentuk pencegahan

kecelakaan kerja yang terjadi akibat kesalahan para pekerja atau akibat kegagalan

teknis itu sendiri dan termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,

demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah

menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.

Kecelakan kerja juga terjadi karena beberapa sebab utama antara lain keadaan

yang tidak aman (unsafe condition), tindakan pekerja yang tidak aman (unsafe

action), serta interaksi manusia serta sarana pendukung kerja (Rezkiana : 2017).

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu

upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat

kerja terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja, tujuan K3 juga adalah

mencegah, mengurangi bahkan menihilkan resiko penyakit dan kecelakaan akibat

kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para pekerja sehingga

produktivitas kerjanya meningkat.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen penting

yang mengamankan pekerja, organisasi, iklim dan lingkungan sekitar dari risiko

kecelakaan kerja dan penyakit terkait kata, jaminan ini merupakan kebebasan

bersama yang harus dipenuhi oleh organisasi .

Penggunaan ide K3 tidak boleh dianggap sebagai upaya untuk mencegah

kecelakaan terkait kata dan infeksi terkait kata yang menghabiskan banyak uang

bagi perusahaan, tetapi harus dianggap sebagai jenis usaha jangka panjang yang

memberikan banyak keuntungan di kemudian hari. Majunya suatu organisasi tidak


5

diragukan lagi didukung oleh tenaga kerja yang bermanfaat, solid dan berkualitas,

penting untuk memiliki administrasi yang baik, terutama yang berkaitan dengan

isu keamanan dan kesejahteraan (K3).

Potensi bahaya di rumah sakit dapat mengancam jiwa dan kehidupan

untuk tenaga kerja di rumah sakit, para pasien dan para pengunjung yang ada di

lingkungan rumah sakit (Kemenkes, 2007). Berdasarkan Undang-Undang RI

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 165 menyatakan bahwa

pengelolaan tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui

upaya pencegahan dengan peningkatan pengobatan dan pemulihan bagi tenaga

kerja. (UU No.36 Tahun 2009).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kualitas penyediaan layanan di Rumah Sakit (RS). Penerapan

K3 secara optimal di RS akan membantu petugas kesehatan untuk mampu

menangani pasien serta memproteksi diri terhadap resiko kecelakaan kerja.

Petugas kesehatan yang merupakan bagian dari tenaga kerja perlu dipersiapkan

untuk menerapkan K3. Persiapan tersebut dapat berupa edukasi untuk membentuk

pengetahuan, persepsi dan sikap pekerja mengenai K3.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan

jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan

cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya

ditempat kerja, promosi kesehatan, pencegahan dan rehabilitasi. Keselamatan dan

kesehatan kerja merupakan sistem perlindungan tenaga kerja. Prosedur


6

keselamatan dan kesehatan kerja harus jelas dan diterapkan pada penyimpanan

rekam medis (Menkes RI, 2007).

Menurut mangkunegara (2018), tujuan dari pelaksanaan K3 adalah agar

setiap pegawai mendapat jaminan K3 baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

Selain itu agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan selektif

mungkin, semua hasil produksi dipelihara keamanannya, adanya jaminan atas

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai, agar meningkatkan

kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja, terhindar dari gangguan

kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja, serta agar setiap

pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Masalah atau fenomena yang terjadi di RSUD SMS Berjaya Kolaka

Ditinjau dari sarana dan prasarana, komite K3 belum mempunyai ruangan

tersendiri, sehingga pengurus di komite K3 tidak fokus dalam melaksanakan

program-program K3. Hal ini juga disebabkan karena seluruh pengurus di komite

k3 tidak purna waktu (juga bertugas di bagian pelayanan rumah sakit yang lain).

RSUD SMS Berjaya Kolaka juga belum mempunyai visi misi yang secara

eksplisit tertulis untuk menerapkan K3 di lingkungan rumah sakit. Berdasarkan

penelitian terdahulu diketahui bahwa pelaksanaan program K3 saat ini di RSUD

SMS Berjaya Kolaka belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dari perencanaan

yang telah dibuat. Hal ini disebabkan belum ada dana yang dianggarkan untuk

program program K3. Sehingga program-program K3 yang telah dilaksanakan

hanya program-program yang dapat dilakukan sejalan dengan program di bagian

pelayanan yang lain, seperti program promosi K3 yang dilaksanakan sejalan


7

dengan promosi kesehatan dilakukan oleh bagian promkes rumah sakit dan

pemeriksaan kesehatan pegawai baru.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan sebuah hal

yang sangat penting, karena dengan adanya lingkungan kerja yang aman, tenang

dan tentram maka orang yang bekerja akan bersemangat dan dapat bekerja secara

baik sehingga menghasilkan keja yang memuaskan. Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) merupakan upaya kita untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat

dan aman, sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja /penyakit

akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan dan defisiensi

produktivitas kerja. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,

mental maupun kesehatan sosial. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan

masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

Keselamatan kerja juga menyangkut sebuah hasil proses produksi dan

distribusi baik barangmaupun jasa salah satu aspek penting sasaran keselamatan

kerja mengingat resiko bahayanya adalah: penerapan teknologi, yang maju dan

muktahir.

Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesehatan dan Keselamatan

Kerja Perawat pada RSUD SMS Berjaya Kolaka”.


8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan

maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini : Untuk menganalisis

kesehatan dan keselamatan kerja perawat pada RSUD SMS Berjaya Kolaka sudah

maksimal dan baik ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat

kesehatan dan keselamatan kerja pada RSUD SMS Berjaya Kolaka.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Desain penelitian analitik yang bertujuan mengetahui hubungan antar

variabel independen dan variabel dependen. Dilaksanakan di RSBG Kab.

Kolaka. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di RSBG

Kabupaten. Kolaka. Penarikan sampel secara proposional random sampling.

Sampel terdiri dari seluruh perawat. Pengukuran variabel independen dan

dependen yaitu pengetahuan, sikap kepercayaan dan nilai dan faktor hubungan

interpersonal dan kepedulian diukur dengan menggunakan observasi dan

dokumentasi. Variabel dependen yaitu kesehatan dan keselamatan kerja

seperti mencuci tangan, memakai handscoen, memakai masker, memakai apron,

pengelolaan benda tajam dan pengelolaan lingkungan diukur dengan wawancara

dan dokumentasi. Penulis membuat ruang lingkup agar penelitian ini lebih terarah

dan memberikan hasil yang maksimal dengan keterbatasan waktu dan tempat,

maka peneliti mengarahkan dan memfokuskan penelitian ini pada tingkat

kesehatan dan keselamatan kerja pada RSUD SMS Berjaya Kolaka.


9

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

a) Sebagai tambahan referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khusus

dalam bidang manajemen SDM.

b) Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan penelitian selanjutnya.

1.5.2 Manfaat praktik

a) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-

masukan yang positif dan membangun,dan dapat diterapkan oleh RSUD SMS

Berjaya Kolaka dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan (perawat).

b) Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan pimpinan rumah sakit agar

dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan keselamatan kerja perawat agar

terciptanya kinerja yang optimal.


10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kajian Empiris

1. Novia Zahroh, Andi Permana W, Atma Deharja (2020) “Analisis Manajemen

Resiko K3 Dibagian Filing RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten)” Hasil

penelitian menunjukan bahwa jenis bahaya diruang filing berada ditingkat

rendah sebanyak 16,6%, moderat sebanyak 50% dan berada pada tingkat

tinggi sebanyak 33,4%. Berdasarkan penilaian tersebut upaya pengendalian

resiko dengan cara redesain bahan map yang lebih aman (tidak tajam) ,

mengatur ulang tinggi roll o’pack,menyediakan alat penyedot

debu,menghimbau petugas untuk selalu mencuci tangan setelah menyentuh

berkas rekam medis,membuat SOP khusus kesehatan dan keselamatan kerja

dibagian filing. Persamaan pada penelitian ini sama-sama membahas tentang

kesehatan dan keselamatan kerja. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada

objek dan tahun penelitian yang dimana penelitian terdahulu dilakukan di

RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten ditahun 2020 sedangkan pada

penelitian ini akan dilakukan pada RSUD SMS Berjaya Kolaka tahun 2023.

2. Ferlina Maringka, Paul A. T. Kawatu, dan Maureen I. Punuh (2019) “Analisis

pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit (K3RS) di

Rumah Sakit Tingkat II Robert Wolter Mongisidi Kota Manado”. Hasil

penelitian ini Program K3RS yang telah dilaksanakan adalah program

pengembangan kebijakan K3RS, pembudayaan perilaku K3RS,

pengembangan SDM K3RS, pelayanan kesehatan kerja, pelayanan


11

keselamatan kerja, pemantauan kesehatan lingkungan kerja, pengembangan

pedoman, petunjuk teknis dan SOP, pengembangan program pemeliharaan

pengelolaan limbah padat, cair dan gas, pengelolaan jasa, bahan beracun

berbahaya dan barang berbahaya, pengumpulan data, pengolahan dan

pelaporan K3RS, review program tahunan, sedangkan yang belum maksimal

dilaksanakan adalah program pengembangan manajemen tanggap darurat.

Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama merupakan penelitian

kualitatif dan membahas tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Perbedaan

pada penelitian ini terletak pada objek dan tahun penelitian yang dimana

penelitian terdahulu dilakukan di Rumah Sakit Tingkat II Robert Wolter

Mongisidi Kota Manado ditahun 2019 sedangkan pada penelitian ini akan

dilakukan pada RSUD SMS Berjaya Kolaka tahun 2023.

3. Friska W. Barael, Paul A. T. Kawatu dan Jeini E. Nelwan (2021) “Gambaran

Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

di Ruang Rawat Inap di Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado)”. Hasil

penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Ruang Rawat Inap Di RSU GMIM

Pancaran Kasih Manado dari 92 responden yang diteliti dapat disimpulkan

bahwa Gambaran pengetahuan dan sikap perawat tentang kesehatan dan

keselamatan kerja di ruang rawat inap RSU GMIM Pancaran Kasih Manado

termasuk dalam kategori baik. Persamaan pada penelitian ini sama-sama

membahas tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Perbedaan pada

penelitian ini terletak pada variable penelitian dimana penelitian terhadahulu


12

terkait variable sikap dan pengetahuan sedangkan pada penelitia ini terkait

penererapan K3.

4. Putri, S., dan Rahayu, E. P. (2018) “Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah Sakit”. Hasil

penelitian diperoleh variabel yang memiliki hubungan sebab akibat terhadap

kejadian kecelakaan kerja yaitu sikapp value 0,001, pelatihan p value 0,001

dan promosi p value 0,001 dan yang menjadi confounding adalah variabel

pengetahuan terhadap variabel pelatihan. Kesimpulan dalam penelitian ini

adalah menjadikan pelaksanaan K3 menjadi bagian yang terpenting bagi

perawat. Saran kepada pihak rumah sakit bersama dengan komite K3RS agar

meningkatkan pengetahuan perawat mengenai K3 melalui sosialisasi,

pelatihan, rapat internal ruangan perawatan secara berkala. Adapun

persamaan dengan penelitian ini yaitu terkait objek keselematan dan

kesehetan kerja sedangkan perbedaan pada penelitian ini terletak pada analisis

data yang digunakan.

5. Dwiari, K. E., dan Muliawan, P. (2019) “Faktor yang Berhubungan dengan

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Umum”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53,48% responden mengaku

melaksanakan K3RS yang baik. Hasil uji chi-square menunjukkan terdapat

hubungan antara jenis kelamin, sikap, kebijakan, kepemimpinan dan

ketersediaan sarana prasarana K3RS terhadap pelaksanaan K3RS (p<0,05).

Berdasarkan hasil analisis multivariabel, sikap merupakan faktor individu

yang paling signifikan berpengaruh terhadap pelaksanaan K3RS responden


13

(adjusted PR=1,59; 95% CI 1,11-2,30). Adapun persamaan dengan penelitian

ini yaitu terkait objek keselematan dan kesehetan kerja sedangkan perbedaan

pada penelitian ini terletak pada analisis data yang digunakan.

2.2 Tinjauan Teoritik

2.2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu aset yang pasti diinginkan

oleh semua perusahaan atau instansi baik itu perusahaan intansi besar ataupun

perusahaan instansi kecil. walaupun sumber daya manusia adalah suatu aspek

penerapan yang ada pada lembaga akan tetapi peranannya sangat penting bagi

kemajuan suatu perusahaan atau instansi dan sangat besar sumbangsihnya.

Berkembangnya manajemen didalam sebuah perusahaan menyebabkan

meningkatkan kepedulian kepada pentingnya faktor pendukung sumber daya

manusia pada lembaga ataupun instansi. kepedulian perusahaan atau instansi awal

pertamanya dijelaskan dalam bagian mekanis beserta asset saat ini telah

menghadapi suatu perubahan, pada dasarnya instansi atau perusahaan sekarang

telah memenuhi kontribusi kepedulian yang sangat penting terhadap sesuatu yang

berkaitan atau menyangkut hal dalam pengembangan sumber daya manusia.

Menurut manajemen sumber daya manusia adalah yakni ilmu dan seni

yang mengatur hubungan dan peran tenagan kerja yang efektif dan efisien dalam

membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat (Hasibuan :

2014).
14

2.2.2 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

Konsep manajemen sumber daya manusia, menurut Ganyang (2018:7)

fungsi manajemen SDM pada garis besarnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

A. Fungsi manajerial:

a. perencanaan

fungsi manajemen yang berhubungan dengan penetapan tujuan,kebijakan,dan

pemilihan berbagai alternatif strategi yang menyangkut sumber daya manusia.

b. Pengorganisasian

Fungsi manajemen yang mengusahakan suatu hubungan kondusif antar

individu, kelompok, dan semua pihak yang ada diperushaan untuk

melaksanakan berbagai tugas dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

c. Penempatan

Fungsi manajemen yang berupaya memperoleh karyawan sesuai untuk mengisi

jabatan yang kosong diperusahaan sesuai dengan spesifikasinya.

d. Kepemimpinan

Fungsi manajemen yang membuat semua individu,kelompok,dan semua pihak

bekerja sesuai tugasnya dengan mengarahkan semua potensi yang dimiliki

secara ikhlas untuk mencapai tujuan perusahaan.

e. Pengendalian

Fungsi manajemen yang menjamin pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana

yang telah disusun untuk mencapai tujuan perusahaan. Pelaksanaan

pengendalian akan melewati 4 tahap yaitu penetapan standar kerja,mengukur


15

kinerja karyawan,membandingkan kinerja dengan standar,lalu melakukan

tindakan perbaikan yang diperlukan.

B. Fungsi operasional:

a. Pengadaan karyawan

Fungsi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan karyawan baik secara

kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan

perusahaan. Pengadaan karyawan baru dapat dilakukan melalui beberapa

sumber,baik dari sumber intern maupun eksternal perusahaan yang

bersangkutan. Teknik seleksi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain

berupa tes potensi akademik,wawancara,tes psikotes,dan praktik. Perusahaan

pada umumnya menggunakan kombinasi beberapa teknik tersebut.

b. Pengembangan karyawan

Setelah karyawan direkrut perusahaan,langkah selanjutnya adalah

pengembangan terhadap karyawan tersebut. Program pengembangan dapat

dilakukan dengan dua metode,yaitu pelatihan dan pendidikan. Pelatihan pada

umumnya diberikan kepada level karyawan operasional berupa teknikal

skill,waktu yang lebih lama,pendidikan lebih diarahkan kepada konseptual skill

dengan biaya cukup tinggi.

c. Pemberian kompensasi

Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh pihak perusahaan

kepada karyawan dalam proses pencapaian tujuan perusahaan. Kompensasi ini

ada yang bersifat langsung berupa gaji atau upah,dan insentif. Ada yang

merupakan balas jasa yang tidak langsung misalnya tunjangan dan fasilitas
16

yang lebih baik. Integritas karyawan ditunjukan agar karyawan merasa bahwa

dirinya merupakan bagian dari perusahaan dan dibutuhkan oleh

perusahaan,sehingga akan bekerja dengan lebih baik dan ikhlas. Program

pemeliharaan karyawan ini dapat berupa penciptaan sistem komunikasi yang

baik, perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja,pengendalian konflik

dilingkungan perusahaan.

2.2.3 Fungsi dan Manfaat Manajemen Sumber Daya Manusia

Manfaat pada manajemen sumber daya manusia adalah yaitu: perencanaan

pengorganisasian pengarahan pengendalian pengembangan juga pengadaan

kompensasi penyatuan pemeliharaan kedisiplinan dan pemberhentian. Berikut

pembahasan mengenai fungsi manajemen sumber daya manusia menurut

(hasibuan : 2014).

a. Persiapan (Human Resoursces Planning) yaitu menetapkan tenaga kerja secara

tepat dan hemat sehingga cocok dengan keperluan instansi untuk membantu

terjadinya tujuan perencanaan yang dilaksanakan dengan manentukan kegiatan

keanggotaan.

b. pengelompokkan yaitu suatu rencana untuk menyatukan seluruh pegawai atau

anggota yaitu dengan menentukan pengelompokkan kegiatan, hubungan kerja,

hubungan kesepakatan, penyatuan dengan kordinasi untuk bagian kelompok.

Lembaga atau instansi yaitu sebagai pegangan dalam meraih yang telah

ditentukan.
17

c. Pengarahan (directing) yaitu kegiatan mengarahkan kepada setiap pegawai,

sehingga ingin bekerja sama serta bekerja efektif dan efisien didalam membuat

tercapainya sebuah tujuan pada instansi, pegawai dan masyarakat.

d. Pengontrolan (controlling) yaitu kegiatan mengawasi seluruh pegawai atau

karyawan agar menaati seluruh aturan-aturan pada perusahaan dan ingin

bekerja sesuai dengan yang telah ditentukan. Jika terjadi ketidaksesuaian atau

kesalahan dalam tindakan perbaikan dan memperjelas rencana kegiatan.

e. prosedur yaitu langkah dalam penarikan, penyarigan, penempatan, orientasi,

dan induksi untuk memperoleh pegawai yang cocok untuk keinginan instansi.

f. Peningkatan yaitu langkah awal untuk meningkatkan keterampilan teknis,

teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

g. Kompensasi (kompention) yaitu pembagian jasa langsung (direct) atau tidak

langsung (indirect) uang atau barang terhadap pegawai sebagai suatu balas jasa

yang diberikan kepada perusahaan.

h. Pengintegrasian (integrasion) yaitu kegiatan dengan menyatukan kepentingan

sebuah instansi dan kebutuhan pegawai, sehingga terjadinya kerja sama yang

cocok sehingga saling menguntungkan, instansi juga mendapatkan hasil dan

pegawai juga dapat mencukupi keinginan dari hasil bekerjanya.

i. Pemeliharaan (maintenance) yaitu kegitan untuk menjaga atau meningkatakan

keadaan tubuh, mental dan loyalitas pegawai agar mereka ingin tetap bekerja

sama atau kelompok sampai denga pensiun.


18

j. Kedisplinan adalah manfaat MSDM juga sangat penting didalam kunci

tercapainya tujuan bila tanpa adanya disiplin yang baik maka sulit terjadinya

maksud yang telah diinginkan.

k. Pemberhentian (separtion) yaitu berhentinya hubungan kerja seseorang dari

sebuah instansi. Pemberhentian ini dikarenakan adanya kemauan pegawai

instansi perusahaan hubungan kerja berakhir, pensiun, atau masalah-masalah

lainnya.

2.3 Kesehatan Kerja

2.3.1 Pengertian Kesehatan Kerja

Menurut Mangkunegara (dalam Sayuti, 2013:196) kesehatan kerja adalah

kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental emosi, atau rasa sakit yang

disebabkan oleh lingkungan kerja. Sedangkan keselamatan kerja adalah

pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencakup

lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalami cedera. Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) menurut Ramli (2013:62) adalah kondisi atau faktor yang

mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja atau

pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung, atau setiap

orang di tempat kerja.

Pada dasarnya penerapan kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) dimasa

pandemi sekarang ini dibutuhkan sebuah langkah-langkah yang mana mampu

membuat pekerjaan dapat tetap berjalan terus, meski adanya wabah pandemi

sekarang ini. Hal ini dikarenakan penerapan kesehatan dan keselamtan kerja

menjadi sebuah hal yang harus dijalankan demi menjaga para pekerja dari segala
19

macam bentuk kecelakaan kerja sehingga dapat menyelesaikan target pekerjaan

sesuai yang telah direncanakan.

kesehatan dan keselamtan kerja juga secara filosofi didefinisikan sebagai

upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani

maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya

beserta hasil karyannya dalam rangka menuju masyarakat yang adil, makmur,dan

sejahtera. Secara keilmuan K3 didefinisikan sebagai ilmu dan penerapannya

secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan.

Dari sudut pandang hukum, K3 didefinisikan sebagai suatau upaya perlindungan

agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa

dalam keadaan sehat dan selamat serta sumber-sumber produksi dapat dijalankan

secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka : 2014).

kesehatan dan keselamtan kerja pada dasarnya juga adalah kondisi aman

dalam melakukan pekerjaan, kondisi aman tersebut bisa berasal dari internal

maupun external dari lingkungan internal adalah kemampuan seseorang dalam

menjaga dirinya dan lingkungan external adalah bahaya yang terjadi dari luar

(Munandar : 2014).

kesehatan dan keselamtan kerja dimasa pendemi sekarang ini juga untuk

mencegah terjadinya kecelakan kerja dalam proses interaksi ketika terjadi kontak

sama antara manusia dengan alat,material dan lingkungan diamana dia berada.

Kecelakan dapat terjadi karena kondisi atau alat material yang kurang baik atau

berbahaya. Kecelakaan juga dapat terjadi akibat kurang baiknya cuaca dan
20

lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan, atau

sushu yang tidak aman melampaui ambang batas. Disamping itu kecelakaan juga

dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan ditempat kerja dan

menagani alat atau material (Anizar : 2012).

Pengaturan mengenai penggunaan terkait kerangka sistem penerapan

kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diatur dalam permenaker Tenaga Kerja

Republik Indonesia. No, Per, 05/MEN/1996 pasal 3 ayat 1 mengenai kata terkait

kesejahtraan serta kerangk aeksekutif yang mengatakan bahwa semua organisasi

mempergunakan pekerja 100 pekerja bahkan lebih dan juga mempunyai resiko

bahaya yang diakibatkan oleh sifat- sifat interaksi atau materi yang diciptakan

dapat membawa kecelakaan, latihan kerja seperti benturan kebakaran, pencemaran

lingkungan dan penyakit terkait kata diperlukan untuk melaksanakan sistem

manajemen keselamtan dan kesehatan kerja () nomor permenaker: per,

05/MEN/1996.

Berikut beragam jenis bentuk materi pelatihan standar OSHA

dikategorikan oleh tiga 3 jenis perusahaan umum, perusahaan maritim dan

perusahaan kesehatan. Petunjuk pembuatan atau bentuk benar pada sebagian besar

pekerjaan yang mengiginkan tenaga kerja manual dan berat, bagaikan kontruksi

bangunan,dan transportasi barang. panduan industry umum biasa dipakai dalam

hubungannya usaha indusri kecil seperti industri rumah tangga hingga industri

besar seperti pabrik perakitan kendaraan, pembangkit listrik, pertambangan dan

lain-lain. perusahaan maritim mengarah kepada semua pekerjaan yang dilakukan

dilaut, terutama pemindahan dan pengeboran lepas pantai. Rumahsakit, klinik,


21

dan kantor dokter serta harus menerapkan undang- undang yang diterapkan

dengan kesehatan dan keselamatan kerja.

Berikut pendukung untuk struktur berdasarkan OHSA adalah:

1. Kepemimpinan manajemen dengan keikutsertaan anggota atau pegawai

Keberhasilan manajemen memajukan suatu antusiasme bagi pendorong untuk

sumber daya manusia dengan menyusun serta mengendalikan rencana didalam

instansi. Untuk kegiatan agar lebih berhasil, manajemen berpendapat kesehatan

dan keselamatan kerja dengan suatu nilai mendasar. Keikutsertaan para

wirausaha untuk mempersiapkan perlengkapan alat dan prasarana dengan

manajemen pekerja mengatakan keinginan atau keyakinan. meraka masing-

masing untuk kesehatan dan keselamatan kerja dengan diri mereka sendiri dan

juga seluruh para pekerja.

2. Analaisis lokasi kerja

Investigasi lingkungan kerja yaitu pertimbangan tugas, metode, tindakan, iklim

aktual, dan stasiun kerja individu. pemeriksaan lingkungan kerja akan

membantu mengenali bahaya dan peluang, dan akan menyarankan dan

menerapkan strategi pengendalian bahaya, penyelidikan lingkungan kerja yang

menyiratkan bahwa manajemen dan karyawan membedah semua kondisi yang

berfungsi untuk membedakan dan membuang risiko yang ada atau potensial.

3. Pencegahan dan pengawasan tentang resiko

Ketika resiko kecelakaan dikenali, segala kemampuan bahaya pantas dihadang,

direvisi dan dikendalikan. Kerangka kerja yang dipakai dalam menahan juga

mengendalikan resiko mencakup:


22

a. Merancang kendali

b. Praktek kerja yang aman

c. Kontrol organisasi

d. Pengaturan perlengkapan pertahanan individu

e. Kerangka untuk mengikuti bahaya (peringatan)

f. Kerangka pemeliharaan preventif (dukungan untuk mencegah bahaya)

g. persiapan untuk krisis

h. Program klinis

4. Pendidikan K3

Persiapan dapat membantu mengembangkan informasi dan kemampuan yang

diharapkan untuk memahami bahaya lingkungan kerja dan sistem yang aman.

Substansi proyek dan strategi persiapan organisasi untuk pertunjukan harus

mencerminkan persyaratan dan kualitas angkatan kerja tertentu. Oleh karena

itu, kebutuhan adalah tahap awal yang penting dalam mempersiapkan

konfigurasi, termasuk semua orang dalam siklus persiapan ini dan dalam

pendidikan berikutnya dapat menjadi sangat kuat. Semua komponen (sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) di atas harus dilaksanakan dan

dikendalikan pelaksanaannya. Secara berkala, baik di dalam maupun dari jarak

jauh, misalnya dengan peninjauan dari luar.

2.3.2 Indikator Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan

mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi

ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab akibat suatu
23

kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

(Nuraini, 2012).

Menurut Mangkunegara (2002), bahwa indikator kesehatan dan

keselamatan kerja adalah:

a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:

- Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang

diperhitungkan keamanannya.

- Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak

b) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

c) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:

- Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan

penerangan. Sarana/Prasana Kesehatan adalah sarana kesehatan yang meliputi

berbagai alat / media elektronik yang harus ada di Tempat Kerja Kesehatan untuk

penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang

dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat. (Sardjito,

2012). Adapun disain sarana dan prasarana kesehatan:

a) Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai sistem yang memadai

dengan sirkulasi udara yang adekuat agar suasana di dalam ruangan tersebut

menjadi nyaman.

b) Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai pemadam api yang

tepat terhadap segala sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.

c) Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K).


24

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari kesehatan dan

keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik

secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya

selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan

penerangan. Sarana/Prasana Kesehatan adalah sarana kesehatan yang meliputi

berbagai alat / media elektronik yang harus ada di Tempat Kerja Kesehatan untuk

penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang

dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat. (Sardjito,

2012). Adapun disain sarana dan prasarana kesehatan:

d) Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai sistem yang memadai

dengan sirkulasi udara yang adekuat agar suasana di dalam ruangan tersebut

menjadi nyaman.
25

e) Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai pemadam api yang

tepat terhadap segala sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.

f) Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K).

2.3.3 Penerapan Kesehatan Kerja

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan

pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh. Kondisi

kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, mudah sakit, stres,

sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya produktif kerja. Kondisi

kerja meliputi variabel fisik seperti distribusi jam kerja, suhu, penerangan, suara,

dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja lingkungan kerja yang kurang nyaman,

misalnya : panas, berisik, sirkulasi udara kurang, kurang bersih, mengakibatkan

pekerja mudah stress (Supardi, 2007).

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Setiap orang

membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting

untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam

bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu
26

komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga

kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban

dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat

untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

2.3.4 Manfaat Penerapan Kesehatan Kerja

Manfaat Penerapan Kesehatan Kerja:

a) Mengurangi probabilitas kecelakaan kerja /penyakit akibat kelalaian yang

mengakibatkan demotivasi dan dan defisiensi produktivitas kerja.

b) Memperlihatkan kepatuhan pada Peraturan dan Undang-undang: Bisa

disaksikan bagaimana pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang

melakukan pembangkangan terhadap peraturan dan undang- undang, yaitu

seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari badan pemerintah, seringnya

menghadapi permasalahan dengan tenaga kerjanya, yang semua itu tentunya

akan mengkibatkan kebangkrutan. Dengan menerapkan Sistem Manajemen

K3, setidaknya sebuah perusahaan telah menunjukan itikad baiknya dalam

memenuhi peraturan dan perundang-undangan sehingga mereka dapat

beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan.

c) Mengurangi Biaya: Dengan menerapkan Sistem Manajemen K3, dapat

mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan, atau sakit akibat kerja. Dengan

demikian tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian

tersebut. Salah satu biaya yang dapat dikurangi dengan penerapan Sistem

Manajemen K3 adalah premi asuransi. Banyak perusahaan- perusahaan yang


27

mengeluarkan premi asuransi jauh lebih kecil dibandingkan sebelum

menerapkan Sistem Manajemen K3.

d) Membuat sistem menejemen yang efektif: Banyak variabel yang ikut

membantu pencapaian sebuah sistem manajemen yang efektif. Disamping

mutu, lingkungan, keuangan, dan teknologi informasi tentu adalah Sistem

Manajemen K3. Salah satu bentuk nyata yang bisa dilihat dari penerapan

Sistem Manajemen K3 adalah adanya prosedur yang terdokumentasi. Dengan

adanya prosedur, maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan

terorganisir, terarah dan berada dalam koridor yang teratur.

e) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan: Karyawan yang

terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya dengan Sistem Manajemen K3,

akan bekerja lebih maksimal dan akan berdampak pada produk dan jasa yang

dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkatkan kualitas produk dan jasa

yang dihasilkan ketimbang sebelum dilakukan system tersebut. Disamping itu

dengan adanya pengakuan penerapan Sistem Manajemen K3, citra organisasi

terhadap kinerjanya akan semakin meningkat, dan tentu ini akan berdampak

kepada peningkatan kepercayaan pelanggan

2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Terdapat penjabaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja antara lain

sebagai berikut:

2.4.1 Definisi Keselematan Dan Kesehatan Kerja

Manajemen sumber daya manusia adalah proses untuk memperoleh,

melatih, menilai dan mengompensasi karyawan dan untuk mengurus relasi tenaga
28

kerja kesehatan dan keselamatan serta hal-hal yang berhubungan dengan keadilan

(Desseler : 2015). Pernyataan lain lain dikemukakan oleh K3 yaitu upaya

mempersatukan antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja sehingga

setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri

maupun masyarakat sekitar sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal (Anizar :

2012).

Berdasarkan penilaian di atas, dapat disimpulkan bahwa, K3 mengambil

bagian penting dalam setiap pekerjaan yang mengandung bahaya kemalangan,

dengan berfokus pada K3 para ahli akan benar-benar ingin memberikan sesuatu

yang benar untuk membentuk ideal tanpa menyebabkan kecelakaan hasil itu.

dalam kemalangan. Oleh karena itu kesadaran K3 harus dituntut oleh buruh atau

perwakilan agar nantinya dalam mengelola pekerjaan cenderung terlindungi dan

siklus penciptaan dapat terjamin.

2.4.2 Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah merujuk pada perlindungan

terhadap kesejahtraan fisik seseorang keselamatan dan kesehatan kerja juga

keadaan dimana tenaga kerja merasa aman dan nyaman dengan perlakuan yang

didapat dari lingkungan kerja dan berpengaruh pada kualitas bekerja, perasaan

nyaman mulai dari dalam diri tenaga kerja apakah dia nyaman dengan peralatan

keselamtan kerja, peraltan yang digunakan, tata letak, ruang kerja dan beban kerja

yang didapat dalam bekerja (Hussain : 2012).

Selain itu, menurut (Anizar: 2012) Tujuan K3 adalah: 1) mengikuti dan

mengembangkan lebih lanjut status kesejahteraan buruh di lapangan sehingga


29

bantuan pemerintah terkait derajat kesejahteraan buruh dilapangan terjamin, 2)

mencegah masalah medis di area lokal yang berfungsi yang disebabkan oleh

kondisi/keadaan tempat kerja. 3) memberikan rasa aman kepada pekerja dari

potensi bahaya yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang membahayakan

kesejahteraan, 4) menempatkan dan menjaga pekerja di tempat kerja yang sesuai

dengan kemampuan fisik dan mentalnya. Sebagian dari perasaan yang telah

dijelaskan di atas mengenai K3 dapat dimaklumi bahwa motivasi di balik K3

adalah pekerjaan untuk menjamin terlaksananya suatu ciptaan secara ideal tanpa

mengabaikan komponen kesejahteraan buruh dan menjauhkan buruh dari bahaya

bahaya. disajikan oleh tempat kesadaran K3 harus dituntut oleh buruh atau

perwakilan agar nantinya dalam mengelola pekerjaan cenderung terlindungi dan

siklus penciptaan dapat terjamin.

2.4.3 Fungsi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Menurut Sinambella (2017:360) Keselamatan dan Kesehatan kerja cukup

penting bagi moral, legalitas, dan financ. Semua organisasi memiliki kewajiban

untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam

kondisi aman sepanjang waktu.

Pelaksanaan K3 Meliputi pencegahan, pemberian sanksi, kompensasi,

juga penyembuhan luka jika perawatan untuk pekerja, serta menyediakan

perawatan kesehatan dan cuti sakit. Fungsi dari tempat kerja yang aman dan sehat

sehingga dapat melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien.

Menurut Taryaman (2016:143) Fungsi Penerapan dari keselamatan kerja

(K3) adalah sebagai berikut:


30

1. Perlindungan Karyawan

2. Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan-peraturan dan undang-undang

3. Mengurangi biaya

4. Membuat sistem manajemen yang efektif

5. Mementingkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.

Sebagian dari perasaan yang telah dijelaskan di atas mengenai K3 dapat

dimaklumi bahwa motivasi di balik K3 adalah pekerjaan untuk menjamin

terlaksananya suatu ciptaan secara ideal tanpa mengabaikan komponen

kesejahteraan buruh dan menjauhkan buruh dari bahaya bahaya. disajikan oleh

tempat kerja

1) Hukum-hukum tentang ketenagakerjaan No. 13 / 2003

2) Undang-undang 1945 Pasal 27 Ayat 1 dan 2

3) Hukum-hukum tentang keselamatan dan kesehatan kerja No. 1 / 1970

4) Undang-undang tentang penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja No. 3

/ 1992

5) Peraturan pemerintah mengenai pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja No.

14 / 1993.

6) Keputusan presiden mengenai penyakit yang muncul karena hubungan kerja

No. 22 / 1993.

7) Peraturan menteri tentang perburuhan dan mengenai syarat kesehatan,

kebersihan serta pencahyaan dalam tempat kerja No. 7 / 1964.

8) Peraturan menteri kepada tenaga kerja dalam pemeriksaan kesehatan tenaga

kerja didalam pelaksanaan keselamatan kerja No. 2 /1980.


31

9) Peraturan menteri tenaga kerja mengenai kewajiban dalam melaporkan

penyakit akibat kerja No. 1 /1.

10) Peraturan menteri tenaga kerja dalam pelayanan kesehatan menyangkut

tenaga kerja No. 3 / 1982.

11. Hasil terkait Keputusan menteri tenaga kerja tentang NAB faktor fisik

ditempat kerja No. 51 /1999.

11) Surat edaran menteri mengenai tenaga kerja tentang NAB faktor kimia dan

kondisi udara lingkungan kerja No. 1 / 1997.

2.4.4 Hambatan Keselamatan Kerja

Menurut Konradus (2006:2) hambatan-hambatan yang dapat terjadi dalam

penerapan K3 adalah:

a) Minimnya kesadaran dan keengganan pihak perusahaan untuk menerapkan

K3 dalam lingkungan kerjanya. Dari ribuan perusahaan di Indonesia, yang

terdaftar di PT Jamsostek hanya 50 persen.

b) Tidak adanya sanksi hukum yang berat bagi perusahaan yang melanggar

standar K3 yang ditetapkan oleh pemerintah. Misalnya jika ada karyawan

yang bekerja di industri bahan olahan kimia menderita sakit atau secara tidak

sengaja terkena zat kimia berbahaya karena kelalaian perusahaan yang tidak

memberikan proteksi, perusahaan hanya dapat dikenakan sanksi Rp 100 ribu

atau subsider kurungan selama-lamanya dua bulan. Inipun jika kasusnya

diproses hingga ke pengadilan.

c) Pekerja (SDM) yang kurang terampil mengoperasikan peralatan kerja (mesin,

bahan kimia, dan alat elektronik lainnya). Pada umumnya pendidikan para
32

pekerja, terutama pekerja kasar dan buruh pabrik tergolong rendah. Mereka

juga tidak memiliki keahlian dan keterampilan mengoperasikan mesin-mesin

pabrik yang berteknologi tinggi. Dengan demikian peluang terjadinya

kecelakaan kerja yang tidak terduga sangat besar.

d) Sikap dan perilaku pekerja yang enggan menggunakan alat keselamatan kerja

yang disediakan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan karena, selain pekerja

berpendidikan rendah juga mental dan budaya K3 yang belum dihayati oleh

para pekerja, sehingga belum menyadari akan pentingnya keselamatan diri

pada saat bekerja.

e) Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang tidak kondusif.

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen

utama dalam K3, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga

komponen tersebut akan menghasilkan K3 yang baik dan optimal. Kapasitas

kerja seperti status kesehatan kerja, gizi kerja yang baik dan kemampuan fisik

yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya

dengan baik. Namun kapasitas kerja dan kemampuan fisik para pekerja

kurang memadai sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan

terpapar penyakit akibat kerja cukup besar. Beban kerja yang terlalu berat dan

tidak didukung kondisi fisik dan mental yang prima juga menjadi penyebab

terjadinya kecelakaan kerja dan derajat kesehatan yang rendah diantara para

pekerja. Demikian pula dengan kondisi lingkungan kerja yang kurang

kondusif (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain lain) dapat

menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara


33

sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau

penyakit akibat kerja.

f) Fasilitas K3 yang tidak memadai. Penyediaan fasilitas K3 belum dipahami

pengusaha atau pemilik perusahaan. Padahal, sarana dan prasarana itu mampu

mem- perpanjang usia kerja para karyawan dan meningkatkan produktivitas

kerja. Penyebab lain adalah karena berkaitan dengan cost. Biaya untuk

membeli peralatan K3 relatif mahal.

g) Alat-alat atau fasilitas perlindungan kerja yang digunakan sudah tidak aman

lagi atau kadaluwarsa dan tidak memenuhi standar K3 nasional.

h) Faktor kelalaian pengawasan internal perusahaan dan penegakan hukum K3

yang sangat lemah. Banyak terjadi bencana kerja yang tidak dilaporkan

karena lemahnya pengawasan internal perusahaan. Apalagi penegakan hukum

K3 di negeri ini masih jauh dari harapan.

i) Pemilik perusahaan masih terjebak pada paradigma berpikir yang salah,

bahwa pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan

komponen biaya (cost) dan bukan investasi. Mereka belum melihat manfaat

dari pelaksanaan program K3.

2.5 Aturan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Sesuai hukum normatif yang telah tertuang dalam PERMENAKER Nomor 5

pada Tahun 1996 Pasal 1. dan selanjutnya dinyatakan pada PP Nomor 5 Tahun

2012 mengenai Pasal 1, kata terkait kesejahteraan dan kerangka pelaksana penting

bagi kerangka pemerintahan umum yang menganut konstruksi hierarkis, mengatur

tugas kewajiban, pelaksanaan, strategi, dan aset yang diperlukan untuk pergantian
34

peristiwa, pelaksanaan, pencapaian dan survei dan dukungan pendekatan K3

dalam kaitannya dengan pengendalian bahaya yang muncul dari latihan kerja

untuk menciptakan lingkungan kerja yang terlindungi, efektif dan bermanfaat.

Maka pada saat itu sebagaimana terkandung didalam PP No. 50 pada Tahun 2012

Pasal 2. Pemanfaatan diharapkan dapat menyertai:

a. Memperluas kecukupan jaminan kesejahteraan dan kesejahteraan yang

tersusun, terukur, terorganisir dan terpadu.

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan infeksi terkait kata dan

mengikutsertakan komponen pengurus, serikat pegawai/karyawan dan

perkumpulan para pekerja/organisasi pekerja

c. Membuat lingkungan kerja dengan amam, terlindungi, menyenangkan

sehingga efektif serta meningkatkan efisiensi.

Maksud dan sasaran adalah terbentuknya kerangka pelaksana K3 di

lingkungan kerja yang mengikutsertakan seluruh rekanan atau perkumpulan dalam

rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

serta menciptakan lingkungan kerja yang terlindungi, cakap, dan bermanfaat.

Karena kerangka kerja dewan K3 bukan hanya kepentingan pedoman yang

diberikan oleh otoritas publik, masyarakat, pasar, atau area lokal di seluruh dunia,

itu juga merupakan tugas visioner bisnis untuk memberikan lingkungan kerja

kepada pekerja mereka.

Peraturan perundang – undangan di Indonesia yang menyangkut

keselamatan dan kesehatan kerja antara lain sebagai berikut:


35

a) Undang – Undang No. 36 tahun 2009 Undang – undang ini menetapkan

bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas

sumber daya di bidang kesehatan, dan setiap orang mempunyai hak dalam

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

b) Undang – Undang No. 13 tahun 2003 Undang – undang inu di tetapkan

bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan

kesehatan kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan

harkat dan martabat manusia serta nilai – nilai agama.

c) Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 Undang – undang keselamatan kerja

yang di gunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta menjamin

suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana dan mengatur agar

proses produksi tidak merugikan semua pihak, setiap tenaga kerja berhak

mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya

untuk kesejahteraan dan meningkatkan produktivitas nasional.

2.6 Kerangka Pikir

RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) SMS Berjaya ditetapkan sebagai badan

layanan Umum Daerah (BLUD). RSUD SMS Berjaya Kolaka juga belum

mempunyai visi misi yang secara eksplisit tertulis untuk menerapkan K3 di

lingkungan rumah sakit, belum ada dana yang dianggarkan untuk program

program K3. Sehingga program-program K3 yang telah dilaksanakan hanya

program-program yang dapat dilakukan sejalan dengan program di bagian

pelayanan yang lain.


36

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

RSUD SMS Berjaya


Kolaka

Perawat

Penarapan K3
- Keadaan tempat lingkungan kerja
- Pembuangan kotoran dan limbah
yang tidak pada tempatnya
- Pemakaian peralatan kerja
(memakai handscoen, memakai
masker, dan memakai apron)

(Anwar Prabu Mangkunegara: 2016)

Analisis Deskriptif Kualitatif

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


37

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah menggunakan jenis deskriptif kualitatif dimana

pada penelitian ini yaitu dengan cara turun langsung kelapangan sehingga dapat

mengetahui langsung kondisi rill atau fakta dilapangan dan dapat mempermudah

para peneliti dalam mendapatkan atau megumpulkan data – data. Menurut

Moleong (2014), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati.

Alasan memilih penelitian deskriptif kualitatif adalah karena ingin

memastikan hasil penelitian berdasarkan keadaan sesungguhnya dilapangan

dengan metode deskriptif juga lebih tepat digunakan pada fokus yang ingin saya

teliti karena memberikan hasil deskriptif yang membuat hasil penelitian menjadi

lebih lengkap, mendalam dan bermakna berdasarkan pengamatan langsung dan

narasumber yang diteliti mengenai, keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas penyediaan layanan di

Rumah Sakit (RS) khusunya di Rumah Sakit Umum Daerah SMS Berjaya Kolaka.

Penerapan K3 secara optimal di RS akan membantu petugas kesehatan untuk

mampu menangani pasien serta memproteksi diri terhadap resiko kecelakaan

kerja. Petugas kesehatan yang merupakan bagian dari tenaga kerja perlu

dipersiapkan untuk menerapkan K3. Persiapan tersebut dapat berupa edukasi

untuk membentuk pengetahuan, persepsi dan sikap pekerja mengenai K3 (Menkes

RI : 2007) .
38

3.2 Objek Penelitian

Objek Penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam

suatu penelitian (Wiyandani, 2008). Objek penelitian merupakan hal yang menjadi

titik perhatian dari suatu penelitian. Objek pada penelitian ini yaitu seluruh

perawat Rumah Sakit Umum Daerah SMS Berjaya Kolaka.

3.3 Sumber Data

3.3.1 Data Primer

Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh langsung oleh peneliti

pada variabel yang digunakan untuk penelitian tertentu, beberapa contoh sumber

data primer adalah individu, fokus, group,diskusi panel dari responden yang

secara khusus dibentuk oleh peneliti untuk memperoleh pendapat mengenai isu-

isu spesifik yang dicari.

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber

yang telah ada. Data juga dapat diperoleh dari sumber sekunder misalnya catatan

instansi, atau arsip, publikasi pemerintah analisis yang ditawarkan oleh media,

situs web internet dan lain sebagainya.

3.4 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi-

informasi penelitian adalah sesuatu baik orang, benda maupun lembaga

(organisasi) yang sifat keadaanya yang diteliti, menjadi informan dalam penelitian

ini.
39

1. Informan kunci adalah orang-orang yang dianggap memahami

permasalahan yang akan diteliti, yaitu kepala bagian sebanyak 2 (dua)

orang.

2. Informan tambahan adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan

tentang permasalahan yang akan diteliti adapula yang dimaksud adalah

perawat tetap 3 (tiga) orang jadi jumlah keseluruhan informan adalah 5

orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini ada beberapa cara yang dilakuan untuk memperoleh

suatu data sebagai berikut:

1. Observasi partisipasi adalah suatu pendekatan yang sering digunakan dalam

study kasus peneliti mengumpulkan data dengan berpartisipasi dalam

kehidupan sehari hari kelompok atau instansi yang diteliti.

2. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan ini

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara ( interview) yang mengajukan

pertanyaan dan narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan

tersebut. (Moloeg : 2014).

3. Dokumentasi data sekunder dokumenter meliputi materi tertulis seperti

notices, korespondensi, (termasuk email) risalah rapat, laporan kepada

pemegang saham, catatan administratif dan publik dokumen tertulis juga bisa

memuat buku jurnal dan artikel majalah dan surat.


40

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah pengumpulan data selesai, tahap selanjutnya adalah pengolahan dan

analisi data. Menurut uman sekaran dan Rogert bougy (2013) analisi data

kualitatif ditujukan untuk membuat kesimpulan yang valid dari data dalam bentuk

kata. Tahap yang dilakukan adalah:

1. Reduksi data langkah pertama dalam analisis data kualitatif adalah melakukan

reduksi data, disusun kembali, dan integrasikan untuk membentuk teori melalui

pengkodean dan kategorisasi, mereduksi data berarti merangkum memilih hal-

hal yang yang penting dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

2. Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data

atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kaegori, flowchart dan

sejenisnya, dalam hal ini miles dan huberman (1984) menyatakan yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data kualitatif adalah teks yang bersifat

naratif.

3.7 Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep

keahlian (validitas) dan kendala (reabilitas). Untuk menetapkan keabsahan data

diperlukan teknik pemeriksaan, pelaksanaan didasarkan atas sejumlah kriteria

tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan,


41

keterampilan kebergantungan, dan kepastian.

Pada penelitian ini, dalam hasil pengujian keabsahan data yang diperoleh

yaitu menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan dan perbandingan terhadap data itu. Adapun teknik

triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber.

Triangulasi sumber teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Adapun langkah dalam triangulasi sumber yaitu:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.


42

Gambar 3.1 Triangulasi 1

DATA DOKUMEN

Telaah Dokumen Wawancara

INFORMAN 5 SITUASI LAPANGAN INFORMAN 1

INFORMAN 4 INFORMAN 3 INFORMAN 2

Gambar 3.2 Triangulasi 2

OBSERVASI

HASIL

WAWANCARA DOKUMENTASI
43

DAFTAR PUSTAKA

Aa. Anwar Prabu Mangkunegara, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Abdi,Usman Rianse. (2012). Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi,
Bandung : Alfabeta

Adiwibowo sakti tri. 2020. Efektivitas komunikasi keselamtan dan kesehatan


kerja (K3) dalam mencegah penularan covid-19 di PLN UPDL semarang.
Volt. 12.no. 2. Jurnal. 1979-0783.

Agustin. Sayura. P. I. 2020. Pengaruh keselamatan kerja kesehatan kerja dan


insentif kinerja karyawan dlhpk bidang pertanahan kota kediri dimasa
pendemi covid 19. Volt. 20. No. 2. Jurnal. Issn. 2654-4687
Anizar. 2012. Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Arifuddin. Nurainun. 2018. Pengaruh penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan terhadap prestasi kerja karyawan pada PTPN XIV Pabrik Gula
Takalar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar.

Barael, F. W., Kawatu, P. A., & Nelwan, J. E. (2021). Gambaran Pengetahuan


Dan Sikap Perawat Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Ruang
Rawat Inap Di Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado. KESMAS: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 10(1).
Daryanto, (2010).Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam
Mencapai Tujuan Pembelajaran, Yogyakarta: Gava Media.
Dewi. K. K. Fardinal. 2021. Mananjemen Resiko Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Pada Hotel White Prime Dalam Partisipasi Pencegahan Covid
19. Jithor, volt. 4 no. 1. Jurnal. Issn. 2654-4687

Dwiari, K. E., & Muliawan, P. (2019). Faktor yang Berhubungan Dengan


Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit Umum,
Kota Denpasar. Health, 17.
Fitriana. Laela. 2015. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja () di pt. Ahmadaris kabupaten tegal tahun 2015. Skripsi.
Universitas negeri semarang. Semarang.

Flippo, Edwin b. 2013. Personel Management (Manajemen Personalia), Edisi.


Vii jilid ii, Terjemahan Alponso S, Erlangga, Jakarta.
Hasibuan. Melayu. S.p. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan. Rahman. 2017. Pengaruh Keselamaan Dan Kesehatan Kerja Pelatihan
Dan Kerja Tim Terhadap Kinerja Tenaga Medis Dirumah Sakit Budi
44

Kemliaan Batam. Volt. 6. No. 2. Isnn 2085-9996. Batam


Ivana. Azza. Widjayasaena. Baju. 2014. Analisa Komitmen Manajemen Rumah
Sakit Terhadap Keselamtan Dan Kesehatan Kerja Pada Rumah Sakit
Prima Medika Pemalang. Jurnal. Kesehatan. Masyarakat. Volt. 2. No. 1.
Jurnal. Issn. 2356-3346
Maringka, F., Kawatu, P. A., & Punuh, M. I. (2019). Analisis pelaksanaan
program kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit (K3RS) di Rumah
Sakit Tingkat II Robert Wolter Mongisidi Kota Manado. KESMAS:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 8(5), 1-10.
Mathis, Robert L. Dan John h. Jackson. (2012). Manajemen Sumber Daya
Manusia, Edisi Pertama Salemba Empat, Jakarta
Moloeng, l. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Munandar. Utami. 2014. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pangkey. Febyana. 2012. Penerapan Sistem Manajemen Keselamtan Dan
Kesehatan Kerja () Pada Proyek Konstruksi Di Indonesia Jurnal Ilmiah
Media Enginering. Volt. 2, no, 2, Issn 2087-9334.Manado
Putra. Pratama. Dimas. 2017 Penerapan Inpeksi Keselamtan Dan Kesehatan Kerja
Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja. Jurnal. Universitas Negri
Semarang.

Putri, S., & Rahayu, E. P. (2018). Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah Sakit. Jurnal
Endurance, 3(2), 271-277.

Ramli s. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Dian


Rakyat; 2010.
Rezkiana Nisaputra, 2017. Fintech Jadi Ancaman Sekaligus Peluang Bagi Bank.
Diakses 12 Mei 2018. Tersedia Di Http://Infobanknews.Com

Anda mungkin juga menyukai