Anda di halaman 1dari 58

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA


PRODUKSI DI PT. SUMATRA JAYA AGRO
LESTARI (SJAL) TAHUN 2021

PROPOSAL

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Oleh :

Sandy Syahputra Gusmi

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul : Hubungan pengetahuan dan sikap dengan penggunan APD pada


petugas UGD Puskesmas Lubuk Alung Tahun 2021
Nama : Yoga Bambang Putra
Nim : 1703041

Proposal ini telah diperiksa. Disetujui untuk dipertahakan dihadapan


penguji Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Syedza Saintika Padang.

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amrizal Arif, M.Kes Inge Angelia, M.Pd

Mengesahkan
KETUA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
Ketua Prodi

(Oktariyani Dasril, M.Kes)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal Skripsi yang
berjudul “faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan menggunakan
alat pelindung diri pada pekerja produksi di pt. Sumatra jaya agro Lestari
(sjal) tahun 2021”. Salawat beriringan salam tidak lupa kita berikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk untuk
keselamatan umat didunia dan akhirat.
Dalam penyusunan Proposal skripsi ini peneliti banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, terutama kepada Bapak Dr. Amrizal
Arif, M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Inge angelia, M,Pd selaku Pembimbing
II yang telah memberikan bimbingan dan perhatian kepada peneliti dalam
penyusunan Proposal skripsi ini, selanjutnya peneliti menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Syamsul Amar, MS sebagai Pembina Yayasan Pengembangan


Sumber Daya Manusia (YPSDM) Sumatera Barat.
2. Bapak Drs. H. Hasrinal, Amd. Kep. MM sebagai Ketua STIkes SYEDZA
SAINTIKA Padang.
3. Ibu Oktariyani Dasril, SKM, M,Kes sebagai Ketua Prodi S1 Kesehatan
Masyarakat STIkes SYEDZA SAINTIKA Padang.
4. Bapak/ibu Staf dan Dosen pengajar STIKES SYEDZA SAINTIKA
Padang yang telah banyak memberikan ilmu kepada peneliti selama
perkuliahan.
5. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
proposal skripsi ini.
6. Seluruh teman-teman IKM-17 dan semua pihak yang turut membantu
terselesaikannya proposal ini.

Peneliti sudah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan


proposal namun peneliti menghargai kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan proposal ini. Semoga Allah SWT selalu
memberikan kemudahan kepada kita semua.

Padang, September 2021

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................7
1.4.1 Manfaat Bagi Perusahaan............................................................7
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan.............................................................7
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya.............................................................8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Pelindung Diri...............................................................................9
2.2 Macam-macam Alat pelindung diri.....................................................10
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi......................................................10
2.4 Pengertian pengetahuan.......................................................................12
2.5 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan............................................13
2.6 Pengertian sikap..................................................................................14
2.7 Pengertian Kenyaman..........................................................................15
2.8 Kerangka Teori....................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan desain penelitian..................................................................27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................27
3.3 Populasi dan Sampel...........................................................................27
3.4 Etika Penelitian....................................................................................30
3.5 Teknik Pengumpulan Data..................................................................30
3.6 Teknik Pengolahan Data......................................................................32
3.7 Analisis Data........................................................................................34
3.8 Kerangka Konsep................................................................................35
3.9 Hipotesis..............................................................................................36
3.10 Defenisi Operasional..........................................................................37
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................38
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional....................................................................................37
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Teori...........................................................................................26
3.1 Kerangka Konsep.......................................................................................35
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan............................................................................40


Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden..................................................41
Lampiran 3 Informed Consent .........................................................................42
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian.....................................................................43
Lampiran 5 Dummy Tabel Analisis Univariat.................................................47
Lampiran 6 Dummy Tabel Analisis Bivariat....................................................48
Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data.........................................................49
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini merupakan suatu program yang

sudah rencanakan pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah

timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja serta dari suatu

tindakan yang dilakukan secara antisipasi apabila jika terjadi kecelakaan dan

penyakit kerja. Keseamatan dan kesehatan kerja adalah suatu aspek yang

penting dalam usaha meningkatkan kesejahteraan karyawan (Zendrato, 2019).

Peran keselamatan dan kesehatan kerja dalam kinearja sumber daya

manusia pada suatu diperusahaan tidak lepas dari adanya penggunaan alat

pelindung oleh para pekerja saat dalam pekerjaan merupaekan suatu upaya

untuk menghindari paparan risiko bahaya di tempat kerja (Muhamad Mustofa,

2018). Semua diperusahaan atau ditempat kerja harus ada menerapkan K3,

terutama tempat kerja yang menggunakan satu atau lebih sumber bahaya

untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja (Nursandah, 2018).

Tahun 2013 sampai pada tahun 2015 kecelakaan kerja selalu meningkat

dan jika ada dibandingkan dengan angka yang bukan termasuk suatu kerja

yang memiliki jumlah yang banyak. Artinya jumlah penduduk indonesia yaitu

mayoritas pekerja, dari karena itu perlu dilakukan suatu

peningkatan/meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja pada tenaga kerja

sebagai SDM yang mempunyai peran yang sangat penting dalam

mengambangkan dan memajukan industri. Oleh karena itu, para pekerja


diberikan alat perlindungan melalui usaha-usaha yang bisa dilakukan melalui

peningkatan dan pencegahan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri.

Bentuk dari pelindungan pekerja yaitu dengan menggunakan APD saat

melakukan pekerjaan (ILO, 2015).

Alat Pelindung Diri (APD) suatu perangkat/alat yang bisa digunakan oleh

pekerja demi menjaga dirina dari bahaya dan kecelakaan kerja yang

kemungkinan terjadi ditempat kerja (Bina, 2017). Lebih dari 1,8 juta kematian

akibat kerja terjadi setiap tahunnya di kawasan Asia dan Pasifik, bahkan dua

pertiga kematian akibat kerja di dunia terjadi di Asia. Di tingkat global, lebih

dari 2,78 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan atau penyakit

akibat kerja. Selain itu, terdapat sekitar 374 juta cedera dan penyakit akibat

kerja yang tidak fatal setiap tahunnya, yang banyak mengakibatkan absensi

kerja(International Labour Organization, 2018).

Di Indonesia Kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada triwulan II tahun

2020 sebagaimana data dari Ditjen Binwasnaker dan K3, tercatat sekitar 3.174

kasus. Jumlah kasus kecelakaan kerja ini menurun sekitar 59,46 persen

dibandingkan periode triwulan II tahun 2019 yang tercatat sekitar 7.829

kasus kecelakaan kerja (Ditjen Binwasnaker, 2020). Angka klaim kecelakaan

kerja pada semester I 2020 yakni dari Januari sampai dengan

Juni 2020 meningkat 128 persen. Angka ini naik dari sebelumnya hanya

85.109 kasus menjadi 108.573 kasus( BPJAMSOSTEK, 2020).

Perilaku dalam kepatuhan penggunaan APD seseorang dilatar belakangi

oleh 3 pokok, yaitu faktor tenaga kerja antara lain pengetahuan, sikap, Faktor
Alat Pelindung Diri, dan faktor Pendukung antara lain kenyamanan dan

lingkungan. Alat Pelindung Diri dibuat dalam melindungi para pekerja dari

cedera atau penyakit ditempat kerja yang di hasilkan dari suatu kontak dengan

bahan kimia, radiologis, fisik, listrik, bahaya mekanis, atau tempat kerja

lainnya. APD termasuk pelindung wajah, keamanan kacamata atau kacamata,

topi atau helm pengaman, keselamatan sumbat dan sarung tangan, rompi,

respirator, dll (Emmanuel, 2016).

Alat pelindung diri yaitu suatu peralatan keselamatan kerja yang

digunakan untuk dapat melindungi tubuh pekerja dari sautu bahaya yang dapat

menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja di lingkungan kerja.

Penggunaan APD pada pekerja merupakan cara terakhir dalam pengendalian

bahaya sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja(Swastiko,2017). APD

adalah cara terakhir yang harus dilakukan dalam mencegah kecelakaan apabila

program pengendalian tidak mungkin dilaksanakan. Untuk mencegah adanya

kecelakaan kerja untuk dianalisis sedemikian rupa sehingga sistem kerja tidak

mendatangkan akibat negatif terhadap para pekerja, namun jika pencegahan

lainnya tidak dapat bekerja maka alat pelindung dirilah yang dapat digunakan

(Hartanto, 2017).

Definisi alat pelindung diri menurut (Hartanto, 2017) ialah alat ini yang

dapat digunakan untuk melindungi para pekerja dari luka atau penyakit yang

diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang

bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain

(Hartanto, 2017). Bagi pekerja serta perusahaan, keselamatan kerja adalah hal
utama K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) ini juga diatur dalam suatu UU

Ketenagakerjaan No 1Tahun 1970 dimana perusahaan dan pekerja sama-sama

harus mengetahui tentang keselamatan kerja sesuai dengan standar yang

berlaku, salah satunya yaitu dengan menggunakan Alat Pelindung Diri yang

sesuai dengan ketentuan Standart Operasional (Firdaus, 2019).

Alat pelindung diri alat yang sangat mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang dari bahaya yang fungsinya mengiisolasi sebagian atau

seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja tersebut (Firdaus, 2019).

Pengawasan APD suatu pekerjaan untuk mengukur penampilan dan suatu

kegiatan atau suatu peraturan yang sudah diterapkan apakah terlaksana

sebagaimana yang telah ditetapkan atau tidak, untuk selanjutnya diberikan

pengarahan kepada pelaksana kegiatan atau suatu peraturan yang ditetapkan

dapat tercapai (Hasibuan, 2017).

PT Incasi Raya merupakan salah satu perusahaan sawit yang berada di

Lunang, Pesisir selatan. Dalam pengelolaan sawit melalui proses yang cukup

panjang. Pada tahun 2020 terjadi 255 kecelakaan yang paling sering terjadi

pada pekerja antara lain luka terkena pelepah, mata terkena serbuk sawit, dan

luka di alis yang diakibatkan pelepah. (Laporan PT. Sumatera Jaya Agro

Lestari, 2020).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak K3 Tingginya

angka kecelakaan di PT. Incasi Raya disebabkan oleh kurang patuhnya pekerja

dalam menggunakan APD namun perusahaan sudah menyediakan APD yang

digunakan untuk pekerja. Penyebab kurang patuhnya pekerja di sebabkan oleh


kurangnya pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja,

sikap acuh tak acuh yang dimiliki pekerja, dan kurang nyamannya pekerja

memakai APD sehingga menyebabkan kurang patuhnya pekerja dalam

menggunakan APD.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan kepada 10 pekerja, 7 diantara 10

pekerja yang tidak patuh dalam menggunakan APD pernah mengalami

kecelakaan kerja seperti tertimpa, tertusuk, tergores. Hal tersebut diakibatkan

oleh pengetahuan pekerja yang kurang sebnayak 60% sikap pekerja yang

tidak mau menggunakan APD sebanyak 60% serta pekerja tidak tau manfaat

dari penggunaan APD dan apaakibat jika tidak digunakan .

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

menggunakan APD pada pekerja produksi PT. Sumatera Jaya Agro Lestari

Tahun 2021.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam penggunaan

APD pada pekerja bagian produksi di PT. Sumatera Jaya Agro Lestari Tahun

2021”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umun


Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

dalam penggunaan APD pada pekerja produksi di PT. Sumatera Jaya Agro Lestari

tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan dalam penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja produksi di PT. Sumatera Jaya Agro Lestari

tahun 2021

2. mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan dalam penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja produksi di PT. Sumatera Jaya Agro Lestari

tahun 2021

3. mengetahui distribusi frekuensi sikap dalam penggunaan alat pelindung

diri pada pekerja produksi di PT. Sumatera Jaya Agro Lestari tahun 2021

4. mengetahui distribusi frekuensi kenyamanan dalam penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja produksi di PT. Sumatera Jaya Agro Lestari

tahun 2021

5. mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan

alat pelindung diri pada pekerja produksi di PT. Sumatera Jaya Agro

Lestari tahun 2021

6. mengetahui hubungan antara sikap dengan kepatuhan penggunaan alat

pelindung diri pada pekerja produksi di PT. Sumatera Jaya Agro Lestari

tahun 2021
7. mengetahui hubungan antara kenyamanan dengan kepatuhan penggunaan

alat pelindung diri pada pekerja produksi di PT. Sumatera Jaya Agro

Lestari tahun 2021

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja terutama tentang faktor

yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri.

1.4.2. Manfaat Bagi Stikes Syedza Saintika Padang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi

untuk melakukan penelitian lain yang sejenis.

1.4.3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dalam

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang

berhubungan dengan dengan kepatuhan dalam penggunaaan APD pada

pekerja produksi di PT. Sumatera Jaya Agro Lestari tahun 2021. Jenis

penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan variabel independen (Sikap, Pengetahuan, dan

Kenyamanan) dengan variabel dependen (Perilaku Penggunaan APD).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja produksi di PT. Sumatera
Jaya Agro Lestari tahun 2021 yang berjumlah 479 orang dengan jumlah

sampel 88 orang. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling

digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan

berstrata secara proposional (Sugiyono, 2012). Teknik pengumpulan data

dilakukan melalui pembagian kuesioner, pengolahan data menggunakan SPSS

16.0. Selanjutnya data di analisis melalui analisis univariat dengan distribusi

frekuensi dan bivariat menggunakan uji Chi-square.


BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012

tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bab I pasal

1, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu upaya untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah

mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Keselamatan kerja merupakan

keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan (Suma’mur, 2013).

Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan

kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam

proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah

tenaga kerja. Dengan demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang

timbul termasuk dalamnya masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja,

peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat

kerja, dan pencemaran lingkungan (Notoatmodjo, 2014).


Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya

yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat

kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha

preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana

kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang

bersangkutan (Suma’mur, 2013).

Tujuannya adalah sebagai berikut ;

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan

produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja tersebut.

3. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan

efisien (Rejeki, 2015).

Menejemen keamanan (safety management), langsung atau tidak langsung,

menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian

terhadap masalah kecelakaan kerja di perguruan-perguruan tinggi modern telah

tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu

mencakup bidang kecelakaan kerja, ini sebagai salah satu program

instruksionalnya.
2.2. Pentingnya Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja

2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada

perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan

atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan (Suma’mur, 2013).

2.2.2. Penyebab kecelakaan

Setiap kecelakaan di tempat kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan

ada faktor penyebabnya. Oleh karena ada faktor penyebab nya, faktor

penyebabnya harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dengan tindakan

korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih

lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang. Ada dua

golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis

dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan

kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan.

(Suma’mur, 2013 ).

Kecelakaan ada penyebabnya dan dapat dicegah dengan mengurangi

faktor bahaya yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan, dengan demikian

akar penyebabnya dapat diisolasi dan dapat menentukan langkah untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kembali.

Penyebab kecelakaan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Immediate causes
a. Unsafe acts (pekerjaan yang tidak aman) misalnya penggunaan alat pengaman

yang tidak sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja yang kurang baik,

penggunaan peralatan yang tidak aman, melakukan gerakan berbahaya.

b. Unsafe condition (lingkungan yang tidak aman) misalnya tidak tersedianya

perlengkapan safety atau perlengkapan safety yang tidak efektif, keadaan tempat

kerja yang kotor dan berantakan, pakaian yang tidak sesuai untuk kerja, faktor

fisik dan kimia di lingkungan kerja tidak memenuhi syarat.

2. Contributing causes

a. Safety management system, misalnya instruksi yang kurang jelas, tidak taat

pada peraturan, tidak ada perencanaan keselamatan, tidak ada sosialisasi tentang

keselamatan kerja, faktor bahaya tidak terpantau, tidak tersedianya alat pengaman

dan lain-lain.

b. Kondisi mental pekerja, misalnya kesadaran tentang keselamatan kerja kurang,

tidak ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban, perhatian terhadap

keselamatan kurang, emosi tidak stabil, pemarah dan lain-lain.

c. Kondisi fisik pekerja, misalnya sering kejang, kesehatan tidak memenuhi

syarat, tuli, mata rabun, dan lain-lain (Rejeki, 2015).

2.3. Teori Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan

dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada

ajaran dan aturan.


Menurut Sarwono, sikap kepatuhan (compliance) akan menghasilkan

perubahan tingkah laku (behavior change) yang bersifat sementara dan individu

yang berada di dalamnya akan cenderung kembali ke perilaku atau pandangannya

yang semula jika pengawasan kelompok mulai mengendur dan perlahan memudar

atau jika individu tersebut dipindahkan dari kelompok asalnya (Amalia, 2012).

Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein, kepatuhan didefinisikan sebagai

suatu respon terhadap suatu perintah, anjuran atau ketetapan yang ditunjukan

melalui suatu aktifitas konkrit. Sedangkan menurut Azwar, Kepatuhan juga

merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam menjalankan prosedur

yang telah ditetapkan. Kepatuhan dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon

terhadap suatu perintah,anjuran, atau ketetapan melalui suatu aktifitas konkrit.

Teori ini didasarkan pada asumsi: (1) bahwa manusia umumnya melakukan

sesuatu dengan cara yang masuk akal; (2) manusia mempertimbangkan semua

informasi yang ada; (3) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia

memperhitungkan implikasi tindakan mereka (Siregar, 2016).

2.3.1. Kepatuhan Kebijakan K3

Keberhasilan pelaksanaan peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) di perusahaan tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak

karyawan maupun pihak manajerial dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan

K3. Menurut Saifuddin, kepatuhan merupakan sikap seseorang untuk bersedia

mentaati dan mengikuti spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan

jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan dan

lembaga lain yang berwenang (Amalia, 2012).


Menurut Borman dan Motowidlo, salah satu komponen dari perilaku

keselamatan adalah kepatuhan keselamatan, yaitu aktivitas yang harus dilakukan

seseorang untuk menjaga keselamatan dalam tempat kerja. Perilaku ini mengikuti

pada prosedur standar kerja dan pemakaian APD (Sari, 2010).

Healey dan Walker mengatakan pekerja mempunyai dua pilihan dalam

menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat yaitu dengan patuh dengan

kebijakan K3 atau mencegah masalah (Kecelakaan dan penyakit akibat hubungan

kerja) (Siregar, 2016).

2.4 Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan APD di tempat kerja di sesuaikan dengan pajanan bahaya

yang di hadapi di area kerja. Berikut adalah jenis bahaya dan APD yang

diperlukan yaitu untuk melindungi mata dari bahaya percikan bahan kimia, debu,

proyektil, gas, uap, radiasi maka digunakan safety spectacles, goggles,

faceshields, visors, untuk melindungi kepala dari bahaya kejatuhan benda,

benturan, rambut tertarik mesin maka digunakan helmet, untuk melindungi sistem

pernapasan dari bahaya debu, gas, uap, fume, kekurangan oksigen maka

digunakan respirator, alat bantu pernapasan, untuk melindungi badan dari bahaya

panas berlebihan, tumpahan atau percikan bahan kimia maka digunakan cover all,

pakaian anti panas/api, untuk melindungi tangan dari bahaya panas, terpotong,

bahan kimia, sengatan listrik maka digunakan sarung tangan, untuk melindungi

kaki dari bahaya tumpahan bahan kimia, tertimpa benda, sengatan listrik maka

digunakan sepatu safety (Tarwaka, 2014).


Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan

oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan

adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan

penyakit akibat kerja(Tarwaka, 2014).

Alat Pelindung diri merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang berfungsi mengisolasi tenaga

kerja dari bahaya di tempat kerja(Mubarak, 2013)

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat,

peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu di utamakan. Namun kadang-

kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga

digunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak

mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif(Soakidjo, 2012)

Adapun syarat-syarat Alat Pelindung Diri agar dapat dipakai dan efektif

dalam penggunaan dan pemiliharaan Alat Pelindung Diri sebagai berikut :

1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif pada

pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.

2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai

dan tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya.

3. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.

4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis

bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.

5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.


6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta gangguan

kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama.

7. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda peringatan.

8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia di pasaran.

9. Mudah disimpandan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian APD yaitu :

1. Pengujian mutu Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah

ditentukan untuk menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan

perlindungan sesuai yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum

dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya.

2. Pemeliharaan APD yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan

kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan pekerja sendiri agar benar-benar dapat

memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja.

3. Ukuran untuk dapat memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga

kerja serta ukuran APD harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan

gangguan pada pemakainya.

4. Cara Pemakaian sekalipun APD disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak

akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.

Pemeliharaan dan Penyimpanan APD:

1. Secara prinsip pemeliharaan APD dapat dilakukan dengan cara:

a) Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan mencegah

tumbuhnya jamur dan bakteri.


b) Pencucian dengan air sabun untuk pelindung diri seperti helm, earplug yang

terbuat dari karet, sarung tangan kain/kulit/karet dan lain-lain.

2. Penyimpanan APD

a) Tempat penyimpanan yang bebas dari debu, kotoran, dan tidak terlalu lembab,

serta terhindar dari gigitan binatang.

b) Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah diambil dan

dijangkau oleh pekerja dan diupayakan disimpan di almari khusus APD.

Walaupun APD merupakan pilihan terakhir dalam pengendalian bahaya di

lingkungan kerja, namun APD yang akan digunakan, sebelumnya perlu dipilih

secara hati-hati agar dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan, yaitu : 1. Enak

dipakai 2. Tidak mengganggu kerja 3. Memberikan perlindungan efektif terhadap

jenis bahayanya(Soakidjo, 2012).

2.4.1 Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD): Alat Pelindung Diri (APD)

ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi seseorang dalam melakukan

pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi

bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang

digunakan oleh tenaga kerja, antara lain:

1. Alat Pelindung Kepala Pelindungan kepala terbuat dari bahan yang kuat,

tahan terhadap benturan, tusukan, api, air, dan listrik tegangan rendah

maupun tinggi. Pelindung kepala dapat pula dikombinasi dengan tutup

telinga.
2. Topi pengaman harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa

pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau benda-benda lain yang

bergerak. Topi harus cukup keras dan kokoh, tetapi tetap ringan. Bahan

plastikdengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan.

2. Alat Pelindung Pernafasan

a. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection) Alat pelindung pernafasan

digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau

udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum

melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka

perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang

ada di lingkungan kerja.

Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:

a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau

kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.

b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.

c) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan.

d) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan

kulit.

e) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak Jenis alat pelindung

pernafasan antara lain:

1) Masker Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-

partikel yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.


2) Respirator Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu,

kabut, uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya.

3. Alat Pelindung Telinga Dalam banyak industri, terdapat mesin-mesin yang

bersuara keras sehingga mengganggu pendengaran, oleh karena itu telinga harus

dilindungi. Ada dua jenis pelindung telinga yakni ; sumbat telinga dan tutup.Alat

pelindung telinga ini umumnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Sumbat telinga (Earplug)

Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk kedua

telinga dari orang yang sama adalah bebeda. Untuk itu sumbat telinga (Earplug)

harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran

telinga pemakainya. Pada umumnya diameter saluran telinga antara 5-11 mm dan

liang telinga pada umumnya berbentuk lonjong dan tidak lurus. sumbat telinga

(Earplug) dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk

Earplug yang terbuat dari kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan

untuk sekali pakai. Sedangkan yang terbuat dari bahan karet plastik yang dicetak

dapat digunakan berulang kali. Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB.

b. Tutup telinga (Earmuff) Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah

tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau

busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian

untuk waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena

bantalannya menjadimengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan

dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alatini dapat mengurang

intensitas suara sampai 30 dB dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari
benturan benda keras atau percikan bahan kimia.Dibawah ini adalah faktor-faktor

yang dapat mengurangi efektivitas alat pelindung telinga, yaitu :

1) Kebocoran udara

2) Peralatan gelombang suara melalui bahan alat pelindung

3) Vibrasi alat itu sendiri

4) Konduksi suara melalui tulang dan jaringan

Alat Pelindung Kaki Sepatu dipakai untuk melindungi kaki dari kemungkinan

tertimpa banda- benda berat, terkena logam cair, dan terkena benda tajam. Sesuai

dengan kemungkinan resiko di atas, jenis sepatu yang dipakai dapat berbeda-beda:

1. Sepatu Biasa yang Baik Sepatu yang tidak licin dan bertumit rendah. Jenis ini

dapat dipakai untuk tempat kerja biasa.

2. 2) Sepatu Pelindung Sepatu pelindung ini masih dibagi lagi menjadi :

a) Sepatu yang digunakan pada pekerjaan pengecoran baja, dibuat dari bahan

kulit yang dilapisi krom atau asbes dan tinggi sepatu kurang lebih 35 cm, pada

sepatu ini tepi sampingnya terbuka untuk memudahkan pipa celana

dimasukkan ke dalam sepatu kemudian ditutup dengan gesper atau tali

pengikat.

b) Sepatu khusus untuk keselamatan kerja di tempat-tempat kerja yang

mengandung bahaya peledakan. Sepatu ini tidak boleh memakai paku-paku

yang dapat menimbulkan percikan bunga api.

c) Sepatu karet anti elektrostatik digunakan pekerja untuk melindungi pekerja-

pekerja dari bahaya listrik hubungan pendek sepatu ini harus tahan terhadap

arus listrik.
d) Sepatu bagi pekerja bangunan dengan resiko terinjak benda-benda tajam,

kejatuhan benda-benda berat atau terbentur benda-benda keras, dibuat dari kulit

yang dilengkapi dengan baja pada ujungnya untuk melindungi jari-jari kaki.

3) Sepatu atau Sandal Beralaskan Kayu Dipakai untuk bekerja di tempat yang

lembab dan panas.

5. Alat Pelindung Tangan Alat pelindung tangan dipakai sebagai pelindung

kulit tangan dalam menangani zat-zat korosif terhadap kulit (asam sulfat, asam

klorida), zat-zat beracun yang dapat teradsorpsi lewat kulit (sianida, benzena)

dan bahan atau pekerjaan pada suhu tinggi.Alat pelindung tangan yang berupa

sarung tangan ini harus diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan

akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan, antara lain syaratnya

adalah bebasnya bergerak jari dan tangan.

2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pemakaian APD


Adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat

pelindung diri (APD) adalah (Mulyanti, 2008) :

2.5.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau

responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit

(penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,

kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya (Nototmodjo, 2014).

1. Proses Adopsi Perilaku


Menurut Notoatmodjo, sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus

2. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar.


c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2014).

2.5.2 Sikap

Menurut teori perilaku Bloom yang menjelaskan bahwa perilaku

merupakan fungsi dari faktor predisposisi yaitu faktor yang ada dalam diri

individu yang ada didalamnya terdapat sikap dari individu. Sikap responden

mempengaruhi tindakan responden dalam menggunakan APD di tempat kerja

(Sudarmo, 2016).

Sikap adalah taraf positif dan negatif dari efek terhadap suatu obyek yang

menyatakan bahwa sikap merupakan konstruk hipotetik yang tidak dapat diukur

secara langsung, oleh karenanya harus disimpulkan dari respon-respon

pengukuran yang dapat diamati. Respon sikap dapat diklasifikasikan menjadi 3


yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon kognitif adalah respon yang

menggambarkan persepsi dan informasi tentang obyek sikap. Respon afektif

adalah respon yang menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap.

Sedangkan respon konatif merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen,

dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Dengan demikian yang

dimaksud dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif,

dan konatif seseorang pekerja terhadap keselamatan kerja (Winarsunu, 2008).

2.5.3 Kondisi APD

Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan juga fasilitas/ketersediaan

alat pelindung diri (APD) akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja.

Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja yang di

pakai dapat menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya sehingga pekerja bekerja

secara optimal.

2.5.4 Pengawasan

Tujuan dilaksanakan pengawasan adalah (Aditama dan Hastuti, 2002) :

1. Pencapaian tujuan agar target unit dapat tercapai

2. Untuk meningkatkan disiplin pekerja, khususnya dalam pemakaian.

Pengawasan penyakit akibat kerja. Berupa pengamatan dan evaluasi secara

kualitatif dan kuantitatif :

1. Pengamatan semua bahan/material keadaan serta keadaan lingkungan kerja yang

mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja.

2. Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan.

3. Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri :

a. Pemakaian alat pelindung diri/pengaman : Jenis, kualitas, kuantitas, ukuran, dan

komposisi bahan alat pelindung


b. Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan)

c. Jenis konsentrasi/unsur-unsur bahan baku, pengolahan, dan penyimpanan bahan baku

d. Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan pencahayaan, ventilasi,

intensitas suara/bising, getaran).

2.4 5. Kenyamanan

Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang timbul pada

saat menggunakan Alat Pelindung Diri akan mengakibatkan keengganan tenaga

kerja menggunakannya dan mereka memberi respon yang berbeda-beda. Alasan

pekerja tidak mau memakai adalah tidak sadar/tidak mengerti, panas, sesak, tidak

enak dipakai, tidak enak dipandang, berat, mengganggu pekerjaan, tidak sesuai

dengan bahaya yang ada, tidak ada sangsi, dan atasan juga tidak memakai

(Budiono, 2003 ; Santoso, 2003).

2.5 Kerangka Teori

jjjjFaktor Tenaga Kerja

1. Pengetahuan
2. Sikap
Faktor APD

1. Kondisi Alat
Kepatuhan Penggunaan APD
Pelindung Diri

Faktor Pendukung

1. Pengawasan
2. Kenyamanan

Gambar 1. Gambar Kerangka Teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Penggunaan Alat Pelindung Diri
Sumber : Bird Petersen, 2013. Ilmu Perilaku Kesehatan

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik, yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

dengan desain cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas
atau risiko dan variabel terikat atau variabel akibat, dikumpulkan dalam

waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Variabel independen yang termasuk

faktor risiko (Pengetahuan, Sikap, Kenyamanan) dan variabel dependen

yang termasuk efek (Kepatuhan Penggunaan Alat pelindung Diri).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Sumatera Jaya Agro, akan

dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini populasi yang digunakan

adalah semua pekerja PT. Sumatera Jaya Agro sebanyak 479 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau keseluruhan yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoadmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

ditentukan dengan simple random sampling yaitu dilakukan dengan

mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan

seimbang dengan banyak subyek dalam masing-masing strata. Besar

sampel ditentukan dengan rumus menurut (Notoadmodjo, 2012).

N
1+ N (d 2)
479
n=
1+ 479(0,1)2

479
n=
1+5

479
n= =79,8 →80 orang
6

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d2 = Tingkat kepercayaan (0,1)

Jumlah sampel yang didapat dari perhitungan rumus diatas adalah 80 orang.

Untuk mengantisipasi terjadinya drop out maka disiapkan sampel cadangan

sebanyak 10% dari sampel yaitu sebanyak 8 orang. Jadi besar sampel yang

diperlukan pada penelitian ini adalah sebanyak 88 orang pekerja di Sumatera

jaya agro.

Pada saat penelitian diperoleh sampel yang memenuhi kriteria sampel

inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a) Pekerja bagian produksi di PT. Sumatera Jaya Agro

b) Dapat berkomunikasi dengan baik

2. Kriteria Ekslusi

a) Pekerja yang tidak bersedia menjadi responden


b) Pekerja yang tidak hadir 3 kali berturut-turut pada saat

penelitian.

3.4 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian sangat penting untuk memperhatikan

etika penelitian (Notoatmodjo, 2012). Dalam melakukan penelitian ini

peneliti melakukan penelitian dengan etika penelitian sebagai berikut:

3.4.1 Informed Consent

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian

dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian, serta dampak yang akan terjadi selama dalam

pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti mereka harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti

harus menghormati hak-hak responden (Notoatmodjo, 2012).

3.4.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti

tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan

data (kuesioner) yang diisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya

akan diberi kode tertentu (Notoatmodjo, 2012).

3.4.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari subyek

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset (Notoatmodjo, 2012).


3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010). Pengumpulan data

primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibuat dan

disesuaikan dengan kebutuhan data untuk penelitian dengan

mengembangkan kerangka konsep (variabel independen dan

variabel dependen) sehingga diperoleh informasi yang relevan

dengan tujuan penelitian. Data primer adalah data tentang

pengetahuan, sikap, dan kenyamanan.

3.5.1.1 Langkah-Langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah dari pengumpulan data ini adalah:

1. Peneliti meminta surat permohonan izin penelitian kepada

bagian akademik Stikes Syedza Saintika Padang.

2. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian di

PT. Sumatera Jaya Agro. Setelah mendapatkan izin dari PT.

Sumatera Jaya Agro, peneliti menentukan sampel penelitian

sesuai dengan kriteria sampel yang ditentukan sebelumnya.

3. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

penelitian kepada responden.

4. Kemudian peneliti mengajukan informed consent pada

responden.
5. Kemudian mewawancarai responden dengan pertanyaan-

pertanyaan di kuesioner.

3.5.2 Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat

orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2010). Data sekunder

dalam penelitian ini di peroleh dari PT. Sumatera Jaya Agro

yaitu data jumlah karyawan dan data penggunaan APD.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul pada penelitian ini akan dianalisis

dan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pemeriksaan Data (Edting)

Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan data yang

diperlukan, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data yang

diperoleh sesuai dengan variabel yang diteliti dan data telah lengkap.

2) Pengkodean Data (Coding)

Memberi kode setiap informasi yang telah terkumpul pada

pertanyaan dalam kuesioner, Memasukkan Data (Entry)

Setelah semua data kuesioner terisi dengan lengkap dan benar

serta telah melewati langkah pengkodean, maka langkah selanjutnya

adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data

dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke master tabel.

3) Pembersihan Data (Cleaning)


Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, masing-masing item pernyataan pada variabel dependen

yaitu penggunaan APD, pengetahuan, sikap, dan kenyamanan, perlu

diperiksa kembali secara manual untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4) Tabulasi Data (Tabulating)

Setelah instrument variabel dependen mengenai Penggunaan

APD, sikap, pengetahuan, dan lingkungan sosial diinput, data ditabulasi

dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yaitu masing-

masing frekuensi variabel disajikan dalam bentuk tabel univariat dan

bivariat.

3.7 Analisa Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat ini menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel yang diteliti yaitu variabel Pengetahuan,

Sikap, kenyamanan

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis digunakan untuk melihat hubungan antar variabel

independen dengan variabel dependen. Untuk melihat hubungan antar

variabel tersebut digunakan uji statistik Chi-square dengan derajat

kepercayaan (CI) 95% dan α = 0,05.


Apabila nilai p value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti

terdapat hubungan variabel independen dengan variabel dependen, jika p

value ≥ 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya tidak terdapat hubungan

variabel independen dengan variabel dependen.

3.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya dengan

segala keterbatasan, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian

yang akan menjadi acuan dalam melakukan penelitian adalah sebagai

berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Kepatuhan Penggunaan
Sikap
APD
Kenyamanan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan


Kepatuhan Penggunaan APD di PT. Sumatera Agro Jaya

3.9 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan

pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus

ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam

penelitian (Hidayat, 2013). Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan

kerangka konseptual yang ditetapkan, maka hipotesis yang di uji adalah :


1. Ada hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Penggunaan APD pada pekerja

di PT. Sumatera Jaya Agro

2. Ada hubungan Sikap dengan Kepatuhan Penggunaan APD pada pekerja di PT.

Sumatera Jaya Agro

3. Ada hubungan Kenyamanan dengan Kepatuhan Penggunaan APD pada

pekerja di PT. Sumatera Jaya Agro


3.10 Definisi Operasional

NO VARIABEL DEFENISI CARA ALAT SKALA HASIL UKUR


OPERATIONAL UKUR UKUR UKUR
1 Kepatuhan suatu respon wawancara kuesioner Nominal 0. Tidak patuh
terhadap suatu 1. Patuh
perintah, anjuran (Maria,
atau ketetapan 2017)
yang ditunjukan
melalui suatu
aktifitas konkrit
2 Tingkat Pengetahuan wawancara kuesioner Ordinal 0. Tidak baik,
Pengetahuan merupakan hasil jika < nilai
dari tahu, dan ini mean/media
terjadi setelah n
orang melakukan 1. Baik, jika ≥
penginderaan nilai
terhadap suatu mean/media
objek tertentu n (Maria,
2017)
3 Sikap Sikap adalah taraf wawancara kuesioner Ordinal 0. Negatif, jika
positif dan nilai
negatif dari efek mean/media
terhadap suatu n
obyek yang 1. Positif, jika
menyatakan ≥ nilai
bahwa sikap mean/media
merupakan n (Maria,
konstruk 2017)
hipotetik yang
tidak dapat
diukur secara
langsung
4 Kenyamanan Perasaan yang wawancara kuesioner Ordinal 0. Tidak
dirasakan pekerja nyaman,
saat penggunakan jika < nilai
masker dalam mean/media
menjalankan n
pekerjaannya 1. Nyaman,
jika ≥ nilai
mean/media
n (Maria,
2017)
DAFTAR PUSTAKA

Agus Irianto, 2004, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Kencana.

Agustina. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) Oleh Pekerja Di PT. HOK TONG.Pontianak

Andri Dwi Puji, Bina Kurniawan, S. J. (2017). Faktor Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kepatuhan Borneo Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja

Rekanan (Pt. X) Di Pt Indonesia Power Up Semarang. Jurnal Kesehatan

Masyarakat (e-Journal), 5(5), 20–31.

Amalia, F., Budi Eko, Syihabudhin dan Agus Hermawan. 2012. Analisis Tingkat

Kepatuhan Personal dalam Mendukung Pencapaian Zero Accident pada

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). http://karya-ilmiah.um.ac.id/

(Diakses 15 Maret 2017).

Arikunto, 2010. Pengetahuan Kehidupan Masyarakat. Jakarta. Edisi ke 3.

Budiono, A, M, Jusuf. Adriana P. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan

Kerja. Semarang: CV. Nugraha Sentosa.

Chandra, Budiman. (2004). Pengantar Statistik Kesehatan . Jakarta: Bina Rupa

Aksara.

Dahmila, Febriant. 2012. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Oleh Bidan

di Desa Pada Waktu Melakukan Pertolongan Persalinan di Rumah dan

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Balangan. Skripsi Universitas Indonesia Jakarta.

Depnakertrans RI, 2007. Kecelakaan kerja dan faktor-faktor yang berhubungan di

Indonesia (Berdasarkan data PT. Jamsostek Tbk) .


Dewi, Ina Permata. Adawiyah, Wiwiek R. Rujito, L. (2019). Analisis Tingkat

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri Mahasiswa Profesi Dokter Gigi

Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Unsoed. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan

Akuntansi (JEBA), 21(4).

Dwi, 2008. Kecelakaan kerja RI terbesar kedua.

http://finance.groups.yahoo.com/group/fpsmi/message/1953.Diakses tanggal

15 Februari 2016.

Ditjen Binwaker, 2020

Emmanuel N. Aguwa, Sussan U. Arinze-Onyia, A. N. (2016). Use of Personal

Protective Equipment among Health Workers in a Tertiary Health

Institution, South East Nigeria: Pre-Ebola Period. 5(1), 156–164.

Faris, Khamdani. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan

Pemakaian Alat Pelindung Diri Pestisida Semprot PadaPetani di Desa

Angkatan Kidul Pati. Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Firdaus, Y. (2019). Analisis Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Proyek Instalsi

Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih. 15–48.

Grace, Gleany. 2010. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Ditinjau Dari

Sikap Terhadap Keselamatan Kesehatan Kerja Pada Pekerja di PT.

Petrokimia Kayuku Gresik. Skripsi Universitas Katolik Mandala Surabaya.

Ilham, Noviandry. 2013. Faktor – faktor yang Berhubungan Dengan

Perilaku Pekerja Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada

Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan

Cipondoh, Kota Tangerang. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.
Hartanto, A. N. (2017). Pengaruh variabel yang berhubungan dengan alat

pelindung diri terhadap kecelakaan kerja

International Labour Organization, 2018

Lis, Yustrianita. 2014. Gambaran Faktor-faktor Perilaku Penggunaan (APD) Pada

Pekerja Bagian Finishing PT. X di Proyek Apartemen. Serpong.

Mochammad, Iqbal. 2014. Gambaran Faktor- Faktor Perilaku Penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja diDepartemen Metaforming di PT.

Dirgantara Indonesia(Persero). Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Muhamad Mustofa, Arifien Nursandah, D. N. H. (2018). Analisis Penggunaan

Alat Pelindung Diri Pada Pekerjaan Pembesian dan Pengecoran Kolom dan

Gider Di PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. “Studi Di Proyek

Pembangunan Tol Pandaan Malang.” 4(2), 13.

http://eprints.ums.ac.id/69265/12/NASKAH PUBLIKASI-3.pdf

Mulyanti, D. 2008. Faktor Predisposing, Enabling, Dan Reinforcing Terhadap

Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di

Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008. Tesis Kekhususan

Kesehatan Kerja. FKM USU. Medan. http://www.repository.usu.ac.id/

(Diakses 20 Maret 2017).

Nia, Supiana. 2013. Hubungan Predisposing, Enabling Dan Renforcing Faktor

Dengan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Pada Bidan Dalam

Pelayanan Kebidanan Di Rumah Sakit KIA Sadewa. Yogyakarta

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Puspitasari, R. P., & Nurcahyati, D. D. (2018). Hubungan Antara Kepatuhan

Penggunaan APD Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Karyawan Di PT.

STI TBK. Cikupa Kabupaten Tangerang Tahun 2018. 1–14.

Ramdan Iwan, M. 2007, Dasar – Dasar Keselamatan Kerja , Fakultas kesehatan

Masyarakat Universitas Mulawarman.

Rejeki, S. 2015. Sanitasi Hygiene Dan K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja).


Cetakan Pertama. Penerbit Rekayasa Sains, Bandung.
Ruhyandi. 2008. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kepatuhan

Penggunaan APD Pada Karyawan Bagian PRESS SHOP di PT. Almasindo

II Kabupaten Bandung Barat. Skripsi Universitas Widyatama Bandung.

Sari, E. R. 2010. Kepatuhan Peraturan Keselamatan Kerja Sebagai Mediator

Pengaruh Iklim Keselamatan Kerja Terhadap Kecenderungan Mengalami

Kecelakaan Kerja. Yogyakarta: Jurnal Psikologi Mandiri. (Diakses 20 Maret

2017).

Siregar, N.S. 2016. Hubungan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pemanen Sawit Di Kebun

Perlabian Pt. Tolan Tiga (Sipef)Tahun 2016. Skripsi Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU. Medan. http://www.repository.usu.ac.id/ (Diakses 19 Februari

2017).

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


Sugiyono, 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Undang – Undang

Nomor : 1 tahun 1970 Republik Indonesia, tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Undang – undang Nomor 13 tahun 2003

Suma’mur. 2013. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Penerbit

PT. Sagung Seto, Jakarta.

Yayuk Farida Baliwati, 2004, Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta: Penerbit

Swadaya.

Zendrato, S. A. (2019), Tindakan Perawatan Dalam Melakukan K3 di Rumah

Sakit Latar belakang Tujuan Metode.


LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan

Septemb
Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober
No Kegiatan er
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 ACC judul
2 Pengurusan Izin Penelitian
3 Pengambilan Data
4 Konsul Proposal
5 Seminar Proposal
6 Perbaikan Proposal
7 Penelitian
8 Pengolahan Data
9 Konsul Skripsi
10 Persiapan Ujian Skripsi
11 Ujian Skripsi
Lampiran 2.

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Bapak/ Ibu Calon Responden

Di

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat STIKES SYEDZA SAINTIKA Padang:

Nama : Sandy Syahputra Gusmi

Nim : 1703041

Alamat : Padang

Akan mengadakan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang


berhubungan dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri pada
pekerja produksi di pt. Sumatra jaya agro lestari (sjal) tahun 2021”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara sebagai
responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila saudara menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan
untuk menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan- pertanyaan
yang saya ajukan. Atas perhatian saudara sebagai responden saya ucapkan terima
kasih.

Padang, Oktober 2020

Peneliti

Sandy Syahputra Gusmi

(1703041)
Lampiran 3.

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Dengan ini menyatakan bersedia mengisi/ menjawab pertanyaan-


pertanyaan dalam kuesioner penelitian yang berjudul “faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri pada
pekerja produksi di pt. Sumatra jaya agro lestari (sjal) tahun 2021”. Dengan
sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari siapapun dengan catatan digunakan hanya
untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar- benarnya agar yang
berkepentingan dapat memakluminya.

Padang, Oktober 2021

Yang membuat Pernyataan

( )
Lampiran 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA
PRODUKSI DI PT. SUMATRA JAYA AGRO
LESTARI (SJAL)
TAHUN 2021
Mohon kesediaan anda menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dibawah
ini. Bacalah dengan seksama dan jawablah dengan jujurnya. Berikan tanda ( √ )
pada setiap pernyataan berikut. Terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang
telah anda berikan.

Identitas Responden :

Umur :

Pendidikan :

1. Pengetahuan

No Pengetahuan Benar Salah

1. Alat pelindung diri dipakai pada setiap bekerja ditempat kerja

Alat pelindung diri berperan penting terhadap kesehatan dan


keselamatan kerja

Menggunakan alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi


kaki dari benda yang membahayakan

Bekerja tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat


melakukan pengolahan akan menyebabkan kecelakaan akibat
kerja

Pada saat melakukan pekerjaan pengolahan harus memakai


alat pelindung diri

Alat pelindung diri tidak boleh disimpan dimana saja

Alat pelindung diri (APD) adalah alat keselamatan yang


digunakan oleh pekerja apabila berada pada suatu tempat
kerja untuk melindungi diri dari bahaya

Menggunakan masker untuk menghindari masuknya debu ke


pernafasan

Salah satu kreteria alat pelindung diri adalah nyaman dipakai


saat bekerja

Tidak menggunakan alat pelindung diri dapat menyebabkan


kecelakaan kerja

Sumber : Maria (2017)

B. Sikap

No Sikap Setuju Tidak Setuju

1 Menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja dapat


mencegah kecelakaan kerja

2 Menggunakan alat pelindung diri menjaga keselamatan diri


pekerja

3 Meskipun bekerja hanya sebentar saja tetap harus


menggunakan alat pelindung diri

4 Saya harus menggunakan alat pelindung diri karena saya ingin


lebih aman pada saat bekerjarja

5 Saya akan mengingatkan teman saya apabila tidak memakai


alat pelindung diri pada pekerja

6 Gangguan pendengaran terjadi karena pekerja tidak


menggunakan alat pelindung pendengaran

7 Pekerja pengolahan aspal berpotensi kecelakaan kerja

8 Pada proses pengolahan aspal pekerja perlu alat pelindunng


diri

9 Menggunakan alat pelindung diri pada proses pengolahan


aspal mencegah terjadinya kecelakaan pekerja

10 Pekerja pengolahan aspal menggunakan alat lindung


pernafasan , sarung tangan , helm , sepatu pada saat bekerja

Sumber : Maria (2017)


C. KENYAMANAN

No PERTANYAAN Ya Tidak

1 Apakah alat pelindung yang anda gunakan tidak merepotkan


dan tidak mengganggu pekerjaan?

2 Apakah anda mengalami kesulitan dalam komunikasi dengan


rekan kerja saat memakai alat pelindung ?

3 Apakah anda merasa panas disekitar wajah saat dan setelah


menggunakan alat pelindung?

4 Apakah anda merasa risih saat menggunakan alat pelindung?

5 Apakah alat pelindung wajah yang ada mudah digunakan?

6 Apakah alat pelindung wajah yang anda gunakan dalam


keadaan bersih?

7 Apakah anda merasa nyaman menggunakan alat pelindung


wajah?

8 Apakah anda merasa nyaman menggunakan alat pelindung?

9 Apakah anda merasa enggan menggunakan alat pelindung ?

Sumber : Maria (2017)


4. Penggunaan APD

No APD Ada Tidak

1 Sepatu

2 Helm

3 Sarung tangan

4 Baju Pelindung

5 Pelindung Telinga

Sumber : Maria (2017)

Anda mungkin juga menyukai