Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN OBSERVASI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DI BENGKEL AHASS TUNAS JAYA PURWOKERTO

Disusun Oleh Kelompok 1 TRR 3B :

1. Muhammad Ulin Nuha (P1337430314022)


2. Dwi Ageng Prabowo (P1337430314032)
3. Sandi Fajar Nugroho (P1337430314014)
4. Nirmalasari (P1337430314056)
5. Meydiana Larassati Suminto (P1337430314026)
6. Rini Kusuma Melawati (P1337430314038)
7. Andari Ririandani (P1337430314004)
8. Aristin Ika Utami (P1337430314040)
9. Apri Dwi Retnosari (P1337430314048)
10. Dwy Annisa Buamona (P1337430314042)

PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PURWOKERTO


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Sebagai penulis tiada kata yang pantas untuk di ucapkan selain rasa syukur
dan terima kasih yang tak terhingga kehadirat Allah SWT atas anugerah yang
telah diberikannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “LAPORAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI
BENGKEL AHASS TUNAS JAYA PURWOKERTO”.
Sangat disadari makalah ini diselesaikan hanya dengan petunjuk dari Allah
SWT, penulis juga menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan
dan banyak keterbatasan sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan
kritikan yang bersifat konstruktif dan membangun sehingga terarah pada
kesempurnaan tulisan ini kemudian dapat menjadikan pembelajaran kepada
penulis pada tugas-tugas selanjutnya.

Akhir kata penulis sangat mengharapkan semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sebagai bahan referensi dan pembelajaran, penulispun
mengharapkan agar karya tulis ini juga dapat menjadi pemandu dalam pembuatan
tugas-tugas selanjutnya.

Purwokerto, 3 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1

A. Latar Belakang............................................................................................
1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................
2

C. Tujuan .........................................................................................................
2

D. Metode Pengumpulan Data.........................................................................


2

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................


4

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja..............................................................


4

B. Dasar Hukum Peraturan K3.........................................................................


5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................


11

A. Hasil Penelitian...........................................................................................
11

B. Pembahasan.................................................................................................
14

BAB IV PENUTUP..................................................................................................
16

4.1 Kesimpulan.................................................................................................
16
4.2 Saran...........................................................................................................
16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
17

LAMPIRAN..............................................................................................................
18

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan adalah
Indonesia Sehat 2010 dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Depkes RI, 2002).
Kesehatan kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen
berupa kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja dapat berinteraksi
baik dan serasi. (Suma’mur P.K, 1996).
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja,
mudah sakit, stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya
produktif kerja. Kondisi kerja meliputi variabel fisik seperti distribusi jam
kerja, suhu, penerangan, suara, dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja
lingkungan kerja yang kurang nyaman, misalnya : panas, berisik, sirkulasi
udara kurang, kurang bersih, mengakibatkan pekerja mudah stress (Supardi,
2007).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja di Lingkungan Kerja
Bengkel AHASS Tunas Jaya Purwokerto?

C. Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat dari laporan ini antara lain adalah:
1. Untuk mengetahui masalah keselamatan dan kesehatan kerja di
Lingkungan Kerja Bengkel AHASS Tunas Jaya Purwokerto.
2. Memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

D. Metode Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan validitas dan realibilitas data dalam penulisan
laporan ini, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan
data, antara lain:
1. Observasi
Kelompok kami melakukan pengamatan secara langsung tentang
keselamatan dan kesehatan kerja di Bengkel AHASS Tunas Jaya
Purwokerto.
2. Wawancara
Untuk melengkapi data yang dapat menunjang penyusunan
makalah ini, maka kelompok kami melakukan wawancara yang
mendalam tentang keselamatan dan kesehatan kerja di Bengkel AHASS
Tunas Jaya Purwokerto kepada Bapak Budi Wiyono selaku Kepala
Bengkel.

3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mencatat data yang
berhubungan keselamatan dan kesehatan kerja di Bengkel AHASS Tunas
Jaya Purwokerto.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem
program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya
pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya
perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja.Namun patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti
pentingnya K3 dan bagaiman mengimplementasikannya dalam lingkungan
perusahaan.Dalam tulisan sederhana ini penulis mencoba mengambarkan
arti pentingnya K3 dan akibat hukum apabila tidak dilaksanakan.
Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3
Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;m
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik maupun psikhis, peracunan, infeksi dan penularan;
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
11. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
12. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau batang;
14. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
15. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan
dan penyimpanan barang;mencegah terkena aliran listrik yang
berbahaya;
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya
17. Kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa
dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan
syarat-syarat keselamatan kerja sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja
tersebut dapat dieliminir.

B. Dasar Hukum Peraturan K3


Berbicara penerapan K3 dalam perusahaan tidak terlepas dengan
landasan hukum penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang dimaksud
memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan apa dan bagaimana K3 itu
harus diterapkan. Adapun sumber hukum penerapan K3 adalah sebagai
berikut:
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
4. Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena
Hubungan Kerja.
5. Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis
Pendaftaran Kepesertaan, pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan,
dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur
tentang kewajiban dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk:

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai


pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;
2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
4. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan
dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya sebagai perwujudan program K3 yang ditujukan
sebagai program perlindungan khusus bagi tenaga kerja, maka dibuatlah
Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yaitu suatu program perlindungan bagi
tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang
dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan
meninggal dunia.

Program jamsostek lahir dan diadakan dan selanjutnya dilegitimasi


dalam UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek sebagai pengakuan atas
setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Sedangkan
ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-undang
ini meliputi:

1. Jaminan Kecelakaan Kerja;


2. Jaminan Kematian;
3. Jaminan Hari Tua;
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Program Jamsostek sebagai pengejawantahan dari program K3


diwajibkan berdasarkan Pasal 2 Ayat 3 PP No. 14 Tahun 1993 bagi setiap
perusahaan, yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja 10 orang atau lebih;


2. Perusahaan yang membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu
juta rupiah) per bulan (walaupun kenyataannya tenaga kerjanya kurang
dari 10 orang).

Akibat hukum bagi perusahaan yang tidak menjalankan program


jamsostek ini adalah Pengusaha dapat dikenai sanksi berupa hukuman
kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Apabila setelah dikenai sanksi
tersebut si pengusaha tetap tidak mematuhi ketentuan yang dilanggarnya,
maka ia dapat dikenai sanksi ulang berupa hukuman kurungan selama-
lamanya 8 (delapan) bulan dan dicabut ijin usahanya, apabila pengusaha
melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Tidak memenuhi hak buruh untuk mengikuti program Jamsostek;


2. Tidak melaporkan adanya kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja
kepada Kantor Depnaker dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak
lebih dari 2 kali 24 jam (2 hari);
3. Tidak melaporkan kepada Kantor Depnaker dan Badan Penyelenggara
dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam (2 hari) setelah si korban
dinyatakan oleh dokter yang merawatnya bahwa ia telah sembuh, cacad
atau meninggal dunia;
4. Apabila pengusaha melakukan pentahapan kepesertaan program
jamsostek, tetapi melakukan juga pentahapan pada program jaminan
kecelakaan kerja (program kecelakaan kerja mutlak diberlakukan
kepada seluruh buruh tanpa terkecuali);

Hal tersebut diatas berdasarkan ketentuan yang telah diatur dalam


Pasal 29 ayat (1) dan (2) UU No. 3 tahun 1992 & pasal 27 sub a PP No. 14
tahun 1993. Sanksi lain yang mungkin diterapkan adalah berdasarkan
ketentuan Pasal 29 ayat (1) dan (2) UU No. 3 tahun 1992 pada Pengusaha
dapat dikenai sanksi berupa hukuman kurungan selama-lamanya 6 (enam)
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah). Apabila setelah dikenai sanksi tersebut si pengusaha tetap tidak
mematuhi ketentuan yang dilanggarnya, maka ia dapat dikenai sanksi ulang
berupa hukuman kurungan selama-lamanya 8 (delapan) bulan dan, apabila
pengusaha melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Tidak mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja


kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya;
2. Tidak memiliki daftar tenaga kerja beserta keluarganya, daftar upah

beserta perubahan-perubahan dan daftar kecelakaan kerja di perusahaan


atau bagian perusahaan yang berdiri sendiri;
3. Tidak menyampaikan data ketenagakerjaan dan data perusahaan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan program jamsostek kepada
Badan Penyelenggara;
4. Menyampaikan data yang tidak benar sehingga mengakibatkan ada
tenaga kerja yang tidak terdaftar sebagai peserta program jamsostek;
5. Menyampaikan data yang tidak benar sehingga mengakibatkan

kekurangan pembayaran jaminan kepada si korban;


6. Menyampaikan data yang tidak benar sehingga mengakibatkan
kelebihan pembayaran jaminan oleh Badan Penyelenggara;
7. Apabila pengusaha telah memotong upah buruh untuk iuran program
jamsostek tetapi tidak membayarkannya kepada Badan Penyelenggara
dalam waktu yang ditetapkan;

Selain sanksi-sanksi yang sudah disebutkan diatas, ada pula sanksi


administratif berupa pencabutan ijin usaha seperti yang diatur dalam Pasal
47 sub a PP No. 14 tahun 1993. Peringatan ini dapat dikenakan apabila
pengusaha melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

1. tidak mendaftarkan perusahaan dan tenaga kerjanya sebagai peserta


program Jamsostek kepada Badan Penyelenggara walaupun
perusahaannya memenuhi kriteria untuk berlakunya program
Jamsostek;
2. tidak menyampaikan kartu peserta program jaminan sosial tenaga kerja
kepada masing-masing tenaga kerja dalam waktu paling lambat 7
(tujuh) hari sejak diterima dari Badan Penyelenggara;
3. tidak melaporkan perubahan:
a. alamat perusahaan
b. kepemilikan perusahaan
c. jenis atau bidang usaha
d. jumlah tenaga kerja dan keluarganya – besarnya upah setiap tenaga

kerja palling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya perubahan;


4. tidak memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi tenaga

kerja yang tertimpa kecelakaan;


5. tidak melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja dalam
waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam setelah ada hasil diagnosis dari Dokter
Pemeriksa;
6. tidak membayar upah tenaga kerja yang bersangkutan selama tenaga

kerja yang tertimpakecelakaan kerja masih belum mampu bekerja,


sampai adanya penetapan dari menteri.

Pengusaha dapat pula dikenakan denda sebesar 2% untuk setiap


bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar,
apabila melakukan keterlambatan pembayaran iuran program
Jamsostek. Selanjutnya apabila ada pengusaha yang tidak menjalankan
program jamsostek padahal telah memenuhi kriteria, maka pekerja yang
cepat tanggap dapat melaporkan hal ini pada Departemen Tenaga Kerja,
yang kemudian akan diadakan penyelidikan terhadap perusahaan
selanjutnya ditangani oleh petugas-petugas penyelidik dalam hukum acara,
yaitu:

1. Kepolisian Republik Indonesia


2. Pegawai negeri sipil yang mempunyai kewenangan dalam hal ini
pegawai pengawas Depnaker
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin, 03 Oktober 2016
Tempat : Bengkel AHASS Tunas Jaya Purwokerto.
Pukul : 10.00 – Selesai
2. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pelaksanaan penelitian

keselamatan dan kesehatan kerja di Bengkel AHASS Tunas Jaya

Purwokerto :
a. Alat Tulis (untuk mencatat)
b. Handphone (untuk dokumentasi dan merekam wawancara)
3. Langkah-langkah pada saat melakukan penelitian keselamatan dan
kesehatan kerja di Bengkel AHASS Tunas Jaya Purwokerto :
a. Menyiapkan pertanyaan
b. Mendatangi tempat penelitian (Bengkel AHASS Tunas Jaya
Purwokerto)
c. Menyiapkan alat dan bahan (alat tulis, handphone)
d. Melakukan wawancara kepada narasumber untuk mendapatkan
data yang diinginkan
e. Mendokumentasikan lokasi penelitian
f. Menyusun laporan berupa makalah
4. Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang di dapat dari seorang narasumber yang
bekerja di Bengkel AHASS Tunas Jaya Purwokerto sebagai berikut :
P = Pewawancara
N = Narasumber

P : kami dari mahasiswa poltekkes kemenkes semarang, sebelumnya kami


mengucapkan terimakasih sudah diijinkan melakukan observasi di bengkel ahhas ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah K3. Langsung saja ya pak, kami mulai
wawancaranya. Apakah di bengkel ahass ini memiliki SOP?

N : “ini paling ini skrg PKB (perjanjian kerja bersama) mba nggapapa? Sama disini
untuk SOPnya ada. Masing-masing karyawan dari kepala bngkel, front desk, SA,
partmen, mekanik, itu sudah ada bagiannya masing-masing.”

P : “kalau untuk karyawan yang kerja disini itu apakah ada kriterianya? lulusan ?”

N : “Ada, paling tidak dia lulusan SMA, STM sederajat, tapi kan dia biasanya sudah
teruji dan bekerja sama dengan AHM. Kan ada yang dengan AHM, Daihatsu,
Toyota, Yamaha dari sekolah-sekolah kan sekarang sudah banyak yang bekerja sama
dengan instansi tertentu seperti yang saya sebutkan diatas. Tujuannya setelah siswa
lulus dia dapat lebih mudah mendapatkan peluang bekerja tidak harus sekolah S1, S2
dsb. Tapi itu untuk pelaksana ya, tujuannya kalau dari pihak yang sudah bekerja
dengan AHASS nantinya dia akan lebih mudah dalam pengenalan saat masuk sini
karena sudah terbiasa istilahnya bekerja sama dengan kami, dari pada ngajarin yang
tidak dari bidangnya kan susah.”

P : “tapi dari pihak AHASSnya sendiri itu kalau masuk sini ada pelatihan khususnya
ngga?”

N : “ada, kan di training 3 bulan setelah perekrutan. Setelah itu lalu ada masa
percobaan kontrak ibaratnya. Kalau sudah oke, perpanjangan selama setahun baru
pengangkatan karyawan. Setelah jadi karyawan nanti dia akan disekolahkan lagi ke
AHM, PMT1, PMT2, PMT3, SA, CHIP mekanik ibarate FLP itu ada pendidikane
masing-masing. Jadi dengan adanya rangkaian kegiatan diatas nantinya mekanik
memiliki sertifikat.”

P : “kalau disini jam kerjanya bagaimana??”


N : “kita kerjanya itu 8 jam kerja.”

P : “dari masing-masing karyawan itu ada beban kerjannya ngga, misal satu orang
pegang berapa motor gitu??”

N : “itu target, satu orang itu target standarnya untuk motor karbulasi 8 unit tapi kalau
motor PJM Fi 11 unit. Kalau motor karbulator kan harus mbongkar-mbongkar
karbulator semua segala macem , kalau injeksi kan dia riset elektronik, jadi servisnya
elektronik. Kalau untuk servis perangkat, rantai, roda, rangka dsb itu sama dengan
servis motor karbulator. Cuma bedanya kalau di injeksi dia mengacu pada elektronik
kontrolnya jadi waktunya lebih sedikit karena pake alat kontrolnya itu.”

P : “untuk sistem gajinya bagaimana, apa perbulan??”

N : “itu bulanan,ada insentif ada uang makan uang piket. Uang piket itu kalau hari
minggu sama tgl merah.”

P : “jam kerjanya dari jam berapa??”

N : “jam 8 sampai jam 4 sore.”

P : “ada struktur kepegawaiannya ngga?”

N : “ada,tapi paling ini sederhana kemarin belum di perbarui paling sementara ini.”

P : “kalau disini kan karyawan langsung pegang kemotornya, dia pakai APD ngga??”

N : “sebenernya ada tapi, paling yang sering di pake topi celemek. Dulu ada sarung
tangan, masker tapi dirasa mungkin repot atau gimana, akhire ngga dipake. Tapi
kalau urgent, grenda-grenda kalau apa dia baru pake APD nya gitu.”

P : “tapi kalau sarung tangan kayak gitu dia disediakan atau ngga??”

N : “disediakan yang permanen tapi karena mungkin dikira repot jadi nda di pake.”

P : “standar pelayanan kepada konsumennya itu gimana??”

N : “ya kita si paling untuk pelayanane diawal pendaftaran ditanya keluhannya apa
segala macem, nanti kalau keluhan mekanik akan langsung mengerjakan kerusakan,
jadi nanti kalau ada yang perlu diganti atau apa langsung disampaikan ke
konsumen.”

P : “kalau untuk karyawan itu pembagian jam istirahat??”

N : “shift paling, masing-masing karyawan itu gantian perjam, jadi contoh ada 10
mekanik nanti 5 mekanik dulu jam 11.30 sampai jam 12.30, yang 5 lagi nanti jam
12.30 sampai jam 13.30 gitu.”

P : “nanti dalam setahun itu apakah ada jatah cuti??”

N : “ada, jadi satu bulan liburnya satu kali, dalam sebulan 4 kali cuti, minggu itu
piketan. Contoh 10 mekanik, piketnya 5 sama 5 mekanik, jadi yang piket minggu
kemarin selasa rabu kamis jumat, penggantinya libur tergantung mau ngganti hari
apa jadi sama aja satu minggu libur ditambah satu kali cuti dalam satu bulan.
Setahun kan 12 bulan, kali cuti. Intine kalau dilihat senen-minggu buka terus, tapi
gantian, hari minggu itu gantian.”

P : “mas yang kerja disini itu ada bahaya ngga?”

N : “sebenere kalau ditanya bahaya semua profesi ada bahayanya, berarti kayak apa
yah, tergantung anu, kita dari awal kan sudah sangat berhati-hati, sebisa mungkin
kita minimalkan bahayanya. Jadi sebelum aktifitas alat bantunya disiapin, ada alat
untuk menaikan setiap hari kita kontrol, baut-bautnya seperti apa terus kapasitas
olinya gimana, jadi nanti bisa kira-kira ini kalau ngga diganti cuma dikencengin
efeknya gimana udah antisipasi. Ya paling sesekali yang namanya kerja di bengkel
paling pas pukul-pukul atau apa ada yang kepleset atau apa tapi ya ngga sampai
fatal.”

P : “itu kan disini ada penggantian oli gitu-gitu kan ada bahan kimianya itu ada
pembuangannya ngga??”

N : “itu ada sendiri, ada tampungan itu dari pabrik-pabrik minyak dan gas.”

P : “dikumpulin jadi satu gitu?”

N : “ada tampungan khusus jadi tidak dibuang ke tanah segala macem itu tidak, tetap
ada yang buat menampung.

P : “dari lingkungan sekitar sini ada keluhan ngga,bengkel kan berisik gitu??”

N : “ngga ada sih dari lingkungan ngga ada keluhan.”

P : “disini sedia APAR ngga?”

N : “ada APAR.”

P : “Disini ada keselamatan kerjanya ngga, jaminan??”

N : “Ada. Tadinya kita pake jamsostek ada yang pake BUMIDA. Kita bagi ada
jamsostek, bumida, manulife. Berhubung kebijakan dari pemerintah pake BPJS ya
kita pakai itu, tapi enaknya pake manulife sama jamsostek ada apa-apa langsung.
Kalau BPJS ibarate kita sakit dadakan di Magelang itu ribet kita harus lapor ngisi ini
itu. Kalau di manulife sama bumida itu kira-kira ada yang dirujuk langsung masuk
tanpa harus ngisi sama lapor dulu.”

B. Pembahasan
1. Permasalahan
Ketidakergonomian dan Faal kerja di Bengkel AHASS Tunas Jaya
Purwokerto,sebagai berikut :
a. Ketidakergonomian
Terdapat beberapa contoh ketidakergonomian di Bengkel
AHASS Tunas Jaya Purwokerto, seperti :
1) Mekanik tidak menggunakan masker pada saat bekerja.
2) Mekanik tidak menggunakan sarung tangan pada saat bekerja.
3) Mekanik tidak menggunakan penutup telinga.
b. Faal Kerja
Terdapat beberapa contoh faal kerja di Bengkel AHASS Tunas
Jaya Purwokerto, seperti:
1) Pekerja merasa terganggu pendengarannya akibat suara bising
kendaraan motor.
2) Pekerja merasa pegal-pegal pada tangan dan kaki.
3) Pekerja terkadang merasa pusing dan sesak karena terlalu
banyak menghirup asap kendaraan.

2. Solusi
a. Ketidakergonomian
1) Pengelola Bengkel AHASS Tunas Jaya menyediakan dan
menganjurkan setiap karyawannya untuk menggunakan masker
guna mengurangi bau yang menyengat dari asap knalpot.
2) Setiap karyawan Bengkel AHASS Tunas Jaya yang melakukan
perbaikan motor disarankan menggunakan sarung tangan untuk
mengurangi dampak kimia dari cairan pelumas, bensin yang
mengenai kulit.
3) Pengelola bengkel AHASS menyediakan penutup telinga agar
pekerja tidak merasa bising pada saat bekerja.

b. Faal Kerja
1) Pengelola Bengkel AHASS Tunas Jaya harus menyediakan dan
menganjurkan pekerjanya untuk menggunakan penutup telinga
agar tidak mengganggu pendengaran karena kebisingan.
2) Petugas seharusnya mengonsumsi makan-makanan yang
mengandung gizi yang lengkap.
3)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di Bengkel AHASS Tunas Jaya Purwokerto faktor keselamatan dan
kesehatan kerja pekerja sudah cukup baik hanya saja pengelola Bengkel
AHASS Tunas Jaya hendakya menyediakan masker dan penutup untuk para
pekerja.
B. Saran
Di Bengkel AHASS Tunas Jaya Purwokerto perlu dilakukannya
evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja untuk meningkatkan standar mutu
keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja agar keselamatan dan kesehatan
kerja para pekerja dapat ditingkatkan dan kecelakaan kerja dapat
diminimalkan.

DAFTAR PUSTAKA
https://misskesmas.wordpress.com/2011/12/04/makalah-k3-hiperkes/

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai