Oleh :
Kelompok 5
Alcia Zulviarina 2011212034
Asa Alvina Wendra 2011212005
Asha Firnandia 2011212030
Indri Yulia Risha 2011213030
Rani Andari 2011213026
Zavina Fathya Azisqi 2011212061
Dosen Pengampu :
Novia Wirna Putri, SKM.,MPH
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Sampling & Measurement” dari mata kuliah
Higiene Industri dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah kami. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Novia Wirna Putri, SKM.,MPH selaku dosen
pengampu mata kuliah Higiene Industri yang telah memberi arahan kepada kami dalam
penyusunan makalah ini, serta kami mengucapkan terima kasih juga kepada teman-teman
yang telah ikut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah kami. Oleh karena itu,
kami dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Bagaimana konsep dari pengukuran?
5. Apakah tujuan dan proses dari pengukuran?
6. Apa saja metode sampling?
1.3 Tujuan
Berikut tujuan dari pembuatan makalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari sampling.
2. Untuk mengetahui strategi dari sampling.
3. Untuk mengetahui pengertian dari pengukuran.
4. Untuk mengetahui konsep dari pengukuran.
5. Untuk mengetahui tujuan dan proses dari pengukuran.
6. Untuk mengetahui metode sampling.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sampling
2.1.1 Pengertian
Sampling adalah proses pengambilan sebagian dari populasi yang akan
diteliti dengan cara tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan supaya
sebagian yang diambil mewakili ciri populasinya. Margono (2004: 125)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah cara untuk
menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan.
2.1.2 Strategi
Strategi sampling merupakan suatu perencanaan yang dalam efektifitas
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan. Strategi sampling harus
mempertimbangkan aspek perlindungan kesehatan, pemenuhan peraturan
pemerintah, dan efektifitas biaya. Komponen strategi sampling terdiri dari :
a. What to sample : apa yang akan disampling (jenis bahaya). Bertujuan untuk
metode pengukuran yang digunakan seperti prosedur, alat ukur dan metode
analisa akhir.
b. When to sample : kapan akan dilakukan pengambilan sampel. Contoh : siang
atau malam, pre shift, during shift, end of shift, atau end of work week.
c. Where to sample : dimana sampel diambil.
3
- Pengukuran di lingkungan kerja
- Pengukuran pada pekerja
d. Who to sample : siapa yang akan dijadikan sampel (pekerja yang berisiko
terpajan)
- Maximum risk employee
- Random
e. How long to sample : berapa lama waktu yang diperlukan dalam pengambilan
satu sampel.
f. How many samples to take : berapa banyak sampel yang akan diambil dan
dipengaruhi oleh:
- Luas area yang berisiko (area sampling)
- Minimal untuk dianalisis (material sampling)
- Jumlah pekerja yang berisiko (sampling pada pekerja)
2.2 Pengukuran
2.2.1 Pengertian
Pengukuran bahaya adalah proses untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi bahaya di tempat kerja, termasuk bahan kimia berbahaya, fisik,
biologis, dan faktor psikososial yang dapat menyebabkan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan pekerja. Pengukuran bahaya dilakukan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber bahaya yang dapat mempengaruhi pekerja
dan lingkungan kerja, dan memberikan informasi untuk merencanakan
tindakan pencegahan dan kontrol risiko.
Pengukuran bahaya dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
pengamatan langsung, pengukuran fisik seperti suhu, kebisingan, dan kadar
4
bahan kimia di udara, serta penilaian terhadap faktor psikososial seperti stres
dan kelelahan kerja. Pengukuran bahaya juga dapat melibatkan analisis
kecelakaan atau insiden yang terjadi di tempat kerja.
2.2.2 Konsep
Konsep pengukuran bahaya mencakup beberapa hal, antara lain:
1. Identifikasi sumber bahaya: Langkah pertama dari pengukuran bahaya adalah
mengidentifikasi sumber bahaya di tempat kerja. Sumber bahaya dapat berupa
bahan kimia, radiasi, kebisingan, kelembaban, dan faktor psikososial seperti
stres dan kelelahan kerja.
2. Penilaian risiko: Setelah sumber bahaya diidentifikasi, langkah selanjutnya
adalah menilai risiko yang dihasilkan oleh bahaya tersebut terhadap kesehatan
dan keselamatan pekerja. Penilaian risiko dapat melibatkan pengukuran fisik,
pengamatan langsung, dan analisis kecelakaan atau insiden yang terjadi di
tempat kerja.
3. Perencanaan tindakan pencegahan: Setelah risiko dinilai, langkah selanjutnya
adalah merencanakan tindakan pencegahan yang tepat untuk mengurangi atau
menghilangkan bahaya tersebut. Tindakan pencegahan dapat berupa
penggunaan alat pelindung diri, penggantian bahan kimia berbahaya dengan
alternatif yang lebih aman, atau peningkatan ventilasi di ruangan kerja.
4. Implementasi tindakan pencegahan: Setelah perencanaan tindakan
pencegahan, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan
pencegahan tersebut. Implementasi tindakan pencegahan dapat melibatkan
pelatihan pekerja tentang penggunaan alat pelindung diri, perubahan proses
kerja, atau pengaturan lingkungan kerja yang lebih aman.
5. Evaluasi dan pengawasan: Setelah tindakan pencegahan diimplementasikan,
langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan pengawasan untuk
memastikan efektivitas tindakan tersebut. Evaluasi dan pengawasan dapat
melibatkan pengukuran ulang untuk memastikan bahwa bahaya telah
dieliminasi atau dikurangi, dan melakukan peninjauan berkala untuk
memastikan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
terus ditingkatkan.
5
2.3 Tujuan dan Proses Pengukuran
Tujuan utama dari praktik higene industri adalah untuk mengenali paparan
potensi bahaya, memastikan ada tidaknya paparan terhadap tenaga kerja dan
mengembangkan metode untuk mengendalikan paparan potensi bahaya tersebut.
Dibawah ini diuraikan metode pengenalan potensi bahaya di tempat kerja menurut
Talty (1988) :
1. Walk-Through Survey :
Tujuan survey ini bukan untuk mengidentifikasi paparan potensi bahaya
(hazard) secara keseluruhan atau untuk mengidentifikasi metode
penanggulangan yang digunakan untuk mengendalikan potensi bahaya tersebut,
melainkan hanya untuk mengenali sistem operasi yang dijalankan di
perusahaan. Tujuan yang pertama adalah lebih memahami perusahaan secara
keseluruhan, produk yang dihasilkan, tenaga kerja yang mengerjakan, gambaran
umum perusahaan dan lingkungan kerja secara keseluruhan.
2. Pengenalan potensi bahaya (pendahuluan).
Setelah memahami gambaran sistem operasi perusahaan secara keseluruhan,
selanjutnya dirancang studi yang lebih mendalam untuk mengidentifikasi
paparan potensi bahaya. Dalam tahap ini perlu disertakan catatan hasil walk
throught survey, diagram alir produksi, deskripsi kerja masing-masing bagian
dan berbagai prosedur kerja yang diberlakukan.
Penilaian dimulai dengan memilih salah satu area kerja yang dianggap paling
penting, pertimbangkan pula paparan yang sering terjadi. Sebagai contoh kontaminan
di udara, potensi bahaya yang bersifat fisik,dan materi/bahan berbahaya. Dengan
mempertimbangkan jenis paparan terhadap tenaga kerja, ahli higene industri perlu
melihat kembali catatan-catatan proses kerja, bahan yang digunakan, deskripsi kerja
dan berbagai prosedur kerja yang digunakan. Fokus utama pada tahap ini adalah
mengidentifikasi seluruh potensi paparan.
Untuk memudahkan pada tahap survey awal, petugas higene industri bisa
menngunakan daftar isian seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 untuk setiap jenis
paparan potensi bahaya yang berbeda perlu diberikan penjelasan yang mencakup jenis
potensi bahaya yang ada, kemungkinan sumber bahaya dan kemungkinan penyebab.
Penjelasan harus singkat tapi jelas. Item penting selanjutnya pada survey pendahuluan
ini adalah jumlah tenaga kerja yang berpotensi terpapar. Informasi ini akan membantu
dalam mengidentifikasi prioritas jenis tindakan atau pencegahan yang dapat
6
dilakukan. Pada dasarnya memang seluruh potensi bahaya harus dikendalikan, namun
karena berbagai keterbatasan dan efisiensi maka penanganan berbagai potensi bahaya
ini perlu dibuatkan urutan prioritas. Jika pada pengkajian awal sudah didapatkan
upaya penanggulangan potensi bahaya, maka investigator harus memastikan apakah
upaya tersebut telah berjalan sesuai perencanaan atau tidak. Tahapan selanjutnya
adalah mengkaji sudah seberapa jauh potensi bahaya telah berdampak terhadap tenaga
kerja. Secara umum dampak paparan bahaya terhadap tenaga kerja dibagi menjadi
tiga kerja dibagi menjadi tiga kategori yaitu : level rendah, dimana potensi bahaya
sudah menggangu tenaga kerja dan berpotensi dampak yang berbahaya; level
menengah, dimana potensi bahaya sudah membahayakan tenaga kerja; dana level
tinggi, dimana potensi bahaya dapat menyebabkan kecelakaan atau kematian.
Kategorisasi potensi bahaya ini hanya bersifat umum, perusahaan dapat
mengembangkan kategorisasi sendiri
7
mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana,
misalnya kompresor/ generator. Jarak pengukuran dari sumber harus
dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus
diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan.
2. Pengukuran getaran
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan alat khusus yaitu
Vibration Meter. Vibration meter didesain untuk melakukan pengukuran getaran
mekanis secara konvensional khususnya untuk pengujian pada mesin berotasi. Ini
tidak hanya digunakan untuk pengujian percepatan (acceleration), kecepatan
(velocity), dan perubahan vektor (displacement), tetapi juga dapat menunjukan
diagnosis kegagalan secara sederhana. Vibration meter dapat menghasilkan
pengukuran pada status barberdasarkan alarm limit. Jika terjadi kegagalan diagnosis
sederhana secara otomatis akan membunyikan alarm yaitu warning limit jika
pengukuran sampai batas aman (safe state) dan alarm limit jika nilai pengukuran
sampai pada batas kerusakan (destruct state). Kemudian akan masuk ke spectrum
testing mode ketika nilai
pengukuran sampai pada batas.
Bagian-bagian Vibration Meter :
1) Main Body : Pada main body ini terdapat tampilan hasil pengukuran (display)
2) Keyboard : yang terdiri dari tombol untuk menghidupkan danmematikan,
kemudian tombol MEAS untuk memulai pengukuran dan untuk mengakhiri
pengukuran. Tombol C untuk cancel dan OK untuk enter
3) Lampu menunjukan indikasi charging.
4) Transducer socket adalah tempat menghubungkan transducer dengan main
body.
5) Charging socket adalah tempat memasukan charger.
6) Sensor transducer menggunakan magnetic base. Untuk mendapatkan hasil yang
stabil, maka pengukuran harus pada tempat yang datar dan rata.
3. Pengukuran Pencayaan
Untuk mengukur intensitas pencahayaan di tempat kerja baik indoor maupun
outdoor dapat dilakukan dengan menggunakan lux meter. Lux adalah terminologi
untuk menyatakan jumlah sinar yang diterima olehsebuah objek seluas 3 kaki persegi
pada jarak 1 yard, oleh sebuah sumber sinar dengan daya 1 watt. Lux meter bekerja
8
dengan sensor cahaya. Lux meter cukup diletakkan di atas meja kerja atau dipegang
setinggi 75cm di atas lantai. Layar penunjuknya akan menampilkan tingkat
pencahayaan pada titik pengukuran. Bila nilai tingkat pencahayaan ruangan jauh lebih
tinggi atau jauh lebih rendah dari standar, maka akan berpotensi untuk menimbulkan
kelelahan mata. Tingkat pencahayaan yang sesuai standar akan menjaga kualitas
pekerjaan serta kesehatan mata tenaga kerja.
Pengukuran PencahayaanMenurut SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran
Intensitas Penerangan di Tempat Kerja, pengukuran intensitas penerangan di tempat
kerja menggunakan alat luxmeter. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik, kemudian energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan
jarum skala. Untuk alat digital, energy listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca
pada layar monitor. Prosedur kerja pengukuran intensitas cahaya dalam ruang kerja
adalah sebagai berikut:
1) Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi
2) Menentukan titik pengukuran, penerangan setempat atau penerangan umum.
Penerangan setempat adalah penerangan yang mengenai obyek kerja, berupa meja
kerja maupun peralatan. Bila meja kerja yang digunakan oleh pekerja, maka
pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. Denah pengukuran intensitas
pencahayaan setempat seperti berikut:
Penerangan umum adalah titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan
pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut
dibedakan luas ruangan sebagai berikut:
a. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
9
b. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong
garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga)
meter.
c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan
lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
Penggunaan luxmeter
a. Hidupkan luxmeteryang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor
b. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran
untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
c. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.
d. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas
penerangan setempat
10
menerapkan kaidah peluang dalam proses penentuan sampel maka diperlukan
suatu kerangka sampel (sampling frame). Kerangka sampel adalah suatu daftar
yang berisi kumpulan elemen-elemen populasi beserta informasinya. Elemen-
elemen populasi dapat berupa benda atau makhluk hidup yang bersifat nyata dan
dapat diidentifikasi untuk dijadikan objek sampel.
Pengambilan sampel secara acak sederhana dapat dilakukan apabila daftar
nama populasi dan karakteristik sudah ada. Peneliti dapat mengambil sampel
dengan cara mengundi semua anggota populasi. Secara otomatis, nomor-nomor
yang muncul dalam undian akan terpilih menjadi sampel penelitian.
Langkah-langkah:
(1) Menetapkan populasi
(2) Menetapkan tingkatan
(3) Menghitung besar sampel
(4) Mengambil secara acak sejumlah unsur yang ada pada setiap tingkatan
(5) Mengambil sampel secara acak sesuai besar sampel di tingkat terakhir
b. Incidental sampling
Sampling insidental dilakukan dengan cara memilih sampel yang secara
kebetulan ditemui saja. Teknik sampling ini banyak digunakan untuk penelitian
deskriptif.
Teknik ini bergantung pada kemudahan akses ke subjek seperti survei
pelanggan di mal atau orang yang lewat di jalan yang sibuk. Biasanya disebut
sebagai convenience sampling, karena kemudahan peneliti dalam melakukan dan
berhubungan dengan subjek. Peneliti hampir tidak memiliki kewenangan untuk
memilih elemen sampel, dan ini murni dilakukan berdasarkan kedekatan dan
bukan keterwakilan.
Metode ini digunakan ketika ada batasan waktu dan biaya dalam
mengumpulkan umpan balik. Dalam situasi dimana terdapat keterbatasan sumber
daya seperti pada tahap awal penelitian, digunakan convenience sampling.
Kelebihan dari teknik sampling ini adalah karena pengambilan sesaat
sehingga memudahkan pemilihan anggota sampel. Kekurangan teknik ini adalah
belum tentu responden memiliki karakteristik yang dicari oleh peneliti.
c. Snowball sampling
Snowball sampling adalah metode pengambilan sampel yang diterapkan
ketika subjek sulit dilacak. Peneliti menerapkan metode pengambilan sampel ini
dalam situasi dimana topiknya sangat sensitif dan tidak didiskusikan secara
terbuka. Hal ini dilakukan secara terus-menerus sampai dengan terpenuhinya
jumlah anggota sampel yang diingini oleh peneliti.
Kelebihan dari pengambilan beruntun ini adalah bisa mendapatkan
responden yang kredibel di bidangnya. Sementara kekurangan adalah memakan
waktu yang cukup lama dan belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampling adalah proses pengambilan sebagian dari populasi yang akan diteliti
dengan cara tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan supaya sebagian yang
diambil mewakili ciri populasinya. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang secara umum terbagi dua yaitu probability sampling dan non probability
sampling. Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, adalah salah
satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja
dari mesin, proses atau pekerja/operator. Pengukuran bahaya adalah proses untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya di tempat kerja, termasuk bahan kimia
berbahaya, fisik, biologis, dan faktor psikososial yang dapat menyebabkan risiko
terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Pengukuran bahaya dilakukan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber bahaya yang dapat mempengaruhi pekerja dan
lingkungan kerja, dan memberikan informasi untuk merencanakan tindakan
pencegahan dan kontrol risiko. Dalam pengukuran terdapat konsep-konsepnya
tersendiri.
Tujuan utama dari praktik higene industri adalah untuk mengenali paparan
potensi bahaya, memastikan ada tidaknya paparan terhadap tenaga kerja dan
mengembangkan metode untuk mengendalikan paparan potensi bahaya tersebut. Oleh
karena itu, penting untuk memahami teknik sampling dan pengukuran yang tepat
dalam higiene industri agar data yang dihasilkan akurat dan dapat diandalkan untuk
membantu menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja di lingkungan kerja.
3.2 Saran
Materi tentang “Sampling dan Pengukuran” dapat dipahami lebih dalam
dengan membaca berbagai referensi di sumber lain. Selain itu, juga diperlukan adanya
diskusi lebih lanjut agar materi ini dapat dipahami dengan baik. Penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah dan penyampaian
materi. Oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran dari pembaca yang
dapat membangun dan bermanfaat bagi kita semua.
15
DAFTAR PUSTAKA
16