Oleh
Brainnes Izaac Tubalawony
073001500026
i
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Brainnes Izaac Tubalawony
073001500026
Foto
2x3
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
ii
ABSTRAK
EVALUASI CRUSHING PLANT DAN ALAT SUPPORT UNTUK
PENGOPTIMALAN KEMAMPULALUAN BATUBARA DI PT
BUKIT ASAM, TBK. UNIT PELABUHAN TARAHAN,
LAMPUNG SELATAN
iii
ABSTRACT
PT Bukit Asam Tbk. Tarahan Port Unit is a Coal Port located in Tarahan,
South Lampung. Tarahan Port receives coal distribution from PT Bukit Asam Tbk
coal mine location, which is located in Muara Enim, South Sumatra. Coal is
transported by train from Muara Enim to Tarahan Port. In the harbor, the Coal
Processing Plant / CCP Coal is carried out which aims to process coal before it is
sold to consumers through ships. In 2017-2021 a cooperation contract was added
to increase coal transportation capacity with PT Kereta Api Indonesia. The
addition of transport capacity influences the capacity of the Coal Processing
Plant to support coal passage at Tarahan Port. To evaluate this, an evaluation of
the Crushing Plant and Support Equipment was carried out as the main activity in
the Coal Processing Plant / CCP Coal in Tarahan Port. This evaluation aims to
find out the theoretical production and real production at the Crushing Plant and
supporting tools and analyze the factors that inhibit production in order to
increase coal traffic in Tarahan Port.
iv
DAFTAR ISI
v
III.1 Metode Penelitian........................................................................ 22
III.2 Jadwal Penelitian......................................................................... 26
BAB IV PENUTUP
PENUTUP ............................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
LAMPIRAN .......................................................................................................... 29
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Lambang
Bi Bobot isi material 11
berai
T Tebal 13
L Lebar 13
V Volume 13
d Diameter 14
w Lebar 14
s Jarak 14
N Kecepatan Putar 14
𝜌 Bulk Density 14
C Constanta 14
ix
BAB I
PENDAHULUAN
.
I.1 Latar belakang
PT Bukit Asam Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan, perdagangan, pengolahan, serta pemanfaatan batu bara. PT
Bukit Asam Tbk. telah berdiri sejak tahun 1981 dan kemudian mendaftarkan
sahamnya ke publik melalui IPO pada Desember 2002. PT Bukit Asam Tbk.
mengoperasikan tiga unit tambang serta sepuluh anak perusahaan yang terbagi
dalam lima jenis bidang usaha yaitu Batu Bara, Trading, PLTU, Logistik, serta
Pengolahan Gas Metana.
Pelabuhan Tarahan PT. Bukit Asam merupakan dermaga pelabuhan terbesar
yang dimiliki oleh PT. Bukit Asam dengan luas area 50,5 Ha. Pelabuhan ini
terletak 18 km dari pusat Kota Bandar lampung dan sekitar 6 km sebelah selatan
pelabuhan Panjang. Beralamat di Tarahan, Katibung, Kabupaten Lampung
Selatan, Lampung 35452.
Dermaga Pelabuhan Tarahan memiliki kedalaman laut -20 Mdpl, dan
mampu disandari kapal berkapasitas 210.000 DWT , memilikin daya tampung
22,4 jt ton/tahun.Topografi pelabuhan Tarahan PT. Bukit Asam didominasi
dataran rendah di kaki bukit tepian laut. Pelabuhan Tarahan PT. Bukit Asam
beroperasi sejak tahun 1986 sebagai dermaga untuk kepentingan sendiri yang
pada awalnya dipersiapkan untuk pengapalan batubara hasil produksi tambang di
Tanjung Enim dengan tujuan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Suralaya
PJB (Pembangkit Jawa-Bali) yang ada di Provinsi Banten.
1
1. Berapa produktivitas unit peremuk batubara pada PT Bukit Asam
Unit Pelabuhan Tarahan?
3. Faktor apa saja yang menghambat produksi crushing plant dan alat
support?
Batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah hanya melakukan
kajian dan evaluasi secara teknis dan tidak membahas aspek-aspek yang berkaitan
dengan ekonomi.
2
I.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
2. Bagi Mahasiswa
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
Gambar II-1
Peta Lokasi Penilitian
Lokasi penelitan dapat ditempuh lewat jalur darat dari Jakarta ± 7 jam
perjalanan dengan menyeberang Selat Sunda melalui Pelabuhan Merak, Banten.
Lokasi penelitian juga dapat ditempuh lewat jalur udara dari Jakarta ke Lampung
Selatan dengan waktu perjalanan ± 30 menit.
5
Kominusi
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi bijih,
mineral dan bahan galian. Yang dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah
proses melepaskan bijih tersebut dari ikatannya yang merupakan gangue mineral
dengan menggunakan alat crusher atau grinding mill. Kominusi pada tahap awal
dilakukan untuk membuat material yang baru digali lebih mudah ditangani dan
dikendalikan dalam proses pengangkutan, dan pada tahap berikutnya kominusi
dilakukan untuk memperoleh ukuran yang diperlukan pada operasi konsentrasi,
dan juga ukuran yang sesuai dengan permintaan pasar. Kominusi terbagi dalam 3
tahap, yaitu primary crushing, secondary crushing dan fine crushing.
Tujuan Kominusi
Tujuan dari kominusi, adalah:
1. Membebaskan (liberasi) mineral berharga dari material pengotornya.
2. Menciptakan ukuran partikel yang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki
pada proses berikutnya
6
3. Mengekspose mineral berharga sehingga mudah bereaksi dengan bahan
kimia lainnya.
4. Mempersiapkan ukuran partikel yang sesuai dengan yang diminta pasar
atau konsumen
II.3.4.2 Impact
Gaya banting suatu objek terhadap objek lainnya yang di yang sangat
cepat. Peremukan terjadi akibat adanya gaua impact yang berkerja pada bahan
galian. Gaya impact adalah gaya compression yang bekerja dengan kecepatan
sangat tinggi. Dengan gaya impact, energy yang digunakan berlebih dan bekerja
pada seleruh bagian, sehingga banyak daerah yang menerima beban.
II.3.4.3 Attrition
Gaya kikisan atau abrasi yang bekerja pada daerah yang sempit atau
terlokalisasi. Gaya ini menyebabkan terjadinya peremukan atau pengecilan ukuran
dan terjadi ketika energi yang digunakan dapat menggerus material yang ada dan
gaya yang ada terpusat sehingga menghasilkan distribusi ukuran partikel yang
halus.
II.3.4.4 Shear
Gaya yang terjadi seperti sedang memotong. Terjadi efek potongan
7
sebagai aksi dari yang berbeda arah, bahan galian seperti digergaji atau
dipotong.
Jenis Rangkaian pada Peremukan
II.3.5.1 Rangkaian Tertutup
Pemecahan rangkaian tertutup adalah cara mengandalikan ukuran produk
maksimum dengan cara menyaring produk dan mengembalikan ukuran
yang terlalu besar ke tujuan pengisian mesin pemecahan selanjutnya.
Produk terlalu besar yang disebut “beban sirkulasi”, ditahan di rangkaian
dalam rangkaian sampai dikurangi menjadi ukuran yang diinginkan dikirm
ke penyimpanan, pemuatan, atau ke pengolahan.
Pemecahan rangkaian tertutup yang diilustrasikan dalam gambar …..
memiliki keunggulan khusus tertentu dari pemecahan rangkaian terbuka.
Pemecahan rangkaian tertutup, penentuan ukuran dipusatkan pada
kelompok atau pada saringan yang memungkinkan adanya unit-unit yang
lebih kecil per tonase yang ditentukan, dan menghasilkan material dengan
tingkat keseragaman ukuran yang lebih besar.
Gambar II-2
Rangkaian Tertutup
8
yang diinginkan. harus ditahan dalam mesin pemecah sampai semua
direduksi menjadi ukuran yang diinginkan
Gambar II-3
Rangkaian Terbuka
10
Unit Peremuk
II.3.7.1 Hooper
Hopper merupakan salah satu bagian dari instalasi peremuk. Hopper
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara dari material umpan, yang
selanjutnya material tersebut diumpankan ke alat peremuk oleh alat pengumpan
(wobbler feeder). Hopper ini terbuat dari beton yang dilapisi oleh lembaran baja
pada dinding-dindingnya dengan tujuan agar terhindar dari keausan akibat
gesekan dan benturan dinding dengan material. Kapasitas hopper dihitung
berdasarkan volume trapesium yang terpancung, yaitu :
1
𝑉ℎ = 𝑡 (𝐿 𝑎𝑙𝑎𝑠 + 𝐿 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ + √𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑥 𝐿 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)
3
K = Vh x Bi
Di mana :
K = Kapasitas hopper (ton)
Vh = Volume hopper (m3)
Bi = Bobot isi material berai (ton/m3)
11
Penggunaan alat pengumpan bertujuan agar proses pengumpanan dari
hopper menuju ke alat peremuk dapat berlangsung dengan laju yang
konstan, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga dapat
mencegah terjadinya penumpukan batubara atau tidak ada umpan di dalam
hopper ataupun pada alat peremuk. Bentuk-bentuk pengumpan (feeder)
yang sering digunakan dalam industri pertambangan antara lain Beberapa
macam bentuk pengumpan :
a. Apron Feeder, pengumpan yang berupa lembaran baja,
masing-masing dihubungkan oleh roller chain (rantai berputar),
feeder ini dirancang untuk memindahkan material yang berat
dan besar dari hooper menuju ban berjalan atau ke unit
peremuk.
b. Vibrating Feeder, merupakan tipe pengumpan yang didesain
untuk memisahkan batubara dari debu-debu halus hasil
penambangan. Pengumpan tipe ini terdiri dari lembaran baja
bergelombang dengan jarak tertentu. Cara kerjanya adalah
berdasarkan getaran yang ditimbulkan oleh motor penggerak.
12
e. Grizzly Feeder, pengumpan yang dirancang untuk
memindahkan material yang cara kerjanya lebih selektif, dimana
material yang lolos (undersize) langsung masuk ban berjalan
sedangkan yang tidak lolos (oversize) akan masuk ke alat
peremuk.
f. Chain and Flight Feeder, adalah pengumpan yang terdiri dari
rangkaian flight (batangan baja) dengan ketebalan tertentu dan
jarak tertentu yang berfungsi sebagai pendorong material
menuju alat peremuk. Flight (batangan baja) tersebut
dihubungkan dengan rangkaian rantai (chain) serta lantai yang
berupa lembaran baja sebagai penahan material (plate).
Untuk menghitung produksi Apron Feeder maka digunakan persamaan sebagai
berikut:
𝐴𝐹 = 𝑇 𝑥 𝐿 𝑥 𝑉 𝑥 𝐵𝑖
13
d. Density material
e. Panjang rotor dengan front impact plate
f. Diameter rotor
g. Kecepatan putar rotor
h. Laju pengumpan
𝑄 = 𝜋 . 60. 𝐷. 𝑊. 𝑁. 𝐿. 𝜌
14
d = diameter roll (m)
w = Lebar roll (m)
s = Jarak antar roll/gap (m)
N = Kecepatan putar roll (rpm)
𝜌 = Bulk density
Gambar II-4
Double roll crusher geometry
15
𝐿
𝑅+2
X1 = 2 ( − 𝑅)
cos 𝜃
60 𝑥 𝑉 𝑥 𝐵
𝑄= 𝑥 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
1000 𝑥 𝐿
16
V = Kecepatan belt conveyor (m/menit)
L = Panjang pengambilan contoh pada belt conveyor (m)
B = Berat contoh material pada belt conveyor
II.3.7.6 Tripper
Tripper berfungsi untuk menumpahkan material yang telah direduksi
ukuanya ke suatu tempat tertentu atau tempat penyimpanan (stokplie)
Efesiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungan di
dalam upaya mendapatkan harga produksi alat per satuan waktu yang akurat.
Sebagaian besar harga efisiensi kerja diarahkan terhadap operator, yaitu orang
yang menjalankan atau mengoperasikan unit alat. Walaupun demikian, apabila
ternyata efisiensi kerjanya rendah belum tentu penyebabnya adalah kemalasan
operator yang bersangkutan. Ada penyebab yang tidak bisa dihindari seperti
cuaca, kerusakan mendadak, kabut dan lain-lain. Untuk meningkatkan efisiensi
kerja operator kadang-kadang perlu semacam perangsang atau bonus yang
mendidik dari perusahaan dengan harapan operator dapat mempertinggi etos
kerja, lebih bertanggungjawab dan termotivasi.
Pekerjaan mekanik untuk perawatan alat tidak dapat dimasukkan
sebagai penyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan
perawatan alat maintenance harus sudah terjadwal untuk masuk bengkel
workshop. Oleh sebab itu sebab itu untuk memperoleh harga efisiensi kerja
operator yang mewakili perlu diberikan batasan – batasan pekerjaan dan itu semua
harus difahami oleh seluruh jajaran karyawan operasional maupun mekanik.
17
Tabel II-1
Tabel 2.5 Parameter pengukur efisiensi
Parameter pengukur efisiensi
Terjadwal (Scheduled ); S
Tersedia (Available ); A Perawatan (Maintenance ); M
Jalan (Operation ); O Perbaikan Perbaikan
Mendadak Terjadwal
Kerja (Working ); Tertunda Terhenti (Idle ); I (Unschedule (Schedule
W (Delayed ); D Maintenance ); Maintenance );
UM SM
Kerja lancar Mengisi BBM Diminta Waktu Waktu
Ganti bit standby perbaikan perbaikan
Peledakan Tak ada tunggu suku suku cadang
Mengatur alat operator cadang Lain-lain.
berat Makan, Lain-lain.
Tunggu alat istirahat, dan
muat rapat
Tunggu truk Hujan lebat,
Pengawasan kabut
rutin Lain-lain
Semprot lubang
bor
Pelumasan
Manuver alat
Pengecekan
awal sebelum
jalan
Membersihkan
screen
Batu macet di
crusher, corong ,
dll.
Idler lepas
Lain-lain.
18
2. Ketersediaan Fisik (Physical Availability), merupakan catatan mengenai
keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan, persamaannya adalah
sebagai berikut :
𝑊+𝑆
𝑃𝐴 = × 100%
𝑊+𝑅+𝑆
dimana :
S = Stand by hours, atau jumlah jam suatu alat yang tidak dapat
dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam
keadaan siap beroperasi
W+R+S = Schedule hours, atau jumlah seluruh jam jalan dimana alat
dijadwalkan untuk beroperasi.
Physical availability pada umumnya selalu lebih besar daripada mechanical
availability. Tingkat effesiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka
physical availability mendekati mechanical availability.
3. Kesediaan Digunakan (Use of availability), adalah menunjukkan berapa
persen waktu yang digunakan alat untuk beroprasi pada saat ia dapat
digunakan (available), persamaannya adalah sebagai berikut :
𝑊
𝑈𝐴 = × 100%
𝑊+𝑆
𝑊
𝐸𝑈 = × 100%
𝑊+𝑅+𝑆
19
Flowchart Operasi
Gambar II-5
Flowchart Operasi PT Bukit Asam Tbk, Unit Pelabuhan Tarahan
Keterangan:
1. Rotary Car Dumper 1 ( RCT 001)
2. Apron Feeder 1 ( AFT 001 )
3. Conveyor 2 ( CRT 002 )
4. Primary Crusher ( PCT 001 )
5. Conveyor 3 ( CRT 003 )
6. Conveyor 11 ( CLT 011 )
7. Conveyor 12 ( CLT 012 )
8. Stacker / Reclaimer (SRT 001)
9. Rotary Car Dumper 2 (RD 301)
20
10. Chain Feeder (FE 301)
11. Conveyor 301 ( CV 301 )
12. Primary Sizer (CR 301)
13. Conveyor 302 (CV 302)
14. Secondary Sizer (CR 302 & 303)
15. Conveyor 303 (CV 303)
16. Conveyor 304 (CV 304)
17. Afron Feeder 4A dan 4B (AFT 004A & 004B).
18. Conveyor 5 (CLT 005)
19. Conveyor 12 ( CLT 012 )
20. Conveyor 6 A(CLT 006A)
21. Coal Valve (FV 301 – 306)
22. Conveyor 305 ( CV 305)
23. Conveyor 306 (CV 306)
24. Conveyor 307 ( CV 307 )
25. Conveyor 6 (CLT 006)
26. Belt Feeder 7A dan 7B (BFT 007A & 007B)
27. Secondary Crusher A dan B (SCT 001A & 001B)
28. Conveyor 8A ( CLT 008A )
29. Conveyor 8 ( CLT 008 )
30. Conveyor 9 ( CLT 009 )
31. Shiploader (SLT 001)
Reduction Ratio
Reduction ratio adalah perbandingan ukuran terbesar umpan dan ukuran terbesar
produk. Besaran reduction ratio merupakan batasan agar kerja alat efektif
𝑡𝐹
𝑅𝐿 =
𝑡𝑃
RL = limiting reduction ratio
tF = tebal umpan (cm)
tP = tebal produk (cm)
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. Pengambilan Data
22
Data yang didapatkan untuk menghitung kapasitas nyata
crushing plant adalah:
1) Ukuran feed
2) Volume feed
3) Ukuran produk
4) Volume produk
5) Waktu produksi crushing plant.
6) Hambatan-hambatan pada proses produksi crushing plant.
b. Data sekunder
4. Pengolahan Data
23
kapasitas teoritis dan kapasitas aktual, sehingga didapat
kemampulaluan maksimal batubara pada Pelabuhan Tarahan
24
Studi Literatur
Pengamatan Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Pembahasan
Gambar III-1
Diagram Alir
25
III.2 Jadwal Penelitian
Tabel III-1
Jadwal Penelitian
Kampus Lapangan
No Jenis Kegiatan Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
Orientasi
2
Lapangan
Pengambilan
3
Data
4 Analisa Data
Penyusunan
5
Laporan
26
BAB IV
PENUTUP
27
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Setyawan Moekti dan Dr. Ir. I Ketut Gunarta, M. (2013). Evaluasi Kinerja
Infrastruktur Coal Terminal Pelabuhan Tarahan milik PT. X. JURNAL
TEKNIK POMITS Vol. 2.
Barry A. Wills, T. N.-M. (2006). Mineral Processing Technology . Elsevier
Science & Technology Books .
Budiman, A. (2010). Estimasi Potensi Kerugian Berdasarkan Analisa Distribusi
Ukuran Batubara Jenis BA 70 di Stockpile 2 danTugas Akhir. Stockpile 3
Pada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Unit Pelabuhan Tarahan, Bandar
Lampung. Jakarta: Universitas Trisakti.
Dunbar, W. S. (2012). Basics of Mining and Mineral Processing. University of
British Columbia.
Egbe, E. 1. (2016). Design, Fabrication and Testing of a Double Roll Crusher .
International Journal of Engineering Trends and Technology (IJETT) –
Volume 35 .
Imam, A. T. (2017). Evaluasi Crushing Plant dan Alat Support Untuk
Pengoptimalan Hasil Produksi di PT Binuang Mitra Bersama Desa Pualam
Sari, Kecamatan Binuang. Jurnal HIMASAPTA Vol.2 No. 2.
Maulizar, S. (2016). Laporan Kerja Praktik. Penerapan Sensor Ultrasonic Pada
Surbin Belt 7A di Control Panel 2. PT Bukit Asam Tbk., Unit Pelabuhan
Tarahan. Bandung: Universitas Telkom.
Simanullang, T. P. (2005). Evaluasi Produksi dari Crushing Plant Batubara di PT
Gunung Bayan Pratama Coal Kutai Barat, Kalimantan Timur. Jakarta:
Universitas Trisakti.
28
LAMPIRAN
29
Lampiran A Contoh sampul proposal skripsi/tesis dan penjilidannya (warna
sampul biru muda dengan tinta tulisan berwarna hitam)
(Judul dalam Bahasa Indonesia, tidak boleh lebih dari 18 kata disarankan 12
kata)
30
31