Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PEMBAHASAN

Sebelum melakukan perhitungan pada tahap perencanaan, terlebih dahulu

kita harus memahami alur proses dari perencanaan tersebut. Pada tahap awal

bagian eksplorasi akan melakukan pengolahan data dari hasil data bor yang telah

didapatkan di lapangan. Hasil pengolahan data tersebut berupa data sumberdaya

(Measured), data inilah yang akan diteruskan ke unit satuan Perencanaan Operasi

Produksi (POP) yang berada di kantor pusat PT. Timah (Persero) Tbk,

Pangkalpinang yang dibagi menjadi 2 bidang yaitu :

1. Geologi Tambang

2. Perencanaan Tambang

Di satuan Perencanan Operasi Produksi (POP) data sumberdaya tersebut

akan diolah terlebih dahulu di bagian geologi tambang. Dimana akan dikaji

kelayakannya dengan mengunakan indikator ekonomi yaitu Break Even Grade

(BEG). Jika dinilai layak data tersebut akan dijadikan sebagai data cadangan,

sedangkan sumberdaya yang belum layak akan dievaluasi kembali. Data cadangan

yang didapat dibagi menjadi dua yaitu data cadangan menerus dan cadangan

spoted. Setelah didapat peta cadangan selanjutnya akan diteruskan ke bagian

perencanaan tambang untuk dikaji kelayakannya baik secara teknis maupun

ekonomis agar dapat diketahui skala tambang yang sesuai untuk diterapkan

dengan data cadangan yang ada. Output dari perencanaan tambang ini berupa peta
23

rencana kerja (RK). Diagram alir dalam perencanaan tambang dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

Hasil Kegiatan
EKSPLORASI

Sumberdaya (Measured)

Indikator
Ekonomi Kajian
BEG

Layak
CADANGAN

MENERUS SPOTED

Skala
tambang Kajian Probable
Situasi

RK/Mineable

Penambangan

Gambar 4.1 Diagram Alir Penataan Validasi Cadangan


(Anonim , 2014)
24

4.1 Menghitung Nilai Break Even Grade (BEG)

PT. Timah (Persero) Tbk, memakai istilah Break Even Grade sebagai batas

minimal kadar ekonomis untuk ditambang. Adapun perkiraan biaya pada investasi

dan operasi tambang darat pada Tambang Non Konvensional (TN), Tambang

Semprot (TS), dan Tambang Besar (TB) dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perkiraan Biaya Modal dan Operasi TN, TS, dan TB
(Anonim, 2014)

No TN (Rp) TS (Rp) TB (Rp)


Pengeluaran

90.000.000 180.000.000 600.000.000


1 Fixed Cost

2 Variable Cost 910.000.000 1.620.000.000 3.200.000.000

Total Biaya Operasi 1.000.000.000 1.800.000.000 3.800.000.000

Sebelum melakukan perhitungan nilai Break Even Grade maka pada tahap

awal harus ditentukan terlebih dahulu nilai Break Even Production yang

merupakan produksi pulang pokok yang dapat dihitung dengan membagikan

biaya operasi penambangan dengan Harga Efisien Tambang (HET). Adapun

langkah langkah yang dilakukan untuk menentukan nilai Break Even Grade

adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Harga Efisien Tambang (HET)

Harga Efisien Tambang (HET) diturunkan dari Harga Logam, Laba Bersih,

dan Over Head. Data yang digunakan untuk mendapatkan nilai HET adalah

sebagai berikut:

Diketahui jika :
25

Kurs = Rp 11.000/USD

Harga Logam (HL) = USD 23.000 /ton

Maka harga logam = Kurs x Harga Logam

= Rp 11.000/USD x USD 23.000 /ton

= Rp 253.000.000 /ton

Setelah didapatkan hasil perkalian kurs dengan harga logam maka

didapatkan harga logam sebesar Rp 253.000.000/ton, tahap selanjutnya adalah

menghitung nilai Over head.

2. Menghitung Over Head (OH) data diperkirakan sebagai berikut :

Kegiatan Persentase (%) Biaya (Rp/ton)

Eksplorasi 4% 10.120.000

Royalti 3% 7.590.000

Peleburan 6% 15.180.000

Pemasaran 1% 2.530.000

Iuran KP/PBB 1% 2.530.000

Over head kantor 10 % 25.300.00

Total 25 % 63.250.000

Profit 10 % 25.300.000

Jumlah 35 % 88.550.000

Harga over head didapat dari 35 % harga logam sehingga didapatkan nilai

over head sebesar Rp 88.500.000/ton. Dari variabel variabel tersebut barulah

kita dapat menentukan Harga Efisien Tambang (HET) dengan rumus sebagai

berikut :
26

Harga Efisien Tambang = Harga Logam Over Head

= Rp 253.000.000/ton Rp 88.550.000/ton

= Rp 164.450.000/ton

Dari perhitungan tersebut didapatkan harga efisien tambang sebesar

Rp 164.450.000/ton, yang merupakan variabel untuk menentukan Break Even

Production (BEP).

3. Menghitung Break Even Production (BEP)

Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai Break Even Production

digunakan perbandingan antara biaya operasi produksi dengan harga efisien

tambang. Berikut perhitungan nilai Break Even Production untuk Tambang Besar

(TB), Tambang Semprot (TS) dan Tambang Non Konvensional (TN) :

a. Menghitung Break Even Production untuk kelas TB

Break Even Production = Biaya Operasi


Harga Efisien Tambang

= Rp 3.800.000.000
Rp 164.450.000 /ton

= 23 ton

b. Menghitung Break Even Production untuk kelas TS

Break Even Production = Biaya Operasi


Harga Efisien Tambang

= Rp 1.800.000.000
Rp 164.450.000/ton

= 10,9 ton

c. Menghitung Break Even Production untuk kelas TN

Break Even Production = Biaya Operasi


Harga Efisien Tambang
27

= Rp 1.000.000.000
Rp 164.450.000 /ton

= 6 ton

Dari perhitungan di atas didapatkan nilai Break Even Production tiap tiap

kelas tambang, untuk TB = 23 ton, TS = 10,9 ton, dan TN = 6 ton. Nilai Break

Even Production ini dimaksudkan sebagai titik pulang pokok dalam melakukan

operasi penambangan. Setelah didapatkan nilai Break Even Production,

selanjutnya adalah menetukan nilai koefisien hasil.

4. Menentukan Koefisien Hasil

Setelah didapatkan BEP, tahap selanjutnya adalah menentukan nilai KH

(Koefisien Hasil) yang dapat dihitung dengan perbandingan antara Produksi

Realisasi (PSB) dengan Produksi dihitung (PDH), untuk PT. Timah nilai koefisien

hasil bernilai 1 (satu). Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan

Koefisien Hasil (KH) sebagai berikut :

Koefisien Hasil = Produksi realisasi


Produksi dihitung

= 1

Nilai Koefisen Hasil tersebut akan dijadikan nilai koreksi untuk menentukan

nilai Break After KH, yang mana nilai koefisien hasil yang digunakan PT. Timah

(Persero) Tbk, bernilai 1 (satu).

5. Menentukan Break After KH

Menentukan nilai Break After KH (BAK) untuk tiap tiap kelas tambang

dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

a. Menentukan nilai Break After KH untuk kelas TB


28

Break After KH = Break Even Production


Koefisien Hasil

= 23 ton
1

= 23 ton

b. Menentukan nilai Break After KH untuk kelas TS

Break After KH = Break Even Production


Koefisien Hasil

= 10,9 ton
1

= 10,9 ton

c. Menentukan nilai Break After KH untuk kelas TN

Break After KH = Break Even Production


Koefisien Hasil

= 6 ton
1

= 6 ton

Nilai Break After KH didapat dari perbandingan nilai BEP dengan Koefisien

Hasil. Berdasarkan perhitungan di atas maka didapatkan nilai Break After KH

untuk TB = 23 ton, TS = 10,9 ton dan TN = 6 ton. Dari nilai BAK inilah dapat

ditentukan pula nilai Break Even Grade dari tiap kelas tambang sesuai dengan

data yang diperoleh.

d. Menentukan Break Even Grade

Dari variabel variabel di atas maka perhitungan Break Even Grade dapat

ditentukan berdasarkan perbandingan antara nilai Break After KH dengan IDH

(volume dihitung) yang merupakan kapasitas gali suatu peralatan tambang yang

telah dikoreksi. Sehingga IDH merupakan volume tanah keseluruhan yang


29

dapat dilihat dari data cadangan kaksa yang didapat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Cadangan Pada Lapisan Kaksa

LDH (m2) DDH (m) IDH (m3) TDH (kg/m3) PDH (ton)

Kaksa 357.557 7,0 2.506.758 0,368 924,38

Data cadangan di atas merupakan nilai IDH rata rata dari 36 blok data

cadangan, sedangkan untuk menetukan nilai Break Even Grade akan digunakan

data volume dihitung atau IDH/blok sehingga untuk dapat menetukan nilai

volume dihitung tiap blok dapat digunakan cara sebagai berikut:

IDH/blok = IDH total


36 blok
= 2.506.758 m3
36 blok
= 69.632,17 m3/blok

Setelah didapatkan nilai IDH/blok = 69.632,17 m3, maka selanjutnya dapat

dilakukan perhitungan nilai BEG pada tiap tiap kelas tambang yang dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

a. Menetukan nilai Break Even Grade pada kelas TB

Break Even Grade = Break After KH


IDH

= 23 ton x 1000
69.632,17 m3

= 0,330 kg/m3

b. Menetukan nilai Break Even Grade pada kelas TS

Break Even Grade = Break After KH


IDH
30

= 10,9 ton x 1000


69.632,17 m3

= 0,156 kg/m3

c. Menetukan nilai Break Even Grade pada kelas TN

Break Even Grade = Break After KH


IDH

= 6 ton x 1000
69.632,17 m3

= 0,09 kg/m3

Dari perhitungan di atas didapatkan kadar rata rata minimum layak

tambang (BEG) pada tiap tiap kelas tambang, untuk TB = 0,330 kg/m3, TS =

0,156 kg/m3, TN = 0,09 kg/m3. Berdasarkan data cadangan lapisan kaksa di

ketahui nilai total rata rata grade TDH = 0,368 kg/m3 sehingga dengan data

cadangan TDH tersebut bisa dilakukan penambangan dengan kelas TB, TS

maupun TN karena nilai grade berada di atas rata rata minimun pada

perhitungan nilai Break Even Grade yang telah didapatkan.

4.2 Penentuan Kelas Tambang

Untuk menentukan kelas tambang dapat digunakan data yang didapat dari

data cadangan kaksa dan data cadangan normal yang didapat dari data geologi

tambang. Adapun dasar utama dalam menentukan kelas tambang khususnya

tambang darat adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan nilai grade rata-rata (TDH)

Langkah awal yang dilakukan dalam pengklasifikasian kelas tambang

adalah dengan mengetahui data cadangan pada lapisan kaksa yang memiliki

grade rata-rata (TDH) = 0,368 kg/m3, kemudian nilai TDH yang didapat
31

disesuaikan dengan nilai TDH acuan pada Tabel 4.3, dengan nilai TDH = 0,368

kg/m3, akan sesuai jika dilakukan penambangan dengan mengunakan TB, TN, TS,

ataupun TSK karena grade yang didapat memenuhui syarat pada semua kelas

tambang.

Tabel 4.3 Grade Minimum Pada Kelas Tambang


(Anonim, 2014)

Kelas Tambang Satuan 2014

Tambang Besar (TB) kg/m3 0,279

Tambang Semprot (TS) kg/m3 0,291

Tambang Non Konvensional (TN) kg/m3 0,289

Tambang Skala Kecil (TSK) kg/m3 0,294

2. Berdasarkan kedalam rata-rata lubang bor (DDH)

Pengklasifikasian skala tambang selanjutnya adalah berdasarkan

kedalaman rata-rata (DDH), pada data cadangan lapisan normal (kaksa dan

overburden) pada data Tabel 4.4, diketahui nilai DDH = 11,15 m. Berdasarkan

data tabel kedalaman kelas tambang, kedalaman 11,15 m dapat diklasifikasikan

sebagai Tambang Besar atau Tambang Semprot.

Tabel 4.4 Data Cadangan Pada Lapisan Normal

LDH (m2) DDH (m) IDH (m3) TDH (kg/m3) PDH (ton)

Normal 356,557 11,15 3.978.457 0,236 942

Berikut ini merupakan data kedalaman ideal dilihat pada Tabel 4.5 yang

digunakan oleh bagian Perencanaan Operasi Produksi, untuk mengklasifikasikan


32

kelas tambang dan menjadi acuan agar tambang tersebut, sesuai dengan kajian

ekonomisnya.

Tabel 4. 5 Kedalaman Pada Kelas Tambang (Anonim, 2014)

Kelas Tambang Kedalaman

Tambang Besar (TB) 12 15 m

Tambang Semprot (TS) 8 12 m

Tambang Non-Konvensional (TN) 6 10 m

Tambang Skala Kecil (TSK) <6m

3. Berdasarkan Waktu/Lamanya Pengerjaan

Setelah penentuan berdasarkan grade rata rata (TDH), dan kedalaman

dihitung (DDH) didapatkan klasifikasi kelas tambang yang sesuai yaitu kelas

Tambang Besar (TB) dan Tambang Semprot (TS). Penentuan selanjutnya dapat

ditentukan berdasarkan waktu/lamanya pengerjaan, yang dapat disesuaikan

berdasarkan data acuan pada Tabel 4.6, berikut penentuan kelas tambang

berdasarkan waktu/lamanya pengerjaan :

Tabel 4.6 Periode Waktu Pengerjaan Pada Kelas Tambang


(Anonim, 2014)

Kapasitas Gali Jam Jalan


Skala Tambang Periode Kerja
(m3/jam) (jam/bulan)

TB/TBS 100 300 3 Tahun


TS/TSS 60 300 2 Tahun
TN/TNS 30 300 1 Tahun
TSK/TSKS 10 250 6 Bulan
33

a. Menetukan lamanya/waktu pengerjaan untuk TB

Untuk menentukan waktu penggerjaan, perlu diketahui beberapa data

sebagai berikut :

Diketahui

Nilai IDH pada lapisan kaksa = 2.506.758 m3

Jam jalan = 300 jam/bulan

Periode minimal waktu pengerjaan untuk TB = 3 tahun/36 bulan

Kapasitas gali minimum untuk TB = 100 m3/jam

Maka langkah pertama adalah menghitung kapasitas gali perbulan, adapun

perhitungannya sebagai berikut :

Kapasitas gali/bulan = jam jalan x kapasitas gali minimum untuk TB

= 300 jam/bulan x 100 m3/jam

= 30.000 m3/bulan

Setelah didapatkan kapasitas gali/bulan langkah selanjutnya adalah

menentukan lama waktu pengerjaan, adapun perhitungannya sebagai berikut :

Waktu pengerjaan = IDH


Kapasitas gali/ bulan

= 2.506.758 m3
30.000 m3/bulan

= 83 bulan atau 7 tahun.

Dari perhitungan tersebut didapatkan lamanya/waktu pengerjaan untuk

Tambang Besar (TB) 83 bulan atau kurang lebih 7 tahun, berdasarkan data pada

tabel periode waktu pengerjaan untuk TB minimal dikerjakan selama 3 (tiga)

tahun, maka data cadangan tersebut akan sesuai (ekonomis) bila dilakukan

dengan penambangan kelas TB


34

b. Menetukan lamanya/waktu pengerjaan untuk TS

Beberapa data yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :

Diketahui

Nilai IDH pada lapisan kaksa = 2.506.758 m3

Jam jalan = 300 jam/bulan

Periode minimal waktu pengerjaan untuk TS = 2 tahun/36 bulan

Kapasitas gali minimum untuk TS = 60 m3/jam

Maka langkah pertama adalah menghitung kapasitas gali perbulan, adapun

perhitungannya sebagai berikut :

Kapasitas gali/bulan = jam jalan x kapasitas gali minimum untuk TS

= 300 jam/bulan x 60 m3/jam

= 18.000 m3/bulan

Setelah didapatkan kapasitas gali/bulan langkah selanjutnya adalah

menentukan lama waktu pengerjaan, adapun perhitungannya sebagai berikut :

Waktu pengerjaan = IDH


Kapasitas gali/ bulan

= 2.506.758 m3
18.000 m3/bulan

= 139 bulan atau 11 tahun.

Dari perhitungan lamanya/waktu pengerjaan untuk Tambang Semprot (TS)

didapatkan rentang waktu pengerjaan 139 bulan atau kurang lebih 11 tahun,

sedangkan pada tabel periode waktu pengerjaan, untuk TS minimal dikerjakan

selama 2 tahun. Sehingga jika data cadangan tersebut dilakukan penambangan

dengan kelas Tambang Semprot (TS) tidak ekonomis karena waktu pengerjaan

yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan menggunakan Tambang Besar.

Anda mungkin juga menyukai