Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI PERTAMBANGAN
Minggu ke-9
Topik: “Perhitungan Volume Seam dan Stripping Ratio Batu Bara”

Oleh :
Dwi Larasati Melliningrum
NIM: 18/425033/TK/46728

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
A. MATA ACARA PRAKTIKUM

Melakukan perhitungan volume seam dan stripping ratio batubara.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Dapat menghitung volume seam dan stripping ratio batubara

C. LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN

Hari, tanggal : Kamis, 28 Oktober 2021

Waktu : 13.00 – 15.30 WIB

Lokasi : tempat tinggal masing-masing

D. ALAT DAN BAHAN

1. Laptop

2. Software Surpac

3. Data topografi

4. Data bor

E. LANDASAN TEORI

Dalam dunia pertambangan, sebelum dilakukan eksploitasi, terlebih dahulu dilakukan


eksplorasi. Eksplorasi merupakan kegiatan penyelidikan suatu daerah yang diperkirakan atau
yang diketahui mengandung endapan batubara sekaligus membuktikan kuantitas dan kualitas
dari endapan batubara tersebut. Tahap eksplorasi berikutnya sampai pada menentukan ukuran,
bentuk, letak sebaran kuantitas dan kualitas untuk kemudian dapat dilakukan kajian
kemungkinan dilakukannya penambangan. Pada umumnya penetapan batas penambangan
didasarkan pada kriteria stripping ratio. (Sirnipson dkk., 2020)

1. Perhitungan volume blok batubara


• Penggunaan block model dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengestimasi
dan menginterpretasi suatu cadangan.
• Dalam block model data mengenai ketebalan, kedalaman, volume batubara,volume
tanah penutup bisa diinterpretasikan dalam atribut-atribut suatu block model. Cara
estimasinya dengan menjumlahkan blok-bloknya.
2. Stripping Ratio
• Salah satu pertimbangan perancangan tambang berdasarkan hasil eksplorasi adalah
faktor ekonomi. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keuntungan produksi adalah dengan mempertimbangkan nilai stripping ratio (SR).
• Stripping ratio (SR) merupakan nilai perbandingan antara tonase batubara yang
didapatkan (dalam satuan Metric Ton/MT) dengan volume overburden yang harus
diambil (dalam satuan BCM). Nilai SR menentukan layak tidaknya/nilai
keekonomiannya lokasi tersebut dilakukan penambangan.
• Secara umum SR didefinisikan sebagai jumlah volume overburden yang diambil untuk
mendapatkan 1 MT batubara. Nilai SR berupa suatu perbandingan dari 1 : 1 s/d 1 : tak
terhingga. Secara umum, SR yang ekonomis saat ini adalah 1:12, berarti didapatkan 1 MT
batubara dengan menggali sebesar 12 BCM OB/IB dan berlaku kelipatannya. Jika nilai SR >
1:12 maka daerah tersebut tidak menguntungkan untuk ditambang.

F. LANGKAH KERJA

Persoalan:

Menghitung volume seam E, seam F, OB, dan IB dengan metode blok.

Volume seam, OB, dan IB dapat dihitung dengan menggunakan metode blok. Pada praktikum
ini, volume yang dihitung hanya sebatas area dalam blok dengan satu titik bor. Namun, dalam
praktik di lapangan harus mempertimbangkan semua titik bor yang terdapat dalam area yang
akan dihitung.

Pada praktikum ini akan dilakukan penghitungan volume seam E, seam F, OB dan IB serta
tonase seam E dan F melalui titik bor DH-21 dengan data diketahui sebagai berikut:

a. Ukuran blok 100 x100 (m)

b. Densitas 1,32 ton/m3

Langkah Kerja
1. Membuka software surpac dan mengatur work directory pada folder yang digunakan.

2. Menginputkan data topografi dan titik bor.


3. Titik bor masih mengambang dari topografi sehingga perlu ditempelkan pada topografi
supaya ketinggiannya sama.
4. Membuat DTM dari data topografi tersebut.

5. Menempelkan titik bor pada DTM topografi supaya elevasinya sama dengan topografi
dengan cara:
Surfaces → Drape string over DTM → pilih string yang akan ditempel

Hasil:
Titik-titik bor sudah menempel pada DTM topografi
6. Menampilkan ID titik bor DH-21 dengan cara:
Display point → pilih d1→ Apply

7. Membuat blok (100x100) m untuk DH-21 dengan cara:


Edit → Point → Insert → klik titik DH-21

Karena titik bor DH-21 sebagai acuan (titik tengah) pembuatan blok, maka
perlu mengubah menambah 50 m dan mengurangi 50 m untuk setiap nilai x dan y agar
didapatkan titik-titik batas blok. Titik-titik batas blok dihubungkan secara clockwise
seperti gambar berikut:
Segment yang digunakan untuk perhitungan volume harus dipastikan sudah
clockwise dengan cara:
Edit → Segment → Reverse → klik string (jika masih ada yang anti-clockwise maka
klik lagi pada string hingga menjadi clockwise)

8. Mengubah warna string menjadi putih, menghapus string warna biru, dan simpan.

9. Membuat blok yang sama dengan elevasi yang berbeda supaya membentuk layer-layer
untuk menentukan OB, seam E, IB, dan seam F. (Pastikan layer yang aktif adalah layer
topo).
Edit → Segment → Copy → klik segment yang akan di-copy → tentukan nomor string
10. Mengatur elevasi dengan cara:
Edit → Segment → Math

Gambar 10a. Elevasi untuk roof E

Gambar 10b. Segmen berwarna hijau merupakan roof E


Gambar 10c. Elevasi untuk floor E
Mengulangi langkah ke-10 hingga mencapai floor F

Gambar 10d. Layer OB, seam E, IB, seam F


11. Menyimpan masing-masing layer yang sudah dibuat pada langkah ke- 10.
12. Membuat DTM untuk masing-masing blok.

13. Menghitung volume dengan metode cut and fill:


Surface → Volumes → Cut and Fill
G. Hasil Dan Pembahasan
Dalam praktikum ini, perhitungan volume dapat dihitung menggunakan hitungan
manual ataupun menggunakan software Surpac dengan metode cut and fill. Hitungan
volume yang pertama dilakukan dengan metode cut and fill menggunakan software Surpac.

Titik bor DH-21

a. Volume Overburden (OB)

Volume OB = 324160 m3.


b. Volume seam E

Volume seam E = 30210 m3.


c. Volume Interburden (IB)
Volume IB = 128600 m3.
d. Volume seam F

Volume seam F = 72100 m3.

Hitungan volume yang kedua secara manual menggunakan kalkulator dan rumus.

Titik bor DH-21

a. Overburden

• Tinggi = htopo - hroofE

= 120.916 – 88.5

= 32.416 m

• Volume = p x l x h

= 100 x 100 x 32.416

= 324160 m3
• Tonnage = 𝜈 × 𝜌
= 324160 x 1.32
= 427891.2 mT
b. Seam E
• Tinggi = hroofE - hfloorE
= 88.5 – 85.479
=3.021 m
• Volume = p x l x h
= 100 x 100 x 3.021
= 30210 m3
• Tonnage = 𝜈 × 𝜌
= 30210 x 1.32
= 39877.2 mT
c. Intern burden
• Tinggi = hfloorE – hroofF
= 85.479 – 72.619
= 12.86 m
• Volume = p x l x h
= 100 x 100 x 12.86
= 128600 m3
• Tonnage = 𝜈 × 𝜌
= 128600 x 1.32
= 169752 mT
d. Seam F
• Tinggi = hroofF - hfloorF
= 72.619 – 65.409
= 7.21 m
• Volume = p x l x h
= 100 x 100 x 7.21
= 72100 m3
• Tonnage = 𝜈 × 𝜌
= 72100 x 1.32
= 95172 mT
e. Stripping Ratio (SR)
Tonnage = 𝜌 x BCM
BCM = tonnage / 𝜌
SR = 1 / ( volume (OB+IB) / tonnage (seam E + seam F))
Dalam praktikum ini, dilakukan perhitungan volume untuk empat titik yaitu DH-
10, DH-17, DH-21, DH-25.
Tabel 1.1. Data titik bor yang dihitung

Tabel 1.2. Volume seam dan stripping ratio batu bara dari empat titik bor

H. KESIMPULAN

Kegiatan eksplorasi dalam pertambangan meliputi menghitung volume seam dan


overburden (OB+IB) dengan metode membuat blok sebagai batas untuk menghitung nilai
stripping ratio yang berguna untuk menentukan nilai ekonomis suatu daerah untuk
kemungkinan dilakukan penambangan.
Volume dihitung menggunakan rumus (p x l x t) dimana nilai p = l = 100 m dan nilai
t merupakan ketebalan suatu seam. Tinggi overburden diperoleh dari tinggi topografi
(Ztopo) yang didapat melalui pengolahan software Surpac dikurangi dengan kedalaman roof
E. Tinggi seam E diperoleh dengan mengurangkan roof E dengan floor E begitu juga untuk
seam F. Tinggi interburden diperoleh dengan mengurangkan kedalaman floor E dengan
roof F.
Dari hasil perhitungan stripping ratio dari empat titik bor, diperoleh hasil bahwa
daerah yang paling ekonomis untuk ditambang adalah titik DH-10 karena memiliki nilai
SR sebesar 1:2,09 yang bermakna bahwa untuk setiap 1 mT batu bara membutuhkan
penggalian overburden sebanyak 2,09 BCM atau dengan kata lain jumlah cadangan batu
bara di pit DH-10 sebanyak 161449,2 mT dan overburden yang dihasilkan sebanyak
337250 BCM.

I. DAFTAR PUSTAKA

Materi minggu ke-9 Survei Pertambangan. 2021. Teknik Geodesi. UGM

Sirnipson, L. R., Triantoro, A., & Melati, S. (2020). Analisis Korelasi Stripping Ratio Dan
Overburden Ratio Berdasarkan Kemiringan Lereng Tunggal Pada Perancangan
Tambang Batubara. Jurnal Himasapta, 5(2), 53.
https://doi.org/10.20527/jhs.v5i2.2340.

Toban, H., Wawong Dwi Ratminah, Bambang Wisaksono, dan Dyah Probowati. 2015.
Perencanaan Produksi Pengupasan Overburden Pada Tambang Batubara Periode
2014-2015 Di Pit Inul East Pt Kaltim Prima Coal Provinsi Kalimantan Timur.
Jurnal Teknologi Pertambangan. Vol 1 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai