Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industry saat ini sangat mendukung adanya jenis logam yang

bermutu kuat berdaya tahan tinggi dan bisa di aplikasikan untuk seluruh kebutuhan

hidup manusia, baik industry barat, komunikasi, transportasi, hingga pada kehidupan

sehari-hari. Baja nir-karat bisa memenuhi tuntutan itu dan nikel merupakan salah satu

faktor terpenting dalam pembentukan baja nir-karat.

Nikel merupakan salah satu barang tambang yang penting, manfaatnya begitu

besar bagi kehidupan sehari – hari, seperti pembuatan logam anti karat, campuran

pada pembuatan stainless steel, baterai nickel – metal hybride, dan berbagai jenis

barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel sangat berharga dan

memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan

nikel rata – rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan deperkirakan sepuluh tahun

mendatang terus mengalami peningkatan.

Usaha pertambangan tidaklah sama dengan mengelola usaha sumberdaya yang lain

mengingat pengolaan usaha pertambangan adalah bersifat padat modal, beresiko

tinggi dan waktu kerjanya lama, sehingga dibutuhkan perencanaan yang baik dan

konsep-konsep yang sesuai dengan keuntungan sehingga pengendalian biaya dalam

setiap tahapan kegiantannya, dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya

dengan tetap memperhatikan faktor sosial dan lingkungan.

I-1
Kajian eksplorasi bijih nikel yang dilakukan oleh PT. Bososi Pratama selama

beberapa tahun menunjukan bahwa daerah Konawe Utara Provinsi Sulawesi Utara,

maka dari itu perlu dilakukan perencanaan teknis dalam penambangan nikel pada

blok 3.

1.2. MasalahPenelitian

Perancangan tambang dilakukan dengan membuat model cadangan dan desain

tambang yang akurat. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana membuat desain pit yang tepat sesuai kondisi geologi daerah penelitian

dengan menggunakan aplikasi Surpac 6.3.2

b. Bagaimana membuat desain tambang yang baik dan benar sehingga penambangan

lebih terarah dan aman.

1.3. Batasan Masalah

Pada penelitian ini kami membatasi masalah hanya hanya pada kegiatan

rancangan teknis penambangan, serta pada penjelasan identifikasi masalah kami

terfokus pada beberapa masalah. Adapun permasalahannya sebagai berikut :

1. Desain pit penambangan bijih nikel untuk dapat mencapai target produksi.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam suatu rancangan teknis

penambangan sehingga target produksi tidak tercapai.

I-2
1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitianya itu untuk mengetahui:

a. Bagaimana membuat desain pit yang tepat sesuai kondisi geologi daerah penelitian

dengan menggunakan aplikasi Surpac 6.3.2

b. Bagaimana membuat desain tambang yang baik dan benar sehingga penambangan

lebih terarah dan aman.

1.5. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini akan di ketahui rancangan penambangan yang baik dan benar

serta berwawasan lingkungan, sehingga dapat memelihara aspek konservasi

terhadap cadangan bijih nikel sekaligus dapat memberikan keuntungan yang

optimal terhadap perusahaan. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk

memajukan pengetahuan pada bidang komputasi tambang.

I-3
I-4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN UMUM

2.1.1 Keadaan Geologi


A. Geologi Regional
Geologi Regional Kabupaten Konawe Utara berdasarkan himpunan
batuandan pencirinya, geologi Lembar Lasusua - Kendari dapat dibedakan
dalam dua Lajur, yaitu Lajur Tinodo dan Lajur Hialu. Lajur Tinodo dicirikan
oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur Hialu oleh endapan kerak
samudra/ofiolit (Rusmana, dkk.,1985). Secara garis besar kedua mandala ini
dibatasi oleh Sesar Lasolo.

B. Stratigrafi Regional
Peta geologi Kab. Konawe Utara pada bagian utara Peta Geologi
Lembar LasusuaKendari, Sulawesi (Rusmana dkk., 1993). Kompleks Ofiolit
di Lengan Tenggara Sulawesi merupakan bagian dari lajur ofiolit Sulawesi
Timur. Batuan pembentuk lajur ini di dominasi oleh batuan ultramafik dan
mafik serta sedimen pelagik. Batuan ultramafik terdiri atas harzburgit, dunit,
werlit, lerzolit, websterit, serpentinit dan piroksinit. Sementara batuan mafik
terdiri atas gabro, basalt, dolerite, mikrogabro dan amfobolit. Sedimen
pelagiknya tersusun oleh batugamping laut dalam dan rijang radiolaria.
Radiolaria yang dijumpai di Lengan Timur menunjukkan umur Senomanian.
Penarikkan umur mutlak K/Ar dari Sembilan Sembilan

II-1
C. Struktur Geologi Regional
Pulau Sulawesi pada umunya lineasi terdapat pada batuan offiolit, dan
batuan yang berumur lebih tua dari Miosen (satuan malihan). Batuan yang
tergabung dalam Molasa Sulawesi, dan batuan sedimen Kuarter jarang
menampakan lineasi. Arah utama lineasi yaitu barat laut dan timur laut yang
relatif sejajar dengan arah sesar utama yang berkembang dilengan tenggara
(Sistem sesar lawanopo, sesar konaweha,sesar lasolo dan sesar kolaka). Oleh
sebab itu, sangat mungkin arah utama barat laut ini berhubungan dengan sesar
utama tersebut.

D. Morfologi
Satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra IFSAR di bagian
tengah dan ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi, yakni satuan
pegunungan, perbukitan tinggi, perbukitan rendah, dataran rendah dan karst .
Satuan morfologi pebukitan tinggi menempati bagian selatan Lengan
Tenggara, terutama di selatan Kendari. Satuan ini terdiri atas bukit – bukit
yang mencapai ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan
penyusun morfologi ini berupa batuan sedimen klastika Mesozoikum dan
Tersier. Satuan morfologi pebukitan rendah melampar luas di utara Kendari
dan ujung selatan Lengan Tenggara. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan
rendah dengan morfologi yang bergelombang.Batuan penyusun satuan ini
terutama batuan sedimen klastika Mesozoikum dan Tersier.

2.1.2. Bahan Galian Bijih Nikel


Potensi Bijih Nikel di Kabupaten Konawe Utara sebesar 501,8 juta ton,

dengan nilai sumber daya sebesar 348,5 juta ton dan cadangan sebesar 153,3 juta

ton, kadar Ni dari 0,98 – 2,95%, tersebar di Kecamatan Lasolo, Kecamatan

Langikima, Kecamatan Molawe dan Kecamatan Wiwirano.

II-2
2.2. LANDASAN TEORI

2.2.1. Pengertian Perencanaan

Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran

kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk

mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya

perencanaan dibagi atas 2 bagian utama, yaitu:

a. Perencanaan strategis yang mengacu kepada sasaran secara menyeluruh,

strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan biaya.

b. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan

sumber daya untuk mencapai sasaran.

Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

suatu perencanaan akan berjalan dengan menggunakan dua pertimbangan

yaitu pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Untuk merealisasikan

perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program- program kegiatan yang

sistematis berupa rancangan kegiatan yang dalam perencanaan penambangan

disebut rancangan teknis penambangan.

Dalam merencanakan desain hal penting yang harus dilakukan adalah

pemilihan metode penambangan yang sesuai dengan kondisi teknis dan

ekonomis sumberdaya nikel laterite yang ada, sehinga jumlah cadangan yang

II-3
dapat ditambang akan dihitung dengan mempertimbangkan hasil desain

tambang.

Secara teknis pemilihan metode penambangan didasarkaan pada

pertimbangan hal-hal sebagai berikut :

1. Kedalaman lapisan

2. Ketebalan lapisan dan penyebarannya

3. Kondisi lapisan tanah penutup

4. Serta struktur geologi

Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan karena merupakan landasan

dasar atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang khususnya tambang

bijih nikel.

2.2.2. Cadangan Bijih

Salah satu tahapan dalam mendesain pit penambangan adalah mengetahui

volume endapan bijih dan menghitung cadangannya. Untuk setiap blok atau

lubang bor harus dihitung kualitas dan kuantitasnya dengan baik. Dengan

menggunakan data hasil blok model dan perhitungan cadangan maka desain

pit penambangan dapat dibuat. Penentuan jumlah cadangan atau jumlah

sumberdaya mineral yang memiliki nilai ekonomis atau akan ditambang

adalah suatu hal yang pertama harus dikaji, dihitung secara benar sesuai

standar perhitungan cadangan yang lazim/berlaku, karena akan berpengaruh

terhadap

II-4
optimalisasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan di

peroleh. Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang diperlukan antara lain:

a. Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.

b. Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi

seluruh data eksplorasi seperti pemboran dan analisis conto.

c. Kelayakan penentuan batas cadangan, seperti Cut Of Greade (COG),

Stripping Ratio (SR), kedalaman maksimum Penambangan, ketebalan

minimum dan sebagainya.

Penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan memiliki

tanggung jawab yang berat dalam mengevaluasi suatu proyek penambangan.

Hasil dari penaksiran cadangan ini berupa suatu taksiran. Seperti model yang

kita buat adalah pendekatan dari realitas berdasarkan data/informasi yang kita

miliki, dan tentunya masih memiliki ketidakpastian. Data utama yang

diperlukan untuk menentukan taksiran cadangan bijih dapat berupa data

geologi, data kadar, data lokasi, peta topografi. Untuk menghitung tonase ore

(ton) diperoleh dari hasil kali volume ore (m 3 ) dengan density batuan

(ton/m3).

II-5
Tonase Ore = Volume x Density ................................................. (2.1)

Untuk menghitung tonase mineral yang terdapat di dalam ore diperoleh

dari hasil kali Tonase ore (ton) dengan Kadar rata – rata.

Tonase mineral = Tonase Ore x K rata-rata .................................. (2.2)

2.2.3. Pertimbangan Dasar Perencanaan Tambang

Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih terdapat dua

pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Pertimbangan Ekonomis

Pertimbangan ekonomis ini menyangkut ongkos. Data untuk

pertimbangan ekonomis dalam melakukan perencanaan tambang,yaitu:

1. Nilai (value) dari endapan per ton nikel

2. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan

produk berupa bijih tembaga diluar ongkos stripping.

3. Ongkos ”stripping of overburden” dengan terlebih dahulu mengetahui

“stripping ratio”nya.]

4. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic Stripping

Ratio”.

5. Kondisi pasar

II-6
b. Pertimbangan Teknis

Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah:

1. Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)”

2. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi

3. Dimensi jenjang/bench

4. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah

hujan daerah penambangan.

5. Kondisi geometrik jalan

6. Pemilihan peralatan mekanis

7. Kondisi geografi dan geologi

2.2.4. Dasar Pemilihan Sistem Penambangan

Dengan perkembangan teknologi, sistem penambangan dibagi dalam tiga

sistem penambangan yaitu:

a. Tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang seluruh kegiatan

penambangannya berhubungan langsung dengan udara luar.

b. Tambang dalam yaitu sistem penambangan yang aktivitas

penambangannya dibawah permukaan atau di dalam tanah.

c. Tambang bawah air (Under water Mining)

Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:

II-7
1. Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau

jauh dari permukaan.

2. Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan

yang maksimal dengan ”Mining Recovery” yang maksimal dan relatif

aman.

3. Pertimbangan teknis

4. Pertimbangan Teknologi.

Ketiga sistem penambangan yang telah disebutkan sebelumnya,

mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing serta sesuai dengan

karakteristik dari endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian ini

akan dibahas sistem penambangan secara tambang terbuka.

Pertimbangan – pertimbangan yang harus di perhatikan dalam

penentuan metode tambang terbuka:

1. Kedalaman bahan galian; panjang, lebar, dan tebal dari bahan galian

menjadi dasar utama dalam memilih suatu metode tambang terbuka.

2. Kemiringan bahan galian; kemiringan bahan galian yang besar sangat

berpengaruh terhadap pemilian metode.

3. Keadaan topografi.

4. Kadar/kualitas bahan galian .

5. Harga bahan galian terhadap pasar.

6. Striping ratio (SR).

II-8
7. Cut of greade (COG).

Pada pemilihan sistem penambangan secara tambang terbuka ada

beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan system penambangan,

yaitu:

a. Jumlah Tanah Penutup

Tanah penutup atau overburden yaitu tanah yang berada di atas lapisan bijih.

Sebelum pengambilan bijih, terlebih dahulu tanah penutupnya harus dikupas.

Jumlah dari tanah penutup harus diketahui dengan jelas untuk menentukan nilai

“Stripping Ratio”.

b. Jumlah Cadangan Bijih

Dari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan

bijih yang dapat ditambang (mineable). Dari jumlah bijih tembaga hasil

perhitungan cadangan tersebut terdapat standar pengurangan yang digunakan oleh

perusahaan sehinggga diperoleh mining recovery. Standar pengurangan tersebut

dapat berupa:

1. Geologi faktor

2. Mining loss

3. Dilution

II-9
c. Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratio

Nisbah pengupasan didefinisikan sebagai nisbah dari jumlah material penutup

( waste ) terhadap jumlah material bijih (ore). Pada tambang bijih, nisbah ini

biasanya dinyatakan dalam ton waste/ton ore. Di tambang batubara sering dipakai

m 3 waste/ton batubara.

𝑇𝑜𝑛 𝑤𝑎𝑠𝑡𝑒 𝑇𝑜𝑛 𝑤𝑎𝑠𝑡𝑒


SR= atau SR= − 1............................................(2.3)
𝑇𝑜𝑛 𝑜𝑟𝑒 𝑇𝑜𝑛 𝑜𝑟𝑒

2.2.5. Perencanaan Pit Penambangan (Pit Limit Design)

a. Sudut Lereng

1. Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal,

dan lebar dari jenjang penangkap (catch bench). Rancangan geoteknik

jenjang biasanya dinyatakan dalam bentuk parameter-parameter untuk

ketiga aspek ini.

2. Tinggi jenjang : Biasanya alat muat yang digunakan harus mampu pula

mencapai pucuk atau bagian atas jenjang. Jika tingkat produksi atau faktor

lain mengharuskan ketinggian jenjang tertentu, alat muat yang akan

digunakan harus disesuaikan pula ukurannya. Pada lokasi penelitian tinggi

jenjang yang digunakan yaitu 4 meter.

3. Sudut lereng jenjang : penggalian oleh alat gali mekanis seperti loader

atau shovel di permukaan jenjang pada umumnya akan menghasilkan

II-10
sudut lereng antara 60-65 derajat. Sudut lereng yang lebih curam biasanya

memerlukan peledakan pre-splitting.

4. Lebar jenjang penangkap : ditentukan oleh pertimbangan keamanan

Tujuannya adalah menangkap batu-batuan yang jatuh. Perlu bulldozer

kecil atau grader untuk membersihkan catch bench ini secara berkala.

5. Di beberapa tambang terkadang digunakan konfigurasi multi- jenjang

(double/triple bench), pada umumnya untuk jenjang yang tingginya 5-8

meter. Dalam hal ini jenjang perangkap dibuat setiap dua atau tiga jenjang.

Tujuannya adalah untuk menerjalkan sudut lereng keseluruhan. Jenjang

penangkap ini biasanya dibuat lebih lebar dibandingkan untuk jenjang

tunggal.

6. Dalam operasi di pit, pengontrolan sudut lereng biasa dilakukan dengan

menandai lokasi pucuk jenjang (cresf) yang diinginkan menggunakan

bendera kecil. Operator shovel diperintahkan untuk menggali sampai

mangkuknya mencapai lokasi bendera tersebut. Lokasi lubang-lubang

tembak dapat pula menjadi pedoman.

2.2.6. Ukuran Jenjang (Bench Dimension)

Geometri jenjang mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan

kenampakan visual lereng, yaitu : orientasi lereng, kemiringan lereng, tinggi

lereng dan lebar bench. Orientasi lereng menentukan tipe longsoran yang

mungkin terjadi. Secara umum jika suatu lereng mempunyai kemiringan yang

tetap, maka penambahan tinggi lereng akan mengakibatkan penurunan

II-11
kemantapan lereng yang bersangkutan karena berat lereng yang harus ditahan

oleh kekuatan geser tanah semakin besar. Sehubungan dengan hal tersebut,

penambahan tinggi lereng memerlukan kemiringan lereng yang lebih kecil untuk

menjaga agar lereng tetap mantap. Lebar jenjang (bench) akan menentukan

besarnya sudut (kemiringan) lereng pada saat analisis kemantapan untuk lereng

keseluruhan. Semakin besar lebar jenjang, semakin kecil sudut lereng

keseluruhan. Adapun untuk menghitung tinggi kritis jenjang dengan

pertimbangan keamanan, maka salah satu ahli mekanika yaitu Taylor

merumuskan sebagai berikut:

2𝑐 1
Hc = tan(45° + 2 ∅°)...........………....…………..…….. (2.4)
𝛾

dimana :

Hc = Ketinggian kritis

c = kohesive Shearing Strength (ton/m 2 )

∅ = Sudut geser dalam

γ = Berat Jenis Material (ton/m 3 )

Sedangkan untuk perhitungan lebar jenjang, menurut L. Sheyyakov

(mining of mineral deposits), lebar jenjang tergantung pada metoda

penggalian dan kekerasan material yang ditambang. Persamaannya untuk

material keras adalah:

II-12
B = N + L + L1 + l2 ……………………………………… (2.5)

keterangan :

B = lebar jenjang, m

N = lebar yang dibutuhkan untuk broken material, m

L = jarak antara sisi jenjang dengan rel, 3 – 4 meter

L1 = lebar lori biasanya 1,75-3,00 meter / lebar alat angkut

L2 = jarak untuk menjaga agar tidak longsor, biasanya selebar dump truck.

Disini tidak disediakan lebar untuk alat muat / gali karena dianggap

alat muat bekerja disamping broken material. Menurut Young ( Elements

of Mining ), geometri jenjang untuk pit penambangan, yaitu:

a. Tinggi Jenjang.

1. Untuk tambang bijih besi antara 20 – 40 ft.

2. Untuk tambang bijih tembaga 30 – 70 ft

3. Untuk limestone dapat sampai 200 ft.

b. Lebar jenjang: antara 50 – 250 ft

c. Kemiringan jenjang: antara 45 0 – 65 0

Menurut Hustrulid ( Open Pit Mine Planning and Design ), pada

tambang terbuka, masing – masing jenjang memiliki permukaan bagian

II-13
atas dan bagian bawah yan dipisahkan oleh jarak H yang disebut dengan

tinggi jenjang. Kemudian permukaan sub-vertikal yang tersingkap dan

disebut dengan muka jenjang. Semuanya itu diGambarkan dengan kaki

lereng (toe), puncak (crest) dan sudut muka jenjang (face angle). Sudut

muka jenjang ini dapat bervariasi tergantung dari karakteristik batuan,

orientasi jenjang dan peledakan. Pada batuan keras sudut ini bervariasi

antara 550 – 800. Bagian-bagian Jenjang tersebut dapat digambarkan pada :

Gambar 2.1

Bagian-bagian Jenjang Menurut Hustulid

II-14
Permukaan jenjang yang tersingkap paling bawah disebut jenjang

dasar (Bench Floor). Lebar jenjang ini adalah jarak antara crest dan toe

yang diukur sepanjang permukaan jenjang bagian atas. Lebar bank adalah

proyeksi horizontal dari muka jenjan. Terdapat beberapa tipe jenjang.

Gambar 2.2

Penampang Jenjang Kerja

II-15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode penelitian

3.1.1 Waktu dan lokasi penelitian

A. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2019

B. Lokasi penelitian

Adapun lokasi penelitian yang akan dilaksanakan pada PT.BOSOSI

PRATAMA Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara

3.1.2 Jenis penelitian dan sumber data

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian yang data-

datanya berhubungan dengan angka-angka baik yang diperoleh dari

pengukuran maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dengan

jalan mengubah kualitatif ke dalam data kuantitatif (Sugiyono,

2006). Selain itu penelitian ini juga dimaksudkan untuk memberikan

deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

fenomena yang diselidiki, maka penelitian ini memakai metode

deskriptif

III-1
B. Sumber data

Data Primer, adalah data yang langsung di peroleh dari objek

pengamatan yaitu pada PT. Bososi Pratama berupa data :

a. Data Geologi

b. Cadangan Bijih

c. Kualitas Endapan Bijih Nikel

yang digunakan di perusahaan dan data- data lainnya yang dianggap perlu.

Data Sekunder, adalah data yang pengumpulannya di lakukan oleh

orang lain dan digunakan sebagai data tambahan, data ini meliputi data :

a. morfologi,

b. data stratigrafi,

c. data curah hujan

d. peta geologi

3.1.3. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik pengambilan data yang di lakukan adalah dengan metode observasi

dan wawancara yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan

secara systematis dengan prosedur yang terstandar melalui pengamatan

b. Observasi lapangan dimaksudkan untuk mengumpulkan data di lapangan,

Data- data yang di butuhkan selama proses penelitian .

III-2
3.1.4. Pengolahan data

Data yang diperoleh dilapangan masih merupakan data mentah yang

memerlukan pengolahan lebih lanjut. Untuk memperoleh nilai data yang

representatif dari jumlah data yang ada maka digunakan metode statistik dan

selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan-

persamaan yang sesuai dengan yang diharapkan.

3.1.5 Analisis Data

Analisa data dilaksanakan dengan cara:

1. Melakukan analisis terhadap Data Survey, Litelogi, dan Data

Topografi Menggunakan aplikasi Surpac 6.3.2

3.1.6. kesimpulan dan saran

A. Kesimpulan

Merupakan suatu rumusan hasil akhir atau rangkuman dari suatu

pemaparan atau pernyatan dari hasil tujuan yang di teliti

B. Saran

Pemberian pendapat atau masukan-masukan terhadap kekurangan-

kekurang yang timbul terhadap suatu permasalahan agar dapat di perbaiki

kedepannya

III-3
3.2 Bagan Alir Penelitian

Konsepsi tersebut menunjukkan, bahwa hendaknya memperhatikan

penerapan teknik pemboran dan geometri peledakan untuk mencapai target

produksi overburden seperti pada Gambar 3.1

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Primer Data Skunder

Data Morfologi
Data Survey

Data Statigrafi
Data Litelogi

Data Curah
Data Hasil Hujan
Topografi Pembahasan

Selesai

Gambar : 3.1Bagan Alir Penelitian

3.3. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan terhitung

mulai bulan Juni 2019 sampai dengan Agustus 2019.

III-4
Tabel I

Waktu Penelitian

Juni Juli Agustus

Kegiatan
III IV I II III IV I II

Orientasi

Lapangan

Pengambilan

Data

Pengolahan

Data

Penyusunan

Laporan

Konsultasi

Laporan

III-5
DAFTAR PUSTAKA

1. https://repository.ugm.ac.id/273550

2. https://modi.minerba.esdm.go.id/portal/historyProduksiPerusahaan/1535

3. Komatsu, 2007, “Specification and Application Handbook Edition 28”, Japan

4. Waterman S, (2010),Perencanaan Tambang, Jurusan Teknik Pertambangan,


UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.

5. https://mahmudamin.blogspot.com/2018/05/skripsi-desain-pit-penambangan-
endapan.html

Anda mungkin juga menyukai