PENDAHULUAN
Perkembangan industry saat ini sangat mendukung adanya jenis logam yang
bermutu kuat berdaya tahan tinggi dan bisa di aplikasikan untuk seluruh kebutuhan
hidup manusia, baik industry barat, komunikasi, transportasi, hingga pada kehidupan
sehari-hari. Baja nir-karat bisa memenuhi tuntutan itu dan nikel merupakan salah satu
Nikel merupakan salah satu barang tambang yang penting, manfaatnya begitu
besar bagi kehidupan sehari – hari, seperti pembuatan logam anti karat, campuran
pada pembuatan stainless steel, baterai nickel – metal hybride, dan berbagai jenis
barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel sangat berharga dan
memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan
nikel rata – rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan deperkirakan sepuluh tahun
Usaha pertambangan tidaklah sama dengan mengelola usaha sumberdaya yang lain
tinggi dan waktu kerjanya lama, sehingga dibutuhkan perencanaan yang baik dan
I-1
Kajian eksplorasi bijih nikel yang dilakukan oleh PT. Bososi Pratama selama
beberapa tahun menunjukan bahwa daerah Konawe Utara Provinsi Sulawesi Utara,
maka dari itu perlu dilakukan perencanaan teknis dalam penambangan nikel pada
blok 3.
1.2. MasalahPenelitian
tambang yang akurat. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana membuat desain pit yang tepat sesuai kondisi geologi daerah penelitian
b. Bagaimana membuat desain tambang yang baik dan benar sehingga penambangan
Pada penelitian ini kami membatasi masalah hanya hanya pada kegiatan
1. Desain pit penambangan bijih nikel untuk dapat mencapai target produksi.
I-2
1.4. Tujuan Penelitian
a. Bagaimana membuat desain pit yang tepat sesuai kondisi geologi daerah penelitian
b. Bagaimana membuat desain tambang yang baik dan benar sehingga penambangan
Dari penelitian ini akan di ketahui rancangan penambangan yang baik dan benar
I-3
I-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Stratigrafi Regional
Peta geologi Kab. Konawe Utara pada bagian utara Peta Geologi
Lembar LasusuaKendari, Sulawesi (Rusmana dkk., 1993). Kompleks Ofiolit
di Lengan Tenggara Sulawesi merupakan bagian dari lajur ofiolit Sulawesi
Timur. Batuan pembentuk lajur ini di dominasi oleh batuan ultramafik dan
mafik serta sedimen pelagik. Batuan ultramafik terdiri atas harzburgit, dunit,
werlit, lerzolit, websterit, serpentinit dan piroksinit. Sementara batuan mafik
terdiri atas gabro, basalt, dolerite, mikrogabro dan amfobolit. Sedimen
pelagiknya tersusun oleh batugamping laut dalam dan rijang radiolaria.
Radiolaria yang dijumpai di Lengan Timur menunjukkan umur Senomanian.
Penarikkan umur mutlak K/Ar dari Sembilan Sembilan
II-1
C. Struktur Geologi Regional
Pulau Sulawesi pada umunya lineasi terdapat pada batuan offiolit, dan
batuan yang berumur lebih tua dari Miosen (satuan malihan). Batuan yang
tergabung dalam Molasa Sulawesi, dan batuan sedimen Kuarter jarang
menampakan lineasi. Arah utama lineasi yaitu barat laut dan timur laut yang
relatif sejajar dengan arah sesar utama yang berkembang dilengan tenggara
(Sistem sesar lawanopo, sesar konaweha,sesar lasolo dan sesar kolaka). Oleh
sebab itu, sangat mungkin arah utama barat laut ini berhubungan dengan sesar
utama tersebut.
D. Morfologi
Satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra IFSAR di bagian
tengah dan ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi, yakni satuan
pegunungan, perbukitan tinggi, perbukitan rendah, dataran rendah dan karst .
Satuan morfologi pebukitan tinggi menempati bagian selatan Lengan
Tenggara, terutama di selatan Kendari. Satuan ini terdiri atas bukit – bukit
yang mencapai ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan
penyusun morfologi ini berupa batuan sedimen klastika Mesozoikum dan
Tersier. Satuan morfologi pebukitan rendah melampar luas di utara Kendari
dan ujung selatan Lengan Tenggara. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan
rendah dengan morfologi yang bergelombang.Batuan penyusun satuan ini
terutama batuan sedimen klastika Mesozoikum dan Tersier.
dengan nilai sumber daya sebesar 348,5 juta ton dan cadangan sebesar 153,3 juta
II-2
2.2. LANDASAN TEORI
ekonomis sumberdaya nikel laterite yang ada, sehinga jumlah cadangan yang
II-3
dapat ditambang akan dihitung dengan mempertimbangkan hasil desain
tambang.
1. Kedalaman lapisan
dasar atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang khususnya tambang
bijih nikel.
volume endapan bijih dan menghitung cadangannya. Untuk setiap blok atau
lubang bor harus dihitung kualitas dan kuantitasnya dengan baik. Dengan
menggunakan data hasil blok model dan perhitungan cadangan maka desain
adalah suatu hal yang pertama harus dikaji, dihitung secara benar sesuai
terhadap
II-4
optimalisasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan di
peroleh. Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang diperlukan antara lain:
Hasil dari penaksiran cadangan ini berupa suatu taksiran. Seperti model yang
kita buat adalah pendekatan dari realitas berdasarkan data/informasi yang kita
geologi, data kadar, data lokasi, peta topografi. Untuk menghitung tonase ore
(ton) diperoleh dari hasil kali volume ore (m 3 ) dengan density batuan
(ton/m3).
II-5
Tonase Ore = Volume x Density ................................................. (2.1)
dari hasil kali Tonase ore (ton) dengan Kadar rata – rata.
a. Pertimbangan Ekonomis
“stripping ratio”nya.]
Ratio”.
5. Kondisi pasar
II-6
b. Pertimbangan Teknis
2. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi
3. Dimensi jenjang/bench
4. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah
II-7
1. Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau
aman.
3. Pertimbangan teknis
4. Pertimbangan Teknologi.
karakteristik dari endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian ini
1. Kedalaman bahan galian; panjang, lebar, dan tebal dari bahan galian
3. Keadaan topografi.
II-8
7. Cut of greade (COG).
yaitu:
Tanah penutup atau overburden yaitu tanah yang berada di atas lapisan bijih.
Jumlah dari tanah penutup harus diketahui dengan jelas untuk menentukan nilai
“Stripping Ratio”.
Dari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan
bijih yang dapat ditambang (mineable). Dari jumlah bijih tembaga hasil
dapat berupa:
1. Geologi faktor
2. Mining loss
3. Dilution
II-9
c. Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratio
( waste ) terhadap jumlah material bijih (ore). Pada tambang bijih, nisbah ini
biasanya dinyatakan dalam ton waste/ton ore. Di tambang batubara sering dipakai
m 3 waste/ton batubara.
a. Sudut Lereng
1. Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal,
2. Tinggi jenjang : Biasanya alat muat yang digunakan harus mampu pula
mencapai pucuk atau bagian atas jenjang. Jika tingkat produksi atau faktor
3. Sudut lereng jenjang : penggalian oleh alat gali mekanis seperti loader
II-10
sudut lereng antara 60-65 derajat. Sudut lereng yang lebih curam biasanya
kecil atau grader untuk membersihkan catch bench ini secara berkala.
meter. Dalam hal ini jenjang perangkap dibuat setiap dua atau tiga jenjang.
tunggal.
lereng dan lebar bench. Orientasi lereng menentukan tipe longsoran yang
mungkin terjadi. Secara umum jika suatu lereng mempunyai kemiringan yang
II-11
kemantapan lereng yang bersangkutan karena berat lereng yang harus ditahan
oleh kekuatan geser tanah semakin besar. Sehubungan dengan hal tersebut,
penambahan tinggi lereng memerlukan kemiringan lereng yang lebih kecil untuk
menjaga agar lereng tetap mantap. Lebar jenjang (bench) akan menentukan
besarnya sudut (kemiringan) lereng pada saat analisis kemantapan untuk lereng
2𝑐 1
Hc = tan(45° + 2 ∅°)...........………....…………..…….. (2.4)
𝛾
dimana :
Hc = Ketinggian kritis
II-12
B = N + L + L1 + l2 ……………………………………… (2.5)
keterangan :
B = lebar jenjang, m
L2 = jarak untuk menjaga agar tidak longsor, biasanya selebar dump truck.
Disini tidak disediakan lebar untuk alat muat / gali karena dianggap
a. Tinggi Jenjang.
II-13
atas dan bagian bawah yan dipisahkan oleh jarak H yang disebut dengan
lereng (toe), puncak (crest) dan sudut muka jenjang (face angle). Sudut
orientasi jenjang dan peledakan. Pada batuan keras sudut ini bervariasi
Gambar 2.1
II-14
Permukaan jenjang yang tersingkap paling bawah disebut jenjang
dasar (Bench Floor). Lebar jenjang ini adalah jarak antara crest dan toe
yang diukur sepanjang permukaan jenjang bagian atas. Lebar bank adalah
Gambar 2.2
II-15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu penelitian
B. Lokasi penelitian
A. Jenis penelitian
deskriptif
III-1
B. Sumber data
a. Data Geologi
b. Cadangan Bijih
yang digunakan di perusahaan dan data- data lainnya yang dianggap perlu.
orang lain dan digunakan sebagai data tambahan, data ini meliputi data :
a. morfologi,
b. data stratigrafi,
d. peta geologi
dan wawancara yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan
III-2
3.1.4. Pengolahan data
representatif dari jumlah data yang ada maka digunakan metode statistik dan
A. Kesimpulan
B. Saran
kedepannya
III-3
3.2 Bagan Alir Penelitian
Studi Literatur
Pengambilan Data
Data Morfologi
Data Survey
Data Statigrafi
Data Litelogi
Data Curah
Data Hasil Hujan
Topografi Pembahasan
Selesai
III-4
Tabel I
Waktu Penelitian
Kegiatan
III IV I II III IV I II
Orientasi
Lapangan
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Penyusunan
Laporan
Konsultasi
Laporan
III-5
DAFTAR PUSTAKA
1. https://repository.ugm.ac.id/273550
2. https://modi.minerba.esdm.go.id/portal/historyProduksiPerusahaan/1535
5. https://mahmudamin.blogspot.com/2018/05/skripsi-desain-pit-penambangan-
endapan.html