Anda di halaman 1dari 23

PERENCANAAN BATAS PENAMBANGAN

2.1 ASPEK GEOMETRI DESAIN PIT


2.1.1. Pit
Pit adalah lubang tambang, kuari, atau penggalian yang dikerjakan
dengan metode tambang terbuka untuk memperolah bahan galian
berharga. Menentukan batas akhir dari kegiatan penambangan (ultimate pit
limit) untuk suatu cebakan bijih. Ini berarti menentukan berapa besar
cadangan bijih yang akan ditambang (tonase dan kadarnya) yang akan
memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan bijih tersebut. Dalam
penentuan batas akhir dari pit, nilai waktu dari uang belum diperhitungkan

Sumber : Edhy, 2007

Gambar 5.1. Layout 3D Tambang Terbuka


Perancangan open pit dilakukan dalam beberapa tahap, yang secara teknis
terdiri atas perencanaan atau pengaturan rencana alternatif, diikuti dengan
evaluasi dan pemilihan rencana optimum.

MODEL BADAN BIJIH


DATA TOPOGRAFI
DATA GEOTEKNIK
DATA GEOHIDROLOGI

TAHAP
EKSPLORASI

KARAKTERISTIK BIJIH
METODE PENAMBANGAN
KAPASITAS PRODUKSI
UMUR TAMBANG
FASILITAS SITE (INFRASTRUKTUR)
PERKIRAAN BIAYA MODAL
PERKIRAAN SATUAN BIAYA PRODUKSI

TAHAP
KONSEPTUAL

OPTIMASI BATAS PIT EKONOMIS DAN TAHAPAN PENAMBANGAN

TAHAP PERANCANGAN

KEUANGAN DAN MANAJEMEN POLITIK

PERTUKARAN INFORMASI DAN OPTIMASI PILIHAN-PILIHAN YANG SALING BERKAITA


LOKASI BATAS AKHIR PIT

ANALISIS ALIRAN KAS

TAHAP
EVALUASI

EVALUASI DAN PERBANDINGAN ALTERNATIF

RANCANGAN OPTIMUM

Sumber : Fourie & Dohm (SME)

Gambar 5.2. Diagram Proses Perancangan


Rancangan batas pit tergantung faktor-faktor yang umumnya tidak dapat
diatur oleh perancang --batas-batas geometri badan bijih, sebaran bijih

dalam badan bijih, topografi, sudut lereng maksimum yang aman, dan
sebagainya

sementara

ekonomi

rencana

penambangan

tergantung

penentuan rasio penambangan, laju produksi, peralatan, dan hal lainnya


yang dapat ditentukan perancang.
Ketersediaan data eksplorasi penting untuk development tambang dan
meningkatkan keyakinan tentang keberadaan dan nilai endapan bahan
galian. Keputusan-keputusan mengenai ukuran pit dan tata letak, tingkat
produksi, dan diagram alir pengolahan bahan galian sangat tergantung pada
input data eksplorasi. Keberhasilan kegiatan eksplorasi dalam pemboran
dan informasi sampling, berguna

untuk menetapkan parameter operasi

penambangan, rancangan geoteknik, kondisi gohidrologi, dan pengolahan


bahan galian atau peleburan bijih.
Pit limit adalah luas vertikal dan lateral open pit di mana pelaksanaan
kegiatan penambangan masih ekonomis. Biaya pengupasan overburden atau
waste vs bijih berharga biasanya faktor utama dalam penentuan batas pit.
Faktor lain yang berpengaruh adalah infrastruktur di permukaan, seperti
kota, sungai, batas izin usaha pertambangan, dll.
Penambangan biasanya dimulai dari bagian endapan yang paling dekat
dengan permukaan bumi, maka cropline akan menjadi batas penambangan
di bagian low wall. Kedalaman suboutcrop menyatakan kedalaman waste
yang harus dibongkar sebelum bijih tersingkap (exposed). Waste yang harus
dibongkar tersebut biasanya dikenal sebagai preproduction stripping
(pengupasan pra produksi).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat rancangan
bukaan tambang adalah geometri jenjang termasuk di dalamnya kemiringan
lereng (slope), lebar jenjang (bench width, berm), tinggi jenjang (bench
height), dan jalan masuk untuk operasional (ramp).
Open Pit
Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan terbuka yang
dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan
bijih nikel, endapan bijih besi, endapan bijih tembaga, dan sebagainya.
Penambangan dengan cara open pit biasanya dilakukan untuk endapan
bijih atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah lembah.

Tanah akan digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan


atau pit.
Berdasarkan jenis endapan bijihnya yaitu endapan bijih tembaga dan
kondisi topografi dari daerah tambang maka metode open pit merupakan
metode yang paling tepat untuk diterapkan.
Cara pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman
endapan dan topografinya. Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2
(dua) macam, yaitu :
a. Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan
diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars, dan
sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping dengan
menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.
b. Cara inkonvensional atau cara tak langsung adalah cara pengangkutan hasil
galian / peledakan ke tempat dumping dengan menggunakan cara kombinasi
alat-alat angkut. Misalnya dari permuka/medan kerja (front) ke tempat
crusher digunakan truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point; dari
sini diangkut ke ore bin dengan memakai belt conveyor, dan akhirnya diangkut
ke luar tambang dengan cage

4.1.2. Bench (Jenjang)


Jenjang (bench) didefinisikan sebagai undakan di antara level tunggal di
mana bahan galian dan pengotornya ditambang pada muka jenjang (bench
face). Beberapa jenjang dapat dikerjakan secara bersamaan pada elevasi
berbeda. Tinggi jenjang adalah jarak vertikal antara titik tertinggi (crest)
dan terendah (toe). Tinggi jenjang biasanya menyesuaikan dengan
spesifikasi alat yang beroperasi, misalnya alat bor dan alat gali-muat.
Kemiringan jenjang (bench slope) adalah sudut antara garis horizontal dan
garis muka jenjang, biasanya dinyatakan dalam derajat.
Untuk menambah kestabilan lereng pit dan dengan alasan keselamatan,
dibuat berms. Berm adalah lebar horizontal di batas lereng akhir. Interval,
sudut lereng, dan lebar berm ditentukan berdasar aturan geoteknik. Berm
disebut pula dengan jenjang penangkap. Overall pit slope angle (sudut
kemiringan lereng keseluruhan)

adalah sudut di mana lereng tambang

terbuka dapat bertahan, diukur antara garis horizontal dengan garis

imajiner yang menghubungkan crest teratas dan toe terbawah. Baguanbagian jenjang dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Angle of repose atau angle of rest adalah kemiringan maksimum di mana
material lepas tetap bertahan tanpa mengalami longsoran. Suboutcrop
depth adalah kedalaman material pengotor yang harus dipindahkan
sebelum bahan galian tersingkap ke permukaan, atau dikenal dengan istilah
pengupasan praproduksi (Fourie and Dohm, 2001 : 1274-1275).

Sumber : Fourie and Dohm, 2001 : 1275

Gambar 5.3.
Bagian-bagian Jenjang
Berdasarkan fungsinya jenjang dibagi dua :
-

Working Bench (Operating Room/Jenjang Kerja)

Jenjang yang terbentuk saat proses penambangan masih berjalan, bersifat


temporer, dimana pada tahapan penambangan berikutnya kemungkinan
akan terpotong lagi oleh aktivitas penambangan. Lebar jenjang ini akan
sangat dipengaruhi oleh kebutuhan ruang alat operasi penambangan
sehingga alat dapat beroperasi produktif dan aman.

Gambar 5.4.
Sketsa Jenjang Kerja

SB = Safety bench
WB = Working bench
Cut = Material yang akan digali

Sumber : Hartman & Kutcha, 1998

Gambar 5.5.
Sketsa Jenjang Kerja
Tinggi jenjang pada jenjang kerja tergantung jangkauan maksimal
ketinggian alat muat (maximum digging height), dan tidak terlalu rendah
sehingga alat muat bisa bekerja dengan efektif (lihat gambar 5.6.)

Gambar 5.6.
Sketsa Jenjang Kerja
Kelemahan jika jenjang terlalu tinggi adalah :
a. Kemungkinannya semakin besar adanya longsoran dari batuan atasnya.
b. Potensi kecelakaan akibat jatuhan batuan
c. Pembentukan slope akan sulit, terjadinya batuan menggantung (over
hang).
d. Jika pembongkaran menggunakan peledakan maka isian kolom bahan
peledak semakin panjang, potensi membentukan boulder atau blok
besar batuan, sehingga sulit untuk dimuat ke alat angkut.
-

Safety Bench / Catch bench (Jenjang Pengaman)

Setelah cut pada Working bench dipotong tinggal tersisa Safety bench
(SB), Safety bench ini digunakan untuk acuan menghitung sudut total lereng
dalam penentuan batas pit ekonomis, tujuan dari pembentukan jenjang ini
adalah :
(a) Menangkap material longsoran dari jenjang bagian atas.
(b) Menahan luncuran batuan dari atas
Biasanya lebar safety bench adalah 2/3 dari tinggi jenjang, kadang-kadang
dikurangi pada akhir penambangan sekitar 1/3 dari tinggi jenjang. Dalam
aplikasinya terkadang dibuat tumpukan dari material lepas (safety berm) di
antara Kepala jenjang dan kaki jenjang yang berfungsi :
a. Membentuk parit antara tumpukan safety berm dengan kaki jenjang.
b. Penangkap material batuan yang jatuh.

Gambar 5.7.
Safety Bench dan Fungsinya
4.1.3. Ramp
Selama proses penambangan berlangsung, jalan angkut di dalam pit (ramp)
harus dibuat. Pemilihan ramp tergantung pada bentuk dan ukuran badan
bijih, ekonomis alat angkut, dan kestabilan lereng pit. Lebar ramp dibuat
berdasarkan jumlah jalur jalan dan alat angkut (Gambar 5.8. dan 5.9.).
Adapun cara penggambarannya dapat dilihat pada Gambar 5.10.

Gambar 5.8.
Lebar Jalan untuk Dua Jalur

Gambar 5.9.
Lebar Jalan untuk Beberapa Jalur

Gambar 5.9.
Langkah Penggambaran Ramp dalam Rancangan Pit
Berdasarkan bentuknya ada dua macam ramp (Gambar 5.4), yaitu :
a. Sistem spiral ialah jalan angkut yang disusun bertingkat sepanjang wall
(sisi pit), digunakan jika

kemiringan jalan yang disyaratkan sama

dengan atau kurang dari kemiringan yang dapat dibuat dari atas sampai
bawah pit.

Gambar 5.10.
Ramp Spiral
b. Sistem switcback atau zig-zag digunakan jika kemiringan pit dari atas
sampai bawah lebih besar dari kemiringan jalan yang disyaratkan,
sehingga jalan dibuat bertahap secara zig-zag, umumnya ditempatkan di
foot wall.
b'

b'

Cross section a - a'

a'

a'
Cross section a - a'

Ga

mbar 5.11.
Ramp Switchback
Kemiringan dapat diartikan sebagai sudut penunjaman

jalan, dapat

dinyatakan dalam sudut () yang diukur dari horizontal atau dalam persen
kenaikan per jarak datar. Kemiringan jalan yang dapat dilalui truk atau
trailer sebesar 8%. (Gambar 5.12.).

Gambar 5.12.
Kemiringan Jalan
4.1.3. Slope
Penentuan sudut lereng dipengaruhi oleh sifat fisik batuan, ketinggian
jenjang, kondisi cuaca, dan lamanya lereng tersebut akan berdiri. Struktur
batuan juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan lereng, berpengaruh
juga terhadap tipe longsorannya. Kemiringan lereng (slope) sangat penting
dalam pembuatan rancangan tambang, sangat berpengaruh terhadap
besarnya stripping ratio, semakin landai lereng semakin banyak material
yang harus dikupas, ini berarti stripping ratio makin besar, sebagaimana
gambar di bawah ini.

Gambar 5.13.
Hubungan Slope dengan Stripping Ratio
Prinsip dalam penentuan lereng adalah lereng dibuat seterjal-terjalnya
tetapi harus aman untuk bekerja. Hubungan antara sudut lereng jenjang
dengan sudut keseluruhan lereng diilustrasikan dalam gambar dan rumus di
bawah ini.

Gambar 5.14.
Geometri Lereng Dalam Rancangan Tambang

5.2. PENENTUAN BATAS PENAMBANGAN


Penentuan batas penambangan ditentukan oleh faktor ekonomi dan
faktor keamanan slope penambangan (overall slope), dengan kata lain pit
dibuat jika menguntungkan secara ekonomi dan secara teknis bisa
dikerjakan dan aman. Secara sederhana biasanya pada tambang tembaga
penentuan

pit

limit

didasarkan

nilai

stripping

ratio

yang

masih

menguntungkan atau dengan cara mempergunakan parameter ekonomi


pada model bahan galiannya, dengan memasukkan parameter biaya
pengupasan pada blok overburden, biaya pengambilan dan pengolahan
bahan galian, dan harga bahan galian jika dijual).
5.2.1. Algoritma Lerchs-Grossman
Perhitungan pada intinya adalah penjumlahan antara biaya dan pendapatan
secara kumulatif di dalam pit limit. Semua parameter geometri (bijih dan
material penutup) dikonversi ke dalam bentuk finansial (uang), biaya dinilai
dengan negatif sedangkan pendapatan dinilai dengan positif. Metode yang
dilakukan adalah sebagai berikut :

Langkah pertama adalah menjadikan model geologi / bahan galian dalam


blok-blok kecil, dimana blok-blok tersebut berisi volume bahan galian atau
material penutup.

Gambar 5.15.
Pembagian Model Geologi Bahan Galian ke dalam Blok Kecil
Langkah kedua membuat model finansial dari blok-blok kecil yang sudah
dibuat.
Jika diasumsikan 1 blok bahan galian jika dijual berharga $12 setelah
dikurangi ongkos penambangannya, sementara ongkos pembukaan material
penutup adalah $4, maka pemodelan finansial jebakan dapat digambarkan
sebagai berikut :

Biaya ditandai dengan nilai negatif, sementara pendapatan ditandakan


dengan nilai positif. Nilai 8 dan 0 adalah taksiran biaya karena dalam satu
blok terdapat bahan galian dan batuan penutup.
Langkah ketiga adalah mengakumulasikan biaya dan pendapatan, dengan
mencoba-coba dicari angka tertinggi dari nilai kumulatif, sebagai berikut :
-

jumlahkan nilai blok awal secara akumulasi dari atas ke bawah, baris
ke dua adalah hasil penjumlahan baris pertama dari nilai awal dengan
baris kedua dari nilai awal (model blok sebelumnya), baris ketiga
adalah penjumlahan dari baris pertama ditambah baris kedua dan
ditambah lagi baris ketiga, demikian seterusnya.

- Mengakumulasikan penjumlahan membentuk potongan segitiga (membentuk


sudut lereng overall pit yang direkomendasikan), seperti diagram di bawah
ini:

Dengan jalan merubah sumbu segitiga penjumlahan (kolom) ini, maka akan
diperoleh sebagai berikut :

Dari coba-coba di atas maka diperoleh pit optimum adalah pada percobaan
ke tiga dengan nilai maksimum adalah 104.

Gambar 5.16.
Pit Optimum dari 2D Lerchs Grossman Algoritma
5.2.2. Floating Cone
Prinsip dasarnya adalah mencoba-coba memasukkan bentukan kerucut
(sebagi model bukaan pit) mengikuti pusat dari bahan galian atau bijih,
metode ini cenderung digunakan untuk jebakan bijih atau bahan galian
yang mempunyai kemiringan tinggi.

Langkahnya adalah mencoba memasukkan bentukkan kerucut ke dalam


model jebakan yang sudah dibuat blok-blok kecil, dari posisi yang dangkah
terus ke bawah semakin dalam sampai diperoleh pit optimum. Dapat
digunakan dengan model finansial ataupun untuk menghitung SR tertentu
yang diharapkan.

Langkah coba-coba memasangkan kerucut di blok model finansial :

Diperoleh nilai dari masing masing kerucut sebagai berikut (penjumlahan


semua nilai uang blok yang masuk dalam bentukan kerucut) :

Dari hasil coba-coba di atas diperoleh pit optimum adalah percobaan empat
dengan nilai 104 :

Gambar 5.17.
Pit Optimum dari Floating Cone

5.2.3. Cross Section Manual


Metode sayatan cocok digunakan untuk endapan berlapis seperti batubara.
Sayatan dibuat searah kemiringan endapan dengan interval jarak tertentu.
Perhitungan dilakukan terhadap bahan galian dan overburdennya. Batas pit
optimal ditentukan dengan mencoba-coba atau dengan menghitung perpenurunan level sehingga diperoleh SR yang diharapkan. Batas pit optimal
ditentukan dari hasil perhitungan SR per sayatan (lihat gambar 5.18).

Gambar 5.18.
Penentuan Batas Pit Optimal dengan Cross Section Manual
Pada bahan galian yang mempunyai kemiringan landai, maka salah satu sisi
batas pit akan mengikuti lantai bahan galian. Pada bahan galian yang terjal
di mana kemiringannya lebih besar dari kemiringan lereng aman, maka
penentuan pit limit perlu dilakukan untuk ke dua sisi (Gambar 5.19. & 20).

Gambar 5.19.
Penentuan Batas Pit Optimal dengan Cross Section Manual

Gambar 5.20.
Penentuan Batas Pit Optimal dengan Cross Section Manual
Sesuai dengan kemajuan zaman, perhitungan pit limit dan optimisasi pit
limit dalam industri pertambangan sudah dibantu oleh komputer, sehingga
penentuan pit limit dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat.
Hampir semua perusahaan tambang menengah sampai skala besar
menggunakan software khusus dalam pengerjaan perencanaan tambang.

Anda mungkin juga menyukai