TAHAP
EKSPLORASI
KARAKTERISTIK BIJIH
METODE PENAMBANGAN
KAPASITAS PRODUKSI
UMUR TAMBANG
FASILITAS SITE (INFRASTRUKTUR)
PERKIRAAN BIAYA MODAL
PERKIRAAN SATUAN BIAYA PRODUKSI
TAHAP
KONSEPTUAL
TAHAP PERANCANGAN
TAHAP
EVALUASI
RANCANGAN OPTIMUM
dalam badan bijih, topografi, sudut lereng maksimum yang aman, dan
sebagainya
sementara
ekonomi
rencana
penambangan
tergantung
imajiner yang menghubungkan crest teratas dan toe terbawah. Baguanbagian jenjang dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Angle of repose atau angle of rest adalah kemiringan maksimum di mana
material lepas tetap bertahan tanpa mengalami longsoran. Suboutcrop
depth adalah kedalaman material pengotor yang harus dipindahkan
sebelum bahan galian tersingkap ke permukaan, atau dikenal dengan istilah
pengupasan praproduksi (Fourie and Dohm, 2001 : 1274-1275).
Gambar 5.3.
Bagian-bagian Jenjang
Berdasarkan fungsinya jenjang dibagi dua :
-
Gambar 5.4.
Sketsa Jenjang Kerja
SB = Safety bench
WB = Working bench
Cut = Material yang akan digali
Gambar 5.5.
Sketsa Jenjang Kerja
Tinggi jenjang pada jenjang kerja tergantung jangkauan maksimal
ketinggian alat muat (maximum digging height), dan tidak terlalu rendah
sehingga alat muat bisa bekerja dengan efektif (lihat gambar 5.6.)
Gambar 5.6.
Sketsa Jenjang Kerja
Kelemahan jika jenjang terlalu tinggi adalah :
a. Kemungkinannya semakin besar adanya longsoran dari batuan atasnya.
b. Potensi kecelakaan akibat jatuhan batuan
c. Pembentukan slope akan sulit, terjadinya batuan menggantung (over
hang).
d. Jika pembongkaran menggunakan peledakan maka isian kolom bahan
peledak semakin panjang, potensi membentukan boulder atau blok
besar batuan, sehingga sulit untuk dimuat ke alat angkut.
-
Setelah cut pada Working bench dipotong tinggal tersisa Safety bench
(SB), Safety bench ini digunakan untuk acuan menghitung sudut total lereng
dalam penentuan batas pit ekonomis, tujuan dari pembentukan jenjang ini
adalah :
(a) Menangkap material longsoran dari jenjang bagian atas.
(b) Menahan luncuran batuan dari atas
Biasanya lebar safety bench adalah 2/3 dari tinggi jenjang, kadang-kadang
dikurangi pada akhir penambangan sekitar 1/3 dari tinggi jenjang. Dalam
aplikasinya terkadang dibuat tumpukan dari material lepas (safety berm) di
antara Kepala jenjang dan kaki jenjang yang berfungsi :
a. Membentuk parit antara tumpukan safety berm dengan kaki jenjang.
b. Penangkap material batuan yang jatuh.
Gambar 5.7.
Safety Bench dan Fungsinya
4.1.3. Ramp
Selama proses penambangan berlangsung, jalan angkut di dalam pit (ramp)
harus dibuat. Pemilihan ramp tergantung pada bentuk dan ukuran badan
bijih, ekonomis alat angkut, dan kestabilan lereng pit. Lebar ramp dibuat
berdasarkan jumlah jalur jalan dan alat angkut (Gambar 5.8. dan 5.9.).
Adapun cara penggambarannya dapat dilihat pada Gambar 5.10.
Gambar 5.8.
Lebar Jalan untuk Dua Jalur
Gambar 5.9.
Lebar Jalan untuk Beberapa Jalur
Gambar 5.9.
Langkah Penggambaran Ramp dalam Rancangan Pit
Berdasarkan bentuknya ada dua macam ramp (Gambar 5.4), yaitu :
a. Sistem spiral ialah jalan angkut yang disusun bertingkat sepanjang wall
(sisi pit), digunakan jika
dengan atau kurang dari kemiringan yang dapat dibuat dari atas sampai
bawah pit.
Gambar 5.10.
Ramp Spiral
b. Sistem switcback atau zig-zag digunakan jika kemiringan pit dari atas
sampai bawah lebih besar dari kemiringan jalan yang disyaratkan,
sehingga jalan dibuat bertahap secara zig-zag, umumnya ditempatkan di
foot wall.
b'
b'
a'
a'
Cross section a - a'
Ga
mbar 5.11.
Ramp Switchback
Kemiringan dapat diartikan sebagai sudut penunjaman
jalan, dapat
dinyatakan dalam sudut () yang diukur dari horizontal atau dalam persen
kenaikan per jarak datar. Kemiringan jalan yang dapat dilalui truk atau
trailer sebesar 8%. (Gambar 5.12.).
Gambar 5.12.
Kemiringan Jalan
4.1.3. Slope
Penentuan sudut lereng dipengaruhi oleh sifat fisik batuan, ketinggian
jenjang, kondisi cuaca, dan lamanya lereng tersebut akan berdiri. Struktur
batuan juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan lereng, berpengaruh
juga terhadap tipe longsorannya. Kemiringan lereng (slope) sangat penting
dalam pembuatan rancangan tambang, sangat berpengaruh terhadap
besarnya stripping ratio, semakin landai lereng semakin banyak material
yang harus dikupas, ini berarti stripping ratio makin besar, sebagaimana
gambar di bawah ini.
Gambar 5.13.
Hubungan Slope dengan Stripping Ratio
Prinsip dalam penentuan lereng adalah lereng dibuat seterjal-terjalnya
tetapi harus aman untuk bekerja. Hubungan antara sudut lereng jenjang
dengan sudut keseluruhan lereng diilustrasikan dalam gambar dan rumus di
bawah ini.
Gambar 5.14.
Geometri Lereng Dalam Rancangan Tambang
pit
limit
didasarkan
nilai
stripping
ratio
yang
masih
Gambar 5.15.
Pembagian Model Geologi Bahan Galian ke dalam Blok Kecil
Langkah kedua membuat model finansial dari blok-blok kecil yang sudah
dibuat.
Jika diasumsikan 1 blok bahan galian jika dijual berharga $12 setelah
dikurangi ongkos penambangannya, sementara ongkos pembukaan material
penutup adalah $4, maka pemodelan finansial jebakan dapat digambarkan
sebagai berikut :
jumlahkan nilai blok awal secara akumulasi dari atas ke bawah, baris
ke dua adalah hasil penjumlahan baris pertama dari nilai awal dengan
baris kedua dari nilai awal (model blok sebelumnya), baris ketiga
adalah penjumlahan dari baris pertama ditambah baris kedua dan
ditambah lagi baris ketiga, demikian seterusnya.
Dengan jalan merubah sumbu segitiga penjumlahan (kolom) ini, maka akan
diperoleh sebagai berikut :
Dari coba-coba di atas maka diperoleh pit optimum adalah pada percobaan
ke tiga dengan nilai maksimum adalah 104.
Gambar 5.16.
Pit Optimum dari 2D Lerchs Grossman Algoritma
5.2.2. Floating Cone
Prinsip dasarnya adalah mencoba-coba memasukkan bentukan kerucut
(sebagi model bukaan pit) mengikuti pusat dari bahan galian atau bijih,
metode ini cenderung digunakan untuk jebakan bijih atau bahan galian
yang mempunyai kemiringan tinggi.
Dari hasil coba-coba di atas diperoleh pit optimum adalah percobaan empat
dengan nilai 104 :
Gambar 5.17.
Pit Optimum dari Floating Cone
Gambar 5.18.
Penentuan Batas Pit Optimal dengan Cross Section Manual
Pada bahan galian yang mempunyai kemiringan landai, maka salah satu sisi
batas pit akan mengikuti lantai bahan galian. Pada bahan galian yang terjal
di mana kemiringannya lebih besar dari kemiringan lereng aman, maka
penentuan pit limit perlu dilakukan untuk ke dua sisi (Gambar 5.19. & 20).
Gambar 5.19.
Penentuan Batas Pit Optimal dengan Cross Section Manual
Gambar 5.20.
Penentuan Batas Pit Optimal dengan Cross Section Manual
Sesuai dengan kemajuan zaman, perhitungan pit limit dan optimisasi pit
limit dalam industri pertambangan sudah dibantu oleh komputer, sehingga
penentuan pit limit dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat.
Hampir semua perusahaan tambang menengah sampai skala besar
menggunakan software khusus dalam pengerjaan perencanaan tambang.