Anda di halaman 1dari 32

1

A. Judul
Estimasi Sumberdaya Bijih Besi Menggunakan metode Inverse Distance Weight
di PT X, Kec Sungai Beremas, Kab Pasaman Barat, Sumatera Barat.
B. Latar Belakang

Bijih besi adalah batuan yang mengandung mineral-mineral besi dan

sejumlah mineral pencampur seperti silika, alumina, magnesia, dan lain-lain. Biji

besi terdiri atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama dalam molekul.

Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe 3O4), hematit

(Fe2O3), goethit, limonit atau siderit. Bijih besi biasanya kaya akan besi oksida

dan beragam dalam hal warna, dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga

merah karat.

Bijih besi merupakan unsur utama dalam industri baja, bijih besi

merupakan jenis logam yang melimpah di bumi dan masih menjadi komoditas

utama dalam perkembangan zaman saat ini. Ketergantungan terhadap logam

tersebut teridentifikasi dalam kehidupan manusia, mulai dari keperluan rumah

tangga, pertanian, permesinan hingga alat transportasi.

Daerah Sumatera Barat salah satu daerah yang berpotensi bahan tambang

bijih besi, salah satu perusahaan yakni PT. Gaminra Mitra Kusuma akan

melakukan penambangan bijih besi yang berlokasi di Kecamatan Sungai

Beremas, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2014

PT Gaminra Mitra Kesuma memulai kegiatan eksplorasi dengan luas Izin Usaha

Pertambangan seluas 126 Ha.


2

Dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh PT X diketahui bahwa

sebaran bijih besi di perkirakan dalam bentuk spot-spot, sehinngga area

keterdapatan bijih besi dibagi dua, yaitu yang pertama berlokasi di “ulat bulu”

dimana bentuk endapan bijih besi dalam bentuk boulder-boulder, dan di titik

kedua berlokasi di “air terjun” dimana bentuk endapan bijih besi diperkirakan

dalam bentuk ore body, hal ini diketahui dari hasil pemboran yang dilakukan oleh

PT X. Adapun hasil uji lab yang dilakukan oleh PT X didapatkan bahwa berat

jenis rata-rata bijih besi hasil pemboran adalah 4.5 ton/m3.

Lokasi ulat bulu diketahui bahwa salah satu lubang bor yaitu GDH-03 yang

berlokasi di titik koordinat X 47N 26182.165 dan Y 524250.171 dengan

kedalaman lubang 75 m diketahui bahwa tidak ada sebaran bijih besi berbentuk

massive, dan lubang bor GDH-01 berlokasi di titik koordinat X 47N 26399.636

dan Y 524099.561 dengan kedalaman 75 m juga diketahui tidak ada sebaran bijih

besi, sehingga PT X mengasumsikan bahwa dilokasi ulat bulu tersebut memiliki

endapan dalam bentuk boulder.

Adapun pada loakasi ulat bulu diketahui adanya keterdapatan bijih besi

laterit, dimana bijih besi laterit ini terbentuk dari hasil pelapukan batuan

ultrabasa pada wilayah iklim tropis.

Dengan diketahui gambaran sementara dari hasil pemboran bahwa sebaran

bijih besi PT X dalam bentuk spot-spot, maka perlu dilakukan perhitungan

sumberdaya dan membuat gambaran sebaran bijih besi yang lebih akurat dalam

bentuk blok model agar bisa dijadikan pedoman untuk penambangan nantinya.
3

Perhitungan sumberdaya bijih besi dapat dijadikan panduan kerja dimana

perhitungan sumberdaya berperan penting dalam mengurangi resiko dalam

penentuan jumlah dan memberi kemudahan dalam eksploitasi secara komersial

dari suatu endapan. Perhitungan sumberdaya yang baik dapat membantu

menentukan investasi jangka pendek sampai jangka panjang, penentuan sasaran

produksi, cara penambangan yang akan dilakukan bahkan dalam memperkirakan

waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha

penambangannya.

Pada pelaksanaan penambangan dalam penaksiran kadar dan perhitungan

sumberdaya telah berkembang berbagai metode. Secara garis besar, metode

penaksiran kadar dan perhitungan sumberdaya dapat dikelompokkan menjadi

metode konvensional dan metode yang lebih modern berbasis komputerisasi.

Salah satu metoda dalam perhitungan sumberdaya cadangan bijih besi

adalah metoda invers distance weight, dimana metode ini merupakan metode

penaksiran dengan pendekatan blok model yang sederhana dengan

mempertimbangkan titik di sekitarnya. Asumsi dari nilai ini adalah nilai

interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat dari pada yang jauh.

Bobot (weight) akan berubah secara linear sesuai dengan jaraknya dengan data

sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel.

Adapun permodelan dan perhitungan sumberdaya bijih besi yang baru

dilakukan oleh pihak perusahaan dengan menggunakan software geologi dengan

metode area pengaruh yang di dapat dari hasil kegiatan eksplorasi yang
4

dilakukan, sehingga bisa di asumsikan perhitungan tersebut memiliki eror yang

tinggi karena tidak adanya perbandingan perhitungan sumberdaya bijih besi

dengan metode perhitungan yang lain.

Agar perhitungan sumberdaya bijih besi di PT X tidak mengalami

kekeliruan yang berarti maka penulis akan melakukan perhitungan sumberdaya

menggunakan software surpac dengan metode Invers Distance weingthing

sebagai bahan pembanding untuk estimasi bijih besi.

Dari latar belakang masalah tersebut penulis akan membahas lebih lanjut

tentang estimasi sumberdaya bijih besi dengan menggunakan metode inverse

distance weight dan penggunaan aplikasi software surpac yang mendukung

dalam pemodelan sebaran bijih besi, dengan judul “Estimasi Sumberdaya Bijih

Besi Menggunakan Metode Inverse Distance Weight di PT X, Kec Sungai

Beremas, Kab Pasaman Barat, Sumatera Barat."

C. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi penyebaran bijih besi PT X dalam bentuk spot-spot.


2. Penyebaran bijih besi dilokasi ulat bulu berupa spot boulder.
3. Boulder yang ditemukan dilokasi berupa boulder magnetit.
4. Adanya keterdapatan bijih besi laterit pada lokasi ulat bulu.
5

5. Belum adanya perbandingan perhitungan sumberdaya yang dilakukan

PT Gaminra Mitra Kesuma.


D. Batasan Masalah

Pada batasan masalah penulis membatsi masalah yang akan dibahasa

sebagai berikut :

1. Perhitungan sumberdaya yang dilakukan di PT. Gaminra Mitra Kesuma,

Nagari Parlantingan, Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat.


2. Berat jenis rata-rata yang digunakan adalah 4.5 ton/m3, berdasarkan informasi

yang diberikan oleh pihak perusahaan.


3. Perhitungan sumberdaya bijih besi di PT X menggunakan metode invers

distance weight.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah

dijelaskan di atas, untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis

merumuskan permasalahannya sebagai berikut:


1. Bagaimana bentuk sebaran endapan bijih besi di lokasi penambangan bijih

besi PT X?
2. Berapa estimasi endapan bijih besi menggunakan metode perhitungan Inverse

Distance Weight.
3. Berapa persentase selisih perhitungan sumber daya menggunakan metode

Inverse Distance Weight jika dibandingkan dengan perhitungan

PT X?
F. Tujuan Penelitian

Tujuan studi kasus adalah menganalisa permasalah yang timbul pada

suatu objek pengamatan, sehingga dalam studi kasus bertujuan untuk:


6

1. Menggambarkan sebaran endapan bijih besi PT X dalam bentuk Blok Model

Regular dengan metode Inverse Distance Weight mengggunakan software

surpac.
2. Menghitung estimasi sumber daya bijih besi sesuai lokasi kerja PT X yang

telah direncanakan dengan menggunakan metode Inverse Distance Weight.


3. Perhitungan persentase selisih perhitungan sumber daya menggunakan metode

Inverse Distance Weight dengan perhitungan PT

X.
G. Manfaat Penelitan

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis
a) Memberikan gambaran dan bahan pertimbangan perhitungan sumberdaya

di PT X
b) Sebagai sarana dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan.
2. Secara praktis
a) Sebagai masukan bagi perusahaan dalam langkah pengambilan kebijakan

yang berkaitan dengan metode penambangan.


7

H. Dasar Teori

1. Klasifikasi Standar Nasional Indonesia (BSN)

Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan adalah suatu proses

pengumpulan, penyaringan, serta pengolahan data dan informasi dari suatu

endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai

endapan itu berdasarkan criteria keyakinan geolgi dan keyakinan tambang.

Kriteria keyakinan geologi berdasarkan pada tahap eksplorasi yang

meliputi survey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum , dan eksplorasi rinci.

Criteria kelayakan tambang didasarkan pada factor-faktor ekonomi, teknologi,

peraturan perundang-undangan lingkungan, dan sosial (economic,

technological, legal, environment, and social factor).

Sumberdaya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang

diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral dengan

keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan

pengkajian kelayakan tambang dan memenihi kriteria layak tambang.

Cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui

ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitasnya dan secara ekonomis,

teknis, hukum, lingkungan, dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan

dilakukam.
8

Tingkat kepastian kualitas dan kuantitas sumberdaya mineral atau

disebut juga Tingkat Keyakinan Geologi dalam Standarisasi Nasional

Indonesia (SNI 13-4726-1998) tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan

Cadangan, yaitu (dari terendah sampai tertinggi):

a. Sumberdaya Mineral Hipotetik adalah sumberdaya mineral yang kuantitas

dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Survey Tinjau.

b. Sumberdaya Mineral Tereka adalah sumberdaya mineral yang kuantitas

dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Prospeksi.

c. Sumberdaya Mineral Terunjuk adalah sumberdaya mineral yang kuantitas

dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Eksploasi

Umum.

d. Sumberdaya Mineral Terukur adalah sumberdaya mineral yang kuantitas

dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Eksplorasi

Rinci.

e. Cadangan Terkira adalah sumberdaya mineral terunjuk dan sebagian

sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih

lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua factor yang

terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara

ekonomis.

f. Cadangan Terbukti adalah sumberdaya mineral terukur yang berdasarkan

studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,

sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis.


9

2. Kalsifikasi Sumberdaya dan Cadangan berdasarkan Keyakinan Geologi

dan Keyakinan Tambang

a. Berdasarkan Tingkat Keyakinan Geologi

Kalsifikasi sumberdaya dan cadangan berdasarkan tingkat

keyakinan geologi yang ditentukan oleh empat tahap eksplorasi (Survey

Tinjau, Prospeksi, Eksplorasi Umum, dan Eksplorasi Rinci). Dari survey

tinjau ke eksplorasi rinci menunjukkan semakin rincinya penyelidikan

sehingga tingkat keyakinan geologinya semakin tinggi dan tingkat

kesalahannya semakin rendah

b. Berdasarkan Tingkat Keyakinan Tambang

Berdasarkan pengkajian layak tambang dengan penjalasan lebih

lanjut sebagai berikut :

1) Pengkajian layak tambang meliputi faktor-faktor ekonomi,

penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dam hokum (perundang-

undangan). Untuk endapan mineral bijih, metalurgi juga merupakan

factor pengkajian layak tambang.

2) Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumberdaya

mineral akan berubah menjadi cadangan atau tidak.


10

3) Berdasarkan pengkajian ini bagian sumberdaya mineral yang layak

tambang berubah satusnya menjadi cadangan, sedangkan yang belum

layak tambang tetap menjadi sumberdaya mineral.

Sistem kodifikasi klasifikasi sumberdaya dan cadangan dibuat

dengan tiga angka berdasarkan fungsi tiga sumbu yaitu: E, F dan G,

dimana:

E = Sumbu Ekonomis (Economic Axis)

F = Sumbu Kelayakan (Feasibility Axis)

G = Sumbu Geologi (Geological Axis)

Angka pertama adalah menunjukkan Sumbu Ekonomis terdiri dari

tiga angka:

Angka 1 menyatakan Ekonomis

Angka 2 menyatakan berpotensi Ekonomis

Angka 3 menyatakan Berintrinsik Ekonomis

Angka kedua adalah menunjukkan Sumbu Kelayakan terdiri dari

tiga angka:

Angka 1 menyatakan Studi Kelayakan atau Laporan Penambangan

Angka 2 menyatakan Studi Pra Kelayakan

Angka 3 menyatakan Studi Geologi

Angka ketiga adalah menunjukkan Sumbu Geologi terdiri dari

empat angka:

Angka 1 menyatakan Eksplorasi Rinci


11

Angka 2 menyatakan Eksplorasi Umum

Angka 3 menyatakan Prospeksi

Angka 4 menyatakan Survey Tinjau

Tabel 1. Sistem klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan SNI 1998


12

Gambar 1. Sistem kodifikasi sumberdaya mineral dan cadangan SNI 1998

Bila eksplorasi masih dalam tahap awal, jumlah perkiraan

sumberdaya memiliki status hipotetik (hypothetical resources) yang

memiliki tingkat kesalahan yang masih besar (90%), angka ini kemudian

mengecil menjadi 60% pada sumberdaya tereka. Tingkat kesalahan terus

akan mengecil dengan semakin rincinya eksplorasi yang dilakukan,

sumberdaya terunjuk memiliki potensi kesalahan 20 – 40%, sedangkan

sumberdaya terukur 20 – 10%.

Suatu daerah yang secara geologi telah diyakini mengandung

endapan mineral dengan kualitas dan kuantitas tertentu, selanjutnya perlu

dilakukan penilaian apakah endapan mineral tersebut layak secara


13

ekonomi, teknologi dan lingkungan untuk ditambang. Penilaian kelayakan

suatu endapan mineral biasanya dilakukan setelah tahap akhir eksplorasi

menjelang kegiatan penambangan. Sehingga, dalam melakukan suatu

kegiatan eksplorasi, terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu

keyakinan geologi dan tingkat kelayakan, dimana kedua hal ini merupakan

faktor dalam suatu klasifikasi sumberdaya/cadangan endapan mineral.

3. Endapan Bijih Besi

Istilah endapan (deposit) mempunyai definisi yang lebih luas dalam

ilmu geologi. Istilah tersebut dapat berarti turunnya material di dalam air

(karena gravitasi), atau prespitasi dari larutan karena perubahan kondisi kimia.

Beberapa ahli menyebut istilah cebakan, karena menganggap istilah endapan

lebih berkonotasi pada sedimentasi. Dalam konteks “endapan mineral”,

endapan diartikan sebagai konsentrasi mineral oleh proses-proses magmatik

atau hidrotermal. Kata endapan juga mempunyai arti materi menjadi padat,

oleh karena itu minyak, gas, dan panas bumi tidak termasuk ke dalam endapan

mineral. Walaupun batubara juga bersifat padat, umumnya tidak dibahas

sebagai endapan mineral, tetapi termasuk ke dalam sumber energi.

Secara umum definisi bijih (ore) adalah suatu batuan atau kumpulan

mineral, yang mengandung mineral-mineral yang bernilai ekonomis, dan

dapat diekstrak. Bijih terdiri dari mineral-mineral yang bernilai ekonomis

(biasa mengandung logam) yang disebut sebagai mineral bijih (ore mineral,

mengandung logam) serta termasuk mineral industri (industrial mineral, non-


14

logam) dan mineral yang tidak bernilai ekonomis yang disebut sebagai

mineral penyerta (gangue mineral).

Kriteria geologi merupakan gejala yang mengendalikan terdapatnya

endapan mineral dan pengetahuan ini bertujuan melokalisir daerah yang

mempunyai indikasi kuat akan terdapatnya mineral. Kriteria geologi meliputi

kriteria stratigrafi, litologi, struktur, magmatogenik, geomorfologi,

paleogeografi, paleoklimat, dan historis.

Kriteria stratigrafi digunakan jika suatu endapan mineral ditemukan

dalam lapisan stratigrafi. Tugas utama dalam tahap prospeksi yaitu

menentukan secara stratigrafi kedudukan endapan mineral, seperti determinasi

singkapan dan menentukan luas horison (singkapan horison diikuti sepanjang

strike dan dip), kemudian dipetakan secara detail. Kriteria stratigrafi penting

artinya untuk mencari endapan sedimen dan endapan hipogene yang

berasosiasi dengan lapisan sedimen, seperti batubara, bijih tembaga sedimen,

uranium, bauksit, endapan placer, lempung, karbonat dan garam.

Kriteria litologi terbagi menjadi dua, pada endapan primer dan pada

endapan sekunder. Pada endapan primer, dilihat secara genetik dari komposisi

endapan mineral yang terbentuk. Pada endapan sekunder, contohnya seperti

endapan placer, litologi batuan sangat penting karena variasi litologi awal

yang tererosi akan mempengaruhi produk/akumulasi mineral berat yang

terbentuk. (Idrus, 2007: 6-7)


15

Proses terbentuknya bijih sangatlah kompleks. Sering lebih dari satu

proses bekerja bersama-sama. Meskipun dari satu jenis bijih, apabila

terbentuk oleh proses yang berbeda-beda, maka akan menghasilkan tipe

endapan yang berbeda-beda pula. Berikut ini berbagai tipe endapan dari

proses pembentukannya.

1) Konsentrasi magmatik > deposit magmatik

2) Sublimasi > sublimat

3) Kontak metasomatisme > deposit kontak metasomatik

4) Konsentrasi hidrotermal > pengisian celah-celah terbuka (pertukaran ion

pada batuan)

5) Sedimentasi lapisan sedimenter > evaporit

6) Pelapukan konsentrasi residual > endapan residual

7) Metamorfisme > deposit metamorfik

8) Hidrologi > air tanah

Dalam pengendapan bijih besi, ada beberapa macam proses seperti

diferensiasi magmatik, larutan hidrotermal, proses sedimentasi dan proses

pelapukan. Kemudian kategorisasi endapan bijih besi didasarkan atas mutu,

besar cadangan dan jenis mineral ikutannya. (Nugroho, 2010: 21-22)

Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan

kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara

hematit merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi.
16

Mineral-mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia,

kandungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Mineral-mineral Bijih Bernilai Ekonomis

Mineral Susunan Kimia Kandungan Fe Klasifikasi Komersil

Magnetit FeO, Fe2O3 72,4 % Magnetik atau bijih hitam


Hematit Fe2O3 70 % Bijih merah
Limonit Fe2O3.nH2O 59 – 63 % Bijih coklat
Spathic, black band, clay
Siderit FeCO3 48,2 %
Ironstone
Sumber: Nugroho, 2010

4. Manfaat dari Perhitungan Sumber Daya dan Cadangan

Perhitungan sumber daya dan cadangan bermanfaat untuk hal-hal

berikut ini:

a. Memberikan besaran kuantitas (tonase) dan kualitas terhadap suatu

endapan bahan galian.


b. Memberikan bentuk tiga dimensi dari endapan bahan galian serta distribusi

ruang (spatial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan

urutan/tahapan penambangan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi

pemilihan peralatan.
c. Jumlah sumber daya dan cadangan menentukan umur tambang. Hal ini

penting dalam perancangan pabrik pengolahan dan infrastruktur lainnya.


d. Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan besaran

sumber daya dan cadangan. Faktor ini harus diperhatikan dalam

menentukan lokasi pembuangan tanah penutup, pabrik pengolahan,

bengkel, dan fasilitas lainnya.


17

e. Dapat menghitung rencana kerja produksi penambangan.

5. Estimasi Sumberdaya dan Cadangan dengan Metoda Konvensional

a. Model Blok Teratur (Regular Block Model)

Model cadangan adalah cara dan sistematika estimasi cadangan suatu

endapan mineral berdasarkan metode penaksiran yang sesuai, tergantung

pada kompleksitas geometri dan penyebaran kadar. Output-nya adalah

cadangan endapan (probable atau proven reserve). Model cadangan ini

dapat dilakukan secara komputerisasi (model komputer), salah satunya

model blok teratur.

Model blok teratur (regular block model), cebakan dibagi dalam

blok-blok dengan dimensi tertentu. Tiap blok memiliki atribut jenis batuan,

alterasi, mineralisasi, kadar, kode topografi dan sebagainya. (Idrus, 2007:

17)

Pemilihan model blok teratur (regular block model) sebagai metode

dalam permodelan endapan bijih didasarkan atas beberapa hal, yaitu:

1) Cebakan bijih dan daerah sekitarnya dibagi menjadi unit-unit yang lebih

kecil atau blok-blok, yang memiliki ukuran (panjang, lebar dan tinggi)

tertentu. Tinggi blok biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang

penambangan.
2) Tiap-tiap blok memiliki atribut-atribut seperti jenis batuan
18

Gambar 2. Model Endapan Blok


6. Estimasi dengan Inverse Distance Weighted (IDW)

Metode ini membagi daerah yang akan dihitung cadangannya atas

blok-blok yang sama luasnya. Blok umumnya berbentuk bujur sangkar dengan

panjang sisi sekitar 1/2 - 1/3 jarak lubang bor. Cadangan dihitung dengan

menjumlahkan tonase masing-masing blok dan kadar rata-rata blok diperoleh

dengan cara perhitungan kadar dengan pembobotan tonase. (Idrus, 2007: 69)

Kadar dan ketebalan setiap blok dihitung berdasarkan data lubang bor

disekitarnya yang terdekat dengan cara pembobotan jarak terbalik (inverse

distance) atau kriging (cara geostatistik).

Sebaran data yang tidak teratur umumnya memberikan persoalan

dalam meramal suatu blok yang tidak mempunyai data yang terletak di antara

blok-blok yang mempunyai data seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3


19

Gambar 3. Metode Pembobotan dengan Jarak Terbalik

Untuk memecahkan persoalan ini digunakan suatu metode penaksiran

yang didasarkan atas jarak conto terhadap blk tersebut. Pembobotan

berdasarkan jarak yang biasa dipakai, yaitu inverse distance (ID), inverse

distance square (IDS), inverse distance cubed (IDC).

Formula pembobotan jarak (distance Weight) adalah:

Dimana :
Z(v) = kadar blok yang diestimasi
Z(xi) = kadar titik/blok pada jarak xi
λi = nilai pembobotan jarak
di = jarak blok yang diestimasi dengan titik bor tertentu
20

I. Penelitian Sejenis.
Penelitian tentang estimasi sumberdaya bijih besi yamg penulis lakukan

juga pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut dilakukan oleh
1. Perhitungan Sumberdaya Bijih Besi Dengan Blok Model Regular Dan Blok
Model Irregular Menggunakan Estimasi Inverse Distance Weight PT Kotabesi
Iron Mining, oleh Fantry Abdi Adreano (2014), Universitas Lambung
Mangkurat.
Penelitian ini yaitu melakukan perhitungan sumberdaya dengan

model menggunakan metode Blok Regular. Dilakukan juga permodelan Blok

Irregular dengan membuat variasi ukuran blok 100×100 meter, 100×50 meter

dan 100×25 meter. Kemudian masing-masing diestimasi dengan metode IDS

dan IDC. Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai estimasi masih

mendekati data aktualnya. Namun pada beberapa titik terlihat selisih cukup

signifikan yang memperlihatkan nilai estimasi lebih tinggi dari data aktualnya.

Hal ini akan mempengaruhi jumlah sumberdaya bijih besi yang dihitung.

Namun nilai deviasi masih cukup kecil, sehingga permodelan dengan Blok

Model yang diestimasi dengan metode IDS dan IDC masih cukup baik untuk

digunakan pada penelitian ini


21

2. Studi Perbandingan Antara Metode Poligon Dan Inverse Distance Pada


Perhitungan Cadangan Ni PT. Cipta Mandiri Putra Perkasa Kabupaten
Morowali, oleh Sri Widodo (2015), Universitas Muslim Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total sumberdaya endapan

nikel laterit dengan menggunakan metode metode Nearest neighbour point

(NNP) dan Inverse distance Weight (IDW) serta mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi perbedaan hasil estimasi sumberdaya dengan dua metode

tersebut. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh persen selisih

sebesar 5 %. Penyebab perbedaan hasil estimasi sumberdaya tersebut adalah

jumlah titik yang berpengaruh dalam suatu blok. Perhitungan dengan metode

IDW dihitung berdasarkan titik data yang terdekat dengan titik yang ditaksir,

sedangkan perhitungan dengan metode NNP memperhitungkan nilai di suatu

blok didasari oleh nilai titik yang paling dekat dengan blok tersebut
3. Pemodelan Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi Cadangan Pada PT Anugerah
Tompira Nikel Di Daerah Masama, Kabupaten Banggai, Oleh Silti Salinita
Dan Agus Nugroho (2004)
Pemodelan dan perhitungan cadangan endapan mineral tersebut

dijadikan sebagai dasar evaluasi untuk menghasilkan keputusan apakah suatu

endapan layak atau tidak layak ditambang. Oleh karena itu, diperlukan

penaksiran dan pendekatan dengan metode-metode tertentu. Salah satu bentuk

model endapan dapat dibuat berdasarkan penampang vertikal yang dibuat dari

estimasi data pemboran. Ada banyak metode yang dapat dipakai untuk

memodelkan dan menghitung besaran cadangan endapan mineral. Salah

satunya adalah metode blok model. Hasil perhitungan kandungan logam Ni

dengan metode blok model yaitu 29.896.173 mt (cadangan tereka),


22

11.510.333 mt (cadangan tertunjuk), 11.487.913 mt (cadangan terukur) dan

8.085.993 mt (cadangan terukur dengan kadar batas (CoG) 1,0 %).


4. Estimasi Potensi Kadar Nikel Laterit Daerah Weda Kabupaten Halmahera
Tengah Dengan Pendekatan Metode Inverse Distance Weigh (Idw), Oleh
Heryy Djainal (2017), Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Ternate.
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi sumberdaya nikel laterit

dengan menggunakan metode estimasi Inverse Distance Weigh (IDW) untuk

mengetahui pola sebaran kadar Ni dan Fe2o3 dan jumlah tonase kadar dalam

bentuk tabulasi kadar berdasarkan Cut of Grade. Hasil estimasi dengan 221

jumlah lubang bor yang menggunakan metode Inverse Distance Weigh

diperoleh jumlah tonase pada Upper 43.255.749 ton dan kadar rata-rata Ni

0.64%, untuk Limonit Ore 41.515.514 ton dengan kadar Ni rata-rata 1.20 %,

dan jumlah tonase Saprolit Ore 116.395.320 ton dengan kadar Ni rata-rata

1.53 %.
5. Estimasi Sumberdaya Bijih Nikel Laterit Dengan Menggunakan Metode Idw
Diprovinsi Sulawesi Tenggara, Oleh Muh. Rafiq Rafsanjani, Universitas
Muslim Indonesia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi

sumberdaya dari endapan bijih nikel laterit serta mengetahui ketebalan

endapan mineral, kedalaman titik bor dan topografi dari area yang diestimasi

tersebut. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data assay, collar,

litologi dan survey yang mana data ini akan dihitung dengan menggunakan

metode Inverse Distance Weighted menggunakan Software Surpac 6.5. Dari

data yang ada maka diperoleh hasil yaitu ketebalan endapan mineral bijih 5 –

21m, dengan topografi perbukitan ketinggian 250 – 311mdpl, kedalaman titik

bor 9 – 26m, potensi sumberdayanya dengan tonase sebesar 5.646.563 ton.


23

6. Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit Dengan Metode Inverse Distance Weight


(Idw) Pada PT. Vale Indonesia, Tbk. Kecamatan Nuha Provinsi Sulawesi
Selatan, Oleh Rima Mustika (2015), Universitas Muslim Indonesia.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

sumberdaya nikel laterit di blok X pada PT. Vale Indonesia, Tbk. Pada

penelitian ini penentuan estimasi sumberdaya nikel laterit menggunakan

metode Inverse Distance Weight (IDW).Berdasarkan estimasi sumberdaya

nikel laterit menggunakan metode IDW dengan spasi titik bor 100 meter dan

COG 1,5% Ni, diperoleh tonase sumberdaya sebesar 3.100.238ton dengan

rata-rata kadar Ni 1,80%.


7. Geologi Dan Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit Dengan Metode Idw (Inverse
Distance Weight) Dan Kriging Pada Daerah Bahodopi Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah, Oleh Muhammad Amril Asy’ari (2012), Politeknik
Negeri Banjarmasin
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang memiliki

ketelitian yang lebih baik berdasarkan perbandingan kedua metode

perhitungan. Topografi pada daerah penelitian berupa morfologi

bergelombang dan morfologi berbukit bergelombang. Hasil analisa petrogarfi

menunjukkan batuan dasarnya berupa batuan ultramafik dengan jenis

hazburgit. Titik bor interval 25 meter memiliki titik bor sebanyak 636 dan

interval 50 meter memiliki titik 234. Hasil perhitungan sumberdaya dengan

menggunakan metode inverse distance sebanyak 15.937 ton. Untuk metode

kriging, dengan jumlah titik bor zona saprolit sebanyak 486 titik. Jumlah titik

bor yang masuk dalam kategori cut off grade sebanyak 157 titik, setelah

dilakukan kriging terdapat 160 blok. Sebelum dilakukan kriging hasilnya

9751.874 ton, setelah dilakukan analisa kriging hasil perhitungannya sebesar


24

9722,385 ton. Setelah dilakukan analisa kriging, didapatkan nilai

semivariogram, yang mana daerah pengaruh untuk sebaran nikel memiliki

panjang 197,64 meter dengan arah N 223,8°E. sedangkan untuk ketebalan

mempunyai range terpanjang 183,27 meter dengan arah N 9,2°E. Nilai awal

simpangan baku 0,32 dan setelah dilakukan proses kriging nilai simpangan

baku menjadi 0,152. Nilai awal koefesien variasi awal sebesar 0,242, setelah

dilakukan proses kriging di dapatkan nilai koefesien variasi 0,115. Untuk tebal

Ni nilai awal simpangan baku sebesar 1,77, setelah dilakukan analisa kriging

di dapatkan nilai 1,78. Estimasi menggunakan kriging merupakan metode

pendekatan dari nilai sebenarnya dengan tujuan utama untuk menghindari

kesalahan sistimatis dalam estimasi yang terlalu besar atau terlalu kecil dalam

menaksir cadangan. Perbedaan hasil estimasi kedua metode disebabkan

karena adanya perbedaan nilai kadar Ni dan tebal Ni hasil taksiran kedua

metode tersebut. Metode estimasi kriging yang diproses yaitu kadar Ni dan

tebal Ni, sedangkan metode estimasi inverse distance hanya kadar yang

diproses
8. Studi Perbandingan Antara Metode Poligon Dan Inverse Distance Pada
Perhitungan Cadangan Ni PT. Cipta Mandiri Putra Perkasa Kabupaten
Morowali, Oleh Sri Widodo, (2015), Universitas Muslim Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan jumlah

cadangan Ni antara metode poligon dan metode inverse distance. Adapun

jenis data yang digunakan yaitu berupa data coring yang berjumlah 59 titik

bor, data koordinat dari setiap lubang bor yang berada pada lokasi penelitian,

dan data hasil analisis kadar laboratorium. Dari penelitian yang dilakukan,
25

perbandingan hubungan cut off grade – tonnage bijih nikel berdasarkan dua

metode yaitu poligon dan inverse distance didapatkan jumlah cadangan untuk

metode poligon Ni 1,5% - 1,79: 346.790 ton, Ni 1,8% - 1,9%: 167.907 ton,

dan Ni > 2,0% :489.066 ton. Sedangkan dengan metode inverse distance yaitu

Ni 1,5% - 1,79: 490.313 ton, Ni 1,8% - 1,9%: 167.813 ton, dan Ni >2,0%:

291.618 ton. Dari data tersebut dibuatkan grafik perbandingan cut off grade –

tonnage. Dari grafik COG menunjukkan jumlah cadangan COG 1,5% - 1,79%

dan COG 1,8% - 1,9% dengan menggunakan metode poligon lebih sedikit

dibandingkan metode inverse distance dan Jumlah cadangan COG >2,0%

dengan menggunakan metode poligon lebih banyak dibandingkan dengan

metode inverse distance.


9. Pemodelan Endapan Nikel Laterit Menggunakan Software Surpac Pada
PT.Cipta Mandiri Putra Perkasa Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi
Tengah, Oleh Muhammad Arrijal Akram (2015), Universitas Hasanudin.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui blok model Ni yang

memiliki kadar ekonomis dan jumlah cadangan terkira pada cut of grade

diatas Ni 1,5%. Penelitian ini menggunakan metode estimasi inverse distance

Weight dengan bantuan software surpac. Adapun data-data yang dibutuhkan

dalam pengolahan adalah data assay, titik koordinat, jumlah titik bor, dan

elevasi. Hasil report cadangan terkira cut of grade untuk 1,5% ialah 1.251.121

ton.
10. Stimasi Sumberdaya Nikel Laterit Dengan Membandingkan Metode Nearest
Neighbour Point Dan Inverse Distance Weight, Oleh Muhammad Irwan Zibuk
(2016), Universitas Hasanudin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total sumberdaya endapan

nikel laterit dengan menggunakan metode metode Nearest neighbour point


26

(NNP) dan Inverse distance Weight (IDW) serta mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi perbedaan hasil estimasi sumberdaya dengan dua metode

tersebut. Dari hasil estimasi sumberdaya dengan metode IDW pada penelitian

ini diperoleh tonase sumberdaya sebesar 2.540.953 ton dengan rata-rata kadar

Ni 1,85%. Sedangkan hasil tonase sumberdaya dengan metode NNP sebesar

2.412.852ton dengan rata-rata kadar Ni 1,95%. Total tonase sumberdaya

endapan nikel laterit yang diperoleh pada Blok “X” Konawe memiliki selisih

sebesar 128.101 ton. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh persen

selisih sebesar 5 %. Penyebab perbedaan hasil estimasi sumberdaya tersebut

adalah jumlah titik yang berpengaruh dalam suatu blok. Perhitungan dengan

metode IDW dihitung berdasarkan titik data yang terdekat dengan titik yang

ditaksir, sedangkan perhitungan dengan metode NNP memperhitungkan nilai

di suatu blok didasari oleh nilai titik yang paling dekat dengan blok tersebut.
27

J. Kerangka Koseptual.
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas serta tujuan dari penelitian ini

maka kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:

Data Primer
INPUT Data log bor
Jarak Lubang bor
Data Assay, Collar, Lithologi, Survey
Data Sekunder:
Peta topografi
Peta kesamapaian daerah
MembuatPeta geologi blok model sumberdaya bijih besi
gambaran
PROSES menggunakan software surpac
Menghitung sumber daya bijih menggunakan Blok Model
Regular dengan metode estimasi IDW.
Menghitung persentase kesalahan perhitungan sumber daya bijih
besi menggunakan Blok Model Regular dengan metode IDW
serta dengan
Diketahui modelperhitungan perusahaan.bijih besi serta di lokasi
endapan sumberdaya
OUTPU penambangan PT Geminra Mitra Kesuma.
T Didapatkan estimasi sumber daya bijih besi menggunakan Blok
K. Jenis Penelitian.
Model Regular dengan metode IDW.
Dalam penelitian
Diketahui ini penulis
persentase menggunakan
kesalahan jenis sumber
perhitungan penelitian kuantitatif.
daya bijih
besi menggunakan Blok Model Regular dengan metode IDW
Menurut A.Muriserta Yusuf (2005:54) penelitian
dengan perhitungan perusahaan kuantitatif
menggunakan adalah Suatu
metode
Area Of Influance.
penelitian dimana data yang dikumpulkan berupa angka (numbers) sebagai

lambang dari peristiwa dan dianalisis menggunakan teknik statistik.


L. Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi penelitian terapan.

Menurut Namawi, Martini (1996:10) menjelaskan bahwa penelitian terapan

adalah sebagai berikut :


1. Studi Literatur
28

Mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan materi yang akan

dibahas di lapangan melalui buku-buku, seperti Metoda Perencanaan

Tambang, Geostatistik dan Permodelan Sumberdaya, dan beberapa sumber

lain yang berhubungan

2. Pengambilan Data

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Untuk data

primer diambil langsung dilapangan atau didapatkan dari perhitungan

dilapangan yang ada kaitannya dengan objek penelitian seperti data lubang

bor, data assay, data collar. Sedangkan untuk data sekunder didapat dari

literatur perusahaan atau laporan perusahaan seperti data peta kesampaian

daerah, peta geologi dan peta topografi .

3. Pengolahan Data

Setelah data didapatkan maka selanjutnya adalah pengelompokan dan

pengolahan data, dikarenakan untuk penelitian ini dibutuhkan banyak sekali

data, maka data harus dikelompokkan sesuai dengan tahapan pengerjaannya.

4. Analisis Pengolahan Data

Setelah semua data yang ada diolah selanjutnya dilakukan analisis data

yang sudah diolah. Dari perhitungan yang dilakukan maka akan didapatkan

estimasi sumberdaya

Untuk analisis sendiri yaitu menghitung sumber daya bijih

menggunakan metode Blok Model Regular dengan metode IDW yang


29

kemudian akan didapatkan estimasi sumberdaya menjadi rekomendasi

kepada perusahaan.

5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan diperoleh dari hasil pengamatan lapangan, perhitungan,

dan analisis data. Kemudian dihasilkan suatu rekomendasi yang bermanfaat

bagi perusahaan. Serta saran-saran agar apa yang direkomendasikan bisa

dilaksankan oleh perusahaan.

M. Diagram Alir Penelitian

Estimasi Sumberdaya Bijih Besi Menggunakan metode Inverse Distance Weight di PT


Geminra Mitra Kesuma, Kec Sungai Beremas, Kab Pasaman Barat, Sumatera Barat

Studi Literatur

Pengambilan Data

DATA PRIMER DATA SEKUNDER


1. Log bor 1. Peta Geologi
2. Data Assay 2. Peta Kesampaian Daerah
3. Data Collar 3. Peta Topografi
4. Data Lithologi
5. Data Survey
30

1. Membuat gambaran blok model sumberdaya bijih besi menggunakan software


surpac
2. Perhitungan sumberdaya dengan blok model regular menggunakan metode inverse
distance weighting
3. Perhitungan persentase kesalahan dengan blok model regular menggunakan metode
inverse distance weighting dengan perhitungan perusahaan menggunakan metode
area pengaruh.

Estimasi Sumberdaya

Kesimpulan

N. Tempat dan Waktu Penelitian.


1. Lokasi penelitian.
Penelitian ini dilakukan di PT X berlokasi di Nagai Ranah panantian,

Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat.


2. Jadwal Pelaksanaan

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama 3 minggu,

yaitupada tanggal 23 Mei – 13 Juni 2018 (3 Minggu), dengan jadwal

pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel 3. Kegiatan Penelitian:


Minggu Ke
No Kegiatan
1 2 3
1 Studi Literatur
31

2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
Pembuatan laporan dan
4
presentase

Daftar Pustaka

Abdi Fantry (2014). Perhitungan Sumberdaya Bijih Besidengan Blok Model Regular
Dan Blok Model Irregular Menggunakan Estimasi Inverse Distance Weight Pt
Kotabesi Iron Mining Kecamatan Telawang Kabupaten Kotawaringin Timur
Propinsi Kalimantan Tengah. Universitas Lambung Mangkurat.

Haris agus (2004) . Metode perhitungan cadangan. Bandung: Jurusan Teknik


Pertambangan, ITB.

Idrus, Arifudin. 2007. Eksplorasi Sumberdaya Mineral. Universitas Gadjah Mada:


Yogyakarta

Irwan Muhammad (2016). Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit Dengan


Membandingkan Metode Nearest Neighbour Point Dan Inverse Distance
Weight. Geomine. Volume 04, No. 1.

Nugroho, Aris. 2010. Laterit dan Endapan Bijih. Scribd: Indonesia

Salitina Silti (2014).Pemodelan Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi Cadangan Pada Pt.
Anugerah Tompira Nikel Di Daerah Masama, Kabupaten Banggai. Teknologi
Mineral Dan Batubara Volume 10, No 2.
32

Widodo Sri (2015). Studi Perbandingan Antara Metode Poligon Dan Inverse Distance
Pada Perhitungan Cadangan Ni Pt. Cipta Mandiri Putra Perkasa Kabupaten
Morowali. Geomine, Vol 03.

Anda mungkin juga menyukai