PERENCANAAN TAMBANG
LAPORAN STUDY KELAYAKAN TAMBANG
BAHAN GALIAN INDUSTRI GRANIT PADA PT. GRANIT JAYA ABADI,
DESA TAPANGO, KECAMATAN TAPANGO, KABUPATEN POLEWALI
MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT
OLEH :
SINTAULI PASARIBU DBD 114 025
MELINA HUTABARAT DBD 114 033
MELIANI ISMAYANTI SILALAHI DBD 114 074
IKHWAN PRASAJA DBD 114 075
HELITA OLIVIA DBD 114 095
RESKY KUSI SINTA DBD 114 111
INDAH PUSTRIKA RESKY DBD 114 123
APRILIA ANGGARAENI DBD 114 124
RICKY HARYANTO SARAGIH DBD 114 131
KAIZEN G.T SINAGA DBD 114 150
SARA SIALLAGAN DBD 114 171
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas berkat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan petunjuk dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Perencanaan Tambang yang berjudul “LAPORAN STUDY KELAYAKAN
TAMBANG BAHAN GALIAN INDUSTRI GRANIT PADA PT. GRANIT JAYA
ABADI, PALANGKA RAYA, KALIMANTAN TENGAH”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hepryandi Luwyk Djanas
Usup, S.T., M.T yang telah membimbing dan memberikan suatu pengalaman baru
serta ilmu pengetahuan baru khususnya pada proses pengajaran Perencanaan
Tambang.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan pada laporan-laporan berikutnya berikutnya.
Demikian laporan ini disusun dengan harapan semoga bermanfaat bagi para
pembacanya.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
2.1 Asal mula bahan galian industri fosfat ....................................... 3
2.2 Persebaran bahan galian industri fosfat ...................................... 9
2.3 Pertambangan bahan galian industry fosfat ................................ 10
2.4 Kegunaan bahan galian industry fosfat ....................................... 13
2.5 Potensi dan perkembangan bahan galian industry fosfat ............ 15
2.5.1 Potensi Bahan Galian Industri fosfat ................................. 15
2.5.2 Perkembangan Bahan Galian Industri fosfat ..................... 19
2.6 keuntungan dan kerugian dari bahan galian industri fosfat ........ 21
2.6.1 Keuntungan dari bahan galian industri fosfat.................... 21
2.6.2 Kerugian dari bahan galian industri fosfat ........................ 22
BAB III PENUTUP.................................................................................. 26
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 26
3.2 Saran ........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
beku dalam atau batuan plutonik. Batu granit yang meleleh akibat panas dari
magma berubah menjadi batu riolit. Batu riolit memiliki tekstur hampir sama
dengan granit. Yang membedakan adalah riolit memiliki tekstur lebih halus,
terang, dan terbentuk di permukaan bumi, sehingga termasuk batuan beku luar
atau batu vulkanik.
Proses pembentukan Batu granit termasuk dalam batuan beku dalam.
Oleh karena itu, batu granit terbentuk di dalam bumi, melalui proses intrusi
magma. Instrusi magma adalah proses naiknya magma ke permukaan bumi,
dan menyusup diantara celah- celah batuan. tetapi, karena tenaga yang kecil,
magma tidak pernah sempat keluar dari dalam bumi, dan mengalami
pendinginan di dalam bumi. batu granit terbentuk melalui pendingan magma
yang terjadi di dalam bumi, dengan tempo yang lama. Akibat pendinginan yang
lama, tekstur batu granit cenderung kasar. Magma yang mengalami
pendinginan membentuk butiran Batu yang besar. Butiran Batu yang besar ini,
kemudian bersatu, dan menjadi batu granit. Batu granit juga dapat ditemukan
di permukaan bumi. hal ini dapat terjadi jika lelehan lava yang merayap di
permukaan bumi mengandung unsur batu granit. Struktur dari batu granit
adalah 20 hingga 60 persen batu grannit terdiri dari kuarsa dan fieldspar,
dengan rincian 10 persen kuarsa, 30 hingga 60 persen fieldsparkalium, 0 hingga
35 persen plagioklas natrium dan Batu mavis 30 hingga 35 persen.
Manfaat dari batu granit Batu granit adalah salah satu batu di bumi yang
banyak dimanfatkan untuk kebutuhan manusia. Karena kuat, batu granit sering
dipakai sebagai bahan konstruksi. Selain itu batu granit yang berbentuk
lembaran, banyak dipakai sebagai ornamen dinding. Batu granit yang tahan air,
juga dipakai sebagai tekel untuk lantai. Sisa- sisa ptongan batu granit, juga bisa
dipakai sebagai teraso. Tidak hanya dipakai di bidang konstruksi, batu granit
juga dipakai sebagai alat pengukur koordinat. Alat pengukur ini bernama
Coordinate Measuring Machine. Alat ini memanfaatkan batu granit yang tahan
air.
2
Penambangan batu granit di lakukan dengan jenis penambangan terbuka
yaitu metode quarry, metode quarry adalah di gunakan untuk bahan galian
golongan C atau bahan galian industry.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari perencanaan penambangan granit ini
adalah :
a. Untuk menentukan target produksi dari penambangan granit.
b. Untuk menentukan umur tambang granit.
c. Untuk menetukan jenis dan metode penambangan granit
d. Untuk menentukan alat-alat yang di gunakan dalam proses
penambangan granit.
e. Untuk menentukan desain tambang pada penambangan granit
f. Untuk merencanakan proses pengolahan yang baik.
g. Untuk merencanakan pemasaran granit yang menguntungkan.
3
a. Penilaian dan Pengkajian Data Yang Tersedia
Ada beberapa hal yang akan diteliti pada kajian ini, yaitu:
1. Kondisi geologi, topografi, kondisi daerah lokasi, keadaan
lingkungan, sarana transportasi dan tenaga kerja
2. Cara atau metode penyelidikan dan peralatan yang digunakan
3. Kondisi endapan Batu Granit yang meliputi kedudukan dan
penyebarannya, kuantitas dan kualitasnya
4
c. Deskripsi Kegiatan
1. Geologi Tambang
1. Tujuan
Kajian geologi tambang bertujuan mengevaluasi data geologi
yang tersedia baik yang lama maupun yang baru termasuk data
bor sehingga dapat digunakan untuk desain tambang.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Kajian topografi/morfologi
b. Stratigrafi
c. Struktur geologi
d. Pemetaan penyebaran Batu Granit
e. Pemetaan ketebalan lapisan penutup di daerah tambang
terbuka
f. Cadangan Batu Granit
2. Geoteknik
1. Tujuan
Pengujian geoteknik bertujuan untuk menentukan sifat fisik
dan mekanik baik batuan yang menyusun overburden,
interburden dan batuan dasar maupun lapisan Batu Granit.
Hasil pengujian diperlukan untuk lanjutan perancangan
tambang terbuka terutama dalam penentuan geometri lereng.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Pengujian geoteknik
Pengujian sifat fisik
Pengujian ultrasonik
5
Pengujian kuat tekan uniaxial
Pengujian geser langsung
b. Analisis kestabilan lereng
4. Perencanaan Tambang
1. Tujuan
Perencanaan tambang terbuka bertujuan untuk melakukan
penambangan Batu Granit di batas elevasi yang masih
menguntungkan.
2. Lingkup Pekerjaan
6
6. Transportasi
1. Tujuan
Kajian transportasi bertujuan untuk mengevaluasi
pengangkutan tanah buangan (overburden) dan stockpile
pabrik pengolahan (crushing plant) beserta pengangkutan
Batu Granit dan pengolahan ke tujuan akhir atau pelabuhan.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Evaluasi kelayakan teknis jalur pengangkutan
b. Jadwal waktu pengangkutan
c. Evaluasi daya angkut dump truck
d. Kajian finansial dan ekonomi setiap alternative
e. Penentuan dan rancangan alternatif terpilih
8. Kelayakan Ekonomi
1. Tujuan
Kajian kelayakan ekonomi bertujuan untuk menilai kelayakan
endapan Batu Granit di daerah PT. Granit Jaya Abadi secara
ekonomi.
7
2. Lingkup Pekerjaan
a. Perencanaan organisasi dan tenaga kerja
b. Analisis pasar Batu Granit
c. Analisis ekonomi
d. Analisis finansial
8
1.5 Jadwal Studi
Studi kelayakan dalam rangka perkembangan granit ini dilaksanakan
dalam jangka waktu lima tahun, dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan seperti
tertera pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Tahun Ke-
N
Kegiatan I II III IV V
o.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Kajian Geologi
2. Kajian
Geoteknik
Analisis
3. Kualitas
Batu Granit
Kajian
4. Hidrologi &
Hidrogeologi
Perancangan
5. Tambang
Terbuka
6. Kajian
Transportasi
Kajian
7. Kelayakan
Ekonomi
Penyerahan
8.
Draft Laporan
9. Presentasi
10 Perbaikan
. Laporan
11 Penyerahan
. Laporan Akhir
9
BAB II
KEADAAN UMUM
Lokasi daerah kajian (Gambar 2.1) terletak di antara 1190 14’ 45’
BT – 1190 19’ 00’’ BT dan 0030 18’ 59’’ LS - 0030 19’ 59’’ LS yang secara
rinci sebagai berikut:
Tabel 2.1
Lokasi Daerah Kajian
Titik Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)
IP-01 1190 14’ 45’’ 0030 18’ 59’’
IP-02 1190 19’ 00’’ 0030 18’ 59’’
IP-03 1190 19’ 00’’ 0030 19’ 59’’
IP-04 1190 14’ 45’’ 0030 19’ 59’’
10
Gambar 2.1
Peta Wilayah KP PT. Granit Jaya Abadi
Tahap Kajian Kelayakan
Secara geografis pada koordinat 0030 18’ 59’’ LS - 0030 19’ 59’’ LS
dan 1190 14’ 45’ BT - 1190 19’ 00’’ BT dengan luas keseluruhan sekitar ±
1.501Ha, secara administratif lokasi penyelidikan termasuk dalam wilayah
Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat. Lokasi penyelidikan berjarak sekitar 240km ke arah utara
Kota Makassar. Akses dari jalan utama ke arah jalan poros Makassar-
Mamuju hanya berjarak 9km berupa jalan kelas III. Dari lokasi prospek
Tapango ke lokasi rencana pelabuhan (Tanjung Mampie) sekitar 18km.
11
Gambar 2.2
Kondisi Akses Jalan Tapango Menuju Poros Makassar - Mamuju
Gambar 2.3
Kondisi Akses Jalan Pengerasan Menuju Dermaga Tg. Mampie
12
dengan menggunakan kendaraan roda dua dan sebagian lagi hanya dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat setempat
pada wilayah KP eksplorasi ini sebagian besar berupa perkebunan coklat.
2.2 Geomorfologi
Daerah penelitian secara umum berada pada ketinggian 50-750meter di
atas permukaan laut (dpl) di bagian barat Kota Polewali. Kenampakan umum
morfologi daerah penelitian menunjukkan puncak-puncak bukit di bagian
utara dan melandai ke bagian selatan. Pembahasan morfologi daerah
penelitian meliputi pembagian satuan morfologi berdasarkan kenampakan
dari permukaan bumi dengan memperlihatkan beberapa faktor yang
13
mempengaruhi selama proses pembentukannya, sungai dan stadia daerah
penelitian.
Morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan
geomorfologi berdasarkan beda tinggi, antara lain yaitu Satuan Perbukitan
Landai Denudasional, Satuan Perbukitan Intrusi Curam, dan Satuan
Perbukitan Memanjang Sangat Curam.
14
2.3 Iklim
Secara umum Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat
merupakan daerah yang beriklim tropika basah (tipe iklim A menurut
KOPPEN) yang pada musim kemarau masih terjadi hujan. Adapun jumlah
curah hujan dan hari hujan terlihat pada tabel 2.2.
Suhu rata-rata berkisar antara 18° sampai 30°, musim penghujan dari
bulan September sampai Februari dengan curah hujan rata-rata setiap tahun
berkisar antara 1800mm sampai 2000mm dengan rata-rata hari hujan setiap
tahun sekitar 120 hari. Kelembaban udara berkisar antara 50 sampai 55%,
musim kemarau sekitar bulan Maret sampai Agustus.
Tabel 2.2
Curah Hujan Dengan Hari Hujan Tahun 2006
Tapango dan Sekitarnya
No. Bulan
Curah Hujan Hari Hujan
1. Januari 379 19
2. Februari 244 14
3. Maret 294 12
4. April 106 13
5. Mei 212 9
6. Juni 15 2
7. Juli 14 4
8. Agustus 76 5
9. September 180 9
10. Oktober 117 8
11. Nopember 220 14
12. Desember 261 18
Rata-rata 176,5 10,6
15
2.4 Infrastruktur
Sarana-sarana infrastruktur yang terdapat di daerah penambangan
berupa sarana transportasi berupa jalan dan angkutan/kendaraan roda empat
dan roda dua, penerangan berupa listrik. Sarana pendidikan dari SD sampai
SMP.
16
BAB III
KEADAAN ENDAPAN
3.1 Geologi
3.1.1 Lithologi
Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai di lapangan, maka litologi daerah
penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan batuan, yaitu:
1. Satuan Meta-sedimen
Satuan ini menempati sekitar 20% dibagian timur-laut
sampai utara daerah penelitian dan membentuk morfologi
perbukitan terjal. Umumnya tersingkap di lereng-lereng bukit terjal
dan terganggu oleh adanya struktur. Satuan ini disusun oleh serpih
yang termetamorfisme lemah dan setempat dijumpai adanya
sufficed rock.
Serpih menunjukkan kenampakan lapangan berwarna coklat
sampai coklat kehitaman, tekstur wastik halus, ukuran butir <1/256
mm, tebal perlapisan sekitar 20-40 cm, struktur berlapis
(kedudukan N45°E), permeabilitas rendah, porositas sedang,
komposisi Batu berupa lempung dan oksida besi. Setempat
dijumpai proses silisifikasi dan proses backing effect terutama pada
zona kontak dengan batuan intrusi granit yang ada di daerah
penelitian. Granit dan Batu-Batu yang kaya akan ferromagnesium
lainnya hadir akibat adanya proses hidrothermal yang dibawa oleh
intrusi batuan beku pada batuan disekelilingnya. Silicified dijumpai
menunjukkan warna segar coklat kemerahan, umumnya dijumpai
pada zona struktur dan kontak dengan batuan intrusif, struktur non-
foliasi, komposisi Batu kwarsa, umumnya dijumpai dalam bentuk
bongkah- bongkah. Satuan ini merupakan bagian dari Formasi
Latimojong (Kls) yang berumur Kapur berdasarkan hasil penelitian
dari Djuri & Sudjatmiko, 1998.
17
2. Satuan Vulkanik
Satuan ini dapat dijumpai dibagian barat memanjang sampai
ke barat laut dan menempati sekitar 30% daerah penelitian. Kondisi
singkapan pada umumnya mengalami pelapukan terutama dibagian
permukaan. Disusun oleh tufa dan intrusi andesit dengan
kenampakan lapangan menunjukkan warna segar coklat
kekuningan dan putih keabu-abuan apabila lapuk, tekstur
vulkanikasi, struktur berlapis, komposisi Batu berupa material
vulkaniklasi, feldspar - plagioklas dan biotit. Dijumpai Batuisasi
Batu yang bersifat ferromagnesiun seperti Granit dalam jumlah
sedikit yang terkandung dalam veins kwarsa terutama di zona-zona
kontak batuan intrusif. Umur satuan batuan ini adalah Miosen -
Pliosen yang didasarkan pada peta geologi regional (Djuri, dkk,
1974).
3. Satuan Granit
Satuan Granit menempati hampir sekitar 50% dari luas
daerah penelitian, memanjang dibagian utara sampai selatan dan
barat yang membentuk satuan morfologi perbukitan
bergelombang. Bersifat intrusif dengan jenis dike yang memotong
perlapisan batuan sedimen disekitarnya. Kenampakan fisik
berwarna coklat hingga kuning kecoklatan berstruktur non-foliasi.
Secara petrologi Granit yang dijumpai terbagi menjadi beberapa
macam antara lain granit-biotit dan granit.
Batu ubahan yang dijumpai setempat berupa Batu lempung
dan klorit yang berasal dari plagioklas serta biotit dan sebagian
telah berubah menjadi oksida besi. Kondisi singkapan Granit
umumnya lapuk, terutama pada bagian selatan. Granit biotit
banyak tersebar di daerah selatan dengan warna umumnya abu-abu,
sedangkan untuk Granit dijumpai hampir di semua daerah
18
penelitian yang menunjukkan variasi warna abu-abu dan abu-abu
kemerahan.
Komposisi Granit Biotit disusun oleh Batu Kwarsa,
Orthoklas Plagioklas, Piroksin dan Biotit yang melimpah, serta
beberapa Batu-Batu alterasi lainnya mempunyai tekstur afanitik
sampai porfiritik. Banyak dijumpai dalam bentuk bongkah-
bongkah dengan ukuran hingga 3meter. Granit disusun oleh
dominan Orthoklas, Kwarsa, Plagioklas Biotit, Piroksin dan di
beberapa tempat khususnya di sekitar zona-zona struktur banyak
dijumpai Batu-Batu hasil alterasi. Selain itu juga dijumpai vein-
vein atau urat-urat kwarsa yang menunjukkan struktur khusus
berupa vug dan comb. Struktur khusus ini terdapat pada batuan
Granit yang berada di zona struktur, terutama mengisi kekar-kekar.
Batuan beku yang bersifat lebih basa seperti basalt dijumpai
setempat dalam bentuk sill, juga di daerah-daerah zona
struktur. Pada beberapa block Granit banyak dijumpai Xenolith
dengan komposisi basaltik serta proses silisifikasi.
4. Satuan Alluvium
Dijumpai dalam bentuk endapan sungai berupa pasir hingga
bongkah. Kondisi endapan berwarna abu-abu dan hitam, berukuran
pasir dan batu (seperti berukuran kerikil, kerakal dan bongkah.
Jenis material terdiri dari Granit, Granit, Aplit dan Batuan Riolitik).
19
Gambar 3.1
Peta Geologi Regional
3.1.2 Struktur
Daerah Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali
Mandar, Provinsi Sulawesi Barat dan sekitarnya meliputi Formasi
Latimojong (TK1) yang berumur Kapur. Formasi batuan ini meliputi
Serpih, Fillit, Rijang, Marmer, Kwarsa dan Breksi terkersikkan serta
beberapa intrusi menengah - hingga basa. Dibeberapa tempat terdapat
intrusi yang terdiri dari Granit - Granodiorit – Sienit.
Geologi daerah penelitian termasuk dalam Lembar Majene dan
bagian barat Lembar Palopo. Secara geologi regional, tersusun oleh
20
batuan Terobosan (Tmpi) pada bagian timur, yang litologi umumnya
batuan beku bersusun asam sampai menengah, seperti Granit,
Granodiorit, Diorit, Syenit, Monzonit, Kwarsa, dan Rhytolit. Umurnya
diduga Pliosen karena menerobos batuan gunung api Waylimbong yang
berumur Mio-Pliosen. Sedangkan bagian barat daya disusun oleh
satuan alluvium (Qa) berupa Lempung, Lanau, Pasir dan Kerikil.
Umurnya diperkirakan Holosen.
Bagian utara, selatan sampai timur disusun oleh batuan gunung
api Waylimbong (Tmpv), berupa lava bersusunan basalt sampai
andesit, sebagian Lava Bantal, Breksi Andasit Trachit, mengandung
Feldspatoid dibeberapa tempat, diperkirakan diendapkan di lingkungan
laut, diduga berumur Mio-Pliosen karena menjemari dengan formasi
skala yang berumur Miosen tengah – Pliosen, tebalnya ratusan meter.
Umur diperkirakan Pliosen awal sampai Miosen akhir.
Survei lapangan dilakukan oleh PT. Granit Jaya Abadi. Pada
beberapa singkapan batuan yang dijumpai, terdapat beberapa lokasi
ditemukannya endapan lepas magnetit baik berupa stockworks maupun
lepas-lepas berukuran gravel hingga boulder.
Batuan yang ditemukan di lapangan, pada umumnya didominasi
oleh intrusi Granodiorit, Diorite dengan kontak yang tegas pada satuan
lava basalt yang diterobosnya. Batuan Granodiorit ini dicirikan warna
segar putih – putih keabuan, segar hingga terlapukkan kuat, faneritik,
butiran medium – coarse, hypocristalin, fenokris kwarsa, amphibole,
biotit, pyrite yang tersementasi oleh silica yang tinggi, butiran
equigranular, anhedral – subhedral disekitarnya, kontak yang tegas
terhadap lava basalt maupun batuan Siltstone yang dilalui.
Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari magma andesitic
yang mengalami proses pendinginan atau cooling magma.
Pembentukan granodiorit ini erat kaitannya dengan pembekuan lava
andesitic tadi di permukan bumi, atau mengalami proses cooling yang
sangat cepat atau tiba-tiba setelah kontak dengan batuan disekitarnya
21
yang lebih dingin. Hal ini dapat terlihat dari beberapa singkapan batuan
yang ditemukan di lapangan, dimana terdapatnya bekas/ jejak aliran
seperti slicken sided pada tubuh batuan, yang diakibatkan oleh luncuran
massa batuan diatasnya. Pada singkapan batuan, semakin kearah timur
dan tenggara dijumpai granodiorit yang memiliki ukuran butir yang
lebih kasar dan kandungan kwarsa yang tinggi. Hal ini menandakan
bahwa semakin kearah tersebut mendekati terhadap sumber instrusi
magma.
Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari zona intrusi
dangkal magmatis pada temperatur tinggi dan tekanan yang rendah.
Sedangkan lava basaltis yang ditemukan di lapangan, memiliki cirri
fisik berwarna segar abu hingga hitam, massif, segar hingga
terlapukkan sedang, afanitik, kontak yang tegas dengan granodiorit,
glassy, setempat-setempat terdapat struktur Columnar joint, Fenokris
kwarsa, Pyrite, dalam masssa dasar yang tersemenkan oleh Silica,
Holohyalin, dan sering berasosiasi dengan endapan Magnetit. Lava
basaltis ini diperkirakan lebih dahulu terbentuk daripada Granodiorit
dan terobosan Granodiorit yang memiliki kandungan viskositas magma
lebih tinggi menyebabkan Lava basaltis ini tertransportasi ke
permukaan. Batu Magnetit yang dominan ikut tertransport merupakan
bagian magma Basaltis yang miskin akan Silica, tetapi kaya akan
unsure Fe, terbawa bersama-sama dan terendapkan pada rekahan-
rekahan, seperti Sill dan Dyke.
Batuan Magnetit yang ditemukan berwarna segar abu-abu,
sebagai batuan yang sudah mengalami oksidasi memberikan warna
lapuk abu-abu kecoklatan sebagai Limonitic dengan sifat magnetisasi
bervariasi rendah sangat kuat atau tinggi, segar hingga terlapukkan
sedang, pecahan Concoidal, padat, streak hitam, kilap kusam,
ditemukan sebagai endapan stockwork maupun lepas-lepas pada
beberapa lokasi.
22
3.1.3 Geoteknik
Penyelidikan geoteknik untuk mendukung kegiatan operasional
penambangan granit dengan sistem penambangan terbuka (open pit)
bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kemiringan lereng
galian yang dapat meminimalkan timbulnya longsoran dari dinding
galian. Data yang diperlukan untuk penyelidikan ini adalah sebagai
berikut:
a. Data Lapangan
1. Susunan batuan
Susunan batuan pembentuk Iereng yang didapat dari data hasil
pemboran inti.
2. Struktur lapisan batuan
Struktur lapisan batuan agak kompak akibat pengaruh tektonik
namun ada beberapa memiliki rekahan-rekahan dan kekar
yang disebabkan oleh patahan dan sesar.
b. Hasil Pengamatan Bor dan Sampel Untuk Uji Laboratorium
1. Pemboran
Jumlah pemboran geoteknik untuk saat ini sebanyak 3 titik.
2. Jumlah sampel untuk uji laboratorium
Pengujian kondisi fisik, mekanik dan analisis batuan dilakukan
dengan mengacu kepada standar baku yang diakui secara
umum. Jumlah sampel yang dianalisis di laboratorium
sebanyak 3 sampel yang terdiri dari tanah dan Granit.
c. Hasil Uji Coba dan Analisis Laboratorium
1. Hasil Uji Sifat Fisik
Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium, meliputi uji
sifat dasar dan sifat keteknikan. Sifat dasar atau indeks
digunakan untuk menentukan klasifikasi dan perilaku tanah
atau batuan. Adapun rincian jenis pengujian tersebut, adalah
sebagai berikut:
23
Pengujian sifat fisik dasar (basical properties), antara
lain: kadar air (water content), berat isi asli (bulk density),
berat isi kering (dry density), berat isi jenuh (saturated
density), porositas (porosity) dan derajat kejenuhan
(saturated).
Pengujian sifat indeks/perilaku (index properties),
diperlukan untuk menentukan batas-batas Atterberg
(consistensy) dan distribusi butir (grain size).
24
Tabel 3.1
Data Hasil Uji Laboratorium Terhadap Contoh Batuan
Data Parameter Hasil Uji Sifat-Sifat Fisik
Parameter Nilai
DH-2
Kadar Air, w (%) 37,21
Berat Jenis (gram/cm2) 2,52
Berat Isi Basah. y (gram/cm5) 1,42
Berat Isi Kering, yet (gram/cm3) 1,04
Angka Pori (-) 1,17
Porositas, n (%) 53,98
Derajat Kejenuhan, S (%) 0,99
Batas Cair, (WL) (%) 58,00
Batas Plastis. (WP) (%) 52,54
Indeks Plastis (lp) (%) 5,46
DH-5
Kadar Air, w(%) 32,74
Berat Jenis (gram/cm2) 3,22
Berat Isi Basah, y (ton/m3) 1,33
Berat Isi Kering, yd (ton/m3) 1,00
Angka pori (-) 0,97
Porasitas, n {%) 49,35
Derajat Kejenuhan, S (%) 0,88
Batas Cair, (WL) (% 55,50
Batas Plastis, (WP) (%) 47,43
Indeks Plastis (lp) (%) 8,07
A. Geometri Tambang
Seperti yang telah diketahui, kajian geoteknik diperlukan untuk
menentukan desain tambang yang mencakup tinggi dan sudut
lereng yang dianggap. Secara umum geometri lereng dinding
bukaan tambang granit dibagi dalam dua kategori, yakni lereng
keseluruhan atau total (overall slope) dan lereng jenjang atau
individu (bench / individual slope). Selain menghitung dimensi
kedua jenis lereng, dalam laporan ini juga disertakan perhitungan
terhadap lereng timbunan (dumping area). Analisis dan
perhitungan kemantapan lereng dilakukan pada setiap lokasi titik
pemboran yang mewakili daerah sekitarnya dan dibatasi sampai
kedalaman maksimun dari setiap lubang bor.
25
1. Analisis Perhitungan Kemantapan Lereng
Untuk memperoleh geometri lereng total dan jenjang
tambang yang aman diperlukan analisis perhitungan
kemantapan lereng (slope stability) secara empirik. Dengan
kata lain, analisis kemantapan lereng diperlukan untuk
menentukan suatu bangunan lereng agar cukup stabil
sehingga tidak berbahaya untuk keselamatan dan kehidupan.
Hal yang terkait secara langsung dengan kemantapan lereng
adalah menentukan nilai Faktor Keamanan (safety factor).
Faktor Keamanan (FK) adalah nilai empirik yang diperoleh
dari gaya penahan dibagi oleh gaya pendorong, yang
dinyatakan sebagai persamaan:
Gaya Penahan
FK =
Gaya Pendorong
Selanjutnya, nilai FK (Bowles, 1981) dinyatakan sebagai
berikut:
FK < 1,0 : Lereng longsor
FK 1, 0 - 1.2 : Lereng kondisi kritis
FK > 1,2 : Lereng dianggap aman (stabil)
2. Kondisi Lereng
Gaya Pendorong maupun gaya penahan yang bekerja pada
sebuah lereng, setidaknya dipengaruhi 2 (dua) faktor utama
yang saling berkaitan yaitu faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam (internal) adalah gaya-gaya yang bekerja pada
lereng tersebut, yaitu gaya pendorong dan gaya penahan.
Besaran atau nilai dari gaya - gaya tersebut di atas dalam
aspek keteknikan dinyatakan sebagai nilai sifat fisik dan
mekaniknya, seperti berat isi (density), sudut geser dalam
(internal friction angle) dan kohesi dari setiap lapisan sub-
struktur yang menyusun lereng tersebut.
26
Faktor luar (eksternal) adalah faktor yang dipengaruhi oleh
kondisi fisik, seperti: dimensi tambang (sudut dan tinggi
lereng), kondisi geologi (struktur, kemiringan lapisan,
kegempaan), kondisi hidrologi (pengaruh tekanan air atau
hydrostatic pressure dan banjir), dan getaran yang
disebabkan aktivitas atau kegiatan penambangan seperti
penggunaan alat-alat berat atau getaran akibat peledakan
(blasting).
Kedua faktor di atas, dapat diperoleh dari hasil penyelidikan
di lapangan maupun uji di laboratorium penyelidikan
lapangan berupa pemboran inti, merupakan aspek yang
sangat penting untuk mengidentifikasi keadaan/ karakteristik
sub-struktur bawah permukaan, dari hasil pemboran inti
(coring) contoh tanah dan batuan tak terganggu diambil
untuk uji laboratorium.
27
a. Data makro dan mikro struktur (termasuk bidang
diskontinu)
b. Sifat indeks (perilaku) yang dinyatakan dalam nilai
konsistensi dan distribusi butir (khusus untuk tanah dan
batuan sedimen klastik)
c. Nilai kekerasan atau kuat tekan
4. Longsoran
Longsoran merupakan sebuah fenomena alam yang umum
terjadi, akibat perubahan keseimbangan terhadap
kemantapan lereng. Ditinjau dari aspek keteknikan,
longsoran terjadi disebabkan oleh gaya dorong lebih besar
dari gaya penahan sehingga nilai F < 1 (terjadi longsor).
Longsoran dianggap berbahaya bila telah memakan korban
jiwa dan merusak harta maupun benda. Dikaitkan dengan
bukaan tambang, longsoran termasuk berbahaya karena
adanya aktivitas di tempat tersebut. Akibat longsoran, selain
membahayakan juga menghambat aktivitas kegiatan
penambangan, dan selanjutnya akan menghambat produksi
tambang. Secara umum terdapat 4 (empat) jenis longsoran
yang terjadi pada area tambang terbuka, yaitu:
Longsoran blok atau bidang (Plane Failure)
Longsoran baji atau gunting (Wedge Failure)
Longsoran memutar atau tak memutar (Circuit Circular
Failure)
Longsoran guling atau rebah (Toppling Failure)
28
umumnya terjadi pada batuan sedimen, sedangkan longsoran
rebah (jungkiran), umumnya terjadi pada batuan beku atau
batuan-batuan sedimen yang lapisannya relatif tegak.
Longsoran bidang dan baji timbul karena struktur kekar yang
terpola (joint pattern), arah dan kemiringan lapisan sejajar
dan terpotong oleh bidang lereng (cut slope). Longsoran
memutar dan tak memutar sangat umum terjadi dibandingkan
jenis longsoran lainnya. Longsoran ini timbul karena struktur
yang tak beraturan (chaotic), dan lapisan batuan sedimen
relatif belum terkonsolidasi baik.
Untuk menghitung analisis kemantapan lereng yang
ditujukan untuk tipe longsoran memutar digunakan rumus
persamaan (Bishop, 1955), sebagai berikut:
1
{(c, b,(W b) tan , }
cos , (1 ta , ) / FK
f
W , sin
Dimana:
FK = Faktor Keamanan
c = Kohesi
b = Lebar Irisan longsoran
W = Berat Massa (luas + berat asli/jenuh)
, = Sudut Gelincir Bidang Longsor
1 = Sudut Geser Dalam
P = Tekanan Hidrostatis (berat isi air x tinggi)
Mengingat data curah hujan cukup tinggi dan didukung hasil
pengamatan mikrostruktur di lapangan, maka perhitungan
analisis kemantapan lereng total diintensikan pada jenis
longsoran memutar. Walaupun demikian untuk
perhitungannya, masih diperlukan beberapa asumsi
tambahan, yakni:
29
a. Perhitungan untuk lereng total menggunakan nilai FK >
1,3 dengan ketinggian mat (muka air tanah), sesuai
dengan hasil pengukuran. Untuk teras jenjang
menggunakan nilai FK > 1,5 dengan kondisi dianggap
jenuh dan batuan dianggap homogen.
b. Dimensi longsoran ditentukan melalui daerah paling
lemah (lapisan batu-lempung) atau melalui bidang rekah
yang terdeteksi.
c. Perhitungan longsoran memutar diasumsikan, bagian
mahkota longsoran terletak pada puncak datar, yakni
beberapa meter dari ujung.
30
3.2.2. Sifat dan Kualitas Endapan
Komposisi Granit Biotit disusun oleh Batu Kwarsa,
Orthoklas Plagioklas, Piroksin dan Biotit yang melimpah, serta
beberapa Batu-Batu alterasi lainnya mempunyai tekstur afanitik
sampai porfiritik. Banyak dijumpai dalam bentuk bongkah-bongkah
dengan ukuran hingga 3meter. Granit disusun oleh dominan
Orthoklas, Kwarsa, Plagioklas Biotit, Piroksin dan di beberapa
tempat khususnya di sekitar zona-zona struktur banyak dijumpai
Batu-Batu hasil alterasi. Selain itu juga dijumpai vein-vein atau urat-
urat kwarsa yang menunjukkan struktur khusus berupa vug dan
comb. Struktur khusus ini terdapat pada batuan Granit yang berada
di zona struktur, terutama mengisi kekar-kekar. Batuan beku yang
bersifat lebih basa seperti basalt dijumpai setempat dalam bentuk
sill, juga di daerah-daerah zona struktur. Pada beberapa block
Granit banyak dijumpai Xenolith dengan komposisi basaltik serta
proses silisifikasi
31
Ketebalan over burden didekati dengan pengamatan visual pada
singkapan batu granit yang ada di bagian Barat rencana lokasi
penambangan, pada lereng tertinggi kuari milik PT. Granit Jaya
Abadi. Diasumsikan ketebalan over burden untuk seluruh daerah
rencana penambangan adalah sama, yaitu 2 meter.
Untuk menghitung jumlah tonase cadangan batu granit digunakan
nilai berat jenis rata-rata batu granit yang ada dibeberapa tambang di
Pulau Karimun (hasil penelitian terdahulu), yaitu sebesar 2.60 ton
Perhitungan cadangan batu granit dilakukan hingga batas kedalaman
mencapai elevasi 0 meter atau sama dengan elevasi permukaan air
laut.
Selanjutnya variabel-variabel di atas diolah dengan bantuan
komputer, dan hasilnya secara ringkas adalah sebagai berikut :
Luas Penampang Atas : 153.000 𝑚2
Luas Penampang Bawah : 217.000 𝑚2
Jarak antara penampang : 50m
Perhitunga Cadangan :
𝐿
𝑉 = 3 (𝑆1 + 𝑆2 + √𝑆1𝑥𝑆2)
50𝑚
𝑉= 3
(153000𝑚2 + 217000𝑚2 + √153000 𝑥 217000
𝑉 = 6.176.804 𝑚3
32
BAB IV
PENAMBANGAN
Land
Clearing
Load
Crushing and
Hauling
33
rijang. Proses ini dilakukan dengan diadakannya menggunakan
peralatan berat seperti bulldozer.
b. Drilling ( Pengeboran )
Sesudah pengupasan dan pembuangan tanah penutup selesai
dikerjakan, maka tahap selanjutnya adalah pembongkaran batugranit
yaitu dengan cara pemboran dan peledakan. Kegiatan pemboran untuk
menyediakan lubang tembak di Desa Tapango, Kecamatan Tapango,
Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat dilakukan
dengan memakai dua buah alat bor yang tersedia yaitu ;
Dua unit bermerek Ingersoll Rand dengan diameter 6,5 inch
Satu unit bermerek Tamrock tipe CHA-1100 dengan diameter 4,5 inch
c. Blasting ( Peledakan )
Setelah pemboran dilakukan selanjutnya dilakukan peledakan
yang bertujuan untuk memisahkan atau memberai material yang
diinginkan dari batuan induknya sehingga memudahkan dalam proses
selanjutnya.
d. Loading (Pemuatan)
Pekerjaan pemuatan batu kapur hasil peledakan kealat angkut
dilakukan oleh Exacator alat muat yang mempunyai kapasitas bucket
terbesar 10,5 m3.
e. Hauling (Pengangkutan)
Pola pengangkutan material batu kapur hasil peledakan dari Desa
Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat ke tempat Crusher yaitu :
Pengangkutan I (Front Penambangan)
Yaitu pemindahan material di daerah tambang dari loading area
menuju dumping point dengan menggunakan dump truck.
34
Rock Sliding
Yaitu pemindahan material batu kapur dengan menggelincirkan
material ke lereng bukit dengan sudut elevasi 70o – 80o dari
dumping point ke loading area yang terletak di kaki bukit.
2. Rencana Produksi
PT. Granit Jaya Abadi merencanakan target produksi beberapa tahap
selama 7 tahun yaitu :
a. Tahun ke-1 dan 2
Target produksi batubara direncanakan 837.576 ton/tahun
Lokasi penambangan adalah Blok Utara.
Arah penambangan mengikuti lereng bukit
maksimum 1 : 4. Kemajuan penambangan searah jurus adalah
sepanjang 200 – 250 m.
Overburden ditimbun pada lokasi penimbunan yang berada di
sebelah Utara area penambangan tahun ke-1 dan 2 (outside
dump).
35
Overburden ditimbun pada lokasi penimbunan yang berada di
sebelah Utara area penambangan tahun ke-1 dan 2 (outside
dump).
36
Overburden ditimbun pada lokasi penimbunan yang berada di
sebelah Timur area penambangan tahun ke- 7 dan 8 (outside
dump).
3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan adalah :
37
4. Jadwal Produksi dan Umur Tambang
a. Jumlah Cadangan : 9.234.335 Ton
b. Umur Tambang : 11 Tahun
c. Target Produksi Pertahun : 837.576 Ton
d. Target Produksi perbulan : 83.7576 Ton
e. Target Produksi Perhari : 3.221, 47 Ton
38
5. Rencana Pemanfaatan Batugranit
a. Pemanfaatan Utama
Batugranit hasil penambangan di reduksi ukurannya menggunakan Mesin Crusher
lalu di jual kepada pihak Persusahaan, Dinas PU Maupun Masyarakat sebagai bahan
dasar pengerasan tanah atau jalan sebelum di lakukan pengaspalan.
b. Pemanfaatan Tambahan
Bahan Dasar Konstruksi Bangunan Ekterior
Batu granit merupakan salah satu bahan dasar konstruksi bangunan yang
dapat memberikan kesan elegan seperti pada gedung-gedung, jembatan,
monumen, maupun bangunan-bangunan lainnya. Penggunaan batu granit
telah digunakan secara turun temurun dari masa lalu sampai sekarang. Bahan
ini masih banyak digunakan sebagai bahan utama untuk banyak proyek
konstruksi saat ini. Tekstur batu granit yang menawarkan sifat anti-slip dan
penampilan yang lebih menarik untuk mata. Namun blok masih bisa diasah
untuk halus saat kusam. Jadi blok yang digunakan di dinding konstruksi
internal.
Bahan Dasar Konstruksi Bangunan Interior
Batugranit bisa diasah untuk membuat tampilan lebih menarik dan elegan.
Batu-batu tersebut dapat digunakan sebagai ubin untuk dapur, kamar mandi
dan tempat-tempat lain di rumah atau bangunan. Bahan ini juga digunakan
sebagai dinding kamar mandi, tapak tangga maupun anak tangga, worktop
dapur, panel kamar mandi, ubin wastafel, perapian, dan masih banyak lagi.
Bahan Dasar Pembuatan Paving
Batu granit dapat juga digunakan sebagai paving jalan maupun teras rumah.
Hal ini memberikan kesan yang indah karena cara warna-warni dari batu
granit yang menarik. Keindahan batu granit yang dikombinasikan dengan
keahlian para desainer dapat menghasilkan hasil yang unik dan awet. Namun
sekarang ini, keberadaan batu granit mulai tergantikan oleh aspal dan
beton yang diketahui memiliki biaya konstruksi yang lebih rendah.
39
BAB V
PENGOLAHAN BATU GRANIT
Pengolahan batu granit PT Granit Jaya Abadi yang berlangsung pada crushing
plant, yaitu memperkecil fragmen batuan dari bongkahan berdiameter ± 65-80 cm
menjadi produkta lebih kecil sesuai dengan permintaan pasar. Untuk menghasilkan batu
granit dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan ekspor atau kebutuhan di sector
konstruksi dan industri, batu granit dari tambang diolah terlebih dahulu, antara lain
dengan menghilangkan pengotor dan mereduksi ukurannya.
Dalam rangka melakukan reduksi ukuran, maka akan dilakukan beberapa
penanganan terhadap batu granit produksi penambangan, antara lain:
Pemilahan (sorting)
Peremukan (crushing)
Sizing
A. Pemilahan (sorting)
untuk memisahkan batu apung yang bersih dari batu apung yang masih
banyak pengotornya (impuritis), dan dilakukan secara manual atau dengan
scalping screens.
B. Peremukan (crushing)
dengan tujuan untuk mereduksi ukuran, dengan menggunakan crusher,
hammer mills, dan roll mills.
C. Sizing
untuk memilah material berdasarkan ukuran yang sesuai dengan
permintaan pasar, yang dilakukan dengan menggunakan saringan (screen).
40
Pelaksanaan peremukan akan berlangsung dua tahap mulai dari tahap I
dengan memakai alat peremuk primer tipe jaw crusher dengan kapasitas maksimum
500 MT/jam, yang dilengkapi dengan vibrating grizzly feeder. Kemudian
dilanjutkan dengan tahap II dengan memakai alat peremuk sekunder tipe cone
crusher 41/4 ft sebanyak 2 unit dan 2 unit cone crusher 3 ft.
Bongkah batu granit dari dump truck dituangkan ke hopper pada primary
crusher, akan dihasilkan fragmen batu berukuran antara +24-38 mm sebagai waste,
batuan yang berukuran lebih besar yang lolos dilakukan proses pengecilan dengan
menggunakan jaw crusher dengan hasil fragmen +150-230 mm yang lalu dihantar
dengan belt conveyor sebagai umpan menuju alat secondary crusher dan
menghasilkan hasil akhir (End Product).
Proses peremukan (crushing) material yang terjadi saat ini dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok (unit), yaitu:
41
Tabel 5.1
Peralatan Reduksi Ukuran batu granit Pada Unit Pengolahan batu granit
No
Peralatan Spesifikasi Unit
.
Jaw Crusher PE 400 x 600, 500 MT/jam. 65
1. Primary Crusher KVA, 2
Feed Opening = (400 x 600 ) mm
Secondary cone Crusher P 250 x 750, 500 MT/jam, 45 KVA,
2. 2
Crusher Feed Opening = ( 100 x 200 ) mm
Belt Conveyor Belt 60 cm x 4 ply, motor 5 Hp x 3 phase, ban
3. mobil (kijang), spasi roller 70 cm, chain RS 100, 10
Gear box type 100 ; 1 : 3.
Stockpile I
scalping screens
Belt conveyor
(kadar rendah)
cone crusher P 250 X 750
Vibrating Screen
Produk
Gambar 5.1
Flow Chart Pengolahan
42
BAB 6
TRANSPORTASI PENIMBUNAN GRANIT
Jalan angkut tanah adalah ruas jalan yang dipergunakan untuk mengangkut tanah
penutup dari bukaan tambang ke waste dump area. Tanah penutup sendiri terdiri dari
tanah pucuk (top soil) dan tanah dalam (interburden) dimana lokasi penimbunan tanah
pucuk bersebelahan dengan lokasi penimbunan interburden. Jarak angkut tanah dari
bukaan tambang ke waste dump area diusahakan sedekat mungkin untuk menjaga agar
biaya produksi tidak terlampau tinggi. Dari perencanaan lokasi waste dump area, maka
dapat dilihat bahwa jarak bukaan tambang ke waste dump area berkisar antara 500m
sampai 1.000m. Jalan angkut tanah terdiri dari tanah merah diperkeras dengan lebar antara
15m sampai 20m.
Jalan angkut raw Iron ore adalah ruas jalan yang dipergunakan untuk
mengangkut Granit dari tambang menuju ke lokasi pengolahan Granit. Jalan
angkut Granit terdiri dari tanah merah diperkeras dengan lebar antara 20m
sampai 25m. Jalan angkut Granit terpendek yaitu sepanjang 146m, sedangkan
yang terpanjang yaitu sepanjang 439m (tabel 6.1).
43
Tabel 6.1
Jalan Angkut Granit ROM
CRUSHING
BLOK PLANT
JARAK (m)
I 650
II 700
III 720
IV 580
V 430
Jalan angkut product iron ore adalah jalan angkut Granit dari lokasi pengolahan
Granit Mine Iron Ore Crushing Plant (MCCP) ke lokasi pelabuhan muat Granit.
Akses jalan ke pelabuhan menggunakan fasilitas jalan kabupaten yang berjarak
40km dari lokasi pengolahan Granit. Jalan angkut ini akan dilalui oleh dump
truck dengan kapasitas 20ton sebanyak 30 unit.
Efisiensi biaya transportasi dan handling tidak terlepas dari kondisi kehandalan
sarana dan prasarana penunjangnya. Kesesuaian pemilihan peralatan muat/angkut dengan
desain prasarana seperti desain loading/unloading, sangat menentukan besarnya
komponen-komponen biaya antara lain :
44
a. Kondisi ballast jalan
Ballast jalan direncanakan dapat menahan beban tonase yang berat dari alat muat
dan angkut. Disamping itu perawatan jalan harus dilakukan secara kontinu, sehingga
kondisi jalan angkut terjaga.
b. Kondisi jembatan
Loading dan unloading di stockpile sangat menentukan kelancaran arus keluar dan
masuknya baik ROM iron ore dan produk iron ore. Apabila penanganan Granit di
stockpile terganggu atau kurang efisien dapat menimbulkan keterlambatan produksi.
Truck yang digunakan adalah tipe dump truck, pemilihan tipe truck disini ditujukan
pada kapasitas muat yang dapat diangkut oleh truck. Kapasitas muat jenis dump
truck juga disesuaikan dengan kemampuan ballast jalan, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan jalan. Dump truck yang digunakan mempunyai kapasitas
20ton.
45
fungsi organisasi di atas dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya. Konstruksi
bangunan kantor ini dibuat dari kayu dengan atap asbes, dengan fasilitas antara
lain :
46
C. Bangunan Pos Keamanan
B. Bengkel Kendaraan
47
C. Tempat Cuci Kendaraan
Bangunan dengan luas sebesar 0,2Ha ini terletak di dekat bengkel alat dan
dipergunakan untuk tempat cuci kendaraan operatif tambang. Pada bangunan ini
tersedia drainase air untuk keperluan pencucian kendaraan.
D. Gudang Tambang
48
b. Instalasi Pengolahan Air Bersih
Air yang berasal dari sumur bor disalurkan ke saluran pengambilan air
melalui pintu pengambilan. Dari sini air diisap menuju ke kolam
pengendapan. Kapasitas pompa untuk memindahkan air bersih bagi
keperluan kantor, perumahan karyawan dan sarana tambang adalah sebesar
2x32,40m3 per jam (2 pompa @ 15 PK).
Tabel 6.2
Penyediaan Kebutuhan Air Bersih dan Sehat
Total
Lokasi Fungsi Personil Kebutuhan Total
(liter/det.)
Perumahan Jaringan air bersih
1.500 0,01 15,00
Karyawan untuk perumahan
Kantor Jaringan air bersih
50 0,01 0,50
Tambang untuk kantor
Jalan Tambang Penyiraman jalan - 1,00 1,00
Bengkel Bengkel dan cud
- 0,50 0,50
kendaraan
Total - - - 17,00
49
BAB VII
LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
7.1 Lingkungan
b. Sumber Dampak
Dengan luas areal yang akan digali, maka dampak penting kegiatan
penambangan yaitu perubahan bentang alam (morfologi) yang diikuti dengan
tingginya tingkat erosi tanah dan solid pada air sungai terdekat. Kegiatan yang
merupakan dampak adalah sebagai berikut :
50
1. Kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) akan menyebabkan perubahan
morfologi yang awalnya merupakan perbukitan kemudian berubah
menjadi areal cekungan. Sedangkan daerah berlembah yang tidak
mengandung Granit (waste dump area) akan meluas perbukitan sebagai
tempat penampungan tanah pucuk dan tanah penutup.
2. Rencana kegiatan penambangan akan mengakibatkan daerah yang
ditambang tersebut berubah menjadi cekungan yang dalam yang akan
membentuk genangan air pada pusat cekungan.
3. Selain pada kegiatan penambangan, juga dilakukan pemotongan alur
sungai dan beberapa alur/channel yang dibuat untuk mengalihkan aliran
air.
b. Sumber Dampak
Perubahan kualitas air yang terjadi disebabkan oleh beberapa kegiatan antara
lain:
51
3. Penurunan Kualitas Udara
a. Dampak lingkungan
Dampak yang akan timbul yaitu peningkatan kadar debu dari kegiatan
pengupasan dan penimbunan tanah penutup penambangan, pengolahan,
pengangangkutan Granit penimbunan Granit di ROM stockpile.
b. Sumber Dampak
b. Sumber Dampak
52
B. Biologi
1. Gangguan Flora Darat
a. Dampak Lingkungan
b. Sumber Dampak
Hilangnya flora darat pada skala tapak karena kegiatan pembersihan lahan akan
merusak habitat satwa dan menganggu kehidupan satwa yang mobilitasnya
rendah. Meskipun dampak terhadap fauna darat merupakan dampak turunan
namun dampak yang ditimbulkan adalah hilangnya tempat hidup dan sumber
makanan bagi fauna.
b. Sumber Dampak
53
3. Gangguan Biota Perairan
a. Dampak Lingkungan
b. Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan biota perairan berasal dari menurunnya kualitas air
sungai akibat meningkatnya kekeruhan air yang disebabkan oleh erosi.
Terangkutnya bagian tanah karena erosi tanah ke badan perairan sungai di sekitar
areal tambang menimbulkan kekeruhan air permukaan.
Aspek lingkungan yang terkena dampak adalah persepsi positif baik yang
ada di sekitar maupun di luar tapak proyek terhadap kegiatan tambang. Dampak
ini merupakan dampak sekunder yang diakibatkan oleh semua akumulasi
dampak lainnya.
54
b. Sumber Dampak
b. Sumber Dampak
55
sumber ekonomi baru dan maraknya usaha-usaha yang bergerak di sektor
informal sehubungan dengan aktivitas tambang.
Upaya pengelolaan waste dump area dilakukan melalui reklamasi yang terdiri dari
penataan/rencountering lahan dan dilanjutkan dengan revegetasi tanaman. Kegiatan
reklamasi tersebut hanya bisa dilakukan pada waste dump area tertentu yaitu pada
bagian areal tersebut yang tidak akan terganggu lagi dengan penempatan tanah
overburden.
56
Penataan Lahan (Recounturing)
Pekerjaan penataan lahan dilakukan dengan alat berat excavator dan bulldozer.
Lahan terbuka ditata melalui perataan, pemadatan dan dibuat berjenjang dengan
kemiringan 30°, tinggi teras disesuaikan dengan topografi timbunan tanah yang
secara umum setinggi 6meter dengan lebar 10meter.
Dalam pekerjaan land clearing tanah pucuk dikupas dengan excavator dibantu
bulldozer lalu dimuat ke dalam dump truck untuk ditimbun atau langsung
ditebarkan pada lahan waste dump yang telah dilakukan penataan. Penebaran tanah
pucuk dilakukan dengan bulldozer sebagai pelapis cover bench.
Revegetasi/Penanaman
Revegetasi tanaman dilakukan setelah penebaran tanah pucuk yang dilakukan pada
saat musim hujan dengan menggunakan tanaman LCC jenis Centrosoma Pubecent
sebagai penutup tanah yang dilanjutkan dengan tanaman penghijauan dari jenis
albisia, gamal, akasia, dan kayu jenis local
Upaya pengelolaan area tambang meliputi pembuatan geometri teras tambang dan
penirisan.
Upaya pengelolaan area yaitu membuat geometri teras tambang dengan prosedur
sebagai berikut:
57
2. Lokasi Pengelolaan
Adapun upaya pengelolaan yang akan dilakukan saat ini adalah sebagai
berikut :
58
Gambar 7.1
Sketsa Settling Pond di Lokasi Pit dan Waste Dump
Secara periodik juga perlu dilakukan pengetesan beberapa parameter fisika dan kimia,
antara lain pH, warna, kekeruhan (TSS) dan kandungan logam terhadap air kolam.
Untuk mengetes apakah air tersebut cukup aman bagi kehidupan biota air, misalnya
ikan, maka dapat dipelihara ikan di dalam kolam.
Tangki timbun tersebut kemudian diangkut oleh mobil setiap satu minggu untuk
diangkut ke Polewali untuk dikirim ke sistem pengolahan oli bekas.
59
Tabel 7.1
Jenis Kontainer Yang Dapat Digunakan Untuk Menampung Limbah Cair Minyak dan
Oli
2. Lokasi Pengelolaan
Pengelolaan terhadap penurunan kualitas air akan dilakukan, pada area tambang yang
meliputi settling pond, waste dump, bukaan tambang, workshop, serta lokasi stockpile.
Secara umum dampak yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan pengangkutan Granit
ini yakni timbulnya debu di jalan pada saat dilewati dump truck dan trailer pengangkut
Granit.
Meningkatnya konsentrasi debu di sepanjang jalan angkut atau pun jalan tambang
dapat ditanggulangi dengan meningkatkan frekuensi penyiraman jalan. Adapun untuk
menghitung frekuensi penyiraman jalan angkut, maka pendekatan yang akan digunakan
adalah kecepatan penguapan air siraman yang dapat dihitung sebagai berikut, berupa
rumus empiris dari laju penguapan pada permukaan tanah yang dikembangkan oleh
Penman Mining yaitu:
1 V
E = 0,35 a b
100
Dimana :
E = laju penguapan (mm/hari)
a = tekanan pada suhu rata-rata harian (mm Hg)
b = tekanan uap sebenarnya (mm Hg)
60
V = kecepatan angin (mil/hari)
RH = 65%
T° = 31,5°C
V = 15mil/hari
a = 36,11mm Hg
b = 36,1 1mmHg x 65%-23,5mmHg
E = 0,35(36,11 -23,5) 1 360
1 = 20,3mm/hari ( ~ 21mm/hari)
Seluruh jalan angkut Granit dari tambang sampai dengan lokasi stockpile akhir jalan yang
dipadatkan. Kebutuhan air yang diperlukan dalam kegiatan penyiraman jalan angkut Granit
di atas diperkirakan 1008m/hari (effisiensi 80%).
- Dibangun instalasi penyiraman air pada crushing plant sebelum Granit masuk ke
Silo.
- Dibangun instalasi penyiram air di jalur jalan keluar silo untuk membasahi Granit
yang dimuat di bak truk agar Granit halus tidak tertiup angin.
- Meningkatkan frekuensi penyiraman jalan secara rutin yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan yaitu penyiraman di sepanjang jalan angkut dan jalan tambang,
conveyor dan stockpile. Kegiatan penyiraman jalan dilakukan oleh kontraktor dengan
kapasitas kendaraan tangki penyiraman.
- Membuat buffer zone dengan pohon-pohon pilihan di pinggir-pinggir jalan angkut ke
stockpile akhir dan sekeliling area/ stockpile dengan pohon-pohon pilihan seperti
akasia, sengon, lamtoro dan tanaman penutup (LCC) dll. Hal ini selain akan
mengurangi dampak akibat debu juga kebisingan dari aktivitas penambangan dan
transportasi alat angkut.
- Mengatur kecepatan kendaraan angkut Granit, pada kondisi aman dengan kecepatan
tidak lebih dari GOkm/jam.
61
Untuk mengetahui upaya pengelolaan, maka telah dilakukan upaya pemantauan yang
berkaitan dengan dampak dari penurunan kualitas udara adalah pengujian debu dan
pengujian kebisingan.
Lokasi pengelolaan lingkungan untuk mengurangi dampak penurunan kualitas udara dan
kebisingan adalah di areal tambang, sepanjang jalan angkut dan jalan tambang, crushing
plant, dan stockpile.
Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam mengurangi laju erosi tanah adalah
mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah yang dapat dikelola oleh
manusia seperti mengelola tanaman dan tanah. Pengelolaan terhadap tanah melalui
bangunan konservasi tanah untuk berbagai kemiringan tanah yang dilanjutkan dengan
revegetasi tanaman. Secara ringkas gambaran bangunan konservasi tanah untuk areal
reklamasi waste dump adalah sebagai berikut:
Bentuk bangunan konservasi tanah untuk waste dump area dengan overall slope-nya
sebesar ± 15° telah sesuai dengan kajian geoteknik untuk waste dump.
Upaya pengelolaan tanah pucuk akan dilakukan secara langsung yaitu menempatkan tanah
pucuk tersebut secara langsung ke waste dump area saat reklamasi atau menempatkan
62
tanah tersebut secara terpisah dengan overburden pada waste dump tersendiri bila belum
dimanfaatkan.
Tanah pucuk tersebut akan dikelola dengan menanami cover crop pada permukaannya
yang bertujuan untuk mengurangi erosi yang terjadi yang dapat menimbulkan
berkurangnya tingkat kesuburan tanah.
Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan pada area tambang dan waste dump serta area
top soil.
Karena besar dan pentingnya dampak yang ditimbulkan dari pembukaan lahan dengan
rentang waktu yang lama dan tingginya nilai pemanfaatan, maka upaya pengelolaan
lingkungan terhadap flora darat haruslah dikelola secara terencana, tepat dan terukur
dengan tetap memperhatikan setelah usainya masa penambangan. Pengelolaan terhadap
flora darat terkait dengan revegetasi tanaman pada waste dump area.
a. Revegetasi Tanaman
Revegetasi pada waste dump area menggunakan tanaman LCC seperti Cenfrosoma
pubescens dengan tanaman pokok albisia, akasia, gamal ataupun jenis tanaman
lokal dengan jarak tanam 3m. Secara ringkas teknis revegetasi adalah sebagai
berikut:
63
- Sebaiknya lubang tanam telah dibuat terlebih dahulu agar lubang tanaman
dapat terisi air, dengan ukuran 40x30x30cm (jarak tanam 3x3m), dan
diupayakan top soil akan diberikan dalam lubang.
- Awal penanaman dilakukan setelah hujan turun dengan rutin, saat dilakukan
penanaman tanaman albisia haruslah disertai dengan pemupukan dasar yaitu
menggunakan pupuk RP (pupuk P alam) dengan dosis 200gr/lubang/pohon.
- Kebutuhan pupuk LCC per hektar sebesar 300kg urea dan 500kg RP (2 kali
pemupukan pada umur 3 dan 6 bulan), sedangkan tanaman pokok per hektar
untuk tahun I (3 kali pemupukan yaitu 3,6,10 bulan) sebesar 200kg urea dan
300kg RP dan untuk tahun II (2 kali pemupukan yaitu awal dan akhir musim
penghujan) sebesar 300kg demikian pula untuk tahun III. Pemberian pupuk
untuk tanaman pokok dengan cara dibenamkan dalam tanah di sekeliling
tanaman. Jadi total kebutuhan pupuk untuk LCC sebesar 300kg urea/Ha dan
520kg RP/Ha, sedangkan untuk albisia selama 3 tahun sebesar 800kg urea/Ha
dan 425kg RP/Ha.
- Pemeliharaan rutin harus tetap dilakukan dengan baik, yaitu tanaman pokok
dan LCC yang meliputi penyulaman dan pemupukan demikian pula terasering
waste dump dan sistem drainase.
- Tanaman penutup tanah adalah jenis LCC dan jenis Centrosoma yang
ditanam secara larikan, yaitu tanah dicangkul sedalam 5-8cm sepanjang
larikan yang telah ditentukan, ditaburkan LCC lalu ditutup kembali dengan
tanahsebelum dilakukan penanaman, LCC selama 12-18 jam, kemudian
dicampur pupuk Rock Phospat (RP) dengan perbandingan lubang tanam telah
dibuat terlebih dahulu agar lubang dapat terisi air, dengan ukuran
40x30x30cm (jarak 4x4m), dan diupayakan top soil diberikan dalam tanaman
yang telah dilakukan setelah hujan turun dengan rutin. Saat penanaman
tanaman albisia haruslah disertai dengan dasar yaitu menggunakan pupuk RP
(pupuk P alam) dosis 200gr/lubang/pohon.
- Pupuk LCC per hektar sebesar 300kg urea dan 500kg RP pemupukan pada
umur 3 dan 6 bulan), sedangkan pokok per hektar untuk tahun I (3 kali
pemupukan) yaitu sebesar 200kg urea dan 300kg RP) dan untuk 7 kali
pemupukan yaitu awal dan akhir musim penghujan. Demikian pula untuk
tahun III. Pemberian pupuk pokok dengan cara dibenamkan dalam tanah
tanaman. Jadi total kebutuhan pupuk untuk LCC 300kg urea/Ha dan 520kg
64
RP/Ha, sedangkan untuk selama 3 tahun sebesar 800 kg urea/Ha dan 425kg
RP/Ha. Rutin harus tetap dilakukan dengan baik, yaitu pokok dan LCC yang
meliputi penyulaman dan demikian pula terasering waste dump dan sistem.
Revegetasi juga ikutan pada lahan-lahan terbuka lainnya yaitu sarana penunjang,
di kedua sisi jalan serta lereng-lereng yang terpotong.
b. Pembibitan
Untuk dapat menjamin ketersediaan bibit tanaman revegetasi, maka akan dilakukan
pembibitan sendiri dalam bangsal pembibitan.
2. Lokasi Pengelolaan
Upaya pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi waste dump, di sisi kiri-kanan jalan
pembibitan dan di area terbuka sarana penunjang lainnya.
65
2. Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Metode pemantauan yang dilakukan dengan menggabungkan berbagai metode lapangan
seperti multi-visit, wawancara dan penyuluhan. Lokasi pemantauan mencakup desa-desa
yang ada di sekitar penambangan.
Tolok ukur untuk mengetahui dampak terhadap lingkungan adalah dengan mendata
luas bentang alam (geomorfologi) yang dibuka dan perubahan tinggi rendah muka
tanah di atas permukaan laut (dpl) sebelum dan sesudah penambangan berakhir di
area tapak proyek, serta persentase pengembalian lahan.
Tujuan rencana pemantauan lingkungan yaitu untuk mengetahui luas lahan yang
telah dibuka dan keberhasilan dari lahan yang telah dibuka.
66
d. Lokasi Pemantauan Lingkungan
Lokasi pemantauan lingkungan diprioritaskan di daerah:
Bukaan tambang
Waste dump area
Kolam pengendap (settling pond/sediment pond)
Tabel 7.2
Metode Analisis dan Peralatan Yang Digunakan
Dalam Pemantauan Kualitas Air
Metode yang
No. Parameter Satuan Peralatan
digunakan
o
1. Suhu C Pemuaian Thermometer
2. Zat padat terlarut Mg/1 Gravimetric Timbangan analitik dan
(TDS) kertas saring
3. Zat Padat Mg/1 Gravimetric Timbangan analitik dan
tersuspensi kertas saring
4. (TTS) Mg/1
5. Air Raksa Mg/1 Spektrometrik AAS
6. Amoniak bebas Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
7. Arsen Mg/1 Spektrometrik AAS
8. Berium Mg/1 Spektrometrik AAS
9. Besi Mg/1 Spektrometrik AAS
10. Fenol Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
11. Florida Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
12. Kadium Mg/1 Spektrometrik AAS
13. Klorida Mg/1 Spektrometrik Buret
14. Kromium, Mg/1 Titrimeterik AAS
valensi 6
67
15. Mangan Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
16. Nitrat sebagai Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
NO3-N
17. Nitrat sebagai Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
NO2-N
18. Oksigen Terlarut Mg/1 Spektrometrik Buret
(Do)
19. PH Mg/1 Titrimeterik pH meter
20. Selenium Mg/1 Kertas Spektofometer
Lakmus
21. Seng Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
22. Sianida Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
23. Sulfat Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
24. Sulfida sbg (H2S) Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
25. Tembaga Mg/1 Spektrometrik AAS
26. Surfactan anion
Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
(MBAS)
27. Granit Mg/1 Spektrometrik AAS
28. Minyak dan Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
Lemak
29. BOD Mg/1 Potensiometrik DO meter
30. COD Mg/1 Titmeterik Buret
Lokasi kegiatan pemantauan lingkungan dilakukan untuk air limbah di waste dump area
dan bukaan tambang.
68
B. Institusi Pemantauan Lingkungan
Tolok ukur dampak yang digunakan adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996, Kep-13/MENLH/3/ 1995 dan Kep-
Q2/MENKLH/1998, serta Kep-49/MENLH/11/1996.
Parameter lingkungan yang dipantau adalah terjadi sifat fisik dan kimia tanah dan
kegiatan yang dilakukan serta komponen lingkungan yang diakibatkan oleh erosi.
69
b. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan
Tabel 7.3
Metode dan Peralatan Analisis Sifat Fisik dan kimia Tanah
Metode Pengumpulan dan Bahan dan
No. Parameter Unit
Analisis Data Alat
A. Fisika
1. Tekstur
a. Pasir % Penyaringan Pipet
Penyaringan
b. Debu % Dipipet setiap saat Lemari
pendingin
c. Liat % Dipipet setiap saat Neraca analitik
2. Erosi Ton/ha/thn Erosi tanah, USLE 1996
3. Permeabilitas Manual
4. Profil Tanah Manual
B. Kimia
5. pH (H2O) - Aduk rata dengan H2O
perbandingan 1:1
70
6. Ph (KCI) - Adu rata dengan KCI 1 N
perbandingan 1:1
7. C-Organik % Walkey dan Black Gelas Kaca
8. N-Total % Kjedahl Kjedahl tube
9. P-dd Ppm Bryal extraksi Spectrometer
10. K, Na, Ca, Mg Me/100g NH4OaC.pH. dekantansi Flamphotometer
11. KTK Me/100g Saturasi NH4OaC.pH. Gelas Kaca
dekantansi, titrasi
12. KTK Me/100g Titrasi Gelas Kaca
Hasil analisis sifat fisik-kimia tanah dianalisis secara tabulasi dan kemudian dibandingkan
dengan kriteria penilaian tingkat kesuburan tanah. sedangkan untuk menduga besarnya erosi
tanah dihitung dengan menggunakan pendugaan besarnya erosi tanah dihitung dengan
menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dan kemudian hasil tersebut
dibandingkan dengan besaran tingkat bahaya erosi. Adapun persamaan untuk menghitung
erosi yang terjadi adalah:
A = R.K.L.S.C.P
Dimana :
A = Dugaan erosi tanah (ton/ha/thn)
R = Eorisvitas hujan
Lokasi pemantauan lingkungan pada daerah yang terkena dampak yaitu waste dump
area, bukaan tambang ataupun yang terkena dampak lanjutan dari erosi yaitu badan
perairan sungai.
71
d. Institusi Pemantauan Lingkungan
1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan
1) Peraturan Perundangan:
72
b. Desain tambang harus memenuhi standar keselamatan kerja, baik pada tahap
persiapan maupun operasi penambangannya, sehingga didapatkan rasa aman
yang mendukung kelancaran penambangan (tingkat keselamatan kerja yang
tinggi).
c. Penunjukan dan penentuan petugas keselamatan kerja dan pelatihan kerja
pada awal penambangan
d. Monitoring dan penilaian yang kontinue pada setiap pekerjaan sehingga
terbina dan terpelihara kebiasaan kerja dengan aman serta setiap pekerja
terampil dan menguasai pekerjaan yang dilakukan dan bertanggung jawab.
Supervisor Supervisor
Officer Officer
Gambar 7.2
Struktur Organisasi K-3
73
Dalam pelaksanaan kegiatan bagian K-3 dibantu oleh koordinator-koordinator
seperti yang terlihat dalam gambar 7.2. Selain hal tersebut pada level manajemen dibentuk
pula safety committee yang bertugas melakukan pemeriksaan setiap aspek K-3 serta
masalah yang ada kaitannya dengan yang telah ditemukan di tambang dan mengusulkan
tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah tersebut serta melakukan inspeksi ke tempat-
tempat kerja sesuai fungsinya. Struktur organisasi safety commitee dapat dilihat pada
gambar 7.3
Ketua
Manajemen Karyawan
Gambar 7.3
Struktur Organisasi Safety Commitee
Safety induction diberikan kepada karyawan yang baru diterima bekerja di wilayah
kuasa pertambangan
74
2. Safety Re-induction
3. Safety Training
Training mengenai keselamatan kerja diberikan kepada karyawan secara rutin, baik
training di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan.
5. Safety Talk/Meeting
Safety talk dilakukan seminggu sekali atau setiap akan memulai pekerjaan. Semua
bagian di lingkungan perusahaan diwajibkan untuk melakukan safety talk.
6. Safety Sweeping
Tujuan sweeping adalah untuk memonitor kemajuan keselamatan karyawan di suatu
tempat/kegiatan kerja. Sweeping dilakukan oleh Safety Departemen, Safety
Controller, Security serta juga dibuat laporan - laporan sweeping dan sanksi - sanksi
terhadap karyawan agar kemajuan safety dan perbaikan - perbaikan dapat dievaluasi.
7. Inspeksi Manajemen
Inspeksi bulanan dilakukan setiap bulan/minggu oleh jajaran manajemen yang
dibantu oleh departemen safety team. Tindakan-tindakan perbaikan dicatat dalam
buku inspeksi tambang dan dilaporkan kembali kepada manajemen dan untuk
perbaikan diserahkan kepada masing-masing departemen yang melakukan
kekurangan - kekurangan di areal kerja. Pelaksanaan inspeksi terencana untuk
masing-masing level manajemen:
75
b. Supervisor melakukan inspeksi terencana minimal 1x1 minggu untuk
bagian/wilayah kerja menjadi tanggung jawabnya.
c. Karyawan melakukan pemeriksaan tempat kerjanya dan alat yang digunakan
sebelum melakukan pekerjaannya.
Penggantian dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas, patok penentuan arah jalan
dan semboyan keselamatan kerja selalu rutin dilakukan.
76
BAB VIII
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
8.1 Organisasi
Organisasi dan sistematika kerja untuk pelaksanaan pekerjaan penambangan Granit
di PT. Granit Jaya Abadi akan dilakukan se-efisien dan se-efektif mungkin dihubungkan
dengan kondisi perusahaan dan sumber daya yang ada. Untuk itu ada dua alternatif yang
perlu dikaji, yaitu:
77
2.5 Bagan Organisasi
RICKY SARAGIH
PRECIDENT DIRECTOR & CHIEF
EXECUTIF OFFICER
INDAH
SECRETARY DIRECTOR
KAIZEN AGELINE
L.MARO COMMUNICATIONS &
MAINTENANCE & EXTERNAL AFFIARS
UTILITIES CORPORATE SERVICES
REZKY KS
ENVIRONMENT, HEALTH
& SAFETY
SINTA
ENGINEERING &
CONSTUCTION
HELITA
OPERATING
IMPROVEMENT &
STRATEGIC PROJECT
DEVELOPMENT
IBETH
MINING SAFETY
IMPROVEMENT
PROJECT
78
2.6 Kriteria dan Jumlah Tenaga Kerja
1. Kriteria tenaga kerja
a. Divisi Perencanaan
Divisi perencanaan membantu tugas-tugas manjer dan bertanggung jawab
terhadap perencanaan tambang, laporan produksi harian/ mingguan/bulanan,
penetuan sasaran produksi dan kualitas produk. Divisi ini bertanggung jawab
pada perencanaan tambang baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
c. Divisi Pengolahan
Tugas dari divisi pengolahan antara lain sebagai pengendali mutu yang
mempunyai fungsi menganalisa bahan galian yang akan diolah.
79
e. Divisi Administrasi dan Keuanagan
Divisi Administrasi dan Keuanagan membantu manager dan
bertanggung jawab terhadap kegiatan yang mendukung operasi
tambang, antara lain :
1. Keuangan dan pembayaran gaji (payroll)
2. Personalia dan umum
3. Administrasi dan surat menyurat
4. Security/satpam
5. Hubungan kepada pemerintah dan masyarakat setempat
6. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
Tabel 8.1
Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja
80
Kepala Bagian
S1 akutansi > 3 th 1 Tetap
Keuangan
Staff Keuangan S1 akutansi > 0 th 4 Tetap
Personalia S1 hukum > 3 th 1 Tetap
Staff Personalia S1 hukum > 0 th 4 Tetap
Kepala Bagian S1 teknik
> 2 th 1 Tetap
Lingkungan lingkungan
Kepala Bagian Purnawirawan
> 2 th 1 Tetap
Keamanan TNI
Kepala Bagian
S1 tambang > 2 th 1 Tetap
Keselamatam
Kepala Sub
S1 tambang > 1 th 10 Tetap
Bagian
Staff
SMU + kursus > 0 th 6 Tidak tetap
Pemeliharaan
Staff Pemasaran S1 ekonomi > 0 th 5 Tetap
Staff
S1 tambang > 0 th 5 Tetap
Perencanaan
Staff Geologi S1 geologi > 0 th 5 Tetap
Staff
S1 tambang > 0 th 24 Tetap
Pengolahan
Staff S1 tambang dan
> 0 th 12 Tetap
Lingkungan S1 lingkungan
Karyawan
SMU + training > 0 th 80 Tidak tetap
Penambangan
Supir SMU > 0 th 5 Tidak tetap
Operator Alat S1 tambang /
> 1 th 15 Tidak tetap
Mekanis STM tambang
Satpam SMU > 1 th 15 Tidak tetap
Kesehatan S1 Kedokteran > 3 th 1 Tidak tetap
81
3. Tingkat Gaji dan Upah
82
Juru Masak 2. 000.000 5 10.000.000
Cleaning Service 2. 000.000 5 10.000.000
Helper 2. 000.000 4 8.000.000
Total 225 521.000.000
4. Sistem Kerja
Sistem kerja adalah serangkaian dari beberapa pekerjaan yang berbeda kemudian
dipadukan untuk menghasilkan suatu benda atau jasa yang menghasilkan nilai bagi
pelanggan atau keuntungan perusahaan/ organisasi. Sistem kerja yang terdiri dari 1 shift
dengan 8 jam kerja pada penambangan granit di PT. Granita Jaya Abadi adalah :
a. Divisi Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan persiapan untuk penambangan dan
pengangkutan yang antara lain meliputi prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan,
hingga development. Pada tahap ini belum diadakan sistem kerja yang terdiri dari 1
shift 8 jam kerja karena belum ada target yang harus diproduksi per tahunnya.
Sehingga pekerjaan ini biasanya dibatasi dengan deadline pengumpulan laporan.
c. Divisi Pengolahan
Pengolahan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu
granit serta untuk memanfaatkan dan memperoleh batuan granit. Pada tahap ini
sudah diadakan sistem kerja yang terdiri dari 1 shift 8 jam kerja. Kedisiplinan
dalam 8 jam kerja sangat diperhatikan.
83
bahwa operasi mereka ramah lingkungan dan aman keselamatan kerja dan
kesehatan. Pada divisi ini juga memerlukan kerja yang rutin dengan shift 8 jam/hari.
84
BAB IX
PEMASARAN
85
negeri terdiri dari dua daerah penjualan, yaitu lokal dan daerah antar pulau .
Konsumsi antar pulau lebih banyak dari pada untuk lokal . Penjualan antar
pulau sendiri terdiri dari penjualan ke Batam, Pekanbaru, Bengkalis, Siak,
Dumai, dan lain-lain. Konsumsi permintaan dalam sendiri adalah secara
persentase rata-rata hanya 31% yang terdiri dari penjualan lokal 1% dan
penjualan antar pulau sebesar 30%.
Kegunaan Granit sebagai bahan Bangunan rumah dan gedung, untuk
bangunan Monumen, jalan dan jembatan, sebagai batu hias (dekorasi), sebagai
bahan baku industri poles (tegel, ornamen, dll) dan bahan bangunan (gedung,
jalan , jembatan, dll), selain itu dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan aksesoris rumah seperti lantai,wastafel dan meja serta di bidang
konstruksi.
Berbeda dengan bahan galian industri lain, pasar batu granit tidak
terpengaruh pada perkembangan perekonomian dunin. Pasar batu hias lebih di
pengaruhi oleh selera perancang (arsitektur) dan perseorangan. Kekhususn
pasar ditambah lagi dengan pola perdagangan yang lebih di tentukan pula oleh
tampilan warnanya, dan bukanlah oleh kualitas produk, seperti halnya bahan
galian industri pada umunya.
86
cukup besar dan tersebar luas, dan di beberapa lokasi cadangan tersebut dapat di
gunakan sebagai industri batu dimensi.
Produk hasil penambangan yang dihasilkan oleh PT. GRANIT JAYA
ABADI terdiri dari enam macam jenis batuan , yaitu Granite Dust, Granite
Chipping, Granite ¾ Splid, Graded Stone, Armour Rock (100-500 kg) dan
Armour Rock (10-30 kg).
Empat dari enam macam produk batuan tersebut mengalami pengecilan
melalui proses peremukan (crushing). Pada proses ini, produk tersebut dibedakan
berdasarkan ukuran butirnya. Produk tersebut adalah ukuran 0-5 mm (Granite
Dust), ukuran 5-14 mm (Granite Chipping), ukuran 15-20 mm (Granite ¾ Splid),
dan ukuran 20-40 mm Graded Stone (Special Product).
Setelah melalui tahapan crusting, produk siap dipasarkan melalui proses
pengapalan (Shipping). Dua tipe batu armour rock tidak mengalami proses
crushing, tetapi hanya dibelah (Breaking) menjadi ukuran 14”- 18” dan 6” - 9”,
dapat dilihat pada (Tabel 2). Kemudian di jual ke pembeli lokal seperti di Tanjung
Buton, Sungai Pakning, Bengkalis maupun ke Singapura.
87
Perusahaan sudah menjalankan strategi ini dari awal berdirinya, karena
dengan pembaruan produk yang terus menerus membuat pelanggan yang
ada lebih bersemangat untuk melakukan pembelian, hal ini juga
disebabkan trend dan selera konsumen yang terus menerus berubah dari
masa ke masa.
3. Market Development Strategy
Strategi ini memperkenalkan produk yang sudah ada pada segmen pasar
yang lebih luas ,baik secara demografis dan geografi yang baru . Upaya
yang ditempuh biasanya melalui perluasan jaringan distribusi maupun
dengan mengintensifikasikan kegiatan pemasaran, Perusahaan perlu
mencari jaringan pemasaran yang baru, hal ini dapat dilakukan dengan
membuka jaringan pemasaran yang baru di daerah domestik baru selain
yang ada sekarang ini.
88
BAB X
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
10.1 Investasi
10.1.1 Modal Tetap
A. Pengurusan Perizinan
PT. Granit Jaya Abadi merupakan salah satu perusahaan nasional yang
melakukan kerjasama pengembangan sumber daya energi dan Batu dengan
pemerintah (Departemen Energi dan Sumber Daya Batu) yaitu untuk
mengeksploitasi Batu Granit sesuai dengan peraturan dan perundangan yang
berlaku, telah menandatangani perjanjian dengan pemerintah daerah
Kabupaten Polewali Mandar pada Tanggal 30 November 2007 dengan wilayah
konsesi seluas ± 1.501Ha (No. 126 Tahun 2007 tentang pemberian Izin Kuasa
Pertambangan Eksplorasi kepada PT. Granit Jaya Abadi). Wilayah ini berada
di Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat.
B. Peralatan Utama
Peralatan utama penambangan Granit adalah faktor yang sangat vital
untuk kegiatan operasi penambangan sehingga akan dihasilkan produksi
Granit bersih yang siap jual. Untuk itu beberapa unsur kegiatan operasi perlu
dimasukkan dalam perhitungan pengadaan peralatan utama ini, seperti :
89
b. Kegiatan pengolahan Granit dan stockpile yang terdiri dari :
1. Pemindahan Granit dari raw stockpile ke product stockpile
2. Proses peremukan Granit
3. Proses pemisahan Batu berharga dari pengotornya (impurities)
C. Sarana Penunjang
Motor grader
2. Kegiatan perawatan jalan angkut dan perbengkelan yang
memerlukan:
90
D. Sarana K-3 dan Pengelolaan Lingkungan
Sarana K-3 dan pengelolaan lingkungan wajib dimiliki oleh setiap
perusahaan penambangan Granit karena selain menyangkut keselamatan
karyawan, juga menyangkut keselamatan masyarakat yang tinggal di sekitar
areal penambangan. Beberapa peralatan yang dapat dikemukakan di sini
adalah :
Kolam pengendap
Kolam pengontrol
Bibit tanaman
Zat Kimia dan additive
Alat deteksi sederhana
Biaya modal kerja (working capital) adalah biaya yang harus disediakan
untuk memenuhi biaya produksi penambangan, sampai dengan masa di mana
perusahaan dapat memperoleh pendapatan sendiri dari hasil penjualan Granit,
baru akan mampu membiayai produksinya setelah memperoleh pendapatan
dari penjualan produksi tahun pertamanya yaitu sebesar 60.000ton.
91
Biaya produksi langsung meliputi biaya bahan bakar, suku cadang, ban
kendaraan, karyawan tidak tetap (termasuk royalty). Biaya produksi tak
langsung meliputi biaya asuransi, iuran tetap, pengelolaan lingkungan,
community development dan karyawan tetap. Total modal kerja yang
dibutuhkan untuk proyek penambangan Granit ini adalah sebesar US $
10.450.543,06.
92
Jumlah angsuran pokok bersifat tetap, sedangkan bunga pinjaman
diperhitungkan dari sisa pokok (besarnya bunga pinjaman menurun
sesuai dengan waktu).
1. Biaya eksplorasi
2. Biaya studi kelayakan
3. Biaya studi UKL-UPL
4. Biaya studi geoteknik dan hidrologi
93
10.2.2 Biaya Produksi
94
Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi Granit mencakup biaya
operasi penambangan, biaya operasi pengolahan dan stockpile Granit, dan
biaya pengangkutan Granit dari tambang ke pelabuhan muat. Untuk itu
beberapa komponen operasi yang perlu dimasukkan dalam perhitungan biaya
atau ongkos produksi antara lain adalah:
95
Tenaga kerja untuk melakukan operasi (kualifikasi, jumlah, standar
gaji)
Pengaruh faktor ekskalasi
Selama umur investasi proyek (± 20 tahun) akan terjadi aliran kas (cash
flow). Aliran kas ini akan terdiri dari aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran
kas keluar (cash outflow).
96
Besarnya aliran kas masuk akan sangat ditentukan oleh beberapa faktor
di bawah ini:
Laba bersih yang diterima oleh perusahaan, baik untung ataupun rugi
Pinjaman utang dari bank untuk investasi (60%)
Penanaman modal investasi dari perusahaan sendiri (40%) atau dari
pemegang saham, dan lain-lain
Selama masa umur investasi (± 20 tahun), dalam aliran kas proyek setiap
tahunnya akan ditemukan salah satu dari dua macam kondisi, yaitu kondisi
dimana aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas keluar, sehingga akan
terjadi saldo kas (proceeds), dan kondisi dimana aliran kas masuk lebih kecil
dari pada aliran kas keluar sehingga akan terjadi kekurangan kas (defisit).
97
10.2.5 Nilai Sekarang Bersih Net Present Value atau NPV
Tidak semua aliran kas yang positif akan memberikan gambaran yang
menguntungkan bagi perusahaan, karena ada faktor nilai waktu dan uang (time
value of money), sehingga diperlukan suatu perhitungan yang dapat
menghasilkan gambaran jumlah uang pada satu titik waktu tertentu yang
disebut nilai sekarang bersih (Net Present Value).
Menghitung jumlah nilai sekarang bersih (Net Present Value) dari aliran
kas proyek selama 20 tahun pada tingkat diskonto (discount rate) yang
ditetapkan yaitu 12,59%.
Menghitung jumlah nilai sekarang bersih dari biaya investasi
perusahaan selama 20 tahun dan modal kerja pada tingkat diskonto yang
ditetapkan yaitu 12,59%.
Hasil perhitungan ini disebut Present Value dari initial outlays (PV of
initial outlays).
Menghitung selisih antara PV of proceeds dengan PV of initial outlays
yang hasilnya disebut nilai sekarang bersih atau Net Present Value.
98
10.2.6 Laju Pengembalian Internal (IRR)
99
Tidak memberikan indikasi probabilitas dari unit usaha hasil proyek.
100
BAB XI
KESIMPULAN DAN SARAN
11.1 Kesimpulan
1. Wilayah Permohonan
101
3. Kualitas Granit
Dari hasil kajian yang berkaitan dengan berbagai analisis dari contoh-
contoh Granit, maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
2) Geoteknik
a) Lereng Tunggal
c) Lereng Timbunan
102
4. Rencana Penambangan
a. Rencana penambangan meliputi:
b. Desain Tambang
c. Analisis Desain
d. Bukaan Tambang
Bukaan tambang ada 8 block
103
Operasi penggalian tanah penutup, berupa overburden dan
interburden dilakukan dengan menggunakan excavator dan
bulldozer
i. Jadwal Produksi
j. Umur Tambang
Umur tambang, sesuai dengan kontrak 20 tahun.
5. Pengolahan Granit
Granit produksi operasi penambangan (ROM) dilakukan proses
peremukan untuk mereduksi ukuran di crushing plant dan produk akhir
yang akan di peroleh adalah ukuran ± 22mm
Proses pengolahan memerlukan pencucian untuk memisahkan antara
tanah yang masih menempel di material Granit.
Reduction Ratio (RRJ) crusher antara 4 sampai 6 dan kapasitas
produksi sekitar 60.000ton/thn yang terdiri atas 1 unit crusher :
@120ton per jam tonase Granit ROM yang dapat diolah per tahun
1.800 jam/tahun x 33,33 ton/jam = 60.000ton/thn.
104
6. Transportasi dan penimbunan Granit
Jalan angkut untuk OB dan ROM masing-masing untuk dump area dan
crushing plant belum dan akan dibuat pada saat pengerjaan
penambangan tersedia. Jalan angkut Granit ke crushing plant ini
berasal dari tanah dasar yang diperkeras dengan Iebar 20-30m
Jarak bukaan tambang ke waste dump berkisar antara 300m sampai
1200m. Sedangkan jarak angkutan ROM dari bukaan tambang ke
crushing plant antara 720m-525m
Jalan angkut hasil pengolahan Granit ke pelabuhan muat Granit dengan
jarak 40km
105
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3)
106
serta dilakukan atas dasar kesepakatan kerja bersama antara pekerja
dengan perusahaan, mengutamakan K-3 dan efisiensi waktu dan alat,
sehingga dapat dicapai produktivitas kerja.
9. Pemasaran
Produk Granit Indonesia yang memenuhi persyaratan yang diminta
konsumen yaitu memiliki kadar Fe total di atas 45%. Harga Granit akan
tergantung dari situasi dan kondisi supply-demand.
Keseluruhan kualitas Granit tertambang mengandung total belerang
(TS) rata-rata 3%, dan Fe total rata-rata 45%.
11.2 Saran
1. Sebelum masa produksi tahun 2011, disarankan untuk eksplorasi lanjutan
untuk meningkatkan cadangan terukur.
2. Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar diperhatikan dalam
kegiatan penambangan.
107