Anda di halaman 1dari 110

TUGAS MATA KULIAH

PERENCANAAN TAMBANG
LAPORAN STUDY KELAYAKAN TAMBANG
BAHAN GALIAN INDUSTRI GRANIT PADA PT. GRANIT JAYA ABADI,
DESA TAPANGO, KECAMATAN TAPANGO, KABUPATEN POLEWALI
MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

Dosen Pengampu : Hepryandi Luwyk Djanas Usup, S.T., M.T

OLEH :
SINTAULI PASARIBU DBD 114 025
MELINA HUTABARAT DBD 114 033
MELIANI ISMAYANTI SILALAHI DBD 114 074
IKHWAN PRASAJA DBD 114 075
HELITA OLIVIA DBD 114 095
RESKY KUSI SINTA DBD 114 111
INDAH PUSTRIKA RESKY DBD 114 123
APRILIA ANGGARAENI DBD 114 124
RICKY HARYANTO SARAGIH DBD 114 131
KAIZEN G.T SINAGA DBD 114 150
SARA SIALLAGAN DBD 114 171

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas berkat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan petunjuk dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Perencanaan Tambang yang berjudul “LAPORAN STUDY KELAYAKAN
TAMBANG BAHAN GALIAN INDUSTRI GRANIT PADA PT. GRANIT JAYA
ABADI, PALANGKA RAYA, KALIMANTAN TENGAH”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hepryandi Luwyk Djanas
Usup, S.T., M.T yang telah membimbing dan memberikan suatu pengalaman baru
serta ilmu pengetahuan baru khususnya pada proses pengajaran Perencanaan
Tambang.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan pada laporan-laporan berikutnya berikutnya.
Demikian laporan ini disusun dengan harapan semoga bermanfaat bagi para
pembacanya.

Palangka Raya, Oktober 2017

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
2.1 Asal mula bahan galian industri fosfat ....................................... 3
2.2 Persebaran bahan galian industri fosfat ...................................... 9
2.3 Pertambangan bahan galian industry fosfat ................................ 10
2.4 Kegunaan bahan galian industry fosfat ....................................... 13
2.5 Potensi dan perkembangan bahan galian industry fosfat ............ 15
2.5.1 Potensi Bahan Galian Industri fosfat ................................. 15
2.5.2 Perkembangan Bahan Galian Industri fosfat ..................... 19
2.6 keuntungan dan kerugian dari bahan galian industri fosfat ........ 21
2.6.1 Keuntungan dari bahan galian industri fosfat.................... 21
2.6.2 Kerugian dari bahan galian industri fosfat ........................ 22
BAB III PENUTUP.................................................................................. 26
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 26
3.2 Saran ........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan adalah kegiatan yang dilakukan dari Tinjauan umum,
Tinjuan Khusus, Ekplorasi, Study Kelayakan, Prakontruksi, Penambangan,
Pengolahan, Pemasaran sampai dengan Reklamasi.
Penambangan adalah kegiatan pengambilan atau penggalian bahan
galian dari kerak bumi di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia
maupun mengambil nilai ekonomis dari bahan galian tersebut. Seperti
peambangan bahan galian batu granit.
Sebelum di lakukan kegiatan penambangan terlebih dahulu di lakukan
perencanaan tambang, perencanaan tambang kagiatan dimana tujuannya
adalah merencanakan Metode penambangan, Alat-alat yang di gunakan,
Memperkirakan umur tambang, Pengolahan bahan galian dan lain-lain
dengan memperhitungkan faktor ke-ekonomisan, keamanan dan lingkungan.
Batu granit adalah salah satu dari jenis batuan beku dalam. Batu granit
terbentuk melalui pendinginan magma yang terjadi dalam bumi. Batu granit
memiliki sifat yang asam. Selain itu batu granit memiliki tekstur yang kasar.
Batu granit rata- rata berwarna terang seperti abu- abu, coklat, atau
kemerahan. Batu granit adalah batu yang rata- rata berbentuk besar.
Selain besar, batu granit memiliki tekstur yang kuat, bahkan dikatakan batu
granit memiliki kekuatan sama atau melebihi kekuatan baja. Karena batu granit
adalah salah satu batu yang kuat, maka kepadatan batu granit tergolong besar.
Kepadatan batu granit adalah 2.75 gr/ cm3, dengan jangkauan 1,74 dan 2,80.
Batu granit adalah salah satu batu yang mudah dan umum di jumpai. Batu
granit dapat dijumpai disekitar gunung api. Batu granit memiliki ciri- ciri
antara lain terbentuk melalui Batu kuarsa dan filedspar. Kedua meniral ini
membentuk granit menjadi besar, karena Batu yang membentuk granit adalah
Batu dengan ukuran yang besar. Selain itu, batu granit termasuk dalam batuan

1
beku dalam atau batuan plutonik. Batu granit yang meleleh akibat panas dari
magma berubah menjadi batu riolit. Batu riolit memiliki tekstur hampir sama
dengan granit. Yang membedakan adalah riolit memiliki tekstur lebih halus,
terang, dan terbentuk di permukaan bumi, sehingga termasuk batuan beku luar
atau batu vulkanik.
Proses pembentukan Batu granit termasuk dalam batuan beku dalam.
Oleh karena itu, batu granit terbentuk di dalam bumi, melalui proses intrusi
magma. Instrusi magma adalah proses naiknya magma ke permukaan bumi,
dan menyusup diantara celah- celah batuan. tetapi, karena tenaga yang kecil,
magma tidak pernah sempat keluar dari dalam bumi, dan mengalami
pendinginan di dalam bumi. batu granit terbentuk melalui pendingan magma
yang terjadi di dalam bumi, dengan tempo yang lama. Akibat pendinginan yang
lama, tekstur batu granit cenderung kasar. Magma yang mengalami
pendinginan membentuk butiran Batu yang besar. Butiran Batu yang besar ini,
kemudian bersatu, dan menjadi batu granit. Batu granit juga dapat ditemukan
di permukaan bumi. hal ini dapat terjadi jika lelehan lava yang merayap di
permukaan bumi mengandung unsur batu granit. Struktur dari batu granit
adalah 20 hingga 60 persen batu grannit terdiri dari kuarsa dan fieldspar,
dengan rincian 10 persen kuarsa, 30 hingga 60 persen fieldsparkalium, 0 hingga
35 persen plagioklas natrium dan Batu mavis 30 hingga 35 persen.
Manfaat dari batu granit Batu granit adalah salah satu batu di bumi yang
banyak dimanfatkan untuk kebutuhan manusia. Karena kuat, batu granit sering
dipakai sebagai bahan konstruksi. Selain itu batu granit yang berbentuk
lembaran, banyak dipakai sebagai ornamen dinding. Batu granit yang tahan air,
juga dipakai sebagai tekel untuk lantai. Sisa- sisa ptongan batu granit, juga bisa
dipakai sebagai teraso. Tidak hanya dipakai di bidang konstruksi, batu granit
juga dipakai sebagai alat pengukur koordinat. Alat pengukur ini bernama
Coordinate Measuring Machine. Alat ini memanfaatkan batu granit yang tahan
air.

2
Penambangan batu granit di lakukan dengan jenis penambangan terbuka
yaitu metode quarry, metode quarry adalah di gunakan untuk bahan galian
golongan C atau bahan galian industry.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari perencanaan tambang ini adalah untuk
membangun pertambangan yang aman, ekonomis, dan ramah
lingkungan.

1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari perencanaan penambangan granit ini
adalah :
a. Untuk menentukan target produksi dari penambangan granit.
b. Untuk menentukan umur tambang granit.
c. Untuk menetukan jenis dan metode penambangan granit
d. Untuk menentukan alat-alat yang di gunakan dalam proses
penambangan granit.
e. Untuk menentukan desain tambang pada penambangan granit
f. Untuk merencanakan proses pengolahan yang baik.
g. Untuk merencanakan pemasaran granit yang menguntungkan.

1.3. Ruang Lingkup dan Metode Study


1.3.1 Ruang Lingkup dan Metode Studi
Kajian kelayakan yang dilakukan akan meliputi berbagai
aspek yang berkaitan dengan usaha peningkatan produksi Batu
Granit pada wilayah penambangan yang akan beroperasi. Adapun
studi ini antara lain terdiri dari hal-hal sebagai berikut :

3
a. Penilaian dan Pengkajian Data Yang Tersedia
Ada beberapa hal yang akan diteliti pada kajian ini, yaitu:
1. Kondisi geologi, topografi, kondisi daerah lokasi, keadaan
lingkungan, sarana transportasi dan tenaga kerja
2. Cara atau metode penyelidikan dan peralatan yang digunakan
3. Kondisi endapan Batu Granit yang meliputi kedudukan dan
penyebarannya, kuantitas dan kualitasnya

b. Pengkajian Data Yang Diperoleh Dari Lapangan


Dalam rangka penambangan Batu Granit ini, maka diperlukan
data tambahan untuk mendukung teknis penambangan. Adapun data
tambahan yang diperlukan adalah data pengamatan lapangan secara
langsung dan data yang berkaitan dengan geologi teknik. Data ini
beserta pengolahannya diperlukan untuk memperoleh gambaran
mengenai kondisi hidrologi, hidrogeologi dan kestabilan lereng.
Untuk kegiatan penyelidikan geologi teknik (geoteknik), pihak
perusahaan telah melakukan pemboran dengan kedalaman 130 m.
Dari data sekunder yang telah tersedia dan tambahan data
lapangan beserta data geoteknik dan hidrogeologi, maka lingkup
kajian akan meliputi:
1. Aspek penambangan yang mencakup tambang, metode, dan
tahapan penambangan, penimbunan Batu Granit, jumlah dan
jenis peralatan yang diperlukan, rencana dan jadwal produksi.
2. Aspek pengangkutan dan penimbunan Batu Granit atau tanah
buangan yang meliputi jarak angkut, kondisi jalan, serta lokasi
dan kapasitas tempat penimbunan.
3. Aspek pengolahan Batu Granit, kapasitas pengolahan, jumlah
dan jenis peralatan yang digunakan, pengangkutan lewat darat
dan laut untuk tujuan pemasaran, dan kondisi
dermaga/pelabuhan untuk sarana pemuatan Batu Granit.

4
c. Deskripsi Kegiatan

Dari uraian tersebut di atas, maka kegiatan pekerjaan kajian

akan berbagai kondisi kegiatan penambangan yang akan dilakukan

adalah sebagai berikut :

1. Geologi Tambang
1. Tujuan
Kajian geologi tambang bertujuan mengevaluasi data geologi
yang tersedia baik yang lama maupun yang baru termasuk data
bor sehingga dapat digunakan untuk desain tambang.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Kajian topografi/morfologi
b. Stratigrafi
c. Struktur geologi
d. Pemetaan penyebaran Batu Granit
e. Pemetaan ketebalan lapisan penutup di daerah tambang
terbuka
f. Cadangan Batu Granit

2. Geoteknik
1. Tujuan
Pengujian geoteknik bertujuan untuk menentukan sifat fisik
dan mekanik baik batuan yang menyusun overburden,
interburden dan batuan dasar maupun lapisan Batu Granit.
Hasil pengujian diperlukan untuk lanjutan perancangan
tambang terbuka terutama dalam penentuan geometri lereng.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Pengujian geoteknik
 Pengujian sifat fisik
 Pengujian ultrasonik

5
 Pengujian kuat tekan uniaxial
 Pengujian geser langsung
b. Analisis kestabilan lereng

3. Hidrologi dan Hidrogeologi


1. Tujuan
Kajian hidrologi dan hidrogeologi bertujuan untuk
menganalisis pengaruh air tanah terhadap tambang,
mempelajari fluktuasi muka air tanah dan mempelajari
karakteristik aquifer. Data ini dipergunakan sebagai masukan
untuk lanjutan perancangan sistem pengaliran tambang.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Analisis data hidrologi dan hidrogeologi
b. Perancangan sistem pengaliran tambang yang sesuai
dengan strategi dan sistem penambangan yang
direncanakan

4. Perencanaan Tambang
1. Tujuan
Perencanaan tambang terbuka bertujuan untuk melakukan
penambangan Batu Granit di batas elevasi yang masih
menguntungkan.
2. Lingkup Pekerjaan

a. Evaluasi geometri lereng


b. Penentuan batas tambang baik ke arah lateral maupun
vertical
c. Perhitungan nisbah pengupasan
d. Perencanaan jadwal produksi
e. Perencanaan pembuangan tanah penutup
f. Perencanaan peralatan
g. Perencanaan peledakan

6
6. Transportasi

1. Tujuan
Kajian transportasi bertujuan untuk mengevaluasi
pengangkutan tanah buangan (overburden) dan stockpile
pabrik pengolahan (crushing plant) beserta pengangkutan
Batu Granit dan pengolahan ke tujuan akhir atau pelabuhan.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Evaluasi kelayakan teknis jalur pengangkutan
b. Jadwal waktu pengangkutan
c. Evaluasi daya angkut dump truck
d. Kajian finansial dan ekonomi setiap alternative
e. Penentuan dan rancangan alternatif terpilih

7. Pengolahan Batu Granit


1. Tujuan
Kajian pengolahan Batu Granit bertujuan untuk mendapatkan
batuan granit yang memiliki nilai jual tinggi.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Evaluasi kapasitas crushing plant
b. Jumlah crushing plant yang diperlukan
c. Kapasitas stockpile di crushing plant
d. Kapasitas stockpile siap jual di tujuan akhir atau
pelabuhan

8. Kelayakan Ekonomi
1. Tujuan
Kajian kelayakan ekonomi bertujuan untuk menilai kelayakan
endapan Batu Granit di daerah PT. Granit Jaya Abadi secara
ekonomi.

7
2. Lingkup Pekerjaan
a. Perencanaan organisasi dan tenaga kerja
b. Analisis pasar Batu Granit
c. Analisis ekonomi
d. Analisis finansial

1.4 Pelaksanaan Study


Adapun kegiatan di laksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai
dengan oktober 2020 sesuai dengan surat izin eksplorasi.

8
1.5 Jadwal Studi
Studi kelayakan dalam rangka perkembangan granit ini dilaksanakan
dalam jangka waktu lima tahun, dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan seperti
tertera pada tabel 1.1.

Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Tahun Ke-
N
Kegiatan I II III IV V
o.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Kajian Geologi
2. Kajian
Geoteknik
Analisis
3. Kualitas
Batu Granit
Kajian
4. Hidrologi &
Hidrogeologi
Perancangan
5. Tambang
Terbuka
6. Kajian
Transportasi
Kajian
7. Kelayakan
Ekonomi
Penyerahan
8.
Draft Laporan
9. Presentasi
10 Perbaikan
. Laporan
11 Penyerahan
. Laporan Akhir

9
BAB II
KEADAAN UMUM

2.1 Wilayah Kerja Pertambangan Granit


PT. Granit Jaya Abadi sampai pada tahap kajian kelayakan memiliki
areal seluas ± 1.501Ha (Berdasarkan Keputusan Bupati Polewali Mandar
No. 126 Tahun 2007 tentang pemberian Izin Kuasa Pertambangan Eksplorasi
kepada PT. Granit Jaya Abadi), yang terletak di Desa Tapango, Kecamatan
Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

2.1.1 Lokasi Daerah Kajian

Lokasi daerah kajian (Gambar 2.1) terletak di antara 1190 14’ 45’
BT – 1190 19’ 00’’ BT dan 0030 18’ 59’’ LS - 0030 19’ 59’’ LS yang secara
rinci sebagai berikut:

Tabel 2.1
Lokasi Daerah Kajian
Titik Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)
IP-01 1190 14’ 45’’ 0030 18’ 59’’
IP-02 1190 19’ 00’’ 0030 18’ 59’’
IP-03 1190 19’ 00’’ 0030 19’ 59’’
IP-04 1190 14’ 45’’ 0030 19’ 59’’

10
Gambar 2.1
Peta Wilayah KP PT. Granit Jaya Abadi
Tahap Kajian Kelayakan

2.1.2 Kesampaian Daerah Kajian

Secara geografis pada koordinat 0030 18’ 59’’ LS - 0030 19’ 59’’ LS
dan 1190 14’ 45’ BT - 1190 19’ 00’’ BT dengan luas keseluruhan sekitar ±
1.501Ha, secara administratif lokasi penyelidikan termasuk dalam wilayah
Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat. Lokasi penyelidikan berjarak sekitar 240km ke arah utara
Kota Makassar. Akses dari jalan utama ke arah jalan poros Makassar-
Mamuju hanya berjarak 9km berupa jalan kelas III. Dari lokasi prospek
Tapango ke lokasi rencana pelabuhan (Tanjung Mampie) sekitar 18km.

11
Gambar 2.2
Kondisi Akses Jalan Tapango Menuju Poros Makassar - Mamuju

Gambar 2.3
Kondisi Akses Jalan Pengerasan Menuju Dermaga Tg. Mampie

Akses jalan menuju lokasi penyelidikan pada umumnya dapat


dijangkau dengan memakai kendaraan roda empat pada bagian selatan dan
barat. Sedangkan dalam lokasi penelitian sebagian daerah dapat dijangkau

12
dengan menggunakan kendaraan roda dua dan sebagian lagi hanya dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat setempat
pada wilayah KP eksplorasi ini sebagian besar berupa perkebunan coklat.

2.1.3 Potensi Wilayah

Berdasarkan kondisi geografis dan bentang alamnya, maka sektor


pertanian dan perkebunan merupakan sektor yang dominan dalam kegiatan
pembangunan di wilayah Kecamatan Tapango. Hampir seluruh areal
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, mulai dari wilayah
pedataran hingga perbukitan. Dapat dikatakan bahwa kedua sektor tersebut
masih memberikan konstribusi terbesar dalam pembangunan di wilayah ini,
disamping sektor yang lain.

Disamping potensi pertanian dan perkebunan, wilayah ini juga


memiliki potensi pertambangan yang melimpah, namun sampai saat sekarang
ini potensi tersebut belum tersentuh dan dimanfaatkan. Pada wilayah
eksplorasi, disamping Granit sebagai primadona, masih terdapat bahan galian
yang lain seperti: Granit dan Tufa yang dapat diolah menjadi "building stone".
Bahan galian tersebut pada kenyataannya memiliki prospek pasar yang bagus.
PT. Granit Jaya Abadi hadir di daerah ini untuk mengelola potensi tambang
Granit, agar dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah dan
kesejahteraan masyarakat.

2.2 Geomorfologi
Daerah penelitian secara umum berada pada ketinggian 50-750meter di
atas permukaan laut (dpl) di bagian barat Kota Polewali. Kenampakan umum
morfologi daerah penelitian menunjukkan puncak-puncak bukit di bagian
utara dan melandai ke bagian selatan. Pembahasan morfologi daerah
penelitian meliputi pembagian satuan morfologi berdasarkan kenampakan
dari permukaan bumi dengan memperlihatkan beberapa faktor yang

13
mempengaruhi selama proses pembentukannya, sungai dan stadia daerah
penelitian.
Morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan
geomorfologi berdasarkan beda tinggi, antara lain yaitu Satuan Perbukitan
Landai Denudasional, Satuan Perbukitan Intrusi Curam, dan Satuan
Perbukitan Memanjang Sangat Curam.

2.2.1 Satuan Perbukitan Landai Denudasional

Satuan Perbukitan Landai Denudasional yang terbentuk akibat


proses peneplainisasi (erosional) dengan kemiringan lereng 80–110, yang
tersebar di bagian barat memanjang kearah barat laut daerah penelitian. Pola
aliran sungai yang terbentuk merupakan pola aliran parallel pada anak Sungai
Riso.

2.2.1 Satuan Perbukitan Intrusi Curam

Satuan Perbukitan Intrusi Curam terdapat pada bagian barat daya


daerah penelitian, di sekitar Buttu Talise dengan kemiringan lereng 250–510.
Pola aliran sungai yang terbentuk merupakan pola aliran parallel pada
stadium sungai tahap muda (intermitten) yang hanya berair pada musin hujan.
Pemanfaatan lahan dipergunakan sebagai perkebunan coklat, maupun
palawija lainnya.

2.2.2 Satuan Perbukitan Memanjang Sangat Curam


Satuan geomorfologi Perbukitan Memanjang Sangat Curam
menutupi bagian tengah memanjang hingga ke timur daerah penelitian.
Kemiringan lereng berkisar 44º-103º dengan pola aliran sungai yang
berkembang berupa parallel hingga sub-parallel. Satuan perbukitan ini
dimanfaatkan juga sebagai lahan perkebunan coklat dan palawija lainnya
yang mendominasi terdapat di daerah penelitian.

14
2.3 Iklim
Secara umum Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat
merupakan daerah yang beriklim tropika basah (tipe iklim A menurut
KOPPEN) yang pada musim kemarau masih terjadi hujan. Adapun jumlah
curah hujan dan hari hujan terlihat pada tabel 2.2.
Suhu rata-rata berkisar antara 18° sampai 30°, musim penghujan dari
bulan September sampai Februari dengan curah hujan rata-rata setiap tahun
berkisar antara 1800mm sampai 2000mm dengan rata-rata hari hujan setiap
tahun sekitar 120 hari. Kelembaban udara berkisar antara 50 sampai 55%,
musim kemarau sekitar bulan Maret sampai Agustus.

Tabel 2.2
Curah Hujan Dengan Hari Hujan Tahun 2006
Tapango dan Sekitarnya
No. Bulan
Curah Hujan Hari Hujan
1. Januari 379 19
2. Februari 244 14
3. Maret 294 12
4. April 106 13
5. Mei 212 9
6. Juni 15 2
7. Juli 14 4
8. Agustus 76 5
9. September 180 9
10. Oktober 117 8
11. Nopember 220 14
12. Desember 261 18
Rata-rata 176,5 10,6

15
2.4 Infrastruktur
Sarana-sarana infrastruktur yang terdapat di daerah penambangan
berupa sarana transportasi berupa jalan dan angkutan/kendaraan roda empat
dan roda dua, penerangan berupa listrik. Sarana pendidikan dari SD sampai
SMP.

16
BAB III
KEADAAN ENDAPAN

3.1 Geologi
3.1.1 Lithologi
Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai di lapangan, maka litologi daerah
penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan batuan, yaitu:
1. Satuan Meta-sedimen
Satuan ini menempati sekitar 20% dibagian timur-laut
sampai utara daerah penelitian dan membentuk morfologi
perbukitan terjal. Umumnya tersingkap di lereng-lereng bukit terjal
dan terganggu oleh adanya struktur. Satuan ini disusun oleh serpih
yang termetamorfisme lemah dan setempat dijumpai adanya
sufficed rock.
Serpih menunjukkan kenampakan lapangan berwarna coklat
sampai coklat kehitaman, tekstur wastik halus, ukuran butir <1/256
mm, tebal perlapisan sekitar 20-40 cm, struktur berlapis
(kedudukan N45°E), permeabilitas rendah, porositas sedang,
komposisi Batu berupa lempung dan oksida besi. Setempat
dijumpai proses silisifikasi dan proses backing effect terutama pada
zona kontak dengan batuan intrusi granit yang ada di daerah
penelitian. Granit dan Batu-Batu yang kaya akan ferromagnesium
lainnya hadir akibat adanya proses hidrothermal yang dibawa oleh
intrusi batuan beku pada batuan disekelilingnya. Silicified dijumpai
menunjukkan warna segar coklat kemerahan, umumnya dijumpai
pada zona struktur dan kontak dengan batuan intrusif, struktur non-
foliasi, komposisi Batu kwarsa, umumnya dijumpai dalam bentuk
bongkah- bongkah. Satuan ini merupakan bagian dari Formasi
Latimojong (Kls) yang berumur Kapur berdasarkan hasil penelitian
dari Djuri & Sudjatmiko, 1998.

17
2. Satuan Vulkanik
Satuan ini dapat dijumpai dibagian barat memanjang sampai
ke barat laut dan menempati sekitar 30% daerah penelitian. Kondisi
singkapan pada umumnya mengalami pelapukan terutama dibagian
permukaan. Disusun oleh tufa dan intrusi andesit dengan
kenampakan lapangan menunjukkan warna segar coklat
kekuningan dan putih keabu-abuan apabila lapuk, tekstur
vulkanikasi, struktur berlapis, komposisi Batu berupa material
vulkaniklasi, feldspar - plagioklas dan biotit. Dijumpai Batuisasi
Batu yang bersifat ferromagnesiun seperti Granit dalam jumlah
sedikit yang terkandung dalam veins kwarsa terutama di zona-zona
kontak batuan intrusif. Umur satuan batuan ini adalah Miosen -
Pliosen yang didasarkan pada peta geologi regional (Djuri, dkk,
1974).

3. Satuan Granit
Satuan Granit menempati hampir sekitar 50% dari luas
daerah penelitian, memanjang dibagian utara sampai selatan dan
barat yang membentuk satuan morfologi perbukitan
bergelombang. Bersifat intrusif dengan jenis dike yang memotong
perlapisan batuan sedimen disekitarnya. Kenampakan fisik
berwarna coklat hingga kuning kecoklatan berstruktur non-foliasi.
Secara petrologi Granit yang dijumpai terbagi menjadi beberapa
macam antara lain granit-biotit dan granit.
Batu ubahan yang dijumpai setempat berupa Batu lempung
dan klorit yang berasal dari plagioklas serta biotit dan sebagian
telah berubah menjadi oksida besi. Kondisi singkapan Granit
umumnya lapuk, terutama pada bagian selatan. Granit biotit
banyak tersebar di daerah selatan dengan warna umumnya abu-abu,
sedangkan untuk Granit dijumpai hampir di semua daerah

18
penelitian yang menunjukkan variasi warna abu-abu dan abu-abu
kemerahan.
Komposisi Granit Biotit disusun oleh Batu Kwarsa,
Orthoklas Plagioklas, Piroksin dan Biotit yang melimpah, serta
beberapa Batu-Batu alterasi lainnya mempunyai tekstur afanitik
sampai porfiritik. Banyak dijumpai dalam bentuk bongkah-
bongkah dengan ukuran hingga 3meter. Granit disusun oleh
dominan Orthoklas, Kwarsa, Plagioklas Biotit, Piroksin dan di
beberapa tempat khususnya di sekitar zona-zona struktur banyak
dijumpai Batu-Batu hasil alterasi. Selain itu juga dijumpai vein-
vein atau urat-urat kwarsa yang menunjukkan struktur khusus
berupa vug dan comb. Struktur khusus ini terdapat pada batuan
Granit yang berada di zona struktur, terutama mengisi kekar-kekar.
Batuan beku yang bersifat lebih basa seperti basalt dijumpai
setempat dalam bentuk sill, juga di daerah-daerah zona
struktur. Pada beberapa block Granit banyak dijumpai Xenolith
dengan komposisi basaltik serta proses silisifikasi.

4. Satuan Alluvium
Dijumpai dalam bentuk endapan sungai berupa pasir hingga
bongkah. Kondisi endapan berwarna abu-abu dan hitam, berukuran
pasir dan batu (seperti berukuran kerikil, kerakal dan bongkah.
Jenis material terdiri dari Granit, Granit, Aplit dan Batuan Riolitik).

19
Gambar 3.1
Peta Geologi Regional

3.1.2 Struktur
Daerah Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali
Mandar, Provinsi Sulawesi Barat dan sekitarnya meliputi Formasi
Latimojong (TK1) yang berumur Kapur. Formasi batuan ini meliputi
Serpih, Fillit, Rijang, Marmer, Kwarsa dan Breksi terkersikkan serta
beberapa intrusi menengah - hingga basa. Dibeberapa tempat terdapat
intrusi yang terdiri dari Granit - Granodiorit – Sienit.
Geologi daerah penelitian termasuk dalam Lembar Majene dan
bagian barat Lembar Palopo. Secara geologi regional, tersusun oleh

20
batuan Terobosan (Tmpi) pada bagian timur, yang litologi umumnya
batuan beku bersusun asam sampai menengah, seperti Granit,
Granodiorit, Diorit, Syenit, Monzonit, Kwarsa, dan Rhytolit. Umurnya
diduga Pliosen karena menerobos batuan gunung api Waylimbong yang
berumur Mio-Pliosen. Sedangkan bagian barat daya disusun oleh
satuan alluvium (Qa) berupa Lempung, Lanau, Pasir dan Kerikil.
Umurnya diperkirakan Holosen.
Bagian utara, selatan sampai timur disusun oleh batuan gunung
api Waylimbong (Tmpv), berupa lava bersusunan basalt sampai
andesit, sebagian Lava Bantal, Breksi Andasit Trachit, mengandung
Feldspatoid dibeberapa tempat, diperkirakan diendapkan di lingkungan
laut, diduga berumur Mio-Pliosen karena menjemari dengan formasi
skala yang berumur Miosen tengah – Pliosen, tebalnya ratusan meter.
Umur diperkirakan Pliosen awal sampai Miosen akhir.
Survei lapangan dilakukan oleh PT. Granit Jaya Abadi. Pada
beberapa singkapan batuan yang dijumpai, terdapat beberapa lokasi
ditemukannya endapan lepas magnetit baik berupa stockworks maupun
lepas-lepas berukuran gravel hingga boulder.
Batuan yang ditemukan di lapangan, pada umumnya didominasi
oleh intrusi Granodiorit, Diorite dengan kontak yang tegas pada satuan
lava basalt yang diterobosnya. Batuan Granodiorit ini dicirikan warna
segar putih – putih keabuan, segar hingga terlapukkan kuat, faneritik,
butiran medium – coarse, hypocristalin, fenokris kwarsa, amphibole,
biotit, pyrite yang tersementasi oleh silica yang tinggi, butiran
equigranular, anhedral – subhedral disekitarnya, kontak yang tegas
terhadap lava basalt maupun batuan Siltstone yang dilalui.
Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari magma andesitic
yang mengalami proses pendinginan atau cooling magma.
Pembentukan granodiorit ini erat kaitannya dengan pembekuan lava
andesitic tadi di permukan bumi, atau mengalami proses cooling yang
sangat cepat atau tiba-tiba setelah kontak dengan batuan disekitarnya

21
yang lebih dingin. Hal ini dapat terlihat dari beberapa singkapan batuan
yang ditemukan di lapangan, dimana terdapatnya bekas/ jejak aliran
seperti slicken sided pada tubuh batuan, yang diakibatkan oleh luncuran
massa batuan diatasnya. Pada singkapan batuan, semakin kearah timur
dan tenggara dijumpai granodiorit yang memiliki ukuran butir yang
lebih kasar dan kandungan kwarsa yang tinggi. Hal ini menandakan
bahwa semakin kearah tersebut mendekati terhadap sumber instrusi
magma.
Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari zona intrusi
dangkal magmatis pada temperatur tinggi dan tekanan yang rendah.
Sedangkan lava basaltis yang ditemukan di lapangan, memiliki cirri
fisik berwarna segar abu hingga hitam, massif, segar hingga
terlapukkan sedang, afanitik, kontak yang tegas dengan granodiorit,
glassy, setempat-setempat terdapat struktur Columnar joint, Fenokris
kwarsa, Pyrite, dalam masssa dasar yang tersemenkan oleh Silica,
Holohyalin, dan sering berasosiasi dengan endapan Magnetit. Lava
basaltis ini diperkirakan lebih dahulu terbentuk daripada Granodiorit
dan terobosan Granodiorit yang memiliki kandungan viskositas magma
lebih tinggi menyebabkan Lava basaltis ini tertransportasi ke
permukaan. Batu Magnetit yang dominan ikut tertransport merupakan
bagian magma Basaltis yang miskin akan Silica, tetapi kaya akan
unsure Fe, terbawa bersama-sama dan terendapkan pada rekahan-
rekahan, seperti Sill dan Dyke.
Batuan Magnetit yang ditemukan berwarna segar abu-abu,
sebagai batuan yang sudah mengalami oksidasi memberikan warna
lapuk abu-abu kecoklatan sebagai Limonitic dengan sifat magnetisasi
bervariasi rendah sangat kuat atau tinggi, segar hingga terlapukkan
sedang, pecahan Concoidal, padat, streak hitam, kilap kusam,
ditemukan sebagai endapan stockwork maupun lepas-lepas pada
beberapa lokasi.

22
3.1.3 Geoteknik
Penyelidikan geoteknik untuk mendukung kegiatan operasional
penambangan granit dengan sistem penambangan terbuka (open pit)
bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kemiringan lereng
galian yang dapat meminimalkan timbulnya longsoran dari dinding
galian. Data yang diperlukan untuk penyelidikan ini adalah sebagai
berikut:
a. Data Lapangan
1. Susunan batuan
Susunan batuan pembentuk Iereng yang didapat dari data hasil
pemboran inti.
2. Struktur lapisan batuan
Struktur lapisan batuan agak kompak akibat pengaruh tektonik
namun ada beberapa memiliki rekahan-rekahan dan kekar
yang disebabkan oleh patahan dan sesar.
b. Hasil Pengamatan Bor dan Sampel Untuk Uji Laboratorium
1. Pemboran
Jumlah pemboran geoteknik untuk saat ini sebanyak 3 titik.
2. Jumlah sampel untuk uji laboratorium
Pengujian kondisi fisik, mekanik dan analisis batuan dilakukan
dengan mengacu kepada standar baku yang diakui secara
umum. Jumlah sampel yang dianalisis di laboratorium
sebanyak 3 sampel yang terdiri dari tanah dan Granit.
c. Hasil Uji Coba dan Analisis Laboratorium
1. Hasil Uji Sifat Fisik
Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium, meliputi uji
sifat dasar dan sifat keteknikan. Sifat dasar atau indeks
digunakan untuk menentukan klasifikasi dan perilaku tanah
atau batuan. Adapun rincian jenis pengujian tersebut, adalah
sebagai berikut:

23
 Pengujian sifat fisik dasar (basical properties), antara
lain: kadar air (water content), berat isi asli (bulk density),
berat isi kering (dry density), berat isi jenuh (saturated
density), porositas (porosity) dan derajat kejenuhan
(saturated).
 Pengujian sifat indeks/perilaku (index properties),
diperlukan untuk menentukan batas-batas Atterberg
(consistensy) dan distribusi butir (grain size).

2. Hasil Uji Sifat Mekanik


Uji sifat mekanik atau keteknikan diperlukan untuk
mengetahui ketahanan tanah atau batuan di bawah tekanan
statik atau dinamik. Untuk tekanan searah atau 1 (satu)
dimensi digunakan uji kuat tekan atau Unconfined
Compressive Strength. Untuk dua dimensi adalah uji geser
langsung dan tegangan tiga dimensi adalah uji triaxial. Untuk
uji geser langsung akan menghasilkan nilai c (kohesi) dan 
(sudut geser dalam).
3. Hasil Uji Analisis Kekuatan Batuan
Kekuatan batuan (rock strenght) mencerminkan kekerasan
batuan tersebut menerima tekanan atau beban. Nilai kekuatan
batuan diperoleh dari hasil uji kuat tekan (unconfined
compression strenght), dinyatakan dalam satuan kg/cm2.

24
Tabel 3.1
Data Hasil Uji Laboratorium Terhadap Contoh Batuan
Data Parameter Hasil Uji Sifat-Sifat Fisik
Parameter Nilai
DH-2
Kadar Air, w (%) 37,21
Berat Jenis (gram/cm2) 2,52
Berat Isi Basah. y (gram/cm5) 1,42
Berat Isi Kering, yet (gram/cm3) 1,04
Angka Pori (-) 1,17
Porositas, n (%) 53,98
Derajat Kejenuhan, S (%) 0,99
Batas Cair, (WL) (%) 58,00
Batas Plastis. (WP) (%) 52,54
Indeks Plastis (lp) (%) 5,46
DH-5
Kadar Air, w(%) 32,74
Berat Jenis (gram/cm2) 3,22
Berat Isi Basah, y (ton/m3) 1,33
Berat Isi Kering, yd (ton/m3) 1,00
Angka pori (-) 0,97
Porasitas, n {%) 49,35
Derajat Kejenuhan, S (%) 0,88
Batas Cair, (WL) (% 55,50
Batas Plastis, (WP) (%) 47,43
Indeks Plastis (lp) (%) 8,07

A. Geometri Tambang
Seperti yang telah diketahui, kajian geoteknik diperlukan untuk
menentukan desain tambang yang mencakup tinggi dan sudut
lereng yang dianggap. Secara umum geometri lereng dinding
bukaan tambang granit dibagi dalam dua kategori, yakni lereng
keseluruhan atau total (overall slope) dan lereng jenjang atau
individu (bench / individual slope). Selain menghitung dimensi
kedua jenis lereng, dalam laporan ini juga disertakan perhitungan
terhadap lereng timbunan (dumping area). Analisis dan
perhitungan kemantapan lereng dilakukan pada setiap lokasi titik
pemboran yang mewakili daerah sekitarnya dan dibatasi sampai
kedalaman maksimun dari setiap lubang bor.

25
1. Analisis Perhitungan Kemantapan Lereng
Untuk memperoleh geometri lereng total dan jenjang
tambang yang aman diperlukan analisis perhitungan
kemantapan lereng (slope stability) secara empirik. Dengan
kata lain, analisis kemantapan lereng diperlukan untuk
menentukan suatu bangunan lereng agar cukup stabil
sehingga tidak berbahaya untuk keselamatan dan kehidupan.
Hal yang terkait secara langsung dengan kemantapan lereng
adalah menentukan nilai Faktor Keamanan (safety factor).
Faktor Keamanan (FK) adalah nilai empirik yang diperoleh
dari gaya penahan dibagi oleh gaya pendorong, yang
dinyatakan sebagai persamaan:
Gaya Penahan
FK =
Gaya Pendorong
Selanjutnya, nilai FK (Bowles, 1981) dinyatakan sebagai
berikut:
 FK < 1,0 : Lereng longsor
 FK 1, 0 - 1.2 : Lereng kondisi kritis
 FK > 1,2 : Lereng dianggap aman (stabil)

2. Kondisi Lereng
Gaya Pendorong maupun gaya penahan yang bekerja pada
sebuah lereng, setidaknya dipengaruhi 2 (dua) faktor utama
yang saling berkaitan yaitu faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam (internal) adalah gaya-gaya yang bekerja pada
lereng tersebut, yaitu gaya pendorong dan gaya penahan.
Besaran atau nilai dari gaya - gaya tersebut di atas dalam
aspek keteknikan dinyatakan sebagai nilai sifat fisik dan
mekaniknya, seperti berat isi (density), sudut geser dalam
(internal friction angle) dan kohesi dari setiap lapisan sub-
struktur yang menyusun lereng tersebut.

26
Faktor luar (eksternal) adalah faktor yang dipengaruhi oleh
kondisi fisik, seperti: dimensi tambang (sudut dan tinggi
lereng), kondisi geologi (struktur, kemiringan lapisan,
kegempaan), kondisi hidrologi (pengaruh tekanan air atau
hydrostatic pressure dan banjir), dan getaran yang
disebabkan aktivitas atau kegiatan penambangan seperti
penggunaan alat-alat berat atau getaran akibat peledakan
(blasting).
Kedua faktor di atas, dapat diperoleh dari hasil penyelidikan
di lapangan maupun uji di laboratorium penyelidikan
lapangan berupa pemboran inti, merupakan aspek yang
sangat penting untuk mengidentifikasi keadaan/ karakteristik
sub-struktur bawah permukaan, dari hasil pemboran inti
(coring) contoh tanah dan batuan tak terganggu diambil
untuk uji laboratorium.

3. Parameter Untuk Analisis Kemantapan Lereng


Adapun parameter yang diperlukan untuk menghitung
analisis kemantapan lereng adalah:
a. Sifat fisik, khususnya berat isi (bulk and dry density),
dinyatakan dengan: y dan ysat
b. Sifat mekanik, yaitu kohesi dan sudut geser dalam,
dinyatakan dengan dan c
c. Tekanan pori atau tekanan hydrostat
d. Percepatan atau akselarasi (getaran, gempa, peledakan
atau pergerakan alat-alat berat)
Nilai parameter yang diperoleh dari hasil pengujian di
laboratorium dari hasil pemboran (kohesi dan sudut geser
dalam masing-masing total dan efektif). Selain parameter di
atas, diperlukan juga data pendukung seperti:

27
a. Data makro dan mikro struktur (termasuk bidang
diskontinu)
b. Sifat indeks (perilaku) yang dinyatakan dalam nilai
konsistensi dan distribusi butir (khusus untuk tanah dan
batuan sedimen klastik)
c. Nilai kekerasan atau kuat tekan

4. Longsoran
Longsoran merupakan sebuah fenomena alam yang umum
terjadi, akibat perubahan keseimbangan terhadap
kemantapan lereng. Ditinjau dari aspek keteknikan,
longsoran terjadi disebabkan oleh gaya dorong lebih besar
dari gaya penahan sehingga nilai F < 1 (terjadi longsor).
Longsoran dianggap berbahaya bila telah memakan korban
jiwa dan merusak harta maupun benda. Dikaitkan dengan
bukaan tambang, longsoran termasuk berbahaya karena
adanya aktivitas di tempat tersebut. Akibat longsoran, selain
membahayakan juga menghambat aktivitas kegiatan
penambangan, dan selanjutnya akan menghambat produksi
tambang. Secara umum terdapat 4 (empat) jenis longsoran
yang terjadi pada area tambang terbuka, yaitu:
 Longsoran blok atau bidang (Plane Failure)
 Longsoran baji atau gunting (Wedge Failure)
 Longsoran memutar atau tak memutar (Circuit Circular
Failure)
 Longsoran guling atau rebah (Toppling Failure)

Perbedaan jenis longsoran dipengaruhi oleh beberapa faktor,


antara lain: jenis batuan, struktur (makro) dan kondisi
geologi daerah yang akan ditambang. Longsoran memutar
(rotasi) dan tak memutar, bidang (translasi), longsoran baji

28
umumnya terjadi pada batuan sedimen, sedangkan longsoran
rebah (jungkiran), umumnya terjadi pada batuan beku atau
batuan-batuan sedimen yang lapisannya relatif tegak.
Longsoran bidang dan baji timbul karena struktur kekar yang
terpola (joint pattern), arah dan kemiringan lapisan sejajar
dan terpotong oleh bidang lereng (cut slope). Longsoran
memutar dan tak memutar sangat umum terjadi dibandingkan
jenis longsoran lainnya. Longsoran ini timbul karena struktur
yang tak beraturan (chaotic), dan lapisan batuan sedimen
relatif belum terkonsolidasi baik.
Untuk menghitung analisis kemantapan lereng yang
ditujukan untuk tipe longsoran memutar digunakan rumus
persamaan (Bishop, 1955), sebagai berikut:

1
{(c, b,(W  b) tan  , } 
cos  , (1  ta , ) / FK
f 
W , sin 
Dimana:
FK = Faktor Keamanan
c = Kohesi
b = Lebar Irisan longsoran
W = Berat Massa (luas + berat asli/jenuh)
, = Sudut Gelincir Bidang Longsor
1 = Sudut Geser Dalam
P = Tekanan Hidrostatis (berat isi air x tinggi)
Mengingat data curah hujan cukup tinggi dan didukung hasil
pengamatan mikrostruktur di lapangan, maka perhitungan
analisis kemantapan lereng total diintensikan pada jenis
longsoran memutar. Walaupun demikian untuk
perhitungannya, masih diperlukan beberapa asumsi
tambahan, yakni:

29
a. Perhitungan untuk lereng total menggunakan nilai FK >
1,3 dengan ketinggian mat (muka air tanah), sesuai
dengan hasil pengukuran. Untuk teras jenjang
menggunakan nilai FK > 1,5 dengan kondisi dianggap
jenuh dan batuan dianggap homogen.
b. Dimensi longsoran ditentukan melalui daerah paling
lemah (lapisan batu-lempung) atau melalui bidang rekah
yang terdeteksi.
c. Perhitungan longsoran memutar diasumsikan, bagian
mahkota longsoran terletak pada puncak datar, yakni
beberapa meter dari ujung.

3.2. Keadaan Endapan


3.2.1. Bentuk dan Penyebaran Endapan
Satuan Granit menempati hampir sekitar 50% dari luas
daerah penelitian, memanjang di bagian utara sampai selatan dan
barat yang membentuk satuan morfologi perbukitan bergelombang.
Bersifat intrusif dengan jenis dike yang memotong perlapisan batuan
sedimen disekitarnya. Kenampakan fisik berwarna coklat hingga
kuning kecoklatan berstruktur non-foliasi. Secara petrologi Granit
yang dijumpai terbagi menjadi beberapa macam antara lain granit-
biotit dan granit.
Batu ubahan yang dijumpai setempat berupa Batu lempung
dan klorit yang berasal dari plagioklas serta biotit dan sebagian telah
berubah menjadi oksida besi. Kondisi singkapan Granit umumnya
lapuk, terutama pada bagian selatan. Granit biotit banyak tersebar di
daerah selatan dengan warna umumnya abu-abu, sedangkan untuk
Granit dijumpai hampir di semua daerah penelitian yang
menunjukkan variasi warna abu-abu dan abu-abu kemerahan.

30
3.2.2. Sifat dan Kualitas Endapan
Komposisi Granit Biotit disusun oleh Batu Kwarsa,
Orthoklas Plagioklas, Piroksin dan Biotit yang melimpah, serta
beberapa Batu-Batu alterasi lainnya mempunyai tekstur afanitik
sampai porfiritik. Banyak dijumpai dalam bentuk bongkah-bongkah
dengan ukuran hingga 3meter. Granit disusun oleh dominan
Orthoklas, Kwarsa, Plagioklas Biotit, Piroksin dan di beberapa
tempat khususnya di sekitar zona-zona struktur banyak dijumpai
Batu-Batu hasil alterasi. Selain itu juga dijumpai vein-vein atau urat-
urat kwarsa yang menunjukkan struktur khusus berupa vug dan
comb. Struktur khusus ini terdapat pada batuan Granit yang berada
di zona struktur, terutama mengisi kekar-kekar. Batuan beku yang
bersifat lebih basa seperti basalt dijumpai setempat dalam bentuk
sill, juga di daerah-daerah zona struktur. Pada beberapa block
Granit banyak dijumpai Xenolith dengan komposisi basaltik serta
proses silisifikasi

3.2.3. Cadangan Bahan Galian


a. Cara Perhitungan Cadangan
Dalam perhitungan jumlah over burden dan cadangan batu granit
di lokasi rencana penambangan digunakan beberapa pendekatan dan
asumsi sebagai berikut. Posisi dan luas daerah penambangan
ditentukan atas dasar yang telah dikeluarkan oleh Dinas
Pertambangan, posisi daerah penambangan tersebut berada di daerah
Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar,
Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan luas daerah penambangan
adalah ± 39 Ha.
 Geometri cadangan batu granit diasumsikan mengikuti bentuk
topografu yang tampak dipermukaan. Adapun peta dasar yang
digunakan untuk memvisualisasikan bentuk topografi tersebut
adalah peta rupa bumi yang diterbitkan oleh Bakosurtanal.

31
 Ketebalan over burden didekati dengan pengamatan visual pada
singkapan batu granit yang ada di bagian Barat rencana lokasi
penambangan, pada lereng tertinggi kuari milik PT. Granit Jaya
Abadi. Diasumsikan ketebalan over burden untuk seluruh daerah
rencana penambangan adalah sama, yaitu 2 meter.
 Untuk menghitung jumlah tonase cadangan batu granit digunakan
nilai berat jenis rata-rata batu granit yang ada dibeberapa tambang di
Pulau Karimun (hasil penelitian terdahulu), yaitu sebesar 2.60 ton
 Perhitungan cadangan batu granit dilakukan hingga batas kedalaman
mencapai elevasi 0 meter atau sama dengan elevasi permukaan air
laut.
Selanjutnya variabel-variabel di atas diolah dengan bantuan
komputer, dan hasilnya secara ringkas adalah sebagai berikut :
Luas Penampang Atas : 153.000 𝑚2
Luas Penampang Bawah : 217.000 𝑚2
Jarak antara penampang : 50m
Perhitunga Cadangan :
𝐿
𝑉 = 3 (𝑆1 + 𝑆2 + √𝑆1𝑥𝑆2)
50𝑚
𝑉= 3
(153000𝑚2 + 217000𝑚2 + √153000 𝑥 217000

𝑉 = 6.176.804 𝑚3

b. Klasifikasi dan Jumlah Cadangan


Perhitungan cadangan tertambang menggunakan sistem
penampang dengan jarak antar penampang 50. Berdasarkan kajian
lapangan di daerah prospek diketemukan beberapa endapan batu
granit yang tidak dapat dieksploitasi karena faktor lingkungan,
keamanan, dan ada pula yang disebabkan oleh karena faktor kurang
ekonomis. Oleh karena itu, jumlah perhitungan cadangan batu granit
terukur perlu direvisi.

32
BAB IV
PENAMBANGAN

4.1 Sistem Penambangan


System penambangan yang dilakukan di PT. Granit Abadi Jaya adalah
Sistem tambang terbuka metode Quary Hide Hill Type (Terletak pada
perbukitan).

Land
Clearing

Stock Drill and


File Blast

Load
Crushing and
Hauling

Gambar 4.1 Bagan Alir


Penambangan Batugranit
1. Tahap Kegiatan Penambangan
a. Land clearing
Clearing yaitu kegiatan pembersihan tempat kerja dari pohon-
pohon besar dan kecil, kemudian dilakukan stripping yang bertujuan
untuk memindahkan tanah penutup (over burden) ke tempat
penyimpanan sementara (berada dekat dengan area penambangan) yang
mana lapisan penutup di Desa Tapango, Kecamatan Tapango,
Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat mempunyai
ketebalan 0,1 – 5 meter yang terdiri dari batu gamping lapuk, silica dan

33
rijang. Proses ini dilakukan dengan diadakannya menggunakan
peralatan berat seperti bulldozer.

b. Drilling ( Pengeboran )
Sesudah pengupasan dan pembuangan tanah penutup selesai
dikerjakan, maka tahap selanjutnya adalah pembongkaran batugranit
yaitu dengan cara pemboran dan peledakan. Kegiatan pemboran untuk
menyediakan lubang tembak di Desa Tapango, Kecamatan Tapango,
Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat dilakukan
dengan memakai dua buah alat bor yang tersedia yaitu ;
 Dua unit bermerek Ingersoll Rand dengan diameter 6,5 inch
 Satu unit bermerek Tamrock tipe CHA-1100 dengan diameter 4,5 inch

c. Blasting ( Peledakan )
Setelah pemboran dilakukan selanjutnya dilakukan peledakan
yang bertujuan untuk memisahkan atau memberai material yang
diinginkan dari batuan induknya sehingga memudahkan dalam proses
selanjutnya.

d. Loading (Pemuatan)
Pekerjaan pemuatan batu kapur hasil peledakan kealat angkut
dilakukan oleh Exacator alat muat yang mempunyai kapasitas bucket
terbesar 10,5 m3.

e. Hauling (Pengangkutan)
Pola pengangkutan material batu kapur hasil peledakan dari Desa
Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat ke tempat Crusher yaitu :
 Pengangkutan I (Front Penambangan)
Yaitu pemindahan material di daerah tambang dari loading area
menuju dumping point dengan menggunakan dump truck.

34
 Rock Sliding
Yaitu pemindahan material batu kapur dengan menggelincirkan
material ke lereng bukit dengan sudut elevasi 70o – 80o dari
dumping point ke loading area yang terletak di kaki bukit.

 Pengangkutan II (Pengolahan Batugranit)


Yaitu kegiatan memindahkan material batu kapur dari loading
area ke tempat pereduksian ukuran batuan (crusher).

2. Rencana Produksi
PT. Granit Jaya Abadi merencanakan target produksi beberapa tahap
selama 7 tahun yaitu :
a. Tahun ke-1 dan 2
 Target produksi batubara direncanakan 837.576 ton/tahun
 Lokasi penambangan adalah Blok Utara.
 Arah penambangan mengikuti lereng bukit
 maksimum 1 : 4. Kemajuan penambangan searah jurus adalah
sepanjang 200 – 250 m.
 Overburden ditimbun pada lokasi penimbunan yang berada di
sebelah Utara area penambangan tahun ke-1 dan 2 (outside
dump).

b. Tahun ke-3 dan 4


 Target produksi batubara direncanakan 837.576 ton/tahun
 Lokasi penambangan adalah Blok Timur.
 Arah penambangan mengikuti lereng bukit
 maksimum 1 : 4. Kemajuan penambangan searah jurus adalah
sepanjang 200 – 250 m.

35
 Overburden ditimbun pada lokasi penimbunan yang berada di
sebelah Utara area penambangan tahun ke-1 dan 2 (outside
dump).

c. Tahun ke-5 dan 6


 Target produksi batubara direncanakan 837.576 ton/tahun
 Lokasi penambangan adalah Blok Tengah.
 Arah penambangan mengikuti lereng bukit
 maksimum 1 : 4. Kemajuan penambangan searah jurus adalah
sepanjang 200 – 250 m.
 Overburden ditimbun pada lokasi penimbunan yang berada di
sebelah Timur area penambangan tahun ke-3 dan 4(outside
dump).

d. Tahun ke-7 dan 8


 Target produksi batubara direncanakan 837.576 ton/tahun
 Lokasi penambangan adalah Blok Barat.
 Arah penambangan mengikuti lereng bukit
 maksimum 1 : 4. Kemajuan penambangan searah jurus adalah
sepanjang 200 – 250 m.
 Overburden ditimbun pada lokasi penimbunan yang berada di
sebelah Timur area penambangan tahun ke-5 dan 6 (outside
dump).

e. Tahun ke- 9, 10 dan 11


Target produksi batubara direncanakan 837.576 ton/tahun
 Lokasi penambangan adalah Blok Selatan.
 Arah penambangan mengikuti lereng bukit
 maksimum 1 : 4. Kemajuan penambangan searah jurus adalah
sepanjang 200 – 250 m.

36
 Overburden ditimbun pada lokasi penimbunan yang berada di
sebelah Timur area penambangan tahun ke- 7 dan 8 (outside
dump).

3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan adalah :

No Jenis Nama alat Kapasitas Jumlah


1 Muat (Loading) Excavator 0.97 m3 3
PC200-8
2 Angkut (Hauling) Hino Dutro 130 7 m3 5
HD
3 Pemboran (Drilling) Ingersoll Rand 6,5 inc 2
4 Pemboran (Drilling) Tamrock tipe 4,5 inc 1
CHA-1100

37
4. Jadwal Produksi dan Umur Tambang
a. Jumlah Cadangan : 9.234.335 Ton
b. Umur Tambang : 11 Tahun
c. Target Produksi Pertahun : 837.576 Ton
d. Target Produksi perbulan : 83.7576 Ton
e. Target Produksi Perhari : 3.221, 47 Ton

Tabel 4.1 Produksi Per-Tahun

No Jenis Kegiatan Desember Tahun 2017 – Desember Tahun 2022


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Land Clearing
2 Drill and Blast
3 Load and Hauling
4 Pengolahan
5 Marketing

38
5. Rencana Pemanfaatan Batugranit
a. Pemanfaatan Utama
Batugranit hasil penambangan di reduksi ukurannya menggunakan Mesin Crusher
lalu di jual kepada pihak Persusahaan, Dinas PU Maupun Masyarakat sebagai bahan
dasar pengerasan tanah atau jalan sebelum di lakukan pengaspalan.
b. Pemanfaatan Tambahan
 Bahan Dasar Konstruksi Bangunan Ekterior
Batu granit merupakan salah satu bahan dasar konstruksi bangunan yang
dapat memberikan kesan elegan seperti pada gedung-gedung, jembatan,
monumen, maupun bangunan-bangunan lainnya. Penggunaan batu granit
telah digunakan secara turun temurun dari masa lalu sampai sekarang. Bahan
ini masih banyak digunakan sebagai bahan utama untuk banyak proyek
konstruksi saat ini. Tekstur batu granit yang menawarkan sifat anti-slip dan
penampilan yang lebih menarik untuk mata. Namun blok masih bisa diasah
untuk halus saat kusam. Jadi blok yang digunakan di dinding konstruksi
internal.
 Bahan Dasar Konstruksi Bangunan Interior
Batugranit bisa diasah untuk membuat tampilan lebih menarik dan elegan.
Batu-batu tersebut dapat digunakan sebagai ubin untuk dapur, kamar mandi
dan tempat-tempat lain di rumah atau bangunan. Bahan ini juga digunakan
sebagai dinding kamar mandi, tapak tangga maupun anak tangga, worktop
dapur, panel kamar mandi, ubin wastafel, perapian, dan masih banyak lagi.
 Bahan Dasar Pembuatan Paving
Batu granit dapat juga digunakan sebagai paving jalan maupun teras rumah.
Hal ini memberikan kesan yang indah karena cara warna-warni dari batu
granit yang menarik. Keindahan batu granit yang dikombinasikan dengan
keahlian para desainer dapat menghasilkan hasil yang unik dan awet. Namun
sekarang ini, keberadaan batu granit mulai tergantikan oleh aspal dan
beton yang diketahui memiliki biaya konstruksi yang lebih rendah.

39
BAB V
PENGOLAHAN BATU GRANIT

5.1 Pengolahan Granit

Pengolahan batu granit PT Granit Jaya Abadi yang berlangsung pada crushing
plant, yaitu memperkecil fragmen batuan dari bongkahan berdiameter ± 65-80 cm
menjadi produkta lebih kecil sesuai dengan permintaan pasar. Untuk menghasilkan batu
granit dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan ekspor atau kebutuhan di sector
konstruksi dan industri, batu granit dari tambang diolah terlebih dahulu, antara lain
dengan menghilangkan pengotor dan mereduksi ukurannya.
Dalam rangka melakukan reduksi ukuran, maka akan dilakukan beberapa
penanganan terhadap batu granit produksi penambangan, antara lain:

 Pemilahan (sorting)
 Peremukan (crushing)
 Sizing

A. Pemilahan (sorting)
untuk memisahkan batu apung yang bersih dari batu apung yang masih
banyak pengotornya (impuritis), dan dilakukan secara manual atau dengan
scalping screens.

B. Peremukan (crushing)
dengan tujuan untuk mereduksi ukuran, dengan menggunakan crusher,
hammer mills, dan roll mills.

C. Sizing
untuk memilah material berdasarkan ukuran yang sesuai dengan
permintaan pasar, yang dilakukan dengan menggunakan saringan (screen).

40
Pelaksanaan peremukan akan berlangsung dua tahap mulai dari tahap I
dengan memakai alat peremuk primer tipe jaw crusher dengan kapasitas maksimum
500 MT/jam, yang dilengkapi dengan vibrating grizzly feeder. Kemudian
dilanjutkan dengan tahap II dengan memakai alat peremuk sekunder tipe cone
crusher 41/4 ft sebanyak 2 unit dan 2 unit cone crusher 3 ft.
Bongkah batu granit dari dump truck dituangkan ke hopper pada primary
crusher, akan dihasilkan fragmen batu berukuran antara +24-38 mm sebagai waste,
batuan yang berukuran lebih besar yang lolos dilakukan proses pengecilan dengan
menggunakan jaw crusher dengan hasil fragmen +150-230 mm yang lalu dihantar
dengan belt conveyor sebagai umpan menuju alat secondary crusher dan
menghasilkan hasil akhir (End Product).
Proses peremukan (crushing) material yang terjadi saat ini dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok (unit), yaitu:

a. Unit peremukan primer, menggunakan alat jaw crusher PE400x600, dengan


ukuran feed opening 400x600mm dengan kapasitas terpaksa 500 MT/jam.
b. Unit peremuk sekunder, menggunakan cone crusher P250x750, dengan
ukuran feed opening 100x200mm dengan kapasitas terpasang sebesar 500
MT/jam.

5.2. Peralatan Pengolahan Granit


Peralatan unit crusher selain jaw-crusher, cone crusher, vibrating-screen, juga
dilengkapi oleh ban berjalan (belt conveyor) untuk memindahkan batu granit dari terminal
satu ke terminal lainnya dan terakhir ke kamar penampungan batu granit (Silo). Adapun
peralatan unit crusher dan pendukungnya dapat dilihat pada tabel 5.1.

41
Tabel 5.1
Peralatan Reduksi Ukuran batu granit Pada Unit Pengolahan batu granit
No
Peralatan Spesifikasi Unit
.
Jaw Crusher PE 400 x 600, 500 MT/jam. 65
1. Primary Crusher KVA, 2
Feed Opening = (400 x 600 ) mm
Secondary cone Crusher P 250 x 750, 500 MT/jam, 45 KVA,
2. 2
Crusher Feed Opening = ( 100 x 200 ) mm
Belt Conveyor Belt 60 cm x 4 ply, motor 5 Hp x 3 phase, ban
3. mobil (kijang), spasi roller 70 cm, chain RS 100, 10
Gear box type 100 ; 1 : 3.

Stockpile I

scalping screens

Jaw Crusher PE 400 x 600

Belt conveyor
(kadar rendah)
cone crusher P 250 X 750

Vibrating Screen

Produk

Gambar 5.1
Flow Chart Pengolahan

42
BAB 6
TRANSPORTASI PENIMBUNAN GRANIT

6.1 Jalan Angkut Tanah

Jalan angkut tanah adalah ruas jalan yang dipergunakan untuk mengangkut tanah
penutup dari bukaan tambang ke waste dump area. Tanah penutup sendiri terdiri dari
tanah pucuk (top soil) dan tanah dalam (interburden) dimana lokasi penimbunan tanah
pucuk bersebelahan dengan lokasi penimbunan interburden. Jarak angkut tanah dari
bukaan tambang ke waste dump area diusahakan sedekat mungkin untuk menjaga agar
biaya produksi tidak terlampau tinggi. Dari perencanaan lokasi waste dump area, maka
dapat dilihat bahwa jarak bukaan tambang ke waste dump area berkisar antara 500m
sampai 1.000m. Jalan angkut tanah terdiri dari tanah merah diperkeras dengan lebar antara
15m sampai 20m.

6.2 Jalan Angkut Granit

6.2.1 Jalan Angkut Raw Iron ore

Jalan angkut raw Iron ore adalah ruas jalan yang dipergunakan untuk
mengangkut Granit dari tambang menuju ke lokasi pengolahan Granit. Jalan
angkut Granit terdiri dari tanah merah diperkeras dengan lebar antara 20m
sampai 25m. Jalan angkut Granit terpendek yaitu sepanjang 146m, sedangkan
yang terpanjang yaitu sepanjang 439m (tabel 6.1).

43
Tabel 6.1
Jalan Angkut Granit ROM
CRUSHING
BLOK PLANT
JARAK (m)
I 650
II 700
III 720
IV 580
V 430

6.2.2 Jalan Angkut Product Iron ore

Jalan angkut product iron ore adalah jalan angkut Granit dari lokasi pengolahan
Granit Mine Iron Ore Crushing Plant (MCCP) ke lokasi pelabuhan muat Granit.
Akses jalan ke pelabuhan menggunakan fasilitas jalan kabupaten yang berjarak
40km dari lokasi pengolahan Granit. Jalan angkut ini akan dilalui oleh dump
truck dengan kapasitas 20ton sebanyak 30 unit.

6.3 Pelabuhan Muat Granit

Pihak akan menyewa sarana dan prasarana pelabuhan di Pelabuhan Rakyat


Tonaman. Stockpile Granit di pelabuhan direncanakan dapat menampung Granit
sebanyak 15.000ton Granit untuk periode 3 bulan, sebelum Granit diangkut oleh
konsumen. Granit selanjutnya akan dibawa oleh tongkang ke transhipment point di Selat
Mandar yang berjarak 15km, dengan waktu tempuh selama 5jam.

Efisiensi biaya transportasi dan handling tidak terlepas dari kondisi kehandalan
sarana dan prasarana penunjangnya. Kesesuaian pemilihan peralatan muat/angkut dengan
desain prasarana seperti desain loading/unloading, sangat menentukan besarnya
komponen-komponen biaya antara lain :

44
a. Kondisi ballast jalan

Ballast jalan direncanakan dapat menahan beban tonase yang berat dari alat muat
dan angkut. Disamping itu perawatan jalan harus dilakukan secara kontinu, sehingga
kondisi jalan angkut terjaga.

b. Kondisi jembatan

Jembatan-jembatan yang melintasi cabang-cabang sungai kecil seringkali mudah


rusak karena terbuat dari bahan kayu. Perawatan jembatan harus selalu diperhatikan
sehingga kelancaran arus transportasi yang melintasi jalan tidak terganggu.

c. Sistem peralatan handling di stockpile

Loading dan unloading di stockpile sangat menentukan kelancaran arus keluar dan
masuknya baik ROM iron ore dan produk iron ore. Apabila penanganan Granit di
stockpile terganggu atau kurang efisien dapat menimbulkan keterlambatan produksi.

d. Pemilihan tipe truck

Truck yang digunakan adalah tipe dump truck, pemilihan tipe truck disini ditujukan
pada kapasitas muat yang dapat diangkut oleh truck. Kapasitas muat jenis dump
truck juga disesuaikan dengan kemampuan ballast jalan, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan jalan. Dump truck yang digunakan mempunyai kapasitas
20ton.

6.4 Sarana Penunjang Lainnya

Untuk menunjang kegiatan penambangan, pengolahan, pengangkutan, dan pemuatan


Granit diperlukan sarana penunjang seperti fasilitas kantor, fasilitas perumahan, fasilitas
perbengkelan, fasilitas tenaga listrik, fasilitas penyediaan Bahan Bakar Minyak (BBM)
dan fasilitas air bersih.

6.4.1 Fasilitas Kantor Tambang

Bangunan kantor tambang merupakan bagian dari infrastruktur tambang yang di


buat untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi yang mencakup
tugas dan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dari
organisasi penambangan Granit. Desain dan fungsi ruang yang direncanakan
dalam bangunan kantor dibuat sedemikian rupa sehingga pelaksanaan tugas dan

45
fungsi organisasi di atas dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya. Konstruksi
bangunan kantor ini dibuat dari kayu dengan atap asbes, dengan fasilitas antara
lain :

 Fasilitas jaringan listrik


 Fasilitas jaringan air
 Fasilitas jaringan komunikasi (internal menggunakan intercom, eksternal
menggunakan telepon dan komunikasi radio frekuensi)
 Fasilitas jaringan komputer LAN
 Fasilitas administrasi
 Fasilitas kantin dan ruang makan
 Fasilitas parkir kendaraan

6.4.2 Fasilitas Perumahan Karyawan

Untuk pemukiman karyawan, maka perusahaan membangun fasilitas pemukiman


yang terdiri dari perumahan karyawan biasa dan perumahan karyawan staf.

A. Perumahan Karyawan Biasa

Fasilitas perumahan ini diperuntukkan bagi karyawan tetap perusahaan setingkat


Kepala Bagian ke bawah, baik yang sudah berkeluarga maupun yang belum
berkeluarga (bujangan). Bangunan perumahan atau base camp ini dibangun di luar
areal penambangan dan berjarak 2km dari lokasi tambang.

B. Perumahan Karyawan Staf

Fasilitas perumahan ini di peruntukkan bagi karyawan tetap perusahaan setingkat


Kepala Divisi dan Manajer yang belum berkeluarga, Bangunan perumahan ini
dibangun di areal penambangan, tepatnya dekat lokasi unit pengolahan Granit.
Bangunan perumahan ini terdiri dari 6 unit rumah, masing-masing terdiri dari 10
kamar sehingga mampu menampung 60 orang karyawan staf dan tamu
perusahaan.

46
C. Bangunan Pos Keamanan

Bangunan pos keamanan dibangun di setiap lokasi yang strategis yang


membutuhkan pengamanan, seperti misalnya pintu masuk daerah tambang,
perkantoran, perumahan, unit preparasi Granit dan stockpile. Setiap lokasi yang
strategis untuk kepentingan pengamanan dibatasi dengan pagar kawat berduri.
Setiap bangunan pos keamanan mempunyai luas 3,5x3,5m2 terdiri dari ruang jaga
dan ruang peralatan /perlengkapan. Ada sebanyak 7 pos keamanan didirikan di
sekeliling daerah pertambangan PT. Granit Jaya Abadi yang letaknya pada lokasi-
lokasi yang strategis.

6.4.3 Fasilitas Bengkel

A. Bengkel Alat Berat

Bengkel tambang merupakan infrastruktur yang dipergunakan untuk


merawat alat-alat berat yang memerlukan perbaikan dan perawatan. Letak
bangunan ini dekat dengan lokasi unit pengolahan Granit (± 500m) dan
relatif dekat dengan bukaan tambang (± 700m). Bangunan dengan areal seluas
0,02Ha. Ini dilengkapi dengan peralatan-peralatan bengkel alat berat.

Pembangunan workshop dan warehouse seluruhnya dilakukan oleh sub-


kontraktor yang tujuannya adalah untuk perbaikan dan perawatan alat-alat berat
dan kendaraan ringan.

B. Bengkel Kendaraan

Bengkel kendaraan digunakan untuk perawatan kendaraan yang dipakai


untuk sarana transportasi, seperti kendaraan roda empat untuk dinas (L 200,
Taft GT, Kijang, Panther) serta untuk pengangkutan karyawan (bus Hino, Colt L-
300), termasuk kendaraan untuk pengawas lapangan. Bengkel kendaraan dengan
Iuas 0,5Ha ini terbuat dari konstruksi kayu dengan atap asbes dan dilengkapi
dengan peralatan-peralatan bengkel untuk kendaraan ringan.

47
C. Tempat Cuci Kendaraan

Bangunan dengan luas sebesar 0,2Ha ini terletak di dekat bengkel alat dan
dipergunakan untuk tempat cuci kendaraan operatif tambang. Pada bangunan ini
tersedia drainase air untuk keperluan pencucian kendaraan.

D. Gudang Tambang

Bangunan ini digunakan sebagai tempat penyimpanan semua aset yang


secara fisik memerlukan volume ruangan yang besar, antara lain suku cadang alat-
alat berat, peralatan tambang dan suku cadang kendaraan. Juga digunakan untuk
menyimpan material lain yang dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan sipil
tambang seperti pipa, rangka besi, kayu, asbes, dan lain sebagainya. Administratur
gudang pada umumnya mencatat aset yang keluar - masuk, memonitor keadaan
aset dan lain sebagainya, sehingga semua aset yang disimpan dapat dikelola
sebaik-baiknya. Bangunan dengan luas sebesar 0,5Ha ini terletak di dekat kantor
tambang dengan sarana pengamanan pagar besi.

6.4.4 Fasilitas Instalasi Listrik

Bangunan stasiun pembangkit tenaga listrik dimaksudkan untuk penempatan


generator-generator pembangkit listrik yang digerakkan oleh bahan bakar solar,
sehingga dapat membangkitkan energi listrik yang dibutuhkan untuk berbagai
kepentingan operasi penambangan.

6.4.5 Fasilitas Instalasi Air Bersih

a. Stasiun Pompa Air Bersih


Stasiun pompa air direncanakan dengan tujuan untuk men-suplay kebutuhan
air bersih dan sehat yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari
termasuk untuk minum, masak, mandi, cuci, dan lain sebagainya. Stasiun
pompa air ini harus dapat menyediakan air bersih dan sehat yang memenuhi
standar kualitas kesehatan, baik secara fisik maupun secara kimiawi. Jumlah
kebutuhan air bersih dan sehat.

48
b. Instalasi Pengolahan Air Bersih
Air yang berasal dari sumur bor disalurkan ke saluran pengambilan air
melalui pintu pengambilan. Dari sini air diisap menuju ke kolam
pengendapan. Kapasitas pompa untuk memindahkan air bersih bagi
keperluan kantor, perumahan karyawan dan sarana tambang adalah sebesar
2x32,40m3 per jam (2 pompa @ 15 PK).

Tabel 6.2
Penyediaan Kebutuhan Air Bersih dan Sehat
Total
Lokasi Fungsi Personil Kebutuhan Total
(liter/det.)
Perumahan Jaringan air bersih
1.500 0,01 15,00
Karyawan untuk perumahan
Kantor Jaringan air bersih
50 0,01 0,50
Tambang untuk kantor
Jalan Tambang Penyiraman jalan - 1,00 1,00
Bengkel Bengkel dan cud
- 0,50 0,50
kendaraan
Total - - - 17,00

49
BAB VII
LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

7.1 Lingkungan

Mengingat berbagai rangkaian kegiatan penambangan Granit dapat menimbulkan


dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan, maka akan memegang komitmen
untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Upaya tersebut diwujudkan dengan
akan dilakukannya studi lingkungan hidup yang tertuang dalam bentuk dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).
Pelaksanaan pengelolaan yang akan dilakukan didasarkan pada dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

7.1.1 Dampak Kegiatan


A. Geofisika - Kimia
1. Perubahan Bentang Alam
a. Dampak lingkungan
Kegiatan penambangan yang dilakukan berakibat berubah bentang alam
(morfologi) menjadi suatu lembah atau cekungan (kolam-kolam) dan perbukitan.
Sejalan dengan geometri tambang dan kemajuan operasi tambang sampai
kedalaman 20m, bukaan lahan penambangan pun akan bertambah besar.
Fasilitas tambang, perumahan dan jalan-jalan, sesuai perkembangan
penambangan dan produksi, tidak terlalu mengalami penambahan dampak
secara signifikan. Areal yang dibutuhkan untuk pembuangan tanah (dump area)
akan terus bertambah luas.
Selain Kegiatan penambangan, juga dilakukan pemotongan alur sungai
kecil dan pembuatan channel alur untuk mengalirkan guna memperlancar
penambangan Granit dan penempatan tanah penutup.

b. Sumber Dampak
Dengan luas areal yang akan digali, maka dampak penting kegiatan
penambangan yaitu perubahan bentang alam (morfologi) yang diikuti dengan
tingginya tingkat erosi tanah dan solid pada air sungai terdekat. Kegiatan yang
merupakan dampak adalah sebagai berikut :

50
1. Kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) akan menyebabkan perubahan
morfologi yang awalnya merupakan perbukitan kemudian berubah
menjadi areal cekungan. Sedangkan daerah berlembah yang tidak
mengandung Granit (waste dump area) akan meluas perbukitan sebagai
tempat penampungan tanah pucuk dan tanah penutup.
2. Rencana kegiatan penambangan akan mengakibatkan daerah yang
ditambang tersebut berubah menjadi cekungan yang dalam yang akan
membentuk genangan air pada pusat cekungan.
3. Selain pada kegiatan penambangan, juga dilakukan pemotongan alur
sungai dan beberapa alur/channel yang dibuat untuk mengalihkan aliran
air.

2. Penurunan Kualitas Air


a. Dampak lingkungan

Dampak yang diperkirakan akan timbul yaitu menurunnya kualitas air


permukaan pada badan perairan sungai. Dampak lanjutan yang dapat
ditimbulkan berupa terganggunya kehidupan biota air dan gangguan kesehatan
masyarakat.

b. Sumber Dampak

Perubahan kualitas air yang terjadi disebabkan oleh beberapa kegiatan antara
lain:

 Pengupasan dan penimbunan tanah penutup di waste dump


 Penambangan Granit
 Pengelolahan Granit
 Ceceran oil bekas dan ceceran minyak dari tangki timbun BBM serta
genset dan
 Penimbunan Granit di stockpile

51
3. Penurunan Kualitas Udara

a. Dampak lingkungan

Dampak yang akan timbul yaitu peningkatan kadar debu dari kegiatan
pengupasan dan penimbunan tanah penutup penambangan, pengolahan,
pengangangkutan Granit penimbunan Granit di ROM stockpile.

b. Sumber Dampak

Dampak dari kualitas udara terjadi oleh adanya kegiatan-kegiatan pengupasan


tanah pucuk, pengupasan dan penimbunan tanah penutup, penambangan,
pengolahan, peremukan, pengangkutan Granit, penimbunan Granit di ROM
stockpile.

4. Peningkatan Erosi Tanah


a. Dampak Lingkungan

Terjadinya peningkatan erosi tanah berdampak negatif lanjutan terhadap


meningkatnya kekeruhan air, terjadinya sedimentasi dan berakibat terhadap
pendangkalan sungai yang selanjutnya akan berdampak lanjutan seperti
terganggunya kehidupan biota perairan (plankton, benthos, nekton) karena
kekeruhan yang terjadi.

b. Sumber Dampak

Peningkatan produksi akan diikuti oleh meningkatnya tanah buangan/tutupan


dari bukaan tambang yang akan ditempatkan pada suatu areal tersendiri, yaitu
areal waste dump. Tanah pada areal tersebut sangatlah tidak stabil dan berpotensi
terjadinya erosi tanah. Peningkatan produksi akan diikuti pula oleh
pengembangan areal bukaan tambang (pit area) yang dapat berkembang secara
vertikal ataupun horizontal, dengan tanpa vegetasi diatasnya yang
mengakibatkan terjadinya erosi.

52
B. Biologi
1. Gangguan Flora Darat
a. Dampak Lingkungan

Kegiatan pembersihan lahan berdampak langsung terhadap keberadaan flora


yang merupakan sumber daya alam nabati yaitu produsen primer dari suatu
ekosistem. Selain itu, akan menimbulkan dampak lanjutan seperti hilangnya
habitat bagi fauna, meningkatkan erosi tanah karena areal tersebut relatif terbuka
yang selanjutnya bagian tanah yang tererosi tersebut akan masuk ke badan
perairan yang mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan serta
mengganggu kehidupan biota air.

b. Sumber Dampak

Pengembangan areal secara horizontal atau melebar akan menambah luasnya


areal terbuka yang didahului dengan pembukaan lahan (land clearing) yang akan
digunakan sebagai areal bukaan tambang, areal waste dump untuk penempatan
tanah penutup bukaan tambang, serta fasilitas penunjang lainnya.

2. Gangguan Fauna Darat


a. Dampak Lingkungan

Hilangnya flora darat pada skala tapak karena kegiatan pembersihan lahan akan
merusak habitat satwa dan menganggu kehidupan satwa yang mobilitasnya
rendah. Meskipun dampak terhadap fauna darat merupakan dampak turunan
namun dampak yang ditimbulkan adalah hilangnya tempat hidup dan sumber
makanan bagi fauna.

b. Sumber Dampak

Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) yaitu dengan hilangnya vegetasi


mengakibatkan hilangnya habitat bagi fauna.

53
3. Gangguan Biota Perairan
a. Dampak Lingkungan

Kehidupan biota air memerlukan persyaratan khusus yang berkaitan dengan


kualitas air karena air merupakan habitat bagi kehidupannya. Dalam hal ini,
dampak yang terjadi pada biota air sangatlah tergantung pada besarnya
perubahan kualitas air permukaan. Dampak terhadap biota air merupakan
dampak lanjutan penurunan kualitas air permukaan.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak gangguan biota perairan berasal dari menurunnya kualitas air
sungai akibat meningkatnya kekeruhan air yang disebabkan oleh erosi.
Terangkutnya bagian tanah karena erosi tanah ke badan perairan sungai di sekitar
areal tambang menimbulkan kekeruhan air permukaan.

C. Sosial dan Kesehatan Masyarakat


1. Persepsi Masyarakat
a. Dampak Lingkungan

Aspek lingkungan yang terkena dampak adalah persepsi positif baik yang
ada di sekitar maupun di luar tapak proyek terhadap kegiatan tambang. Dampak
ini merupakan dampak sekunder yang diakibatkan oleh semua akumulasi
dampak lainnya.

Berbagai pengalaman dan perlakuan yang dirasakan oleh masyarakat di


sekitar wilayah tambang, dapat menimbulkan persepsi mereka baik positif
maupun negatif. Sikap pro dan kontra ini muncul seiring dengan kemajuan
kegiatan penambangan dan pelabuhan itu sendiri. Persepsi semacam ini tidaklah
terbentuk dalam waktu singkat, melainkan melalui proses perjalanan waktu yang
cukup panjang. Proses dan mekanisme persepsi ini sangat bervariasi tergantung
dari tipelogi masyarakatnya, temperamen, serta faktor budaya yang
melatarbelakangi aktivitas mereka sehari-hari.

54
b. Sumber Dampak

1. Adanya kesempatan kerja.


2. Terbukanya peluang berusaha di sektor informal seperti jasa sewaan
rumah, wartel, mini market, warung manisan, pasar pekan, bengkel,
transportasi (ojek), dan lain – lain.
3. Adanya transaksi jual beli antara penduduk lokal dan pendatang, antara
karyawan dengan penduduk sekitar yang dapat menumbuhkan unit-unit
ekonomi pedesaan.
4. Terbukanya isolasi daerah sehingga meningkatkan pendapatan daerah
dalam skala regional.
5. Adanya interaksi sosial yang positif antara penduduk asli dengan
karyawan berikut sub-kontraktornya.
6. Tumbuhnya .kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar
penambangan dan pelabuhan khusus Granit yang dicanangkan dalam
bentuk realisasi program community development.

2. Peningkatan Perekonomian Lokal


a. Dampak Lingkungan

Meningkatnya perekonomian dan pendapatan masyarakat di daerah ambang dan


sekitarnya disebabkan oleh peluang usaha dan kegiatan perekonomian yang
terkait dengan kegiatan pertambangan. Di samping itu, bertambah pula
pendapatan (income) daerah dari kegiatan restribusi/pajak yang dibayar.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak meliputi serangkaian aktivitas penambangan seperti


pembangunan sarana dan prasarana, penerimaan tenaga kerja, pembebasan
lahan, pembangunan jalan tambang, restribusi/pajak yang dibayar, dan lain-lain
yang berhubungan dengan peningkatan perekonomian bagi penduduk serta
pemerintah setempat, baik langsung atau tidak langsung. Aktivitas mencolok
yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat adalah
terbukanya daerah baru yang dibarengi dengan fasilitas komunikasi,
transportasi, dan transaksi. Dengan demikian, aktivitas perekonomian setempat
akan tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, terserapnya tenaga kerja sebagai

55
sumber ekonomi baru dan maraknya usaha-usaha yang bergerak di sektor
informal sehubungan dengan aktivitas tambang.

3. Gangguan Kesehatan Masyarakat


a. Dampak Lingkungan

Terganggunya kesehatan dan kenyamanan masyarakat di sekitar lokasi


kegiatan merupakan akibat dari kegiatan penambangan Granit pada waktu
pembongkaran tanah penutup, air limbah dari proses penambangan, pengolahan
(peremukan) dan penimbunan Granit. Sedangkan dampak lain adalah
meningkatnya debu akibat penambangan, pengangkutan, pengolahan dan
penimbunan Granit.

Pada tahap operasi, diprediksikan gangguan terhadap kesehatan


masyarakat akan bersifat negatif kecil dan penting. Hal ini jika kita proyeksikan
dari jarak permukiman penduduk terdekat dengan kegiatan operasi tambang
yang akan dieksploitasi, relatif cukup jauh yaitu lebih kurang 0,5-1,0km. Namun
demikian, tetap perlu diantisipasi dampaknya agar kenyamanan penduduk
setempat lebih terjamin.

7.1.2 Pengelolaan Lingkungan

A. Perubahan Bentang Alam


1. Upaya Pengelolaan Lingkungan
a. Pengelolaan Waste Dump Area

Upaya pengelolaan waste dump area dilakukan melalui reklamasi yang terdiri dari
penataan/rencountering lahan dan dilanjutkan dengan revegetasi tanaman. Kegiatan
reklamasi tersebut hanya bisa dilakukan pada waste dump area tertentu yaitu pada
bagian areal tersebut yang tidak akan terganggu lagi dengan penempatan tanah
overburden.

Secara umum teknis reklamasi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

56
 Penataan Lahan (Recounturing)

Pekerjaan penataan lahan dilakukan dengan alat berat excavator dan bulldozer.
Lahan terbuka ditata melalui perataan, pemadatan dan dibuat berjenjang dengan
kemiringan 30°, tinggi teras disesuaikan dengan topografi timbunan tanah yang
secara umum setinggi 6meter dengan lebar 10meter.

 Penebaran Tanah Pucuk

Dalam pekerjaan land clearing tanah pucuk dikupas dengan excavator dibantu
bulldozer lalu dimuat ke dalam dump truck untuk ditimbun atau langsung
ditebarkan pada lahan waste dump yang telah dilakukan penataan. Penebaran tanah
pucuk dilakukan dengan bulldozer sebagai pelapis cover bench.

 Revegetasi/Penanaman

Revegetasi tanaman dilakukan setelah penebaran tanah pucuk yang dilakukan pada
saat musim hujan dengan menggunakan tanaman LCC jenis Centrosoma Pubecent
sebagai penutup tanah yang dilanjutkan dengan tanaman penghijauan dari jenis
albisia, gamal, akasia, dan kayu jenis local

b. Pengelolaan Areal Tambang

Upaya pengelolaan area tambang meliputi pembuatan geometri teras tambang dan
penirisan.

 Membuat Geometris Teras Tambang

Upaya pengelolaan area yaitu membuat geometri teras tambang dengan prosedur
sebagai berikut:

- Tinggi maksimum teras aktif 12,50m


- Sudut kemiringan tebing teras tidak boleh melebihi 50°
- Lantai teras aktif harus cukup lebar untuk menjamin keamanan pekerja dan
peralatan operasi penambangan
- Tinggi maksimum lereng menyeluruh 14-60m dengan kemiringan
menyeluruh 30°

57
2. Lokasi Pengelolaan

a. Pengelolaan terhadap dampak perubahan bentang alam (geomorfologi) ini akan


dilakukan pada waste dump area dan di dalam bukaan tambang (pit)
b. Pengelolaan terhadap dampak dilakukan pada sungai-sungai kecil

B. Penurunan Kualitas Air


1. Upaya Pengelolaan Lingkungan
a. Area Bukaan Tambang (Pit) dan Waste Dump

Air permukaan yang masuk tambang dialirkan ke dalam kolam pengendapan


dengan membuat parit penirisan di daerah "toe" teras penambangan, di lantai
ekstraksi Granit, dan pada teras pengambilan tanah interburden. Pada musim hujan
kualitas air permukaan tambang lebih buruk. Sebagian besar air permukaan yang
ditiriskan dari tambang diendapkan pada kolam pengendapan sedimen di dalam
lubang tambang.

Adapun upaya pengelolaan yang akan dilakukan saat ini adalah sebagai
berikut :

Air di lantai kerja tambang masuk ke kolam penampungan di dalam lubang


tambang "in pit pond", kemudian dipompa ke bak pencampuran floculan dan atau
koagulan (AISCMawas), selanjutnya air disalurkan ke kolam pengendapan
sedimen.

Pada bak pencampuran Floculan dan/atau A12SO4 tawas berlangsung kontak


dengan air yang mengandung lumpur sehingga terjadi proses pengendapan lumpur
yang lebih cepat. Instalasi pipa air menghubungkan aliran air dari bak pencampur
ke kolam pengendapan, mengalir dengan gaya gravitasi.

58
Gambar 7.1
Sketsa Settling Pond di Lokasi Pit dan Waste Dump

Sedimen yang terbentuk di settling pond dipindahkan secara periodik apabila


ketinggiannya sudah mencapai ¾ kapasitas settling pond. Pemindahan sedimen
dilakukan dengan cara pemompaan ke dalam truck tangki kemudian ditimbun di waste
dump area aktif.

Secara periodik juga perlu dilakukan pengetesan beberapa parameter fisika dan kimia,
antara lain pH, warna, kekeruhan (TSS) dan kandungan logam terhadap air kolam.

Untuk mengetes apakah air tersebut cukup aman bagi kehidupan biota air, misalnya
ikan, maka dapat dipelihara ikan di dalam kolam.
Tangki timbun tersebut kemudian diangkut oleh mobil setiap satu minggu untuk
diangkut ke Polewali untuk dikirim ke sistem pengolahan oli bekas.

59
Tabel 7.1
Jenis Kontainer Yang Dapat Digunakan Untuk Menampung Limbah Cair Minyak dan
Oli

No. Jenis Kontainer Ukuran Ukuran Ukuran


1. Kaca (galas) 0,473 liter 0,950 liter 3,8 liter
2. Logam (metal) 3,8 liter 19 liter 19 liter
3. Kaleng 7,6 liter 19 liter 19 liter
4. Drum Logam 228 liter 228 liter 228 liter
5. Tangki 2.508 liter 2.508 liter 2.508 liter
6. Polietilene 3,8 liter 19 liter 19 liter
Catatan : Oli dan minyak bekas termasuk kelas 1. C

2. Lokasi Pengelolaan

Pengelolaan terhadap penurunan kualitas air akan dilakukan, pada area tambang yang
meliputi settling pond, waste dump, bukaan tambang, workshop, serta lokasi stockpile.

a. Penurunan Kualitas Udara dan Getaran


1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Secara umum dampak yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan pengangkutan Granit
ini yakni timbulnya debu di jalan pada saat dilewati dump truck dan trailer pengangkut
Granit.

Meningkatnya konsentrasi debu di sepanjang jalan angkut atau pun jalan tambang
dapat ditanggulangi dengan meningkatkan frekuensi penyiraman jalan. Adapun untuk
menghitung frekuensi penyiraman jalan angkut, maka pendekatan yang akan digunakan
adalah kecepatan penguapan air siraman yang dapat dihitung sebagai berikut, berupa
rumus empiris dari laju penguapan pada permukaan tanah yang dikembangkan oleh
Penman Mining yaitu:

1  V 
E = 0,35 a  b  
 100 
Dimana :
E = laju penguapan (mm/hari)
a = tekanan pada suhu rata-rata harian (mm Hg)
b = tekanan uap sebenarnya (mm Hg)
60
V = kecepatan angin (mil/hari)

Dari data iklim diketahui bahwa:

RH = 65%
T° = 31,5°C
V = 15mil/hari

Tekanan uap jenuh pada 31,5°C adalah 36,1 1mm HG

a = 36,11mm Hg
b = 36,1 1mmHg x 65%-23,5mmHg
E = 0,35(36,11 -23,5) 1 360
1 = 20,3mm/hari ( ~ 21mm/hari)

Seluruh jalan angkut Granit dari tambang sampai dengan lokasi stockpile akhir jalan yang
dipadatkan. Kebutuhan air yang diperlukan dalam kegiatan penyiraman jalan angkut Granit
di atas diperkirakan 1008m/hari (effisiensi 80%).

Untuk menanggulangi pencemaran debu tersebut, upaya pengelolaan yang dilakukan


adalah sebagai berikut:

- Dibangun instalasi penyiraman air pada crushing plant sebelum Granit masuk ke
Silo.
- Dibangun instalasi penyiram air di jalur jalan keluar silo untuk membasahi Granit
yang dimuat di bak truk agar Granit halus tidak tertiup angin.
- Meningkatkan frekuensi penyiraman jalan secara rutin yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan yaitu penyiraman di sepanjang jalan angkut dan jalan tambang,
conveyor dan stockpile. Kegiatan penyiraman jalan dilakukan oleh kontraktor dengan
kapasitas kendaraan tangki penyiraman.
- Membuat buffer zone dengan pohon-pohon pilihan di pinggir-pinggir jalan angkut ke
stockpile akhir dan sekeliling area/ stockpile dengan pohon-pohon pilihan seperti
akasia, sengon, lamtoro dan tanaman penutup (LCC) dll. Hal ini selain akan
mengurangi dampak akibat debu juga kebisingan dari aktivitas penambangan dan
transportasi alat angkut.
- Mengatur kecepatan kendaraan angkut Granit, pada kondisi aman dengan kecepatan
tidak lebih dari GOkm/jam.

61
Untuk mengetahui upaya pengelolaan, maka telah dilakukan upaya pemantauan yang
berkaitan dengan dampak dari penurunan kualitas udara adalah pengujian debu dan
pengujian kebisingan.

2. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi pengelolaan lingkungan untuk mengurangi dampak penurunan kualitas udara dan
kebisingan adalah di areal tambang, sepanjang jalan angkut dan jalan tambang, crushing
plant, dan stockpile.

C. Peningkatan Erosi Tanah


1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam mengurangi laju erosi tanah adalah
mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah yang dapat dikelola oleh
manusia seperti mengelola tanaman dan tanah. Pengelolaan terhadap tanah melalui
bangunan konservasi tanah untuk berbagai kemiringan tanah yang dilanjutkan dengan
revegetasi tanaman. Secara ringkas gambaran bangunan konservasi tanah untuk areal
reklamasi waste dump adalah sebagai berikut:

 Bangunan konservasi tanah ditata secara berjenjang (bench) membentuk teras


bangku bersambung yang permukaan tanahnya telah dipadatkan terlebih dahulu.
 Setiap waste dump area terdiri dari 6-8 jenjang, tentunya hal ini haruslah disesuaikan
dengan kestabilan lereng yang terbentuk, dan kestabilan lereng sangat dipengaruhi
jenis tanah buangan yang ada pada area tersebut.
 Ketinggian vertikal maksimal 6m/jenjang dengan tebar bidang datar 10m dan
panjang bidang miring 12m dengan sudut yang terbentuk sebesar 30°.
 Pada setiap jenjang, yaitu pada bagian dalam bidang datar, dibuat saluran drainase
dan setiap 25-40m saluran tersebut disalurkan ke jenjang bagian bawahnya, demikian
seterusnya dan pada lantai dasar waste dump dibuat saluran drainase yang dapat
berfungsi sebagai sediment trap yang dialirkan menuju settling pond.

Bentuk bangunan konservasi tanah untuk waste dump area dengan overall slope-nya
sebesar ± 15° telah sesuai dengan kajian geoteknik untuk waste dump.

Upaya pengelolaan tanah pucuk akan dilakukan secara langsung yaitu menempatkan tanah
pucuk tersebut secara langsung ke waste dump area saat reklamasi atau menempatkan

62
tanah tersebut secara terpisah dengan overburden pada waste dump tersendiri bila belum
dimanfaatkan.

Tanah pucuk tersebut akan dikelola dengan menanami cover crop pada permukaannya
yang bertujuan untuk mengurangi erosi yang terjadi yang dapat menimbulkan
berkurangnya tingkat kesuburan tanah.

2. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan pada area tambang dan waste dump serta area
top soil.

D. Gangguan Flora Darat


1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Karena besar dan pentingnya dampak yang ditimbulkan dari pembukaan lahan dengan
rentang waktu yang lama dan tingginya nilai pemanfaatan, maka upaya pengelolaan
lingkungan terhadap flora darat haruslah dikelola secara terencana, tepat dan terukur
dengan tetap memperhatikan setelah usainya masa penambangan. Pengelolaan terhadap
flora darat terkait dengan revegetasi tanaman pada waste dump area.

a. Revegetasi Tanaman

Revegetasi pada waste dump area menggunakan tanaman LCC seperti Cenfrosoma
pubescens dengan tanaman pokok albisia, akasia, gamal ataupun jenis tanaman
lokal dengan jarak tanam 3m. Secara ringkas teknis revegetasi adalah sebagai
berikut:

- Pengapuran tanah dilakukan untuk meningkatkan pH tanah, minimal diberikan 2


minggu sebelum penanaman LCC dengan dosis 1-2ton/Ha.
- Tanaman penutup tanah adalah jenis LCC dari jenis Centrosoma pubescens yang
ditanam secara larikan, yaitu tanah dicangkul ringan sedalam 5-8cm yang telah
ditentukan, kemudian baru ditaburkan LCC lalu ditutup kembali dengan tanah.
Sebaiknya sebelum dilakukan penanaman, LCC tersebut direndam terlebih dahulu
selama 12-18jam, kemudian dicampur dengan pupuk Rock Phospat (RP) dengan
perbandingan 1:1.

63
- Sebaiknya lubang tanam telah dibuat terlebih dahulu agar lubang tanaman
dapat terisi air, dengan ukuran 40x30x30cm (jarak tanam 3x3m), dan
diupayakan top soil akan diberikan dalam lubang.
- Awal penanaman dilakukan setelah hujan turun dengan rutin, saat dilakukan
penanaman tanaman albisia haruslah disertai dengan pemupukan dasar yaitu
menggunakan pupuk RP (pupuk P alam) dengan dosis 200gr/lubang/pohon.
- Kebutuhan pupuk LCC per hektar sebesar 300kg urea dan 500kg RP (2 kali
pemupukan pada umur 3 dan 6 bulan), sedangkan tanaman pokok per hektar
untuk tahun I (3 kali pemupukan yaitu 3,6,10 bulan) sebesar 200kg urea dan
300kg RP dan untuk tahun II (2 kali pemupukan yaitu awal dan akhir musim
penghujan) sebesar 300kg demikian pula untuk tahun III. Pemberian pupuk
untuk tanaman pokok dengan cara dibenamkan dalam tanah di sekeliling
tanaman. Jadi total kebutuhan pupuk untuk LCC sebesar 300kg urea/Ha dan
520kg RP/Ha, sedangkan untuk albisia selama 3 tahun sebesar 800kg urea/Ha
dan 425kg RP/Ha.
- Pemeliharaan rutin harus tetap dilakukan dengan baik, yaitu tanaman pokok
dan LCC yang meliputi penyulaman dan pemupukan demikian pula terasering
waste dump dan sistem drainase.
- Tanaman penutup tanah adalah jenis LCC dan jenis Centrosoma yang
ditanam secara larikan, yaitu tanah dicangkul sedalam 5-8cm sepanjang
larikan yang telah ditentukan, ditaburkan LCC lalu ditutup kembali dengan
tanahsebelum dilakukan penanaman, LCC selama 12-18 jam, kemudian
dicampur pupuk Rock Phospat (RP) dengan perbandingan lubang tanam telah
dibuat terlebih dahulu agar lubang dapat terisi air, dengan ukuran
40x30x30cm (jarak 4x4m), dan diupayakan top soil diberikan dalam tanaman
yang telah dilakukan setelah hujan turun dengan rutin. Saat penanaman
tanaman albisia haruslah disertai dengan dasar yaitu menggunakan pupuk RP
(pupuk P alam) dosis 200gr/lubang/pohon.
- Pupuk LCC per hektar sebesar 300kg urea dan 500kg RP pemupukan pada
umur 3 dan 6 bulan), sedangkan pokok per hektar untuk tahun I (3 kali
pemupukan) yaitu sebesar 200kg urea dan 300kg RP) dan untuk 7 kali
pemupukan yaitu awal dan akhir musim penghujan. Demikian pula untuk
tahun III. Pemberian pupuk pokok dengan cara dibenamkan dalam tanah
tanaman. Jadi total kebutuhan pupuk untuk LCC 300kg urea/Ha dan 520kg
64
RP/Ha, sedangkan untuk selama 3 tahun sebesar 800 kg urea/Ha dan 425kg
RP/Ha. Rutin harus tetap dilakukan dengan baik, yaitu pokok dan LCC yang
meliputi penyulaman dan demikian pula terasering waste dump dan sistem.

Revegetasi juga ikutan pada lahan-lahan terbuka lainnya yaitu sarana penunjang,
di kedua sisi jalan serta lereng-lereng yang terpotong.

b. Pembibitan

Untuk dapat menjamin ketersediaan bibit tanaman revegetasi, maka akan dilakukan
pembibitan sendiri dalam bangsal pembibitan.

2. Lokasi Pengelolaan

Upaya pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi waste dump, di sisi kiri-kanan jalan
pembibitan dan di area terbuka sarana penunjang lainnya.

E. Pelaksanaan Program Community Development


1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Melalui program community development ini, bersama pemerintah setempat secara


bertahap akan melakukan upaya peningkatan dan pemberdayaan masyarakat yang terkait
dengan kegiatan PT. Granit Jaya Abadi. Aspek yang dikembangkan tidak hanya terbatas
pada pembangunan fisik tetapi juga pada kegiatan yang bersifat non-fisik seperti
peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia), pemberdayaan sosial ekonomi
masyarakat serta mensinergikan kemitraan, secara tri-patit yaitu antara perusahaan,
pemerintah dan masyarakat setempat.

Program community development yang telah direncanakan mencakup kegiatan fisik


(rehabilitasi sarana peribadatan, sarana MCK, dan lain-lain), sedangkan kegiatan non-
fisik seperti pelatihan, penyuluhan, pemberian beasiswa prestasi, serta bantuan bibit
ternak atau pertanian/perkebunan.

Pemantauan terhadap pelaksanaan program community development ini dilakukan


secara berkala dengan variasi waktu setiap satu tahun sekali, tiga bulan sekali bahkan
enam bulan sekali, tergantung dari jenis program yang dilakukan. Adapun pemantauan
yang dilakukan tiga bulanan dan enam bulanan merupakan program kegiatan community
development jangka menengah, seperti pemberian bibit hewan.

65
2. Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Metode pemantauan yang dilakukan dengan menggabungkan berbagai metode lapangan
seperti multi-visit, wawancara dan penyuluhan. Lokasi pemantauan mencakup desa-desa
yang ada di sekitar penambangan.

7.1.3 Pemantauan Lingkungan

A. Perubahan Bentang Alam

a. Parameter Lingkungan yang Dipantau

Tolok ukur untuk mengetahui dampak terhadap lingkungan adalah dengan mendata
luas bentang alam (geomorfologi) yang dibuka dan perubahan tinggi rendah muka
tanah di atas permukaan laut (dpl) sebelum dan sesudah penambangan berakhir di
area tapak proyek, serta persentase pengembalian lahan.

b. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan

Tujuan rencana pemantauan lingkungan yaitu untuk mengetahui luas lahan yang
telah dibuka dan keberhasilan dari lahan yang telah dibuka.

c. Metode Pemantauan Lingkungan


1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Metode pemantauan lingkungan perubahan (geomorfologi) adalah
dengan mengukur langsung tanah penutup, lokasi penambangan dengan alat
ukur theodolit.
Hasil pemantauan digambar pada peta topografi dan potongan
melintang dan juga persentase dari pengembangan lahan seperti semula serta
mengamati keberhasilan program penghijauan yang dilakukan di sekitar
bukaan tambang hasil pengukuran dan pengamatan ditabulasikan untuk
membandingkan dengan keadaan atau kondisi sebelumnya.
Untuk pemantauan pergerakan tanah atau kestabilan lereng dilakukan
pengamatan terhadap patok (bauflank) yang dipasang pada lereng timbunan,
lereng bukaan tambang atau daerah kritis di sekitar penambangan.

66
d. Lokasi Pemantauan Lingkungan
Lokasi pemantauan lingkungan diprioritaskan di daerah:

 Bukaan tambang
 Waste dump area
 Kolam pengendap (settling pond/sediment pond)

e. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan


Periode pemantauan lingkungan terhadap bentang alam (geomorfologi) akan
dilaksanakan setiap 3 bulan dan dimulai sejak awal kegiatan penambangan sampai
pasca tambang.

Tabel 7.2
Metode Analisis dan Peralatan Yang Digunakan
Dalam Pemantauan Kualitas Air
Metode yang
No. Parameter Satuan Peralatan
digunakan
o
1. Suhu C Pemuaian Thermometer
2. Zat padat terlarut Mg/1 Gravimetric Timbangan analitik dan
(TDS) kertas saring
3. Zat Padat Mg/1 Gravimetric Timbangan analitik dan
tersuspensi kertas saring
4. (TTS) Mg/1
5. Air Raksa Mg/1 Spektrometrik AAS
6. Amoniak bebas Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
7. Arsen Mg/1 Spektrometrik AAS
8. Berium Mg/1 Spektrometrik AAS
9. Besi Mg/1 Spektrometrik AAS
10. Fenol Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
11. Florida Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
12. Kadium Mg/1 Spektrometrik AAS
13. Klorida Mg/1 Spektrometrik Buret
14. Kromium, Mg/1 Titrimeterik AAS
valensi 6

67
15. Mangan Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
16. Nitrat sebagai Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
NO3-N
17. Nitrat sebagai Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
NO2-N
18. Oksigen Terlarut Mg/1 Spektrometrik Buret
(Do)
19. PH Mg/1 Titrimeterik pH meter
20. Selenium Mg/1 Kertas Spektofometer
Lakmus
21. Seng Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
22. Sianida Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
23. Sulfat Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
24. Sulfida sbg (H2S) Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
25. Tembaga Mg/1 Spektrometrik AAS
26. Surfactan anion
Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
(MBAS)
27. Granit Mg/1 Spektrometrik AAS
28. Minyak dan Mg/1 Spektrometrik Spektofometer
Lemak
29. BOD Mg/1 Potensiometrik DO meter
30. COD Mg/1 Titmeterik Buret

d. Lokasi Pemantauan Lingkungan

Lokasi kegiatan pemantauan lingkungan dilakukan untuk air limbah di waste dump area
dan bukaan tambang.

e. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Periode pemantauan kualitas air adalah setiap tiga bulan sekali.

68
B. Institusi Pemantauan Lingkungan

a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan

Kegiatan pemantauan lingkungan akan dilaksanakan oleh Departemen Lingkungan


dan K-3.

b. Pengawas Pemantauan Lingkungan


Pengawasan pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan dan
dikoordinasikan oleh Bapedalda Kabupaten Polewali dan Direktorat Teknik dan
Lingkungan, Batu dan Panas Bumi.
Direktorat Jenderal Batu dan Panas Bumi dan Departemen Energi dan
Sumber Daya Batu (ESDM) serta instansi teknis di Kabupaten Polewali antara lain
:
a. Dinas Pertambangan
b. Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian
c. Dinas Kesehatan

c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan


Pelaporan hasil kegiatan pemantauan yang telah dilakukan, dilaporkan kepada
Bapedalda Kabupaten Polewali dan Direktorat Teknik dan Lingkungan Batu dan
Panas Bumi, Direktorat Jenderal Batu dan Panas Bumi, dan Departemen Energi dan
Sumber Daya Batu (ESDM).

C. Penurunan Kualitas Udara dan Getaran

Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Tolok ukur dampak yang digunakan adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996, Kep-13/MENLH/3/ 1995 dan Kep-
Q2/MENKLH/1998, serta Kep-49/MENLH/11/1996.

D. Peningkatan Erosi Tanah

a. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah terjadi sifat fisik dan kimia tanah dan
kegiatan yang dilakukan serta komponen lingkungan yang diakibatkan oleh erosi.
69
b. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan

Tujuan rencana pemantauan lingkungan adalah untuk mengetahui tingkat erosi


yang terjadi dan pengaruhnya terhadap komponen lingkungan hidup lainnya yang
berasal dari sumber dampak serta efektivitas pengelolaan lingkungan.

c. Metode Pemantauan Lingkungan

a. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode pemantauan lingkungan dilakukan secara langsung, yaitu secara


visual mengamati besarnya erosi yang terjadi dan untuk areal bukaan waste
dump yang baru dilakukan dengan mengambil sampel tanah kemudian
dianalisis di laboratorium untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah. Hasil
analisis laboratorium tersebut digunakan untuk menghitung laju erosi yang
terjadi di daerah tersebut dengan menggunakan persamaan USLE. Metode
analisis dan peralatan yang digunakan dalam pemantauan tanah disajikan
pada tabel berikut :

Tabel 7.3
Metode dan Peralatan Analisis Sifat Fisik dan kimia Tanah
Metode Pengumpulan dan Bahan dan
No. Parameter Unit
Analisis Data Alat
A. Fisika
1. Tekstur
a. Pasir % Penyaringan Pipet
Penyaringan
b. Debu % Dipipet setiap saat Lemari
pendingin
c. Liat % Dipipet setiap saat Neraca analitik
2. Erosi Ton/ha/thn Erosi tanah, USLE 1996
3. Permeabilitas Manual
4. Profil Tanah Manual
B. Kimia
5. pH (H2O) - Aduk rata dengan H2O
perbandingan 1:1

70
6. Ph (KCI) - Adu rata dengan KCI 1 N
perbandingan 1:1
7. C-Organik % Walkey dan Black Gelas Kaca
8. N-Total % Kjedahl Kjedahl tube
9. P-dd Ppm Bryal extraksi Spectrometer
10. K, Na, Ca, Mg Me/100g NH4OaC.pH. dekantansi Flamphotometer
11. KTK Me/100g Saturasi NH4OaC.pH. Gelas Kaca
dekantansi, titrasi
12. KTK Me/100g Titrasi Gelas Kaca

Hasil analisis sifat fisik-kimia tanah dianalisis secara tabulasi dan kemudian dibandingkan
dengan kriteria penilaian tingkat kesuburan tanah. sedangkan untuk menduga besarnya erosi
tanah dihitung dengan menggunakan pendugaan besarnya erosi tanah dihitung dengan
menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dan kemudian hasil tersebut
dibandingkan dengan besaran tingkat bahaya erosi. Adapun persamaan untuk menghitung
erosi yang terjadi adalah:

A = R.K.L.S.C.P

Dimana :
A = Dugaan erosi tanah (ton/ha/thn)
R = Eorisvitas hujan

b. Lokasi Pemantauan Lingkungan

Lokasi pemantauan lingkungan pada daerah yang terkena dampak yaitu waste dump
area, bukaan tambang ataupun yang terkena dampak lanjutan dari erosi yaitu badan
perairan sungai.

c. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Upaya pemantauan dilakukan setiap saat sampai berakhirnya masa operasional


penambangan untuk mengetahui secara dini dampak negatif yang ditimbulkan agar
bisa diminimalisir dan frekuensi pelaporan 6 bulan sekali.

71
d. Institusi Pemantauan Lingkungan
1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan

Kegiatan pemantauan lingkungan akan dilaksanakan oleh Departemen


Lingkungan dan K-3.

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan

Pengawasan pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan dan


dikoordinasikan oleh Bapedalda Kabupaten Polewali dan Direktorat Teknik
dan Lingkungan, Batu dan Panas Bumi, Direktorat Jenderal Batu dan Panas
Bumi dan Departemen Energi dan Sumber daya Batu (ESDM) serta instansi
teknis di Kabupaten Polewali antara lain Dinas Pertambangan dan Dinas
Kehutanan.

7.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)

7.2.1 Penanganan K-3

Penanganan K-3 dalam operasi penambangan Granit ini secara organisasi


merupakan bagian dari struktur organisasi yang berada di dalam bagian lingkungan
dan K-3 yang langsung di bawah direksi.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan yang mutlak harus diperhatikan,


maka dari itu, penanganan K-3 dalam penambangan Granit didasarkan pada
peraturan yang berlaku dan kesepakatan dengan pekerja atau sub-kontraktor.

1) Peraturan Perundangan:

a. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang pengawasan keselamatan


kerja di bidang pertambangan
b. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum
No.1245.K/26/DDJP/1993 tentang Pelaksanaan Pengawasan Keselamatan
dan Kesehatan serta Lingkungan Pertambangan Bidang Pertambangan

2) Kesepakatan dengan pekerja atau kontraktor:

a. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja tentang keselamatan


kerja lapangan yang mencakup tanggung jawab akan keselamatan dan
pelatihan tenaga kerja, serta persyaratan dan prosedur keselamatan kerja

72
b. Desain tambang harus memenuhi standar keselamatan kerja, baik pada tahap
persiapan maupun operasi penambangannya, sehingga didapatkan rasa aman
yang mendukung kelancaran penambangan (tingkat keselamatan kerja yang
tinggi).
c. Penunjukan dan penentuan petugas keselamatan kerja dan pelatihan kerja
pada awal penambangan
d. Monitoring dan penilaian yang kontinue pada setiap pekerjaan sehingga
terbina dan terpelihara kebiasaan kerja dengan aman serta setiap pekerja
terampil dan menguasai pekerjaan yang dilakukan dan bertanggung jawab.

Kepala Teknik Tambang

Supervisor Supervisor

Officer Officer

koordinator koordinator koordinator

Gambar 7.2
Struktur Organisasi K-3

73
Dalam pelaksanaan kegiatan bagian K-3 dibantu oleh koordinator-koordinator
seperti yang terlihat dalam gambar 7.2. Selain hal tersebut pada level manajemen dibentuk
pula safety committee yang bertugas melakukan pemeriksaan setiap aspek K-3 serta
masalah yang ada kaitannya dengan yang telah ditemukan di tambang dan mengusulkan
tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah tersebut serta melakukan inspeksi ke tempat-
tempat kerja sesuai fungsinya. Struktur organisasi safety commitee dapat dilihat pada
gambar 7.3

Ketua

Manajemen Karyawan

Gambar 7.3
Struktur Organisasi Safety Commitee

7.2.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan

Kegiatan usaha pertambangan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai


risiko tinggi baik terhadap kerusakan aset (property) maupun kehilangan nyawa
manusia.

Peningkatan keterampilan karyawan melalui training akan memberi


bimbingan kepada karyawan untuk meningkatkan sikap positif tentang keselamatan
dan kesehatan kerja. Pengendalian unsur-unsur bahaya di tempat kerja merupakan
tugas dan tanggung jawab pada tingkatan manajemen dan supervisor, yang
diharapkan mempunyai keahlian dalam menjalin hubungan, memimpin dan
memotivasi karyawan bawahannya secara profesional. Disamping itu,
merealisasikan program keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :

1. Safety Induction (Pengenalan Tentang Keselamatan Kerja)

Safety induction diberikan kepada karyawan yang baru diterima bekerja di wilayah
kuasa pertambangan

74
2. Safety Re-induction

Safety re-induction diberikan kepada karyawan yang mengalami accident, incident,


atau hampir celaka dan apapun penyampaian tersebut berupa Standard Operating
Procedure (SOP) dan penyampaian perilaku dan kondisi tidak aman.

3. Safety Training

Training mengenai keselamatan kerja diberikan kepada karyawan secara rutin, baik
training di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan.

4. SIMPER (Surat Izin Mengemudi di Wilayah KP Perusahaan)

Semua operator/driver alat berat maupun kecil wajib memiliki

SIMPER yang ditandatangani oleh Kepala Teknik Tambang.

5. Safety Talk/Meeting

Safety talk dilakukan seminggu sekali atau setiap akan memulai pekerjaan. Semua
bagian di lingkungan perusahaan diwajibkan untuk melakukan safety talk.

6. Safety Sweeping
Tujuan sweeping adalah untuk memonitor kemajuan keselamatan karyawan di suatu
tempat/kegiatan kerja. Sweeping dilakukan oleh Safety Departemen, Safety
Controller, Security serta juga dibuat laporan - laporan sweeping dan sanksi - sanksi
terhadap karyawan agar kemajuan safety dan perbaikan - perbaikan dapat dievaluasi.

7. Inspeksi Manajemen
Inspeksi bulanan dilakukan setiap bulan/minggu oleh jajaran manajemen yang
dibantu oleh departemen safety team. Tindakan-tindakan perbaikan dicatat dalam
buku inspeksi tambang dan dilaporkan kembali kepada manajemen dan untuk
perbaikan diserahkan kepada masing-masing departemen yang melakukan
kekurangan - kekurangan di areal kerja. Pelaksanaan inspeksi terencana untuk
masing-masing level manajemen:

a. Direktur, Manajer, Superintendent melakukan inspeksi terencana minimal 1x1


bulan untuk seluruh wilayah kerja yang
menjadi tanggung jawabnya.

75
b. Supervisor melakukan inspeksi terencana minimal 1x1 minggu untuk
bagian/wilayah kerja menjadi tanggung jawabnya.
c. Karyawan melakukan pemeriksaan tempat kerjanya dan alat yang digunakan
sebelum melakukan pekerjaannya.

Realisasi dan pelaksanaan inspeksi terencana dari manajemen (Direktur, Manajer,


Superintendent) berlangsung dengan baik, sedangkan pada level supervisor dan
karyawan dirasakan masih sangat kurang.

8. Pemasangan Himbauan K-3

Pemasangan himbauan - himbauan K-3 dipasang di tempat-tempat yang sekiranya


rawan terhadap kecelakaan, sehingga dapat memotivasi dan mengingatkan
karyawan agar terbebas dari kecelakaan.

Pergantian, Pemasangan Rambu-Rambu Lalu Lintas dan Patok Reflector


Penentuan Arah Jalan

Penggantian dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas, patok penentuan arah jalan
dan semboyan keselamatan kerja selalu rutin dilakukan.

9. Accident Investigation & Report

Tujuan investigasi kecelakaan adalah semata-mata untuk mengetahui kasus ataupun


penyebab suatu kecelakaan guna pencegahan-pencegahan kecelakaan yang serupa
di masa mendatang, tidak untuk menyalahkan pihak-pihak tertentu. Laporan harus
dibuat sesuai fakta kejadian dan menghindari membuat asumsi atau dugaan-dugaan
pribadi sebelum semua data diketahui.

7.2.3 Peralatan K-3

Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko tinggi baik terhadap kerusakan


aset (property) maupun kehilangan nyawa manusia. Oleh karena itu, perlu
persiapan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang akan digunakan pada
setiap kegiatan penambangan dan pengangkutan.

76
BAB VIII
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

8.1 Organisasi
Organisasi dan sistematika kerja untuk pelaksanaan pekerjaan penambangan Granit
di PT. Granit Jaya Abadi akan dilakukan se-efisien dan se-efektif mungkin dihubungkan
dengan kondisi perusahaan dan sumber daya yang ada. Untuk itu ada dua alternatif yang
perlu dikaji, yaitu:

1. Pekerjaan penambangan dilakukan sendiri


2. Pekerjaan penambangan dilakukan dengan sistem kontrak

Kedua alternatif di atas akan menimbulkan dampak atau konsekuensi berbeda


pada banyak aspek, terutama pada aspek organisasi. Alternatif kedua akan jauh lebih
ramping dibandingkan dengan alternatif pertama. Walaupun demikian, rancangan
organisasi untuk alternatif pertama diusahakan tetap efektif untuk menjamin kelancaran
operasi penambangan.

77
2.5 Bagan Organisasi

RICKY SARAGIH
PRECIDENT DIRECTOR & CHIEF
EXECUTIF OFFICER

INDAH
SECRETARY DIRECTOR

MELI S MELINA SARA S APRIL GEORGE


MINES & DIRECTOR HUMAN DIRECTOR & CHIEF STRATEGIC BUSINESS
EXPLORATION RESOURCES FINANCE OFFICER
DEVELOPMENT & INTERNAL AUDIT
GROWTH PROJECT

IKHWAN SELVIANA VERNANDO


BERES MELATI
FINANCE & LEGAL & CORPORATE COMPLIANCE OFFICER
PROCCESS PLANT HUMAN RESOURCES SECRETARY
CONTROL

KAIZEN AGELINE
L.MARO COMMUNICATIONS &
MAINTENANCE & EXTERNAL AFFIARS
UTILITIES CORPORATE SERVICES

REZKY KS
ENVIRONMENT, HEALTH
& SAFETY

SINTA
ENGINEERING &
CONSTUCTION

HELITA
OPERATING
IMPROVEMENT &
STRATEGIC PROJECT
DEVELOPMENT

IBETH
MINING SAFETY
IMPROVEMENT
PROJECT

Gambar 8.1 : Struktur Organisasi PT. Granit Jaya Abadi

78
2.6 Kriteria dan Jumlah Tenaga Kerja
1. Kriteria tenaga kerja
a. Divisi Perencanaan
Divisi perencanaan membantu tugas-tugas manjer dan bertanggung jawab
terhadap perencanaan tambang, laporan produksi harian/ mingguan/bulanan,
penetuan sasaran produksi dan kualitas produk. Divisi ini bertanggung jawab
pada perencanaan tambang baik
jangka panjang maupun jangka pendek.

b. Divisi Operasi Tambang


Divisi ini dibagi 2 bagian yaitu
2.6.1 Bagian eksplorasi yang bertugas melakukan eksplorasi yang
dibantu oleh para staf
2.6.2 Bagian penambangan yang bertanggung jawab pada pembongkaran,
pengangkutan, dan pemuatan serta kualitas dari bahan galian tersebut

c. Divisi Pengolahan
Tugas dari divisi pengolahan antara lain sebagai pengendali mutu yang
mempunyai fungsi menganalisa bahan galian yang akan diolah.

d. Divisi K3 dan Lingkungan


Divisi ini bertanggung jawab atas :
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Lingkungan, mencegah dampak negatif yang timbul karena
operasi tambang, mengontrol reklamasi dan penghijauan daerah
tambang
3. Perawatan kendaraan dan alat-alat berat
4. Sarana penerangan daerah tambang
5. Bangunan kantor dan pabrik pengolahan

79
e. Divisi Administrasi dan Keuanagan
Divisi Administrasi dan Keuanagan membantu manager dan
bertanggung jawab terhadap kegiatan yang mendukung operasi
tambang, antara lain :
1. Keuangan dan pembayaran gaji (payroll)
2. Personalia dan umum
3. Administrasi dan surat menyurat
4. Security/satpam
5. Hubungan kepada pemerintah dan masyarakat setempat
6. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja

2. Perencanaan Tenaga Kerja


Pembagian pekerjaan dan penempatan tenaga kerja untuk masing- masing alternatif
tenaga kerja dapat dilihat pada contoh tabel 8.1 :

Tabel 8.1
Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja

Pekerjaan Pendidikan Pengalaman Total Status


Manajer Sarjana tambang - 1 Tetap
Sekertaris Sarjana tambang > 7 th 1 Tetap
Staff Sekertaris S1 Ekonomi > 0 th 1 Tetap
Kepala Divisi
S1 tambang > 3 th 1 Tetap
Perencanaan
Kepala Divisi
S1 tambang > 3 th 1 Tetap
Operasi
Kepala Divisi
S1 tambang > 3 th 1 Tetap
Pengolahan
Kepala Divisi K- S1 tambang /
> 3 th 1 Tetap
3 lingkungan
Kepala Divisi S1 ekonomi /
> 3 th 1 Tetap
Administrasi akutansi

80
Kepala Bagian
S1 akutansi > 3 th 1 Tetap
Keuangan
Staff Keuangan S1 akutansi > 0 th 4 Tetap
Personalia S1 hukum > 3 th 1 Tetap
Staff Personalia S1 hukum > 0 th 4 Tetap
Kepala Bagian S1 teknik
> 2 th 1 Tetap
Lingkungan lingkungan
Kepala Bagian Purnawirawan
> 2 th 1 Tetap
Keamanan TNI
Kepala Bagian
S1 tambang > 2 th 1 Tetap
Keselamatam
Kepala Sub
S1 tambang > 1 th 10 Tetap
Bagian
Staff
SMU + kursus > 0 th 6 Tidak tetap
Pemeliharaan
Staff Pemasaran S1 ekonomi > 0 th 5 Tetap
Staff
S1 tambang > 0 th 5 Tetap
Perencanaan
Staff Geologi S1 geologi > 0 th 5 Tetap
Staff
S1 tambang > 0 th 24 Tetap
Pengolahan
Staff S1 tambang dan
> 0 th 12 Tetap
Lingkungan S1 lingkungan
Karyawan
SMU + training > 0 th 80 Tidak tetap
Penambangan
Supir SMU > 0 th 5 Tidak tetap
Operator Alat S1 tambang /
> 1 th 15 Tidak tetap
Mekanis STM tambang
Satpam SMU > 1 th 15 Tidak tetap
Kesehatan S1 Kedokteran > 3 th 1 Tidak tetap

81
3. Tingkat Gaji dan Upah

Tabel Tingkat Gaji dan Upah


Pekerjaan Gaji (Rp) Jumlah Total
Pemimpin Perusahaan 25.000.000 1 25.000.000
Sekretaris 14.000.000 1 14.000.000
Staff Sekretaris 3.000.000 2 6.000.000
Kepala Divisi Perencanaan 8.000.000 1 8.000.000
Kepala Divisi Operasional Tambang 12.000.000 1 12.000.000
Kepala Dipengolahanvisi 9.000.000 1 9.000.000
Kepala Divisi Perawatan Dan 8.000.000 1 8.000.000
Lingkungan
Kepala Divisi Administrasi Dan 6.500.000 1 6.500.000
Keuangan
Kepala Bagian Keuangan 4.000.000 1 4.000.000
Personalia 3.000.000 1 3.000.000
Staff Personalia 2.000.000 4 8.000.000
Kepala Bagian Lingkungan 4.000.000 1 4.000.000
Kepala Bagian Keamanan 4.000.000 1 4.000.000
Kepala Bagian Keselamatan Kerja 4.000.000 1 4.000.000
Kepala Sub. Bagian 3.500.000 10 35.000.000
Staff Pemeliharaan 2.000.000 6 12.000.000
Staff Pemasaran 2.000.000 5 10.000.000
Staff Perencanaan 2.000.000 5 10.000.000
Staff Geologi 2.000.000 5 10.000.000
Staff Pengolahan 2.000.000 24 48.000.000
Staff Lingkungan 2.000.000 12 24.000.000
Karyawan Penambangan 3.000.000 80 240.000.000
Operator Alat 3.000.000 15 45.000.000
Karyawan (Dokter Umum 3.500.000 1 3.500.000
Sopir 2.000.000 5 10.000.000
Satpam 2.500.000 15 30.000.000

82
Juru Masak 2. 000.000 5 10.000.000
Cleaning Service 2. 000.000 5 10.000.000
Helper 2. 000.000 4 8.000.000
Total 225 521.000.000

4. Sistem Kerja
Sistem kerja adalah serangkaian dari beberapa pekerjaan yang berbeda kemudian
dipadukan untuk menghasilkan suatu benda atau jasa yang menghasilkan nilai bagi
pelanggan atau keuntungan perusahaan/ organisasi. Sistem kerja yang terdiri dari 1 shift
dengan 8 jam kerja pada penambangan granit di PT. Granita Jaya Abadi adalah :
a. Divisi Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan persiapan untuk penambangan dan
pengangkutan yang antara lain meliputi prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan,
hingga development. Pada tahap ini belum diadakan sistem kerja yang terdiri dari 1
shift 8 jam kerja karena belum ada target yang harus diproduksi per tahunnya.
Sehingga pekerjaan ini biasanya dibatasi dengan deadline pengumpulan laporan.

b. Divisi Operasi Tambang


Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi granit. Pada tahap ini sudah diadakan sistem kerja yang terdiri dari 1
shift 8 jam kerja. Oleh karena ada target produksi yang harus dicapai, maka
kedisiplinan dalam 8 jam kerja sangat diperhatikan.

c. Divisi Pengolahan
Pengolahan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu
granit serta untuk memanfaatkan dan memperoleh batuan granit. Pada tahap ini
sudah diadakan sistem kerja yang terdiri dari 1 shift 8 jam kerja. Kedisiplinan
dalam 8 jam kerja sangat diperhatikan.

d. Divisi K3 dan Lingkungan


Keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada dukungan dari karyawan dan
masyarakat sekitar wilayah operasinya. Perusahaan juga perlu ijin pemerintah
untuk beroperasi. Untuk mendapatkan persetujuan, perusahaan harus menunjukkan

83
bahwa operasi mereka ramah lingkungan dan aman keselamatan kerja dan
kesehatan. Pada divisi ini juga memerlukan kerja yang rutin dengan shift 8 jam/hari.

e. Divisi Administrasi dan Keuangan


Karyawan administrasi dan keuangan bekerja satu shift/hari tetapi 3 jam
kerja karena pekerjaan ini lebih ringan dan tidak berkaitan dengan target produksi.
Cuti tahunan diberikan selama 65 hari untuk setiap 12 bulan kerja. Jadi, total
kerja 300 hari/tahun atau 25 hari/bulan.

84
BAB IX
PEMASARAN

9.1 BAGAN ORGANISASI

9.2 PROSPEK PEMASARAN


9.2.1 Dalam Negeri
Hasil produksi batu granit dari pengolahan crusher digunakan untuk
memenuhi permintaan kebutuhan pasar dalam negeri (domestik) dan luar
negeri (ekspor) untuk semua jenis dan ukuran produksi, dengan persentasi ±
35% untuk permintaan dalam negeri dan ± 65% untuk permintaan ekspor. Saat
ini PT. GRANIT JAYA ABADI telah memproduksi batu granit dalam bentuk
agregat untuk kebutuhan kontruksi dengan ukurannya adalah ¼ “ – ¾ , 5/8 “,
1 ½ “ , 3/16” – 2”, dan 3/16.
Produk batu granit digunakan oleh konsumen untuk kepentingan
kontruksi, baik kontruksi jalan maupun bangunan. Pemasaran batu granit
seperti telah disebutkan diatas diproduksi untuk memenuhi permintaan dalam
negeri dan luar negeri. Permintaan produk batu granit untuk konsumen dalam

85
negeri terdiri dari dua daerah penjualan, yaitu lokal dan daerah antar pulau .
Konsumsi antar pulau lebih banyak dari pada untuk lokal . Penjualan antar
pulau sendiri terdiri dari penjualan ke Batam, Pekanbaru, Bengkalis, Siak,
Dumai, dan lain-lain. Konsumsi permintaan dalam sendiri adalah secara
persentase rata-rata hanya 31% yang terdiri dari penjualan lokal 1% dan
penjualan antar pulau sebesar 30%.
Kegunaan Granit sebagai bahan Bangunan rumah dan gedung, untuk
bangunan Monumen, jalan dan jembatan, sebagai batu hias (dekorasi), sebagai
bahan baku industri poles (tegel, ornamen, dll) dan bahan bangunan (gedung,
jalan , jembatan, dll), selain itu dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan aksesoris rumah seperti lantai,wastafel dan meja serta di bidang
konstruksi.
Berbeda dengan bahan galian industri lain, pasar batu granit tidak
terpengaruh pada perkembangan perekonomian dunin. Pasar batu hias lebih di
pengaruhi oleh selera perancang (arsitektur) dan perseorangan. Kekhususn
pasar ditambah lagi dengan pola perdagangan yang lebih di tentukan pula oleh
tampilan warnanya, dan bukanlah oleh kualitas produk, seperti halnya bahan
galian industri pada umunya.

Kondisi pola perdagangan produk batu granit ini meimbulkan beberapa


aspek yang menguntungkan seperti :
 Kejenuhan pasar produk batu granit tidak akan pernah terjadi, hanya yang akan
terjadi pada kurun waktu tertentu adalah kecenderungan konsumen untuk lebih
menyenangi produk dengan pola warna tertentu.
 Perdagangan batu granit antar negara tidak dapat dihindari, atau dengan kata
lain untuk pola warna tertentu suatu negara tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri. Oleh karna itu, di pasaran dunia banyak dijumpai
produk batu granit dengan berbagai pola warna dan bentuk produk (produk
jadi atau setengah jadi)

Indonesia memiliki cadangan batu granit yang cukup besar,tetapi baru


sebagian kecil yang telah dikelola dan di usahakan. Dengan cadangan granit yang

86
cukup besar dan tersebar luas, dan di beberapa lokasi cadangan tersebut dapat di
gunakan sebagai industri batu dimensi.
Produk hasil penambangan yang dihasilkan oleh PT. GRANIT JAYA
ABADI terdiri dari enam macam jenis batuan , yaitu Granite Dust, Granite
Chipping, Granite ¾ Splid, Graded Stone, Armour Rock (100-500 kg) dan
Armour Rock (10-30 kg).
Empat dari enam macam produk batuan tersebut mengalami pengecilan
melalui proses peremukan (crushing). Pada proses ini, produk tersebut dibedakan
berdasarkan ukuran butirnya. Produk tersebut adalah ukuran 0-5 mm (Granite
Dust), ukuran 5-14 mm (Granite Chipping), ukuran 15-20 mm (Granite ¾ Splid),
dan ukuran 20-40 mm Graded Stone (Special Product).
Setelah melalui tahapan crusting, produk siap dipasarkan melalui proses
pengapalan (Shipping). Dua tipe batu armour rock tidak mengalami proses
crushing, tetapi hanya dibelah (Breaking) menjadi ukuran 14”- 18” dan 6” - 9”,
dapat dilihat pada (Tabel 2). Kemudian di jual ke pembeli lokal seperti di Tanjung
Buton, Sungai Pakning, Bengkalis maupun ke Singapura.

9.2.2 Analisis Pemilihan Strategi Utama


Dari beberapa strategi yang diambil oleh perusahaan untuk
meningkatkan penjualan dipasar ialah:
1. Market Penetration Strategy
Market Penetration Strategy ini bertujuan untuk meningkatkan market
share produk yang ada sekarang di pasar yang sudah ada dengan
menggunakan teknik-teknik pemasaran misalnya dengan menambah
personal sales pada tim pemasaran,meningkatkan biaya tertentu. Tujuan
strategi ini adalah merebut pasar yang sebesar-besarnya sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas produksi perusahaan. Langkah ini dilakukan
dengan gencar,sehingga penetrasi pasar yang terbentuk akan memiliki
efek domino.
2. Product Development Strategy
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan sales dengan cara
memperbaharui produk dan dipasarkan kepada pelanggan yang ada
(current customer) melalui saluran distribusi yang sudah ada.

87
Perusahaan sudah menjalankan strategi ini dari awal berdirinya, karena
dengan pembaruan produk yang terus menerus membuat pelanggan yang
ada lebih bersemangat untuk melakukan pembelian, hal ini juga
disebabkan trend dan selera konsumen yang terus menerus berubah dari
masa ke masa.
3. Market Development Strategy
Strategi ini memperkenalkan produk yang sudah ada pada segmen pasar
yang lebih luas ,baik secara demografis dan geografi yang baru . Upaya
yang ditempuh biasanya melalui perluasan jaringan distribusi maupun
dengan mengintensifikasikan kegiatan pemasaran, Perusahaan perlu
mencari jaringan pemasaran yang baru, hal ini dapat dilakukan dengan
membuka jaringan pemasaran yang baru di daerah domestik baru selain
yang ada sekarang ini.

9.2.3 Luar Negeri


Walaupun konsumsi batu hias di dalam negeri masih cukup besar,
pengembangan cadangan batu dimensi sebaiknya juga berpotensi ekspor. Hal
ini terjadi karena sifat pola perdangan batu hias yang tidak terlepas dari
pengaruh perdagangan antar negara. Namun, yang perlu diperhatikan dalam
investasi batu dimensi, tertama untuk tujuan ekspor adalah kesinambungan
pemasaran. Untuk mencapai tujuan ini, investor baru ada baiknya melakukan
suatu bentuk kerjasama pengusahaan dengan badan perdagangan internasional
yang secara tradisional telah menguasai perdagangan batu dmensi dunia,
seperti Italia, Jerman, dan Spanyol.
Permintaan produk batu granit untuk konsumsi luar negeri (ekspor)
hampir 100% untuk memenuhi kebutuhan negara tetangga Singapura,
besarnya penjualan luar negeri ke Singapura adalah sebesar 69% dari total
penjualan PT. GRANIT JAYA ABADI.

88
BAB X
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

10.1 Investasi
10.1.1 Modal Tetap
A. Pengurusan Perizinan

PT. Granit Jaya Abadi merupakan salah satu perusahaan nasional yang
melakukan kerjasama pengembangan sumber daya energi dan Batu dengan
pemerintah (Departemen Energi dan Sumber Daya Batu) yaitu untuk
mengeksploitasi Batu Granit sesuai dengan peraturan dan perundangan yang
berlaku, telah menandatangani perjanjian dengan pemerintah daerah
Kabupaten Polewali Mandar pada Tanggal 30 November 2007 dengan wilayah
konsesi seluas ± 1.501Ha (No. 126 Tahun 2007 tentang pemberian Izin Kuasa
Pertambangan Eksplorasi kepada PT. Granit Jaya Abadi). Wilayah ini berada
di Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat.

Selanjutnya laporan studi kelayakan ini dibuat untuk memperoleh izin


kuasa pertambangan dari Pemerintah Daerah Tingkat II Polewali Mandar.

B. Peralatan Utama
Peralatan utama penambangan Granit adalah faktor yang sangat vital
untuk kegiatan operasi penambangan sehingga akan dihasilkan produksi
Granit bersih yang siap jual. Untuk itu beberapa unsur kegiatan operasi perlu
dimasukkan dalam perhitungan pengadaan peralatan utama ini, seperti :

a. Kegiatan penambangan Granit yang terdiri dari :


1. Pembersihan lahan
2. Pengupasan dan pemindahan tanah atas (top soil)
3. Penggalian dan pemindahan tanah penutup (overburden)
4. Penggalian dan pengangkutan Granit ke penimbunan (stockpile)

89
b. Kegiatan pengolahan Granit dan stockpile yang terdiri dari :
1. Pemindahan Granit dari raw stockpile ke product stockpile
2. Proses peremukan Granit
3. Proses pemisahan Batu berharga dari pengotornya (impurities)

c. Pemuatan dan pengangkutan Granit dari stockpile ke dermaga yang


terdiri dari :
1. Pemuatan Granit (barge loading system)
2. Pengangkutan Granit dari stockpile ke transhipment point

C. Sarana Penunjang

Sarana penunjang penambangan Granit adalah peralatan dan ditinjau


bangunan fisik yang ikut menunjang kegiatan penambangan Granit. Meskipun
bukan peralatan utama, tanpa sarana penunjang maka penambangan Granit tak
akan mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk itu beberapa unsur kegiatan
operasi perlu dimasukkan dalam perhitungan pengadaan sarana penunjang ini,
seperti :

1. Kegiatan pembuatan jalan angkut tanah dan Granit yang


memerlukan:

 Motor grader
2. Kegiatan perawatan jalan angkut dan perbengkelan yang
memerlukan:

 Mobil air (water truck)


 Mobil oli (lube/fuel truck)
 Mobil perawatan (service truck)
 Pompa dan tangki BBM (fuel pump dan fuel tank)
 Peralatan bengkel (machine tools)

3. Kegiatan perkantoran dan perumahan yang memerlukan:

 Kendaraan roda empat


 Generator set
 Pompa air

90
D. Sarana K-3 dan Pengelolaan Lingkungan
Sarana K-3 dan pengelolaan lingkungan wajib dimiliki oleh setiap
perusahaan penambangan Granit karena selain menyangkut keselamatan
karyawan, juga menyangkut keselamatan masyarakat yang tinggal di sekitar
areal penambangan. Beberapa peralatan yang dapat dikemukakan di sini
adalah :

1. Sarana K-3 terdiri dari:

 Topi keselamatan kerja (safety helm)


 Sepatu pengaman (safety shoe)
 Baju kerja
 Alat pemadam kebakaran
 Baju pelampung
 Obat-obatan
 Rambu-rambu lalu lintas
 Manual K-3
 Masker, kaca mata las, tutup telinga, lampu sorot

2. Sarana pengelolaan lingkungan terdiri dari:

 Kolam pengendap
 Kolam pengontrol
 Bibit tanaman
 Zat Kimia dan additive
 Alat deteksi sederhana

10.1.2 Modal Kerja

Biaya modal kerja (working capital) adalah biaya yang harus disediakan
untuk memenuhi biaya produksi penambangan, sampai dengan masa di mana
perusahaan dapat memperoleh pendapatan sendiri dari hasil penjualan Granit,
baru akan mampu membiayai produksinya setelah memperoleh pendapatan
dari penjualan produksi tahun pertamanya yaitu sebesar 60.000ton.

91
Biaya produksi langsung meliputi biaya bahan bakar, suku cadang, ban
kendaraan, karyawan tidak tetap (termasuk royalty). Biaya produksi tak
langsung meliputi biaya asuransi, iuran tetap, pengelolaan lingkungan,
community development dan karyawan tetap. Total modal kerja yang
dibutuhkan untuk proyek penambangan Granit ini adalah sebesar US $
10.450.543,06.

10.1.3 Sumber Dana

Jenis sumber pendanaan untuk investasi rencana penambangan Granit


ini terdiri atas:

 Modal sendiri (ekuitas)


 Hutang/pinjaman dari bank

Perbandingan antara ekuitas dan hutang (E : H) diharapkan


menghasilkan struktur modal yang optimal bagi pelaksanaan proyek
penambangan Granit ini dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian
pada umumnya dan keuangan perusahaan pada saat ini.
Dengan pertimbangan itu, maka perbandingan antara ekuitas dan hutang
untuk mendanai proyek investasi penambangan Granit ini masih dapat
diharapkan sebesar 40% ekuitas dan 60% hutang. Peminjaman modal dari
bank ini akan dilakukan pada tahap awal investasi untuk membeli peralatan
utama dan membangun infrastruktur tambang.
Kredit Investasi yang dipinjam pada tahap tersebut akan digunakan
selama jangka waktu sekitar 15 tahun (masa penggunaan kredit investasi), dan
bank membebankan bunga pinjaman sebesar 12% per tahun yang bersifat
tetap.
Pembayaran kembali hutang pokok berikut bunga diatur sebagai berikut
ini :
 Kredit investasi bank yang diambil tersebut akan dikembalikan dalam
jangka waktu 15 tahun, mulai tahun ke-1 setelah masa peminjaman.

92
 Jumlah angsuran pokok bersifat tetap, sedangkan bunga pinjaman
diperhitungkan dari sisa pokok (besarnya bunga pinjaman menurun
sesuai dengan waktu).

Total pinjaman yang diperlukan adalah sebesar US $ 6.270.325,84 dan dana


sendiri yang harus dikeluarkan adalah sebesar US $ 4.180.217,22.

10.2 Analisis Kelayakan


10.2.1 Biaya Investasi

Perhitungan biaya investasi adalah perkiraan dana yang dikeluarkan


untuk membiayai kegiatan dalam masa pra-penambangan dan masa
penambangan. Adapun biaya-biaya investasi ini dikelompokkan dalam:
A. Biaya investasi peralatan, terdiri atas:

1. Investasi peralatan operasi penambangan


2. Investasi peralatan pendukung operasi penambangan
3. Investasi peralatan operasi pengolahan dan stockpile Granit

B. Biaya investasi studi, yang terdiri atas:

1. Biaya eksplorasi
2. Biaya studi kelayakan
3. Biaya studi UKL-UPL
4. Biaya studi geoteknik dan hidrologi

C. Biaya investasi pengembangan (development), terdiri atas:

1. Biaya pembersihan lahan


2. Biaya sarana dan prasarana ban dan jalan angkut tanah penutup,
jalan angkut Granit crushing plant

93
10.2.2 Biaya Produksi

Biaya produksi (production cost) adalah besarnya dana yang harus


dikeluarkan untuk membiayai semua kegiatan operasi dalam rangka
memproduksi Granit dari lokasi tambang hingga siap untuk dijual. Biaya
produksi langsung, digunakan untuk membiayai semua kegiatan yang
langsung berhubungan dengan operasi untuk menghasilkan produk Granit.
Sedangkan biaya produksi tidak langsung digunakan untuk membiayai semua
kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.

Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi Granit mencakup biaya


operasi penambangan, biaya operasi pengolahan dan stockpile Granit dan
biaya pengangkutan Granit dari tambang ke pelabuhan muat. Maka untuk itu,
beberapa komponen operasi yang perlu dimasukkan dalam perhitungan biaya
atau ongkos produksi antar lain adalah:

A. Ongkos operasi penambangan Granit, terdiri dari:

 Ongkos pembersihan lahan


 Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil
 Ongkos pembongkaran dan pemindahan overburden
 Ongkos pemuatan dan pengangkutan Granit ke stockpile
 Ongkos operasi pendukung penambangan (mine support)

B. Ongkos operasi pengolahan Granit dan stockpile, terdiri dari:

 Ongkos pemindahan Granit dari raw iron ore stockpile ke unit


crushing plant
 Ongkos reduksi ukuran di unit crushing plant
 Ongkos pemindahan Granit ke product iron ore stockpile siap
untuk dijual. Biaya produksi langsung digunakan untuk
membiayai semua kegiatan yang langsung berhubungan dengan
operasi untuk menghasilkan produk Granit. Sedangkan biaya
produksi tidak langsung, digunakan untuk membiayai semua
kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan proses
produksi.

94
Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi Granit mencakup biaya
operasi penambangan, biaya operasi pengolahan dan stockpile Granit, dan
biaya pengangkutan Granit dari tambang ke pelabuhan muat. Untuk itu
beberapa komponen operasi yang perlu dimasukkan dalam perhitungan biaya
atau ongkos produksi antara lain adalah:

1. Ongkos operasi penambangan Granit, terdiri dari:

 Ongkos pembersihan lahan


 Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil
 Ongkos pembongkaran dan pemindahan overburden
 Ongkos pemuatan dan pengangkutan Granit ke stockpile
 Ongkos operasi pendukung penambangan (mine support)

2. Ongkos operasi pengolahan Granit dan stockpile, terdiri dari:

 Ongkos pemindahan Granit dan raw iron ore stockpile ke unit


crushing plant
 Ongkos reduksi ukuran di unit crushing plant
 Ongkos pemindahan Granit ke product iron ore stockpile

3. Ongkos operasi pengangkutan Granit di dermaga, terdiri dari:

 Ongkos pemindahan Granit produk dari stockpile ke pelabuhan


 Ongkos operasi "barge loading system" di dermaga
 Ongkos stockpile di pelabuhan

Untuk menghitung ongkos produksi dari setiap operasi yang dilakukan


pada satu periode produksi, maka beberapa parameter yang menjadi
pertimbangan adalah:

 Target produksi yang direncanakan (ton produksi Granit atau BCM


tanah)
 Peralatan utama yang dioperasikan (jenis, spesifikasi teknis, jumlah,
jam kerja operasi, nilai ekonomis alat dan lain sebagainya)
 Peralatan pendukung yang dioperasikan (jenis, spesifikasi teknis,
jumlah, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat dan lain sebagainya)

95
 Tenaga kerja untuk melakukan operasi (kualifikasi, jumlah, standar
gaji)
 Pengaruh faktor ekskalasi

10.2.3 Pendapatan Penjualan

Pendapatan penjualan (sales revenue) pada suatu periode adalah


besarnya dana yang diterima dari hasil penjualan Granit bersih pada periode
itu, berdasarkan harga pasar yang berlaku pada saat itu. Untuk melakukan
perhitungan pendapatan penjualan Granit, maka produk Granit dijual dengan
harga US $ 700 per ton sesuai dengan harga pasaran dunia saat ini untuk
produk Granit kualitas menengah (medium rank iron ore).

Hasil penjualan Granit per tahun rata-rata sebesar US $ 42.000.000,-


dimana total pendapatan selama 18 tahun adalah sebesar US $ 756.000.000,-

10.2.4 Aliran Uang Tunai (Cash Flow)

Pengertian kas dalam rencana investasi proyek penambangan Granit


adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan yang dalam jangka waktu
dekat dapat dipakai sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial dan
mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya. Kas bagi kepentingan
proyek penambangan Granit ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan:

 Pembiayaan proses produksi Granit


 Pembaharuan barang-barang aktiva atau aset tetap pada kegiatan
investasi
 Pembayaran cicilan dan bunga pinjaman, aneka pajak, iuran, pungutan
dan lain-lain

Selama umur investasi proyek (± 20 tahun) akan terjadi aliran kas (cash
flow). Aliran kas ini akan terdiri dari aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran
kas keluar (cash outflow).

96
Besarnya aliran kas masuk akan sangat ditentukan oleh beberapa faktor
di bawah ini:

 Laba bersih yang diterima oleh perusahaan, baik untung ataupun rugi
 Pinjaman utang dari bank untuk investasi (60%)
 Penanaman modal investasi dari perusahaan sendiri (40%) atau dari
pemegang saham, dan lain-lain

Sedangkan laba bersih yang diterima oleh perusahaan merupakan fungsi


dari pendapatan yang diterima dan biaya yang harus dikeluarkan pada kegiatan
produksi Granit. Selisih pendapatan dan biaya tersebut adalah laba bagi
perusahaan. Komponen-komponen yang menentukan pendapatan dari
perusahaan antara lain:

 Nilai penjualan Granit bersih perusahaan


 Nilai pendapatan bunga atas simpanan bank

Sedangkan komponen-komponen yang menentukan biaya dari


perusahaan antara lain adalah:

 Biaya produksi Granit sampai dengan siap jual


 Biaya umum dan administrasi
 Pembayaran bunga pinjaman ke bank
 Pembayaran pajak, iuran, dan lain-lain

Besarnya aliran kas keluar dipengaruhi oleh beberapa komponen di


bawah ini:

 Pembayaran untuk biaya investasi dan modal kerja


 Pembayaran cicilan pokok atas pinjaman ke bank
 Pembayaran kembali investasi dari perusahaan sendiri, dan lain-lain

Selama masa umur investasi (± 20 tahun), dalam aliran kas proyek setiap
tahunnya akan ditemukan salah satu dari dua macam kondisi, yaitu kondisi
dimana aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas keluar, sehingga akan
terjadi saldo kas (proceeds), dan kondisi dimana aliran kas masuk lebih kecil
dari pada aliran kas keluar sehingga akan terjadi kekurangan kas (defisit).

97
10.2.5 Nilai Sekarang Bersih Net Present Value atau NPV

Tidak semua aliran kas yang positif akan memberikan gambaran yang
menguntungkan bagi perusahaan, karena ada faktor nilai waktu dan uang (time
value of money), sehingga diperlukan suatu perhitungan yang dapat
menghasilkan gambaran jumlah uang pada satu titik waktu tertentu yang
disebut nilai sekarang bersih (Net Present Value).

Urutan-urutan yang dilakukan dalam perhitungan Net Present Value


(NPV) dalam proyek penambangan Granit adalah sebagai berikut :

 Menghitung jumlah nilai sekarang bersih (Net Present Value) dari aliran
kas proyek selama 20 tahun pada tingkat diskonto (discount rate) yang
ditetapkan yaitu 12,59%.
 Menghitung jumlah nilai sekarang bersih dari biaya investasi
perusahaan selama 20 tahun dan modal kerja pada tingkat diskonto yang
ditetapkan yaitu 12,59%.
 Hasil perhitungan ini disebut Present Value dari initial outlays (PV of
initial outlays).
 Menghitung selisih antara PV of proceeds dengan PV of initial outlays
yang hasilnya disebut nilai sekarang bersih atau Net Present Value.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan maka diperoleh harga Net


Present Value sebesar US $ 4.489,83 (positif) untuk alternatif I dikerjakan
sendiri oleh PT. Granit Jaya Abadi, sedangkan untuk alternatif II dikontrakan
dan diperoleh harga Net Present Value sebesar US $ 10.041,75 (positif)
sedangkan pajak yang harus dikeluarkan oleh PT. Granit Jaya Abadi adalah
sebesar US $ 11.451.417,60 untuk alternatif I dan US $ 18.341.022,90 untuk
alternatif II.

98
10.2.6 Laju Pengembalian Internal (IRR)

Laju pengembalian internal (Internal Rate of Return) adalah laju


pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk - NPV aliran kas
keluar. Penentuan laju pengembalian internal atau IRR ini dilakukan dengan
cara coba-coba (trial and error).

Pada metode NPV, analisis dilakukan dengan menentukan terlebih


dahulu besarnya laju pengembalian kemudian dihitung nilai sekarang bersih
(NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Sedangkan pada metode
IRR, besarnya IRR atau laju pengembalian [diskonto (i)] yang dicari adalah
yang memberikan kondisi NPV = US $ 4.489,83 (positif).

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka laju pengembalian


internal (IRR) yang memberikan NPV = US $ 4.489,83 (positif) adalah
12,59% untuk alternatif I dan 28,16% untuk alternatif II. Nilai laju
pengembalian internal (IRR) sebesar 12,59% dan 28,16% ini memberikan
gambaran bahwa usulan investasi proyek penambangan Granit di wilayah
penelitian (± 20 tahun) lebih menarik untuk dilakukan bila dibandingkan
dengan kegiatan menyimpan modal di bank dengan laju pengembalian yang
lebih kecil, sekitar 6%. Artinya, menanam modal investasi pada proyek
penambangan Granit ini akan lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan
menanam modal di bank.

10.2.7 Waktu Pengembalian Modal

Waktu pengembalian modal (payback period) menunjukkan periode


waktu yang digunakan untuk menutupi kembali modal yang telah
diinvestasikan dengan hasil yang akan diperoleh dari aliran kas bersih dari
investasi tersebut. Metode ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesudah
periode pengembalian selesai.
 Tidak mempertimbangkan nilai waktu dan uang, berarti tidak
mengikuti prinsip dasar analisis aspek ekonomi-finansial dalam
mengkaji kelayakan suatu proyek (investasi).

99
 Tidak memberikan indikasi probabilitas dari unit usaha hasil proyek.

Meskipun banyak kelemahan, tetapi dalam kenyataannya periode


pengembalian masih digunakan secara luas terutama disebabkan oleh
perhitungannya yang mudah dan cepat untuk menggali informasi perihal
resiko yang kebanyakan investor ingin segera mendapatkan jawabannya.

Kriteria ini memberikan indikasi atau petunjuk bahwa proyek investasi


dengan periode pengembalian yang lebih cepat akan lebih dipilih. Dalam
memakai kriteria ini, proses yang bersangkutan perlu menentukan batasan
maksimum waktu pengembalian, berarti lewat waktu tersebut proyek investasi
tidak dipertimbangkan.

Untuk pengambilan keputusan pada sebuah investasi dilakukan


perbandingan antara payback yang ditetapkan dengan payback yang
dilaksanakan. Apabila payback period maksimum yang akan investasi, akan
dilaksanakan lebih singkat waktunya dibandingkan dengan payback period
maksimum yang diuraikan, maka investasi itu akan dilaksanakan. Akan tetapi
apabila sebaliknya, maka investasi itu akan ditolak.

100
BAB XI
KESIMPULAN DAN SARAN

11.1 Kesimpulan

Studi kelayakan ini dilaksanakan dalam kaitannya dengan rencana


permohonan izin eksploitasi Granit di Desa Tapango, Kecamatan Tapango,
Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Hal-hal yang dikaji
ditujukan kepada kondisi teknis dan non-teknis penambangan, dengan kata lain
apakah persyaratan untuk memperoleh izin tersebut dapat memadai dengan
kondisi yang ada pada saat sekarang.

Kajian ini meliputi keadaan geologi, cadangan dan kualitas, hidrogeologi,


geoteknik, pengolahan, rencana pengangkutan, lingkungan hidup dan K-3,
organisasi dan tenaga kerja, pemasaran dan investasi serta analisis kelayakan.
Adapun hasil studi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Wilayah Permohonan

Wilayah yang dieksploitasi seluas ± 1.501Ha terletak di Desa Tapango,


Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat
dengan batas koordinat 119° 14' 45" BT - 119° 19' 00" BT dan 003° 18' 59"
LS - 003° 19' 59" LS.

2. Geologi dan Endapan Granit


Hasil analisis geologi bahwa endapan Granit di daerah sangat dipengaruhi
oleh proses diferensiasi dan segregasi selama terjadinya injeksi larutan sisa
magma pada stadium pegmatitis- pneumatolitis atau metasomatis kontak.
Perhitungan cadangan terukur berjumlah 2.916.160,52ton. Sedangkan
tertambang 2.558.341,40ton, dan cadangan tertambang dengan recovery
90% sebanyak 2.485.738,44ton.

101
3. Kualitas Granit

Dari hasil kajian yang berkaitan dengan berbagai analisis dari contoh-
contoh Granit, maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :

1) Kajian Hidrogeologi dan Hidrologi

 Curah hujan rencana untuk keperluan perhitungan peralatan


penyaliran adalah 60mm.

2) Geoteknik

a) Lereng Tunggal

Berdasarkan analisis kemantapan lereng tunggal dengan melihat


nilai faktor keamanannya serta pertimbangan teknis penggunaan
alat, maka untuk lereng tunggal dapat direkomendasikan, tinggi
lereng (H) 10 m dan sudut lereng 60° dengan Faktor Keamanan >
1,200.

b) Lereng Keseluruhan (Total)

Berdasarkan hasil analisis kemantapan lereng total dengan melihat


faktor keamanannya, maka direkomendasikan untuk sudut lereng
rata-rata adalah 39,5° dengan tinggi (H)
50 m, memiliki FK > 1,200.

c) Lereng Timbunan

Lereng timbunan yang direkomendasikan adalah dimensi lereng


keseluruhan dengan tinggi lereng (H) 25m dengan sudut 150,
memiliki FK 1,200.

102
4. Rencana Penambangan
a. Rencana penambangan meliputi:

 Nisbah pengupasan, dilakukan dengan dasar rumus BESR dengan


asumsi harga jual dengan biaya penambangan. Nilai yang
diperoleh adalah BESR = 11,56
 Metode penambangan dilakukan dengan open pit/open cash
dengan pertimbangan faktor-faktor model geologi, kondisi lapisan
Granit, kondisi lapisan tanah penutup dan jumlah sumber daya
 Penggalian dikerjakan dengan membentuk jenjang-jenjang

b. Desain Tambang

 Desain tambang mengacu pada potensi sumber daya Granit


 Kualitas Granit
 Harga dan kualitas produk Granit yang dipasarkan
 Geometri lereng
 Air dalam tambang

c. Analisis Desain

Analisis desain tambang didasarkan atas parameter-parameter berupa


model geologi, sumber daya Batu, aspek penyebaran Granit, dan
kemantapan lereng.

d. Bukaan Tambang
Bukaan tambang ada 8 block

e. Sistem dan Tata Cara Penambangan:

 Penambangan dilakukan dengan sistem jenjang-jenjang dengan


mengikuti geometri lereng yang telah ditentukan.
 Persentase perolehan penambangan (recovery) adalah 90%.

f. Tahapan Kegiatan Penambangan

 Operasi pembersihan lahan penambangan

103
 Operasi penggalian tanah penutup, berupa overburden dan
interburden dilakukan dengan menggunakan excavator dan
bulldozer

g. Penggalian dan pengangkutan Granit

 Penggalian overburden dilakukan dengan excavator dan bulldozer


 ROM Granit diangkut ke crushing plant dan stockpile

h. Penanganan Air Tambang

 Penanganan di tambang dilakukan dengan sistem penirisan


 Dibuat dump untuk penampungan air dan air di pompa keluar

i. Jadwal Produksi

Rencana penjualan Granit pada tahun pertama sebesar 60.000ton dan


tahun kedua sebesar 60.000ton. Selanjutnya pada tahun ketiga
120.000ton dan tahun keempat 120.000ton. Mengingat faktor
kehilangan Granit pada waktu proses penggalian, pemuatan, dan
pengolahan, maka produksi Granit pada tahun pertama, kedua, ketiga,
dan keempat berturut-turut adalah sebesar 88.571,40ton, 89.083,90ton,
178.167,80ton, dan 177.142,80ton.

j. Umur Tambang
Umur tambang, sesuai dengan kontrak 20 tahun.

5. Pengolahan Granit
 Granit produksi operasi penambangan (ROM) dilakukan proses
peremukan untuk mereduksi ukuran di crushing plant dan produk akhir
yang akan di peroleh adalah ukuran ± 22mm
 Proses pengolahan memerlukan pencucian untuk memisahkan antara
tanah yang masih menempel di material Granit.
Reduction Ratio (RRJ) crusher antara 4 sampai 6 dan kapasitas
produksi sekitar 60.000ton/thn yang terdiri atas 1 unit crusher :
@120ton per jam tonase Granit ROM yang dapat diolah per tahun
1.800 jam/tahun x 33,33 ton/jam = 60.000ton/thn.

104
6. Transportasi dan penimbunan Granit
 Jalan angkut untuk OB dan ROM masing-masing untuk dump area dan
crushing plant belum dan akan dibuat pada saat pengerjaan
penambangan tersedia. Jalan angkut Granit ke crushing plant ini
berasal dari tanah dasar yang diperkeras dengan Iebar 20-30m
 Jarak bukaan tambang ke waste dump berkisar antara 300m sampai
1200m. Sedangkan jarak angkutan ROM dari bukaan tambang ke
crushing plant antara 720m-525m
 Jalan angkut hasil pengolahan Granit ke pelabuhan muat Granit dengan
jarak 40km

7. Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja


a. Lingkungan
Komponen lingkungan yang terkena dampak meliputi komponen
geofisik-kimia yaitu (perubahan bentang alam, penurunan kualitas air
permukaan, penurunan kualitas udara dan getaran, peningkatan erosi
tanah), komponen biologi yaitu
(penurunan populasi flora darat, hilangnya habitat fauna, gangguan
kehidupan biota air) serta komponen sosial dan kesehatan masyarakat
yaitu persepsi masyarakat, peningkatan perekonomian lokal, gangguan
kesehatan masyarakat, program pengembangan masyarakat). Adapun
beberapa upaya pengelolaan yang telah dilakukan adalah:

 Reklamasi waste dump area dan areal terbuka lainnya serta


pengadaan bibit untuk revegetasi tanaman
 Penirisan dan pengelolaan air tambang
 Pengelolaan kualitas udara (penanganan debu dan kebisingan)
 Pengelolaan limbah padat dan cair
 Pelaksanaan program community development

105
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3)

 Secara organisasi penanganan K-3 merupakan bagian dari struktur


organisasi PT. Granit Jaya Abadi yang berada dalam lingkungan
Departemen Lingkungan dan K-3. Dalam pelaksanaannya bagian
K-3 dibantu oleh koordinator safety pada kontraktor dan safety
repsentatif dari departemen.
 Adapun program keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) meliputi
inspeksi (inspection) dan keselamatan (safety meeting) analisis
tentang cara dan prosedur kerja yang aman (job safety analises dan
standard report and accident investigation), analisis kecelakaan
(accident analysis), pelatihan (training-internal and external), alat
pelindung (personal protective equipment), pemeriksaan
kesehatan (general check up), keselamatan lalu lintas (safety
traffic), kampanye keselamatan (safety campaign), manajemen
kontraktor dan pengenalan tentang K-3 (safety induction).

8. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja


Untuk menangani kegiatan pertambangan Granit di daerah ini, telah
disusun struktur organisasi sebagai berikut:

 Organisasi di Indonesia dipimpin oleh Presiden Director yang


berkedudukan di Makassar.
 Struktur organisasi di kantor site, dipimpin oleh General Manager
dengan dibantu oleh beberapa manager dan beberapa staf serta
karyawan.
 Pemberian gaji dan upah disesuaikan dengan tingkat
ketrampilan/kemampuan serta tanggung jawab terhadap pekerjaan
tenaga kerja. Pembayaran buruh harian lepas dibayarkan dalam 1 (satu)
minggu sekali, tenaga kerja tetap dibayarkan 1 (satu) bulan sekali di
awal bulan dan tenaga kerja borongan (kontrak) dibayarkan pada awal
bulan sesuai dengan kesepakatan bersama antara tenaga kerja dengan
perusahaan.
 Sistem kerja yang diterapkan disepakati antara tenaga kerja dengan
perusahaan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku,

106
serta dilakukan atas dasar kesepakatan kerja bersama antara pekerja
dengan perusahaan, mengutamakan K-3 dan efisiensi waktu dan alat,
sehingga dapat dicapai produktivitas kerja.

9. Pemasaran
 Produk Granit Indonesia yang memenuhi persyaratan yang diminta
konsumen yaitu memiliki kadar Fe total di atas 45%. Harga Granit akan
tergantung dari situasi dan kondisi supply-demand.
 Keseluruhan kualitas Granit tertambang mengandung total belerang
(TS) rata-rata 3%, dan Fe total rata-rata 45%.

11.2 Saran
1. Sebelum masa produksi tahun 2011, disarankan untuk eksplorasi lanjutan
untuk meningkatkan cadangan terukur.
2. Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar diperhatikan dalam
kegiatan penambangan.

107

Anda mungkin juga menyukai