Anda di halaman 1dari 42

pertambangan di segi lingkungan

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nyalah KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini dapat penulis selesaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam Pembuatan KTI ini, penulis membahas
mengenai“PERTAMBANGAN DIPANDANG DARI SEGI LINGKUNGAN”,
suatu kegiatan yang sangat baik untuk di laksanakan oleh kita khususnya para remaja
indonesia di generasi dini maupun di generasi masa depan nanti karena bertujuan untuk
mengelolah sumber daya kekayaan alam kita indonesia yang terbaik.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang akan disertakan dalam
perlombaan penulis dalam bidang Studi Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang
diselenggarakan oleh Fmipa Universitas Jember, Kegiatan Event dalam acara BBM
(Bulan Berkunjung MIPA), yang berbentuk serangkaian acara berupa LKTI &
Olimpiade Mipa tingkat SMA Se-derajat se-Indonesia secara berkelompok/tim, setiap
tim terdiri dari 2 siswa dalam sekolah yang sama, LKTI tersebut bertemakan
pertambangan. Dengan sub tema dari segi pendidikan, lingkungan, ekonomi, teknologi,
setiap tim dari sekolah yang sama wajib memilih salah satu dari sub tema dari segi
tersebut.
Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, tentunya penulis mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam penulis
sampaikan kepada yang terhormat :
1. Drs. Rinoto, M.M. Selaku Kepala di SMK Negeri 5 Jember.
2. Drs. Sumarto Selaku Wakasek Kesiswaan di SMK Negeri 5 Jember.
3. Andri Irawan, S.ST Selaku Guru Pembimbing di SMK Negeri 5 Jember.
4. Desi Fatimatus Zahro Selaku Panitia LKTI & Olimpiade Mipa tingkat Sma Se-derajat
di Fmipa Universitas Jember.
5. Teman-teman yang telah memberi doronggan untuk semanggat dan telah mendoakan
kami dalam mengerjakan penulisan ini.
Hanya kepada Tuhan Maha Kuasa penulis memohon doa sehingga bantuan dari
berbagai pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan sehingga hanya yang demikian sajalah yang dapat
penulis berikan. Penulis juga sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan
karya tulis ilmiah selanjutnya.
Demikian karya tulis ilmiah ini yang kami buat, semoga bermanfaat dan
berguna bagi kita semua di hari dini maupun di hari masa depan nanti. Amiin.
Jember, 16
November 2013

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan merupankan suatu industri yang mengolah sumber daya alam dengan
memproses bahan tambang untuk menghasilkan berbagai produk akhir yang
dibutuhkan umat manusia. Oleh karena itu, bahan tambang merupakan salah satu icon
yang sangat dibutuhkan oleh dunia saat ini, dimana dengan berkembangnya zaman
bahan tambang merupan kekayaan alam yang nomor satu di Indonesia bahkan dunia
sekalipun. Kekayaan alam yang terkandung didalamnya bumi dan air yang biasa
disebut dengan bahan-bahan galian, dimana terkandung dalam pasal 33 ayat 3 tahun
UUD 1945 yang berbunyi “bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat”. Amanat UUD 1945 ini merupakan landasan pembangunan
pertambangan dan energi untuk memanfaatkan potensi kekayaan sumber daya alam,
mineral dan energi yang dimiliki secara optimal dalam mendukung pembangunan
nasional yang berkelanjutan.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara pemilik pertambangan terbesar di
dunia. Adanya lingkungan pertambangan ini masyarakat Indonesia selalu berlomba-
lomba berada di dalamnya, karena pertambangan merupakan perindustrian yang
mendunia dan bagi masyarakat Indonesia yang berkecimpung di dunia
perindustrianpertambangan ini merupakan suatu keberuntungan tersendiri bagi
masyarakat Indonesia. Dimana bahan tambang digolongkan dalam beberapa jenis
tambang diantaranya logam, mineral industri, dan mineral energi, dengan demikian
nilai harga hasil bahan tambang ini sangatlah pantastik maka dari itu masyarakat
khususnya masyarakat Indonesia mempunyai nilai positif dalam hubungannya dengan
dunia industri pertambangan. Dunia pertambangan sering dianggap sebagai perusakan
alam dan lingkungan, oleh karena itu negara dengan memiliki tambang yang cukup
besar seperti Indonesia sudah harus memiliki pedoman standar lingkungan
pertambangan.

1.2 Rumusan masalah


Pekerjaan utama seorang ahli tambang adalah membebaskan dan mengambil
mineral-mineral serta batuan yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya
kemudian membawanya kepermukaan bumi untuk dimanfaatkan.
Adapun kegiatan-kegiatan dasar penambangan sendiri terdiri dari
pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan. Untuk melaksanakan tugas utama
tersebut dengan sempurna ternyata harus pula melakukan pekerjaan-pekerjaan
tambahan atau pendukung antara lain jalan, disposal, stockpile, drainase, jenjang,
reklamasi, keselamatan dan kesehatan kerja begitu juga dengan pemeliharaan.
Apakah Anda tahu tentang resiko di bidang pertambangan tersebut? resiko
tersebut dapat kalian lihat pada kesimpulan yang kami tuliskan dan kami ketik walupun
tersingkat-singkat, Anda pasti tahu dan mengerti, kalo seandainya kalian sudah
membacanya ???

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan Manfaat dari Pembuatan Karya Tulis Ilmiah Pertambangan dipandang dari
segi lingkungan ini antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang Pertambangan dipandang dari segi lingkunganterhadap
masyarakat sekitar kita khususnya kepada para pelajar, dan semoga saja materi tersebut
berguna bagi kita semua.
2. Masyarakat yang masih belum tau tentang Pertambangan dipandang dari segi
lingkungan, kami berharap masyarakat tersebut menjadi tahu dan mengerti
tentangPertambangan dipandang dari segi lingkungan tersebut.
3. Dunia industri pertambangan pada dasarnya sangatlah diminati oleh kalangan
masyarakat untuk terjun langsung dalam perindustrian pertambangan. Oleh karena itu,
lingkungan pertambangan ini mempunyai tujuan dalam pengembangan. Adapun tujuan
dari penelitian lingkungan pertambangan ini ialah untuk meningkatkan pengelolaan
sumber daya kehutanan, pertambangan dan energi dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian pertambangan


Pertambangan adalah rangkaiaan kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
pengembangan (pengendalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumu, migas). Ilmu Pertambangan merupakan suatu cabang
ilmu pengetahuan yang meliputi pekerjaan pencarian, penyelidikan, study kelayakan,
persiapan penambangan, penambangan, pengolahan dan penjualan mineral-mineral
atau batuan yang memiliki arti ekonomis (berharga). Pertambangan bisa juga diartikan
sebagai kegiatan, teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan
mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian,
pengangkutan sampai pemasaran.
Menurut UU No. 11 tahun 1967 bahan tambang tergolong menjadi 3 jenis, yakni
Golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis), Golongan B (bahan vital), dan
Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital). Bahan Golongan A merupakan
barang yang penting bagi pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin
perekonomian negara dan sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak
pemerintah, contohnya minyak, uranium dan plutonium. Sementara, Bahan Golongan
B dapat menjamin hayat hidup orang banyak, contohnya emas, perak, besi dan
tembaga. Bahan Golongan C adalah bahan yang tidak dianggap langsung
mempengaruhi hayat hidup orang banyak, contohnya garam, pasir, marmer, batu kapur
dan asbes.
a. Pertambangan Rakyat yaitu usaha pertambangan bahan galian yang dilakukan oleh
rakyat setempat secara kecil-kecilan atau gotong royong dengan peralatan sederhana
untuk mata pencaharian sendiri.
b. Pertambangan skala kecil yaitu kegiatan usaha pertambangan yang dikelola oleh
masyarakat setempat maupun koperasi unit desa (KUD).
c. Pertambangan tanpa izin (PETI) yaitu pertambangan yang diusahakan tanpa dilindungi
izin yang syah seperti pertambangan liar.
Teknik pertambangan adalah suatu disiplin ilmu keteknikan atau rekayasa yang
mempelajari tentang bahan galian/sumberdaya mineral, minyak, gas bumi, dan
batubara mulai dari penyelidikan umum (propeksi), eksplorasi, penambangan
(eksploitasi), pengolahan, pemurnian, pengangkutan, sampai ke pemasaran sehingga
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kerekayasaan dalam Teknik Pertambangan
mencakup perancangan, eksplorasi (menemukan dan menganalisis kelayakan
tambang), metode eksploitasi, Teknik Pertambangan (menentukan teknik penggalian,
perencanaan dan pengontrolannya) dan pengolahan bahan tambang yang berwawasan
lingkungan. Dalam Teknik Pertambangan, pendidikan ditekankan pada kemampuan
analisis maupun praktis (terapan) untuk tujuan penelitian maupun aplikasi praktis.
Teknik Pertambangan mempunyai 2 (dua) opsi jalur pilihan, yakni Tambang
Eksplorasi dan Tambang Umum. Pada tambang eksplorasi, pendidikan yang diberikan
bersifat komprehensif dalam segala aspek dari kegiatan eksplorasi penambangan.
Sedangkan pada tambang umum, bidang kajian mencakup sebagian aktivitas tahap pra
penambangan, yaitu berkaitan dengan pemilihan metode penambangan dan kebutuhan
fasilitas atau sarana dan prasarana, design & engineering, developing, serta aktivitas
tahap penambangan (pemberaian, pemuatan, pengangkutan dan pengendalian biaya).
Keempat komponen aktivitas utama pada jalur tambang umum ditunjang oleh berbagai
aktivitas yaitu pemetaan, kestabilan penggalian, perancangan dan rekayasa, pelayanan,
energi, perawatan, kesehatan dan keselamatan kerja, ventilasi, pengendalian air dan
reklamasi, serta pemahaman geologi, mineralogi, mineral deposit, mineral processing
dan marketing.

2.2 Karakteristik Pertambangan


Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu tidak dapat diperbarui,
mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak
lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan
pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Karena sifatnya yang tidak dapat
diperbarui tersebut pengusaha pertambangan selalu mencari (cadangan terbukti) baru.
Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya
penemuan.
Menurut ahli ekonomi Kaldor dan Hicks suatu tindakan dikatakan bermanfaat
apabila golongan yang memperoleh manfaat dari usahanya dapat memberi kompensasi
bagi golongan yang menderita kerugian akibat usaha tersebut sehingga posisi golongan
kedua tersebut paling jelek sama seperti sebelum adanya usaha tersebut dan golongan
pertama masih untung. Peran pemerintah daerah akan menjadi lebih besar dalam
penanganan dampak lingkungan pertambangan ini, sehingga penguatan institusi di
tataran lokal akan menjadi semakin signifikan.
Sumber daya alam sebagai sumber untuk kegiatan pertambangan dan energi
dimanfaatkan dari sistem ekologi oleh karena itu syarat mendasar yang harus dipatuhi
adalah tidak melanggar daya dukung ekosistem. Untuk dapat memanfaatkan sebanyak-
banyakinya sumber daya alam yang terkandung di bumi Indonesia, konsep eko-
efisiensi harus menjadi acuan utama yaitu memanfaatkan sebanyak-banyaknya dan
membuang atau memboroskan sesedikit mungkin yang juga berarti meminimumkan
limbah. Dapat disimpulkan bahwa eko-efisiensi sekaligus akan meningkatkan efisiensi
ekonomi. Untuk itu ekonomi lingkungan perlu diperhitungkan dalam setiap aktifitas
pertambangan.

2.3 Kebijakan Tata Lingkungan Pertambangan


Kebijakan tata lingkungan pertambangan memang dibutuhkan bagi usaha
pertambangan dalam kelanjutan usaha pertambangan yang berkesinambungan. Sebab
usaha pertambangan akan bersinggungan dalam sebelum, memulai, atau sesudah
kegiatan penambangan. Agar tercipta tambang yang ramah lingkungan. Berdasarkan
UU No 42/1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dengan PP No
29 1986 bertujuan untuk:
a. Menciptakan keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan.
b. Terkendalinya manusia Indonesia menjadi Pembina lingkungan.
c. Terciptanya pembangunan berwawasan lingkungan.
d. Terlindungnya Negara dari dampak pembangunan
Kemudian dalam pendekatan pengelolaan lingkungan yang paling popular
adalah AMDAL atau yang dikenal dengan analisis masalah dampak lingkungan yaitu:
a. Meniadakan atau mengurangi resiko
b. Mengoptimalkan hasil pembangunan
c. Meniadakan atau mencegah pertikaian
AMDAL merupakan suatu studi yang dilaksanakan secara sadar dan berencana
dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup dan
menjaga keserasian hubungan antar berbagai kegiatan. AMDAL itu sendiri terdiri dari:
a. Kerangka acuan dampak lingkungan
b. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
c. Rencana pengelolaan lingkungan (RKL)
d. Rencana pemantauan lingkungan (RPL)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan dan Perancangan Tambang


Perencenaan tambang tergambar seperti materi perencanaan tambang di bawah:
a. perencanaan tambang ditinjau dari segi teknik, perencanaan berarti penentuan
persyaratan teknik dalam mencapai sasaran kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan
berbagai macam kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan
tersebut.perencanaan terikat oleh rangka waktu dan mencakup kegiatan penelitian
awal, studi kelayakan, analisis persoalan, rancangan, program, konstruksi pengawasan,
dan pemeliharaan. Pada dasarnya perencanaan dapat dibagi dua yaitu:
b. Perencanaan Strategis yang mengacu pada penentuan sasaran secara menyeluruh,
strategi pencapaiannya serta penentuan cara waktu dan biaya Perencanaan
Operasional menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan serta terikat pada sistem keuangan. Dari itu perencanaan tambang
adalah proses perumusan secara menyeluruh beberapa kemungkinan konsep dasar dan
aturan kegiatan penambangan yang akan dilaksanakan yang selanjutnya menjadi dasar
bagi pihak pengelola dalam mengambil keputusan.
c. Rancanga tambang, rancangan adalah suatu kegiatan dalam menentukan spesifikasi
dan bentuk dari barang jadi yang akan dibuat (tidak terikat pada fungsi waktu
sebagaimana perencanaan). Ada dua tingkat perancangan yaitu:
d. Rancangan Konsep adalah suatu rancangan untuk menciptakan barang jadi, paralatan
atau sistem yang dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara garis besar saja dan
barang yang akan dibuat tersebut hanya dipandang dari sudut fungsinya saja. Data yang
digunakan masih berupa data asumsi berdasarka pengalaman. Rancangan ini pada
umumnya digunakan pada prerhitungan atau penentuan di awal kegiatan dan ditahap
awal penyusunan perencanaan.
e. Rancangan Rekayasa adalah rancangan yang telah memuat perincian, teknik
pembuatan, pelaksanaan serta spesifikasi alat dan bahan.

3.2 Fakta-Fakta Pertambangan


Berikut ini adalah dapat digolongkan dalam berbagai macam fakta-fakta dari
pertambangan antara lain sebagai berikut:
a. Tahapan Penyelidikan Umum
- Lahirkan Pro dan Kontra yang memicu benih perpecahan di masyarakat
- Beredar janji-janji ‘surga’ seperti masyarakat akan sejahtera, jalan di perbakiki, listrik
terang benderang, menjadi kota ramai dll, sehingga gaya hidup masyarakat mulai
berubah.
- Beredar informasi yang simpang siur dan membingungkan
b. Tahapan Eksplorasi
- Konflik antar pemilik kepentingan mulai terbuka. Pada posisi ini biasanya Pemerintah
mulai menujukan keberpihakan pada perusahaan.
- Informasi yang semakin simpang siur semakin meresahan masayatakat.
- Bujuk rayu, intimidasi, hingga teror dan ancaman makin meningkat
c. Tahapan Eksploitasi
- Dimulainya Penghancuran gunung, hutan, sungai dan laut.
- Dimulainya proses pembuangan limbah Tailing yang akan meracuni sumber air dan
pangan.
- Dimulainya kerja-kerja akademisi dan konsultan bayaran untuk membuktikan bahwa
tidak ada pencemaran.
- Meningkatnya konflik antar masyarakat dan masyarakat dengan pejabat Negara.
- Penguasaan sumberdaya alam, pencemaran lingkungan dan proses pemiskinan.
- Meningkatnya pelanggaran Hak Asasi Manusia, kasus korupsi dan suap.
- Meningkatnya kasus asusila karena akan terbukanya fasilitasi judi dan tempat
prostitusi.
- Limbah Tailing dan Batuan akan menjadi masalah dari hulu hingga hilir.
d. Tahapan Tutup Tambang
- Makin terpuruknya ekonomi lokal dan menigkatnya jumlah pengangguran.
- Terbatasnya waktu pantauan kualitas lingkungan.
- Terbentuknya danau-danau asam dan beracun yang akan terus ada dalam jangka waktu
yang panjang.
- Tidak pulihnya ekosistem yang dirusak oleh perusahaan tambangan.

3.3 Cara Pengolahan Pembangunan Pertambangan


Sumber daya bumi di bidang pertambangan harus dikembangkan semaksimal
mungkin untuk tercapainya pembangunan. Maka perlu adanya survey dan evaluasi
yang terintegrasi dari para alhi agar menimbulkan keuntungan yang besar dengan
sedikit kerugian baik secara ekonomi maupun secara ekologis. Penggunaan ekologis
dalam pembangunan pertambangan sangat perlu dalam rangka meningkatkan mutu
hasil pertambangan dan untuk memperhitungkan sebelumnya pengaruh aktivitas
pembangunan pertambangan pada sumber daya dan proses alam lingkungan yang lebih
luas.
Segala pengaruh sekunder pada ekosistem baik local maupun secara lebih luas
perlu dipertimbangkan dalam proses perencanaan pembangunan pertambangan, dan
sedapatnya evaluasi sehingga segala kerusakan akibat pembangunan pertambangan ini
dapat dihindari atau dikurangi, sebab melindungi ekosistem lebih mudah daripada
memperbaikinya. Dalam pemanfaatan sumber daya pertambangan yang dapat diganti
perencanaan, pengolahan dan penggunaanya harus hati-hati seefisien mungkin. Harus
tetap diingat bahwa generasi mendatang harus tetap dapat menikmati hasil
pembangunan pertambangan ini.

3.4 Masalah Lingkungan Dalam Pengembangan Pertambangan/Energi


Masalah-masalah lingkungan dalam pembangunan lahan pertambangan dapat
dijelaskan dalam berbagai macam hal. Berikut ini adalah maslah lingkungan dalam
pembangunan lahan pertambangan:
a. Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertambangan minyak
dan gas bumi, logam-logam mineral antara lain seperti timah putih, emas, nikel,
tembaga, mangan, air raksa, besi, belerang, dan lain-lain dan bahan-bahan organik
seperti batubara, batu-batu berharga seperti intan, dan lain- lain.
b. Pembangunan dan pengelolaan pertambangan perlu diserasikan dengan bidang energi
dan bahan bakar serta dengan pengolahan wilayah, disertai dengan peningkatan
pengawasan yang menyeluruh.
c. Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik itu untuk keperluan
ekspor maupun penggunaan sendiri di dalam negeri serta kemampuan penyediaan
energi secara strategis dalam jangka panjang. Sebab minyak bumi sumber utama
pemakaian energi yang penggunaannya terus meningkat, sedangkan jumlah
persediaannya terbatas. Karena itu perlu adanya pengembangan sumber-sumber energi
lainnya seperti batu bara, tenaga air, tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga matahari,
tenaga nuklir, dan sebagainya.
d. Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya
disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis. Pencemaran lingkungan ini
biasanya lebih dari pada diluar pertambangan. Keadaan tanah, air dan udara setempat
di tambang mempunyai pengarhu yang timbal balik dengan lingkunganya. Sebagai
contoh misalnya pencemaran lingkungan oleh CO sangat dipengaruhi oleh keaneka
ragaman udara, pencemaran oleh tekanan panas tergantung keadaan suhu, kelembaban
dan aliran udara setempat.
e. Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu mulai dari
pemetaan, eksplorasi, eksploitasi sumber energi dan mineral serta penelitian deposit
bahan galian, pengolahan hasil tambang dan mungkin sampai penggunaan bahan
tambang yang mengakibatkan gangguan pad lingkungan, maka perlua adanya
perhatian dan pengendalian terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan perubahan
keseimbangan ekosistem, agar sektor yang sangat vital untuk pembangunan ini dapat
dipertahankan kelestariannya.
f. Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi,
eksploitasi, produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta kemudian
menjualnyatidak lepas dari bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran terhadap
lingkungan oleh bahan-bahan minyak yang mengakibatkan kerusakan flora dan fauna,
pencemaran akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan keluarnya gas-gas/uap-uap ke
udara pada proses pemurnian dan pengolahan.
e. Rangka menghindari terjadinya kecelakaan pencemaran lingkungan dan gangguan
keseimbangan ekosistem baik itu berada di lingkungan pertambangan ataupun berada
diluar lingkungan pertambangan, maka perlu adanya pengawasan lingkungan terhadap:
1. Cara pengolahan pembangunan dan pertambangan.
2. Kecelakaan pertambangan.
3. Penyehatan lingkungan pertambangan.
4. Pencemaran dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul.

3.5 Penyehatan Lingkungan Pertambangan


Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk
menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan
pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:
a. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
b. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
c. Pengendalian dampak risiko lingkungan
d. Pengembangan wilayah sehat.
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai
pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana
pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks,
kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu
berbagai lintas sektor ikut serta berperan (Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll.) baik
kebijakan dan pembangunan fisik dan departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada
pengelolaan dampak kesehatan.

3.6 Pencemaran dan Penyakit-Penyakit yang Mungkin Timbul Karena Aktivitas


Pertambangan
Usaha pertambangan memang sangat berperan penting bagi jaman sekarang.
Soalnya semua kehidupan di bumi ini menggunakan bahan-bahan yang berasal dari
pertambangan. Contohnya:
a. Biji besi digunakan sebagai bahan dasar membuat alat-alat rumah tangga, mobil,
motor, dll
b. Alumunium digunakan sebagai bahan dasar membuat pesawat
c. Emas digunakan untuk membuat kalung, anting, cincin
d. Tembaga digunakan sebagai bahan dasar membuat kabel
e. Masih banyak lagi seperti perak, baja, nikel, batu bara, timah, pasir kaca, dll.
Seperti yang dikatakan bahwa dimana ada suatu aktivitas pasti disitu ada
kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan di pertambangan yaitu:
a. Pembukaan lahan secara luas
Dalam masalah ini biasanya investor membuka lahan besar-besaran, ini
menimbulkan pembabatan hutan di area tersebut. Di takutkan apabila area ini terjadi
longsor banyak memakan korban jiwa.
b. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui.
Hasil petambangan merupakan Sumber Daya yang Tidak Dapat diperbarui lagi.
Ini menjadi kendala untuk masa-masa yang akan datang.
c. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi tidak nyaman.
Biasanya pertambangan membutuhkan alat-alat besar yang dapat memecahkan
telinga. Dan biasanya kendaraan berlalu-lalang melewati jalanan warga. Dan terkadang
warga menjadi kesal.
d. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya.
Dari sepenggetahuan saya bahwa ke banyakan pertambangan banyak
membuang limbahnya tidak sesuai tempatnya. Biasanya mereka membuangnya di kali,
sungai, ataupun laut. Limbah tersebut tak jarang dari sedikit tempat pertambangan
belum di filter. Hal ini mengakibatkan rusaknya di sector perairan.
e. Pencemaran udara atau polusi udara.
Di saat pertambangan memerlukan api untuk meleburkan bahan mentah,
biasanya penambang tidak memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal ini
mengakibatkan rusaknya lapisan ozon.

3.7 Jenis Tambang


Di dunia pertambangan, khususnya tambang batubara dikenal ada 2 jenis
tambang, yaitu tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Dimana tambang terbuka
adalah suatu kegiatan penambangan batubara dengan cara membuka dan menggali
lahan yang sangat luas hingga membentuk suatu lubang terbuka yang sangat lebar.
Sedangkan tambang bawah tanah adalah suatu kegiatan penambangan batubara denga
cara membuat lubang/terowongan bawah tanah dengan tanpa membuka lahan di
atasnya secara luas.
Pemilihan jenis tambang ini ditentukan oleh beberapa hal yang antara lain
berupa:
1. Stripping Ratio (SR) atau nisbah kupasan yang ekonomis pada saat itu. Pengertian dari
stripping ratio adalah perbandingan jumlah tanah kupasan penutup batubara dalam
satuan meter kubik padat yang harus dibuang untuk menghasilkan 1 ton batubara.
Dapat disebut juga dengan rasio kupasan (dengan batubara) pada tambang batubara
terbuka.
2. Metoda penambangan, antara lain misalnya direct digging, direct dozing, ripping,
drilling dan blasting, truck dan shovel, dragline system, conveying, dll.
3. Teknologi yang akan digunakan. Hal ini akan disesuaikan dengan metode
penambangan yang dipilih.
4. Lingkungan dan AMDAL, mengingat kegiatan tambang ini pasti membawa dampak
negatif terhadap lingkungan disekitar areal tambang.
5. Keahlian sumber daya manusia yang bekerja sebagai pekerja tambang, baik bidang
teknis, K3 dan non teknis.
6. Ketersediaan modal, mengingat kegiatan pertambangan memerlukan biaya investasi
dan operasional yang sangat besar.

BAB IV STUDI KASUS DAN ANALISIS

4.1 Studi Kasus Lingkungan Pertambangan


PT Freeport Indonesia, anak perusahaan yang mengoperasikan tembaga
Grasberg dan tambang emas telah dituduh melakukan pengrusakan lingkungan yang
sangat besar, terutama pembuangan 130.000 ton limbah batuan (tailing) setiap harinya
ke sungai lokal sebagai lokasi pembuangan. Grasberg juga menjadi terkenal karena
pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh ribuan tentara di situs
pertambangan yang diduga ada untuk melindungi tambang dari penduduk setempat
yang tidak puas, penduduk yang tanahnya telah digali atau yang menjadi tempat
pembuangan tailing.

4.2 Analisis Lingkungan Pertambangan


Sejak 15 September 2011, ribuan pekerja telah melakukan pemogokan di
Grasberg, di Papua Barat, tambang emas terbesar di dunia. Grasberg dimanfaatkan oleh
PT Freeport Indonesia (PTFI), cabang dari perusahaan yang berbasis di Freeport-
McMoRan Copper & Gold.
Kasus PT Freeport dengan masyarakat dan buruh pegawai sama-sama
bersitegang, tidak adanya kesepakatan diantara semua pihak terkait membuat masalah
semakin berkepanjangan. Tak terkecuali Kesatuan Polisi yang menjadi satpam
Freeport melawan rakyat Papua yang merasa tersholimi. Sehingga konflik melebar
pada emosional rakyat yang banyak melakukan langkah separatis dan bergabung
dengan OPM gerakan Papua Merdeka. Jika keadaan ini tidak cepat diselesaikan oleh
semua pihak yang asyik nina-bobo dengan kepentingan-kepentingan kemaslahatan
dirinya sendiri, justru semua pihak akan mengalami kerugian pada akhirnya.
Pembahasan mengenai kasus ini dalam menghadapi krisis internal antara
Perusahaan dan Karyawan, dan krisis Eksternal anata Perusahaan dan Masyarakat.
Berbicara mengenai kesenjangan sosial dalam masyarakat, merupakan
pembahasan yang tidak akan pernah habisnya. Akan ada banyak hal terkait dengan
masalah sosial, karena berbagai hambatan pasti silih berganti. Salah satu contohnya
saat ini yang lagi memanas adalah konflik PT. Freeport dengan para pekerja yang
mandek kerja yang sebenarnya hanya meminta kenaikan gaji dan masyarakat Papua
yang butuh rasa aman dan nyaman.
Jika dikaitkan masalah ini dengan menggunakan teori sistem menurut Katz dan
Khan yang pernah menerangkan bahwa kebanyakan interaksi kita dengan orang-orang
merupakan tindakan komunikatif baik secara verbal dan non-verbal.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ada beberapa macam risiko di bidang pertambangan yaitu (eksplorasi) yang
berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), risiko teknologi
yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang berhubungan dengan
perubahan harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
perubahan pajak dan harga domestik. Risiko-risiko tersebut berhubungan dengan
besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya
dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut pengembalian
keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi.
Apabila risikonya tidak besar serta teknologinya dikuasai dan permasalahannya
hanya modal, maka dana dapat dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu: Sebagian
pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan umum yang sudah memberikan
keuntungan banyak (misal: batu bara). Pendapatan tersebut dapat digunakan untuk
eksplorasi dan investasi pada sektor-sektor pertambangan lainnya.Dan membentuk
Badan Usaha Milik Negara yang bertugas mengelola kekayaan mineral di daerah
tersebut seoptimal mungkin dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan.

5.2 SARAN
Saran yang kami sarankan mengenai Dasar kebijakan publik di bidang
pertambangan adalah UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang menyatakan bahwa: bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam era desentralisasi
saat ini maka kegiatan pertambangan tidak terpisahkan lagi dengan pengambilan
kebijakan di tingkat daerah sehingga Pemerintah pusat hendaknya memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengelola kegiatan pertambangan
yang melibatkan sebanyak mungkin peran serta masyarakat local.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan
http://apitswar.wordpress.com/pertambangan/
http://www.tekmira.esdm.go.id/HasilLitbang/?cat=12
http://www.amanahgroup.co.id/index.php/menu-profile/jenistambang
MAKALAH TENTANG TATA KELOLA PERTAMBANGAN
TUGAS MAKALAH
TENTANG
TATA KELOLA PERTAMBANGAN

Disusun Oleh :

Kelompok : 5

Nama Siswa : Syarifudin


Endang Suryati Besan
Gemusyani Belen
Novita Anggun
Fandi Agup
Tofan R. Belen

SMA NEGERI 3 WAEAPO


KECAMATAN WAEAPO, KABUPATEN BURU

TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata pelajaran, yang mana dengan tugas ini
kami sebagai siswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan guru mata
pelajaran tersebut.

Makalah yang berjudul tentang “Tata Kelola Pertambangan”. Mengenai penjelasan


lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian pembahasan Makalah ini.
Dengan harapan Makalah ini dapat bermanfaat, maka kami sebagai penulis
mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yan telah membantu menyelesaikan
Makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam penyelesaian Makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka
kami terima untuk meningkatkan kualitas Makalah ini.

Waekerta, 8 Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman judul .................................................................................................................


Kata pengantar ..................................................................................................................

Daftar isi ............................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang ......................................................................................................

B. Rumusan masalah ...................................................................................................

C. Tujuan praktikum ...................................................................................................

D. Manfaat praktikum ................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN

A. Definisi Pertambangan ........................................................................................

B. Usaha pertambangan ...........................................................................................

C. Konsep Pengelolaan Pertambangan ....................................................................

D. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan ....................................................................

E. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan ..................................................................

F. Rehabilitasi Lahan ...............................................................................................

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................

B. Saran .......................................................................................................................

Daftar pustaka ...................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan manusia semakin beragam salah satunya
adalah kebutuhan papan/tempat tinggal. Meningkatnya jumlah penduduk menjadi faktor
utama meningkatnya kebutuhan pemukiman. Guna memenuhi kebutuhan lahan yang
semakin lama makin sempit maka manusia dengan berbagai cara melakukan perluasan
lahan yaitu dengan menambang/mengepras gunung dan perbukitan. Kehidupan di era
modern tidak luput dengan industri untuk memproduksi barang/jasa. Semakin pesatnya
pertumbuhan kota maka lahan makin terbatas dan kebutuhan lahan untuk industri di kota-
kota besar dipenuhi dengan reklamasi dan penambangan mineral bukan logam. (Almaida,
2008).

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya alam khususnya pertambangan
kepada masing-masing daerah. Kewenangan untuk pengelolaan pertambangan dari
tingkat pusat hingga kabupaten/kota telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Dengan adanya dua peraturan
tersebut seharusnya semakin memperkuat posisi pemerintah daerah dalam hal ini
pemerintah tingkat Kabupaten/Kota. Namun, sangat disayangkan pemerintah
Kabupaten/Kota belum memaksimalkan kekuatan hukum ini dalam penegakan upaya
pengelolaan pertambangan yang ramah lingkungan.

Secara ekonomi, kegiatan penambangan mampu mendatangkan keuntungan yang


sangat besar yaitu mendatangkan devisa dan menyerap tenaga kerja sangat banyak dan
bagi Kabupaten/Kota bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan
kewajiban pengusaha membayar retribusi dan lain-lain. Namun, keuntungan ekonomi
yang didapat tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan akibat kegiatan
penambangan yang syarat dengan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam.
(Hasibuan, 2006).
Menurut Dyahwanti (2007), berdasarkan perhitungan pendapatan yang diperoleh
serta biaya kerugian lingkungan yang ada maka diperoleh nilai perbandingan sebesar
0.67. Angka ini menunjukkan bahwa nilai pendapatan tiap tahun yang diperoleh dari
kegiatan penambangan pasir sesungguhnya sangat kecil dan tidak sebanding dengan
total kerugian lingkungan yang terjadi. Padahal kerugian tersebut belum termasuk adanya
perkiraan biaya lingkungan dari total erosi yang terjadi, polusi udara, biaya menyusutnya
air serta biaya reklamasi lahan. Reklamasi lahan yang merupakan kegiatan pemulihan
dari tanah kritis dan mati menjadi tanah produktif sangat mahal dari segi biaya, tenaga
dan waktu. Memerlukan waktu tersendiri untuk menghitung biaya reklamasi lahan bekas
penambangan pasir. Jadi apabila dihitung keseluruhan biaya kerugian lingkungan yang
terjadi dengan adanya kegiatan penambangan pasir akan menghasilkan nilai yang sangat
kecil dan tidak berarti sama sekali. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan penambangan
pasir tidak akan ada artinya bila dibandingkan dengan nilai kerugian lingkungan yang
terjadi secara keseluruhan.

Walaupun kegiatan penambanga sudah diatur secara jelas dalam Undang-Undang,


akan tetapi permasalahan lingkungan tetap saja terjadi hal ini dikarenakan penggalian
bahan mineral bukan logam (pasir, kerikil, tanah timbun) tidak terkendali dan tidak
terawasi. Seperti yang terjadi di Kabupaten Buru dari lokasi penambangan yang terdapat
pada kecamatan waeapo tersebut tidak memiliki Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD).

Akibat penambangan ini mengakibatkan terjadinya pengikisan terhadap humus


tanah, yaitu lapisan teratas dari permukaan tanah yang mengandung bahan organik yang
disebut dengan unsur hara dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organik di
lapisan ini yang merupakan tempat tumbuhnya tanaman sehingga menjadi subur. Lapisan
humus ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk menyuburkan pekarangan rumah.
Adanya lubang-lubang bekas penambangan mengakibatkan lahan tidak bisa
dipergunakan lagi (menjadi lahan yang tidak produktif), pada saat musim hujan lubang-
lubang akan digenangi air sehingga berpotensi sumber penyakit karena menjadi sarang
nyamuk. Di Daerah Aliran Sungai (DAS) mengalami perubahan yaitu permukaan sungai
melebar yang dapat mengakibatkan erosi. (Hasibuan, 2006).

Kegiatan penambangan emas dalam hal ini akan menjadikan rusaknya lingkungan
sehingga berpotensi menimbulkan bencana bagi daerah yang berada disekitarnya.
Kegiatan penambangan emas dengan laju erosi dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) tinggi
membahayakan menyebabkan sebagian tanah yang berada di sekitarnya, terutama yang
berada di bagian atas akan mengalami longsor. Hal seperti ini jelas sangat berbahaya dan
menimbulkan ketakutan pada pemilik tanah sekitar yang tanahnya belum digali. Hal ini
terjadi karena penambang tidak menerapkan sistem teras pada tanah sekitarnya sehingga
terbentuk tebing yang tinggi. Keuntungan ekonomi yang diperoleh secara sepintas tampak
menguntungkan namun apabila dikaji lebih dalam dan dibandingkan dengan kerugian
lingkungan dalam rupiah maka tampak jelas bahwa tidak ada keuntungan yang diperoleh.
(Dyahwanti, 2007).

Diperlukan ketegasan dan keberanian dari aparat pemerintah dalam menangani


permasalahan ini. Jika upaya penyelamatan lingkungan terhadap daerah konservasi
masih setengah hati maka sumber daya alam yang ada saat ini kemungkinan tidak akan
dirasakan oleh generasi mendatang. Usaha untuk melakukan pengelolaan lingkungan
sudah berkali-kali didesak oleh BLH Kabupaten Buru terhadap penambang seperti
membuat embung atau penambangan dilakukan dengan terasering, sehingga aktivitas
mereka tidak merawankan pekerja maupun warga sekitar. Pemerintah kabupaten juga
mendesak agar penambang maupun pemilik untuk merawat infrastruktur jalan di lokasi
penambangan . Lahan bekas penambangan agar dikembalikan lagi seperti semula
dengan melakukan reboisasi. (Suara Merdeka, 2012).

B. Perumusan Masalah

Penambangan emas di Kecamatan Waeapo, kabupaten Buru mempunyai potensi


yang signifikan terhadap kerusakan lingkungan. Kecamatan Waeapo merupakan daerah
permukiman yang cukup padat. Melihat kenyataan yang ada, mendorong penulis untuk
melakukan kajian dan mengevaluasi seberapa jauh kerusakan lingkungan fisik dan sosial
yang terjadi dan rumusan pengelolaan lingkungan.

Dari rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitiannya adalah sebagai


berikut :

1) Bagaimana kerusakan lingkungan fisik yang terjadi akibat kegiatan penambangan


mineral bukan logam di Kecamatan Waeapo?

2) Bagaimana dampak sosial akibat penambangan mineral bukan logam terhadap


masyarakat di Kecamatan Waeapo?

3) Bagaimana rumusan pengelolaan lingkungan di lokasi penambangan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji kerusakan lingkungan fisik akibat penambangan mineral bukan logam di


Kecamatan Waeapo.
2. Mengkaji dampak sosial akibat penambangan mineral bukan logam terhadap
masyarakat di Kecamatan Waeapo.

3. Merumuskan usulan pengelolaan lingkungan di lokasi penambangan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi :

1. Pemerintah Kabupaten Buru : Dapat dijadikan sebagai acuan dalam merencanakan


kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. Pembelajaran yang muncul diharapkan dapat
menjadi sumber inspirasi bagi wilayah lain yang memiliki permasalahan serupa.

2. Penulis : Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan


penambangan mineral bukan logam secara baik dan benar.

3. Ilmu Pengetahuan :Bermanfaat untuk pengembangan konsep akademis dibidang


pengelolaan lingkungan utamanya terkait dengan konsep pengelolaan penambangan
mineral bukan logam secara baik dan benar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pertambangan

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara Pasal 1 butir (1) disebutkan pertambangan adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau
batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pasca tambang.

B. Usaha pertambangan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam


rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, kostruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa usaha pertambangan bahan-bahan galian dibedakan menjadi 8
(delapan) macam yaitu:

1) Penyelidikan umum, adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisi


geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.

2) Eksplorasi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi


secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber
daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan
lingkungan hidup.

3) Operasi produksi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi


konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan
penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi
kelayakan.

4) Konstruksi, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan


seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan.

5) Penambangan, adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi


mineral dan/atau batu bara dan mineral ikutannya.
6) Pengolahan dan pemurnian, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan
mutu mineral dan/atau batu bara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral
ikutan.

7) Pengangkutan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral


dan/atau batu bara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian
sampai tempat penyerahan.

2) Penjualan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan


mineral atau batubara.\

Usaha pertambangan ini dikelompokkan atas:

a. Pertambangan mineral; dan

Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik
dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk
batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. Pertambangan mineral adalah pertambangan
kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas
bumi, serta air tanah.Pertambangan mineral digolongkan atas:

a. Pertambangan mineral radio aktif;

b. Pertambangan mineral logam;

c. Pertambangan mineral bukan logam;

d. Pertambangan batuan.

b. Pertambangan batubara.

Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara


alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Pertambangan batubara adalah pertambangan
endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan
batuan aspal.

C. Konsep Pengelolaan Pertambangan

Menurut Sudrajat (2010), cap atau kesan buruk bahwa pertambanganmerupakan


kegiatan usaha yang bersifat zero value sebagai akibat dari kenyataan berkembangnya
kegiatan penambangan yang tidak memenuhi kriteria dan kaidahkaidah teknis yang baik
dan benar, adalah anggapan yang segera harus segera diakhiri. Caranya adalah
melakukan penataan konsep pengelolaan usaha pertambangan yang baik dan benar.
Menyadari bahwa industri pertambangan adalah industri yang akan terus berlangsung
sejalan dengan semakin meningkatnya peradaban manusia, maka yang harus menjadi
perhatian semua pihak adalah bagaimana mendorong industri pertambangan sebagai
industri yang dapat memaksimalkan dampak positif dan menekan dampak negatif
seminimal mungkin melalui konsep pengelolaan usaha pertambangan berwawasan
jangka panjang.

Berdasarkan pada pengamatan dan pengalaman Sudrajat (2010), yang bergelut


dalam dunia praktis di lapangan, munculnya sejumlah persoalan yang mengiringi kegiatan
usaha pertambangan di lapangan diantaranya :

a. Terkorbankannya pemilik lahan

Kegiatan usaha pertambangan adalah kegiatan yang cenderung mengorbankan


kepentingan pemegang hak atas lahan. Hal ini sering terjadi lantaran selain kurang
bagusnya administrasi pertanahan di tingkat bawah, juga karena faktor budaya dan adat
setempat. Kebiasaan masyarakat adat di beberapa tempat dalam hal penguasaan hak
atas tanah biasanya cukup dengan adanya pengaturan intern mereka, yaitu saling
mengetahui dan menghormati antara batas-batas tanah. Keadaan tersebut kemudian
dimanfaatkan oleh sekelompok orang dengan cara membuat surat tanah dari desa
setempat.

b. Kerusakan lingkungan

Kegiatan usaha pertambangan merupakan kegiatan yang sudah pasti akan


menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah fakta yang tidak dapat
dibantah. Untuk mengambil bahan galian tertentu, dilakukan dengan melaksanakan
penggalian. Artinya akan terjadi perombakan atau perubahan permukaan bumi, sesuai
karakteristik pembentukan dan keberadaan bahan galian, yang secara geologis dalam
pembentukannya harus memenuhi kondisi geologi tertentu.

c. Ketimpangan sosial

Kebanyakan kegiatan usaha pertambangan di daerah terpencil dimana keberadaan


masyarakatnya masih hidup dengan sangat sederhana, tingkat pendidikan umumnya
hanya tamatan SD, dan kondisi sosial ekonomi umumnya masih berada di bawah garis
kemiskinan. Di lain pihak, kegiatan usaha pertambangan membawa pendatang dengan
tingkat pendidikan cukup, menerapkan teknologi menengah sampai tinggi, dengan
budaya dan kebiasaan yang terkadang bertolak belakang dengan masyarakat setempat.
Kondisi ini menyebabkan munculnya kesenjangan sosial antara lingkungan
pertambangan dengan masyarakat di sekitar usaha pertambangan berlangsung.

Berangkat dari ketiga permasalahan pertambangan tersebut, Sudrajat (2010),


menyatakan bahwa dalam menjalankan pengelolaan dan pengusahaan bahan galian
harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar(good mining practice). Good mining
practice meliputi :

1. Penetapan wilayah pertambangan,

2. Penghormatan terhadap pemegang hak atas tanah,

3. Aspek perizinan,

4. Teknis penambangan,

5. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3),

6. Lingkungan,

7. Keterkaitan hulu-hilir/konservasi/nilai tambah,

8. pengembangan masyarakat/wilayah di sekitar lokasi kegiatan,

9. Rencana penutupan pasca tambang,

10. Standardisasi.

D. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan


masyarakat yang berkeadilan dan berprikemanusiaan. Ketersediaan sumberdaya alam
dalam meningkatkan pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan
permintaan sumberdaya alam terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk. (Syahputra, 2005) Syahputra (2005), menambahkan
pula bahwa dalam rangka upaya mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan
akibat pembangunan maka, perlu dilakukan perencanaan pembangunan yang dilandasi
prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip pembangunan berkelanjutan dilakukan
dengan memadukan kemampuan lingkungan, sumber daya alam dan teknologi ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin generasi masa ini dan generasi masa mendatang.
Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 tentang
reklamasi dan pasca tambang prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan meliputi :

1. Perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara
berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

2. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati;

3. Penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing,
lahan bekas tambang, dan struktur buatan lainnya;

4. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya;

5. Memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat; dan

6. Perlindungan terhadap kuantitas airtanah sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

Kebijakan lingkungan berlandaskan pada manajemen lingkungan dan tergantung


pada tinggi rendahnya orientasi. Orientasi kebijakan lingkungan yang umum dikenal
adalah orientasi kebijakan memenuhi peraturan lingkungan (compliance oriented) dan
yang berusaha melebihi standar peraturan tersebut (beyond compliance). Para pemangku
kepentingan dalam kegiatan penambangan mineral bukan logam adalah para pengambil
kebijakan yang sudah seharusnya memprioritaskan pengelolaan lingkungan pada level
tertinggi.

Kebijakan yang berorientasi pada pemenuhan peraturan


perundangundangan (regulation compliance)merupakan awal pemikiran manajemen
lingkungan. Perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari penalti-denda
lingkungan, klaim dari masyarakat sekitar, dll. Kebijakan ini menggunakan metoda
reaktif, ad-hoc dan pendekatan end of pipe (menanggulangi masalah polusi dan limbah
pada hasil akhirnya, seperti lewat penyaring udara, teknologi pengolah air limbah dll).
(Purwanto, 2002)

Kebijakan yang berorientasi setelah pemenuhan berangkat dari cara tradisional


dalam menangani isu lingkungan karena cara reaktif, ad-hoc dan pendekatan end of
pipe terbukti tidak efektif. Seiring kompetisi yang semakin meningkat dalam pasar global
yang semakin berkembang, hukum lingkungan dan peraturan menerapkan standar baru
bagi sektor bisnis diseluruh bagian dunia. (Purwanto 2002). Soerjani (2007), menyatakan
bahwa pengelolaan lingkungan ditujukan kepada perilaku dan perbuatan yang ramah
lingkungan dalam semua sektor tindakan. Jadi, istilah lingkungan tidak boleh diobral
sehingga maknanya menjadi kabur atau bahkan hilang artinya. Teknologi harus ramah
lingkungan, jadi tidak perlu ada teknologi lingkungan, karena teknologi memang sudah
harus ramah lingkungan. Demikian pula dengan kesehatan lingkungan. Perilaku ekonomi
juga harus ramah lingkungan, artinya hemat sumber daya (tenaga, pikiran, materi dan
waktu dengan hasil kegiatan yang optimal).

E. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor :1453.K/29/MEM/2000


membagi pendekatan pengelolaan lingkungan ke dalam 3 jenis :

1. Pendekatan Teknologi

Memuat semua cara/teknik pengelolaan lingkungan fisik maupun biologi yang


direncanakan /diperlukan untuk mencegah/mengurangi/menanggulangi dampak kegiatan
Pertambangan sehingga kelestarian lingkungan lebih lanjut dapat dipertahankan dan
bahkan untuk memperbaiki/meningkatkan daya dukungnya seperti :

a) Pencegahan erosi, longsoran dan sedimentasi dengan penghijauan dan terasering.

b) Penggunaan lahan secara terencana dengan memperhatikan konservasi lahan.

c) Mengurangi terjadinya pencemaran pantai laut, apabila lokasi kegiatan terletak ditepi
pantai

d) Membangun kolam pengendapan disekitar daerah kegiatan untuk menahan lumpur oleh
aliran permukaan

e) Membuat cek dam dan turap

f) Penimbunan kembali lubang-lubang bekas tambang

g) Penataan lahan

2. Pendekatan Ekonomi Sosial dan Budaya

Pada bagian ini dirinci semua bantuan dan kerjasama aparatur pemerintah terkait
yang diperlukan oleh pemprakarsa untuk menanggulangi dampak-dampak lingkungan
kegiatan Pertambangan ditinjau dari segi biaya, kemudahan, sosial ekonomi, misalnya :

1. Bantuan biaya dan kemudahan untuk operasi pengelolaan lingkungan

a) Kemudahan/keringanan bea masuk pengadaan peralatan


b) Keringanan syarat pinjaman/kredit bank

c) Kebijaksanaan dan penyelenggaraan penyaluran penduduk yang tergusur dari lahan


tempat tinggalnya atau lahan mata pencahariannya

2. Penanggulangan masalah sosial, ekonomi dan sosial budaya, antara lain:

a) Pelaksanaan ganti rugi ditempuh dengan cara-cara yang tepat

b) Kebijaksanaan dan penyelenggaraan penyaluran penduduk yang tergusur dari lahan


tempat tinggalnya atau lahan mata pencahariannya

c) Pendidikan dan pelatihan bagi penduduk yang mengalami perubahan pola kehidupan
dan sumber penghidupan

d) Penggunaan tenaga kerja setempat yang bila perlu didahului dengan latihan
keterampilan

e) Penyelamatan benda bersejarah dan tempat yang dikeramatkan masyarakat

3. Pendekatan Institusi

Pada bagian ini dirinci kegiatan setiap instansi/badan/lembaga lain yang terlibat/
perlu dilibatkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan kegiatan penanggulangan
dampak rencana kegiatan pertambangan umum ditinjau dari segi kewenangan, tanggung
jawab dan keterkaitan antar instansi/badan/lembaga, misalnya :

a) Pengembangan mekanisme kerjasama/koordinasi antar instansi Peraturan perundang-


undangan yang menunjang pengelolaan lingkungan

b) Pengawasan baik intern maupun ekstern yang meliputi pengawasan oleh aparat
pemerintah dan masyarakat

c) Perencanaan prasarana dan sarana umum, baik relokasi maupun baru

F. Rehabilitasi Lahan

Reklamasi Lahan Pasca Penambangan adalah suatu upaya pemanfaatan lahan


pasca penambangan melalui rona perbaikan lingkungan fisik terutama pada bentang
lahan yang telah dirusak. Upaya ini dilakukan untuk mengembalikan secara ekologis atau
difungsikan menurut rencana peruntukannya dengan melihat konsep tata ruang dan
kewilayahan secara ekologis. Kewajiban reklamasi lahan bisa dilakukan oleh pengusaha
secara langsung mereklamasi lahan atau memberikan sejumlah uang sebagai jaminan
akan melakukan reklamasi. Yudhistira, (2008).

Berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral pada Tahun
2005 terdapat 186 perusahaan tambang yang masih aktif dengan total luas areal sekitar
57.703 ha dan hanya 20.086 ha yang telah direklamasi oleh para perusahaan yang
memperoleh kontrak pada lahan tersebut. Sebagian lahan tersebut dikembalikan kepada
petani untuk diusahakan kembali menjadi lahan pertanian. Sebagian pengusaha tidak
mereklamasi lahan dan meninggalkan begitu saja.

Almaida (2008), Kewajiban pasca tambang yang bersifat fisik mempunyai dimensi
ekonomi dan sosial yang sangat tinggi dan berpotensi menimbulkan konflik pada
masyarakat dengan pemerintah dan juga usaha pertambangan. Oleh karena itu
pengelolaan pasca tambang bukan merupakan masalah fisik, tetapi merupakanpolitical
will pemerintah untuk meregulasi secara benar dengan memperhatikan kaidah
lingkungan. Kemudian mengimplementasikannya dengan mengedepankan kepentingan
masyarakat lokal dan mengacu kepada falfasah ekonomi dan sosial serta akuntabilitas
yang dapat dipercaya.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemanfaatan sumber daya alam haruslah tetap berpijak pada kaidah-kaidah


pembangunan yang bertumpu pada masyarakat. Hal ini akan tercermin dalam
implementasigood governance (tata kelola pemerintahan yang baik). Dalam pengelolaan
sumber daya alam pemerintah pusat dan daerah mempunyai kewenangan penuh,
sehingga untuk kedepannya harus berhati-hati dalam menentukan kerjasama dengan
investor asing. Sumber daya alam yang ada di Indonesia harus berpihak kepada
kemakmuran masyarakat dan kesejahteraan masyarak, peningkatan ekonomi
masyarakat, serta kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri.

Masih lemahnya penerapan prinsip-prinsip good governance dalam hal


pengelolaan sumber daya ekonomi strategis sektor pertambangan, diantaranya adalah
sebagai berikut:

1) Transparansi, dalam pemberian perizinan pertambangan belum ada keterbukaan yang


berbentuk kemudahan akses informasi bagi masyarakat terhadap proses pemberian
perizinan pertambangan dan juga dalam melihat dampak dari pemberian izin tersebut.

2) Akuntabilitas, tidak adanya tanggungjawab perusahaan asing terhadap masyarakat


sekitar dan lingkungan, sehingga yang terjadi banyak kerusakan alam akibat dari
eksploitasi pertambangan yang dilakukan oleh asing, selain kerusakan alam juga terjadi
pencemaran lingkungan hidup yang mengancam hajat hidup orang banyak.

3) Partisipasi, belum adanya keterlibatan masyarakat dalam pembentukan kebijakan publik


yang akan diimplementasikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat tidak bisa
berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Hal ini sudah terbukti dengan UU no.10/2001, belum memberikan sarana untuk partisipasi
masyarakat dlm pembuatan berbagai perat perund-undangan. UU no. 11/1967, tidak
memberikan sama sekali kesempatan kepada masy utk turut berpartisipasi di bidang
pertambangan. UU no.4/2009, tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengambilanm kebijakan di bidang pertambangan.

4) Rule of law atau ketidakadilan, penerapan peraturan dan perundang-undangan yang


belum jelas, masih banyaknya tumpang tindih peraturan yang mengatur tentang
pengelolaan pertambangan baik peraturan daerah maupun peraturan pusat.

A. Saran

Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah :


1. Bagi Pemerintah : Sebaiknya Pemerintah merencanakan kebijakan pengelolaan
lingkungan hidup. Pembelajaran yang muncul diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi
bagi pemerintah untu menentukan kebijakan kedepan.

2. Bagi Siswa : sebagai siswa seharusnya peduli terhadap pengelolaan lingkungan


penambangan emas yang ada di sekitar kita sehingga dapat di olah secara baik dan
benar.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami sangat membutuhkan saran serta kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun agar penulisan makalah – makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan

Oleh: rusniar

NIM:14010101139

Kerusakan lingkungan akibat pertambangan

Kata kunci: kerusakan lingkungan.

Makalah ini dilatar belakangi oleh kegiatan pertambangan yang banyak merusak
lingkungan,yang berdampak sangat buruk bagi kehidupan manusia. Melalui makalah ini kita
dapat mengetahui berbagai masalah atau kerusakan yang di akibatkan oleh kegiatan
pertambangan yang tidak dikelola dengan baik, dan benar sehingga mengakibatkan
berbagai kerusakan lingkungan seperti keruskan tanah,air,udara,laut,serta hutan. Oleh
karena itu sebaiknya kita dapat mengelola kegiatan pertambangan dengan baik,agar tidak
memberikan dampak yang buruk.hal ini menarik perhatian saya untuk mengetahui sejauh
mana kerusakan atau dampak buruk yang di timbulkan akibat aktivitas pertambangan yang
tidak dikelola dengan baik. Adapun rumusan masalah: A). apa pengertian pertambangan, B).
apa pengertian pencemaran lingkungan C) .bagaimana salah satu teknik pertambangan D)
bagaimana Dampak negatif dari aktivitas penambangan emas. E. Bagaimana Rekomendasi
Upaya Pengelolaan LingkunganAlternatif Solusi. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah 1) untuk mengetahui pengertian dari pertambangan, 2)
untuk mengetahui pengertian dari pencemaran lingkungan, 3) untuk
mendiskripsikan bagaimana salah satu teknik penambangan khusunya
penambangan emas, 4) untuk mengetahui bagaimana dampak yang
ditimbulkan oleh aktivitas penambangan emas, 5) mendiskripsikan bagaimana
rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan alternatif solusi. kesimpulan yang
dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah: kerusakan lingkungan akibat
aktivitas pertambangan khususnya penambangan emas: 1)kerusakan tanah 2)
kerusakan air 3) kerusakan udara 4)kerusakan hutan.

PENDAHULUAN
A. Pengertian pertambangan

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan


(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian(mineral, batubara, panas bumi, migas).Indonesia merupakan salah satu daerah
penghasil tambang batu bara terbesar di dunia.Kegiatan penambangan apabila dilakukan di
kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik,
penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk
pencemaran air, tanah dan udara.

B. Pengertian pencemaran lingkungan


Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi
tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda
asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat
perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti
semula (Susilo, 2003).[1]

Sebagai negara yang mempunyai julukan pari-paru dunia, indonesia mempunyai


banyak sekali pulau yang terselimuti oleh hutan lebat. Namun pada bebrapa dekade
belakang ini,banyak negara mengencam akan kelestarian alam yang terjadi di indonesia. Hal
tersebut dikarenakan semakin banyaknya industri-industri pertambangan yang mulai
muncul di indonesia. Tak pelak industri pertambangan baru tersebut melakukan sesuatu hal
yang merusak lingkungan agar mendapatkan keuntungan yang besar.Berkurangnya sumber
keseimbangan alam seperti hutan, air dan tanah yang subur sebagian besar disebabkan oleh
kegiatan pertambangan yang menghasilkan polutan yang sangat besar sejak awal eksploitasi
sampai proses produksi dan hanya mementingkan keuntungan pribadi tanpa
memperhatikan faktor kelestarian lingkungan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk terbesar. Angka
pertumbuhan penduduk negara indonesia pun cukup besar, hal tersebutlah yang
mneyebabkan kenaikan yang begitu besar akan ketergantungan hasil tambang,baik
minyak,batubara,emas,ataupun gas. Semakin besar skala kegiatan pertambangan,makin
besar pula areaa dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiaaatan
pertambangan dapat bersifat permanen,atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan
semula.[2]
C. Teknik Penambangan emas

1) Penambang menggali tanah di perbukitan menggunakan linggis, sekop serta pacul. Tanah
yang telah digali kemudian diencerkan dengan air. Air ini berasal dari sebuah kali kecil dekat
tempat penggalian tanah. Karena tempat penggalian lebih tinggi dari sumber air, maka air
disedot keatastempat penggalian menggunakan pompa.

Gambar Aktivitas penambangan emas secara tradisional (Dok Penulis 2012)

2) Di dekat tempat penambang menggali tanah dibuat saluran yang menuju kali kecil tempat
dimana mereka menggambil air untuk mengencerkan tanah. Tanah yang sudah diberi air
dan sedikit basah kemudian disekop kearah saluran. Tanah diaduk-aduk menggunakan
sekop agar sedikit encer, lalu dialirkan bersama air menuju saluran yang lebarnya sekitar 1
meter. Didalam saluran di susun-susun batu-batu kecil secara berjenjang guna
memperlambat aliran, agar tanah mudah terendapkan di dalam karpet.

Gambar Proses penambatan tanah masuk kedalam karpet (Dok Penulis 2012)
3) Tanah yang turun kemudian diendapkan di dalam karpet yang kedua sisinya disanggah
menggunakan beberapa kayu balok. Tanah yang terperangkap di dalam karpet kemudian
diangkat dan dimasukan kedalam kuali. Tanah yang masuk kedalam kuali kemudian
digoyang-goyang bersama air, untuk mengeluarkan butiran-butiran tanah kasar. Setelah
digoyang-goyang akan tampak pasir hitam yang menurut penambang disebut "pasir
penghantar emas". Setelah digoyang-goyang lama-kelamaan akan nampak serbuk-serbuk
halus berwarna agak kekuning-kuningan.

Gambar Proses pendulangan emas menggunakan kuali (Dok Penulis 2012)

4) Serbuk-serbuk halus yang berwarna kekuning-kuningan ini kemudian dikumpulkan sampai


banyak atau menurut para penambang harus mencapai 1 kaca baru bisa dijual. Selanjutnya
serbuk-serbuk ini akan ditaruh diatas sendok lalu dipanaskan dengan api hingga warna
keemasan tampak lebih cerah, serta pengotor yang ikut menempel bersama serbuk emas
hilang.

5) Kemudian serbuk emas hasil pembakaran ini dikemas dalam kertas rokok. Kalau hasil
dulang penambang sudah banyak atau bernilai ekonomis, langsung dijual ke toko emas atau
perhiasan. Serbuk emas ini jika dikumpulkan mencapai 1 kaca, maka harganya ditaksir
mencapai sekitar Rp. 40.000 dan kalau hasil dulangan penambang bisa mencapai 1 gram,
maka harganya ditaksir mencapai sekitar Rp 400.000. Karena penambangan ini dilakukan
secara berkelompok, maka uangnya akan dibagi bersama.[3]

D.Dampak negatif dari penambangan emas

a).Dampak negatif terhadap lingkungan

Berikut dampak-dampak negatif yang mungkin timbul akibat adanya aktivitas penambangan
emas :

 Tanah

Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat
pertambangan, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali
yang menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air
kubangan tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam
jumlah banyak bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat
berkembang dengan baik. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah,
akibat pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati. [4]

 Meningkatnya Ancaman Tanah Longsor

Dari hasil observasi di lokasi penambangan emas secara tradisional di lapangan


ditemukan bahwa aktivitas penambangan berpotensi meningkatkan ancaman tanah
longsor. Dilihat dari teknik penambangan, dimana penambang menggali bukit tidak secara
berjenjang (trap-trap), namun asal menggali saja dan nampak bukaan penggalian yang tidak
teratur dan membentuk dinding yang lurus dan menggantung (hanging wall)yang sangat
rentan runtuh (longsor) dan dapat mengancam keselamatan jiwa para penambang.

Gambar 2.7. Aktivitas penggalian tanah (Dok Penulis 2012)

 Hilangnya Vegetasi Penutup Tanah

Penambang (pendulang) yang menggali tanah atau material tidak melakukan upaya
reklamasi atau reboisasi di areal penggalian, tapi membiarkan begitu saja areal penggalian
dan pindah ke areal yang baru. Tampak di lapangan bahwa penambang membiarkan lokasi
penggalian begitu saja dan terlihat gersang. Bahkan penggalian yang terlalu dalam
membetuk kolam-kolam pada permukaan tanah yang kedalamannya mencapai 3-5 meter.

Gambar 2.8. Areal bekas penggalian tanah dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya
reklamasi berupa penghijauan (Dok Penulis 2012)

 Erosi tanah
Areal bekas penggalian yang dibiarkan begitu saja berpotensi mengalami erosi
dipercepat karena tidak adanya vegetasi penutup tanah. Kali kecil yang berada di dekat
lokasi penambangan juga terlihat mengalami erosi pada tebing sisi kanan dan kirinya. Selain
itu telah terjadi pelebaran pada dinding tebing sungai, akibat diperlebar dan diperdalam
guna melakukan aktivitas pendulangan dengan memanfaatkan aliran kali untuk mencuci
tanah.[5]

 Air
Penambangan secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah tersebut
dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air
sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan
sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah
diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn),
mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat
yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. [6]

 Sedimentasi dan Menurunnya Kualitas Air

Aktivitas penambangan emas secara tradisional yang memanfatkan aliran kali membuat
air menjadi keruh dan kekeruhan ini nampak terlihat di saluran primer yakni kali Anafre.
Pembuangan tanah sisa hasil pendulangan turut meningkatkan jumlah transport sedimen.

Gambar 2.9. Menurunnya kualitas air sungai akibat pembuangan tanah sisa penambangan
kedalam aliran air (Dok Penulis 2012)

 Hutan
Penambangan dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena lahan
pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini
disebabkan adanya perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat,
akibat perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu
yang semestinya menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh
buruknya tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa. .
 Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan terjadi pada saat aktivitas bongkar muat dan
tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan
hutan mangrove dan biota yang ada di sekitar laut tersebut.[7]

b).Dampak terhadap manusia

Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia,


munculnya berbagai penyakit antara lain :

1. Limbah pencucian zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena
Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan
(Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu menyebabkan polusi udara di sepanjang
jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit
infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-
paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.

2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang
ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.produk buangannya, berupa
abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat
: seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium,
tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di
lingkungan.

3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan emas juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah,
Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran
air, yaitu dari limbah penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan
sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi
keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian emas
tersebut. Limbah pencucian emas setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung
belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb.
Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.[8]

E. Rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Alternatif Solusi


Pencegahan pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia agar kualitasnya tidak turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dalam
bentuk, pertama, remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-
site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri atas pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya, tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat pencemar dipompakan
keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan
off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan


mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air). Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas
perlu dilakukan agar dapat mengurangi pencemaran Hg.

Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam menyusun
kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum dilaksanakannya,
kegiatan penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan.
Kajian ini harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus
implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.

Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya perlu


dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans risiko kesehatan
masyarakat akibat pencemaran B3 di wilayah penambangan.[9]

No Dampak Lingkungan Upaya Pengelolaan Lingkungan

1 Meningkatnya ancaman  Perlu dilakukan penggalian tanah secara


tanah longsor dan gerakan berjenjang (trap-trap)
massa tanah (mass
movement)

2 Erosi dan Sedimentasi  Perlu dibangun check-dam untuk


mencegah pelumpuran pada saluran pengairan
umum (drainase) maupun saluran induk, yakni kali
Anafre.
 Kali kecil yang digunakan airnya oleh
pendulang untuk memisahkan emas dengan tanah
harus dipasang bronjong kawat, guna
memperlambat erosi pada tebing sungai.
3. Pengupasan tanah pucuk  Perlu dilakukan upaya reklamasi, seperti
dan menghilangnya vegetasi melakukan reboisasi di areal bekas penggalian.
akibat kegiatan penggalian  Setelah melakukan penggalian jangan
tanah. meninggalkan lubang penggalian begitu saja,
sebaiknya lubang penggalian ditimbun terlebih
dahulu sebelum pindah ke tempat lain.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aktivitas pertambangan yang tidak dikelolo dengan baik

mengakibatkan berbagi keruskan lingkungan seperti kerusakan

tanah,air,hutan,laut,selain itu juga memiliki dampak terhadap

manusia seperti Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan

lingkungan dan masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh proses

penambangan dan penggunaannya. Adapun pencegahan

pencemaran dapat dilakukan dalam bentuk, pertama, remediasi,

yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang

tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaituin-situ (atau on-site)

dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-siteadalah pembersihan

di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri

atas pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar

dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah

aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya,

tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap, kemudian zat

pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat

pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah

dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini

jauh lebih mahal dan rumit.

Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran

tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).

Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat

pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak


beracun (karbon dioksida dan air).Ketiga, penggunaan alat (retort-

amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar dapat

mengurangi pencemaran Hg.

Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan

Upaya Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang

berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum

dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah dapat

diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini

harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-

menerus implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan

administrasi.

Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg

dan B3 lainnya perlu dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada

pelatihan surveilans risiko kesehatan masyarakat akibat

pencemaran B3 di wilayah penambangan.

B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan penambangan kita juga perlu

memperhatikan pengelolaan lingkungan agar tidak berdampak

buruk. Dengan demikian tidak hanya keuntungan finansial saja

yang kita dapatkan tetap kesehatan kita juga tetap terjaga.


DAFTAR PUSTAKA
 http://www.wedaran.com/6165/dampak-negatif-pertambangan-terhadap-lingkungan-hidup/

 http://vodca-stinger.blogspot.com/2012/11/dampak-pertambangan-dan-solusi.html

 http://marluganababan-electrical.blogspot.com/2012/11/dampak-negatif-kegiatan-
pertambangan.html

 http://learnmine.blogspot.com/2013/05/makalah-batubara-dampak-dan-
solusi.html#ixzz3MuKGFTU9

Anda mungkin juga menyukai