BAB III
HUBUNGAN KONDISI GEOLOGI DAN GENESA
ENDAPAN
DENGAN TEKNIK EKSPLORASI
Indikasi (gejala) geologi yang diamati merupakan hasil (produk) dari proses
geologi (asosiasi batuan, tektonik, dan siklus geologi) yang mengontrol
pembentukan endapan, yang kemudian dikaji dalam konteks genesa endapan
berupa komposisi mineral, asosiasi mineral, unsur-unsur petunjuk, pola tekstur
mineral, ubahan (alterasi), bentuk badan bijih (tipe endapan), dan lain-lain,
menghasilkan elemen-elemen yang harus ditemukan dan dibuktikan melalui
penerapan metode (teknologi) eksplorasi yang sesuai, sehingga dapat menjadi
petunjuk untuk mendapatkan endapan bijih yang ditargetkan (guide to ore).
Secara skematis hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.
PROSES GEOLOGI
Magmatik
Tektonik
(Struktur geologi)
Pelapukan
Erosi & Sedimentasi
Gambar 3.1 Diagram umum hubungan antara proses geologi, gejala geologi, dan
genesa endapan untuk memperoleh tipe dan karakteristik endapan
dengan pemilihan metode eksplorasi
Pada beberapa kasus, konsep metallogenic province ini sering digunakan sebagai
referensi awal untuk pencarian (eksplorasi) dan penemuan endapan-endapan
epigenetik/singenetik. Banyak kenyataan bahwa dalam kegiatan eksplorasi
berawal dari pengetahuan pada metallogenic province ini.
Jalur batuan granit pada sabuk timah (tin belt) di Asia Tenggara, tersingkap
mulai dari Birma, Siam, Malaya, terus ke Indonesia melewati P. Bangka dan
P. Belitung.
Jalur batuan ultrabasa pada jalur endapan nikel lateritik di Sulawesi, yaitu
Soroako, Pomalaa, Halmahera, P. Gebe, P. Gag, P. Wageo, dan Peg. Cyclops
(Irian Jaya).
Jalur deretan vulkanik purba (volcanic corridor) yang membawa endapan
emas di P. Kalimantan, yaitu Mirah, G. Mas, Mt. Muro, Kelian, Muyup, dan
Busang.
Seperti yang telah diuraikan di atas, salah satu yang mengontrol pembentukan
mineral adalah siklus geologi.
Di kerak bumi, lelehan batuan (magma) muncul mendekati permukaan
bumi akibat pendinginan dan perbedaan tekanan yang dikenal dengan
differensiasi magma. Proses magmatisme salah satunya dapat diamati
sebagai aktivitas volkanik.
Daerah-daerah volkanik yang mengalami pelapukan dan proses penurunan
serta adanya media (fluida) membawa material-material klastik menuju
cekungan pengendapan.
Penurunan kerak bumi di cekungan tersebut menyebabkan proses
metamorfisme di bawah kondisi tekanan dan temperatur yang mendekati
titik lelehnya, sehingga terbentuk magma baru.
Akibat adanya proses tektonik (tatanan geologi) menimbulkan rekahan-
rekahan di kerak bumi sehingga dapat menjadi media untuk
terkonsentrasinya larutan pembawa bijih.
Pembentukan bijih dan endapan secara sederhana dapat dilihat pada sketsa
model tektonik lempeng serta evolusi pembentukan mineral dan endapan di
kerak bumi (Gambar 3.2) di bawah ini.
Urat (Vein)
(Au - Ag - Hg)
(Cu - Pb - Zn)
Eksalatif - S
Placer Au - Sn
Cr - Ni - Pt
ZONA REGANGAN
(RIFT ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)
Gambar 3.2 Sketsa model tektonik lempeng serta evolusi pembentukan mineral
dan endapan di kerak bumi (Gocht et al., 1988)
Model tersebut di atas menjelaskan bagaimana kerak bumi terutama pada mid-
oceanic ridge (punggungan tengah samudera) yang baru terbentuk oleh
penambahan endapan magma akibat erupsi magma basaltik. Proses tersebut
dapat membentuk kerak samudera yang relatif homogen dengan segregasi bijih
logam (kromium, nikel, platinum) yang umumnya terletak pada bagian terdalam.
Selain itu juga terendapkan bijih logam lainnya akibat naiknya magma pembawa
bijih pada perangkap-perangkap alamiah yang ada sesuai karakteristik
batuannya (host rock).
Jika dilihat pada tatanan tektonik di Indonesia, maka terdapat beberapa zona
pengendapan bijih-bijih logam, sesuai dengan karakteristik batuan dan proses-
proses tektonik yang mempengaruhinya, seperti yang telah diberikan contoh
pada penjelasan metallogenic province.
Secara umum parameter dimensional badan bijih (ukuran, bentuk, dan sebaran)
merupakan akibat dari variasi dan distribusi kadar mineral bijih. Secara teknik
penambangan, endapan yang mempunyai kadar relatif rendah (low grade)
namun tersebar luas di dekat permukaan dapat ditambang dengan lebih
menguntungkan daripada endapan dengan bentuk urat (vein - veinlets) dengan
kadar relatif lebih tinggi, yang hanya dapat ditambang dengan metode tambang
bawah tanah. Begitu juga dengan pola (bentuk) sebaran, dimana endapan
dengan badan bijih yang teratur (terkumpul) akan lebih mudah ditambang
daripada badan bijih yang tidak teratur (disseminated).
Sebagai dasar dalam pengenalan bentuk dan morfologi badan bijih, maka
pemahaman pendiskripsian dimensi badan bijih menjadi sangat penting. Arah
sumbu panjang badan bijih dalam bidang horizontal yang sama dianggap sama
dengan jurus (strike). Iklinasi (penunjaman) bidang badan bijih dalam arah tegak
lurus jurus dianggap sama dengan kemiringan (dip), dan merupakan arah 3D dari
suatu badan bijih. Jika suatu badan bijih merupakan akibat struktur geologi
(misalnya sesar), yang juga merupakan suatu bidang, maka arah pitch dan
plunge menjadi penting. Untuk jelasnya masing-masing dimensi badan bijih
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.3 di bawah ini.
n
ukaa
Perm
D B
Shaft
A Dip Level
Plunge
Tebal
Pitch / rake
Level
E ar
Leb
Pan
Level
jan
seag
Level
rah
AB dan CD sebidang dalam arah vertikal
jih
bi
plu
h
C
bu
gen
tu
Gambar 3.3 Sketsa pendeskripsian dimensi badan bijih (dimodifikasi dari Evans,
1995)
Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola sebaran mineral bijihnya
jika dihubungkan dengan batuan sekitarnya (batuan samping/induk), maka
endapan bijih dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu :
Diskordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang memotong
perlapisan batuan sekitarnya.
Konkordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang tidak memotong
perlapisan batuan sekitarnya.
Yang perlu diperhatikan bahwa mineralisasi yang terdapat pada sistem urat
jarang sekali yang merupakan mineral tunggal. Pada umumnya berupa
asosiasi dari beberapa kombinasi mineral bijih dan pengotor (gangue)
dengan komposisi yang sangat bervariasi. Batas dari penyebaran urat ini
umumnya jelas, yaitu langsung dibatasi oleh dinding urat. Pada Gambar 3.4
berikut dapat dilihat sketsa badan bijih tabular tersebut.
Batugamping
Serpih
Batugamping
Serpih
Batulanau
Batupasir
Footwall
Hanging wall
20 m
Urat mineralisasi mengisi bidang
sesar
Gambar 3.4 Sketsa badan bijih berupa urat yang dikontrol oleh bidang sesar
(dimodifikasi dari Evans, 1995)
Badan bijih dengan pola penyebaran yang relatif pendek (terbatas) dalam
arah 2D namun relatif menerus dalam arah 3D (arah vertikal). Jika
penyebaran badan bijih ini relatif vertikal - sub vertikal biasanya disebut
sebagai pipes ( chimneys), sedangkan jika relatif horizontal - sub
horizontal disebut sebagai mantos ( flat lying tabular bodies).
Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih yang tersebar di dalam
host rock (batuan induk/asal), seperti (mirip dengan) penyebaran mineral-
mineral ikutan di dalam batuan beku (atau berupa urat-urat tipis yang
tersebar).
Adapun endapan bijih yang umum terdapat sebagai endapan skarn adalah
besi, tembaga, tungsten, grafit, seng, timbal, molibdenit, timah, uranium,
dan talk.
Tubuh replacement
Bijih Fe
Batugamping 100 m
Serpih
Batupasir
Bidang sesar
Tubuh intrusi
(Batuan beku)
Sketsa contoh model endapan skarn (replacement bijih besi pada batugamping)
Gambar 3.5 Sketsa endapan skarn, contoh replacement bijih besi pada
kontak batugamping (dimodifikasi dari Evans, 1995)
Umumnya badan bijih ini terbentuk pada batuan induk (host rock) atau
sebagai endapan hasil proses pelapukan. Endapan-endapan yang
mempunyai badan bijih konkordan ini dikelompokkan sesuai dengan jenis
batuan induknya, yaitu :
sedimentary host rock (dengan batuan induk adalah batuan
sedimen),
igneous host rock (dengan batuan induk adalah batuan beku),
metamorphic host rock (dengan batuan induk adalah batuan
metamorf),
residual deposit (endapan akibat pelapukan batuan induk).
Secara umum badan bijih dengan host rock batuan beku ini dapat
dibedakan menjadi dua berdasarkan posisin terbentuknya batuan beku
tersebut, yaitu volkanik host (dekat permukaan) dan plutonik host (batuan
beku dalam).
Andesit
Lapisan Batas,
biasanya kaya logam besi
Massive Sulphides
Py - sp - ga - cp (+ Ag,Au)
Stockwork
Py - cp
Low : sp, ga, Ag, Cu Riolit
Endapan primer adalah endapan mineral yang terbentuk langsung dari magma
(segregrasi dan diferensiasi magma). Disebut endapan singenetik, jika endapan
terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan, dan disebut
epigenetik jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk sebagai hasil injeksi magma.
Akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma,
maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan
disekelilingnya sebagai dike, sill, dan stockwork. Kristal dari pegmatit akan
berukuran besar. Karena tidak adanya kontras tekanan dan temperatur
anatara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan
berjalan dengan lambat. Mineral-mineral yang dapat ditemui (terbentuk)
pada fase pegmatit ini, antara lain :
Logam-logam ringan, seperti ; Li-silikat, Be-silikat (Be,Al-silikat), Al-
rich silikat.
Logam-logam berat, Sn, Au, W, dan Mo.
Unsur-unsur jarang (rare elements), seperti ; Niobium, Iodium (Y), Ce,
Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti.
Batu mulia, seperti ; rubi, safir, beril, topaz, tourmalinrose, rose
quartz, smoky quartz, rock crystal.
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma
dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini
disebut kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan
yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. Gejala kontak
metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku
intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu baking
(pemanggangan) dan hardening (pengerasan).
Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi
dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral
kontak yang terbentuk adalah : wolastonit (CaSiO3), kuarsa, garnet,
tremolit, aktinolit, diopsit, amfibol, epidot, vesuvianit, topaz, turmalin, dan
batuan skarn.
Larutan hidrotermal adalah larutan sisa magma yang panas dan bersifat
"aqueous" sebagai hasil diferensiasi magma. Larutan hidrotermal ini kaya
lumpur belerang dan oksida besi, misalnya hematit (Fe 2O3). Sebagai hasil
kegiatan fase vulkanik adalah aliran lava, ekshalasi gas vulkanik, mata air
panas.
Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan
sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama proses
sedimentasi berlangsung, atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses
hidrotermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan (stratiform)
atau berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound).
Terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih yang berasal dari
batuan/endapan lain (akibat pelapukan kimiawi maupun mekanik). Proses
pemilahan selama proses transportasi dan pengendapan, tergantung oleh
besar butir dan berat jenis (dikenal sebagai endapan plaser atau endapan
letakan). Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit,
monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.
Laterit
Eluvium
Kolovium
Aluvium
Endapan rawa
Endapan pantai
Mineralisasi primer
(pada batuan beku) Endapan laut
Metasomatisme Nodul
Selain itu juga tergantung dari sifat kimia, Eh (potensial redoks), dan Ph (tingkat
keasaman) suatu lingkungan, seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai
mobilitas tinggi sedangkan dalam kondisi basa akan mempunyai mobilitas
rendah.
Lapukan batuan
dasar