Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Deskripsi Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

PT. Kuansing Inti Makmur adalah anak perusahan dari Golden Energy Mines

yang bergerak dibidang Pertambangan, dimana Golden Energy Mines memiliki 3

anak perusahaan lainnya yang bergerak dalam bidang pertambangan, yaitu:

1. PT. Berau Coal

2. PT. Borneo Indo Bara

3. PT. Trisula Kencana Sakti

PT Kuansing Inti Makmur Job Site Tanjung Belit adalah Perseroan Terbatas

dalam negeri murni dimiliki oleh pihak swasta yang didirikan pada tahun 2008. Luas

area kuasa pertambangan yaitu 200 H. PT Kuansing Inti Makmur terletak pada

Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Muara Bungo, Provinsi Jambi.

Untuk pelaksanaan aktivitas penambangan nya PT KIM dikerjakan oleh PT

Artamulia Tata Pratama (ATP) sebagai subkontraktor. PT KIM sebgai owner hanya

mengawasi dari pelaksanaan kerja subkontraktor. Dengan perkembangan prospek

bisnis batubara dunia yang semakin potensial dan didukung dengan mulai

berkurangnya cadangan bumi didunia serta tingginya harga minyak bumi yang

menjadi sumber energi utama, membuat prospek batubara sebagai bahan bakar
alternatif semakin membaik, sehingga PT KIM selalu melakukan pengembangan

wilayah pertambangan.

Gambar 1.1 Peta PT. Kuansing Inti Makmur Area (Sumber : PT. KIM)

2. Statigrafi Regional

Sub Cekungan Jambi merupakan bagian Cekungan Sumatra Selatan yang

merupakan cekungan belakang busur (back arc basin) berumur Tersier yang

terbentuk sebagai akibat tumbukan antara Sundaland dan Lempeng Hindia

(Gambar 1.4). Secara Geografis Sub Cekungan Jambi dibatasi oleh Pegunungan
Tigapuluh di sebelah utara, Tinggian Lampung di bagian selatan, Paparan Sunda

di sebelah timur, dan Bukit Barisan di sebelah barat.

Gambar 1.4
Stratigrafi Regional Sumatra (Sumber : PT. KIM)

Tatanan stratigrafi Sub Cekungan Jambi pada dasarnya terdiri dari satu siklus

besar sedimentasi dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan faseregresi

pada akhir siklusnya (Gambar 1.4). Secara detail siklus ini dimulai oleh siklus non

marin yaitu dengan pengendapan Formasi Lahat pada Oligosen Awal dan

kemudian diikuti oleh Formasi Talang Akar yang diendapkan secara tidak selaras

diatasnya. Menurut Adiwidjaja dan De Coster (1973), Formasi Talang akar

merupakan suatu endapan kipas alluvial dan endapan sungai teranyam (braided

stream deposit) yang mengisi suatu cekungan (Gambar 1.5). Fase transgresi terus
berlangsung hingga Miosen Awal dimana pada kala ini berkembang Batuan

karbonat yang diendapkan pada lingkungan backreef, forereef, dan intertidal

(Formasi Batu Raja) pada bagian atas Formasi Talang Akar. Fase Transgresi

maksimum ditunjukkan dengan diendapkannya Formasi Gumai bagian bawah

secara selaras di atas Formasi Baturaja yang terdiri dari Batu serpih laut dalam.

Gambar 1.5 Peta Geologi lembar Muarobungo (Sumber : PT. KIM)

Fase regresi dimulai dengan diendapkannya Formasi Gumai bagian atas dan

diikuti oleh pengendapkan Formasi Air Benakat yang didominasi oleh litologi

Batu pasir pada lingkungan pantai dan delta. Formasi Air Benakat diendapkan

secara selaras di atas Formasi Gumai. Pada Pliosen Awal, laut menjadi semakin

dangkal dimana lingkungan pengendapan berubah menjadi laut dangkal, paludal,

dataran delta dan non marin yang dicirikan oleh perselingan antara batupasir dan

batulempung dengan sisipan berupa batubara (Formasi Muara Enim). Tipe


pengendapan ini berlangsung hingga Pliosen Akhir dimana diendapkannya lapisan

batupasir tufaan, pumice dan konglemerat.

 Batuan Dasar

Batuan Pra-Tersier atau basement terdiri dari kompleks batuan

Paleozoikum dan batuan Mesozoikum, batuan metamorf, batuan beku dan

batuan karbonat. Batuan Paleozoikum akhir dan batuan Mesozoikum

tersingkap dengan baik di Bukit Barisan, Pegunungan Tigapuluh dan

Pegunungan Duabelas berupa batuan karbonat berumur permian, Granit dan

Filit. Batuan dasar yang tersingkap di Pegunungan Tigapuluh terdiri dari filit

yang terlipat kuat berwarna kecoklatan berumur Permian (Simanjuntak, dkk.,

1991). Lebih ke arah Utara tersingkap Granit yang telah mengalami pelapukan

kuat. Warna pelapukan adalah merah dengan butir-butir kuarsa terlepas akibat

pelapukan tersebut. Kontak antara Granit dan filit tidak teramati karena selain

kontak tersebut tertutupi pelapukan yang kuat, daerah ini juga tertutup hutan

yang lebat.Menurut Simanjuntak, et.al (1991) umur Granit adalah Jura. Hal ini

berarti Granit mengintrusi batuan filit.

 Formasi Lahat

Formasi Lahat diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar,

merupakan lapisan dengan tebal 200 m - 3350 m yang terdiri dari

konglemerat, tufa, breksi vulkanik andesitik, endapan lahar, aliran lava dan

batupasir kuarsa.
 Formasi Talang Akar

Formasi Talang Akar pada Sub Cekungan Jambi terdiri dari batulanau,

batupasir dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal

hingga transisi. Menurut Pulunggono, 1976, Formasi Talang Akar berumur

Oligosen Akhir hingga Miosen Awal dan diendapkan secara selaras di atas

Formasi Lahat. Bagian bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih

dan sisipan batubara. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara

batupasir dan serpih. Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar antara 400 m –

850 m.

 Formasi Baturaja

Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Fm. Talang Akar dengan

ketebalan antara 200 sampai 250 m. Litologi terdiri dari batugamping,

batugamping terumbu, batugamping pasiran, batugamping serpihan, serpih

gampingan dan napal kaya foraminifera, moluska dan koral. Formasi ini

diendapkan pada lingkungan litoral-neritik dan berumur Miosen Awal.

 Formasi Gumai

Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja dimana

formasi ini menandai terjadinya transgresi maksimum di Cekungan Sumatera

Selatan. Bagian bawah formasi ini terdiri dari serpih gampingan dengan

sisipan batugamping, napal dan batulanau. Sedangkan di bagian atasnya

berupa perselingan antara batupasir dan serpih.Ketebalan formasi ini secara

umum bervariasi antara 150 m - 2200 m dan diendapkan pada lingkungan laut

dalam.Formasi Gumai berumur Miosen Awal-Miosen Tengah.


 Formasi Air Benakat

Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi Gumai dan

merupakan awal terjadinya fase regresi. Formasi ini terdiri dari batulempung

putih kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan,

glaukonitan setempat mengan dung lignit dan di bagian atas mengandung

tufaan sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Ketebalan

Formasi Air Benakat bervariasi antara 100-1300 m dan berumur Miosen

Tengah-Miosen Akhir. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal.

 Formasi Muara Enim

Formasi Muara Enim mewakili tahap akhir dari fase regresi tersier.

Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada

lingkungan laut dangkal, paludal, dataran delta dan non marin. Ketebalan

formasi ini 500 – 1000m, terdiri dari batupasir, batulempung , batulanau dan

batubara. Batupasir pada formasi ini dapat mengandung glaukonit dan debris

volkanik. Pada formasi ini terdapat oksida besi berupa konkresi-konkresi dan

silisified wood. Sedangkan batubara yang terdapat pada formasi ini umumnya

berupa lignit. Formasi Muara Enim berumur Miaosen Akhir – Pliosen Awal.

 Formasi Kasai

Formasi Kasai diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim

dengan ketebalan 850 – 1200 m. Formasi ini terdiri dari batupasir tufan dan

tefra riolitik di bagian bawah. Bagian atas terdiri dari tuf pumice kaya kuarsa,

batupasir, konglomerat, tuf pasiran dengan lensa rudit mengandung pumice

dan tuf berwarna abu-abu kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan dan
lapisan tipis lignit serta kayu yang terkersikkan.Fasies pengendapannya adalah

fluvial dan alluvial fan.Formasi Kasai berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal.

 Sedimen Kuarter

Satuan ini merupakan Litologi termuda yang tidak terpengaruh oleh orogenesa

Plio-Plistosen. Golongan ini diendapkan secara tidak selaras di atas formasi

yang lebih tua yang teridi dari batupasir, fragmen-fragmen konglemerat

berukuran kerikil hingga bongkah, hadir batuan volkanik andesitik-basaltik

berwarna gelap.Satuan ini berumur resen.

3. Litologi

Berdasarkan hasil pemetaan geologi permukaan yang telah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu diketahui bahwa litologi yang menyusun daerah pit timur

adalah sebagai berikut :

a. Lempung

Lempung atau clay merupakan material yang terdiri dari mineral yang kaya

akan alumina, silika dan air. Clay bukan merupakan silikat yang berlapis,

struktur kristal mineral-mineral tersebut tersusun dari lapisan tetrahedron SiO4.

b. Resin

Damar atau biasa disebut dengan resin merupakan limbah yag biasanya

berbentuk batuaan, berwarna coklat kehitaman seperti kaca, biasa terdapat di

atas permukaan lapisan batubara


c. Batupasir

Batu pasir merupakan salah satu batuan sedimen klastik yang terdiri dari

butiran mineral berukuran pasir atau bahan organik. Di dalam batu pasir terdapat

semen yang mengikat butiran-butiran pasir dan biasanya terdiri dari partikel

matiks (lanau atau lempung) yang menempati ruang antar butiran pasir.

4. Tatanan Tektonik dan Struktur Geologi

Tektonik Sumatra dipengaruhi oleh interaksi konvergen antara dua lempeng

yang berbeda jenis (gambar 1.5). Arah gerak kedua lempeng terhadap jalur subduksi

membentuk sudut lancip sehingga pembentukan struktur geoligi di Pulau Sumatra

didominasi oleh sesar – sesar mendatar dekstral (right handed wrench fault).

Hubungan struktur geologi satu terhadap lainnya selain mengontrol sebaran batuan

dipermukaan juga menjadikan daerah ini cukup kompleks secara tektonik.

Terbentuknya sejumlah struktur sesar yang cukup rapat ternyata diikuti oleh aktivitas

magmatik yang menghasilkan tubuh – tubuh intruisi batuan beku. Aktivitas

magmatic inilah yang membawa cebakan mineral bijih. Seluruh batuan penyusun di

darah penyelidikan telah mengalami deformasi yang kuat. Produk tektonik di daerah

penyelidikan berupa struktur lipatan, kekar dan sesar. Pembentukan kedua jenis

struktur geologi tersebut tidak terlepas dari pengaruh aktifitas tumbukan lempeng

yang menyerong antara Lempeng Eurasia yang berada di utara dengan Lempeng

India-Australia. Akibat tumbukan lempeng ini terbentuk jalur subduksi yang

sekarang posisinya berada di lepas pantai barat Sumatra, sedangkan di daratan

sumatra terbentuk daerah tinggian yang menyebabkan batuan tua tersingkap di

permukaan. Pola struktur lipatan dan umumnya berarah baratlaut-tenggara yang


terbentuk sejak Pra-Tersier hingga Kuarter. Jenis dan kedudukan struktur geologi ini

selanjutnya mempengaruhi pola sebaran batuan/formasi di permukaan.

Gambar 1.9 Peta pergerakan lempeng Daerah Sumatra (Sumber : PT. KIM)

Pulau Sumatera memiliki pola struktur yang dominan sebanyak 3 buah yaitu

arah NE – SW yang sering disebut Pola Jambi, NW – SE yang disebut Pola

Sumatera dan N – S sebagai Pola Sunda. Urutan pola dari tua ke muda adalah pola

Sumatera NW – SE (Jurassic Awal – Kapur) yang diakibatkan oleh rezim

kompresional. Akibat dari adanya tumbukan lempeng India dengan Lempeng

Eurasia. Pola Jambi (NE – SW) terbentuk pada zaman Pra-Tersier juga. Selanjutnya

pola yang berkembang adalah Pola Sunda dengan arah N – S (Kapus Akhir – Tersier

Awal). Pola struktur sunda inilah yang membuka cekungan – cekungan yang ada

didaerah Sumatera dan pola ini banyak terdapat pada Cekungan – cekungan yang

ada di daerah Sumatera dan pola ini banyak terdapat pada Cekungan Sumatera Utara

dan Sumatera Tengah sedangkan pada Cekungan Sumatera Selatan, Pola N – S

jarang ditemui. Hal ini ditandai pula dengan batas antara cekungan – cekungan yang

ada di Pulau Sumatera yang berupa tinggian memiliki orientasi N – S. Kemudian


pada zaman Plio–Pleistosen terjadi rezim kompresif yang membuat sesar – sesar

normal mengalami inversi menjadi sesar naik dan beberapa sesar lainnya

membentuk sesar geser strike-slip seperti Sesar Semangko. Secara umum arah

struktur pokok dari Pulau Sumatera adalah

a. Sisi barat Geantiklin Barisan terbentang di sebelah barat jalur Semangko

berada pada setengah Pulau Sumatera di sebelah selatan Padang tepatnya. Sisi

baratnya terbentuk oleh blok kerang yang panjang dan miring ke Samudera

Hindia, dan disebut BlockBengkulu.

b. Gawir sesar sepanjang jalur semangko memisahkan pantai barat dan timur.

Disebut juga Bukit Barisan Sensu stricto atau barisantinggi.

c. Ujung selatan bukit barisan adalah daerah Lampung. Di antara Padang dan

Padang Sidempuan struktur geantiklinal Bukit Barisan tidak menentu.

Geantiklinal block pegunungan yang memanjang di sisi timur, sama dengan

daerah di sisi barat sungai subsekuen dancabang-cabangnya.

d. Batak Tumor yang merupakan lanjutan dari Bukit Barisan yang berupa kubah

geantiklinal besar yang terpotong oleh jalurSemangko.

e. Bukit Barisan di daerah Aceh adalah bagian teruwet pecah menjadi sejumlah

pegunungan Block, yaitublock leuser dan pegunungan barat. Kedudukannya

searah sisi barat seperti BlockBengkulu.

f. Di sebelah barat bukit Barisan terbentang palung antara sistem pegunungan

Sunda yang membentuk cekungan laut antara Sumatera dan rangkaian pulau-

pulau dibaratnya.
Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995), diperkirakan telah terjadi 3

episode orogenesa yang membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatera

Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah, tektonik Kapur Akhir – Tersier Awal

dan Orogenesa Plio – Plistosen.

 Episode pertama, endapan-endapan Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa,

terlipat dan terpatahkan menjadi bongkah struktur dan diintrusi oleh batolit

granit serta telah membentuk pola dasar struktur cekungan. Menurut

Pulunggono, 1992 (dalam Wisnu dan Nazirman ,1997), fase ini membentuk

sesar berarah barat laut – tenggara yang berupa sesar – sesar geser.

 Episode kedua pada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan gerak-

gerak tensional yang membentuk graben dan horst dengan arah umum utara-

selatan. Dikombinasikan dengan hasil orogenesa Mesozoik dan hasil

pelapukan batuan-batuan Pra-Tersier, gerak gerak tensional ini membentuk

struktur tua yang mengontrol pembentukan Formasi Pra-Talang Akar.

 Episode ketiga berupa fase kompresi pada Plio-Plistosen yang menyebabkan

pola pengendapan berubag menjadi regresi dan berperan dalam pembentukan

struktur perlipatan dan sesar sehingga membentuk konfigurasi geologi

sekarang. Pada periode tektonik ini juga teradi pengangkatan pegunungan

Bukit Barisan yang menghasilkan sesar mendatar Semangko yang berkembang

sepanjangan Pegunungan Bukit Barisan. Pergeraka horisontal yang terjadi

mulai Plistosen Awal sampai sekarang mempengaruhi kondisi cekungan

sumtera selatan dan tengah sehingga sesar-sesar yang baru terbentuk didaerah

ini mempunyai perkembangan hampir sejar dengan sesar Semangko. Akibat


pererakan horisontal ini, orogenesa yang terjadi pada Plio-Plistosen

menghasilkan lipatan yang berarah barat laut-tenggara tetapi sesar yang

terbentuk berarah timur laut-barat daya dan barat laut-tenggara. Jenis sesar

yang terdapat pada cekungan ini adalah sesar nak, sesar mendatar dan sesar

normal. Kenampakan struktur yang dominan adalah struktur yang berarah

baratlaut - tenggara sebaai hasil orogenesa Plio-Plistosen. Dnan demikian pola

struktur yang terjadi dapat dibedakan atas pola tua yang berarah utara-selatan

dan barat laut-tenggara serta pola muda yang berarah barat laut-tenggara yang

sejajar dengan Pulau Sumatera.

5. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan dibuat guna meningkatkan kinerja dari setiap

divisi penyokong dalam suatu perusahaan. Dengan struktur organisasi yang optimal

maka diharapkan mampu mendukung pencapaian target di setiap tahunnya.

Penyusunan struktur organisasi dibuat berdasarkan spesifikasi dan fungsi kinerja

yang ada sehingga dapat di pertanggung jawabkan.

Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. Kuansing Inti Makmur


6. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Perusahaan

”Menjadi perusahaan yang terkemuka di Indonesia, dengan menciptakan

nilai tambah bagi pelanggan dan pemegang kepentingan”

b. Misi Perusahaan

1) Membangun budaya korporat yang berpusat dari sumber daya manusia

2) Fokus kepada keunggulan kegiatan operational

3) Membangun pertumbuhan berkesinambungan melalui standar keselamatan

kerja yang tinggi, pengembangan program kemasyarakatan yang baik dan

pengelolaan lingkungan hidup yang tangguh

7. Jam Kerja

PT. Kuansing Inti Makmur telah memperhatikan hal tersebut, dan dalam 1 hari

sekitar 8.5 jam untuk shift 1 (siang). Adapun jam kerja yang berlaku adalah jam

07.00 WIB – 17.00 WIB. Waktu istirahat 1.5 jam, yaitu pukul 12.00 WIB s/d 13.30

WIB.

PT. Kuansing Inti Makmur juga memberi waktu cuti bagi karyawan dimana

setiap tenaga kerja mendapatkan waktu cuti yang berbeda – beda dengan ketentuan

waktu kerja aktif 28 hari dan off 9 hari.

8. Tenaga Kerja

Tenaga kerja di PT. Kuansing Inti Makmur pada tahun 2018 terdapat sekitar 100

orang yang sebagian besar merupakan tenaga kerja lokal.


9. Izin Usaha Pertambangan

Izin usaha pertambangan PT. Kuansing Inti Makmur terdiri dari :

 Kuasa Penambangan Eksplorasi (SK.Bupati Bungo no 252/DESDM tahun 2008)

 Ekploitasi (SK.Bupati Bungo no 464 tahun 2008)

 IUP operasi Produksi (SK.Bupati Bungo no 252/DESDM tahun 2010 Massa

berlaku IUP 30 Desember 2008 – 29 Desember 2019)

10. Kebijakan PT. Kuansing Inti Makmur

a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kebijakan PT. Kuansing Inti Makmur mengenai Kesehatan dan

Keselamatan Kerja yaitu mencipatakak lingkungan kerja yang kondusif untuk

mencapai tingkat keselamatan yang tinggi yang dibuktikan melalui komitmen,

prilaku aman dan keselamatan kerja. Kegiatan – kegiatan dalam bidang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja pertambangan PT. Kuansing Inti Makmur

adalah sebagai berikut:

1) Pelayanan kesehatan karyawan pada balai pengobatan.

2) Pelaksanaan pengenalan keselamatan (Safety Induction), pembekalan secara

umum, dilakukan sebelum tenaga kerja melalui pekerjaan didalam areal

tambang.

3) Pelaksanaan Safety Talk dengan tindakan mencegah kecelakaan tambang,

kondisi membahayakan dan pemakaian Alat Proteksi Diri (APD)

4) Inventarisasi kebutuhan, keberadaan dan efektifitas penempatan rambu –

rambu lalu lintas di areal tambang


5) Inventarisasi dan Investigasi lokasi kerja tidak aman di areal tambang

6) Penyelidikan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja dan jenis Alat

Pelindung Diri (APD) yang telah diberikan kepada tenaga kerja.

b. Sosial Masyarakat

1) Pengadaan bantuan untuk kegiatan social masyarakat yang bersifat tidak

tetap seperti sumbangan dana dan lainnya.

2) Memberikan kesematan kerja bagi anggota masyarakat setempat

11. Fasilitas dan Peralatan

Di PT. Kuansing Inti Makmur terdapat fasilitas atau sarana dan prasarana yang

menunjang kerja karyawan baik untuk di kantor maupun yang berhubungan

langsung dengan kegiatan pertambangan. Adapun fasilitas dan peralatan yang

tersedia dan digunakan oleh PT.Kuansing Inti Makmur yakni sebagai berikut :

a. Kantor Departemen

Kantor Departemen ini merupakan tempat bagi para karyawan yang

berkerja sesuai dengan bidang dan departemennya

b. Musholla

Tempat melaksanakan ibadah shalat yang disediakan oleh pihak perusahaan

bagi para karyawan

c. Kantin

Tempat karyawan untuk beristirahat dan makan pada jam atau waktu

istirahat tiba

d. Nursery
Tempat pembibitan tumbuhan yang nantinya akan digunakan sebagai

tumbuhan di proses reklamasi atau revegetasi

e. Fuel Storage

Tempat penyimpanan bahan bakar solar yang digunakan oleh tiap-tiap

kendaraan operasional, seperti LV dan Water Truck

f. Mobil operasional

Kendaraan yang diberikan perusahaan pada tiap Departemen untuk

mempermudah pengontrolan dilapangan yang dilakukan oleh karyawan

g. Water Truck

Kendaraan yang berfungsi menyemprotkan air ke jalan, guna

menimilisirkan adanya debu pada siang hari

h. Fuel Truck

Kendaraan yang berfungsi sebagai pompa bahan bakar berjalan, yang

biasanya digunakan di area pit, untuk mengisi bahan bakar Dump Truck dan

Excavator

i. Dump Truck

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut overburden menuju inpit

dump atau output dump. Dump Truck yang digunakan ada dua type yaitu

Komatsu HD 465 dan HM 400

j. Excavator
Alat angkut yang digunakan untuk memindahkan bahan galian ke dalam

bak atau vessel dari Dump Truck atau Truck. Excavator pada perusahaan ini

memiliki berbagai macam type, diantaranya ada PC 1250, PC 800, PC 400 dan

PC 300

k. Truck

Kendaraan angkut yang digunakan untuk membawa batubara yang telah

digali menuju Stock Pile

l. Bulldozer

Alat berat yang digunakan untuk memindahkan material, biasanya

digunakan sebagai alat bantu scrapper untuk meratakan jalan

m. Scrapper

Alat berat yang digunakan untuk membantu proses perataan jalan, guna

membantu Dump Truck agar tidak terjadi kesulitan selama proses pengangkutan

dari front menuju disposal

n. Lighting tower

Alat bantu penerangan bagi pekerja, yang digunakan pada malam hari

o. Wheel Loader

Alat yang digunakan untuk memuat batubara ke dalam Dump Truck di area

Stockpile

12. Keadaan Lingkungan

a. Penduduk
Kerapatan penduduk di dareah penelitian sangat jarang. Mata pencarian

sebagian besar penduduk adalah petani, pedagang, buruh dan karyawan

perusahaan swasta

b. Vegetasi

Vegetasi yang terdapat pada daerah penilitian terdiri dari hutan, semak

belukar, dan pepohonan tanaman keras. Sebagian besar vegetasi didaerah

penelitian adalah perkebunan karet

c. Hidrogeologi

1) Air Permukaan

Di sekitar lokasi daerah penelitian terdapat aliran sungai yang permanen

2) Air Tanah

Lokasi penelitian merupakan daerah air tanah yang cukup melimpah. Dari

hasil penelitian kimia fisik, contoh air tanah dari sumur penduduk

menunjukkan keadaan yang masih baik dan dapat digunakan untuk

keperluan sehari-hari

13. Iklim dan Curah Hujan

Iklim pdaa daerah penambangan PT. Kuansing Inti Makmur sama dengan iklim

Indonesia yaitu iklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim

hujan. Aktivitas tambang terbuka sangat dipengaruhi oleh cuaca. Intensitas hujan

yang tinggi pada musim hujan akan mengakibatkan terhentinya aktivitas


penambangan, hal ini disebabkan oleh genangan air pada daerah penambangan.

Data curah hujan pada PT. Kuansing Inti Makmur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Data Curah Hujan Januari 2018


DELAYS
RAIN SLIPPERY VOLUME
Freq
(HRS) (HRS) (mm)
4,17 5,14 15,0 2,0
4,62 8,86 4,0 3,0
- 1,04 - -
- - - -
4,00 1,54 3,0 1,0
- - - -
8,80 2,97 60,0 2,0
0,75 0,33 4,0 1,0
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
- - - -
1,50 1,88 10,0 2,0
- - - -
- - - -
2,17 0,94 5,0 1,0
- - - -
- - - -
1,75 1,60 2,2 1,0
- - - -
- - -
- - - -
- - - -
- - -
- - - -
- - - -
- - - -
27,76 24,30 103,2 13,0
(Sumber : Satuan Kerja PT. Kuansing Inti Makmur)

B. Kajian Teoritis

1. Defenisi Batubara

Batuan organik yang berasal dari rombakan tumbuhan yang mengalami

pembusukan (proses biokimia/diagenesa), sehingga terjadi peningkatan kandungan

karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, nilai kalori (proses

geokimia/metamorfosa).Batubara adalah benda padat yang mengandung karbon,

hidrogen, dan oksigen dalam kombinasi kimia bersama-sama dengan sedikit sulfur

dan nitrogen. Terdapat di lapisan kulit bumi yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan

yang telah mengalami metamorfosis dalam waktu relatif lama.

Batubara merupakan salah satu bahan bakar yang digunakan selain minyak dan

gas bumi serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar energi maupun bahan baku

industri.

Sifat terpenting batubara berhubungan dengan pembakaran. Proses pembakaran

batubara dalam kondisi udara, yaitu semua zat yang mudah terbakar, akan terbakar

dan sisanya berupa abu. Dan proses pembakaran tanpa udara sering disebut

karbonisasi dihasilkan kokas, tar, dan produksi lain. Dalam proses pembakaran

batubara akan mengurai menjadi :

a. Uap air

b. Zat terbang terdiri dari :


c. Gas, yaitu H2, CO, CO2, dan hidrokarbon ringan

d. Cairan dan hidrokarbon berat

e. Tar, terdiri dari senyawa hidrokarbon berat

f. Kokas, berupa padatan karbon

g. Abu, terdiri dari oksida anorganik

Dalam proses pembakaran batubara, tahap-tahap yang terjadi sebagai berikut:

a. Pemanasan partikel batubara yang berasal dari radiasi, konveksi dan konduksi dari

lingkungan.

b. Pengeluaran zat terbang.

c. Pencampuran zat terbang dengan oksigen dan reaksi pembakarannya.

d. Difusi oksigen ke dalam sisa arang dan pembakarannya.

Reaksi pembakaran tersebut adalah reaksi antara oksigen dengan unsur-unsur

dalam batubara yang dapat terbakar seperti karbon, hidrogen, nitrogen, dan sulfur,

yang akan menghasilkan CO2, H2O, NO dan SO2.

Sifat kimia dari batubara ditentukan oleh jenis dan jumlah unsur kimia yang

terkandung dalam tumbuh-tumbuhan asalnya. Faktor dan kondisi yang menyebabkan

perubahan pada batubara yakni bakteri pembusuk, temperatur, tekanan dan waktu.
Di PT. Kuansing Inti Makmur ini sendiri memiliki 3 seam batubara yaitu seam

100, seam 200 dan seam 300. Seam 300 ini sendiri memiliki 3 produk yaitu 300 UHS,

300 ULS dan 300 CR3. Kualitas batubara yang paling baik di PT. Kuansing Inti

Makmur yaitu 300 ULS.

Gambar 2.1 Seam 100 Batubara

Gambar 2.2 Seam 200 Batubara


Gambar 2.3 Seam 300 Batubara

Gambar 2.3 Seam 300 Batubara

2. Proses Terbentuknya Batubara

Batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembusukan,

pemampatan dan proses perubahan sebagai akibat bermacam-macam pengaruh kimia

dan fisika. Kualitas batubara yang bervariasi tidak terlepas dari terbentuknya

batubara itu sendiri, ada 2 (dua) teori mengenai proses terbentuknya batubara seperti

dibawah ini :
a. Teori Insitu

Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,

terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan

demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses

transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami coalfication.

Lapisan sedimen ini merupakan pengotor batubara (impurietis) yang

menyebabkan kualitas batubara bervariasi satu sama lain perlapisannya.

b. Teori Drift

Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara

terjadinya ditempa yang berbeda dengan tempat tumuhan semula hidup dan

berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media

air dan berakumulasi disuatu tempat, ditutup oleh batuan sedimen yang

mengalami proses coalification. Proses ini yang menyebabkan batubara terdiri

dari beberapa lapisan sehingga membuat batubara menjadi berbeda kualitasnya

antara perlapisan batubara itu sendiri.

Adapun urutan pembentukan batubara sebagai berikut :

a. Gambut / Peat

Tahap ini merupakan tahap awal pembentukan barubara (coalification).

gambut berasal dari tumbuhan yang telah mati dan menumpuk diatas tanah yang

makin lama makin menebal menyebabkan dasar rawa turun secara perlahan.

Material tumbuhan tersebut diuraikan oleh bakteri dan jamur pada kondisi
anaerob menjadi CO2, air dan amoniak dan sebagai hasilnya adalah gambut /

humus.

b. Lignit

Dengan berubahnya topografi daerah sekelilingnya, gambut menjadi

terkubur dibawah lapisan slit dan pasir yang menyebabkan tekanan dan suhu

pada lapisan gambut meningkat. Penurunan rawa gambut memberikan

kesempatan pada bakteri untuk aktif menguraikan dalam kondisi basa

menyebabkan dibebaskannya CO2, deoksigenasi dari ulmin (?), sehingga

kandungan hidrogen dan karbon bertambah.

c. Sub Bituminus

Tahap selanjutnya dari pembentukan batubara adalah pengubahan batubara

bituen dengan sejarah geologi yang rendah menjadi batubara dengan sejarah

geologi menengah dan tinggi. Selama tahap ini kandungan hidrogen akan tetap

konstan dan oksigen turun

d. Bituminous

Dalam tahap keempat atua tahp pembentukan batubara bituminous,

kandungan hidrogen turun dengan menurunnya oksigen secara perlahan - lahan.

e. Antrasit

Dalam tahap ini oksige hampir konstan sedangkan hidrogen trun lebih cepat

dibandingkan tahap-tahap sebelumnya.

3. Quality Control
Quality Control merupakan serangkaian kegiatan untuk menjaga

kualitas batubara serta pengendalian mutu dari batubara tersebut kegiatan

ini dimulai dari pengambilan sample batubara di pit (channel sampling),

penambangan batubara (coal getting), pengangkutan dan penumpukan

83
batubara di ROM area, hingga tahap pengolahan batubara

menjadi product murni (processing).

4.

Kualitas batubara yang bervariasi tidak terlepas dari terbentuknya

batubara itu sendiri, ada 2 (dua) teori mengenai proses terbentuknya

batubara seperti dibawah ini:

a. Teori Insitu

Teori ini

b.

Teori ini mengatakan bahwa bahan-baha n pembentuk

lapisan batubara, terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal

itu berada. Dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati,

belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan

sedimen dan mengalami coalification. Lapisan sedimen ini merupakan

pengotor batubara (impurietis) yang menyebabkan kualitas batubara

bervariasi satu sama lain per perlapisannya.


c. Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan
batubara, terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu
berada. Dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati,
belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan
sedimen dan mengalami coalification. Lapisan sedimen ini
merupakan pengotor batubara (impurietis) yang menyebabkan
kualitas batubara bervariasi satu sama lain per perlapisannya.

a. Teori Drift

Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara

terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan

berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati di angkut oleh

media air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh batuan sedimen

yang yang mengalami proses coalification. Proses ini yang menyebabkan

batubara terdiri dari beberapa lapisan sehingga membuat batubara menjadi

berbeda kualitasnya antara perlapisan batubara itu sendiri.

5.

Struktur organisasi perusahaan dibuat guna meningkatkan kinerja dari

setiap divisi penyokong dalam suatu perusahaan. Dengan struktur organisasi

yang optimal maka diharapkan mampu mendukung pencapaian target di

setiap tahunnya. Penyusunan struktur organisasi dibuat berdasarkan


spesifikasi dan fungsi kinerja yang ada sehingga dapat di pertanggung

jawabkan.

Gambar Struktur Organisasi PT. Kuansing Inti Makmur (Sumber :


Dokumen Penulis)

Anda mungkin juga menyukai