Anda di halaman 1dari 5

1.

North Sumatra Basin


Litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara

Gambar 1. Litostratigrafi Sumatra Utara (Kamioli dan Naim, 1973, Mulhadiono, 1975, Cameron dkk., 1980)

1. Formasi Parapat

Formasi parapat terdiri dari batupasir berbutir kasar dan konglomerat di bagian bawah, terdapat
sisipan serpih yag diendapkan tidak selaras. Bagian bawah formasi parapat di endapkan dalam
lingkungan laut dangkal dengan di buktikan adanya fosil Nummulites di Aceh, serta umur dari
formasi parapat di perkirakan berumur Oligosen.

2. Formasi Bamo

Formasi Bamo memiliki litologi serpih hitam tidak berlapis, berasosiasi dengan pirit dan gamping.
Dijumpai lapisan tipis batu gamping, batu lempung karbonatan dan mikan. Formasi ini sangat sedikit
di temukan fosil, hal ini di sebablan karena lingkungan pengendapannya berada pada kondisi tertutup
atau reduksi. Ketebalan dari formasi ini berbeda-beda antara 100-2400m serta umur dari formasi ini
Oligosen-Miosen
3. Formasi Belumai

Formasi Belumai terbentang di bagian timur dari cekungan dengan perkiraan berumur Miosen Awal
dengan lingkungan laut dangkal. Formasi ini identik dengan Formasi Peutu yang berkembang di
cekungan bagian barat dan tengah. Formasi ini tediri dari litologi batu pasir glaukonit yang berselang-
seling dengan serpih dan batugamping. Di daerah Formasi Arun bagian atas berkembang lapisan batu
gamping Kalkarenit dan kalsilutit dengan perselingan serpih. Formasi Belumai secara selaras terdapat
di atas Formasi Bampo dan slaras dengan Formasi Baong dengan ketebelan berkisar 200-700 m.

4. Formasi Baong

Formasi Baong terdiri dari batu lempung abu-abu kehijauan, lanauan, napalan dan pasiran. Formasi
ini berselang seling dengan lapisan asir halus serpihan dan terdapat fosil Orbulina sp.Formasi ini
merupakan reservoir produktif yang berumur Miosen Tengah. Dibagian Laut Aru terdapat batupasir
glaukonitan serta batu gamping yang terdapat di bagian tengah.

5. Formasi Keutapang

Formasi Keutapang merupakan siklus regresi Cekungan Sumatra Utara yang meiliki lingkungan
pengendapan delta hingga laut dalam dengan umur Miocen Akhir. Formasi ini memiliki ketebalan
404-1534 m dan litologi yang berupa perselingan antara serpih dan batu lempung. Pada bagian atas
terdapat batu gamping dan batu pasir berlapis tebal dengan mineral kuarsa, pirit sedikit mika dan
karbonan yang terdapat di bagian atas.

6. Formasi Seurula

Formasi Seurula memiliki fase regresi sama dengan formasi keutapang. Formasi ini memiliki
ketebalan 397-720 m dengan umur Pliosen Awal. Litologiyang terdapat di formasi ini adalah batu
pasir, serpih dan dominan batu lempung. Formasi ini memiliki butir kasar, mengandung banyak
cangkang moluska dan foraminifera.

7. Formasi Julu Rayeu

Formasi ini merupakan formasi bagian atas dari siklus pengendapan Cekungan Sumata Utara dengan
ketebalan mencapai 1400 m, lingkungan laut dangkal dan berumur Pliosen sampai Plistosen. Formasi
ini memiliki litologi berupa batu pasir halus sampai kasar, batu lempung dengan mika, dan pecahan
cangkang moluska.

8. Vulkanik Toba

Vulkanik toba memiliki ketebalan antara 150-200 m, di endapkan secara tidak selaras diatas Formasi
Julu Rayeu, terdiri dari tuff hasil kegiatan vulkanisme Toba yang berlangsung pada Plio-Plistosen.

9. Aluvial

Aluvial ini di perkirakan memiliki ketebalan mencapai 20 m, berupa endapan sungai (Pasir, kerikil,
batu gamping dab batu lempung) serta endapan pantai pasir sampai lumpur.
2. Central Sumatra Basin
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah

Gambar 2. Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah (dimodifikasi dari Heidrick dan Aulia, 1993).

1. Formasi Menggala

Formasi Menggala memiliki umur Miosen Awal yang di endapkan di bagian atas Kelompok
Pematang secara tidak selaras. Formasi ini memilii lingkungan pengendapan berupa braided river
non-marin (sungai teranyam-deltaic). Litologi penyusunnya adalah batu pasir halus-kasar yang
bersifat konglomeratan dengan ketebalan mencapai 1800 kaki.

2. Formasi Bangko

Formasi Bangko memiliki umur Miosen Awal yang di endapkan secara selaras di atas Formasi
Menggala. Formasi ini memiliki ketebalan 300 kaki dengan lingkungan pengendapan estuarin.
Formasi ini merupakan lingkungan pengendapan open marine shelf yang menghasilkan maximum
flooding surface (MFS) pada Kala Miosen. Litologi dari formasi ini terdiri dari serpih abu-abu yang
bersifat karbonatan berseling dengan batu pasir halus-kasar.

3. Formasi Besakap
Formasi Besekap memiliki umur Miosen Awal yang di endapkan selaras di atas Formasi Bangko.
Lingkungan pengendapan berupa estuarine, intertidal, inner-outer neritic dengan ketebalan 1300
kaki. Litologi terdiri dari batu pasir dengan kandungan glaukonit di bagian atasnya serta sisipan
serpih, batu gamping tipis, dan lapisan batubara.

4. Formasi Duri

Formasi Duri memiliki umur Miosen Awal yang di endapkan selaras diatas Formasi Besekap.
Lingkungan pengendapan dari formasi ini adalah barrier bar complex dan delta front dengan
ketebalan mencapai 900 kaki. Litologi penyusun berupa batu pasir berukuran halus-sedang berseling
dengan serpih dan sedikit batugamping. Formasi ini juga memiliki hubungan dengan Formasi Telisa
yang menjari pada lingkungan pengendapan yang lebih dalam pada bagian barat cekungan.

5. Formasi Telisa

Formasi Telisa berumur Miosen Awal-Miosen Tengah dengan diendapkan secara menjari di bagian
paling atas dari Formasi Duri. Litologi dari formasi ini terdiri dari serpih dengan sisipan batu gamping
dan batu pasir glaukonitan berbutir halus yang di endapkan di lingkungan litoral dalam dan luar. Pada
bagian atas dari Formasi Telisa terdapat perubahan litologi dan fauna cukup jelas dan menunjukan
awal fase regresif Miosen Tengah dan Siklus Niogen.

6. Formasi Petani

Kontak dari Formasi Telisa dan Formasi Petani adalah suatu hiatus yang diindikasikan dengan adanya
zona fauna yang hilang. Pengendapan terjadi pada kala Miosen Tengah-Plistosen pada lingkungan
laut yang berubah lingkungan payau hingga darat. Formasi ini tersusun atas sekuen dari serpih-batu
lumpur dan interkalasi batu pasir batu lanau ke arah atas yang menunjukan pendangkalan lingkungan
pengendapan dan penyusutan pengaruh laut.

7. Formasi Minas

Formasi minas adalah endapan kuarter yang di endapkan tidak selaras di atas Formasi Petani. Litologi
formasi ini merupakan konglomerat, batu pasir dan batu lempung yang mencirikan endapan alluvia
dengan proses pengendapan yang masih terjadi hingga kini.

Daftar Pustaka:

Barber, A.J et.al. 2005. Sumatra: Geology , Resources , and Tectonic Evolutions. London, UK. The
Geological Society London.

https://www.scribd.com/doc/246943060/Cekungan-Sumatera-Utara. (diakses: 27 januari 2019 11:00


WIB)

https://www.scribd.com/doc/169618441/geologi-reg-sumatra-tengah. (diakses: 27 januari 2019 11:00


WIB)

Anda mungkin juga menyukai