b.
c.
3. Paparan Sunda atau Sundaland merupakan daerah yang dangkal di Kawasan Barat
Indonesia (KBI). Jelaskan apa yang dimaksud dengan Paparan Sunda tersebut dan di
mana saja batas-batasnya ditinjau dari tatanan tektonik dan stratigrafi.
4. Uraikan dengan singkat tentang stratigrafi Pra Tersier dan Tersier di kawasan
paparan Sunda ?. Berilah masing-masing contoh di suatu cekungan ?.
5. Jelaskan tentang evolusi jalur-jalur magmatisme di Pulau Jawa sejak Pra Tersier,
Tersier hingga Kuarter ?.
1. Pulau Sumatera memiliki pola struktur yang dominan sebanyak 3 buah yaitu:
Pola berarah NWSE yang disebut sebagai Pola Sumatera
Pola struktur ini terbentuk pada Jurassic Awal-Kapur yang diakibatkan
oleh rezim kompresi dari penumbukan Lempeng India dan Lempeng
Eurasia. Tumbukan inilah yang mengakibatkan ekstruksi tektonik di Asia
Tenggara menyebabkan terbentukknya Paparan Sunda yang termasuk
pada Plio-Pleistosen.
Pola berarah NS sebagai Pola Sunda
Pola ini terbentuk pada Jaman Kapur Akhir-Tersier Awal. Pola Sunda in
banyak membuka cekungan yang ada di Sumatra Tengah dan Sumatra
Utara.
Dari ketiga pola tersebut Pola Sumatra yang memegang peranan penting
terhadap keterdapatan cebakan minyak, karena pola ini yang membuat cekungancekungan yang ada di Pulau Sumatra. Kemudian perangkap (trap) yang terbentuk ketika
rezim kompresif bekerja pada zaman Plio-Pleistosen membentuk sesar naik dan lipatan
yang menjadi perangkap struktur yaitu struktur antiklin.
2. a. Struktur inversi adalah struktur yang membentuk adanya gejala sesar turun
pada bagian bawah sesar dan gejal sesar naik pada baian atas sesar. Hal ini terjadi
akibat reaktivasi sesar norml menjadi sesar naik akibat perubahan rezim tektonik
dari ekstensional menjadi kompresional. Sehingga pada umur yang lebih tua
(bagian bawah) akan menunjukkan ciri-ciri sesar normal sedangkan pada umur
yang lebih muda (bagian atas) memperlihatkan kenampakan sesar naik.
Pada gambar penampang seismik di atas, terlihat pada formasi Talang Akar terjadi
proses tektonik inversi yang dapat di lihat dari bentukan cekungan yang awalnya
merupakan bentukan syn-rift lalu terjadi bentukan lipatan pada sebelah barat
formasi tersebut yang menjadikan indikasi adanya struktur tektonik inversi.
E
Tektonisme PlioPleistosen yang
bersifat kompresif
mengakibatkan
inversi struktur
basement membentuk
sesar-sesar naik dan
lipatan berarah utaraselatan
Sundaland meliputi Semenanjung Malaya, Pulau Sumatra, Pulau Jawa (bagian barat),
dan Pualu Kalimantan. Sundaland dulunya merupakan bagian dari Gondwana yang
terfragmentasi(blok Mergui) yang kemudian membentur tepi selatan Asia. Pola struktur
yang berkembang di Sundaland dipengaruhi oleh adanya kolisi antara lempeng India
dengan Eurasia.
Batuan Dasar, Batuan Pra-Tersier atau basement terdiri dari kompleks batuan
Paleozoikum dan batuan Mesozoikum, batuan metamorf, batuan beku dan batuan
karbonat
Formasi Lahat, Formasi Lahat diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar,
merupakan lapisan dengan tebal 200 m - 3350 m yang terdiri dari konglemerat, tufa,
breksi vulkanik andesitik, endapan lahar, aliran lava dan batupasir kuarsa. Formasi
Lahat berumur Paleosen hingga Oligosen Awal.
Formasi Talang Akar, Formasi Talang Akar pada Sub Cekungan Jambi terdiri dari
batulanau, batupasir dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut
dangkal hingga transisi. Formasi Talang Akar berumur Oligosen Akhir hingga Miosen
Awal dan diendapkan secara selaras di atas Formasi Lahat. Bagian bawah formasi ini
terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan batubara. Sedangkan di bagian atasnya
berupa perselingan antara batupasir dan serpih. Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar
antara 400 m 850 m.
Formasi Baturaja, Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Fm. Talang Akar
dengan ketebalan antara 200 sampai 250 m. Litologi terdiri dari batugamping,
batugamping terumbu, batugamping pasiran, batugamping serpihan, serpih gampingan
dan napal kaya foraminifera, moluska dan koral. Formasi ini diendapkan pada
lingkungan litoral-neritik dan berumur Miosen Awal.
Formasi Gumai, Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja
dimana formasi ini menandai terjadinya transgresi maksimum di Cekungan Sumatera
Selatan. Bagian bawah formasi ini terdiri dari serpih gampingan dengan sisipan
batugamping, napal dan batulanau. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan
antara batupasir dan serpih.Ketebalan formasi ini secara umum bervariasi antara 150 m
- 2200 m dan diendapkan pada lingkungan laut dalam. Formasi Gumai berumur Miosen
Awal-Miosen Tengah.
Formasi Air Benakat, Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi
Gumai dan merupakan awal terjadinya fase regresi. Formasi ini terdiri dari batulempung
putih kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan,
glaukonitan setempat mengan dung lignit dan di bagian atas mengandung tufaan
sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Ketebalan Formasi Air Benakat
bervariasi antara 100-1300 m dan berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
Formasi Muara Enim, Formasi Muara Enim mewakili tahap akhir dari fase regresi
tersier. Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada
lingkungan laut dangkal, paludal, dataran delta dan non marin. Ketebalan formasi ini
500 1000m, terdiri dari batupasir, batulempung , batulanau dan batubara. Batupasir
pada formasi ini dapat mengandung glaukonit dan debris volkanik. Pada formasi ini
terdapat oksida besi berupa konkresi-konkresi dan silisified wood. Sedangkan batubara
yang terdapat pada formasi ini umumnya berupa lignit. Formasi Muara Enim berumur
Miaosen Akhir Pliosen Awal.
Formasi Kasai, Formasi Kasai diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim
dengan ketebalan 850 1200 m. Formasi ini terdiri dari batupasir tufan dan tefra riolitik
di bagian bawah. Bagian atas terdiri dari tufpumice kaya kuarsa, batupasir, konglomerat,
tuf pasiran dengan lensa rudit mengandung pumice dan tuf berwarna abu-abu
kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan dan lapisan tipis lignit serta kayu yang
terkersikkan. Fasies pengendapannya adalah fluvial dan alluvial fan. Formasi Kasai
berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal.
Sedimen Kuarter, Satuan ini merupakan Litologi termuda yang tidak terpengaruh oleh
orogenesa Plio-Plistosen. Golongan ini diendapkan secara tidak selaras di atas formasi
yang lebih tua yang teridi dari batupasir, fragmen-fragmen konglemerat berukuran
kerikil hingga bongkah, hadir batuan volkanik andesitik-basaltik berwarna gelap. Satuan
ini berumur resen.
5.
dengan Eurasia. Jalur subduksi ini menglami evolusi pada tiap jamannya. Pada Pra-
Tersier, Jalur Subduksi masih menuju ke arah Pegunungan Meratus. Di Jaman Tersier
Lempeng baru berubah di arah Selatan Jawa akibat amalgamasi Jawa Timur dan Jawa
Barat.
Di Jaman Tersier, Jalur Magmatisme mengalami dua kali evolusi, yaitu Eosen
Akhir-Miosen Awal, dan Miosen Akhir-Pliosen. Produk pada magmatisme Eosen AkhirMiosen Awal dikenal dengan Old Andesite Formation. Kemudian jalur magmatisme
berubah lagi ketika Kuarter.
Perubahan Jalur Magmatisme ini disebabkan oleh jarak jalur subduksi dengan
sudut penunjaman lempeng. Pada Eosen Akhir-MIosen Awal, sudut penunjaman cukup
tajam sehingga membentuk Jalur Magmatisme di Selatan Jawa. Kemudian pada Miosen
Akhir-Pliosen, terjadi Rollback diikuti dengan melandainya sudut penunjaman, sehingga
zona magnetisme berubah ke utara. Pada Kuarter, susut penunjaman berubah lagi
menjadi di tengah Pulau Jawa.
Gambar 11. Perkembangan Zona Subduksi dan Busur Magmatik Pulau Jawa
(modifikasi Soeria-Atmadja dkk. 1994 dan Simanjuntak & Barber 1996).