Anda di halaman 1dari 55

Hubungan

Stratigrafi
Kukuh Jalu Waskita
STT Migas Balikpapan 2017
HUBUNGAN STRATIGRAFI

1. Vertikal : a. Selaras
b. Tidak selaras

2. Lateral : Fasies. (pasal 9 Bab I, SSI, 1996)


hubungan lateral :
pelamparan lapisan batuan yang mencerminkan pola
perubahan yang dipengaruhi keadaan (aspek fisika, kimia
dan biologi) cekungan  fasies  aspek ruang

fasies  aspek fisika, kimia atau biologi suatu


endapan dalam kesamaan waktu (SSI 1996, pasal 9)
Hubungan Lateral
• Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan
berkesinambungan sampai batas cekungan sedimentasinya.
Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang kesamaan
waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi. Dalam
keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong
secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab yang
menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral
Hubungan Lateral
• Pembajian
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya

•  Perubahan Fasies
Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang
sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama
(menjemari).
OUTCROP

Distributary Mouth Bar

Delta Front

Flooding Surface

Delta Front
Shoreline Movements
hubungan vertikal :
a. Selaras : sedimentasi terjadi secara menerus, tanpa
adanya gangguan yang berarti 
- transgresi,
- regresi,
- equilibrium

b.Tidak selaras : proses sedimentasi tidak menerus


karena adanya gangguan proses geologi lain seperti
erosi permukaan, orogenesa, epirogenesa
3. Keselarasan dan Ketidakselarasan
(Conformity dan Unconformity)

a) Keselarasan (Conformity): adalah hubungan antara satu

lapis batuan dengan lapis batuan lainnya diatas atau

dibawahnya yang kontinyu (menerus), tidak terdapat

selang waktu (rumpang waktu) pengendapan. Secara

umum di lapangan ditunjukkan dengan kedudukan lapisan

(strike/dip) yang sama atau hampir sama, dan ditunjang di

laboratorium oleh umur yang kontinyu.


b. Ketidak selarasan ( Unconformity):
hubungan antara satu lapis batuan
dengan lapis batuan lainnya diatas
atau dibawahnya yang tidak menerus,
terdapat selang waktu (rumpang
waktu) pengendapan
 Conformable contact (Selaras): - Batas antara
lapisan yang berdekatan- Tidak ada substantial
gap in time- Rangkaian lapisan yang diendapkan
menerus; umur sama- Rangkaian lapisan yang
diendapkan menerus; umur sama

 Unconformable contact (Tidak selaras/


unconformity):
Memperlihatkan adanya interupsi sedimentasi-
Adanya substantial gap in time (called hiatus)-
Kontak dapat berupa : kontak erosi atau tidak
ada pengendapan lapisan sedimen
Keselarasan
jenis ketidakselarasan

Dunbar & rogers, 1957


1. Nonconformity
2. Angular unconformity
3. Disconformity
4. Paraconformity

Whitten & Brooks, 1979


• Heterolitic unconformity
• Angular unconformity
• Parallel unconformity
• Non depositional unconformity
Nonconfirmity

Nonconformity, where two very different types of rocks, such as plutonik


and sedimentary, are in contact with each other. Sedimentary rock lies on
top of old crystalline rocks. ( Ketidakselarasan yang terjadi dimana
terdapat kontak jelas antara batuan beku, sedimen dan metamorf )
Ketidak selarasan bersudut

Angular unconformity, result from the uplift and folding of older strata. Then planed
(leveled) by erosion and new units deposited on top of them, resulting in angular contact
between the two sequences of rocks of different ages. (Ketidakselarasan sudut,
merupakan ketidak selarasan yang kenampakannya menunjukkan suatu lapisan
yang telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan
lapisan/batuan lain)
Ketidak selarasan bersudut
Tidak selaras bersudut(Angular unconformity)
Ketidak selarasan sejajar

Disconformity, where an upper and lower sequence are parallel with each other but the
contact is an old erosional surface with significat local relief. (Kenampakannya berupa
suatu lapisan yang telah tererosi dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan
lapisan lain).
Paraconformity, two parallel sequences of rocks in contact with each other. In this case
no erosional surface is obvious and the missing time must be inferred from other type of
dating such as missing fossils or radiometric. (disebut juga keselarasan semu, yang
menunjukkan suatu lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang
ketidak selarasannya tidak terdapat tanda-tanda fisik seperti erosi untuk
membedakan bidang sentuh dua lapisan berbeda, untuk menentukan
perbedaanya harus dilakukan analisa fossil/paleontologi dan penentuan umur dari
radioaktif)
jenis-jenis ketidakselarasan
Bounding Surfaces
Nonconformity
Angular
unconformity
Disconformity
bukti ketidakselarasan

• konglomerat alas (basal conglomerate)


• bidang (permukaan) erosi
• Pembentukan channel (Channeling)
• perbedaan kedudukan bidang perlapisan yang
sangat menyolok
• satuan batuan yang terpancung
• munculnya warna oksidasi (paleosoil)
• paleontological gap
• perbedaan sifat kelistrikan
Basal Conglomerate
tahapan pembentukan ketidakselarasan
Proses geologi untuk
pembentukan ketidak selarasan
proses
pembentukan
bidang
ketidakselarasan
Tugas ???
Principle of Inclusions
• If we found a rock fragment enclosed within another rock,
we say the fragment is an inclusion. 

• The inclusions had to be present before they could be


included in the younger rock, they always represent
fragments of an older rock.

• If the enclosing rock is an igneous rock, the inclusions are


called xenoliths. 

• This principle is often useful for distinguishing between a


lava flow and a sill.
Than
k
FORAMINIFERA
(LANJUTAN FOSSIL &
BIOSTRATIGRAFI)

KUKUH JALU WASKITA


STT MIGAS BALIKPAPAN 2017
FORAMINIFERA
Foraminifera merupakan kelompok hewan bersel satu
(amoeba) termasuk dalam Filum Protozoa dan Kelas
Sarcodina yang hidup di laut atau marine. Foraminifera
tidak berflagella tapi mempunyai pesudopodia sebagai
perpanjangan dari protoplasmanya dan berfungsi untuk
menangkap makanan, sebagai jangkar untuk menempel
pada substrat dan untuk berpindah tempat atau lokomosi.
Hampir semua foraminifera hidup di lingkungan laut yang
berbeda-beda kondisinya dan hanya sebagian kecil yang
diketahui hidup di air tawar. Mulai dari lingkungan laut
dangkal hingga laut dalam sampai batas CCD atau
Calcium Carbonate Compensation Depth. 
Hampir sebagian besar foraminifera merupakan benthonik
foraminifera dan sisanya berupa
planktonik.hidup kumpulan foraminifera telah digunakan
sebagai bioindikator dalam
lingkunganpesisir, termasuk indikator kesehatan terumbu
karang. Karena kalsium karbonat rentan
terhadappembubaran dalam kondisi
asam, Foraminifera dapat sangat dipengaruhi
oleh perubahan iklim danpengasaman laut.
Hewan ini mempunyai cangkang yang disebut dengan test
yang umumnya terbuat dari bahan kalkareus yang biasanya
kalsium karbonat (CaCO3), bahan organik, silika atau
agglutinated yang berupa partikel sedimen asing disekitarnya
yang tersemenkan.  Cangkang foraminifera ada yang terdiri
dari satu ruang (satu kamar) sampai yang terdiri dari banyak
ruang (banyak kamar) dan membuat struktur yang rumit, tapi
hal inilah yang membuat perbedaan dalam klasifikasi dan
identifikasi foraminifera.
Faktor-faktor lingkungan (ekologi) yang mempengaruhi
kehidupan dari foraminifera antara lain adalah temperatur atau
suhu lingkungan, salinitas atau kadar garam, kedalaman,
nutrisi atau bahan makanan, substrat, pH, trace elelemen,
turbiditas atau kekeruhan air, intensitas Cahaya, kadar
oksigen, kadar CaCO3, kandungan zat organik substrat, arus
dan pasang  surut dan faktor-faktor ekologis yang lain.
Perhatian secara geologi terhadap foraminifera
adalah fungsi produktivitas besar.  Hewan ini hidup dalam kolom
air secara keseluruhan. Konsentrasi populasi
foramninifera terbesar ditemukan pada kedalaman 10 sampai
50 meter.  Jumlah populasi foraminifera hidup berkisar pada
angka dari 1-200 per m2 dekatpermukaan lautan.
Sekarang baik individu dan spesies foraminifera akan dijumpai
secara lebih berlimpah di perairan hangat. Beberapa
ribu spesimen mungkin terkandung dalam satu gram sedimen.
Kumpulan foraminifera hidup/resen telah digunakan
sebagai bioindikator dalam
lingkungan pantai, termasukindikator kesehatan terumbu
karang. Karena kalsium karbonat rentan
terhadap pelarutan dalam kondisi
asam, Foraminifera dapat sangat dipengaruhi
oleh perubahan iklim dan proses pengasaman laut.
Kingdom : Animalia

Phylum : Protozoa

Subphylum: Sarcomastigophora

Superclass: Sarcodina

Class: Rhizopoda

Subclass: Granulorecticulosa

Ordo: Foraminiferida
Foraminifera Bentos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar
perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang
atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman
mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta
tingkah laku hewan bentik.Hal tersebut berkaitan dengan
karakteristik serta jenis makanan bentos.
Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun
abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah
produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi
hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang
diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen
biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N),
kedalaman air, dan substrat dasar (Allard and Moreau, 1987);
APHA, 1992). Hewan ini memegang beberapa peran penting
dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan
mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind,
1985).
Bandy (1967) mempergunakan Teluk Meksiko sebagai studi
kasus dan menambahkan penelitiannya pada Pasifik bagian
timur untuk menentukan biofasies dasar laut. . Bandy (1967)
membuat klasifikasi lingkungan pengendapan fosil bentonik
kedalam beberpa zona sebagai berikut :
Habitat sungai – lingkungan sungai yang bebas dari pengaruh
arus, mengandung foraminifera air tawar seperti Leptodermella,
Urnulina, Lagunculina, dan Protoneina
Habitat rawa – lingkungan air payau yang mengandung
foraminifera arenaceous seperti Ammotium, Trochammina, dan
Miliammina
Habitat lagoon – fauna air payau masih dijumpai, ditambah
dengan fauna lagun seperti Ammonia dan Elphidium. Bahkan
jumlah Ammonium beccarii mencapai 70-80 %
Habitat fluvial – marine – lingkungan muara sungai,
berkembang satu spesies unik, yaitu Palmerinella
gardenislandensis (Lankford,1959)
Habitat pantai terbuka – lingkungan dengan energi tinggi
didominasi fauna yang berukuran lebih besar seperti Elphidium
spp, Ammonia beccarii vars, golongan Millioli dan Amphistegina
Lingkungan laut terbuka:
Zona neritik tepi : (0-100 kaki = 0-30,48 m) dijumpai antara lain Ammonia
beccarii, Elphidium spp, golongan Milliolidae, Eggerella advena dan Textularia
Zona neritik tengah : (100-300 kaki = 30,84-91,44 m) dijumpai antara lain fauna
sebelumnya, ditambah dengan Eponides anttilarum, Cibicides sp, Robulus,
Cassidulina subglobosa dsb.
Zona neritik luar : (300-600 kaki = 91,44-182,88 m) dijumpai antara
lain Bulimina, Marginulina, Siphonina,dan Uvigerina
Zona bathyal atas : (600-1500 kaki = 182,88-457,2 m) dijumpai antara
lain Uvigerina spp, Bulimina, Valvulinerina, Bolivina, dan Gyroidina soldonii
Zona bathyal tengah : (1500-3000 kaki = 457,2-914,4 m) dijumpai antara
lain Cyclammina cancellata, Hoeglundina elegans, Chilostomella oolina,
Cibicides wullerstorfi, dan Cibicides rugosus
Zona bathyal bawah : (3000-6000 kaki = 914,4-1828,8 m) dijumpai antara
lain Cibicides wuellerstorfi, Melonis barleeanus, Uvigerina haspida, dan
Oridorsalis umbonatus
Zona abyssal : 6000-16000 kaki = 1828,8-4876,8 m) dijumpai antara
lain Melonis pompiloides, Uvigerina ampulocea, Bulimina rostrata, Cibicides
mexicanus, dan Eponides tumidulus
Zona hadal : >16000 kaki (>4876,8 m) dijumpai antara lain Bathysipon dan
Recurvoides turbinatus
Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)
Foraminifera Plankton

Secara terminologi, foraminifera dapat didefenisikan sebagai


organisme bersel tunggal yang hidupnya secara akuatik
(terutama hidup di laut, mungkin seluruhnya), mempunyai
satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat
(septa) yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen).
Adapun ciri-ciri umum daripada foraminifera plankton adalah
sebagai berikut, yaitu:
 Test : Bulat
 Susunan kamar : Umumnya trochospiral
 Komposisi test : Gamping Hyalin
Hidup : Dengan cara mengambangkan diri pada permukaan
laut
Foraminifera plankton sangat kecil bila dibandingkan dengan
spesies dari golongan Benthos. Meskipun jumlah spesiesnya
sangat sedikit golongan ini mempunyai arti penting terutama
digunakan sebagai fosil penunjuk jarak jauh dari korelasi
regional.
Golongan ini tidak terlalu peka terhadap perubahan-perubahan
facies dari yang lain dan pada umumnya golongan ini kurang
tahan terhadap pengurangan salinitas, meskipun ada
beberapa species yang dapat tahan dalam kenaikan kadaa
garam.  Contoh: Laut mati (salinitas 4,0-4, %) masih dijumpai
Globigerina bulloides, Globorotalia sacculifera dan Urbulina
Universa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai