Stratigrafi
Kukuh Jalu Waskita
STT Migas Balikpapan 2017
HUBUNGAN STRATIGRAFI
1. Vertikal : a. Selaras
b. Tidak selaras
• Perubahan Fasies
Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang
sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama
(menjemari).
OUTCROP
Delta Front
Flooding Surface
Delta Front
Shoreline Movements
hubungan vertikal :
a. Selaras : sedimentasi terjadi secara menerus, tanpa
adanya gangguan yang berarti
- transgresi,
- regresi,
- equilibrium
Angular unconformity, result from the uplift and folding of older strata. Then planed
(leveled) by erosion and new units deposited on top of them, resulting in angular contact
between the two sequences of rocks of different ages. (Ketidakselarasan sudut,
merupakan ketidak selarasan yang kenampakannya menunjukkan suatu lapisan
yang telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan
lapisan/batuan lain)
Ketidak selarasan bersudut
Tidak selaras bersudut(Angular unconformity)
Ketidak selarasan sejajar
Disconformity, where an upper and lower sequence are parallel with each other but the
contact is an old erosional surface with significat local relief. (Kenampakannya berupa
suatu lapisan yang telah tererosi dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan
lapisan lain).
Paraconformity, two parallel sequences of rocks in contact with each other. In this case
no erosional surface is obvious and the missing time must be inferred from other type of
dating such as missing fossils or radiometric. (disebut juga keselarasan semu, yang
menunjukkan suatu lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang
ketidak selarasannya tidak terdapat tanda-tanda fisik seperti erosi untuk
membedakan bidang sentuh dua lapisan berbeda, untuk menentukan
perbedaanya harus dilakukan analisa fossil/paleontologi dan penentuan umur dari
radioaktif)
jenis-jenis ketidakselarasan
Bounding Surfaces
Nonconformity
Angular
unconformity
Disconformity
bukti ketidakselarasan
Phylum : Protozoa
Subphylum: Sarcomastigophora
Superclass: Sarcodina
Class: Rhizopoda
Subclass: Granulorecticulosa
Ordo: Foraminiferida
Foraminifera Bentos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar
perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang
atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman
mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta
tingkah laku hewan bentik.Hal tersebut berkaitan dengan
karakteristik serta jenis makanan bentos.
Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun
abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah
produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi
hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang
diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen
biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N),
kedalaman air, dan substrat dasar (Allard and Moreau, 1987);
APHA, 1992). Hewan ini memegang beberapa peran penting
dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan
mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind,
1985).
Bandy (1967) mempergunakan Teluk Meksiko sebagai studi
kasus dan menambahkan penelitiannya pada Pasifik bagian
timur untuk menentukan biofasies dasar laut. . Bandy (1967)
membuat klasifikasi lingkungan pengendapan fosil bentonik
kedalam beberpa zona sebagai berikut :
Habitat sungai – lingkungan sungai yang bebas dari pengaruh
arus, mengandung foraminifera air tawar seperti Leptodermella,
Urnulina, Lagunculina, dan Protoneina
Habitat rawa – lingkungan air payau yang mengandung
foraminifera arenaceous seperti Ammotium, Trochammina, dan
Miliammina
Habitat lagoon – fauna air payau masih dijumpai, ditambah
dengan fauna lagun seperti Ammonia dan Elphidium. Bahkan
jumlah Ammonium beccarii mencapai 70-80 %
Habitat fluvial – marine – lingkungan muara sungai,
berkembang satu spesies unik, yaitu Palmerinella
gardenislandensis (Lankford,1959)
Habitat pantai terbuka – lingkungan dengan energi tinggi
didominasi fauna yang berukuran lebih besar seperti Elphidium
spp, Ammonia beccarii vars, golongan Millioli dan Amphistegina
Lingkungan laut terbuka:
Zona neritik tepi : (0-100 kaki = 0-30,48 m) dijumpai antara lain Ammonia
beccarii, Elphidium spp, golongan Milliolidae, Eggerella advena dan Textularia
Zona neritik tengah : (100-300 kaki = 30,84-91,44 m) dijumpai antara lain fauna
sebelumnya, ditambah dengan Eponides anttilarum, Cibicides sp, Robulus,
Cassidulina subglobosa dsb.
Zona neritik luar : (300-600 kaki = 91,44-182,88 m) dijumpai antara
lain Bulimina, Marginulina, Siphonina,dan Uvigerina
Zona bathyal atas : (600-1500 kaki = 182,88-457,2 m) dijumpai antara
lain Uvigerina spp, Bulimina, Valvulinerina, Bolivina, dan Gyroidina soldonii
Zona bathyal tengah : (1500-3000 kaki = 457,2-914,4 m) dijumpai antara
lain Cyclammina cancellata, Hoeglundina elegans, Chilostomella oolina,
Cibicides wullerstorfi, dan Cibicides rugosus
Zona bathyal bawah : (3000-6000 kaki = 914,4-1828,8 m) dijumpai antara
lain Cibicides wuellerstorfi, Melonis barleeanus, Uvigerina haspida, dan
Oridorsalis umbonatus
Zona abyssal : 6000-16000 kaki = 1828,8-4876,8 m) dijumpai antara
lain Melonis pompiloides, Uvigerina ampulocea, Bulimina rostrata, Cibicides
mexicanus, dan Eponides tumidulus
Zona hadal : >16000 kaki (>4876,8 m) dijumpai antara lain Bathysipon dan
Recurvoides turbinatus
Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)
Foraminifera Plankton