TUGAS AKHIR
Diajukan guna melengkapi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Teknik
Oleh
PRATAMA ANILGIE
NPM 123210329
PEKANBARU
2018
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Pekanbaru
Tanggal : 26 April 2018
Disahkan oleh:
(Ir. H. Abdul Kudus Zaini, M.T., M.S.Tr.) (Dr. Eng. Muslim, M.T.)
ii
Universitas Islam Riau
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini merupakan karya saya sendiri
dan semua sumber yang tercantum didalamnya baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar sesuai ketentuan.
Pratama Anilgie
NPM 123210329
iii
Universitas Islam Riau
KATA PENGANTAR
Rasa syukur disampaikan kepada Allah Subhanna wa Ta’ala karena atas Rahmat
dan limpahan ilmu dari-Nya saya dapat menyelesikan tugas akhir ini. Penulisan
tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau. Saya
menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan mendorong saya untuk
menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. Mursyidah, M.sc. selaku dosen pembimbing 1, dan Dr. Eng. Muslim,
M.T. selaku dosen pembimbing 2, yang telah banyak menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dalam penyusunan tugas
akhir ini.
2. Antoni Desman Z. selaku mentor tugas akhir di PT. Pertamina EP Asset 1
Lirik yang telah memberikan kesempatan untuk pengambilan data dan
bimbingan untuk tugas akhir ini
3. Ketua dan sekretaris prodi serta dosen-dosen yang sangat banyak membantu
terkait perkuliahan, ilmu pengetahuan dan hal lain yang tidak dapat saya
sebutkan satu per satu.
4. Orang tua dan keluarga yang memberi dukungan penuh material maupun
moral.
5. Sahabat terbaik yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
Teiring doa saya, semoga Allah memberikan balasan atas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Pekanbaru, 26 April 2018
Penulis,
Pratama Anilgie
123210329
iv
Universitas Islam Riau
DAFTAR ISI
v
Universitas Islam Riau
DAFTAR ISI
(LANJUTAN)
vi
Universitas Islam Riau
DAFTAR GAMBAR
vii
Universitas Islam Riau
DAFTAR TABEL
viii
Universitas Islam Riau
DAFTAR SIMBOL
ix
Universitas Islam Riau
DAFTAR SIMBOL
(LANJUTAN)
H Kedalaman reservoir, ft
BOI Faktor volume formasi minyak, bbl/STB
RF Recovery factor, (%)
Nr Volumetric recoverable oil reserves, MSTB
x
Universitas Islam Riau
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Universitas Islam Riau
ANALISIS POTENSI HIDROKARBON DAN MENGHITUNG
CADANGAN OIL CURRENT LAPISAN M1 DAN M2 PADA FORMASI W
SUMUR AP#1 LAPANGAN LIRIK
PRATAMA ANILGIE
123210329
ABSTRAK
Sumur AP#1 mulai diproduksikan pada tahun 1975 dan mempunyai
karakteristik tipikal saline water. Seiring berjalannya waktu, produksi minyak
sumur AP#1 yang tepatnya berada pada lapisan G1, G2, G3 tidak lagi ekonomis
untuk diproduksikan, karena kadar air yang telah mencapai 100%. Lapisan M1
dan M2 merupakan lapisan yang mengandung hidrokarbon yang akan diusulkan
untuk dilakukan pekerjaan workover (KUPL). Interpretasi RST log digunakan
sebagai acuan dalam pengusulan lapisan yang mengandung hidrokarbon tersebut.
Namun, untuk memaksimalkan hasil dan untuk lebih meyakinkan adanya
akumulasi cadangan oil current dikedua lapisan tersebut maka perlu dilakukannya
analisis potensi hidrokarbon.
Analisis potensi hidrokarbon dilakukan menggunakan model Simandoux
dan RST log. Model Simandoux digunakan berdasarkan karakteristik tipikal
saline water dan pada kondisi awal (open hole log). RST log digunakan pada
kondisi current (cased hole log). Selain itu untuk nilai saturasi oil residual (Sor)
digunakan dari data core (SCAL) untuk mendapatkan hasil potensi hidrokarbon
yang lebih akurat dan selanjutnya menghitung cadangan oil current menggunakan
RST log.
Berdasarkan hasil analisis potensi hidrokarbon pada lapisan M1 diperoleh
nilai saturasi oil (So) awal 67% dan (So) current 37.6%. Nilai (So) current
tersebut sesuai dengan kondisi actual sumur dan masih berada di atas nilai
saturasi oil residual (Sor) sebesar 22% dengan nilai moveable hydrocarbon index
(MHI) current yang diperoleh (0.686) < 0.7, sehingga lapisan M1 masih
berpotensi untuk diproduksi. Lapisan M2 diperoleh nilai (So) awal 29.8% dan
(So) current 38.4%. Nilai (So) current tersebut tidak sesuai dengan kondisi actual
sumur dan jika dilihat dari nilai (So) awal 29.8% yang hampir mendekati nilai
(Sor) sebesar 22%, dengan nilai MHI awal (0.753) > 0.7, sehingga lapisan M2
kurang berpotensi untuk diproduksi. Hasil perhitungan cadangan oil current pada
lapisan M1 diperoleh nilai recovery factor (RF) sebesar 41.4%, sehingga nilai
volumetric recoverable oil reserves (Nr) diperoleh sebesar 67 MSTB dan Lapisan
M2 diperoleh nilai RF sebesar 42.8% dengan nilai Nr sebesar 94 MSTB.
xii
Universitas Islam Riau
ANALYSIS OF HYDROCARBON POTENTIAL AND COUNTING OIL
CURRENT RESERVES LAYERS M1 AND M2 ON W FORMATION WELL
AP#1 FIELD LIRIK
PRATAMA ANILGIE
123210329
ABSTRACT
The well of AP#1 began to be produced in 1975 and has typical
characteristics of saline water. As time goes by, the production of AP#1 oil well is
exactly that being in the G1, G2, G3 layers is no longer economical to produced,
because the water level has reached 100%. M1 and M2 layers is hydrocarbon
contain layers that will be proposed to do workover job (KUPL). The
interpretation of RST log used as one reference in the proposhed of the
hydrocarbon contains layers. However, for maximixe of the results and for more
believe the accumulation existence of oil current reserves in both layers then need
analysis of hydrocarbon potential.
The analysis of hydrocarbon potential was performed use Simandoux
model and RST log. The Simandoux model use based on typical characteristics of
saline water and on the initial condition ( open hole log). The RST log use on the
current condition (cased hole log). In addition to the value of residual oil
saturation (Sor) use from the core data (SCAL) to obtain result of hydrocarbon
potential are more accurate and then the calculation of oil current reserves use
RST log.
Based on the results of the analysis on M1 layer, obtained the value of oil
saturation (So) initial 67% and (So) current 37.6%. The value of (So) current is in
accordance with the actual conditions of the well and still on above the value of
residual oil saturation (Sor) 22% with the value of moveable hydrocarbon index
(MHI) current is obtained (0.686) < 0.7, so that a layer of M1 still has the
potential to be produced. The layer of M2 obtained the value (So) initial 29.8%
and (So) current 38.4%. The value of (So) current is not in accordance with the
actual conditions of the well and if seen from the value of (So) initial 29.8% which
is close to the value of (Sor) 22%, with the value of MHI initial (0.753) > 0.7, so
that a layer of M2 less potential to be produced. The calculation of oil current
reserves on M1 layer obtained the value of recovery factor (RF) 41.4%, so that
the value of the volumetric recoverable oil reserve (Nr) 67 MSTB and a layer of
M2 obtained the value of RF 42.8% with the value of Nr 94 MSTB.
xiii
Universitas Islam Riau
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Islam Riau
2
4
Universitas Islam Riau
5
F= ................................................................................................................. (2)
Dimana :
F = Faktor formasi
= Faktor tortuosity
= Porositas, fraksi
m = Faktor sementasi
Perbedaan koefisien dan eksponen pada masing-masing batuan digunakan
untuk menghitung faktor formasi, dan hubungan faktor formasi dengan porositas
dapat dilihat pada tabel 2.1.
Gambar 2.1 Contoh gamma ray log (Fristad & Monica, 2012)
Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa dalam identifikasi batuan reservoir
diperlukan pengukuran dari volume shale (Vsh). Kurva minimum gamma ray atau
GRmin merupakan pembacaan pada clean sand zone. Kurva maksimum gamma
ray atau GRmax merupakan pembacaan pada shale zone dan GR merupakan
pembacaan pada setiap interval kedalaman zona.
c. Neutron Log
Neutron log adalah log porositas yang mengukur konsentrasi ion hidrogen
dalam formasi. Pada formasi bersih dimana porositas di isi oleh air atau minyak,
neutron log mengukur porositas yang di isi cairan. Jika pori terisi gas maka
porositas neutron akan rendah. keadaan ini karena konsentrasi hidrogen dalam gas
lebih sedikit dari pada dalam air atau minyak. Menurunnya porositas neutron
karena gas disebut gas affect. Sidewall dan Compensated Neutron Log dapat
merekam pada unit porositas batu gamping, batupasir, atau dolomit. Jika
formasinya batu gamping, neutron log merekam dalam unit porositas semu batu
gamping, porositas semu setara dengan porositas sesungguhnya. Sedangkan bila
formasinya adalah batupasir atau dolomit, porositas harus dikoreksi ke porositas
sebenarnya (Hernansjah, 2008).
d. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan
mengukur density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan bersama-sama dengan
neutron log, juga menentukan densitas hidrokarbon (ρh) dan membantu didalam
evaluasi lapisan shaly. Kondisi penggunaan untuk density log adalah pada formasi
dengan density rendah dimana tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor
tetapi tidak dapat digunakan pada lubang bor yang sudah di casing. Kurva density
log hanya terpengaruh sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor (Dewan,
1983).
1. Posisinya merupakan sumur kunci (key well) pada suatu blok yang dipilih
berdasarkan hasil korelasi antar sumur yang relatif paling banyak
menembus lapisan prospek, serta posisinya berada diantara batas minyak
air yang terakhir sampai puncak antiklin.
2. Sumur tidak mempunyai problem mekanis maupun problem dengan
kondisi lubang, yaitu sumur yang tidak bermasalah dengan selubung
(casing), washed out lubang sumur tidak melebihi dari kemampuan
penetrasi alat RST untuk merekam data, serta diusahakan tidak ada lubang
perforasi yang terbuka supaya diperoleh gambaran kondisi reservoir yang
sesungguhnya.
3. Data produksi dan salinitas air formasi (Schlumberger, 2009).
Peralatan RST memanfaatkan nutron energi tinggi (14 MeV) yang
dipancarkan oleh neutron generator. Neutron berkecepatan tinggi akan
bertumbukan dengan elemen formasi. Elemen yang dapat dideteksi melalui proses
ini adalah karbon, oksigen besi, silika, kalsium, dan belerang. Setelah
bertumbukan dengan atom elemen formasi, neutron akan menyebar dan bergerak
dengan kecepatan yang semakin berkurang sampai ketingkat energi (0.025 eV).
Elemen-elemen yang terdeteksi melalui proses ini adalah hidrogen, besi, silika,
kalsium, dan belerang. Dengan menggabungkan hasil dari proses elemen tersebut,
maka karakteristik lapisan formasi seperti jenis batuan, dan saturasi hidrokarbon
dari reservoir dapat dihitung (Wathan, Shahab, & Rudyanto, 2001). Schematic
peralatan RST dapat dilihat pada gambar 2.2.
..............................................................................................................(3)
Dimana :
F = Faktor formasi
Ro = Resistivity batuan basah, ohm/m
c. Evaluasi Shaliness
Pada shale 100% gamma ray log dapat mendeteksi adanya tingkatan
radioaktif alami yang tinggi, sehingga pada tingkatan ini dapat memberikan
gambaran adanya shale, karena shale mengandung radioaktif yang sangat tinggi.
Gambar 2.4 Grafik porositas efektif terhadap clay content (Adeoti, Ojo, Olatinsu,
Fasakin, & Adesanya, 2015)
d. Penentuan Porositas
Ada beberapa alat untuk menentukan porositas yaitu neutron log, density
log (semua formasi, tapi pada prinsipnya bekerja pada batuan yang kurang
kompak dan batuan shaly), dan sonic log (dalam batuan keras dan consolidated
atau kompak). Pada penelitian ini penentuan porositas yaitu:
1. Neutron log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung
pada porositas tetapi juga lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu
penentuan porositas harus mengetahui lithologinya. Harga dari porositas neutron
(ФN) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (Schlumberger, 1975)
dibawah ini:
Dimana :
ρb = Densitas batuan (Hasil pembacaan log), gr/cc
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (ФDc) dapat
diketahui dari persamaan, (Schlumberger, 1975) dibawah ini:
Dc = D (Vsh Dsh) ................................................................................. (8)
Dimana:
Vsh = Volume shale (Gamma ray log)
ФDsh = Porositas dari kurva density pada lapisan shale, fraksi
ФD = Porositas dari density log , fraksi
Sehingga dari nilai porositas neutron dan porositas density yang telah
dikoreksi, maka didapatkan hasil porositas efektif, dapat diketahui dari
persamaan, (Schlumberger, 1975) dibawah ini:
( Dc 2 Nc 2 )
e ..................................................................................... (9)
2
Dimana:
ФDc = Porositas density correction, fraksi
C Rw Vsh Vsh
2
5 e2
Sw ............................................. (10)
e Rsh Rt Rw Rsh
2
Dimana :
C = 0.4 for sand and 0.45 for carbonate
Rw = Resistivity air formasi, ohm/m
Rt = Resistivity formasi yang terisi oleh hidrokarbon dan air, ohm/m
Фe = Porositas efektif, fraksi
Vsh = Volume shale
Rsh = Resistivity shale, ohm/m
Dimana :
C = 0.4 for sand and 0.45 for carbonate
Rw = Resistivity air formasi, ohm/m
Rt = Resistivity formasi sebenarnya, ohm/m
Фe = Porositas efektif, fraksi
Vsh = Volume shale
Rsh = Resistivity shale, ohm/m
Dimana :
Sxo = Saturasi air flushed zone (%)
Sw = Saturasi air formasi (%)
Dimana :
Sxo = Saturasi air flushed zone (%)
Sw = Saturasi air formasi (%)
( )
Nr = ..................................................................(19)
Dimana :
Nr = Volumetric recoverable oil reserves, STB
7758 = Faktor konversi dari acre-ft ke bbl
DA = Drainage area, acre
H = Kedalaman reservoir, ft
= Porositas, fraksi
Sw = Saturasi air, (%)
RF = Recovery factor, (%)
BOI = Faktor volume formasi minyak, bbl/STB
( )
RF = ............................................................................................... (20)
Dimana :
Sw = Saturasi air (%)
Sor = Saturasi oil residual (%)
Gambar 3.1 Peta area PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik field (Sumber: file arsip
PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik field)
23
Universitas Islam Riau
24
Lapangan Lirik
Gambar 3.2 Peta geologi central sumatera basin (Sumber: file arsip
PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik filed)
Gambar 3.3 Tatanan geologi cekungan sumatera tengah (Sumber: file arsip
PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik field)
Bagian atas formasi ini tersusun oleh perselingan tipis antara batupasir
sangat halus-halus dengan batulumpur. Tebal perlapisan berkisar dari beberapa
mm sampai dengan 3 cm.
Berdasarkan umur Formasi Tualang yang menindih di atasnya dan
menunjukkan umur N5-N7, maka umur Formasi Lakat adalah Pra-N5 atau
sebelum Miocene awal (Suwarna, 1994). Dengan demikian umur Formasi Lakat
diperkirakan adalah Oligocene tengah sampai Miocene awal.
Sumur AP#1
Gambar 3.5 Peta lokasi sumur AP#1 (Sumber: file arsip PT. Pertamina EP
Asset 1 Lirik field)
Bo vs Pressure
1,0555
1,055
Bo, BBL/STB 1,0545
1,054
1,0535
1,053
1,0525
1,052
1,0515
1,051
1,0505
0 100 200 300 400 500
Pressure, Psi
Gambar 3.6 Hubungan faktor volume formasi minyak terhadap tekanan, stuktur
lirik (Sumber: file PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik field)
Rs vs Pressure
20
18
16
Rs, SCF/STB
14
12
10
8
6
4
2
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Pressure, Psi
Gambar 3.7 Hubungan kelarutan gas dalam minyak terhadap tekanan, struktur
lirik (Sumber: file PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik field)
30
Universitas Islam Riau
31
GR-CSD
M1
GR-CSD
M2
Gambar 4.2 RST log (Sumber: file PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik field)
M1
M2
Gambar 4.3 Open hole log (Sumber: file PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik field)
Berdasarkan gambar 4.3 Open hole log maka didapatkan hasil pembacaan
GRlog, GRcl, GRshl, Rt, Rshl, b, shl, Nlog dan Nshl. Hasil dari pembacaan
open hole log dapat dilihat pada tabel 4.1.
0,35
0,30
Porositas efektif
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20
Vclay
Jenis structural shale merupakan butiran shale yang menempati pada sand
grains sehingga tidak mempengaruhi nilai porositas efektif yang signifikan.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.5 grafik Porositas efektif vs Vclay lapisan M2.
0,25
0,20
Porositas efektif
0,15
0,10
0,05
0,00
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35
Vclay
Menurut Harsono (1997) jika nilai volume shale lebih besar dari 15%
merupakan shaly-sand formation. Hasil volume shale pada lapisan M1 dan M2
menunjukkan bahwa nilai volume shale yang didapat lebih besar dari 15% yang
berarti bahwa lapisan M1 dan lapisan M2 merupakan lapisan shaly-sand
formation.
Nilai porositas lapisan M1 didapatkan sebesar (0.25) pada range nilai
porositas yang sangat baik, tetapi nilai dari porositas tersebut harus dikoreksi
karena terdapatnya distribusi shale yang mempengaruhi nilai pembacaan dari
porositas tersebut. Nilai porositas yang telah dikoreksi merupakan porositas
efektif dengan nilai yang didapatkan sebesar (0.16) pada range nilai porositas
yang baik. Nilai porositas pada lapisan M2 didapatkan sebesar (0.27) setelah
dilakukan koreksi didapatkan hasil porositas efektif sebesar (0.21) dan termasuk
pada range porositas yang sangat baik.
Pada perhitungan nilai saturasi air (Sw) awal, lapisan M1 didapatkan nilai
(Sw) awal sebesar (0.330) yang menunjukkan bahwa nilai (Sw) masih relatif
kecil. Pada lapisan M2 didapatkan nilai saturasi air (Sw) awal yaitu (0.702), yang
mengindikasikan bahwa lapisan lebih banyak mengandung air karena nilai (Sw)
yang didapat sudah melebihi pada range batasan (Sw), yaitu lebih besar dari 60%
yang berarti bahwa lapisan tersebut lebih banyak mengandung air (Hernansjah,
2008).
Menurut Hernansjah (2008) nilai saturasi air flushed zone (Sxo) digunakan
sebagai indikator moveable hydrocarbon yang ditinjau dari nilai (Sxo) yang lebih
besar dari nilai (Sw). Pada lapisan M1 didapatkan nilai (Sxo) sebesar (0.801) dan
pada lapisan M2 didapatkan nilai (Sxo) sebesar (0.932). Berdasarkan nilai (Sxo)
kedua lapisan tersebut mengindikasikan bahwa adanya moveable hydrocarbon
yang ditinjau dari nilai (Sxo) yang lebih besar dari nilai (Sw).
Pada perhitungan nilai saturasi oil, lapisan M1 didapatkan nilai saturasi oil
awal sebesar (0.670) dan lapisan M2 didapatkan nilai saturasi oil awal (0.298).
Menurut Taufeeq (2016) jika saturasi hidrokarbon hampir mencapai (70%) atau
lebih yang mengindikasikan besarnya nilai saturasi hidrokarbon. Pada lapisan M1
didapatkan nilai saturasi oil awal yang hampir mencapai (70%) yang
mengindikasikan adanya potensi hidrokarbon yang signifikan, karena besarnya
nilai saturasi oil. Lapisan M2 didapatkan nilai saturasi oil awal (0.298) yang
mengindikasikan bahwa lapisan lebih banyak mengandung air karena nilai
saturasi oil yang didapatkan kurang signifikan.
Nilai saturasi oil residual (Sor) didapatkan dari nilai data core (SCAL),
dengan nilai (Sor) sebesar (0.22). Nilai (Sor) sangat penting digunakan, karena
mengindikasikan batas dari nilai saturasi oil yang bisa diproduksikan. Jika dilihat
dari nilai saturasi oil yang didapatkan pada lapisan M1 dan M2, nilai tersebut
masih berada diatas nilai (Sor) yang berarti cadangan minyak masih bisa
diproduksikan dengan teknologi yang ada saat ini.
Pada nilai moveable hydrocarbon index (MHI) didapatkan nilai pada
lapisan M1 sebesar (0.412) dan lapisan M2 didapatkan sebesar (0.753). Menurut
Hamada (2005) jika nilai (HMI) yang diperoleh kurang dari 0.7 maka di
indikasikan adanya moveable hydrocarbon. Pada lapisan M1 mengindikasikan
bahwa adanya moveable hydrocarbon atau lapisan berpotensi mengandung
hidrokarbon, karena nilai yang didapatkan lebih kecil dari 0.7. Pada lapisan M2
mengindikasikan bahwa tidak adanya moveable hydrocarbon karena nilai yang
didapatkan lebih besar dari 0.7, sehingga lapisan tidak berpotensi mengandung
hidrokarbon.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Potensi Hidrokarbon Menggunakan RST Log dan
Model Simandoux
disebabkan oleh adanya minyak atau hidrokarbon yang bergerak dari zona lain
menuju ke lapisan M2 di sekitar lingkungan sumur tersebut atau disebabkan oleh
ketidak-akuratan pengukuran oleh alat RST log dalam pembacaan nilai saturasi
oil, dimana nilai saturasi oil pada RST log bernilai tinggi sedangkan nilai saturasi
oil sebenarnya adalah kecil.
Hasil perhitungan dari nilai saturasi air (Sw) maka pada lapisan M1
didapatkan nilai (Sw) awal sebesar (0.330) dan nilai (Sw) current sebesar (0.624).
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa seiring berjalannya waktu maka nilai
saturasi air akan terus meningkat yang diakibatkan oleh berkurangnya saturasi oil
karena umur sumur yang telah berproduksi cukup lama. Lapisan M2 didapatkan
nilai saturasi air (Sw) awal sebesar (0.702) dan nilai saturasi air (Sw) current
sebesar (0.616). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa nilai (Sw) yang diperoleh
tidak sesuai dengan kondisi actual sumur, yang seiring berjalannya waktu maka
nilai saturasi air akan terus meningkat, seiring dengan umur sumur yang telah
cukup lama berproduksi.
Nilai saturasi air flushed zone (Sxo) digunakan sebagai indikator moveable
hydrocarbon jika nilai (Sxo) lebih besar dari nilai (Sw). Lapisan M1 didapatkan
nilai saturasi air flushed zone awal (Sxo) sebesar (0.801) dan nilai (Sxo) current
sebesar (0.910), yang mengindikasikan adanya moveable hydrocarbon dan
ditinjau dari nilai (Sxo) current yang masih relevan. Lapisan M2 didapatkan nilai
(Sxo) awal sebesar (0.932) dan nilai (Sxo) current sebesar (0.908). Hasil yang
didapatkan tersebut adanya perbedaan harga yang tidak sesuai dengan kondisi
actual sumur, dan ditinjau dari nilai (Sxo) awal yang hampir mendekati nilai
100%, sehingga mengindikasikan lapisan kurang produktif jika diproduksikan.
Hasil perhitungan nilai moveable hydrocarbon index (MHI) maka pada
lapisan M1 diperoleh nilai (MHI) awal sebesar (0.412) dan nilai (MHI) current
(0.686). Nilai yang didapatkan tersebut masih lebih kecil dari 0.7, yang
mengindikasikan adanya moveable hydrocarbon atau lapisan berpotensi
mengandung hidrokarbon. Lapisan M2 didapatkan nilai (MHI) awal sebesar
(0.753) dan nilai (MHI) current sebesar (0.678). Nilai (MHI) current tersebut
tidak sesuai dengan kondisi actual sumur. Jika ditinjau dari nilai (MHI) awal yang
lebih besar dari 0.7, maka mengindikasikan tidak adanya moveable hydrocarbon,
atau lapisan tidak berpotensi mengandung hidrokarbon.
Nilai saturasi oil residual (Sor) digunakan sebagai indikator batas
keekonomisan dari saturasi oil yang diproduksikan. Nilai (Sor) yang didapatkan
dari data core (SCAL) sebesar (0.22), nilai tersebut digunakan pada lapisan M1
dan M2. Pada lapisan M1 didapatkan nilai (So) awal sebesar (0.670) dan (So)
current (0.376) yang mengindikasikan bahwa lapisan masih bernilai ekonomis
untuk diproduksi, karena nilai (So) awal dan current masih berada diatas nilai
(Sor). Pada lapisan M2 didapatkan nilai (So) awal (0.298) dan (So) current
(0.384). Nilai tersebut tidak sesuai dengan kondisi actual sumur. Jika ditinjau dari
nilai (So) awal, mengindikasikan bahwa lapisan kurang bernilai ekonomis untuk
diproduksi, karena nilai (So) yang hampir mendekati nilai (Sor).
5.1 KESIMPULAN
1. Hasil analisis potensi hidrokarbon menggunakan RST log (current) dan
model Simandoux (awal) maka lapisan M1 diperoleh nilai saturasi oil (So)
awal 67% dan (So) current 37.6%. Nilai (So) current tersebut berada di
atas nilai saturasi oil residual (Sor) 22%, dan nilai moveable hydrocarbon
index (MHI) current (0.686), mengindikasikan lapisan M1 masih
berpotensi untuk diproduksi. Lapisan M2 didapatkan nilai (So) awal
29.8% dan (So) current 38.4%. Nilai (So) current tersebut tidak sesuai
dengan kondisi actual sumur. Jika dilihat dari nilai (So) awal 29.8% yang
hampir mendekati nilai (Sor) 22%, dan nilai MHI awal (0.753),
mengindikasikan lapisan M2 kurang berpotensi untuk diproduksi.
2. Hasil perhitungan cadangan oil current pada lapisan M1 dan M2, maka
lapisan M1 diperoleh nilai recovery factor (RF) 41.4% dengan nilai
volumetric recoverable oil reserves (Nr) 67 MSTB. Lapisan M2 diperoleh
nilai RF 42.8% dengan nilai Nr 94 MSTB.
5.2 SARAN
Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengetahui
korelasi sumur sekitar untuk mendapatkan hasil potensi hidrokarbon dan
cadangan oil current yang lebih akurat, dan melakukan kajian atau studi yang
komprehensif terhadap keberhasilan optimasi Kerja Ulang Pindah Lapisan
(KUPL).
41
Universitas Islam Riau
DAFTAR PUSTAKA
Adeoti, L., Ojo, A.A., Olatinsu, O.B., Fasakin, O.O., & Adesanya, O.Y. (2015).
Comparative Analysis Of Hydrocarbon Potential In Shaly Sand Reservoirs
Using Archie And Simandoux Models: A Case Study Of “X” Field, Niger
Delta, Nigeria, Ife Journal of Science, 17(1).
Asquith, G., & Gibson, C. (1982). Basic Well Log Analysis for Geologists.
Oklahoma: American Association of Petroleum Geologists.
Dwiyono, I.F., & Winardi, S. (2014). Kompilasi Metode Water Saturation Dalam
Evaluasi Formasi. Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-7.
Yogyakarta.
File Sumur AP#1 Lapangan Lirik, PT Pertamina EP Asset 1 Lirik, Lirik. 2017.
42
Universitas Islam Riau
43
Gorynski, K.E., Tobey, M., Enriquez, D., Smagala, T., Dreger, J., & Newhart, R.;
Encana Services Company Ltd., Denver, CO. (2017). Quantification and
Characterization of Hydrocarbon-Filled Porosity in Liquid-Rich Shales
using Basic Programed Thermal Extraction and Pyrolysis, LECO-TOC,
Archimedes Bulk Density, and Helium Pycnometry Measurements. Paper
presented at the Unconventional Resources Technology Conference held in
Austin, Texas. USA.
Heryanto, R., & Suwarna. (2001). The Lakat Formation in the northeastern flank
of the Tigapuluh Mountainsn and it possibilities as a source rocks. Paper
presented in the 30th Annual Convention Indonesian Association of
Geologist. Yogyakarta.
Heryanto, R., & Hermiyanto, H. (2006). Potensi batuan sumber (source rock)
hidrokarbon di Pegunungan Tigapuluh, Sumatera Tengah. Jurnal Geologi
Indonesia. Bandung.
Ipek, G., Bassiouni, Z., Kurniawan, B., & Smith, J.R. (2007). I-B Shaly Sand
Model: Application To Hydrocarbon Detection. Jurnal Of Canadian
Petroleum Technology, 46(7).
Kaesti, E.Y. (2011). Keberhasilan Optimasi Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL).
Jurnal Ilmiah MTG. 4(2).
Lyons, W.C., & Plisga, G.J. (2005). Standard Handbook of Petroleum & Natural
Gas Engineering (2nd ed). USA: Elsevier.
Ma’ruf, M.F., Sunarno, I.T., Muntoyo, B., Jatnika, Y., Handri, U., & Maliki, A.
(2003). Implementasi C/O Log Dalam Upaya Peningkatan Produksi
Struktur Sago. Paper presented at the Simposium Nasional IATMI.
Bandung.
Muslim, Bae, W., Permadi, A.K., Suranto, Gunadi, B., Saputra, D.D.,
Widyaningsih, R., & Gunadi, T.A. (2013). Opportunities and Challenges of
CO2 Flooding in Indonesia. Paper presented at the SPE Asia Pacific Oil and
Gas Conference and Exhibition held in Jakarta. Indonesia.
Muslim, & Permadi, A.K. (2016). Pencampuran Gas CO2 untuk Menurunkan
Tekanan Tercampur Minimum: Studi Kasus pada Lapisan AB-4 dan AB-5
Formasi Air Benakat, Cekungan Sumatera Selatan. Jurnal Teknologi
Minyak dan Gas Bumi. 10(1).
Muslim, & Permadi, A.K. (2015). Penentuan Tekanan Tercampur Minimum pada
Lapisan AB-4 dan AB-5 Formasi Air Benakat-Cekungan Sumatera Selatan
Berdasarkan Eksperimen, Simulai, Persamaan Keadaan, dan Korelasi. Jurnal
Teknologi Minyak dan Gas Bumi. 7(1).
Rukmana, D., Dedy, K., & Dodi, C.A.J. (2012). Teknik Reservoir; Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Percetakan Pohon Cahaya.
Suranto, Bae, W., Widyaningsih, R., Muslim, Gunadi, T.A., & Permadi, A.K.
(2013). Managing of Hybrid Steam-Solvent Injection Distribution for
Maximizing Recovery Factor in Heterogeneous Reservoir. Paper presented
at the SPE Kuwait Oil and Gas Show and Conference held in Mishref.
Kuwait.
Suwarna, N., Budhitrisna, T., Santosa, S., & Andi, M.S. (1994). Peta Geologi
Lembar Rengat, Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Ulasi, A.I., Samuel, Onyekuru, O., & Iwuagwu, C.J. (2012). Petrophysical
evaluation of uzek well using well log and core data, Offshore Depobelt,
Niger Delta, Nigeria. Advances in Applied Science Research. Nigeria.
Wathan, R.R., Shahab, I., & Rudiyanto. (2001). Prediksi Potensi Hidrokarbon
Secara Kwalitatif Struktur Rantau Dan Kuala Simpang Barat Berdasarkan
Evaluasi RST. Proceeding Simposium Nasional Iatmi. Yogyakarta.
46
Universitas Islam Riau
47
Sumur:
No:
NP
Date BFPD BOPD KA(%)
(STB)
01-08-17 2,000 2 99.9 42120
02-08-17 2,000 2 99.9 42122
03-08-17 2,000 2 99.9 42124
04-08-17 2,000 2 99.9 42126
05-08-17 2,000 2 99.9 42128
06-08-17 2,000 2 99.9 42130
07-08-17 1,990 2 99.9 42132
08-08-17 1,990 2 99.9 42134
09-08-17 1,980 2 99.9 42136
10-08-17 1,970 2 99.9 42138
11-08-17 1,960 2 99.9 42140
12-08-17 1,960 2 99.9 42142
13-08-17 1,960 2 99.9 42144
14-08-17 1,960 2 99.9 42146
15-08-17 1,960 2 99.9 42148
16-08-17 1,960 2 99.9 42150
17-08-17 1,950 2 99.9 42152
18-08-17 1,950 2 99.9 42154
19-08-17 1,950 2 99.9 42156
20-08-17 1,950 2 99.9 42158
21-08-17 1,920 2 99.9 42160
22-08-17 1,920 2 99.9 42162
23-08-17 1,920 2 99.9 42164
24-08-17 1,900 2 99.9 42166
25-08-17 1,880 2 99.9 42168
26-08-17 1,880 2 99.9 42170
27-08-17 1,860 2 99.9 42172
28-08-17 1,830 1 99.9 42173
29-08-17 1,800 1 99.9 42174
30-08-17 1,800 1 99.9 42175
31-08-17 1,800 1 99.9 42176
01-09-17 0 0 100 42176
02-09-17 0 0 100 42176
(Sumber : File PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik field)
49
Universitas Islam Riau
50
Krw, fraksi
Kro, fraksi
0,2 0,4
0,15 0,3
0,1 0,2
0,05 0,1
0 0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Sw, fraksi
B. Porositas ( )
Perhitungan porositas Zona M1 (1456-1462 ft)
a. Perhitungan Porositas (Density Log)
Zona M1 (1456-1462 ft)
Depth (1456 ft)
ρ ma ρ 2.65 2.38
ΦD
b
ρ ma ρ 2.65 1.1 0.174
f
Dc D (Vsh Dsh) 0.174 (0.955 0.174) 0.008
ρ ma ρ 2.65 2.37
ΦD
b
ρ ma ρ 2.65 1.1 0.181
f
Dc D (Vsh Dsh) 0.181 (0.534 0.174) 0.088
ρ ma ρ 2.65 2.36
ΦD
b
ρ ma ρ 2.65 1.1 0.187
f
Dc D (Vsh Dsh) 0.187 (0.504 0.174) 0.099
ρ ma ρ 2.65 2.32
ΦD
b
ρ ma ρ 2.65 1.1 0.213
f
Dc D (Vsh Dsh) 0.213 (0.469 0.174) 0.131
ρ ma ρ 2.65 2.30
ΦD
b
ρ ma ρ 2.65 1.1 0.226
f
Dc D (Vsh Dsh) 0.226 (0.428 0.174) 0.151
ρ ma ρ 2.65 2.26
ΦD
b
ρ ma ρ 2.65 1.1 0.252
f
Dc D (Vsh Dsh) 0.252 (0.277 0.174) 0.203
( D2 N 2 ) (0.174 2 0.269 2 )
0.227
2 2
( D2 N 2 ) (0.1812 0.259 2 )
0.223
2 2
( D2 N 2 ) (0.187 2 0.265 2 )
0.229
2 2
( D2 N 2 ) (0.213 2 0.268 2 )
0.242
2 2
( D2 N 2 ) (0.226 2 0.286 2 )
0.258
2 2
( D2 N 2 ) (0.252 2 0.289 2 )
0.271
2 2
( D2 N 2 ) (0.303 2 0.313 2 )
0.308
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.008 2 0.053 2 )
e 0.038
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.088 2 0.138 2 )
e 0.116
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.099 2 0.1512 )
e 0.128
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.1312 0.162 2 )
e 0.147
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.1512 0.190 2 )
e 0.171
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.203 2 0.227 2 )
e 0.215
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.285 2 0.289 2 )
e 0.287
2 2
( D2 N 2 ) (0.277 2 0.286 2 )
0.282
2 2
( D2 N 2 ) (0.265 2 0.283 2 )
0.274
2 2
( D2 N 2 ) (0.239 2 0.278 2 )
0.259
2 2
( D2 N 2 ) (0.232 2 0.263 2 )
0.248
2 2
( D2 N 2 ) (0.277 2 0.304 2 )
0.291
2 2
( D2 N 2 ) (0.265 2 0.289 2 )
0.277
2 2
( D2 N 2 ) (0.252 2 0.299 2 )
0.276
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.205 2 0.214 2 )
e 0.209
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.194 2 0.212 2 )
e 0.203
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.1912 0.230 2 )
e 0.212
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.172 2 0.202 2 )
e 0.188
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.2172 0.2432 )
e 0.230
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.192 2 0.216 2 )
e 0.204
2 2
( Dc 2 Nc 2 ) (0.182 2 0.229 2 )
e 0.207
2 2
61
Universitas Islam Riau
62
Rw
Ωm
Rw
= 0.9 8 Ωm
= 0.330
0.21 2
5 .20 15 0 .968 5.20
= 0.702
Sxo =
=
= 0.801
Sxo =
=
= 0.932
Zona M2 (1486-1492)
So = 1-Sw
= 1 0.702
= 0.298
MHI =
= 0.412
MHI =
= 0.753
65
Universitas Islam Riau
66
MHI =
0. 24
=
= 0.686
MH =
0. 1
=
= 0.678
RF =
= 0.672
RF =
= 0.262
RF =
= 0.414
68
Universitas Islam Riau
69
URF =
= 0.428
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )