Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu geologi selalu berkaitan dengan fosil, serta perlapisan batuan.


Kedua hal tersebut penting untuk mengidentifikasi waktu geologi, dimana
waktu geologi bermanfaat untuk mempelajari kehidupan di masa lampau.
Hal-hal di masa lampau tersebut umumnya berhubungan dengan lingkungan
pengendapan, bagaimana batuan tersebut terendapkan, ataupun bagaimana
dahulunya kondisi pada lingkungan pengendapan tersebut. Semua itu dapat
dipelajari dari lapisan-lapisan batuan yang terdapat di muka bumi ini.

Lapisan-lapisan tersebut dapat dipelajari dari Ilmu Stratigrafi.


Stratigrafi merupakan salah satu cabang ilmu geologi. Stratigrafi adalah
ilmu yang mendeskripsikan dan mempelajari perlapisan batuan-batuan,
mengenai penyebaran, komposisi, ketebalan, umur, keragaman, dan korelasi
lapisan batuan serta pelamparannya.

Sama seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu stratigrafi juga mengalami


perkembangan seiring dengan bertambah canggihnya zaman. Dimulai dari
ditemukannya ilmu pada perlapisan, hingga aplikasi-aplikasi yang dapat
digunakan untuk mempermudah dalam pemahaman suatu lapisan. Untuk
itu, agar dapat lebih memahami ilmu stratigrafi, sejarah perkembangan dari
ilmu tersebut juga sebaiknya dipahami.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Stratigrafi ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu stratigrafi ?
3. Sejarah penelitian stratigrafi
4. Prinsip pada stratigrafi
5. Unsur unsur pada stratigrafi

1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa memahami pengertian apa itu Stratigrafi

1
2. Mahasiswa mengetahui sejarah perkembangan ilmu Stratigrafi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stratigrafi


Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif
serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan
untuk menjelaskan sejarah bumi.
Pengolongan stratigrafi ialah pengelompokan bersistem batuan
menurut berbagai cara, untuk mempermudah pemerian aturan dan hubungan
batuan yang satu terhadap lainnya. Kelompok bersistem tersebut di atas
dikenal sebagai Satuan Stratigrafi. Batas satuan stratigrafi ditentukan sesuai
dengan batas penyebaran ciri satuan tersebut sebagaimana didefinisikan

2
Batas satuan Stratigrafi jenis tertentu tidak harus berhimpit dengan batas
satuan satuan stratigrafi jenis lain, bahkan dapat memotong satu sama lain

2.2 Sejarah Stratigrafi


Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada
abad ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati
beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki urutan
perlapisan yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya, kemudian
ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang terbawah merupakan lapisan
yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan batuan
merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka
dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya pada suatu
wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka kemudian
Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk periode-
periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu belum ada penamaan
waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William Smith dan kemudian
berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan, hubungan dan genesa
batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi.
Definisi istilah stratigrafi telah dibahas pada pertemuan International
Geological Congress di Copenhagen pada 1960. Salah satu kelompok, yang
sebagian besar merupakan ahli-ahli geologi perminyakan, tidak menyetujui
adanya pembatasan pengertian dan tujuan stratigrafi seperti yang telah
dicontohkan di atas. Bagi para ahli geologi itu, stratigrafi adalah ilmu yang
mempelajari strata dan berbagai hubungan strata (bukan hanya hubungan
umur) serta tujuannya adalah bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan
mengenai sejarah geologi yang terkandung didalamnya, melainkan juga
untuk memperoleh jenis-jenis pengetahuan lain, termasuk didalamnya
pengetahuan mengenai nilai ekonomisnya.

Konsep stratigrafi yang luas itu dipertahankan oleh subkomisi tersebut


yang, sewaktu memberikan komentar terhadap berbagai definisi stratigrafi
yang ada saat itu, menyatakan bahwa stratigrafi mencakup asal-usul,

3
komposisi, umur, sejarah, hubungannya dengan evolusi organik, dan
fenomena strata batuan lainnya.
Pada tahun 1960-an, disiplin ilmu stratigrafi masih banyak membahas
tentang penamaan stratigrafi itu sendiri, konsep yang masih klasik adalah
penamaan hubungan litostratigrafi, kronostratigrafi, dan biostratigrafi
pada suatu wilayah, serta korelasinya antar satu wilayah dengan wilayah
yang lainnya.

a) Litostratigrafi
Berhubungan dengan litologi atau ciri fisik dari suatu lapisan dan
hubungan satuan-satuan stratigrafinya berdasarkan karakteristik
litologinya.
b) Kronostratigrafi
Berhubungan dengan umur lapisan batuan dan hubungan waktunya
c) Biostratigrafi
Merupakan studi tentang batuan berdasarkan kandungan fosilnya

Kemudian masih pada 1960an, pendekatan klasik terhadap stratigrafi


diperbaharui oleh Weller dengan bukunya Stratigrafi Principle and
Practice. Prinsip-prinsip yang ia kembangkan merupak tulang punggung
dari stratigrafi sekarang ini. Kita harus mengerti hubungan antara stratigrafi
dengan sistem pengendapan serta hubungan antara aplikasi stratigradi
dengan prinsip sedimentologi untuk menginterpretasikan lapisan dalam
tektonik global.
Pada 1970an, berkembang konsep urut-urutan pengendapan, yang
membahas paket lapisan yang dibatasi oleh ketidakselarasan, yang
kemudian berkembang menjadi disiplin ilmu sekuen stratigrafi.
Selain itu ada pula perkembangan dari stratigrafi yang memberikan
kontribusi penting dalam pembelajaran hubungan fisik stratigrafi, umur, dan
lingkungan dari perlapisan dibawah permukaan serta sedimen di samudera,
yaitu magnetostratigrafi, yang berhubungan dengan ciri fisik magnet dari
suatu batuan sedimen dan batuan vulkanik yang berlapis,
dan seismikstratigrafi, yang merupakan studi stratigrafi dan fasies
pengendapan berdasarkan interpretasi data seismik.

4
2.3 Sejarah Penelitian

Geologi:

1839: Pemaparan oleh Jacques Boucher de


Perthes di Paris: Kronologisasi artefak dari sudut pandang seorang
geolog: Stratigrafi di Lembah Somme pada masa Diluvium;

1864: Penelitian awal stratigrafi perbandingan oleh Lartet dan Christy


terhadap lokasi-lokasi penemuan masa Paleolitikum di Prigord.

Arkeologi:

1787: Analisis pelapisan tanah pada penyelidikan terhadap gundukan-


gundukan kubur Indian di Virginia oleh Thomas Jefferson;

1871: Awal ekskavasi di Troya oleh Heinrich Schliemann:


Pengembangan penggalian cara Schliemann dengan profil besar;

1890: Penyelidikan oleh Flinders Petrie di Tell el-Hesi:


kronologi keramikberdasarkan Stratigrafi;

1948: C. Schaeffer: Stratigrafi perbandingan (C.F.A.


Schaeffer, Stratigrafi Perbandingan dan Kronologisasi Asia Barat,
1948)

1973: Pengembangan teoretis oleh [Edward Harris]] (Matriks Harris).

2.4 Prinsip Pada Stratigrafi

Dalam pembelajaran stratigrafi permulaannya adalah pada prinsip-


prinsip dasr yang sangat penting aplikasinya sekarang ini.Sebagai dasar
daari studi ini Nicolas Steno membuat empat prinsip tentang konsep dasar
perlapisan yamg sekarang dikenal dengan Stenos Law. Dan prinsip steno
tersebut yaitu :

A. The Principles of Superpositin (Prinsip Superposisi)

5
Dalam suatu uruan perlapisan, lapisan yang lebih muda adalah
lapisan yang berada diatas lapisan yang lebih tua. pada waktu suatu
lapisan terbentuk (saat terjadinya pengendapan), semua massa yang
berada diatasnya adalah fluida, maka pada saat suatu lapisan yang
lebih dulu terbentuk, tidak ada keterdapatan lapisan diatasnya. Steno,
1669

B. Principle of Initial Horizontality

Jika lapisan terendapkan secara horizintal dan kemudian


terdeformasi menjadi beragam posisi. Lapisan baik yang berposisi
tegak lurus maupun miring terhadap horizon, pada awalnya paralel
terhadap horizon. Steno, 1669

C. Lateral Continuity

Dimana suatu lapisan dapat diasumsikan terendapkan secara


lateral dan berkelanjutan jauh sebelum akhirnya terbentuk sekarang.
Material yang membentuk suatu perlapisan terbentuk secara menerus

6
pada permukaan bumi walaupun beberapa material yang padat
langsung berhenti pada saat mengalami transportasi. Steno, 1669

7
D. Principle of Cross Cutting Relationship

Suatu struktur geologi seperti sesar atau tubuh intruksi yang


memotong perlapisan selalu berumur lebih muda dari batuan yang
diterobosnya. Jika suatu tubuh atau diskontinuitas memotong
perlapisan, tubuh tersebut pasti terbentuk setelah perlapisan tersebut
terbentuk. Steno, 1669

2.5 Unsur unsur Pada Stratigrafi

Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :

A. Elemen batuan

Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam


untuk dipelajari adalah batuan sedimen, karena batuan ini memiliki
perlapisan, terkadang batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam
kapasitas yang sedikit.

B. Unsur Perlapisan (waktu)


merupakan salah satu sifat batuan sedimen yang disebabkan oleh
proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas antara lapisan
satu dengan yang lainnya yang merepresentasikan perbedaan
waktu/periode pengendapan.

8
Bidang perlaipsan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi
yang berupa:
Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian
dilanjutkan oleh pengendapan sedimen yang lain.
Perubahan warna material batuan yang diendapkan.
Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan
bentuk butir).
Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan
lainnya.
Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan
(komposisi mineral, kandungan fosil, dll).

9
BAB III
KESIMPULAN

1. Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi.
2. - Tahun 1960 studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi.
- Tahun 1960an stratigrafi masih banyak membahas tentang penamaan
stratigrafi itu sendiri, konsep yang masih klasik adalah penamaan
hubungan litostratigrafi, kronostratigrafi, dan biostratigrafi pada suatu
wilayah.
- masih pada 1960an, pendekatan klasik terhadap stratigrafi diperbaharui
oleh Weller dengan bukunya Stratigrafi Principle and Practice
- Pada 1970an, berkembang konsep urut-urutan pengendapan, yang
membahas paket lapisan yang dibatasi oleh ketidakselarasan, yang
kemudian berkembang menjadi disiplin ilmu sekuen stratigrafi.
3. Prinsip dasar stratigrafi dibagi menjadi empat, yaitu
- The Principles of Superpositin
- Principle of initial Horizontality
- Lateral Continuity
- Principle of Cross Cutting Relationship
4. Elemen penyusun stratigrafi dibagi dua yaitu elemen batuan dan elemen
perlapisan

10
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan (diakses


pada tanggal 03 Februari 2016)

https://kelompok5stratigrafi.wordpress.com/2011/10/29/sejarah-perkembangan-
stratigrafi/ (diakses pada tanggal 21 April 2017)

https://kelompok5stratigrafi.wordpress.com/2011/10/29/prinsip-prinsip-dasar-
stratigrafi/ (diakses pada tanggal 21 April 2017)

http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012/03/stratigrafi.html (diakses pada


tanggal 21 April 2017)

11

Anda mungkin juga menyukai