Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS POTENSI GEOTHERMAL DAERAH CANGAR,

KOMPLEK ARJUNO-WELIRANG MENGGUNAKAN CITRA


LANDSAT 8
1 1 1* 1
Dhaneswara Pinandita , Pranata Setiawan , Dinda Maulina , Adellia Putri Nurdina , Rifqi
1
Roid Dhiaulhaq

1
Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

*Corresponding author. Email: dindamaulina.19034@mhs.its.ac.id

Abstrak
Potensi geothermal di Indonesia cukup besar, akan tetapi masih sedikit pemanfataan dari geothermal
tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya kajian lebih lanjut terkait sebaran potensi geothermal di
Indonesia. Pada paper ini dilakukan penelitian terkait analisis potensi geothermal di daerah sekitar
sumber air panas Cangar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penginderaan
jauh, dimana data yang digunakan berupa data citra satelit Landsat-8 dari USGS (United States
Geological Survey), data DEM (Digital Elevation Model) dari DEMNAS, shapefile batas kabupaten
dan kecamatan Jawa Timur, serta Peta Geologi Regional Lembar Kawasan Gunung Arjuno-Welirang,
dimana data tersebut diolah pada software ArcGIS 10.8. Potensi geothermal dapat dianalisis dari peta
NDVI (Normalized Difference Vegetation Index), peta LST (Land Surface Temperature), dan peta
densitas lineament. Selain itu, peta persebaran litologi juga berguna sebagai data penunjang terkait
analisis potensi geothermal. Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan, diketahui berdasarkan
densitas lineamentnya, nilai densitas yang sangat rapat banyak tersebar di daerah Cangar. Dari nilai
NDVI, anomali vegetasi juga banyak terjadi di daerah Cangar. Selain itu, dari LST juga diketahui
indikasi lahan terbuka sebagai manifestasi geothermal juga berada di daerah Cangar. Dari analisis
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa daerah Cangar merupakan daerah yang memiliki
potensi geothermal.

Kata Kunci: Cangar; densitas lineament; geothermal; LST; NDVI.

Abstract
Geothermal potential in Indonesia is quite large, but there is still little use of geothermal. This is due
to the lack of further studies related to the distribution of geothermal potential in Indonesia. In this
paper, research is carried out related to the analysis of geothermal potential in the area around the
Cangar hot springs. The method used in this research is remote sensing method, where the data used
are Landsat-8 satellite image data from USGS (United States Geological Survey), DEM (Digital
Elevation Model) data from DEMNAS, shapefile boundaries of districts and sub-districts of East Java,
and Regional Geological Map Sheet of Mount Arjuno-Welirang Area, where the data is processed in
ArcGIS 10.8 software. Geothermal potential can be analyzed from NDVI (Normalized Difference
Vegetation Index) maps, LST (Land Surface Temperature) maps, and lineament density maps. In
addition, the lithological distribution map is also useful as supporting data related to the analysis of
geothermal potential. Based on the processing that has been carried out, it is known that based on the
straightness density, very dense density values are widely distributed in the Cangar area. From the
NDVI value, many vegetation anomalies also occur in the Cangar area. In addition, from ESG it is
also known that there are indications of open land as geothermal manifestations in the Cangar area.
From the analysis that has been done, it can be concluded that the Cangar area is an area that has
geothermal potential.

Keywords: Cangar; density lineament; geothermal; LST; NDVI.

1
Pendahuluan pada 7° 40’ 10” - 7° 49’ 31” LS dan 112°
22’ 13” - 112° 46’ 30” BT secara
Sumber geothermal diartikan sebagai
geografis. Daerah ini memiliki konfigurasi
suatu reservoir dimana energi geothermal
perbukitan dan gunung dengan ketinggian
dapat dimanfaatkan baik secara ekonomis
1.000 sampai 3.000 mdpl. Pada daerah ini,
maupun untuk keperluannya lainnya
memiliki tipe iklim C dan D yang
seperti pembangkit tenaga listrik dan
memiliki curah hujan 2.500 - 4.500 mm
sebagainya. Energi geothermal adalah
per tahun. Suhu udara di malam hari
suatu energi panas yang berasal dari
berkisar 50°C hingga 100°C, sedangkan
bagian dalam bumi (Robawa, 2016).
pada musim kemarau mencapai 40°C
Sebaran potensi geothermal di Indonesia
(Oktavia, 2016).
berada di berbagai provinsi, seperti Jawa,
Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan
Sumber air panas Cangar termasuk dalam
provinsi lainnya. Merujuk pada sistem
Kompleks Gunung Arjuno Welirang
geothermal di Indonesia, reservoir
(KGAW) yang termasuk dalam sistem
geothermal ditandai dengan kemunculan
geothermal yang memiliki medan terjal
gas dan mata air panas (Rakhmanto et al.,
dan berasosiai dengan sistem vulkanik.
2011).
Menurut Hadi (2010), manifestasi
geothermal yang ditemukan seperti
Jawa Timur memiliki 11 potensi
fumarole Kawah Plupuh dapat dijumpai
geothermal dan telah memproduksi energi
dibagian atas, sedangkan di mata air panas
geothermal sebesar 1206,5 MW. Salah
dikumpai tipe bikarbonat serta alterasi
satu wilayah potensi geothermal di Jawa
argilik dan argilik lanjut pada Gunung
Timur berada di Kompleks Arjuno-
Pundak (Utama, et al.,2016).
Welirang, yang kami teliti khususnya di
daerah Cangar (Nuha, Maryanto, &
Geothermal
Santoso, 2017). Salah satu metode untuk
mengetahui potensi geothermal yaitu Geothermal merupakan sumber energi
dengan menggunakan metode yang baisa digunakan untuk air panas, uap
penginderaan jauh. Dengan menggunakan panas dan berada dalam perut bumi.
data citra satelit Landsat 8, dapat diketahui Menurut Leibowitz (1978), energi
kerapatan vegetasi dan suhu permukaan geothermal merupakan panas yang
tanah dari daerah penelitian. Penelitian ini diturunkan dari Bumi dan sangat dekat
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dengan permukaan Bumi. Ada panas yang
geothermal berdasarkan kerapatan indeks sangat tinggi jauh dari permukaan bumi,
vegetasi, suhu permukaan tanah, dan mengubah semua batu dan benda menjadi
kemenerusan di wilayah geothermal cairan. Jenis batuan yang meleleh pada
Cangar, Jawa Timur melalui hasil suhu tinggi ini disebut "magma." Magma
pengolahan data berupa data citra Landsat jenis ini terus-menerus memanaskan
8 menggunakan software ArcGIS 10.8 bagian terluar bumi, yaitu kerak bumi,
yang diaplikasikan untuk menganalisis hingga kedalaman 15 km (radius bumi:
potensi geothermal di sekitar sumber air 6371 km). Cangkang berisi air juga
panas Cangar. dipanaskan. Ketika air merembes atau naik
ke permukaan dan tidak ada tekanan
Dasar Teori karena kedalamannya, air berubah menjadi
uap panas, genangan air panas, atau mata
Kajian Geografis Wilayah Cangar
air panas (Saptadji, 1992).
Sumber Air Panas Cangar terdapat pada
Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Citra Satelit Landsat-8
Kota Batu, Jawa Timur (Monograi Desa,
2010). Sumber Air Panas Cangar terletak

2
Satelit LDCM (Landsat 8) dirancang untuk rata-rata yang dijelaskan dalam cakupan
membawa sensor gambar OLI piksel dari berbagai jenis permukaan. Data
(Operational Land Imager) dengan yang dibutuhkan untuk membuat
inframerah dekat dan tujuh saluran parameter LST yaitu citra satelit Landsat 8
reflektansi yang terlihat, dan memiliki band 10 dan band 11 (Fahwari, 2019).
resolusi spasial yang sama dengan
permukaan bumi. Termasuk panjang Metode Penelitian
gelombang yang dipantulkan oleh benda di Lokasi Penelitian
atas. Landsat berukuran 30 meter. Sensor
gambar OLI memiliki saluran spektral Penelitian ini dilakukan dengan metode
yang sama dengan sensor Landsat 7 penginderaan jauh yang dilakukan pada
Enhanced Thermal Mapper plus (ETM+), data citra satelit Landsat-8 dan DEM.
tetapi sensor gambar OLI ini memiliki Daerah yang akan diteliti adalah daerah
saluran baru. Program LDCM (Landsat 8) sekitar Sumber Air Panas Cangar yang
dikembangkan pada tahun 2008 untuk termasuk dalam kawasan Kompleks
mencapai kontinuitas saluran inframerah Gunung Arjuno - Welirang.
termal, tetapi bukan saluran inframerah
termal. Artinya, misi LDCM (Landsat 8) Data Penelitian
memungkinkan sensor gambar TIRS Data penelitian yang digunakan berupa
(Thermal Infrared Sensor) opsional data sekunder misalnya data citra satelit
(opsional) untuk menghasilkan data Landsat-8 yang dapat diperoleh dari
berkelanjutan untuk saluran panas website USGS (United States Geological
inframerah yang tidak ditangkap oleh OLI Survey). Adapun data DEM (Digital
(Sitanggang, 2010). Elevation Model) diperoleh dari
DEMNAS, shapefile batas kabupaten dan
Normalized Data Vegetation Index kecamatan Jawa Timur, serta Peta Geologi
NDVI (Normalized Data Vegetation Regional Lembar Kawasan Gunung
Index) adalah suatu metode yang Arjuno-Welirang.
digunakan untuk menyatakan tingkat
kerapatan vegetasi suatu daerah. Interval Peralatan Penelitian
nilai dari hasil perhitungan NDVI yang Pada penelitian pengolahan data dilakukan
digunakan untuk mengklasifikasikan dengan menggunakan software ArcGIS
vegetasi (Cahyono et al., 2019). 10.8.

Land Surface Temperature Tahap Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan dengan
Suhu permukaan bumi (LST) merupakan beberapa tahapan karena output peta yang
salah satu faktor iklim yang penting dalam dihasilkan beragam. Adapun tahap
keseimbangan energi, sehingga perubahan pengolahan data secara detail adalah
suhu permukaan dapat mengubah faktor sebagai berikut.
iklim lainnya. Karena tanah tidak memiliki
vegetasi, tidak ada vegetasi penyerap 1. Pengolahan Peta NDVI
panas yang meningkatkan suhu permukaan
(Guntara, 2016). Sebaran LST perlu Dalam pembuatan peta NDVI, data yang
diketahui di wilayah tersebut sehingga digunakan berupa data satelit citra
dapat digunakan untuk perencanaan tata Landsat-8 yaitu band 5 (band inframerah
guna dan penggunaan lahan, mengingat (NIR)) dan band 4 (band merah). NDVI
wilayah tersebut mengalami suhu dapat dihitung dengan menggunakan
permukaan yang tinggi. LST juga dapat persamaan berikut.
didefinisikan sebagai suhu permukaan

3
𝜌 −𝜌
𝑁𝐷𝑉𝐼 = 𝜌𝑛𝑖𝑟 + 𝜌𝑟𝑒𝑑 (1) (3 × 108 𝑚/𝑠), serta 𝜎 merupakan
𝑛𝑖𝑟 𝑟𝑒𝑑
konstanta Boltzmann (1.38 × 10−23 𝐽/𝐾).

2. Pengolahan Peta LST Akan tetapi, sebelum mencari temperatur


Berdasarkan peta LST dapat diketahui permukaan (T) terlebih dahulu menghitung
persebaran atau distribusi suhu permukaan fraksi vegetasi (PV) dari hasil pengolahan
tanah di suatu daerah. Untuk memperoleh NDVI dengan menggunakan persamaan
peta LST, langkah awal yang dilakukan dibawah ini.
adalah pengkoreksian data satelit citra 𝑁𝐷𝑉𝐼−𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑖𝑛 2
Landsat-8 dengan menggunakan koreksi 𝑃𝑉 = (𝑁𝐷𝑉𝐼 ) (5)
𝑚𝑎𝑥 −𝑁𝐷𝑉𝐼𝑚𝑖𝑛
radiometrik yang berfungsi untuk Nilai fraksi vegetasi yang dihasilkan
meminimalisir gangguan atmosfer ketika digunakan untuk menentukan nilai
proses perekaman. Data yang digunakan emisivitas (𝑒). Nilai emisivitas dapat
yaitu Thermal Infrared 1 (band 10) dan diperoleh dari persamaan berikut.
Thermal Infrared 2 (band 11). Koreksi
radiometrik yang digunakan yaitu TOA 𝑒 = 0.004𝑃𝑉 + 0.986 (6)
radian (𝐿𝜆 ). Berikut persamaan yang Setelah memperoleh nilai emisivitas, maka
digunakan dalam menentukan TOA radian dapat dihitung LST masing - masing band
(𝐿𝜆 ). 10 dan band 11 berdasarkan persamaan
𝐿𝜆 = 𝑀𝐿 𝑄𝑐𝑎𝑙 + 𝐴𝐿 (2) (4). Selanjutnya hasil LST dari kedua band
tersebut dirata - rata untuk dibuat peta LST
dimana 𝑀𝐿 merupakan konstanta pengali (Land Surface Temperature).
band termal, 𝑄𝑐𝑎𝑙 merupakan digital
number untuk setiap pixel, dan 3. Pengolahan Peta Densitas Lineament
𝐴𝐿 merupakan konstanta penjumlah band
termal. Pembuatan peta densitas lineament dapat
menjadi pendukung dalam mengkaji
Selanjutnya menghitung nilai Brightness potensi geothermal di suatu daerah. Input
Temperature (BT) sebagai radiasi yang diperlukan dalam pembuatan peta ini
gelombang elektromagnetik yang dideteksi adalah data DEM. Langkah berikutnya
oleh sensor termal. Berikut persamaan adalah membuat hillshade dengan azimuth
untuk mencari nilai BT. 90º, 180º, 270º, dan 360º. Kemudian
𝐾2
dibuat digitasi lineament yang mengikuti
𝐵𝑇 = 𝐾1
− 273.15 (3) bentuk kontur. Lalu melakukan kalkulasi
𝑙𝑛( +1)
𝐿𝜆 nilai kerapatan (densitas) lineament.
dimana 𝐾1 dan 𝐾2 merupakan konstanta
konversi termal yang terdapat pada 4. Pengolahan Peta Litologi
metadata citra, serta 𝐿𝜆 merupakan TOA Untuk mengetahui persebaran litologi di
radian. sekitar daerah penelitian, dapat dilakukan
dengan mendigitasi peta geologi lembar
Konversi temperatur satelit menjadi Kawasan Gunung Arjuno-Welirang.
temperatur permukaan dapat dilakukan
dengan persamaan dibawah ini. 5. Pengolahan Peta Potensi Geothermal
𝑇𝐵
𝐿𝑆𝑇 = 𝜆𝑇𝐵 (4) Peta potensi geothermal dibuat
[1+( )𝑙𝑛(𝑒)]
ℎ𝑐/𝜎 berdasarkan overlay dari peta LST dan
dimana 𝜆 merupakan panjang gelombang peta NDVI. Setelah membuat peta overlay,
sensor termal yang digunakan, h maka dilakukan scoring atau pembobotan,
merupakan konstanta Planck (6.626 × dimana dalam penelitian ini bobot scoring
10−34 𝐽𝑠), c merupakan kecepatan cahaya

4
yang digunakan sebesar 50%, 50% untuk -0.032 –
4
peta LST dan peta NDVI. 0.338
-0.775 - -
5
Tahap Analisis 0.032
Analisis data dilakukan dengan 12 – 17 1
menganalisis masing – masing peta yang 12 – 20 2
dihasilkan baik Peta LST (Land Surface Nilai LST (ºC) 20 – 23 3
Temperature), Peta NDVI (Normalized 23 – 25 4
Difference Vegetation Index), Peta 25 – 32 5
Densitas Lineament, serta Peta Potensi 0 1
Geothermal di daerah penelitian. Densitas 0.1 – 0.2 2
Hasil dan Pembahasan Lineament 0.2 – 0.4 3
(km/km2) 0.4 – 0.6 4
Hasil
0.6 – 0.8 5
Berdasarkan pengolahan data yang telah Tidak
dilakukan, didapatkan tabel klasifikasi 1
Berpotensi
hasil pengolahan sebagai berikut. Sedikit
2
Berpotensi
Tabel 1 Klasifikasi nilai masing – masing peta Potensi
hasil pengolahan Cukup
Geothermal 3
Klasifikasi Berpotensi
Jenis Nilai Berpotensi 4
Nilai Skala
0.715 – 0.885 1 Sangat
5
Nilai NDVI 0.566 – 0.715 2 Berpotensi
0.338 – 0.566 3
Pembahasan

Gambar 1. Peta Geologi Gunung Arjuno Welirang dan Gunung Anjasmoro (Sumber; Peta Geologi lembar
KGAW)

Berdasarkan gambar (1), KGAW terbagi ditunjukkan oleh kemunculan pusat-pusat


menjadi batuan alas, produk erupsi Arjuno erupsi yang membentuk pola lineament ke
Welirang tua, dan produk erupsi Arjuno arah barat laut tenggara. Pada wilayah
Welirang muda. Kenampakan di lapangan penelitian, terdapat lima pusat erupsi yaitu

5
Gunung Welirang, Gunung Arjuno, laut-tenggara, dapat diasumsikan bahwa
Gunung Kembar l, Gunung Kembar ll, pola struktur yang muncul berupa antitetik
Gunung Bakal dan erupsi samping pada dari sesar utama dengan arah barat daya
Gunung Bulak, Gunung Pundak di utara sampai timur laut sejajar dengan pola
dan Gunung Tunggangan di bagian barat. meratus. Sesar ini diwakilkan oleh Sesar
Hasil gunung api tersebut dikategorikan Padusan, sesar Kemiri, dan Sesar Bakal.
sebagai letusan magmatik yang dapat Sesar Claket dan Sesar Kemiri
memproduksi lava dan piroklastik. Batuan diasumsikan akan membentuk daerah
vulkanik Gunung Arjuno Welirang graben dimana pada bagian yang menurun
dimulai dari sejarah erupsi Gunung Arjuno akan diisi oleh aliran piroklastik Gunung
Welirang tua. Welirang. Kenampakan di lapangan
ditandai oleh lineament air panas dan
Deformasi tektonik yang sangat kuat dapat topografi yang terjal. Sesar akan
mempengaruhi aktivitas vulkanik Gunung menyebabkan munculnya air panas di
Arjuno Welirang yang menyebabkan sekitar Padusan dan berpengaruh dalam
sulitnya menentukan pola lineament pembentukan daerah impermeable dalam
berarah barat laut tenggara pada kawasan sistem geothermal Gunung Arjuno -
kawah utama Gunung Arjuno Welirang Welirang.
tua. Karena terdapat sesar berarah barat

Gambar 2. Peta Kerapatan (densitas) lineament

Pada hasil pengolahan didapat nilai km/km2). Nilai densitas sangat rapat yang
densitas pada gambar (5) yang berwarna merah banyak tersebar di bagian
dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu tengah peta, atau pada daerah cangar yang
kelas sangat jarang yang ditandai dengan terletak pada kecamatan Bumiaji Kota
warna hijau tua (0 km/km2), kelas jarang Batu. Lineament yang menyebar pada
yang ditandai dengan warna hijau muda daerah cangar ini memanjang dari arah
(0,1-0,2 km/km2), agak rapat yang ditandai selatan menuju utara (dari batu ke puncak
dengan warna kuning (0,2-0,4 km/km2), cangar). Kemudian banyak juga ditemukan
rapat yang ditandai dengan warna jingga lineament di daerah pegunungan gunung
(0,4-0,6 km/km2), dan sangat rapat yang anjasmoro yang terletak di bagian barat
ditandai dengan warna merah (0-6-0,8 pada gambar (2).

6
Pada gunung anjasmoro diduga penyebab bagian yang berwarna merah memiliki
adanya banyak lineament adalah karena skala 5 dengan nilai -0,775 sampai -0,032,,
aktivitas vulkanik lampau yang warna jingga memiliki skala 4 dengan nilai
menyebabkan kekosongan dapur magma -0,032 sampai 0,338, warna kuning
yang kemudian menyebabkan tubuh memiliki skala 3 dengan nilai 0,338
gunung anjasmoro mengalami collapse sampai 0,566, warna hijau muda memiliki
dan menghasilkan lineament-lineament. skala 2 dengan nilai 0,566 sampai 0,715,
Dengan adanya banyak lineament, hal ini dan warna hijau tua memiliki skala 1
mendukung akan adanya potensi dengan nilai 0,715 sampai 0,885. NDVI
geothermal di daerah arjuno welirang. dengan skala 5 di identifikasikan sebagai
Karena geothermal ini terjadi pada daerah daerah yang memiliki vegetasi yang sangat
vulkanik yang notabennya tersusun oleh jarang, yang banyak ditemukan di bagian
batuan vulkanik yang memiliki porositas lembah antara gunung anjasmoro dan
dan densitas yang rendah. Sedangkan, puncak arjuno welirang. Pada bagian ini
pada sistem geothermal membutuhkan air memiliki nilai sangat jarang pada NDVI
untuk mendistribusikan panas. Lineament dikarenakan pada citra satelit, pada
ini menjadi parameter adanya sesar yang bagian-bagian puncak ini tertutupi oleh
pada sistem geothermal berfungsi untuk awan dan juga di identifikasikan sebagai
menjadi celah masuknya air ke bawah pemungkiman penduduk, sehingga pada
permukaan untuk menjadi reservoir fluida pengolahan spektrum warna, daerah
panas. Maka, semakin banyaknya tersebut diidentifikasikan memiliki
lineament yang ditemukan pada daerah vegetasi jarang.
vulkanik, semakin besar pula potensi
geothermal yang ada. Nilai NDVI ini merupakan citra satelit
yang mampu menunjukkan nilai kanopi
Rentang nilai kerapatan vegetasi (NDVI) atau indeks vegetasi di bumi. Semakin
yang didapatkan, berkisar dari -0,775 tinggi kerapatan vegetasi dari suatu
sebagai nilai minimum, sampai 0,885 wilayah, maka semakin tinggi juga nilai
sebagai nilai maksimum. Pada gambar (3), emisivitasnya. Pada NDVI, bagian yang

.
Gambar 3. Peta NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)

menunjukkan adanya potensi geothermal yang jarang. Karena manifestasi


adalah pada daerah yang memiliki vegetasi geothermal ini biasa menghasilkan gas gas

7
karbondioksida, metana dan gas-gas suhu permukaan yang terhitung
lainya. Gas ini menyebabkan matinya dipengaruhi oleh radiasi termal dari objek
tumbuhan tumbuhan di sekelilingnya di bumi. Untuk menghilangkan
karena sifatnya yang beracun. Namun, jika pengaruhnya, digunakan nilai emisivitas
melihat pada gambar (3), daerah yang dengan memanfaatkan indeks vegetasi
memiliki kerapatan vegetasi yang jarang atau NDVI. Karena nilai suhu permukaan
ini di identifikasikan sebagai awan dan ini bergantung pada nilai indeks vegetasi.
pemungkiman, maka dari itu pada analisis, Semakin tinggi kerapatan vegetasi suatu
dicari daerah sangat jarang berwarna Kawasan, maka semakin rendah nilai
merah yang ada di tengah tengah daerah temperature permukaan nya. Pada gambar
vegetasi rapat (warna hijau sampai hijau 4 nilai suhu memiliki rentang nilai 12
tua), hal ini menunjukkan adanya anomali, sampai 32°C. Dengan warna jingga
yang semakin menguatkan analisis potensi menunjukan nilai paling minimum, yaitu
geothermal. Maka, pada gambar 4.2 12 - 17°C, warna kuning menunjukkan
anomali vegetasi banyak terjadi pada nilai 17 - 20°C, warna hijau muda
daerah tengah peta, atau pada daerah memiliki nilai 20 - 23°C, warna hijau tua
cangar sampai daerah pacet, yang masuk memiliki nilai 23 - 25°C, dan warna merah
dalam kecamatan bumiaji dan pacet. memiliki nilai suhu tertinggi yaitu 25 - 32
°C.
Salah satu prospek dari manifestasi
geothermal yaitu terdapatnya suatu Nilai suhu permukaan minimum yang
anomali dari hasil pengolahan suhu berwarna kuning ini diartikan sebagai titik-
permukaan memiliki nilai yang berbeda titik awan yang terdapat pada daerah
dari daerah sekitarnya. Nilai persebaran

Gambar 4. Peta LST (Land Surface Temperature)

gunung arjuno welirang dan gunung daunan yang dimiliki pepohonan. Suhu
anjasmoro. Untuk lahan terbuka, suhu rendah yang diidentifikasikan sebagai
permukaan adalah suhu pada lapisan vegetasi lebat ini terdapat pada tubuh
terluar dari permukaan tanah. Sedangkan gunung arjuno welirang dan gunung
untuk vegetasi yang lebat berupa hutan, ringgit. Kemudian nilai temperatur
suhu rendah ini diartikan sebagai suhu dari permukaan yang tinggi (berwarna merah
bagian penutupnya atau kanopi dari daun- tua) ini menandakan pengaruh dari

8
dominasi lahan terbuka. Daerah berwarna kemudian didapatkan 5 besaran skala
merah, diidentifikasi sebagai lahan potensi (1-5), yang berarti bahwa semakin
pemungkiman warga setempat dan besar nilai yang ada, maka semakin
perkotaan. Pada gambar (4), daerah berpotensi daerah yang dimaksud. Wilayah
berwarna merah ini adalah daerah kota yang paling mungkin memiliki manifestasi
batu, cangar, dan kecamatan pacet. geothermal di permukaan adalah di daerah
Kemudian warna merah yang diindikasi cangar yang berada di perbatasan dari
sebagai lahan terbuka sebagai manifestasi kecamatan bumiaji dan pacet. Daerah
geothermal terletak pada daerah yang cangar berpotensi dikarenakan daerah
memiliki nilai anomali temperatur tersebut berada di tengah-tengah daerah
permukaan (titik merah di antara wilayah yang memiliki nilai LST rendah dan NDVI
hijau). anomali ini berada pada puncak yang tinggi. Manifestasi geothermal
cangar yang ada di perbatasan kecamatan cangar ini dapat dibuktikan dengan adanya
bumiaji dan pacet. manifestasi mata air panas yang dijadikan
Hasil pengolahan peta NDVI dan pemandian oleh warga setempat.
temperature permukaan, kemudian Persebaran potensi geothermal di daerah
digabungkan dengan bobot skoring sebesar penelitian dapat dilihat pada gambar (5).
50%,50%. Pada hasil pembobotan

Gambar 5. Peta Potensi Geothermal

Kesimpulan banyak juga ditemukan lineament di


daerah pegunungan gunung anjasmoro.
Kondisi morfologi Kawasan gunung
Hasil perhitungan NDVI, anomali vegetasi
arjuno welirang dan gunung anjasmoro ini
banyak terjadi pada daerah cangar sampai
terdiri dari struktur amblesan yang
daerah pacet, yang masuk dalam
memiliki arah selatan – utara. Nilai
kecamatan bumiaji dan pacet. Dan Hasil
densitas sangat rapat yang berwarna merah
perhitungan LST, daerah dengan suhu
(0-6-0,8 km/km2) banyak tersebar di
tinggi adalah daerah kota batu, cangar, dan
bagian tengah peta, atau pada daerah
kecamatan pacet. Kemudian warna merah
cangar yang terletak pada kecamatan
yang diindikasi sebagai lahan terbuka
Bumiaji Kota Batu. Lineament yang
sebagai manifestasi geothermal terletak
menyebar pada daerah cangar ini
pada daerah yang memiliki nilai anomali
memanjang dari arah selatan menuju utara
temperatur permukaan (titik merah di
(dari batu ke puncak cangar). Kemudian

9
antara wilayah hijau). anomali ini berada FLOW IN CANGAR AREA,
pada puncak cangar yang ada di ARJUNO-WELIRANG VOLCANO
perbatasan kecamatan bumiaji dan pacet. COMPLEX, EAST JAVA USING
SELF POTENTIAL METHOD.
Ucapan Terima Kasih Jurnal Penelitian Fisika dan
Aplikasinya (JPFA).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Rakhmanto, F., Maryanto, S., Susilo, A.,
Bapak M. Singgih Purwanto, S.Si., MT
& Krisbiantoro, A. (2011) . ERT
selaku dosen pembimbing mata kuliah
(ELECTRICAL RESISTANCE
Sistem Informasi Geografis Departemen
TOMOGRAPHY) SUMBER AIR
Teknik Geofisika Institut Teknologi
PANAS CANGAR KOMPLEK
Sepuluh Nopember, Mbak Dina Yulianita
GUNUNG ARJUNO-WELIRANG.
dan Mbak Maizan Rin Dalwain selaku
Jurnal Neutrino.
asisten dosen yang telah membimbing
Robawa, F. N. (2016). IDENTIFIKASI
kami dalam praktikum hingga pembuatan
POTENSI GEOTHERMAL
paper ini, serta teman – teman lainnya
MENGGUNAKAN LANDSAT 8
yang turut membantu dalam diskusi tekait
SERTA REKOMENDASI LOKASI
proses pembuatan peta.
PLTP DENGAN ANALISIS
SISTEM INFORMASI
Daftar Pustaka
GEOGRAFIS (STUDI KASUS :
Cahyono, B. E., Jannah, N., & Suprianto, KAWASAN GUNUNG LAWU).
A. (2019). Analisis Sebaran Potensi Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
dan Manifestasi Panas Bumi Nopember.
Pegunungan Ijen Berdasarkan Suhu Oktavia, A. I. (2016). Pemantapan
Permukaan dan Geomorfologi. organisasi ekowisata dalam
Fahwari, N., Yanuarsyah, I., & pengelolaan objek Wisata Alam Air
Hudjimartsu, S. A. (2019). Panas Cangar Kota Batu untuk
Hubungan Suhu Permukaan Tanah mencapai kepuasan pengunjung.
Dengan Zona Rawan Longsor Agrika, 10(2).
Menggunakan Land Surface Sitanggang, G. (2010). Kajian
Temperature. SEMNATI 2019, 366- pemanfaatan satelit masa depan:
371. sistem penginderaan jauh satelit
Guntara. (2016, Oktober 4). Pengertian LDCM (LANDSAT-8). Berita
Suhu Permukaan Lahan (Land Dirgantara, 11(2)
Surface Temperature). Diambil
kembali dari Guntara.com Informasi
Berguna Bagi Nusantara:
https://www.guntara.com/2016/10/pe
ngertian-suhu-permukaan-lahan-
land.html
Utama, H., Harijoko, A., & Husein, S.
(2016). Studi Vulkanisme dan
Struktur Geologi untuk Eksplorasi
Awal Panas Bumi di Kompleks
Gunung Api Arjuno Welirang. In
Seminar Nasional Kebumian Ke-9
(pp. 83-92).
Nuha, D. Y., Maryanto, S., & Santoso, D.
R. (2017). DETERMINATION OF
THE DIRECTION OF HOT FLUID

10
11

Anda mungkin juga menyukai