Anda di halaman 1dari 17

ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638

Ris.Geo.Tam Vol. 28, No.2, Desember 2018 (221-237)


DOI: 10.14203/risetgeotam2018.v28.989

MODEL SISTEM PANAS BUMI LAPANGAN KARAHA -


TALAGA BODAS BERDASARKAN INVERSI 2D DATA
MAGNETOTELLURIK
THE KARAHA - TALAGA BODAS GEOTHERMAL SYSTEM MODEL,
BASED ON 2D INVERSION OF MAGNETOTELLURIC DATA

Ilham Arisbaya1, Aldinofrizal2, Yayat Sudrajat1, Eddy Z. Gaffar1, Asep


Hardja2
1
Pusat Penelitian Geoteknologi, LIPI, Jl. Sangkuriang Bandung 40135
2
Program Studi Geofisika Universitas Padjadjaran, Bandung

ABSTRAK Daerah Karaha-Talaga Bodas, yang Kata kunci: Panas Bumi, Karaha-Talaga Bodas,
terletak di kawasan Utara Gunung Galunggung, Magnetotelurik, Resistivitas.
Tasikmalaya diduga memiliki prospek panas
ABSTRACT The area of Karaha-Talaga Bodas
bumi, dengan adanya manifestasi permukaan
is estimated to have a geothermal prospect
berupa fumarol dan mata air panas. Metode
characterized by emerge surface manifestations of
Magnetotelurik (MT) diaplikasikan untuk
fumaroles and hot springs. The Magnetotelluric
mengidentifikasi struktur resistivitas bawah
Method (MT) has been applied to identify the
permukaan yang terkait dengan sistem panas
subsurface resistivity structure of the Karaha-
bumi. Pengolahan data MT dilakukan melalui
Talaga Bodas Geothermal Area. Location of
beberapa tahap, yaitu transformasi Fourier,
Karaha-Talaga Bodas is on the north of Mount
seleksi crosspower, analisis rotasi, analisis kontak
Galunggung, Tasikmalaya. The MT data
vertikal dan inversi dengan hasil akhir berupa
processing performed with: Fourier transform,
model sebaran 2D. Hasil pengolahan data
crossover selection, rotation analysis, vertical
menunjukan adanya lapisan konduktif dengan
contact analysis and inversion with the result of
nilai resistivitas 1-10 Ohm.m, yang diduga
2D resistivity model. The results of data
berperan sebagai lapisan penudung. Zona
processing shows an existance conductive layer
reservoir berupa daerah dengan nilai resistivitas
with a value of 1-10 Ohm.m allegedly acts as a
10-100 Ohm.m. Nilai resistivitas yang lebih besar
caprock. The reservoir zone with a resistivity
dari 100 Ohm.m berkorelasi dengan batuan beku
value of 10-100 Ohm.m and resistivity value
yang biasa dianggap sebagai sumber panas.
greater than 100 Ohm.m correlates with the
Interpretasi hasil pengolahan data MT
basement / hot rock. Interpretation of MT data
diintegrasikan dengan informasi geologi untuk
processing results integrated with geological
mendapatkan gambaran sistem Panas Bumi
information to get an overview of the Karaha-
Karaha-Talaga Bodas.
Talaga Bodas geothermal system.
_______________________________
Keywords: Geothermal, Karaha-Talaga Bodas,
Naskah masuk : 16 Agustus 2018 Magnetotelluric, Resistivity.
Naskah direvisi : 18 Oktober 2018
Naskah diterima : 19 Oktober 2018 PENDAHULUAN
____________________________________
Bertambahnya jumlah penduduk dan
Ilham Arisbaya pertumbuhan ekonomi telah menyebabkan
Pusat Penelitian Geoteknologi, LIPI peningkatan kebutuhan akan energi. Jumlah
Jl. Sangkuriang Bandung 40135 penduduk Indonesia pada tahun 2016 mencapai
Email : ilham.arisbaya@lipi.go.id 258,7 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,27%
per tahun (BPS, 2017). Sementara konsumsi

©2018 Pusat Penelitian Geoteknologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 221
Arisbaya et al / Model sistem panas bumi lapangan Karaha - Talaga Bodas berdasarkan inversi 2D data Magnetotellurik

energi listrik total masyarakat Indonesia pada intrusi konkordan sejauh 10 km ke arah utara.
tahun 2017 mencapai 234 TWh dengan proyeksi Sementara itu Raharjo et al. (2002)
pertumbuhan kebutuhan sebesar 8,4% per tahun menggambarkan bahwa temperatur reservoir
(RUPTL-PLN, 2017). Salah satu sektor yang Karaha-Talaga Bodas menunjukkan variasi
sangat diharapkan dalam proyeksi bauran energi dengan temperatur yang semakin meningkat ke
di masa mendatang adalah sektor panas bumi. arah selatan. Para penulis ini menjelaskan
Namun hingga tahun 2016 sektor panas bumi fenomena variasi temperatur dengan pemodelan
Indonesia baru menyumbang 1,64% dari total ke depan dan inversi Magnetotelurik (MT) dalam
59.656,3 MW energi listrik yang dibangkitkan kerangka satu dimensi (1D), yang memperlihatkan
(Statistik-Ketenagalistrikan, 2016). bahwa lapisan penudung (clay cap) menebal ke
bagian selatan seiring semakin intensifnya proses
Berdasarkan statistik EBTKE 2016 (Statistik-
alterasi. Sayangnya model MT ini lebih fokus
EBTKE, 2016), Jawa Barat merupakan provinsi
pada geometri clay cap berdasarkan pemodelan
dengan potensi sumber daya panas bumi terbesar
1D sehingga kurang menggambarkan sistem
di Indonesia, 18% dari total potensi 11.998 MW.
panas buminya secara utuh.
Bahkan 5 dari 11 pembangkit listrik tenaga panas
bumi (PLTP) terpasang di Indonesia pada tahun Model sistem panas bumi merupakan salah satu
2015 berada di Provinsi Jawa Barat, yaitu aspek penting yang perlu dipelajari pada tahap
Kamojang, Gunung Salak, Darajat, Wayang eksplorasi. Geometri dari suatu sistem panas bumi
Windu, dan Patuha. Kelima PLTP ini biasa dibangun terutama berdasarkan metode
menyumbang 83,06% produksi listrik panas bumi geofisika, salah satunya menggunakan metode
Indonesia tahun 2015. Jawa Barat juga memiliki 5 MT (misal: Maryanto et al., 2017; Singarimbun et
(lima) dari 8 (delapan) lapangan panas bumi al., 2017). Metode ini merupakan salah satu
dengan karakter reservoir dominasi uap di dunia metode utama dalam kegiatan eksplorasi panas
(Raharjo et al., 2016), salah satunya adalah bumi, menggunakan sumber medan
lapangan Karaha-Talaga Bodas. elektromagnetik (EM) pasif untuk mempelajari
distribusi konduktivitas bawah permukaan.
Lapangan panas bumi Karaha-Talaga Bodas saat
Logistik lapangan yang relatif simpel dan solusi
ini berada dalam tahap akhir persiapan produksi,
matematis yang relatif mudah untuk target multi-
dengan potensi sebesar 50 MW (Statistik-EBTKE,
dimensi menjadikan metode MT menarik untuk
2016). Lapangan panas bumi ini terletak pada
diaplikasikan dalam banyak penelitian kebumian
suatu punggungan berarah utara-selatan di utara
(Garcia dan Jones, 2002). Kelebihan lain dari
Gunung Galunggung, Jawa Barat. Bagian utara
metode ini terletak pada sistem pengukurannya
lebih dikenal sebagai daerah Kawah Karaha,
yang independen antar stasiun pengukuran.
sedangkan bagian selatan dikenal sebagai daerah
Dengan sistem pengukuran seperti ini, penentuan
Talaga Bodas. Karaha-Talaga Bodas diyakini
resolusi spatial yang diharapkan menjadi lebih
memiliki potensi panas bumi besar dengan sistem
fleksibel berdasarkan jarak antar stasiun
dominasi uap dan temperatur mencapai 350° C
pengukuran. Naskah ini akan membahas distribusi
(Powell et al., 2001). Penelitian-penelitian
resistivitas bawah permukaan sistem panas bumi
sebelumnya (Allis et al., 2000; Allis dan Moore,
Karaha-Talaga Bodas berdasarkan model inversi
2000) mengidentifikasi bagian-bagian sistem
dua dimensi (2D) data MT.
panas bumi lapangan Karaha - Talaga Bodas
berupa zona permebilitas rendah, zona reservoir
LOKASI PENELITIAN
dominasi uap di bagian selatan, dan zona reservoir
dominasi liquid pada kedalaman yang lebih Lapangan panas bumi Karaha-Talaga Bodas
dalam. Lebih lanjut Moore et al. (2002) terletak di perbatasan wilayah Tasikmalaya dan
menjelaskan bahwa sistem dominasi likuid Garut. Berdasarkan peta geologi regional Lembar
temperatur tinggi terbentuk sebagai akibat intrusi Tasikmalaya (Budhitrisna, 1986), bagian utara
diorit, sebelum kemudian berubah menjadi sistem panas bumi ini merupakan formasi hasil
dominasi uap. gunungapi tua yang terdiri dari breksi gunungapi,
breksi aliran tufa dan lava bersusunan andesit
Model gravity dari Tripp et al. (2002)
sampai basalt. Batuan ini diduga merupakan hasil
mengkonfirmasi intrusi vertikal batuan beku di
erupsi Gunung Sadakeling pada umur Plistosen.
bawah Talaga Bodas serta mengusulkan adanya

222
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.2, Desember 2018, 221-237

Gambar 1. Peta geologi regional daerah Karaha - Talaga Bodas berdasarkan (Budhitrisna, 1986) dan
lokasi manifestasi panas bumi berdasarkan (Raharjo et al., 2002). Segitiga terbalik warna merah
merepresentasikan lokasi stasiun pengukuran MT.

Sementara itu bagian selatan merupakan formasi Manifestasi permukaan panas bumi yang dijumpai
hasil gunungapi muda yang diduga berasal dari di bagian utara (Karaha) adalah berupa mata air
Gunung Talagabodas dengan umur Plistosen panas. Sementara di bagian selatan (Talaga
Akhir hingga Holosen. Bodas) berupa fumarol di Kawah Saat, danau air
asam, dan mata air klorida-sulfat-bikarbonat
Struktur geologi regional Jawa Barat menurut
dengan sifat air netral hingga asam. Peningkatan
Fauzi et al. (2015) menunjukkan perbedaan arah
konsentrasi F-, Cl-, dan SO42- pada air danau
antara kenampakan di permukaan dengan struktur
mengindikasikan bahwa fluida di area ini
bawah permukaan berdasarkan peta anomali
dipengaruhi oleh gas magmatik (Nemčok et al.,
Bouguer regional. Arah dominan struktur regional
2007).
permukaan menunjukkan arah N-S dan NNE-
SSW, sedangkan arah dominan struktur bawah Data gayaberat di kawasan Karaha-Talaga Bodas
permukaan adalah NW-SE dan WNW-ESE. menunjukkan nilai anomali tinggi yang
Lapangan panas bumi Karaha-Talaga Bodas memanjang dari Talaga Bodas ke Kawah Karaha.
berada pada sebuah punggungan yang berarah Anomali ini kemudian bertambah tinggi di bagian
hampir utara selatan, tegak lurus dengan arah selatan dan membentuk pola simetris radial.
tegasan utama minimum modern (N98E) yang (Tripp et al., 2002) memodelkan pola-pola
dikemukakan oleh (Nemčok et al., 2001). anomali ini ke dalam dua geometri. Geometri

223
Arisbaya et al / Model sistem panas bumi lapangan Karaha - Talaga Bodas berdasarkan inversi 2D data Magnetotellurik

pertama adalah intrusi vertikal yang mencapai dengan kedalaman 30 cm, dengan jarak ke unit
kedalaman relatif dangkal (<3 km) di bawah utama adalah 40 m. Kontak resistensi antara
Talaga Bodas. Geometri kedua adalah intrusi porous pot dan tanah dijaga sehingga bernilai
konkordan yang meluas sampai kurang lebih 10 kurang dari 1000 mΩ. Pada saat yang sama,
km ke arah utara pada kedalaman 2400 m. Intrusi medan magnet alami diukur dengan tiga koil
ini dimodelkan sebagai diorit yang diduga induksi (Hx, Hy, dan Hz). Koil induksi ini dikubur
merupakan sumber panas untuk sistem panas bumi sedalam 50 cm, dan dalam jarak 30 m dari unit
Karaha-Talaga Bodas utama. Pengukuran medan magnet dan medan
elektrik dilakukan secara bersamaan,
Sistem panas bumi Karaha-Talaga Bodas terdiri
terkoordinasi melalui sistem waktu universal GPS.
dari 3 (tiga) zona dari atas ke bawah (Moore et al.,
2002). Zona pertama adalah batuan penudung Pengukuran MT di lapangan panas bumi Karaha -
dengan ketebalan beberapa ratus m hingga 1.600 Talaga Bodas dilakukan pada Mei 2016. Sebanyak
m. Zona ini ditandai gradien suhu konduktif dan 9 stasiun pengukuran membentuk arah hampir
permeabilitas yang rendah. Zona kedua utara - selatan (N-S) dengan jarak antara stasiun
merupakan reservoir yang didominasi oleh uap sekitar 1000 meter menyesuaikan kondisi
berada di bawah batuan penudung. Zona ketiga lapangan. Menggunakan instrumen Phoenix
merupakan reservoir dominasi likuid berada di MTU5a dengan durasi sekitar 12 jam untuk setiap
bawah zona kedua. stasiun pengukuran. Stasiun TB1 berada di ujung
Lebih lanjut Moore et al. (2002) menjelaskan selatan, di sekitar Talaga Bodas, sementara stasiun
bahwa berdasarkan studi petrografi dan inklusi TRB09 berada di ujung utara, di sekitar Kawah
fluida dari beberapa sampel bor, sistem dominasi Karaha.
likuid temperatur tinggi terbentuk sebelum
Pengolahan data lapangan dilakukan
kemudian berubah menjadi dominasi uap. Sistem
menggunakan SSMT200 dan MT-Editor dari
dominasi likuid mungkin terbentuk sebagai akibat
Phoenix Geophysics (2005). Pengolahan data
intrusi diorit yang menerobos hingga kedalaman
awal terdiri dari kalibrasi, transformasi data dari
<3 km di dekat Telaga Bodas. Sementara transisi
domain waktu ke domain frekuensi, robust
dari sistem dominasi likuid temperatur tinggi ke
processing, dan pemilihan cross-power. MT-
kondisi dominasi uap dihipotesiskan berhubungan
editor memungkinkan untuk melakukan
dengan kejadian longsor besar yang terjadi pada
pengeditan cross-power secara grafis untuk
Gunung Galunggung sekitar ~4200 tahun yang
mengevaluasi tingkat koherensi impedansi, fase,
lalu (Moore et al., 2002), seperti dideskripsikan
dan resistivitas semu. Impedansi (Z) dihitung dari
oleh Sudradjat dan Tilling (1984) dan Bronto
data medan magnet (H) dan medan listrik (E)
(1989).
menggunakan persamaan 1.
METODE 𝑍(𝜔) = 𝐸(𝜔)/𝐻(𝜔) ....................... (1)
Dalam penelitian ini digunakan data MT untuk dengan ω adalah frekuensi sudut. Tensor
mencitrakan struktur bawah permukaan lapangan Impedansi (Z) didefinisikan sebagai rasio antara
panas bumi Karaha - Talaga Bodas. Metoda MT komponen horizontal medan listrik dan medan
merupakan salah satu metoda geofisika pasif yang magnet yang saling tegak lurus. Tensor impedansi
memanfaatkan variasi temporal medan EM alam. adalah bilangan kompleks yang mengandung
Data time series ini kemudian ditransformasikan informasi tentang resistivitas bumi pada lokasi
ke dalam domain frekuensi yang mewakili kontrol tertentu sebagai fungsi frekuensi. Resistivitas
kedalaman. semu (ρ) dihitung untuk setiap elemen tensor
impedansi pada setiap frekuensi.
Metode MT pada dasarnya mengukur fluktuasi
medan magnet dan medan listrik alami di Struktur resistivitas bawah permukaan sistem
permukaan bumi pada frekuensi tertentu. Medan panas bumi Karaha-Talaga Bodas dalam
listrik alami (Ex dan Ey) diukur dengan dua penelitian ini didekati menggunakan model 2D
pasang porous pot, dengan arah utara - selatan MT. Dalam model bumi dua dimensi (2D),
(sumbu X), dan barat - timur (sumbu Y). Setiap konduktivitas bervariasi terhadap kedalaman dan
porous pot berpori ditempatkan di dalam lubang satu arah horizontal. Dapat dikatakan bahwa

224
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.2, Desember 2018, 221-237

resistivitas merupakan fungsi dari Z (kedalaman) diskontinyu. Pada mode TE, resistivitas semu
dan Y (horizontal), dan invarian terhadap arah X. cenderung berubah secara halus ketika melewati
Arah invarian resistivitas ini kemudian disebut kontak vertikal.
sebagai arah strike geoelektrik regional. Mode
pengukuran untuk kasus bumi 2D terbagi menjadi Pemodelan inversi 2D data MT dilakukan oleh
dua yaitu, Transverse Electric (TE) dan WinGLink (Geosystem, 2008). Perangkat lunak
Transverse Magnetic (TM). Dalam kondisi ideal ini menggunakan algoritma nonlinear conjugate
bumi 2D, komponen diagonal tensor impedansi gradient (NLCG) dari Rodi dan Mackie (2001).
akan bernilai 0. Namun pada kenyataannya hal Dalam algoritma ini, trade-off antara kekasaran
tersebut sangat jarang ditemukan, karena adanya model dan RMS-misfit diatur melalui parameter
efek distorsi atau anomali tiga dimensi (3D). regularisasi σ (tau). Nilai tau besar akan
menghasilkan model yang lebih halus dengan
Dalam penelitian ini, strike geoelektrik regional misfit yang besar, sementara nilai tau kecil akan
ditentukan dengan menggunakan metode yang menghasilkan model yang lebih kasar dengan
dikemukakan Swift (Swift, 1967). Penentuan misfit yang kecil. Penentuan nilai tau terbaik
strike regional menggunakan metode ini dilakukan dengan plot curva-L (Hansen, 1992)
mengimplikasikan adanya ambiguitas sebesar antara nilai kekasaran terhadap RMS-misfit untuk
+90°. Dengan kata lain, kita akan mendapatkan beberapa nilai tau tertentu. Pemodelan 2D MT
dua nilai sudut (α dan α+90) tanpa dapat dalam penelitian ini menggunakan nilai 3 sebagai
menentukan yang mana yang merupakan strike parameter regularisasi. Pemodelan inversi
regional. Terdapat beberapa metode alternatif dilakukan dengan model awal uniform half-space
yang dapat digunakan dalam penentuan strike dengan nilai resistivitas 100 Ωm dan error floor
geolektrik regional. Metode yang banyak sebesar 5%. Rentang frekuensi yang digunakan
digunakan adalah induction vector atau biasa adalah 0.001 – 320 Hz dengan sampling 5 titik
disebut “tipper” yang tidak mengimplikasikan setiap dekadenya. Ukuran grid mesh model
ambiguitas.. menggunakan lebar sekitar 250 m.
Simpson & Bahr (2005) menjelaskan induction HASIL DAN PEMBAHASAN
vector (IV) sebagai sebuah vektor bilangan Proses cross-power dilakukan untuk
kompleks dari rasio nilai medan magnet arah meningkatkan kualitas data, sehingga diperoleh
vertikal (Hz) dengan dan masing-masing nilai nilai koherensi data yang lebih baik dari data awal.
medan magnet horisontal (Hx dan Hy). Nilai koherensi rata-rata data setiap stasiun
Komponen real dari IV akan tegak lurus arah pengukuran mengalami peningkatan hingga
strike dalam asumsi bumi 2D dengan magnitudo mencapai lebih besar dari 70%, kecuali pada
yang sebanding dengan besarnya gradien stasiun TB06. Proses akuisisi data pada stasiun ini
konduktivitas atau diskontinuitas (Simpson dan mengalami masalah pada koil induksi Hx,
Bahr, 2005; Wiese, 1962). Dengan demikian sehingga data menjadi tidak relevan. Hal ini
metode ini dapat digunakan untuk menyelesaikan menyebabkan nilai koherensi data yang rendah.
masalah ambiguitas 90o. Terdapat dua konvensi Namun pola kurva resistivitas semu dan fase
yang biasa digunakan dalam menampilkan IV, masih dapat teramati, sehingga diputuskan untuk
yaitu konvensi Parkinson (Parkinson, 1959) dan melakukan smoothing manual tanpa seleksi
konvensi Wiese (Wiese, 1962). IV akan menuju crosspower. Secara kesuluruhan nilai koherensi
konsentrasi arus atau zona konduktif pada rata-rata data bernilai lebih besar dari 70% kecuali
konvensi Parkinson, sedangkan pada konvensi pada stasiun TB06, sehingga dapat dikatakan
Wiese vektor akan menjauh dari konsentrasi arus. kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini
cukup baik.
Interpretasi struktur geologi juga dilakukan
dengan menggunakan analisis kontak vertikal Strike Regional
(Simpson dan Bahr, 2005) dan informasi geologi
Swift (1967) menyatakan bahwa struktur
yang ada. Medan listrik arah Y pada mode TM
konduktivitas suatu medium dapat diasumsikan
akan diskontinyu jika melewati kontak vertikal,
2D jika konduktivitas konstan dalam satu arah
dengan demikian impedansi dan resistivitas semu
horizontal. Dalam hal ini, digunakan konvensi
pada mode TM akan memperlihatkan pola
bahwa konduktivitas berubah dalam sumbu Y,

225
Arisbaya et al / Model sistem panas bumi lapangan Karaha - Talaga Bodas berdasarkan inversi 2D data Magnetotellurik

Gambar 2. Diagram Rose nilai sudut medan geoelectrical strike regional berdasarkan metode Swift
(Swift, 1967) untuk rentang frekuensi < 0.011 Hz (A), 0.011-1 Hz (B), 1-100 Hz (C), 100-320 Hz
(D), dan untuk semua rentang frekuensi (E).

tetapi konstan dalam sumbu X. Dalam prakteknya, akan mengarah pada bidang konduktif, dan akan
pengukuran MT di lapangan biasanya dilakukan tegak lurus dengan arah strike bidang konduktif
berdasarkan orientasi geografis. Oleh karena itu, tersebut pada kasus model bumi 2D (Simpson dan
tensor impedansi harus diputar ke arah strike Bahr, 2005; Wiese, 1962). Gambar 3
geoelektrik regional (Zstrike), sehingga dapat memperlihatkan plot IV untuk semua stasiun pada
diasumsikan sebagai dua dimensi (Jones dan seluruh frekuensi.
Groom, 1993; Vozoff, 1991).
Terlihat bahwa IV cenderung memiliki pola arah
Hasil perhitungan sudut skew dengan utara - selatan (kotak merah). Pada beberapa
menggunakan persamaan Swift (Swift, 1967) frekuensi rendah teramati IV yang arahnya yang
memperlihatkan sudut strike regional yang tidak menentu (kotak biru), hal ini diduga
berkisar di sekitar 0o. Gambar 2 memperlihatkan dipengaruhi noise dan struktur geologi yang
diagram rose dari sudut skew pada beberapa kompleks. Misal pada stasiun TB02, arah IV tidak
interval frekuensi berbeda dan pada seluruh memperlihatkan pola tertentu. Hal ini diduga
rentang frekuensi. Nilai sudut yang ditampilkan karena titik pengukuran TB02 berada tepat di
merupakan hasil perhitungan dari semua titik Kaldera Talaga Bodas. IV pada titik TB07, TB08
pengukuran, kecuali titik TB06. Besar sudut strike dan TB09 cenderung mengarah ke posisi
yang didapat dari setiap rentang frekuensi kelurusan yang melewati daerah sekitar titik
menghasilkan nilai yang tidak jauh berbeda, TB09. Data pada stasiun TB06 tidak digunakan
sehingga dapat diinterpretasikan arah strike pada dalam analisis IV karena kondisi koil Hx yang
lokasi penelitian seragam untuk seluruh frekuensi. mengalami gangguan ketika proses akuisisi data.
Namun estimasi nilai strike ini masih Berdasarkan analisis strike menggunakan
mengimplikasikan ambiguitas sebesar 90O, atau persamaan Swift (Swift, 1967) dan Induction
dengan kata lain kita mendapatkan dua arah N0E Vector dapat disimpulkan arah strike regional
dan N90E. pada daerah penelitian yaitu sebesar 90o, selaras
dengan arah tegasan utama minimum modern
Untuk mengatasi ambiguitas strike regional,
menurut Nemčok et al., (2001).
validasi dilakukan menggunakan Induction Vector
(IV) atau Tipper. Pada penelitian ini digunakan Rotasi dilakukan pada seluruh data stasiun
konvensi Parkinson (Parkinson, 1959), yaitu IV pengukuran. Proses rotasi sebesar 90 o tidak

226
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.2, Desember 2018, 221-237

Gambar 3. Induction Vector data MT untuk semua stasiun pengukuran (TB01-TB09, kecuali TB06)
pada seluruh frekuensi, pola teratur yang teramati memperlihatkan kecenderungan arah utara –
selatan.
terlihat signifikan pada kurva resistivitas semu dan survei MT di lapangan panas bumi, yang
fase, dan hanya membalikan nilai pengukuran TE mengindikasikan bahwa gelombang EM melewati
dan TM. Terlebih jika proses inversi 2D lapisan konduktif (Saputra dan Widodo, 2017).
digunakan data invariant, rotasi sebesar 90 o tidak Pada Gambar 4 terlihat bahwa sebagian besar
mempelihatkan perbedaan signifikan. Namun kurva resistivitas semu mengindikasikan adanya
proses rotasi ini akan terkonfirmasi ketika gangguan di sekitar frekuensi 0,1 Hz. Rentang
melakukan analisis kontak vertikal dan analisis frekuensi ini dikenal sebagai dead band pada
kualitatif pada pseudo-section mode TE dan TM. metode MT/AMT (Zhang et al., 2015), dan sering
Cuplikan beberapa kurva resistivitas semu dapat kali memperlihatkan kualitas data yang kurang
dilihat pada Gambar 4. baik atau terganggu (Garcia dan Jones, 2002).
Namun setelah proses cross-power, data
Kurva resistivitas semu pada semua stasiun
memperlihatkan pola yang dapat dikenali
pengukuran memperlihatkan pola yang hampir
walaupun tidak sehalus pada rentang frekuensi
sama, yaitu menurun pada frekuensi tinggi dan
lebih tinggi. Oleh karena itu data pada rentang
kemudian kembali meningkat pada frekuensi
frekuensi sekitar 0,1 Hz tetap disertakan dalam
rendah. Pola ini merupakan pola tipikal pada
pemodelan.

227
Arisbaya et al / Model sistem panas bumi lapangan Karaha - Talaga Bodas berdasarkan inversi 2D data Magnetotellurik

Gambar 4. Kurva resistivitas semu pada beberapa stasiun pengukuran (TB01, TB04, TB07, dan TB09),
kurva warna merah dan biru merupakan resistivitas semu dalam mode TE dan TM.

228
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.2, Desember 2018, 221-237

Gambar 5. Kurva analisis kontak vertikal frekuensi tertentu, garis dan lingkaran berwarna jingga adalah
resistivitas semu dalam mode TM, sedangkan garis dan lingkaran berwarna biru merupakan mode TE.
Pada frekuensi rendah (0,51 Hz dan 1,02 Hz / indeks a dan b), resistivitas semu mode TM
memperlihatkan pola diskontinyu di antara stasiun TB03 dan TB04. Sementara pada frekuensi menengah
(5,6 Hz dan 11,2 Hz / indeks c dan d) dan frekuensi tinggi (49 Hz dan 97 Hz / indeks e dan f),
diskontinuitas resistivitas semu mode TM teramati di antara stasiun TB02 dan TB03.

Kontak Vertikal Hz (frekuensi tinggi). Pemilihan frekuensi


tersebut dianggap cukup mewakili seluruh rentang
Gambar 5 memperlihatkan analisis kontak
frekuensi data. Pada frekuensi di bawah 0,5 Hz,
konduktivitas dengan geometri vertikal seperti
analisis kontak vertikal tidak dilakukan karena
patahan atau kontak litologi dengan perbedaan
data pada rentang frekuensi tersebut cenderung
resistivitas cukup besar. Analisis ini dapat
memiliki nilai koherensi yang kurang baik. Garis
dilakukan dengan melihat pola kurva resistivitas
dan lingkaran berwarna jingga menunjukan mode
TE dan TM pada frekuensi tertentu pada setiap
TM, sedangkan garis dan lingkaran berwarna biru
stasiun pengukuran (Simpson dan Bahr, 2005).
menunjukan mode TE. Garis hitam vertikal
Frekuensi yang digunakan dalam analisis ini
memperlihatkan indikasi adanya kontak vertikal
adalah 0,51 Hz, 1,02 Hz (frekuensi rendah), 5,6
yang dapat diinterpretasikan sebagai patahan.
Hz, 11,2 Hz (frekuensi menengah), 49 Hz, dan 97

229
Arisbaya et al / Model sistem panas bumi lapangan Karaha - Talaga Bodas berdasarkan inversi 2D data Magnetotellurik

Gambar 5 (c, d, e, f) memperlihatkan adanya Parameter tau merupakan parameter yang


kontak di antara titik TB02 dan TB03 pada menjelaskan hubungan nilai RMS misfit dengan
frekuensi tinggi (49 Hz dan 97 Hz) dan menengah roughness pada hasil inversi. Dalam penelitian
(5,6 Hz dan 11,2 Hz), sehingga fitur terduga dilakukan plot nilai roughness terhadap RMS
kontak vertikal tersebut kemungkinan berada pada misfit pada beberapa nilai tau, sampai terbentuk
kedalaman yang cukup dangkal. Kontak tersebut kurva tau berbentuk ‘L’. Pada penelitian ini dipilih
mungkin merupakan sebuah patahan dangkal yang nilai tau yang menghasilkan kombinasi nilai RMS
berkolerasi dengan pola kelurusan yang melewati misfit dan roughness terendah. Nilai tersebut
wilayah di sekitar titik TB02. Manifestasi diharapkan menghasilkan inversi dengan error
permukaan panas bumi berupa fumarol dan mata rendah, artinya hasil inversi tidak malampaui jauh
air panas yang ditemukan di sekitar TB02 diduga dari data yang ada dan roughness yang rendah,
kuat merupakan hasil dari aktivitas hidrotermal sehingga model hasil inversi relatif tidak terlalu
yang naik ke permukaan melewati patahan di kasar. Dalam penelitian digunakan nilai parameter
antara titik TB02 dan TB03. tau sebesar 2.
Sementara Gambar 5(a, b) menunjukkan bahwa Pseudo-section resistivitas semu dan fase dapat
pada frekuensi rendah (1,02 Hz dan 0,51 Hz), digunakan untuk menganalisis hasil pemodelan
diskontinuitas teramati di antara stasiun TB03 dan (inversi) dan kecocokannya dengan data hasil
TB04. Nilai frekuensi rendah ini mengindikasikan pengamatan. Ketika hasil pemodelan
bahwa kontak vertikal berada pada kedalaman memperlihatkan pola yang sama dengan data hasil
yang lebih dalam. Dengan demikian, terdapat pengamatan, dapat dikatakan bahwa model yang
perbedaan posisi dugaan keberadaan patahan dihasilkan menunjukkan kesesuaian dengan data
antara frekueunsi tinggi dan menengah jika hasil pengamatan. Gambar 7 memperlihatkan
dibandingkan dengan frekuensi rendah. Secara pseudo-section resistivitas semu (atas) dan fase
sederhana dapat dikatakan bahwa kontak vertikal (bawah) untuk mode TE dan mode TM. Gambar
pada kedalaman dekat permukaan berada lebih ke pada bagian kiri menunjukan pseudosection data
selatan dan bergeser ke arah utara seiring pengamatan (observed) dan gambar pada bagian
bertambahnya kedalaman, atau dugaan patahan kanan menunjukan pseudosection hasil
memiliki geometri kemiringan ke utara. perhitungan (calculated).
Inversi 2d Mt Perbedaan penampang resistivitas semu dan fase
dapat diamati pada stasiun TB02, TB03 dan zona
Gambar 6 menampilkan plot nilai roughness
di antara stasiun TB06 dan TB07 untuk mode TM.
terhadap RMS misfit untuk beberapa nilai tau.

Gambar 6. Plot parameter regularisasi σ (tau) yang merupakan kompromi keseimbangan antara
komponen roughness dan RMS misfit.

230
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.2, Desember 2018, 221-237

Gambar 7. Perbandingan pseudo-section resistivitas semu dan fase hasil pengukuran di lapangan
(Obs) dan hasil respon model (Cal) untuk mode TE (atas) dan mode TM (bawah).

Hal ini dapat disebabkan perubahan data menunjukan penampang resistivitas 2D wilayah
pengamatan yang sangat drastis dan proses Karaha-Talaga Bodas. Rentang nilai resistivitas
pemodelan inversi yang dilakukan tidak mampu yang digunakan untuk menganalisis hasil
untuk memodelkannya. Namun secara pemodelan adalah 4 - 3000 Ohm.m. Rentang
keseluruhan data hasil pemodelan menghasilkan tersebut cukup menggambarkan variasi resistivitas
pseudo-section dengan pola dan rentang nilai yang yang mungkin muncul dalam sistem Panas Bumi.
hampir sama, baik untuk data mode TE maupun Dalam proses inversi dilakukan iterasi sebanyak
data mode TM. 270 kali dan diperoleh nilai RMS misfit sebesar
2,6. Nilai RMS misfit ini menghasilkan respon
Penampang resistivitas 2D merupakan hasil dari
model yang cukup mendekati nilai data
proses inversi menggunakan parameter yang telah
pengamatan, baik resistivitas semu maupun
dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Gambar 8
fasenya seperti terlihat pada Gambar 7.

231
Arisbaya et al / Model sistem panas bumi lapangan Karaha - Talaga Bodas berdasarkan inversi 2D data Magnetotellurik

Gambar 8. Interpretasi penampang resistivitas bawah permukaan Karaha - Talaga Bodas hasil inversi
2D data MT dibandingkan dengan kontur isothermal dari Allis et al. (2000). Interpretasi keberadaan
sesar normal di area selatan (garis hitam penuh) didukung oleh hasil analisis kontak vertikal,
sementara dugaan sesar di area utara (garis hitam putus-putus) tidak meyakinkan. Segitiga hitam
terbalik merepresentasikan lokasi stasiun pengukuran yang diproyeksikan dalam lintasan model
inversi 2D.

Penampang resistivitas 2D menunjukan nilai ketebalan 750 - 2000 meter. Fitur ketiga adalah
resistivitas yang dapat digolongkan ke dalam 3 lapisan resistivitas rendah yang diinterpretasikan
(tiga) kelompok, yaitu resistivitas rendah, sedang, sebagai clay cap pada bagian atas penampang.
dan tinggi. Resistivitas rendah (1 - 10 Ohm.m) Nilai resistivitas menengah yang teramati pada
yang ditampilkan dengan warna merah sampai bagian permukaan diinterpretasikan sebagai
oranye, diduga berasosiasi dengan lapisan overburden yang tidak mengalami proses alterasi.
penudung pada sistem Panas Bumi. Resistivitas
Bagian paling mencolok pada model inversi 2D
sedang (10 - 100 Ohm.m) ditampilkan dengan
adalah adanya tubuh bernilai resistivitas tinggi
warna hijau, diduga berasosiasi dengan lapisan
(ungu sampai biru) yang diduga sebagai batuan
reservoir pada sistem Panas Bumi. Resistivitas
panas. Model konseptual (Allis et al., 2000)
tinggi (>100 Ohm.m) ditampilkan dengan warna
memperlihatkan keberadaan kuarsa diorit pada
ungu sampai biru, diduga berasosiasi dengan
kedalaman kurang lebih 1500 meter di bawah
batuan sumber panas pada sistem Panas Bumi.
permukaan laut. Hal itu selaras dengan
Dalam Gambar 8 terdapat hasil interpretasi dari penampang resistivitas 2D pada wilayah
model inversi 2D data MT daerah Karaha - Talaga penelitian. Zona dengan nilai resistivitas tinggi
Bodas. Secara garis besar model ini (ungu sampai biru) yang diduga sebagai batuan
memperlihatkan tiga fitur utama. Fitur pertama panas diindikasikan sebagai intrusi diorit dan
merupakan batuan dengan nilai resistivitas tinggi, bersesuaian dengan batas atas kontur isothermal
yang diinterpretasikan sebagai heat source. Fitur dari Allis et al., (2000). Zona ini berada pada
kedua adalah lapisan resistivitas menengah yang bagian utara dan selatan wilayah penelitian.
diinterpretasikan sebagai reservoir, dengan Namun pada intrusi di bagian utara, respon

232
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.2, Desember 2018, 221-237

resistivitas tinggi baru ditemukan di kedalaman panas yang membuat proses alterasi menjadi
kurang lebih 3000 meter di bawah permukaan laut. berbeda di bagian selatan dengan di bagian utara.
Kedua tubuh intrusi tersebut selaras dengan hasil
Pada lokasi di sekitar stasiun TB02 diduga
penelitian metode gaya berat yang sebelumnya
terdapat rekahan yang menjadi jalur naik dari
telah dilakukan oleh (Tripp et al., 2002), yang
fluida panas ke permukaan. Berdasarkan peta
menjelaskan bahwa terdapat dua closure di bagian
manifestasi (Raharjo et al., 2002) ditemukan
utara dan selatan dari wilayah penelitian.
banyak manifestasi permukaan berupa fumarol
Berdasarkan geometrinya yang terpisah sejauh
dan mata air panas di sekitar TB02. Rekahan ini
lebih dari 5 kilometer, terdapat kemungkinan
diduga kuat berkaitan dengan patahan yang berada
bahwa kedua tubuh intrusif ini merupakan dua
diantara titik TB02 dan titik TB03. Hasil analisis
sistem vulkanisme yang berbeda. Hal ini diperkuat
ini sesuai dengan hasil analisis kontak vertikal
oleh informasi Peta Geologi Lembar Tasikmalaya
yang menunjukan keberadaan kontak di antara
(Budhitrisna, 1986) yang mengindikasikan umur
titik TB02 dan titik TB03 yang diduga berupa
batuan yang berbeda (bagian utara berumur
patahan yang diinterpretasikan memiliki geometri
Plistosen, bagian selatan berumur Plistosen Akhir
kemiringan ke arah utara.
hingga Holosen)
Berdasarkan informasi dari peta geologi lembar
Reservoir panasbumi diperkirakan berada pada
Tasikmalaya (Budhitrisna, 1986), terdapat
kedalaman lebih dari 500 meter dari permukaan,
beberapa buah kelurusan lain yang melewati
dikenali dengan nilai resistivitas rendah hingga
lintasan MT kami, yaitu di sekitar TB09 dan di
sedang (warna hijau) dengan geometri yang
antara TB06 dan TB07. Pada penampang
berundulasi, terutama di bagian utara. Reservoir
resistivitas 2D yang dihasilkan, teramati juga
panas bumi biasanya menunjukkan nilai resitivity
beberapa pola sebaran resistivitas yang patut
yang lebih tinggi dari clay cap yang berada di
dicurigai sebagai patahan, yaitu di antara TB09
atasnya (Ussher et al., 2000). Dalam penelitian ini,
dan TB08, serta di antara TB06 dan TB07.
nilai resistivitas 20 sampai dengan 100 Ohm.m
Kelurusan morfologi di permukaan mungkin
digunakan untuk mendeliniasi reservoir.
berkolerasi dengan patahan di bawah permukaan,
Perbedaan nilai resistivitas antara clay cap dengan
walaupun tidak selalu. Hasil analisis kontak
reservoir dapat dikaitkan dengan perbedaan
vertikal memperlihatkan adanya kontak vertikal di
derajat alterasi dari zona mineral smektit-zeolite
sekitar TB03, namun tidak teramati pada dua
pada clay cap menuju zona alterasi klorit-epidot
lokasi lainnya (TB06-TB07 dan TB08-TB09).
(Hersir dan Bjornsson, 1991). Namun model
Oleh karena itu dugaan keberadaan sesar di sekitar
inversi 2D yang dihasilkan tidak dapat
TB03 digambarkan sebagai garis penuh,
membedakan antara reservoir karakter dominasi
sedangkan TB06-TB07 dan TB08-TB09
uap dan dominasi air.
digambarkan dengan garis putus-putus (tidak
Bagian dengan warna merah sampai oranye yang meyakinkan).
kemungkinan berkorelasi dengan lapisan
Menurut (Qahhar et al., 2015), zona upflow dapat
penudung merupakan lapisan dengan nilai
ditandai dengan adanya dome batuan panas dan
resistivitas rendah. Lapisan ini memiliki ketebalan
kelengkungan pada batuan konduktif diatasnya
kurang lebih 3000 meter di bagian utara dan
mengikuti bentuk dome batuan panas. Bentuk
menipis menjadi kurang lebih 1000 meter pada
tersebut dapat terlihat seperti pada penampang
bagian selatan. Lapisan penudung paling tipis
resistivitas 2D yang dihasilkan dari model inversi.
berada pada stasiun TB02 yang berada di sekitar
Dapat disimpulkan bahwa bagian selatan area
Talaga Bodas. Hasil ini menunjukkan adanya
penelitian (khususnya di sekitar stasiun TB02)
perbedaan dengan hasil model inversi 1D dari
merupakan zona upflow pada sistem panasbumi di
(Raharjo et al., 2002), yang memperlihatkan
lapangan ini.
lapisan clay cap menipis ke arah utara. Namun
model inversi 2D kami memperlihatkan pola yang Berdasarkan informasi geologi, penampang
sama dengan kontur isotermal dari Allis et al., resistivitas 2D, analisis kontak vertikal, serta
(2000) yang merupakan hasil dari korelasi data informasi dari peneltitian-penelitian sebelumnya
bor. Kontur isotermal 250O C terlihat semakin (Allis et al., 2000; Raharjo et al., 2002; Tripp et
menurun ke arah utara. Hal ini dapat dikorelasikan al., 2002), model sistem panas bumi di lapangan
dengan kondisi topografi dan keberadaan sumber Karaha - Talaga Bodas dapat diilustrasikan seperti

233
Arisbaya et al / Model sistem panas bumi lapangan Karaha - Talaga Bodas berdasarkan inversi 2D data Magnetotellurik

pada Gambar 9. Warna biru muda merupakan teknik koreksi statik menggunakan data TDEM
overburden, warna biru pada gambar menunjukan tidak dapat dilakukan (Stark et al., 2013). Selain
clay cap, warna coklat muda menunjukan lapisan itu pengukuran TDEM pada topografi yang
reservoir, warna magenta menunjukan heat ekstrim juga ternyata masih terpengaruh static
source berupa intrusi diorit. Wilayah selatan shift (Watts et al., 2013).
penelitian diduga merupakan zona upflow dan
Selain itu data dalam pemodelan ini hanya
wilayah utara diduga merupakan zona outflow.
berjumlah 9 stasiun, sangat jauh berbeda dengan
Data yang digunakan dalam pemodelan ini 180 stasiun data tersedia yang dibahas dalam
memiliki beberapa keterbatasan jika dibandingkan Raharjo et al., (2002). Dengan jumlah stasiun
dengan data yang digunakan oleh (Raharjo et al., pengukuran yang terbatas dalam penelitian ini,
2002). Salah satunya adalah bahwa data pada sulit untuk memberikan gambaran geometri 3D
pemodelan ini tidak melewati proses koreksi static sistem panasbumi lapangan Karaha - Talaga
shift. Fenomena static shift adalah bergesernya Bodas. Perbedaan paling mendasar antara model
kurva pengukuran MT dalam sumbu vertikal (naik kami dengan model dalam Raharjo et al., (2002)
atau turun) yang mungkin terjadi pada pengukuran adalah pada dimensi pemodelannya. Pendekatan
MT di lokasi dengan topografi ekstrim dan pada yang dilakukan para penulis tersebut adalah
kasus inhomogenitas lateral dekat permukaan dengan pemodelan ke depan (forward modelling)
(Andrieux dan Wightman, 1984; Vozoff, 1991). dan inversi dalam kerangka 1D. Inversi 1D MT
cocok digunakan untuk mendelineasi kedalaman
Sejumlah teknik telah coba dikembangkan untuk
clay cap, namun tidak untuk variasi resistivitas
mengatasi static shift, koreksi menggunakan data
yang lebih dalam (Cumming dan Mackie, 2010).
time domain electromagnetic (TDEM) adalah
Model inversi 2D kami mengkonfirmasi model-
metode yang paling banyak digunakan dalam
model bawah permukaan sebelumnya (Allis et al.,
eksplorasi panasbumi (Pellerin dan Hohmann,
2000; Raharjo et al., 2002; Tripp et al., 2002).
1990; Sternberg et al., 1985). Namun terkadang

Gambar 9. Model sistem panas bumi lapangan Karaha-Talaga Bodas berdasarkan nilai resistivitas
hasil model inversi 2D data MT. Bagian selatan daerah penelitian diinterpretasikan sebagai upflow,
sedangkan bagian utara sebagai outflow.

234
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.2, Desember 2018, 221-237

KESIMPULAN BPS, 2017. Statistik Indonesia 2017, Jakarta:


Badan Pusat Statistik.
Model resistivitas 2D pada daerah Panas Bumi
Karaha-Talaga Bodas menunjukkan bahwa daerah Bronto, S., 1989. Volcanic geology of
penelitian memiliki 3 kelompok nilai resistivitas, Galunggung, West Java, Indonesia.
yaitu resistivitas rendah, sedang, dan tinggi. University of Canterbury.
Resistivitas rendah 1 sampai dengan 10 Ohm.m
Budhitrisna, T., 1986. Peta Geologi Lembar
diduga berasosiasi dengan lapisan penudung
Tasikmalaya, Pusat Survei Geologi.
dengan kedalaman berkisar 0 sampai 2.000 m
dibawah permukaan laut. Resistivitas sedang 10 Cumming, W., and Mackie, R., 2010. Resistivity
sampai dengan 100 Ohm.m diduga berasosiasi Imaging of Geothermal Resources Using
dengan lapisan reservoir dengan kedalaman 1D , 2D and 3D MT Inversion and TDEM
berkisar antara 2.000 m sampai 4.000 m dibawah Static Shift Correction Illustrated by a Glass
permukaan laut. Resistivitas tinggi lebih besar dari Mountain Case History. Proceedings World
100 Ohm.m yang diduga berasosiasi dengan Geothermal Congress (April), 1–10.
batuan panas dengan kedalaman lebih dari 1.500 Fauzi, A., Permana, H., and Indarto, S., 2015.
m dibawah permukaan laut pada zona Talaga, Regional Structure Control on Geothermal
lebih dari 3.000 m pada zona Karaha, dan lebih Systems in West Java, Indonesia, World
dari 4.000 m pada zona di antara zona Talaga dan Geothermal Congress, 19–25.
zona Karaha.
Garcia, X., and Jones, A. G., 2002. Atmospheric
UCAPAN TERIMA KASIH sources for audio-magnetotelluric (AMT)
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal sounding. Geophysics 67(2), 448–458.
dari kegiatan Pusat Penelitian Geoteknologi, DOI:10.1190/1.1468604.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dengan Geosystem, 2008. WinGLink: A guide, Milan.
pendanaan DIPA tahun 2016. Penelitian ini tidak
mungkin berjalan dengan baik tanpa bantuan Hansen, P. C., 1992. Analysis of discrete ill-posed
Sunardi, Suyatno, Nyanjang, Sutarman, dan Dede problems by means of the L-Curve. SIAM
Rusmana dalam proses pemerolehan data Journal on Scientific Computing 34(4),
lapangan. Terimakasih kepada Lina Handayani 561–580. DOI:10.1137/1034115.
atas diskusi-diskusi yang sangat bermanfaat Hersir, G. P., and Bjornsson, A., 1991.
selama pengerjaan penelitian ini. Ucapan Geophysical exploration for geothermal
terimakasih juga ditujukan kepada para editor dan resources: principles and application,
reviewer yang telah banyak membantu dalam Reykjavik: UNU Geothermal Training
perbaikan naskah ini. Programme.
DAFTAR PUSTAKA Jones, A. G., and Groom, R. W., 1993. Strike-
Allis, R., and Moore, J. N., 2000. Evolution of angle determination from the
Volcano-Hosted Vapor-Dominated magnetotelluric impedance tensor in the
Geothermal Systems. Geothermal presence of noise and local distortion: rotate
Resources Council Transactions, 211-216. at your peril! Geophysical Journal
International 113(2), 524–534.
Allis, R., Moore, J. N., Mcculloch, J., Petty, S., DOI:10.1111/j.1365-
and Derocher, T., 2000. Karaha-Telaga 246X.1993.tb00905.x.
Bodas, Indonesia: A Partially Vapor-
Dominated Geothermal System. Maryanto, S., Dewi, C. N., Syahra, V.,
Geothermal Resources Council Rachmansyah, A., Foster, J., Nadhir, A.,
Transactions, 217 – 222. and Santoso, D. R., 2017. Magnetotelluric-
Geochemistry Investigations of Blawan
Andrieux, P., and Wightman, W. E., 1984. The so- Geothermal Field, East Java, Indonesia.
called static corrections in magnetotelluric Geosciences 7(2), 41.
measurements. Proceedings 54th Annual DOI:10.3390/geosciences7020041.
International Meeting, SEG, Abstracts. 43-
44.

235
Arisbaya et al / Model sistem panas bumi lapangan Karaha - Talaga Bodas berdasarkan inversi 2D data Magnetotellurik

Moore, J. N., Allis, R., Renner, J. L., Mildenhall, Raharjo, I. B., Wannamaker, P., Allis, R., and
D., and McCulloch, J., 2002. Petrologic Chapman, D., 2002. Magnetotelluric
Evidence for Boiling To Dryness in the interpretation of the Karaha Bodas
Karaha-Telaga Bodas Geothermal System, geothermal field Indonesia. Proceeding
Indonesia. Twenty-SeventhWorkshop on Twenty-Seventh Workshop on Geothermal
Geothermal Reservoir Engineering, 98– Reservoir Engineering Stanford University.
108. Stanford: Stanford Geothermal Program.
Nemčok, M., McCulloch, J., Nash, G., and Moore, Rodi, W., and Mackie, R. L., 2001. Nonlinear
J., 2001. Fault Kinematics in the Karaha- conjugate gradients algorithm for 2-D
Telaga Bodas, Indonesia, Geothermal magnetotelluric inversion. Geophysics 66
Field_An Interpretation Tool for Remote (1), 174 – 187. DOI:10.1190/ 1.1444893.
Sensing Data. In Geothermal Resources
RUPTL-PLN, 2017. Rencana Usaha Penyediaan
Council Transactions, 765-770.
Tenaga Listrik PT. PLN Tahun 2017-2026,
Nemčok, M., Moore, J. N., Christensen, C., Allis, Jakarta.
R., Powell, T., Murray, B., and Nash, G.,
Saputra, R. M., and Widodo, 2017. Synthetic
2007. Controls on the Karaha–Telaga
Modeling of A Geothermal System Using
Bodas geothermal reservoir, Indonesia.
Audio-magnetotelluric (AMT) and
Geothermics 36(1), 9–46.
Magnetotelluric (MT). Southeast Asian
DOI:10.1016/j.geothermics.2006.09.005.
Conference on Geophysics. IOP Conf.
Parkinson, W. D., 1959. Directions of Rapid Series: Earth and Environmental Science.
Geomagnetic Fluctuations. Geophysical IOP Conference Series: Earth and
Journal Of The Royal Astronomical Society Environmental Science. DOI: 10.1088/
2(1), 1–14. DOI: 10.1111/j.1365- 1755-1315/62/1/012036.
246X.1959.tb05776.x.
Simpson, F., and Bahr, K., 2005. Practical
Pellerin, L., and Hohmann, G. W., 1990. Transient Magnetotellurics, Cambridge, Cambridge
electromagnetic inversion: A remedy for University Press. DOI: 10.1017/CBO9780
magnetotelluric static shifts. Geophysics 511614095.
55(9), 1242–1250. DOI: 10.1190/1.14429
Singarimbun, A., Gaffar, E. Z., and Tofani, P.,
40.
2017. Modeling of Reservoir Structure by
PhoenixGeophysics, 2005. Data Processing User Using Magnetotelluric Method in the Area
Guide.. of Mt. Argopuro, East Java, Indonesia.
Journal of Engineering and Technological
Powell, T., Moore, J., DeRocher, T., and
Sciences 49(6), 833. DOI:10.5614/j.eng.
McCulloch, J., 2001. Reservoir
technol.sci.2017.49.6.9.
Geochemistry of the Karaha - Telaga Bodas
Prospect, Indonesia. Geothermal Resources Stark, M. A, Soyer, W., Hallinan, S., and Watts,
Council Transactions, 363–367. M. D., 2013. Distortion Effects on
Magnetotelluric Sounding Data
Qahhar, M. R. A., Daud, Y., Pratama, S. A.,
Investigated by 3D Modeling of High-
Zarkasyi, A., Sugiyanto, A., and Suhanto,
Resolution Topography. GRC Transactions
E., 2015. Modeling of Geothermal
37.
Reservoir in Lawu field Using 2-D
Inversion of Magnetotelluric Data. Statistik-EBTKE, 2016. Statistik EBTKE 2016,
Proceedings Indonesia Geathermal Jakarta.
Convention & Exhibition. Jakarta, 1-5.
Statistik-Ketenagalistrikan, 2016. Statistik
Raharjo, I. B., Allis, R. G., and Chapman, D. S., Ketenagalistrikan 2016 30th ed., Jakarta:
2016. Geothermics Volcano-hosted vapor- Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
dominated geothermal systems in KESDM RI.
permeability space. Geothermics 62, 22–32.
Sternberg, B. K., Washburne, J. C., and Pellerin,
DOI: 10.1016/j.geothermics. 2016.02.005.
L., 1985. Correction for the static shift in

236
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.2, Desember 2018, 221-237

magnetotellurics using transient Vozoff, K., 1991. 8. The Magnetotelluric Method.


electromagnetic soundings. Geophysics In Electromagnetic Methods in Applied
53(11), 1459–1468. DOI:10.1190/ 1.14424 Geophysics. Investigations in Geophysics.
26. Society of Exploration Geophysicists.
DOI:10.1190/ 1.9781560802686.ch8.
Sudradjat, A., and Tilling, R., 1984. Volcanic
Hazards in Indonesia The 1982-83 Eruption Watts, M. D., Mackie, R., Scholl, C., and Hallinan,
of Galunggung. Episodes 7(2), 19. S., 2013. Limitations of MT static shift
corrections using time-domain EM data.
Swift, C. M., 1967. A Magnetotelluric
SEG Technical Program Expanded
Investigation of an Electrical Conductivity
Abstracts, 681–684.
Anomaly in the Southwestern United
DOI:10.1190/segam2013-1078.1.
States. Massachusetts Institute of
Technology. Wiese, H., 1962. Geomagnetische Tiefentellurik
Teil II: Die Streichrichting der
Tripp, A., Moore, J., Ussher, G., and McCulloch,
Undergrundstrukturn des Elektrischen
J., 2002. Gravity Modeling of the Karaha -
Widerstandes, Erschlossen Aus
Telaga Bodas Geothermal System,
Geomagnetischen Variationen. Geofisica
Indonesia. Procedings, Twenty-seventh
pura e applicata 52(1), 83–103. DOI :10.
Workshop on Geothermal Reservoir
1007/BF01996002.
Engineering Stanford University. Stanford:
Stanford Geothermal Program. Zhang, L., Hao, T., Xiao, Q., Wang, J., Zhou, L.,
Qi, M., Cui, X., and Cai, N., 2015.
Ussher, G., Harvey, C., Johnstone, R., and
Magnetotelluric investigation of the
Anderson, E., 2000. Understanding the
geothermal anomaly in Hailin, Mudanjiang,
resistivities observed in geothermal
Northeastern China. Journal of Applied
systems. Proceedings World Geothermal
Geophysics 118, 47–65.
Congress. Kyushu, 1915–1920

237

Anda mungkin juga menyukai