Anda di halaman 1dari 13

GEOSAINS

ANALISA GEOKIMIA RIOLIT KUBAH LAVA DAERAH BULU BATUARA KECAMATAN


WATANGPULU KABUPATEN SIDRAP
PROVINSI SULAWESI SELATAN

Gita Nirmala S, Kaharuddin MS, Ulfa Ria Irfan*


*) Departemen Teknik Geologi Universitas Hasanuddin

Sari: Secara administratif daerah penelitian terletak pada daerah Bulu Batuara Kecamatan
Watangpulu Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis daerah penelitian ini
terletak pada koordinat 119o4500 119o4615 (BT) dan 3o5620 3o5700 (LS). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan batuan penyusun, jenis magma dan lingkungan magma
batuan beku penyusun kubah lava daerah penelitian berdasarkan karakteristik geokimia batuan.
Metode penelitian yaitu berupa pengambilan data di lapangan berupa data geomorfologi, stratigrafi
dan pengambilan conto sampel batuan untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis yang dilakukan terdiri
dari analisis petrografis dan analisis geokimia dengan menggunakan metode XRF (X-Ray
Fluoresence), ICP MS / ICP OES dengan menganalisis unsur utama, unsur jejak dan unsur tanah
jarang. Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi dua (2) satuan bentangalam yaitu satuan
bentang alam kubah lava dan satuan bentangalam pedataran ignimbrit. Berdasarkan analisa
petrografi yang dilakukan batuan yang dijumpai di lapangan berupa Riolit dan Ignimbrit sedangkan
berdasarkan analisa geokimia yang dilakukan batuan yang dijumpai pada daerah penelitian adalah
Riolit. Afinitas magma pada daerah penelitian adalah calk - alkaline. Analisa petrografi dan
geokimia mengindikasikan bahwa batuan tersebut terbentuk pada daerah Active Continental Margin.
Kata Kunci : Geokimia, petrografi, batuanvulkanik, afinitas magma

Abstract: Administratively, the research area is located in Bulu Batuara Area, Watangpulu District,
Sidenreng Rappang Regency, South Sulawesi. Astronomically, located on coordinate coordinat
119o450 119o4615 (BT) dan 3o56200 3o5700 (LS). The purpose of this study is to determine the
type of magma and magma environment of igneous rock formed the volcanic neck based on the
characteristics of rock geochemical analysis. The research methods are collect datas from field such as
geomorphology data, stratigraphy data and rocks sample for petrographic and geochemistry analysis.
Analysis in this research consist of two analysis; petrographic analysis using a thin section and
geochemistry analysis which using XRF, ICP-MS / ICP-OES method to analyze major element, trace
element and rare earth element. Based on field observation, the morphology on this are divided into
two; landscape unit lava dome and ignimbrite plain. Based on petrographic analysis the lithology of
this area is Rhyolite and Ignimbrite, while based on geochemistry analysis lithology of this area
consist of Rhyolite. Affinity of magma in this area is calk-alkaline. Petrographic and geochemistry
which took place in Active Continental Margin.
Keyword : Geochemistry, petrographic, volcanic rock, and affinity of magma

41 - Vol. 12 No. 01 2016


GEOSAINS

1. Pendahuluan diterapkan karena mampu mengukur komposisi


kimia hingga ke level konsentrasi yang sangat
Indonesia memiliki sebaran gunung api aktif kecil, yaitu hingga level ppm (part per million).
dan gunung api purba. Gunung api purba
adalah gunung api yang pernah aktif pada masa Maksud dari penelitian ini adalah untuk
lampau, tetapi sekarang ini sudah mati dan melakukan studi tentang geokimia Kubah Lava
bahkan sudah terkikis sangat lanjut sehingga di daerah Bulu Batuara Kecamatan Watangpulu
penampakan fisik tubuhnya sudah tidak sejelas Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi
gunung api aktif masa kini, bahkan sebagian Sulawesi Selatan. Sedangkan tujuan dari
sisa tubuhnya sudah ditutupi oleh batuan yang penelitian ini adalah untuk : Mengetahui jenis
lebih muda (Bronto,2006). Salah satu batuan penyusun kubah lava daerah penelitian,
gunungapi purba yang ada di Indonesia Menentukan jenis magma batuan pada kubah
khususnya di Sulawesi Selatan adalah lava daerah penelitian, Menganalisis lingkungan
gunungapi Pangkajene yang terletak di magma berdasarkan karakteristik geokimia
Kabupaten Sidrap (Kaharuddin, 2012). batuan dengan menggunakan metode analisis
geokimia batuan dan mineral XRF (XRay
Gunungapi Sidrap merupakan salah satu Fluorescence spectrometry).
gunungapi yang berada di Sulawesi Selatan. Penelitian ini dibatasi pada pembahasan
Gunungapi ini tersusun atas batuan gunungapi mengenai aspek-aspek geokimia menggunakan
yang kaya akan gas dan ignimbrit dalam bentuk metode analisis geokimia batuan dan mineral
kubah, lelehan lava piroklastik yang tersebar XRF (XRay Fluorescence spectrometry) untuk
luas di daerah Parepare, Sidrap, Barru bagian mengetahui unsurunsur oksida dalam magma
Utara, dan Pinrang bagian Selatan. Pada (major element) dan ICPOES (Inductively
daerah Pangkajene bagian Barat hingga Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry)
Selatan terlihat tonjolan-tonjolan yang untuk mengetahui unsurunsur lain yang
menempati morfologi pedataran dalam depresi disebut unsur jejak (trace element).
Walanae. Anomali topografi di daerah Secara administratif, daerah penelitian
pedataran yang tersusun oleh produk termasuk dalam daerah Bulu Batuara
vulkanik diduga sebagai kubah lava. Kubah Kecamatan Watang Pulu Kabupaten
lava membentuk bukit-bukit kerucut dan Sidenrengrappang Provinsi Sulawesi Selatan
berjejer dari Barat laut ke Tenggara. Litologi (Gambar 1.1). Secara geografis, daerah
kubah lava tersusun oleh lava andesitik (Bulu penelitian terletak antara 119o4500 BT
Loa) dan lava trakitik (Bulu Allakuang, 119o4615 BT dan 3o5620 LS 3o5700 LS
Bulu Batulappa dan Bulu Watangpulu). Di yang terdapat pada peta Rupa Bumi Indonesia
antara kubah lava trakitik terdapat terdapat lembar peta Pinrang dan Sidenreng sekala
leher vulkanik (volcanic neck) yang menerobos 1:50.000 yang diterbitkan oleh Bakosurtanal.
ignimbrit seperti pada Bulu Tinebbang,
Bulukunyi dan Bulu Batualong. Pembentukan
kubah lava merupakan fase akhir aktifitas
erupsi gunungapi di daerah kaldera Pangkajene.
Diinterpretasikan bahwa setelah peristiwa
runtuhnya kaldera, tersingkap volcanic neck
dan terjadinya erupsi pada celah-celah retakan
membentuk kubah-kubah lava andesitik dan
trakitik (Kaharuddin, 2012).

Analisis tentang geokimia merupakan suatu


kegiatan penelitian untuk mengetahui
perbedaan sifat maupun unsur kimia yang
terkandung pada suatu batuan. Adapun Gambar 1. Peta Tunjuk Lokasi Penelitian
penelitian ini dilakukan dengan menerapkan
metode analisis geokimia ruah batuan dan
mineral (XRF). Analisis geokimia ruah
(bulk/whole geochemistry) pada studi petrologi
dan geokimia batuan di bidang geologi umumnya
menerapkan metode analisis XRF (X-ray
fluorescence spectrometry) untuk mengetahui
komposisi kimia batuan. Metode ini umum

Vol. 12 No. 01 2016 - 42


GEOSAINS

2. Metode Penelitian (Rare Earth Element). Hasil analisis geokimia


pada batuan yang berupa major element dan
Metode penelitian dilakukan untuk mencapai trace element pada klasifikasiklasifikasi jenis
tujuan penelitian. Metode yang digunakan dalam magma, jenis batuan, dan lingkungan magma
penelitian ini terdiri dari kegiatan pemerolehan dengan menggunakan software Geochemical
data melalui penelitian lapangan dan Data Toolkit / GCDkit ver.3.00 for R2.13.2
pengolahan data melalui kegiatan laboratorium. (Janousek et al., 2006). Klasifikasi/diagram
berdasarkan kandungan kimia yang digunakan
Kegiatan pemerolehan data diawali dengan
antara lain: berdasarkan kandungan oksidanya,
penelitian lapangan yaitu pengambilan data
derajat keasaman atau kandungan SiO2 , major
lapangan dengan menggunakan peta topografi
element yaitu perbandingan jumlah (%) Na2O +
skala 1 :3000 dengan aspek penelitian mencakup
K2O dengan silika (SiO2) oleh Cox et al.(1979)
analisis karakteristik fisik batuan vulkanik dan
dalam Rollinson, 1993, Klasifikasi afinitas
mengukur penyebaran batuan vulkanik. Hal ini
magma menurut Peccerillo dan Taylor (1976)
dimaksudkan untuk mendapatkan data
yang diadaptasi oleh Rollinson (1993), Diagram
lapangan secara deskriptif dan sistematis.
variasi kandungan major element menurut
Selain pencatatan data-data tersebut di atas, Harker (1909) yang diadaptasi oleh Rollinson
dilakukan juga pengambilan foto dan sketsa, (1993), Plotting Spider diagram perbandingan
serta pengambilan sampel batuan pada setiap unsure trace element terhadap primitive mantle
stasiun sehingga data yang dihasilkan lebih (McDonough dan Sun, 1995) dan REE (rare earth
akurat. Adapun lintasan yang dilalui berupa element ) terhadap Chondrite (Boynton, 1984) .
lintasan sungai maupun lintasan jalan, yang Data geokimia di input menggunakan software
dapat dijumpai singkapan litologi yang masih GCD kit version 3.00 dengan output dalam
fresh (belum mengalami pelapukan tingkat bentuk klasifikasi batuan, jenis magma, dan
tinggi). lingkungan tektonik. Berikut tampilan software
GCD kit version 3.00.
Kegiatan penelitian laboratorium dilakukan
untuk mengolah data-data yang diperoleh 3. Geomorfologi Daerah Penelitian
dilapangan untuk interpretasi lebih lanjut dan
Geomorfologi daerah penelitian terdiri atas 2
lebih spesifik tentang kondisi geologi melalui
yaitu Satuan geomorfologi kubah lava Satuan
analisis laboratorium. Metode yang digunakan
geomorfologi pedataran ignimbrit. Satuan
dalam analisa ini adalah preparasi batuan untuk
geomorfologi kubah lava menempati sekitar 26 %
analisis petrografi dan geokimia.
dari luas keseluruhan daerah penelitian atau
Analisa petrografi dimaksudkan untuk melihat sekitar 0,91 km2, dengan ketinggian antara 60-
kenampakan mikroskopis sayatan tipis batuan 170 mdpl. Analisa morfometri terhadap satuan
yang bertujuan untuk mengetahui secara ini memperlihatkan kemiringan lereng yang
terperinci tekstur, komposisi mineral penyusun berkisar antara 0o20o dengan persentase sudut
batuan, presentase mineral yang sama pada lereng yaitu sekitar 0 48%. Satuan bentang
setiap stasiun untuk interpretasi lebih lanjut alam ini mendominasi bagian selatan daerah
sekaligus memastikan penamaan batuan penelitian. Proses geomorfologi yang
sehingga dapat membantu dalam menafsirkan berlangsung pada daerah ini adalah pelapukan
genesa batuan tersebut. Adapun jumlah sampel dan denudasional. Daerah ini digunakan oleh
petrografi yang diamati pada penelitian ini penduduk setempat sebagai areal pemukiman
adalah 17 sampel dari 15 stasiun yang dapat dan persawahan. Daerah ini pada umumnya
mewakili keseluruhan stasiun dari penelitian ini disusun oleh batuan beku riolit dan ignimbrit.
yang berjumlah 31 stasiun. Penamaan batuan Bentuk relief memperlihatkan bukit, kerucut
secara mikroskopis menggunakan klasifikasi berupa lava dan ignimbrit. Litologi kubah lava
IUGS (1999) untuk batuan vulkanik. tersusun oleh lava dan ignimbrit serta batuan
beku riolit. Lava riolitik sebagai penyusun
Analisa geokimia menggunakan metode XRF, kubah lava meliputi daerah Bulu Batuara
ICP MS, dan ICP-OES. XRF (XRay
Fluorescence spectrometry) untuk mengetahui
unsurunsur oksida dalam magma (major
element) dan ICP MS / ICP OES (Inductively
Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry)
untuk mengetahui unsurunsur lain yang
disebut unsur jejak (trace element) dan REE

43 - Vol. 12 No. 01 2016


GEOSAINS

dengan tekstur terdiri dari kristalinitas


holohialin, granularitas afanitik, fabrik : bentuk
euhedral, relasi equigranular, struktur masif,
komposisi mineral orthoklas. Kuarsa dan massa
dasar. Berdasarkan ciri fisiknya nama batuan ini
adalah Ignimbrit/Riolit (IUGS, 1999) .

Gambar 2 Kenampakan geomorfologi kubah


lava pada daerah Bulu Batuara difoto kearah N
35o E .

Satuan geomorfologi pedataran menempati


sekitar 74% dari luas keseluruhan daerah
penelitian atau sekitar 2,58 km2, dengan
ketinggian antara 40-60 mdpl. Analisa Gambar 4 Kenampakan geomorfologi pedataran
morfometri terhadap satuan ini memperlihatkan bergelombang pada daerah Batulappa difoto
kemiringan lereng yang berkisar antara 0o5o kearah N 240o E .
dengan persentase sudut lereng yaitu sekitar 0
6%. Satuan bentang alam ini mendominasi dari Kenampakan petrografis dari singkapan
lokasi penelitian. ignimbrit sayatan nomor ST.17/GT/IGN
memperlihatkan warna absorbsi kuning
kecokelatan,warna interferensi abu-abu
kehitaman, tekstur unwelded ukuran butir
mineral penyusun batuan 0,07 sampai 1,5
mm,bentuk mineral subhedral-anhedral,
komposisi mineral terdiri atas orthoklas, kuarsa,
plagioklas, biotit dan massa dasar. Berdasarkan
analisis diatas, maka nama batuan adalah Riolit
(IUGS, 1999).

Gambar 3 Kenampakan singkapan Ignimbrit di


Cenranae. Difoto relatif kearah N 220oE pada
stasiun 17.

4. Stratigrafi Daerah Penelitian

Berdasarkan litostratografi tidak resmi, maka


pada daerah penelitian dijumpai 2 (dua) satuan Gambar 5 Kenampakan Fotomikrograf
batuan yang diurutkan dari muda ke tua, yaitu : Ignimbrit dengan komposisi mineral orthoklas,
Satuan Riolit, Satuan Ignimbrit. kuarsa, plagioklas, biotit, massa dasar.. Difoto
dengan perbesaran 40X
Satuan Ignimbrit
Penentuan lingkungan pembentukan dan umur
Satuan ignimbrit beranggotakan ignimbrit.
satuan ignimbrit ini ditentukan secara relatif
Satuan ini menempati sekitar 74,2 % dari luas
dengan berdasarkan ciri fisik dan letak
keseluruhan daerah penelitian atau sekitar 2,65
astronomisnya yang disebandingkan dengan
km2. Penyebaran satuan ini mendominasi
umur batuan secara regional. Berdasarkan
daerah penelitian.
kesamaan ciri fisik dan letak astronomis yang
Litologi yang menyusun satuan ini yaitu relatif dekat dengan daerah penelitian, maka
ignimbrit. Kenampakan secara megaskopis pada satuan ignimbrit ini mempunyai nilai
stasiun 17 yaitu berwarna berwarna segar putih kesebandingan dengan satuan gunungapi Pare-
kemerahan hingga colorless, warna lapuk coklat, Pare (tppv), yang berumur pliosen dan terbentuk
tekstur unwelded yang berkomposisi riolit di lingkungan darat (Sukamto, 1982 dalam Djuri

Vol. 12 No. 01 2016 - 44


GEOSAINS

dkk,1998). Hubungan stratigrafi satuan ini


dengan batuan yang lebih muda atau berada di
atasnya yaitu kontak efusif.

Satuan Riolit

Dasar penamaan satuan ini didasarkan atas ciri


litologi dan penyebaran batuan yang
mendominasi pada satuan batuan ini secara
lateral, dan dapat dipetakan pada skala 1:10.000. Gambar 7 Kenampakan Fotomikrograf Riolit
Satuan ini menempati sekitar 22,8% dari luas dengan komposisi mineral kuarsa, orthoklas, dan
keseluruhan daerah penelitian atau sekitar 0,84 massa dasar. Difoto dengan perbesaran 40X .
km2. Penyebaran satuan ini menempati bagian
selatan daerah penelitian. Penentuan lingkungan pembentukan dan umur
satuan riolit ini ditentukan secara relatif
Litologi yang menyusun satuan ini yaitu riolit. dengan berdasarkan ciri fisik dan letak
Kenampakan secara megaskopis dari riolit yaitu astronomisnya yang disebandingkan dengan
berwarna segar putih, warna lapuk coklat, umur batuan secara regional. Berdasarkan
tekstur terdiri dari kristalinitas holohialin, kesamaan ciri fisik dan letak astronomis yang
granularitas afanitik, fabrik : bentuk anhedral, relatif dekat dengan daerah penelitian, maka
relasi equigranular, struktur masif, komposisi satuan riolit ini mempunyai nilai kesebandingan
mineral kuarsa, plagioklas, orthoklas dan massa dengan satuan gunungapi Pare-Pare (tppv), yang
dasar. Berdasarkan ciri fisiknya nama batuan ini berumur pliosen dan terbentuk di lingkungan
adalah Riolit (IUGS, 1999). darat (Djuri dkk,1998).

5. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Berdasarkan kenampakan bentuk kekar dimana


dijumpai kekar yang tidak berpasangan, maka
struktur kekar yang dijumpai pada daerah
penelitian termasuk dalam kekar tidak
sistematik (Foto 4.8). Kekar dijumpai pada
batuan riolit di stasiun 23.

Gambar 6 Kenampakan singkapan riolit di Bulu


Batuara. Difoto relatif kearah N 305oE pada
stasiun 12.

Kenampakan petrografis dari singkapan riolit


sayatan nomor ST.1/GT/RIOLIT
memperlihatkan warna absorbsi kuning
kecokelatan, warna interferensi abu-abu
kehitaman, tekstur piroklastik yaitu tekstur
yang mirip dengan porfiritik namun bila dilihat
di bawah mikroskop bahwa butirannya lebih Gambar 8 Kenampakan kekar tidak sistematik
banyak pecah-pecah dari pada saling pada batuan riolit. Difoto relatif ke arah N
mengunci.ukuran butir mineral penyusun 250oE pada stasiun 23.
batuan 0,04 sampai 2,5 mm, bentuk mineral
subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri 6. Hasil Dan Pembahasan
atas kuarsa, orthoklas dan massa dasar gelas.
Berdasarkan karakteristik fisik di lapangan dan
Berdasarkan analisis diatas, maka nama batuan
kenampakan petrografinya, maka batuan
adalah Riolit (IUGS, 1999)
vulkanik pada daerah penelitian dapat
dikelompokkan batuan riolit dan ignimbrit.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
terdiri atas tiga tahap yaitu analisis

45 - Vol. 12 No. 01 2016


GEOSAINS

karakteristik batuan di lapangan, analisis


petrografis dan analisis geokimia.

Analisis karakteristik batuan di lapangan

Pengamatan yang dilakukan pada litologi yang


dijumpai di lapangan menunjukkan bahwa
terdapat 2 kelas batuan yang berbeda. Hal ini
ditunjukkan oleh perbedaan struktur batuan
dan fenokris yang diamati pada batuan tersebut.

Riolit Gambar 10 Kenampakan lapangan Ignimbrit


pada stasiun 17 dengan ukuran fragmen 2-3 mm.
Pada kenampakan lapangan litologi riolit
memiliki sifat fisik berwarna segar putih, warna Ignimbrit 2
lapuk coklat, tekstur terdiri dari kristalinitas
holohialin, granularitas afanitik, fabrik : bentuk Pada kenampakan lapangan litologi
anhedral, relasi equigranular, struktur masif, ignimbrit memiliki sifat fisik batuan berwarna
komposisi mineral kuarsa, plagioklas, orthoklas segar putih hingga keabu-abuan, , warna lapuk
dan massa dasar. coklat, tekstur welded, fragmen yang dijumpai
berukuran 3 mm 1,5 cm, dengan tekstur terdiri
Pada litologi ini memperlihatkan adanya dari kristalinitas holohialin, granularitas
struktur aliran. Hasil pengukuran di lapangan, afanitik, fabrik : bentuk euhedral, relasi
diperoleh pengukuran lava layer N150E/30 equigranular, struktur masif, komposisi mineral
(stasiun 12), N245E/45 (stasiun 25), dan ortoklas, kuarsa dan massa dasar. Berdasarkan
N240E/20 (stasiun 27). ciri fisiknya nama batuan ini adalah Riolit.
Batuan yang tergolong dalam kelas ini dijumpai
pada stasiun 1 dan stasiun 2.

Gambar 9 Kenampakan lapangan lava layer


riolit pada stasiun 25 dengan arah aliran N245oE
(a) dan kenampakan Specimen dari riolit (b).

Ignimbrit 1 Gambar 11 Kenampakan lapangan Ignimbrit


pada stasiun dengan ukuran fragmen 3 mm 1,5
Pada kenampakan lapangan litologi ignimbrit cm.
memiliki sifat fisik batuan berwarna segar putih
kemerahan hingga keabu-abuan, warna lapuk Analisis Petrografis
coklat, tekstur welded, fragmen yang dijumpai
berukuran 2 3 mm, dengan tekstur terdiri dari Berdasarkan analisis komposisi mineral,
kristalinitas holohialin, granularitas afanitik, tekstur dan kristalinitas massa dasar, maka
fabrik : bentuk euhedral, relasi equigranular, pembagian riolit pada daerah penelitian terdiri
struktur masif, komposisi mineral ortoklas dari :
kuarsa dan massa dasar. Berdasarkan ciri Riolit 1
fisiknya nama batuan ini adalah Riolit. Batuan
yang tergolong dalam kelas ini dijumpai pada Sayatan batuan memperlihatkan warna absorbsi
stasiun 17. kuning kecoklatan, warna interferensi abu-abu
kehitaman, tekstur piroklastik, bentuk mineral
subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri
atas kuarsa, orthoklas, biotit, mineral opak dan
massa dasar gelas. Jenis Riolit ini dibedakan
berdasarkan kristalinitas pada massa dasar
dengan ukuran 0,02 0,8 mm. Batuan yang

Vol. 12 No. 01 2016 - 46


GEOSAINS

tergolong dalam kelas ini di jumpai pada stasiun


1, stasiun 5 dan stasiun 9 .

Gambar 12 Kenampakan petrografi riolit pada


stasiun 1 (a), stasiun 5 (b) dan stasiun 9 (c)
dengan ukuran 0,02 0,8 mm.

Riolit 2
Gambar 14 Kenampakan petrografi riolit pada
Sayatan batuan memperlihatkan warna absorbsi stasiun 12 (a), stasiun 21 (b), stasiun 24 (c), dan
kuning kecoklatan, warna interferensi abu-abu stasiun 27 (d) dengan ukuran 0,01 0,2 mm.
kehitaman, tekstur piroklastik, bentuk mineral
Riolit 4
subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri
atas kuarsa, orthoklas, biotit, mineral opak dan Sayatan batuan memperlihatkan warna absorbsi
massa dasar gelas. Jenis Riolit ini dibedakan kuning kecoklatan, warna interferensi abu-abu
berdasarkan kristalinitas pada massa dasar kehitaman, tekstur khusus flow banding,
dengan ukuran 0,02 0,3 mm. Batuan yang ukuran butir mineral penyusun batuan 0,02
tergolong dalam kelas ini di jumpai pada stasiun sampai 1,8 mm, bentuk mineral subhedral-
10, stasiun 13, stasiun 16 dan stasiun 28. anhedral, komposisi mineral terdiri atas kuarsa,
orthoklas, mineral opak dan massa dasar gelas.
Batuan yang tergolong dalam kelas ini di jumpai
pada stasiun 3.

Gambar 13 Kenampakan petrografi riolit pada Gambar 15 Kenampakan petrografi riolit pada
stasiun 10 (a), stasiun 13 (b), stasiun 16 (c), dan stasiun 3 dengan tekstur flow banding dengan
stasiun 28 (d) dengan ukuran 0,02 0,3 mm. ukuran 0,02 sampai 1,8 mm.
Riolit 3 Ignimbrit 1
Sayatan batuan memperlihatkan warna absorbsi Sayatan batuan memperlihatkan warna absorbsi
kuning kecoklatan, warna interferensi abu-abu kuning kecoklatan, warna interferensi abu-abu
kehitaman, tekstur piroklastik bentuk mineral kehitaman, tekstur unwelded, ukuran butir
subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri mineral penyusun batuan 0,01 sampai 2 mm,
atas kuarsa, orthoklas, biotit, mineral opak dan bentuk mineral subhedral-anhedral, komposisi
massa dasar gelas. Jenis Riolit ini dibedakan mineral terdiri atas orthoklas, kuarsa, plagioklas,
berdasarkan kristalinitas pada massa dasar biotit, hornblende dan massa dasar. Batuan yang
dengan ukuran 0,01 0,2 mm. Batuan yang tergolong dalam kelas ini di jumpai pada stasiun
tergolong dalam kelas ini di jumpai pada stasiun 1a, stasiun 1b, dan stasiun 2
12, stasiun 21, stasiun 24 dan stasiun 27.

47 - Vol. 12 No. 01 2016


GEOSAINS

Tabel 1.Persentase kandungan major element


dari beberapa batuan beku vulkanik daerah
Bulu Batuara.
ST.9/
Major ST.1/GT/ ST.16/GT/ ST.12/GT/
GT/RI
Element RIOLIT RIOLIT RIOLIT
OLIT
SiO2 76,01 75,64 73,39 75,05
Gambar 16 Kenampakan petrografi riolit pada
Al2O 14,02 14,76 15,5 14,44
stasiun 3 dengan tekstur flow banding dengan CaO 0,2 0,12 0,13 0,31
ukuran 0,02 sampai 1,8 mm. Fe2O 0,6 0,44 2,02 0,64
K2O 5,48 4,57 4,17 5,63
Ignimbrit 2 MgO 0,08 0,06 0,09 0,24
<
MnO 0,005 0,009 < 0,005
Sayatan batuan memperlihatkan warna absorbsi 0,005
kuning kecoklatan, warna interferensi abu-abu Na2O 1,89 1,62 1,43 2,41
kehitaman, tekstur rheomorphic, ukuran butir P2O5 0,029 0,026 0,025 0,025
TiO2 0,12 0,11 0,12 0,12
mineral penyusun batuan 0,01 sampai 1,2 mm, LOI 1,9 2,8 3,4 1,6
bentuk mineral subhedral-anhedral, komposisi Total 100,35 100,2 100,29 100,48
mineral terdiri atas orthoklas, kuarsa, dan
massa dasar. Batuan yang tergolong dalam kelas Jenis dan Afinitas Magma
ini di jumpai pada stasiun 17 .
Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh
Peccerilo dan Taylor (1976) dalam Rollinson
(1993) yang didasarkan atas presentase K2O dan
SiO2, maka seri magma pada daerah ini dapat
digolongkan ke dalam seri High calc-alcaline.
Magma seri High K CalcAlkaline
mengindikasikan penambahan kandungan
potasium (K2O), dan terkait dengan kerak
kontinen yang relatif tebal atau vulkanisme
Gambar 17 Kenampakan petrografi Ignimbrit yang terkait dengan kolisi antar lempeng
pada stasiun stasiun 17 dengan ukuran 0,01 kontinen (Peccerillo dan Taylor, 1976 dalam
1,2 mm. Surono dkk, 2013). Seri kalk-alkalin (High calc-
alcaline dan calc-alcaline) ini terdiri atas seri
Analisa Geokimia batuan basalt-andesit dasit-riolit, seri batuan
andesit, seri orogenik, seri batuan hyperstenic,
Unsur Utama dan seri batuan vulkanik orogenik. Berdasarkan
klasifikasi diagram AFM (K2O+Na2O - total
Hasil analisa geokimia unsur utama pada
FeOMgO) menunjukkan bahwa conto batuan
batuan ST.12/GT/RIOLIT, ST.9/GT/RIOLIT,
berada pada seri Calc-alkaline series.
ST.1/GT/RIOLIT dan ST.16/GT/RIOLIT
Kandungan SiO2 berkisar 73,39 wt % - 76,01
wt%, alumina (Al2O3) 14,02 wt% - 15,5 wt%,
magnesium (MgO) 0,24 wt% - 0,06 wt%, oksida
besi (Fe2O3) 0,6 wt% - 2,02 wt%, potassium (K2O)
4,17 wt% - 5,63 wt%, kalsium (CaO) 0,12 wt% -
0,2 wt%, sodium (Na2O) 1,43 wt%- 2,41 wt%,
titanium (TiO2) , 0,11 wt% - 0,12 wt%, dan LOI
(Loss of Ignition) 1,6 wt% - 3,4 wt%. Pada hasil
analisis tersebut, dapat dilihat bahwa
kandungan SiO2 Al2O3 dan K2O cukup tinggi.
Tingginya ciri unsur utama pembentuk batuan
merupakan penciri mineral kuarsa [SiO2] dan
ortoklas [KAlSi3O8].
Gambar 18 Hasil plotting pada klasifikasi
afinitas magma berdasarkan perbandingan K2O
dan SiO2 (Peccerillo dan Taylor, 1976 dalam
Rollinson, 1993).

Vol. 12 No. 01 2016 - 48


GEOSAINS

(oksida) terhadap senyawa SiO2 (Harker, 1909


dalam Rollinson, 1993). Diagram variasi akan
menampilkan korelasi positif atau negatif dari
kandungan oksida major element terhadap SiO2.
Pengeplotan unsur mayor pada diagram Harker
menunjukkan korelasi negatif pada senyawa
Al2O3, dan FeOt terhadap SiO2 dan korelasi
positif pada senyawa CaO, K2O, MgO, Na2O,
P2O5 dan TiO2 terhadap SiO2. Korelasi negatif
ditunjukkan dengan garis yang condong ke kiri
sedangkan korelasi positif ditunjukkan dengan
garis linear yang condong kekanan dimana
Gambar 19 Diagram AFM (A = K2O + Na2O), (F variabel senyawa oksida sebagai ordinat
= Total FeO) dan (M = MgO) (Irvine dan berbanding lurus dengan variabel SiO2 sebagai
Baragar, 1971 dalam Rollinson, 1993) absis.

Penamaan Batuan Korelasi positif ini mencirikan terjadinya


fraksinasi unsur Mg, dan Ti. Unsur Mg
Berdasarkan komposisi dari SiO2 dan Na2O + mengindikasikan terbentuknya mineral biotit
K2O dalam klasifikasi yang telah dibuat oleh Le {K(MgFe)3AlSi3O10(OH, F)2} sedangkan unsur Ti
Bas et al , 1986 dalam Rollinson (1993) yang mengindikasikan terbentuknya mineral apatit
didasarkan atas perbandingan silika versus (Ca5(PO4)3 F) . Korelasi negatif mencirikan
alkali, maka batuan ST.12/GT/RIOLIT, terjadinya fraksinasi unsur Fe terhadap SiO2.
ST.9/GT/RIOLIT, ST.1/GT/RIOLIT dan Korelasi negatif pada Fe2O3 terhadap SiO2
ST.16/GT/RIOLIT menunjukkan bahwa jenis menunjukkan terjadinya proses fraksinasi
batuannya termasuk Riolit. kristalisasi magnetit (Fe3O4) pada kondisi
oksidasi. Korelasi negatif Al2O3 terhadap SiO2
Tabel 2 Hasil plottingmajor element (SiO2 - Na2O menunjukkan penurunan kandungan Al dan Na,
+ K2O) pada klasifikasi batuan beku vulkanik serta meningkatnya kandungan SiO2, sehingga
(Le Bas et al., 1986 dalam Rollinson, 1993). mengindikasikan terjadinya pembentukan
mineral plagioklas jenis oligoklas
Na2O + K2O Nama
Stasiun SiO2(wt %)
(wt %) Batuan ((Na,Ca)AlSi3O8).
ST.1/GT/RIOLIT 76,01 7,37 Riolit
ST.9/GT/RIOLIT 75,64 6,19 Riolit
ST.12/GT/RIOLIT 73,39 8,04 Riolit
ST.16/GT/RIOLIT 75,05 5,6 Riolit

Gambar 20 Hasil plotting major element (SiO2 - Gambar 21 Hasil Plotting kandungan major
Na2O + K2O pada klasifikasi batuan beku elemen terhadap SiO2 pada diagram variasi
vulkanik (Le Bas et al., 1986 dalam Rollinson, (Harker, 1909 dalam Rollison, 1993).
1993).)
Unsur Jejak
Evolusi Magma
Unsur-unsur yang hadir <0,1% dan
Gambaran evolusi magma dapat dilihat dalam konsentrasinya dalam ppm atau ppb. Tetapi ini
diagram variasi kandungan major element tidak selalu terjadi, karena konsentrasi trace

49 - Vol. 12 No. 01 2016


GEOSAINS

element kadang mencapai 0,1% (1000 ppm). Sm 8,2 5,8 8,9 5,1
Beberapa unsur kadang merupakan major Eu 0,6 0,4 0,6 0,3
Gd 8,7 6,3 9,3 5,4
element dalam satu kelompok batuan, tetapi Tb 0,83 0,72 1,04 0,58
sebagai trace element pada kelompok batuan Dy 5,2 4,2 6,1 3,5
lainnya. Contohnya adalah unsur K yang Ho 0,9 0,8 1.1 0,7
merupakan konstituen major pada riolit, Er 4.4 4.4 2.6 3.6
menyusun >4% batuan tersebut dan membentuk Tm 0.6 1,2 0.3 0.5
Yb 2,3 2,2 2,9 2,1
struktur esensial pada mineral-mineral seperti
Lu 0,32 0,32 0,32 0,44
ortoklas dan biotit.

Hasil analisis unsur jejak batuan vulkanik *Sumber: Lab. PT. Intertek Utama Services
ditunjukkan pada tabel 5.4. Unsur jejak batuan di Jakarta
daerah penelitian dari hasil analisis ICP MS dan
Unsur Tanah Langka
ICP OES (Tabel 5.4) diplot pada diagram laba-
laba yang dinormalisasikan terhadap chondrite Unsur tanah langka dalam tabel periodik
dan NMORB. Pada diagram laba laba dengan digolongkan dalam unsur Lantanida (nomor
normalisasi terhadap chondrite dan NMORB atom 57 hingga 71). Unsur tanah langka
menunjukkan terjadinya anomali negatif pada digunakan untuk mengetahui genesa
unsur Ba, Nb, Zr dan Ti. Unsur Cs, Rb, Th dan Pb pembentukan batuan dan menguak proses
mengalami pengayaan. Pada spider diagram di petrologi yang terjadi. Untuk mendapatkan pola
bawah ini menunjukkan bahwa terjadi pengayaan REE, maka unsur-unsur tersebut dibuat ke
unsur LILE (Large Ion Lithophile Elements) yaitu dalam diagram laba-laba. Diagram ini
Cs, Rb dan Pb dengan kemiringan ke arah kanan. dinormalisasikan terhadap kondrit, dan harga
Pengayaan unsur Cs, Rb dan Th serta pemiskinan sejumlah unsur langka untuk percontoh batuan.
unsur Nb, Zr, dan Ti merupakan ciri-ciri magma Dari tabel tersebut terlihat bahwa semua unsur
calk alkaline (Wilson, 1989 dalam Harahap, REE memperlihatkan adanya variasi
2010). Pengayaan unsur Cs, Rb dan Pb konsentrasi antara satu perconto dengan
merupakan pengaruh dari maturitas busur atau perconto lainnya. Diagram ini dinormalisasikan
kerak yang menunjam. terhadap chondrite memperlihatkan pengayaan
unsur tanah langka ringan (LREE) dari La ke Yb,
Tabel 3 Hasil analisis geokimia berupa unsur
normal/datar dari konsentrasi Yb ke Lu dan
jejak dan unsur tanah langka menurun pada unsur berat (HREE), suatu pola
umum pada batuan gunungapi seri kalk-alkalin
Trace ST.1/GT/ ST.9/GT/ ST.12/GT/ ST.16/GT/ (Jackes dan White, 1872; Wilson, 1989). Diagram
Element RIOLIT RIOLIT RIOLIT RIOLIT ini memperlihatkan konsentrasi europium (Eu)
Ga 17,1 18,2 18 18,6 yang terdeplesi sebagai kristalisasi fraksional
Zn 11 9 15 41 plagioklas. Konsentrasi unsur-unsur pada semua
Ca 1300 840 2160 960
perconto batuan yang bervariasi secara
LILE (Large Ion Lithophile Elements) (ppm)
konsisten adalah suatu bukti bahwa hubungan
Cs 7,4 5,5 10,9 9,5
genetik melalui diferensiasi kristalisasi
Rb 261 207 196 265
K 47600 37000 34100 48000 fraksional.
Ba 134 39 35 94
Sr 30,9 19,7 19,6 34,4
Pb 42 39 37 48
HFSE (High Field Strength Elements) (ppm)
Sc 2 2 3 3
Y 24,4 19,8 17,2 28,5
Th 41,6 45,5 46,4 44,3
U 7,29 6,15 4,7 8,41
Pb 42 39 37 48
Zr 77,6 24,7 23,8 84,9
Hf 2,5 1,2 1,2 4
Ti 687 624 654 647
Nb 26,8 28,2 28,6 28,4
Ta 1,7 1,82 1,79 1,81
REE (Rare Earth Element) (ppm)
La 68,8 48,3 89,8 47,6 Gambar 22 Hasil plotting kandungan REE
Ce 127 105 145 92,7 terhadap chondrites (Boynton, 1984 dalam
Pr 14 10,3 9,71 16,1 Rollinson, 1993)
Nd 46 34,3 55,5 32,3

Vol. 12 No. 01 2016 - 50


GEOSAINS

Hubungan Hasil Analisis Petrografis dan CIPW 4. Pada analisis petrografis tidak dijumpai adanya
Normatif mineral plagioklas, sedangkan pada analisis norm
dijumpai kandungan plagioklas sebanyak 13,51-
Tabel 4 Komposisi mineral batuan riolit dalam 22,27%.
pengamatan petrografi. 5. Pada analisis petrografis, dijumpai analisis mineral
opak sebanyak 3-5 %, sedangkan pada analisis norm
Komposisi Mineral (%)
tidak dijumpai.
No. Sayatan

Perbedaan antara hasil analisis petrografis dan

dasar gelas.
Orthoklas

Mineral
Nama
Kuarsa

Massa
analisis norm tersebut dapat dijelaskan sebagai
Biotit

Opak
Batuan
berikut :

1. Analisis normatif dalam perhitungannya


ST.1/GT/
RIOLIT
40 25 5 3 27 Riolit hanya melibatkan mineral anhydrous, oleh
ST.9/GT/ karena itu mineral yang mengandung gugus
57 20 3 3 17 Riolit
RIOLIT hidroksil akan mengalami penyimpangan,
ST.12/GT/ yang kemudian akan diwakili oleh mineral
55 15 - 3 27 Riolit
RIOLIT
ST.16/GT/
hydrous yang sederhana (Hall, 1987).
55 18 3 5 27 Riolit 2. Biotit (K,Mg,Fe)3 (Al,Fe) Si3O10(OH,F)2
RIOLIT
sebagai salah satu mineral yang
Tabel 5 Tabel kalkulasi hasil Plotting unsur mengandung gugus hidroksil. Oleh karena
Major element Pada perhitungan itu dalam pembacaan dalam analisis
CIPW Normatif normatif, mineral biotit akan menjadi
mineral hydrous yang lebih sederhana yang
Major ST.1/GT/ ST.9/GT/ ST.16/GT/ ST.12/GT/ terdiri dari ortoklas (KAlSi3O8), hypersthen
Element RIOLIT RIOLIT RIOLIT RIOLIT
SiO2 76,01 75,64 73,39 75,05 ((Mg,Fe)SiO3), dan kuarsa (SiO2).
Al2O3 14,02 14,76 15,5 14,44 3. Presentase kuarsa dan ortoklas yang
CaO 0,2 0,12 0,13 0,31 melimpah dalam analisis normatifpun
Fe2O3 0,6 0,44 2,02 0,64 adalah sebagai akibat dari adanya mineral-
K2O 5,48 4,57 4,17 5,63
MgO 0,08 0,06 0,09 0,24
mineral yang mengandung gugus hidroksil
MnO 0,005 < 0,005 0,009 < 0,005 yang kemudian diperhitungkan sebagai
Na2O 1,89 1,62 1,43 2,41 kedua mineral ini.
P2O5 0,029 0,026 0,025 0,025 4. Mineral opak yang dijumpai pada petrografis
TiO2 0,12 0,11 0,12 0,12
LOI 1,9 2,8 3,4 1,6
pada analisis normatif akan diperhitungkan
Total 100,35 100,2 100,29 100,48 sebagai mineral ilmenite, magnetite dan
Normatif CIPW apatite.

ST.1/GT ST.9/GT ST.12/GT ST.16/GT Petrogenesis Batuan Riolit


Mineral /RIO /RIO /RIO /RIO
(Vol %) (Vol %) (Vol %) (Vol %) Berdasarkan kandungan K2O terhadap SiO2,
Quartz 44,36 50,49 38,94 51,22 maka batuan Riolit yang bersifat High Calk-
Plagioclase 17,33 14,88 22,27 13,51
Orthoclase 34,37 29,19 35,07 27,20 Alcaline terbentuk pada daerah Convergent
Corundum 3,18 4,87 2,62 6,01 Plate Margin yang erat kaitannya dengan proses
Hypersthene 0,42 0,30 0,77 1,38 subduksi. Pada suatu kedalaman yang tinggi,
Ilmenite 0,13 0,12 0,13 0,14 maka eklogit akan mengalami peleburan
Magnetite 0,14 0,10 0,14 0,48
Apatite 0,06 0,06 0,06 0,06
sebagian yang akan memproduksi material H2O
Total 99,99 100.01 100,00 100.00 dan yang kaya akan material intermediet hingga
material yang bersifat asam, material inilah
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diperoleh data yang akan membentuk magma calk-alkaline.
berupa : Material-material ini kemudian naik menuju
selubung (Wilson, 1989).
1. Komposisi mineral kuarsa pada analisis petrografis
sebanyak 40-57%, sedangkan pada analisis norm Adapun urutan pembentukan batuan riolit
sebesar 38,94- 51,22%. daerah penelitian ditentukan berdasarkan
2. Komposisi mineral ortoklas pada analisis petrografis hasil analisis petrografis dan analisis kimia
sebanyak 15-25%, sedangkan pada analisis norm beserta teori evolusi magma. Dari kenampakan
sebanyak 27,20-35,07 %. sayatan dan hasil geokimia tersebut maka di
3. Komposisi mineral biotit pada analisis petrografis interpretasikan bahwa ada beberapa fase
sebanyak 3-5%, sedangkan pada analisis norm tidak pembentukan batuan riolit pada daerah
jumpai. penelitian yaitu pada zona tumbukan antara

51 - Vol. 12 No. 01 2016


GEOSAINS

lempeng (konvergen), magma primer menerobos penyusun Bulu Batuara dan sekitarnya
lempeng kontinen yang disusun oleh batuan adalah Riolit.
beku (igneous type) kemudian terjadi fase 2. Berdasarkan kandungan major element,
kristalisasi fraksional yaitu proses-proses yang berupa unsur K2O dan SiO2 maka magma
terjadi sepanjang diferensiasi magma pada fase yang membentuk batuan daerah
ini terbentuk unsur-unsur penyusun batuan penelitian termasuk dalam seri kalk
seperti mineral plagioklas ((Na,Ca)AlSi3O8) , alkalin (High Calk alkaline series) .
magnetit (Fe3O4) dan apatit (Ca5(PO4)3 F). 3. Berdasarkan hasil analisa yang telah
Setelah unsur-unsur penyusun batuan terbentuk dilakukan pada Spider gram
dan terakumulasi dalam suatu tempat dengan perbandingan unsure trace element (Cs,
kondisi berbeda terjadi penurunan temperatur Rb, Ba, Th, U, Nb, Ta, La, Ce, Pb, Pr, Sr,
disertai dengan penambahan unsur potasium P, Nd, Zr, Sm, Eu, Ti, Dy, Y, Yb dan Lu)
membentuk pertumbuhan mineral feldspar yaitu terhadap primitive mantle dan Spider
ortoklas (KAlSi3O8) dan biotit gram perbandingan unsure REE (Rare
{K(MgFe)3AlSi3O10(OH, F)2}. Kemudian terjadi Earth Element ) terhadap Chondrite,
penurunan suhu secara signifikan yang akan lingkungan tektonik pada batuan riolit
membentuk mineral kuarsa. ini yaitu pada zona Active Continental
Margin.
Dengan memperhatikan mineral yang di jumpai
pada daerah penelitian yaitu biotit sekitar 3%- Saran
5%, orthoklas sekitar 15-25%, kuarsa sekitar
40%-57% dan juga terdapat mineral aksesoris Agar penelitian yang dilakukan semakin lebih
berupa ilmenit, magnetit, dan apatit yang baik dan hasilnya semakin detail maka perlu
kehadirannya sangat jarang pada suatu batuan, dilakukan pengambilan data dan analisis sampel
mineral magnetit (Fe3O4) merupakan penciri yang lebih banyak serta mewakili sebaran
khas dari batuan yang terbentuk pada tatanan litologi Riolit dan Ignimbrit di daerah Bulu
tektonik active continental margin ( Mason 1985, Batuara.
dalam wilson 1989).
8. Ucapan Terimakasih
Hasil analisis kimia menunjukkan. K2O
Penulis mengucapkan banyak terimakasih
umumnya lebih dari 1% mengindikasikan
kepada Bapak Ir. Kaharuddin, MS, M.T sebagai
adanya proses asimilasi atau anaktesis dengan
dosen pembimbing I, kepada ibu Dr.Ulva Ria
material kontinental atas. Nilai Al2O3 yang
Irfan S.T,M.T sebagai dosen pembimbing II
bervariasi dapat disebabkan oleh kondisi
tugas akhir yang telah mencurahkan
kristalisasi magma pada tekanan yang berbeda-
waktu,tenaga dan pemikirannya untuk
beda (Gill, 1981 dalam Rollison, 1993). Pada
membantu penulis dalam menyelesaikan
cairan magma (silikat), di dalam sistem
laporan tugas akhir ini, Bapak Dr. Ir. Muh.
kesetimbangannya maka unsur-unsur minor
Fauzi Arifin, M. Sc., Bapak Dr. Eng. Adi
yang bersifat kompatibel akan cenderung berada
Maulana, ST, M.Phill., Bapak Dr. Ir. Musri
pada fase padat, sedangkan unsur yang
MaWaleda ST., MT atas masukan dan
inkompatibel akan tetap berada pada fase cair.
arahannya dalam perbaikan laporan ini
7. Kesimpulan hingga selesai. Serta kepada Bapak Dr.Eng
Asri Jaya,S.T,M.T sebagai ketua jurusan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Hasanuddin. Ayahanda dan Ibunda serta
kakak dan adikku atas doa, semangat serta
1. Berdasarkan pengamatan di lapangan, restunya yang senantiasa tercurah kepada
batuan yang menyusun daerah penulis. Rekan seperjuangan penulis Anna
penelitian adalah Riolit dan Ignimbrit. Alnita Pabubung, Fadliah atas kerjasamanya,
Berdasarkan analisis geokimia, berupa Hamrin Ilhami, Ardiansyah, Sutrisno, ST.,
komposisi dari SiO2 dan Na2O + K2O Hardiansyah P. Utomo, ST., yang telah
dalam klasifikasi yang telah dibuat oleh menemani dalam pengambilan data. Teman-
Le Bas et al ,1986 dalam Rollinson (1993) teman Geologi Unhas terkhusus kepada geologi
yang didasarkan atas perbandingan angkatan 2010 .
silica versus alkali maka batuan

Vol. 12 No. 01 2016 - 52


GEOSAINS

DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal., 1991 Peta Rupa Bumi Lembar Pinrang nomor 2012-31 dan Lembar Sidenreng
nomor 2013-32. Cibinong, Bogor.

Djuri, Sudjatmiko, Bachri, S. dan Sukido, 1998, Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar
Palopo, Sulawesi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Gillespie, M R, and Styles, M T.1999, BGS Rock Clasification Scheme Volume 1 Classification of
igneous rocks. British Geological Survey Research Report, (2nd edition) RR 99-06.

Hall, A., 1987. Igneous Petrology, Longman Scientific & Technical, England.

Harahap, B.H., 2010, Ciri Geokimia Batuan Vulkaniklastika di daerah Tanjung Balit, Sumatra
Barat: Suatu Indikasi Kegiatan Magma pada Eosen, Pusat Survey Geologi, Jurnal Geologi
Indonesia, Vol.5 No.2, 75-91, Bandung.

Janousek, V. Farrow, C. M. Erban, V. (2006) : Interpretation of whole-rock geochemical data in


igneous geochemistry : Introducing Geochemical Data Toolkit (GCDkit). Journal of petrology,
47, 1255-1259.

Kaharuddin,M.S., 2012, Studi Karakteristik Kaldera Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang


Sulawesi Selatan, Makassar.

Rollinson, H., 1993, Using Geochemical Data :Evaluation, Presentation and Interpretation , Longman
Grup,UK.

53 - Vol. 12 No. 01 2016

Anda mungkin juga menyukai