Oleh:
Eva N Manurung
12 306 060
Faktor pengisian dan frekwensi pemuatan bak alat angkut adalah dua parameter
operasi pemuatan-pengakutan material hasil penambangan yang dapat
mempengaruhi efisiensi penambangan dan tingkat pencapaian target produksi
yang telah ditentukan. Faktor pengisian (disebut juga fill factor) selain dapat
mempengaruhi jumlah muatan bak alat angkut ia juga dapat mempengaruhi
frekwensi pemuatan dan waktu daur alat angkut.
Walaupun kedua parameter tersebut telah ditentukan pada waktu studi kelayakan
ataupun estimasi kebutuhan unit produksi namun terdapat berbagai variasi sifat
partikel hasil peledakan yang mungkin belum diketahui ataupun sulit dikontrol
(Riprap,2011). Menurut Sedarta (2013), variasi ukuran partikel dapat
mempengaruhi nilai angle of repose (AoR; sudut diam partikel pada waktu berada
dalam sebuah timbunan) dan jumlah volume muatan mangkuk alat muat dan bak
alat angkut dipengaruhi oleh AoR (Komatsu,2011).
Disamping adanya variasi sifat bulk material, bentuk sebaran material hasil
peledakan (pembongkaran) dan kecakapan operator didalam mengoperasikan
sebuah alat muat juga dapat mempengaruhi fill faktor. Apa lagi, jika operasi
penambangan dilakukan selama 3 shift per hari.
Untuk mengetahui apakah faktor pengisian mangkuk alat muat dan frekwensi
pemuatan bak alat angkut tersebut masih sesuai dengan yang direncanakan
berdasarkan catalog pabrik pembuat alat, akan dilakukan pengamatan operasi
pemuatan dan pengangkutan dengan jumlah berat material tiap alat angkut yang
dibongkar pada hopper peremuk batu dijadikan sebagai pembanding. Nilai-nilai
tersebut akan diuji secara analisa varian.
Mengingat PT. Agincourt Resources masih dalam tahap pengembangan produksi,
maka perusahaan ini dirasa sangat sesuai sebagai objek penelitiannya.
b. Apakah pemuatan bak alat angkut diisi dengan frekwensi yang berbeda?
c. Apakah variasi muatan mangkuk dan frekwensi pemuatan bak alat angkut
masih sama dengan yang direncakan?
Selama tahap persiapan eksploitasi dari semua tambang selalu mempunyai satuan
operasi. Satuan operasi penambangan adalah langkah dasar yang digunakan untuk
memproduksi mineral dari cebakan/endapan, bersamaan dengan langkah
tambahan yang terlibat. Langkah-langkah ini mengkontribusi secara langsung ke
ekstraksi mineral yang disebut dengan operasi produksi, termasuk siklus produksi
dari satuan operasi penambangan. Sedangkan langkah-langkah tambahan yang
mendukung siklus disebut operasi tambahan (Hartman, 1992).
Siklus produksi menggunakan satuan operasi yang secara umum mempunyai dua
fungsi yaitu pemecahan batuan dan penanganan material. Pemecahan batuan
meliputi berbagai mekanika dalam operasi pemboaran dan peledakan. Penanganan
material meliputi pemuatan dan pengangkutan. Jadi siklus produksi dalam
penambangan memiliki satu satuan operasi yang terintegrasi dapat dituliskan
sebagai berikut:
Terbuka
Fungsi dari alat pengangkutan adalah untuk mengangkut material seperti tanah,
pasir, batuan untuk proyek konstruksi dan pada kegiatan penambangan. Pemilihan
jenis alat pengangkutan tergantung pada kondisi lapangan, volume material,
waktu dan biaya.
2.2.2. Kapasitas Alat Pengangkutan
Kapasitas bak penampung (pengangkut) dari truck dan tractor-wagon terdiri dari
struck capacity (kapasitas peres) dan heaped capacity (kapasitas munjung). Struck
capacity adalah kapasitas alat yang muatannya mencapai ketinggian dari bak
penampung. Jenis material yang lepas dengan daya lekat rendah seperti pasir dan
kerikil umumnya tidak bisa menggunung jadi pengangkutannya dalam kapasitas
peres. Sedangkan heaped capacity adalah kondisi muatan mencapai ketinggian
lebih dari ketinggian bak. Karena tanah liat mempunyai daya lekat antar butir
yang cukup besar maka kapasitas pengakutan tanah liat dapat mencapai kapasitas
munjung.
Besarnya kapasitas truck tergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk memuat
material kedalam truck terhadap waktu angkut truck. Pada umunya besarnya
kapasitas truck yang dipilih adalah empat sampai lima kali kapasitas alat gali yang
memasukkan material kedalam truck. Akan tetapi penggunaan truck yang terlalu
besar sangat tidak ekonomis kecuali jika volume tanah yang akan diangkut sangat
besar. Kapasitas dan ukuran truck sangat bervariasi. Oleh karena itu, pemilihan
ukuran truck sangat penting karena truck besar atau kecil akan memberikan
beberapa keuntungan dan kerugian (Rostiyanti, 2002).
Hampir seluruh material yang telah dipadatkan mempunyai volume yang lebih
kecil daripada volume aslinya. Hal ini disebabkan karena pemadatan dapat
menghilangkan atau memperkecil ruang atau pori diantara butiran material. Akan
tetapi batuan pecah mempunyai volume tanah asli (bank volume – Vb) hamper
sama dengan volume tanah yang dipadatkan (compacted volume). Pasir dan
lempung padat tertentu bahkan mempunyai compacted volume lebih besar
daripada bank volume.
Untuk memilih hidrolik excavator dan truck, kriteria pemilihan peralatan harus
ditentukan. Kriteria ini dikumpulkan dalam 6 kategori yang berbeda, yaitu:
(kirmanli et al,2009)
2. Kriteria produksi
Produksi tahunan, jumlah cadangan, hari kerja per tahun dan jam kerja per hari,
stripping ratio dan jumlah tahunan overburden diberikan sebagai contoh kriteria
produksi. Jumlah overburden tahunan dihitung dari produksi tahunan dan
stripping ratio dari produksi biji yang dipelukan dan pembuangan limbah, umur
tambang dihitung dan hubungannya dengan umur operasi peralatan juga
ditentukan.
3. Parameter-parameter tambang
Tinggi bench, lebar bench, kondisi cuaca, air bawah tanah, jarak angkut (limbah
dan mineral) kondisi tanah, faktor efisiensi kerja adalah beberapa contoh
parameter tambang.
Jenis formasi, densitas mineral, densitas limbah, ketebalan, kuat tekan uniaksial,
faktor pengembangan, modulus elastisitas kondisi peledakan dan rata-rata
distribusi ukuran setelah peledakan adalah contoh faktor geologi dan geoteknik.
5. Kriteria peralatan
Analisis estimasi biaya excavator dipilih dan truck yang mereka pakai, memiliki
kapasitas dan angka yang berbeda, dilakukan untuk mencari biaya produksi
minimum untuk kombinasi truck dan hidralik excavator optimal. Biaya per unit
bahan bakar, minyak dan ban tenaga kerja harus di sediakan oleh pengguna untuk
analisis biaya.
Secara praktis, pertimbangan untuk memilih ukuran yang baik dari sebuah shovel
atau mangkuk excavator merupakan peranan yang penting dan di dukung oleh 3
faktor, yaitu: (Tatiya,2005)
Faktor waktu
Faktor operasional
Ini adalah refleksi dari kondisi kerja yang meliputi tata letak, peralatan sesuai
yang dimaksudkan untuk loading (mucking), transportasi, penghancuran dll. Ini
juga memperhitungkan jasa dalam hal pencahayaan, ventilasi (kenyamanan),
panas, kelembaban atau faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja peralatan
termasuk efisiensi operator yang beroperasi itu. Untuk menerapkan koreksi,
pedoman yang biasa disebutkan dibawah ini (Tatiya,2005).
Kondisi Koreksi
Baik 80%
Sedang 70%
Fp = (Vb/Vd) x 100%
Keterangan :
Fp : Faktor pengisian
Sedangkan menurut spesifikasi alat muat, bucket fill factor adalah sebagai berikut.
2.6 Faktor Efisiensi Kerja
Menurut Komatsu (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja
pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan diantaranya adalah:
1. Keterampilan Operator
Untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, keterampilan operator harus sesuai
dengan kinerja mesin. Sangat penting bahwa operator memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk memperoleh produktivitas yang tinggi dari mesin.
Oleh karena itu, operator harus diberikan pendidikan dan pelatihan tentang
pengoperasian mesin, operasi pekerjaan konstruksi dan keselamatan. Operator
harus membaca dan memahami petunjuk operator. Operator juga harus membaca
dan memahami petunjuk keselamatan asosiasi produsen yang berlaku di masing-
masing wilayah (AEM di Amerika Serikat, CECE di Eropa, dll). Majikan harus
menilai keterampilan masing-masing operator dan menetapkan operator untuk
pekerjaan yang tepat. Operator harus diberikan instruksi kerja yang jelas.
Kontraktor harus memilih jenis, ukuran dan spesifikasi mesin yang dapat
memperoleh efisiensi kerja yang optimal. Kontraktor dapat menggunakan hasil
masa lalu dan pengalaman untuk memilih mesin yang paling tepat. Jika kontraktor
tidak pasti tentang pilihan mesin yang tepat, disarankan agar kontraktor
berkonsultasi dengan distributor Komatsu atau aplikasi insinyur Komatsu. mereka
memiliki informasi berlimpah dan pengalaman dan dapat memberikan bantuan
yang berharga dalam pemilihan mesin.
Perawatan harus diambil dalam pemilihan lampiran atau bagian opsional karena
mereka mempengaruhi efisiensi kerja dan keamanan. Lampiran Khas dan bagian
opsional ditunjukkan dalam buku ini. Komatsu memiliki tambahan lampiran dan
bagian opsional. Anda dapat berkonsultasi dengan distributor, salesman, atau
aplikasi Komatsu insinyur untuk rincian tambahan.
Waktu yang diperlukan di dalam siklus kegiatan di atas disebut waktu siklus atau
cycle time (CT). Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur. Pertama adalah waktu
muat atau loading time (LT). Waktu muat merupakan waktu yang dibutuhkan oleh
suatu alat untuk memuat material ke dalam alat angkut sesuai dengan kapasitas
alat angkut tersebut. Nilai LT dapat ditentukan walaupun tergantung dari jenis
tanah, ukuran unit pengangkut (blade, bowl, bucket, dst.), metode dalam pemuatan
dan efisiensi alat.
Unsur kedua adalah waktu angkut atau hauling time (HT). Waktu angkut
merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk bergerak dari tempat
pemuatan ke tempat pembongkaran. Waktu angkut tergantung dari jarak angkut,
kondisi jalan, tenaga alat, dan lain-lain. Pada saat alat kembali ke tempat
pemuatan maka waktu yang diperlukan untuk kembali disebut waktu kembali atau
return time (RT). Waktu kembali lebih singkat daripada waktu berangkat karena
kendaraan dalam keadaan kosong.
Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga merupakan unsur penting dari
waktu siklus. Waktu ini tergantung dari jenis tanah, jenis alat, dan metode yang
dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian yang terkecil dari waktu siklus.
Unsur terakhir adalah waktu tunggu atau spotting time (ST). Pada saat alat
kembali ke tempat pemuatan ada kalany a alat tersebut perlu antri dan menunggu
sampai alat diisi kembali. Saat mengantri dan menunggu ini yang disebut waktu
tunggu. Dengan demikian: (Rostiyanti,2002)
CT = LT + HT + DT + RT + ST
Menurut Rostiyanti (2002), dalam menentukan durasi suatu pekerjaan, hal yang
perlu diketahui adalah volume pekerjaan dan produktifitas alat tersebut
produktifitas alat sendiri bergantung pada kapasitas dan waktu edar alat. Rumus
dasar untuk mencari produktivitas alat adalah:
Produktivitas =
Umumnya waktu siklus alat ditetapkan dalam menit sedangkan produktivitas alat
dihitung dalam produksi/jam. Jika faktor efisiensi alat dimasukkan maka rumus
diatas menjadi:
Produktivitas
Pada umumnya dalam suatu pekerjaan terdapat lebih dari satu jenis alat yang
dipakai. Sebagai contoh pekerjaan penggalian dan pemindahan tanah. Umumnya
alat yang dipakai adalah excavator untuk menggali, loader untuk memindahkan
hasil galian ke dalam bak truck, dan truck digunakan untuk pemindah tanah.
Karena ketiga jenis contoh alat tersebut mempunyai produktivitas yang berbeda-
beda, maka perlu diperhitungkan jumlah masing-masing alat. Jumlah alat perlu
diperhitungkan untuk mempersingkat durasi pekerjaan. Salah satu cara
menghitung jumlah alat adalah sebagai berikut.
Jumlah alat1 =
Durasi =
Operasi kerja yang serasi antara alat muat dan alat angkut akan memperlancar
kegiatan pemuatan dan pengangkutan sehingga produksi yang dihasilkan akan
lebih optimum. Hal ini dapat dicapai dengan penilaian terhadap cara kerja, jenis
alat, ukuran dan kemampuannya dengan mempertimbangkan factor-faktor
tersebut baik untuk alat muat maupun alat angkut. Penyesuaian berdasarkan
spesifikasi teknis alat, terutama pada saat merencanakan pemilihan alat.
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat muat dan alat angkut,
maka produksi alat muat harus sesuai dengan produksi alat angkut. Faktor
keserasian alat muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat muat dan
produksi alat angkut yang dinyatakan dalam match factor (MF). Hal ini dapat
dicapai dengan penilaian terhadap cara kerja, jenis alat, kapasitas dan kemampuan
suatu alat baik untuk alat muat maupun alat angkut. Untuk menilai keserasian alat
muat dan alat angkut dapat digunakan rumus Match Factor adalah sebagai berikut
: (Indonesianto,2007)
Keterangan :
MF : match factor
1. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100 %, sedang alat angkut
bekerja 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat yaitu :
Wtm + Ctm =
Wtm =
2. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut sebagai berikut :
Wta + Cta =
Wta =
3. MF = 1, artinya alat muat dan alat angkut bekerja 100 %, dengan demikian
tidak terdapat waktu tunggu bagi alat muat maupun alat angkut.
Kecamatan Batang Toru memiliki iklim dan curah hujan yang tidak berbeda
dengan daerah iklim tropis lainnya. Hanya memiliki dua musim yaitu, hujan dan
kemarau.
Rencana kerja praktek akan dilakukan selama, ± 1 (satu) bulan yaitu pada bulan
Maret 2016, seperti pada tabel 3.1
1) Study Pustaka yaitu tahap awal dalam pelaksanaan penelitian yaitu dengan
melakukan studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan mencari bahan-
bahan pustaka yang dapat dijadikan sebagai penunjang dalam pelaksanaan
penelitian. Literatur tersebut diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian
sebelumnya, serta data-data dari perusahaan terkait.
2) Perencanaan Kegiatan yaitu tahapan penyusunan rancangan kerja yang akan
dilaksanakan pada saat akan berlangsungnya penelitian.
3) Pengumpulan Data yaitu tahapan membuat semua data perolehan dalam bentuk
tabel untuk dilampirkan dan dilaporkan. Berikut adalah data yang diambil pada
saat dilakukan penelitian.
Waktu Muat
waktu tumpah
Waktu Gali
Delay Time
Cycle Time
No
Catatan
Mulai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total
Rata-rata
Waktu angkut
Delay Time
Cycle Time
catatan
Mulai
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total
Rata-rata
Penelitian ini mempunyai kerangka utama yang dinamakan diagram alir, berikut
adalah diagram alir dari penelitian yang akan dilaksanakan.
2. Burt and L. Caccetta. 2007, Match factor for heterogeneous truck and loader
fleets. International journal of mining, reclamation and environment
(https://www.google.com/search?q=C.+Burt+and+L.+Caccetta.+Match+facto
r+for+heterogeneous+truck+and+loader+ets.+International+Journal+of+mini
ng,+reclamation+and+environment&client=firefox-a&hs=GgH&rls=org .
mozilla:en-US:official&channel=fflb&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=
4SGgVNbdLtCauQSqlYDACQ&ved=0CAcQAUoAg&biw=1366&bih=674)
5. FRANKLIN, et. all. Logging the mechanical character of rock. Trans. Instn.
Min. Metall. Sect. A:Min. Industry, January, 1971. pp. A1–A9.
11. Rostiyanti, F.Susy, 2002, Alat berat untuk proyek konstruksi, Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
12. Sedarta, Pengaruh ukuran butir terhadap Angle of Repose, Jurnal ilmiah,
Geolit 3(1), 2013, hal.: 1-9, Fakultas Teknologi Mineral-ITM, Medan,
Indonesia
14. Yanto Indonesianto. Ir. Msc, 2007, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan
Teknik Pertambangan, UPN “VETERAN” Yogyakarta.
(http://repository.upnyk.ac.id/770/1/Skripsi.pdf)