Anda di halaman 1dari 8

PRISMA FISIKA, Vol. 10, No. 2 (2022), Hal.

206 - 213 ISSN : 2337-8204

Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi dengan


Metode Magnetik di Daerah Tarutung Bagian Selatan dan Sekitarnya,
Provinsi Sumatra Utara

Nurul Hidayati1*, Yudha Arman2, Zulfian3


Prodi Geofisika, FMIPA Universitas Tanjungpura
*Email : nurulhidayyati26@gmail.com

(Diterima 19 Juli 2022; Disetujui 19 Agustus 2022; Dipublikasikan 31 Agustus 2022)

Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi struktur bawah permukaan daerah panas bumi melalui
pemodelan 2D metode magnetik di daerah Tarutung bagian Selatan dan sekitarnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui struktur lapisan bawah permukaan pada lokasi manifestasi panas bumi di
daerah penelitian. Pemodelan 2D dilakukan berdasarkan hasil anomali magnetik regional dan didukung
oleh informasi geologi daerah tersebut. Penggunaan metode kontinuasi ke atas pada data anomali
magnetik menghasilkan nilai anomali magnetik regional mulai dari -86,7 nT hingga 108,9 nT yang
berasosiasi dengan terdapatnya sesar dan mata air panas. Daerah prospek ini didominasi oleh batuan
andesit dan aglomerat berasal dari Formasi Gunung Api Toru (Tmvo) dan batuan tufa berasal dari Satuan
Tufa Toba (Qvt). Lebih lanjut, pemodelan 2D pada penampang sayatan A-A’, sayatan B-B’, sayatan C-C’,
dan sayatan D-D’ menguatkan hasil interpretasi sebelumnya terkait keberadaan struktur sesar. Terdapat
3 perlapisan batuan untuk setiap profil pada sayatan, yaitu andesit dan aglomerat, cap rock (tufa dan
aluvium) sebagai tempat keluarnya air panas, dan zona reservoir yaitu batu pasir. Proses demagnetisasi
akibat alterasi hidrotermal ditunjukkan oleh adanya bagian dari daerah penelitian yang memiliki nilai
suseptibilitas kecil.

Kata Kunci : Metode Magnetik, Panas Bumi, Kontinuasi ke Atas, Anomali Regional, Pemodelan 2D

1. Latar Belakang Panas Sipoholon, Mata Air Panas Hutabarat,


Indonesia mempunyai 299 prospek panas Mata Air Panas Sitompul, Mata Air Panas Tapian
bumi yang terpencar di sepanjang jalur vulkanis. Nauli, Mata Air Panas Parbubu, Mata Air Panas
Jalur vulkanis dimulai dari bagian Barat Ugan, Mata Air Panas Penabungan, Mata Air
Sumatra, berlanjut ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Panas Pansur Batu, Mata Air Panas Simamora
Tenggara, selanjutnya berbelok ke arah Utara dan Air Panas Saitnihuta.
melalui Maluku dan Sulawesi. Salah satu daerah Sistem panas bumi meliputi sistem
yang dilalui jalur vulkanis yaitu daerah Tarutung hidrotermal yang terdiri dari sistem tata air,
dan sekitarnya yang terletak di Provinsi proses pemanasan dan kondisi sistem air yang
Sumatra Utara [1]. Berdasarkan informasi terpanaskan terakumulasi. Syarat dari sistem
geologi, daerah tersebut terdapat manifestasi panas bumi yakni terdapatnya air, batuan
panas bumi berupa mata air panas dan fumarol, pemanas, batuan sarang dan batuan penutup
serta terdapat struktur geologi berupa patahan [4]. Melalui mekanisme alterasi hidrotermal,
dan batas geologi. sistem panas bumi tersebut dapat mengubah
Potensi panas bumi di daerah Tarutung nilai suseptibilitas magnetik batuan menjadi
dapat dilihat dengan adanya lokasi pemandian lebih rendah.
air panas di Air Panas Ria-Ria dan Air panas Batuan tersebut kemudian bersifat
Hutabarat. Struktur sesar yang terdapat di paramagnetik atau bahkan diamagnetik.
daerah Sipoholon, Tapanuli Utara diduga Berdasarkan hal tersebut, metode magnetik
merupakan jalur sumber air panas untuk kedua dapat diterapkan untuk penentuan struktur
tempat pemandian tersebut [2]. Hasan, et al geologi daerah bawah permukaan seperti
(2005) [3] melaporkan manifestasi panas bumi patahan, lipatan, intrusi batuan beku dan
di daerah Sipoholon, Tarutung berupa mata air reservoir panas bumi [5]. Hal ini disebabkan
panas, bualan gas dan solfatara dengan tipe air medan magnet terukur dipengaruhi oleh variasi
panas di daerah tersebut terdiri dari tipe nilai suseptibilitas batuan bawah permukaan.
klorida, tipe bikarbonat dan tipe sulfat. Daerah Penerapan metode magnetik untuk
wisata pemandian air panas lainnya yang mengidentifikasi keberadaan panas bumi
terdapat di daerah penelitian yaitu Mata Air pernah dilakukan sebelumnya. Mahmudi, et al

206
PRISMA FISIKA, Vol. 10, No. 2 (2022), Hal. 206 - 213 ISSN : 2337-8204

(2019) [6] melaporkan penggunaan metode yang digunakan sebesar 42225,86 nT, nilai
magnetik daerah panas bumi di wilayah Jaboi sudut inklinasi sebesar -15,4705° dan nilai
Sabang. Wilayah panas bumi tersebut sudut deklinasi sebesar -0,714054°. Proses
diidentifikasi memiliki manifestasi panas bumi pemodelan 2D bertujuan untuk
karena menunjukkan nilai anomali magnetik menggambarkan struktur bawah permukaan
rendah. Keberadaan sesar Ceuneuhot dan menjelaskan model reservoir panas bumi.
ditunjukkan oleh kontras nilai anomali tinggi Metode yang digunakan untuk mendapatkan
dan rendah. Terdapat 5 lapisan yang berbeda kecocokan antara data teoritis (respon model)
berdasarkan kontras suseptibilitas. Berdasarkan dengan data lapangan adalah proses trial and
interpretasi yang dilakukan, daerah penelitian error dengan mengubah-ubah harga parameter
didominasi oleh andesit, breksi dan tufa [6]. model.
Penerapan metode magnetik di daerah Parameter model yang digunakan adalah
Tarutung bagian Selatan dan sekitarnya geometri benda anomali, kedalaman dan nilai
dilakukan untuk mengidentifikasi panas bumi suseptibilitas. Proses pengulangan pengubahan
yang ada. Upaya ini dilakukan untuk parameter model dilakukan hingga respons
mendapatkan struktur bawah permukaan yang model memiliki nilai Root Mean Square Error /
dapat digunakan sebagai dasar bagi pemetaan RMSE (kesalahan hampiran) yang kecil ke data
potensi energi panas bumi. lapangan. Kesalahan hampiran tersebut dihitung
menggunakan persamaan:
2. Metodologi 1
Lokasi penelitian berada di daerah Tarutung 𝐸𝑅𝑀𝑆 = √𝑁 ∑𝑁 𝑐𝑎𝑙
𝑖=1(𝑡𝑖 − 𝑡𝑖 𝑜𝑏𝑠 )2 (1)
bagian Selatan dan sekitarnya berada pada dengan 𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 adalah respon model ke i,
wilayah dengan koordinat 1°50’00” - 2°07’59” 𝑡𝑖 𝑜𝑏𝑠 adalah data lapangan ke i, N adalah jumlah
LU dan 98°41’58” – 99°07’00” BT. Data yang data
digunakan untuk penelitian ini adalah data
sekunder berupa peta anomali magnetik daerah 3. Hasil dan Pembahasan
Tarutung dan sekitarnya yang diterbitkan oleh 3.1 Anomali Magnetik
Pusat Survei Geologi. Anomali magnetik pada Gambar 3 merupakan peta anomali
peta ini sudah melalui tahap koreksi harian dan magnetik total hasil digitasi di daerah penelitian.
koreksi IGRF. Anomali magnetik total didapatkan dari hasil
Pengolahan data diawali dengan proses koreksi terhadap data observasi di lapangan [8].
digitasi. Tujuan dilakukannya proses digitasi Berdasarkan gambar tersebut daerah penelitian
adalah untuk memperoleh nilai digital anomali memiliki nilai anomali magnetik total antara (-
magnetik dan koordinat pada wilayah yang 107,4) nT hingga 123,3 nT.
diinginkan sehingga dapat diolah secara Nilai anomali magnetik terdapat tiga
numerik dengan bantuan komputer. Data hasil kelompok anomali, diantaranya anomali
proses digitasi kemudian diolah untuk magnetik rendah yang ditunjukkan dengan
menghasilkan peta anomali magnetik total. warna biru gelap hingga hijau muda berkisar
Reduksi ke ekuator dengan menggunakan sudut antara (-107,4) nT hingga (-3,2) nT. Anomali
inklinasi sebesar -15.4705° dan nilai sudut magnetik sedang yang ditunjukkan dengan
deklinasi sebesar -0.714054° dilakukan untuk warna kuning sampai jingga yang berkisar
menghilangkan pengaruh skewness dari anomali antara (-2,5) nT hingga 37,3 nT. Anomali
yang ditinjau. Transformasi ini memungkinkan magnetik tinggi yang ditunjukkan dengan warna
benda anomali seolah-olah bertumpuk dengan merah sampai ungu muda yang berkisar antara
sumber medan magnetik, sehingga benda 46,9 nT hingga 123,3 nT.
anomali tersebut dapat dikorelasikan dengan Persebaran anomali rendah tersebar di
anomali geofisika lainnya [7]. arah Utara hingga Tenggara daerah Tarutung.
Upward continuation (kontinuasi ke atas) Berdasarkan informasi geologi anomali rendah
kemudian dilakukan untuk memperoleh berada pada Satuan Tufa Toba. Sedangkan
anomali magnetik regional dengan persebaran anomali sedang tersebar di arah
menghilangkan efek dangkal (lokal) dalam data. Selatan hingga Barat Daya daerah Tarutung,
Pada penelitian ini, kontinuasi ke atas dilakukan anomali sedang berada pada Satuan Tufa Toba,
menggunakan nilai ketinggian 500 m. Hasil yang Formasi Barus, dan Komplek Sibolga. Sementara
diperoleh pada tahap ini digunakan untuk itu, di arah Tenggara hingga Selatan Tarutung
memodelkan struktur berdasarkan kondisi terdapat didominasi anomali tinggi berada pada
geologi berupa manifestasi panas bumi yang Formasi Gunung Api Toru. Anomali rendah pada
diduga adanya sumber panas bumi. Satuan Tufa Toba disebabkan oleh batuan tufa
Pemodelan 2D didasarkan pada anomali yang mempunyai nilai anomali magnetik rendah
magnetik regional. Pada proses ini, nilai IGRF dan adanya peran dari panas bumi di daerah

207
PRISMA FISIKA, Vol. 10, No. 2 (2022), Hal. 206 - 213 ISSN : 2337-8204

tersebut, sedangkan nilai anomali magnetik antara (-101,7) nT sampai (-1,8) nT. Anomali
tinggi pada Formasi Gunung Api Toru magnetik sedang yang ditunjukkan dengan
disebabkan oleh batuan gunung api. warna kuning sampai jingga yang berkisar
antara 8,3 nT hingga 46,9 nT. Anomali magnetik
tinggi yang ditunjukkan dengan warna merah
sampai ungu muda yang berkisar antara 55,3 nT
hingga 122,1 nT.
Setelah dilakukan koreksi reduksi ke
ekuator (RTE) didapatkan pelemahan nilai
anomali magnetik dibanding dengan anomali
magnetik total. Pelemahan nilai anomali
magnetik ini dikarenakan adanya perubahan
nilai inklinasi menjadi 0° pada hasil anomali
magnetik total.
Peta anomali magnetik reduksi ke ekuator
(RTE) masih berupa gabungan antara anomali
regional dan anomali residual, maka perlu
adanya pemisahan antara kedua anomali
tersebut untuk melihat bagaimana pola masing-
Gambar 3. Peta anomali magnetik total masing keduanya. Pemisahan anomali regional
dan residual dapat dilakukan dengan
Peta anomali magnetik total yang transformasi kontinuasi ke atas. Proses
dihasilkan masih dipengaruhi oleh arah inklinasi kontinuasi ke atas bertujuan untuk
medan magnetik bumi yang menghasilkan pola mendapatkan pola anomali magnetik regional
dipol pada data magnetik akibat terinduksinya yang lebih halus dengan menghitung data yang
kemagnetan batuan. Oleh karena itu, diperlukan seolah-olah diamati pada ketinggian tertentu
proses transformasi reduksi ke ekuator (RTE) dengan menghilangkan pengaruh anomali lokal
yang bertujuan untuk mentransformasikan [9].
vektor kemagnetan induksi sehingga memiliki Hasil dari proses transformasi ini adalah
arah vertikal seperti kondisi di ekuator dan anomali magnetik regional, anomali regional
dapat lebih memudahkan interpretasi dengan yang mana erat kaitannya dengan pendugaan
menggambarkan pola sumber anomali. Proses keberadaan panas bumi karena pada umumnya
transformasi reduksi ke ekuator ini diharapkan panas bumi berada di bawah permukaan yang
menghasilkan pola anomali bersifat monopol. yang cukup dalam. Anomali magnetik regional
diharapkan dapat membantu dalam proses
tahap interpretasi dan pemodelan struktur
bawah permukaan sebagian mata air panas pada
daerah Tarutung bagian Selatan dan sekitarnya.
Karena anomali magnetik regional merupakan
anomali magnetik hasil respon dari batuan di
bawah permukaan yang lebih dalam.
Oleh karena itu, pada penelitian ini
dilakukan pengangkatan ke atas dlakukan
dengan interval 100 m dengan metode trial and
error hingga pola konturnya tidak berubah lagi,
didapatkan anomali regional yang pola
anomalinya tidak berubah lagi yaitu pada
ketinggian 500 m.
Gambar 5 merupakan hasil anomali
magnetik regional yang telah dilakukan
Gambar 4. Peta anomali magnetik di RTE
kontinuasi ke atas pada ketinggian 500 m, yang
menggambarkan persebaran anomali magnetik
Gambar 4 merupakan hasil transformasi
setelah dilakukan pengangkatan ke atas dari
reduksi ke ekuator (RTE) dari hasil anomali
tinggi hingga rendah yang berkisar antara (-
magnetik total daerah penelitian, yang
86,7) nT hingga 108,9 nT. Perubahan anomali
menggambarkan persebaran anomali magnetik
magnetik berskala biru gelap hingga hijau muda
setelah direduksi ke ekuator dari tinggi hingga
dengan nilai berkisar antara (-86,7) nT sampai
rendah yang berkisar antara (-101,7) nT hingga
(-2,8) nT. Anomali magnetik sedang yang
122,1 nT. Penguatan anomali berskala biru
gelap hingga hijau muda dengan nilai berkisar

208
PRISMA FISIKA, Vol. 10, No. 2 (2022), Hal. 206 - 213 ISSN : 2337-8204

ditunjukkan dengan warna kuning sampai jingga parameter yang perlu diubah dan sejauh mana
yang berkisar antara 8,5 nT hingga 47,5 nT. perubahan yang dilakukan hingga didapatkan
hasil nilai RMSE terkecil [11].

Gambar 5. Peta anomali magnetik regional


Gambar 6. Sayatan-sayatan pada anomali
Anomali magnetik tinggi yang ditunjukkan magnetik regional yang di-overlay
dengan warna merah sampai ungu muda yang dengan peta geologi di lokasi
berkisar antara 54,8 nT hingga 108,9 nT. penelitian
Berdasarkan hasil kontinuasi ke atas didapatkan
perbedaan dibanding dengan anomali magnetik a. Sayatan A-A’
total sebelumnya, terlihat adanya perubahan
nilai anomali rendah yang tersebar pada arah
Barat–Barat Laut hingga Timur Laut– Timur
Tarutung. Kehadiran panas bumi umumnya
dicirikan dengan nilai anomali magnetik yang
rendah diantara anomali magnetik tinggi yang
berada disekelilingnya. Hal ini dapat
dikarenakan proses demagnetisasi akibat
adanya alterasi hidrotermal. Proses tersebut
dapat mengubah mineral yang ada menjadi
mineral paramagnetik atau bahkan diamagnetik
[10].

3.2 Interpretasi Bawah Permukaan


Gambar 6 merupakan sayatan yang dibuat
pada peta anomali magnetik regional. Sayatan
yang dibuat sejumlah empat sayatan, yaitu
sayatan A-A’, B-B’, CC’ dan D-D’. Pemodelan 2D
yang dilakukan pada penelitian ini Bat Kedalama
Wa Suseptibili Formasi Batuan
menggunakan forward modeling yang dilakukan ua
rna tas (SI) batuan
n
dominan
n (m)
secara berulang. 1 Formasi Aglomerat
0,00818 – -1587 –
Pengulangan proses forward modeling dapat 2
0,01760
Gunung Api
(+2147)
dan
3 Toru andesit
dikatakan sebagai inverse modeling. Agar Formasi
diperoleh solusi terbaik maka pemodelan ini -1587 – Andesit
4 -0,01258 Gunung Api
(+2147) teralterasi
dilakukan dengan modifikasi parameter model Toru
5
trial and error. Sehingga dari proses tersebut 6 0,00253 – -1320 –
Tufa Toba Tufa
diperoleh kecocokan antara data kalkulasi 7 0,02514 (+75)
8
dengan data observasi. -964 –
9 0,00692 Alluvium Alluvium
Informasi pendukung dari data geologi (+75)
Kelompok
maupun data geofisika lainnya dapat menjadi 10 Tapanuli -644 –
pertimbangan utama dan membantu dalam 0,00044 Batu pasir
11 Tak (+2147)
penentuan model awal. Sementara itu, Terpisahkan

pengetahuan mengenai karakteristik fisis panas Gambar 8. Hasil model 2D bawah permukaan
bumi yang ditinjau dapat membantu perkiraan pada sayatan A-A’ (penampang peta
geologi)

209
PRISMA FISIKA, Vol. 10, No. 2 (2022), Hal. 206 - 213 ISSN : 2337-8204

Gambar 9 merupakan hasil pengolahan data b. Sayatan B-B’


pada sayatan A-A’ dengan panjang sayatan
sekitar 25800 m. Sayatan A-A’ memotong salah
satu sesar yang berarah Barat Laut–Tenggara
Tarutung, manifestasi panas bumi berupa mata
air panas yang terdapat pada informasi geologi,
dan anomali positif dan anomali negatif yang
terletak di sebelah Timur Tarutung. Model 2D
ini sesuai dengan model geologi pada lembar
Pemaatangsiantar (bagian dari peta geologi
lembar Tarutung dan sekitarnya) [12].
Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat bahwa
model bawah permukaan pada sayatan A-A’
dengan nilai RMSE yang didapat yaitu 1,849 dan
total kedalaman sekitar 3500 m (sekitar 2000 m
di bawah permukaan laut dan sekitar 1580 m di
atas permukaan laut). Batuan 1, 2 dan 3
memiliki nilai suseptibilitas 0,00818 – 0,0176 SI
pada kedalaman sekitar 1587 m di atas
permukaan laut hingga 2147 m di bawah Bat Kedalama
Wa Suseptibili Formasi Batuan
permukaan laut dengan ketebalan lapisan ua
rna tas (SI) batuan
n
dominan
n (m)
sekitar 3734 m. Lalu, batuan 4 memiliki nilai 1
-1430 –
suseptibilitas -0,01258 SI pada 484 m di atas 2 0,00253 Tufa Toba
(+610)
Tufa
3
permukaan laut hingga 1080 m di bawah -1084 –
permukaan laut. Batuan 1, 2, 3 dan 4 ini berada 4 0,00692 Alluvium Alluvium
(+340)
pada lapisan pertama dan batuan beku ini 5
0,00818 –
Formasi
-582 –
Aglomerat
6 Gunung Api dan
mengalami intrusi. 7
0,01823
Toru
(+2044)
andesit
Pada bagian tengah daerah penelitian Formasi
-774 – Andesit
8 -0,01644 Gunung Api
terdapat batuan intrusi riolit berumur Plistosen Toru
(+1843) teralterasi
bawah yang dikenal sebagai Tufa Toba. Batuan 9 Kelompok
+39 –
10 0,00044 Tapanuli Tak Batu pasir
ini tersebar di daerah Gunung Tua berupa 11 Terpisahkan
(+2096)
subvulkanik dengan struktur kekar tiang Gambar 9. Hasil model 2D bawah permukaan
(columnar joint) [13]. Pada penampang sayatan pada sayatan B-B’
A-A’ juga memotong sesar yang terdapat pada
peta geologi, dan terlihat pada sayatan A-A’ Gambar 9 merupakan hasil pengolahan
terdapat struktur sesar tersebut yang berada data pada sayatan B-B’ dengan panjang sayatan
pada endapan Alluvium (Qh) membentuk sekitar 26000 m dengan nilai RMSE 2,945.
daerah graben dan juga berada pada formasi Sayatan B-B’ memotong tiga sesar yang berarah
batuan Tuba Toba (Qvt) dan Tapanuli Tak Barat Laut–Tenggara Tarutung dan manifestasi
Terpisahkan (Put). panas bumi berupa mata air panas yang
Batuan 1, 2, dan 3 diduga sebagai batuan terdapat pada informasi geologi. Sayatan ini juga
aglomerat dan batuan andesit, sedangkan memotong kontur anomali negatif yang terletak
batuan 4 diduga mineral kuarsa ataupun di sebelah Barat Laut Tarutung melewati
lempung kalsit yang tersusun dalam batuan anomali positif menuju ke anomali negatif yang
andesit. Batuan ini berasal dari Formasi Gunung terletak di sebelah Timur Laut Tarutung.
Api Toru (Tmvo) yang berumur Miosen Tengah Penafsiran litologi batuan pada daerah
hingga Miosen Akhir. Kemudian, pada batuan 5, penelitian didasarkan pada data geologi.
6 dan 7 yang memiliki nilai suseptibilitas dengan Berdasarkan informasi geologi diketahui bahwa
rentang 0,00253 – 0,02514 SI pada kedalaman di permukaan lokasi penelitian didominasi oleh
sekitar 1320 m di atas permukaan laut hingga sebaran Satuan Tufa Toba (Qvt), endapan
75 m di bawah permukaan laut dengan Alluvium (Qh), dan Formasi Gunung Api Toru
ketebalan lapisan maksimum sekitar 1395 m. (Tmvo).

210
PRISMA FISIKA, Vol. 10, No. 2 (2022), Hal. 206 - 213 ISSN : 2337-8204

bumi berupa mata air panas yang terdapat pada


c. Sayatan C-C’ informasi geologi. Sayatan ini juga memotong
pola kontur anomali positif yang terletak di
sebelah Barat Laut Tarutung melewati anomali
negatif menuju ke anomali positif yang terletak
di sebelah Tenggara Tarutung.

Bat Kedalama
Wa Suseptibili Batuan
ua Formasi batuan n
rna tas (SI) dominan
n (m)
1 0,00253 – -1339 –
Tufa Toba Tufa
2 0,00258 (+90)
-1199 – Tufa
3 -0,004549 Tufa Toba Bat Kedalama
(+456) teralterasi Wa Suseptibili Formasi Batuan
ua n
rna tas (SI) batuan dominan
n (m)
-990 –
4 0,00692 Alluvium Alluvium 1 -1100 – Tufa
(+102) (-0,0025) Tufa Toba
2 (+460) teralterasi
3 0,00252 – -860 –
5 Aglomerat Tufa Toba Tufa
0,00504 – Formasi Gunung -1360 – 4 0,00253 (+1070)
6 dan
0,01132 Api Toru (+2038) -910 –
7 andesit 5 0,00692 Alluvium Alluvium
(-400)
(-0,0139) (-0,0088) Formasi
8 Formasi Gunung -1520 – Andesit 6 -1470 – Andesit
– – Gunung Api
9 Api Toru (+1072) teralterasi 7 (+880) teralterasi
(-0,0050) (-0,0045) Toru
Kelompok Formasi Aglomerat
10 -308 – 8 0,00567 – -590 –
0,00044 Tapanuli Tak Batu pasir Gunung Api dan
12 (+2025) 9 0,01635 (+2190)
Terpisahkan Toru andesit
Gambar 10. Hasil model 2D bawah permukaan 10
Kelompok
+50 –
0,00044 Tapanuli Tak Batu pasir
pada sayatan C-C’ 11
Terpisahkan
(+2100)

Gambar 11. Hasil model 2D bawah permukaan


Gambar 10 merupakan hasil pengolahan pada sayatan D-D’
data pada sayatan B-B’ dengan panjang sayatan
sekitar 23700 m dengan nilai RMSE 1,65. Berdasarkan Gambar 8, 9, 10 dan 11
Sayatan C-C’ memotong enam sesar yang merupakan hasil interpretasi batuan yang ada
diantaranya sesar berarah Barat Daya-Timur dibawah permukaan pada penampang A-A’, B-B’,
Laut Tarutung, sesar berarah Utara–Selatan C-C’ dan D-D’. Berdasarkan hasil interpretasi
Tarutung, dan sesar berarah Barat Laut– keempat penampang, dapat indikasi sistem
Tenggara Tarutung dan manifestasi panas bumi panas bumi di lokasi penelitian berupa
berupa mata air panas yang terdapat pada keberadaan reservoir dan cap rock. Lapisan
informasi geologi. Sayatan ini juga memotong batuan paling atas di permukaan diindikasikan
pola kontur anomali negatif yang terletak di sebagai cap rock dengan litologi batuan di
sebelah Barat Laut Tarutung melewati anomali permukaan andesit, aluvium dan tufa dengan
positif menuju ke anomali negatif yang terletak nilai kemagnetan yang cukup rendah.
di sebelah Timur Tarutung. Lapisan bawah diindikasikan sebagai
reservoir yang merupakan tempat
d. Sayatan D-D’ berkumpulnya fluida yang telah terpanaskan
Gambar 11 merupakan hasil pengolahan oleh batuan pemanas terdapat pada batu pasir.
data pada sayatan B-B’ dengan panjang sayatan Selain itu, pada keempat penampang tersebut
sekitar 15400 m dengan nilai RMSE 2,6. Sayatan didukung juga dengan adanya struktur sesar
D-D’ memotong empat sesar yang berarah Barat sebagai jalur transportasi panas dari dalam
Laut–Tenggara Tarutung dan manifestasi panas bumi ke permukaan yang dihasilkan dalam

211
PRISMA FISIKA, Vol. 10, No. 2 (2022), Hal. 206 - 213 ISSN : 2337-8204

bentuk manifestasi berupa mata air panas.


Kemudian, pada lokasi penelitian juga terdapat Daftar Pustaka
batuan teralterasi yakni batuan andesit [1] Royana, R., 2013, Panduan Kelestarian
teralterasi dan batuan tufa teralterasi diduga Ekosistem untuk Pemanfaatan Panas
akibat proses alterasi hidrotermal. Bumi, WWF-Indonesia, Jakarta. [cited
Diduga di bawah lapisan reservoir terdapat from book]
batuan pemanas yang menjadi sumber panas [2] Situmorang, T., 2005, Penyelidikan
fluida di reservoir dan batuan lainnya dari Geomagnet Daerah Panas Bumi Ria-Ria
magma bawah permukaan bumi sehingga Sipoholon Tarutung Tapanuli Utara-
terdapat manifestasi panas bumi. Hal tersebut Sumatera Utara, Pemaparan Hasil
diduga menjadi penyebab batuan-batuan Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi,
teralterasi mengalami demagnetisasi atau 10:1-5. [cited from journal]
penurunan nilai magnetnya. Demagnetisasi ini [3] Hasan, R.; Setiadarma; Risdianto, D. dan
berasal dari proses alterasi hidrotermal yang Supardi, K., 2005, Geologi Daerah Panas
disebabkan oleh magma yang masih terdapat di Bumi Sipoholon-Tarutung Kabupaten
bawah lapisan batuan andesit yang paling Tapanuli Utara Sumatera Utara,
bawah pada model sayatan tersebut. Hal ini Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan
dapat memperkuat dugaan keberadaan panas Subdit Panas Bumi, 7:1-7. [cited from
bumi pada daerah penelitian. journal]
[4] Murbanendra, B.W., 2016, Identifikasi
4. Kesimpulan Panas Bumi di Gedongsongo
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil Menggunakan Metode Magnetik,
interpretasi dapat ditarik kesimpulan bahwa : Universitas Negeri Semarang, Fakultas
1. Nilai anomali magnetik regional pada daerah Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
penelitian antara -86,7 nT hingga 133,2 nT. Semarang. [cited from research paper]
Anomali magnetik rendah berkisar -86,7 nT [5] Santosa, B.J.; 2013, Magnetic Method
sampai -3,0 nT tersebar pada arah Barat– Interpretation to Determine Subsurface
Barat Laut hingga Timur Laut–Timur Structure Around Kelud Volcano, Indian
Tarutung. Kehadiran panas bumi umumnya Journal of Applied Research, 3:328-331.
dicirikan dengan nilai anomali magnetik [cited from journal]
yang rendah diantara anomali magnetik [6] Mahmudi, D.; Isa, M. dan Sugiyanto, D.,
tinggi yang berada di sekelilingnya yang 2019, Interpretasi Struktur Bawah
bersesuaian dengan manifestasi panas bumi Permukaan Berdasarkan Data Magnetik
dan sesar yang ada pada informasi geologi Daerah Panas Bumi Jaboi Sabang, J. Aceh
daerah tersebut. Phys. Soc. 8:90-93. [cited from conference
2. Struktur bawah permukaan daerah panas journal]
bumi di lokasi penelitian pada penampang [7] Baranov, 1957, A New Method for
sayatan A-A’, B-B’, C-C’, dan D-D’ yaitu Interpretation of Aeromagnetic Maps:
terdapat sistem panas bumi berupa reservoir Pseudo-Gravimetric Anomalies,
dengan hasil identifikasi yakni batu pasir, Geophysics, 22:359-383. [cited from
kemudian terdapat cap rock di permukaan journal]
berupa andesit, tufa dan alluvium sebagai [8] Siregar, A.M.; Dewi, I.K. dan Ngatijo, 2021,
cap rock, dan terdapat batuan beku (andesit Identifikasi Batuan Granit Daerah
teralterasi) diduga disebabkan pemanasan Prospek Panas Bumi Nyelanding
oleh magma di bawah struktur atau proses Menggunakan Metode Magnetik, Science
demagnetisasi akibat proses alterasi and Physics Education Journal (SPEJ),
hidrotermal. 4:67. [cited from conference proceedings]
3. Hasil pemodelan juga diperkuat dengan [9] Blakely, R.J., 1995, Potential Theory in
keberadaan sesar yang umumnya berfungsi Gravity and Magnetic Applications,
sebagai jalur transportasi panas dari dalam Cambridge University Press, United States
bumi ke permukaan yang dihasilkan dalam of America. [cited from book]
bentuk manifestasi berupa mata air panas. [10] Sumintadireja, P., 2005, Vulkanologi dan
geothermal, Diktat Kuliah Vulkanologi
5. Pengakuan dan Geothermal, Penerbit ITB, Bandung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada [cited from book]
Pusat Survei Geologi atas data yang diberikan [11] Grandis, H., 2009, Pengantar Pemodelan
dalam penelitian ini. Inversi Geofisika, CV. Bhumi Printing,
Bandung. [cited from book]

212
PRISMA FISIKA, Vol. 10, No. 2 (2022), Hal. 206 - 213 ISSN : 2337-8204

[12] Clarke, M.C.G.; Ghazali, S.A.; Harahap, H.;


Kusyono dan Stephenson, B., 1982, Peta
Geologi Lembar Pematangsiantar,
Sumatra Skala 1:250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung. [cited from geological map]
[13] Sulistyawan, I.H. dan Harahap, B.H., 2013,
Magmatisme Sumber Daya Mineral dan
Energi di Tapanuli Selatan, Sumatera
Utara, JSD.Geol., 23:167-177. [cited from
journal]

213

Anda mungkin juga menyukai