Anda di halaman 1dari 12

Interpretasi Metode Geomagnet Untuk Jenis Lapisan Batuan di Desa

Cikuya, Solear, Kab. Tangerang

Lia Ambarwati
Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jalan. Ir. H. Djuanda No.95, Cempaka Putih, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15412,
Indonesia

Corresponding author: bambars.la@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini dilakukan di Guest House UIN yang terletak di Desa Cikuya, Solear,
Kab. Tangerang mengunakan metode geomagnet . Tujuan dari penelitian ini yaitu
mengidentifikasi struktur geologi bawah permukaan pada daerah penelitian. Jumlah titik
pengukuran sebanyak 50 titik dengan pengulangan 5 kali setiap titik.. Akuisisi data dilakukan
dengan menggunakan dua alat magnetometer yang terletak di base dan mobile. Sementara
pengolahan data menggunakan koreksi harian dan koreksi IGRF serta filter upward
continuation dan reduce to pole. Pemodelan 2D menggunakan Gymsys dengan nilai error
sebesar 4,0001. Dari hasil pemodelan diketahui bahwa lapisan bawah tanah di darah tersebut
terdapat 5 lapisan yakni, Clay, Limestone dan Shales.

Kata Kunci:Cikuya, Geomagnet, Gymsys, IGRF, Magnetometer.

PENDAHULUAN

Kabupaten Tangerang terletak pada posisi cukup strategis berada dibagian timur
Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-106°43’ Bujur Timur dan 6°00’-6°00-6°20’ Lintang
Selatan. Luas Wilayah Kabupaten Tangerang 959,61 km² atau 95,961 hektar, ditambah kawasan
reklamasi pantai dengan luas ± 9.000 hektar, dengan garis pantai sepanjang ± 51 kilometer.
Secara adminstratif Kabupaten Tangerang adalah salah satu daerah tingkat II yang
merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Provinsi Banten, wilayah pemerintahan kabupaten
Tangerang terdiri atas 29 (dua puluh sembilan) kecamatan, 28 (dua puluh delapan) kelurahan
dan 246 (dua ratus empat puluh enam) desa. Salah satunya adalah desa Cikuya yang terdapat di
kecamatan Solear.
Keadaan goelogis Kabupaten Tangerang menurut jenis batuannya terdiri dari beberapa
jenis batuan, yaitu : Aluvial seluas 63.512 Ha, Pleistocen Vulcanic Facies 43.365 ha, Pliocen
sedimentary 17.095 ha dan Niocens sedimentary seluas 4.299 Ha. Sedangkan menurut jenis
tanahnya terdiri dari aluvial kelabu tua, asosiasi glei humus rendah dan aluvial kelabu, asosiasi
latosol merah dan latosol coklat kemerahan, podsolik kuning, aluvial kelabu, asosiasi podsolik
kuning dan hidromorf kelabu, asosiasi aluvial kelabu dan glei humus rendah, serta asosiasi
hidromorf kelabu dan paluosol. Daerah bagian utara kabupaten Tangerang merupakan daerah
yang sedikit bergelombang lemah, daerah ini termasuk dalam ketegori bentuk lahan bentukan
asal pengendapan (alluvial).
Selanjutnya, untuk mengidentifikasi kondisi sesungguhnya dibawah permukaan daerah
tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian guna mengetahui kondisi struktur lapisan bawah
permukaannya sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis lapisan
batuan dibawah permukaan daerah Guest House, Cikuya, Solear, Kabupaten Tangerang.

TINJAUAN PUSTAKA

Metode Geomagnet
Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi
susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibility
selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang
tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk
mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet
diterapkan untuk daerah yang luas, dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah
diperoleh daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D.
Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitasmedan magnetik di
permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi (suseptibilitas).Variasi yang terukur (anomali) berada dalam latar belakang
medan yangrelatif besar. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan
dalam bentuk distribusi bahan magnetik di bawah permukaan,yang kemudian dijadikan dasar
bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin.

Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen
medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya.
Parameter fisis tersebut meliputi :
1. Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang
dihitung dari utara menuju timur
2. Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang
dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
3. Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal.
4. Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai
medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International Geomagnetics
Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut
diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan
dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

1. Medan magnet utama (main field)


Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran
dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari
106 km2
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan
hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari.
Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir
dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu
jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field).
Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet
seperti magnetite, titanomagnetite dan lain-lain yang berada di kerak bumi.

Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan
koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau
stasiun pengukuran, yang mencakup:

1. Koreksi Harian (Diurnal Correction)


2. Koreksi IGRF
3. Koreksi Topografi
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di daerah Guest House di Desa Cikuya, Solear, Kab. Tangerang
pada tanggal 1 Oktober 2019. Penelitian menggunakan 2 alat proton magnetomer. Prosedur
penelitian meliputi tahap akuisisi, pengolahan data dan intepretasi. Pengolahan koreksi IGRF,
koreksi harian serta menggunakan filter upward continuation dan reduce to pole. Pemodelan
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Oasis Montaj

Adapun Peralatan yang di gunakan pada tahap akuisisi data lapangan diantaranya 2
perangkat Magnetometer, sensor magnet, kompas, GPS, peta topografi. Sedangkan untuk
melakukan survey geolistrik ini berdasarkan diagram alur berikut

Pengumpulan data di lapangan

Mereduksi data dengan koreksi harian dan


koresksi IGRF

Anomali magnetik residual Anomali magnetik regional

Upward continuation

Reduce to pole

Pemodelan 2D dengan perangkat lunak Oasis Montaj

Interpretasi

Gambar 1 Diagram Alur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Anomali Medan Magnet Total


Anomali medan magnet sering juga disebut dengan medan magnet lokal (crustal field).
Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti
magnetite dan titanomagnetite yang berada di kerak bumi.
Gambar 2 menunjukkan pola sebaran anomali medan magnet di kawasan penelitian
yang memiliki kisaran nilai anomali medan magnet antara -7.2 T – 126.1 T. Kawasan penelitian
memiliki kisaran nilai anomali medan magnet yang cukup lebar namun klosur-klosurnya masih
memiliki kecenderungan yang sama. Klosur tinggi berwarna jingga sampai merah berada di
barat laut, dan tenggara kawasan penelitian dengan rentang nilai 12.4 T – 50.2 T. Klosur sedang
berwarna hijau sampai kuning tersebar memanjang dari barat laut – timur laut. Kawasan
penelitian dengan rentang nilai 2.5 T – 9.4 T. Klosur rendah berwarna biru kehijauan berada di
bagian selatan kawasan penelitian, dengan rentang nilai -7.2 T – 1.6 T.

Gambar 2 Anomali Medan Magnet Total

Anomali Medan Magnet Regional


Medan magnet regional merupakan medan magnet utama bumi. Medan magnet utama
bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi,
dibuat standar nilai yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF). IGRF
adalah nilai matematis standar dari medan magnet utama bumi akibat rotasi dan jari–jari bumi.
Nilai-nilai IGRF diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta
km2. Nilai pengukuran tersebut diperoleh dari lembaga yang terlibat dalam pengumpulan dan
penyebarluasan data medan magnet dari satelit, observatorium, dan survei di seluruh dunia.
Data tersebut kemudian digabungkan menjadi sebuah pemodelan medan magnet utama
bumi.Model IGRF hanya dapat menunjukkan nilai medan magnet bumi secara umum dan tidak
dapat secara detail menunjukkan anomali medan magnet di tiap daerah.
Kontur medan magnet regional IGRF di kawasan penelitian ditunjukkan pada Gambar
3. Nilai IGRF di daerah penelitian berkisar antara -7.2 T – 126.1 T. Bagian tenggara kawasan
penelitian memiliki klosur yang lebih tinggi dibandingkan yang di bagian barat daya dan
selatan.
Gambar 3 Anomali Medan Magnet Regional

Anomali Medan Magnet Residual


Medan magnet residual yang disebut sebagai variasi harian atau residual (diurnal
correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan
waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari. Hal ini juga dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh medan magnet di luar bumi yang cukup mempengaruhi seperti badai
matahari dan aktifitas lain di lapisan ianosfer. Untuk mendapatkan nilai anomali medan magnet,
perlu dilakukan koreksi variasi harian agar pengaruh medan magnet luar tersebut hilang.
Gambar 4 menunjukkan kontur medan magnet total yang telah dikoreksi dengan variasi
harian. Setelah dilakukan koreksi variasi harian pola kontur medan magnet tidak menunjukkan
perubahan yang signifikan. Hal ini juga menunjukan bahwa variasi harian medan magnet tidak
signifikan mempengaruhi medan magnet total. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anomali
medan magnet dipengaruhi oleh perbedaan nilai kemagnetan atau suseptibilitas batuan yang
berada di bawah permukaan tanah.

Gambar 4 Anomali Medan Mganet Residual


Reduce To Pole
Medan magnet bumi selalu bervariasi terhadap posisi dan waktu, atau disebut
dengan dipole. Medan magnet hasil pengukuran dan koreksi masih berupa dipole karena
koreksikoreksi tersebut tidak dapat menunjukkan benda penyebab anomali secara tepat.
Tujuan dilakukan reduksi ke kutub adalah untuk menempatkan daerah-daerah dengan
anomali maksimal berada tepat di atas benda penyebab anomali.
Reduksi ke kutub atau Reduction To Pole (RTP) dilakukan dengan mengubah
parameter medan magnet bumi pada daerah penelitian. Nilai itu diubah deklinasi 0 dan
inklinasi 90. Hasil dari Reduce To pole adalah gambarnya menuju ke kutub.

Gambar 5 Reduce To Pole

Upward Continuation
Peta anomali medan magnet hasil reduksi ke kutub belum menunjukkan anomali
regional daerah penelitian, namun masih berupa anomali regional dan anomali lokal.
Masih tercampurnya antara anomali regional dan anomali lokal akan mempersulit
interpretasi, sehingga perlu dilakukan pemisahan antara keduanya. Proses pemisahan
tersebut dilakukan dengan tahap kontinuasi ke atas, sehingga didapatkan anomali
regional dengan cara mengurangi anomali hasil reduksi ke kutub dengan anomali lokal.
Kontinuasi ke atas di lakukan dengan dua opsi, yakni upward25 dan upward50.
Dilakukan hanya kontiunitas 25 dan 50 dikarenakan masih terlihat perbedaannya,
sedangkan untuk kontiunitas 100 sudah terlihat lagi bedanya.
Gambar 6 upward25 Gambar 7 upward50

Pemodelan 2D
Pembuatan model 2D dilakukan dengan perangkat lunak Oasis Montaj dengan metode
trial and error, yaitu dengan mengubah-ubah parameter model seperti nilai suseptibilitas, lebar
dan kedalaman atau bentuk dari tiap formasi sehingga model dapat menggambarkan formasi
batuan kawasan penelitian serta memiliki kesesuaian dengan referensi.Nilai suseptibilitas dapat
menunjukkan jenis batuan, sedangkan kedalaman pada tiap-tiap formasi batuan dapat
menunjukkan umur dari tiap-tiap lapisan.
Pemodelan 2D memiliki 2 bagian utama yaitu bagian atas atau bagian referensi dan
bagian bawah yaitu bentuk model. Bagian atas pada gambar pemodelan menunjukkan nilai
anomali medan magnet. Bagian bawah pemodelan menunjukkan struktur batuan. Pemodelan ini
terdiri dari blok-blok batuan yang memiliki nilai suseptibilitas dan kedalaman.Kesesuaian
referensi dengan model ditunjukkan dalam angka error yang terletak di bagian kiri. Pemodelan
memiliki nilai error 4,001.

Gambar 8 Pemodelan 2D dengan Oasis Montaj


Gambar 9 Tabel suseptibiltas batuan

Kedalaman suatu batuan terutama batuan beku juga mempengaruhi nilai suseptibilitas
batuan tersebut. Semakin dalam letak batuan, maka nilai suseptibilitasnya juga semakin tinggi.
Hal ini disebabkan batuan tidak banyak mengalami kontak dengan udara luar dan air sehingga
tidak mengalami pengikisan maupun perubahan struktur. Selain itu, variasi nilai suseptibilitas
batuan berdasarkan kedalaman juga dikarenakan perbedaan densitas batuan tersebut. Semakin
dalam letak batuan dimungkinkan memiliki densitas atau kerapatan yang semakin besar,
sehingga jumlah partikel yang termagnetisasi juga semakin banyak. Sedangkan batuan yang
berada di permukaan memiliki nilai densitas yang lebih kecil sehingga jumlah partikel yang
termagnetisasi semakin sedikit.Hal ini berasosiasi dengan pembentukan batuan tersebut.
Untuk formasi batuan di Cikuya di lapisan paing atas terdapat limestone atau yang
dikenal dengan batu gamping. Batu gamping adalah batuan sedimen yang tersusun dari mineral
kalsit dan aragonit, yang merupakan dua varian yang berbeda dari kalsium karbonat (CaCO3).
Sumber utama dari kalsit adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar
ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai ooze pelagic. Kalsit sekunder juga dapat
terdepositkan oleh air meteorik tersupersaturasi (air tanah yang mengendapkan material di gua).
Ini menciptakan speleothem seperti stalagmit dan stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk
dari Oolite (Gamping Oolitik) dan dapat dikenali dengan penampilannya yang granular.
Gamping membentuk 10% dari seluruh volume batuan sedimen. Batuan gamping ini juga bisa
di manfaatkan sebagai bahan baku dalam membuat sebuah bangunan, dimana dapat digunakan
untuk adukan pasangan bata, pembuatan semen tras atau semen merah dan juga pembuatan
plester.
Untuk lapisan di bawah limestone terdapat lapisan clays atau yang dikenal dengan
batuan lempung. batu lempung yaitu batuan yang memiliki struktur padat dengan susunan
mineral yang lebih banyak dari batu lanau. Selain itu, batu lempung juga dapat diartikan sebagai
salah satu jenis batuan sedimen yang bersifat liat atau plastis, tersusun dari hidrous aluminium
silikat (mineral lempung) yang ukuran butirannya halus. Ukuran butiran batu lempung sangatlah
halus, yakni tidak lebih dari 0,002 mm. Mirip dengan batu serpih, batu lempung sangat sulit
diteliti. Sangat dibutuhkan analisis secara kimiawi agar ilmuwan tahu mineral penyusun batu
lempung yang banyak mengandung silika. Silika ini berasal dari feldspar yang banyak di
temukan di lapisan kulit bumi. Selain itu, batu lempung juga memiliki susunan unsur oksida
besi yaitu berupa siderit, markit atau pirit. Mineral karbonat berupa bahan- bahan organik dan
anorganik juga ditemukan pada batu lempung. Mineral- mineral penyusun batu lempung
tersebut adalah mineral yang aktif secara elektrokimiawi. Batu lempung banyak digunakan
sebagai bahan baku pembuat keramik, kertas, penyerapan cairan dan membantu proses
pengeboran.
Untuk selanjutnya terdapat lapisan shales atau yang biasa dikenal dengan batuan serpih.
Batu serpih (shale) disebut juga batu lanau atau argilit. batu serpih didefinisikan sebagai jenis
batuan sedimen yang tersusun dari mineral utama berukuran halus atau lempung yakni berupa
illite, smektit dan kaolinit, serta mineral dengan butiran berat seperti oksida besi, kuarsa,
karbonat, mineral sulfida, feldspar dan bahan organik lainnya. Komposisi mineral- mineral
tersebut tergantung pada lingkungan tempat terjadinya proses sedimentasi atau pengendapan.
Manfaat batu serpih diantaranya sebagai alat bantu mengupas, sebagai filter kertas, sebagai
perangkap minyak bumi, sebagai bahan dasar pembuatan gerabah dan sebagai bahan baku
pembuatan semen.
Dari penjelasan di atas, formasi batuan sangat cocok untuk gambaran di daerah
penelitian yang gersang dan tanahnya cenderung kering serta berupa tanah merah. Serta di
sekitar daerah penelitian pernah digunakan sebagai tempat penambangan pasir atau kapur.
KESIMPULAN

1. Terdapat lima lapisan batuan di daerah penelitian, yang di lapisan atas terdapat lapisan
limestone dan di bawahnya terdapat lapisan clays dan lapisan yang di bawahnya
terdapat lapisan shales.
2. Lokasi penelitian memiliki kondisi tanah yang cukup kering, hal ini di tandai dengan
temuan lapisan batuan yang karakteristiknya cenderung kering dan berpasir. Yang mana
daerah sekitar penelitian pernah digunakan sebagai tempat penambangan pasir.
3. Pemodelan 2D dilakukan dengan perangkat lunak Oasis Montaj dengan hasil error
sebesar 4,001.
4. Sebaran anomali medan magnet di kawasan penelitian memiliki nilai -7.2 T – 126.1 T

REFERENSI

[1] Heningtyas, Nugroho Budi Wibowo, Denny Darmawan. 2007. INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH
PERMUKAAN DENGAN METODE GEOMAGNET DI JALUR SESAR OYO. Jurnal Fisika Vol. 6, No. 2.
[2] https://ilmugeografi.com/geologi/batu-serpih di akses pada tanggal 17 Desember 2019 pada pukul
19.35 WIB
[3] https://ilmugeografi.com/geologi/batu-lempung di akses pada tanggal 16 Desember 2019 pada pukul
17.24 WIB
[4] Telford, W.M., L.P, Geldart, R.E. Sheriff, Applied Geophysiscs, Second Edition. Cambridge
University Press. New York. 1990.
.

Anda mungkin juga menyukai