Anda di halaman 1dari 8

Analisis Struktur Bawah Permukaan Desa Sembalun Lawang Menggunakan Metode

Gemomagnet

Abelia Berliana Casandra ,Syahrial Ayub , Muhammad Zuhdi


2 2 3

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Mataram, Mataram,
1)

Indonesia.
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Mataram, Mataram,
1)

Indonesia.
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Mataram, Mataram,
1)

Indonesia.
abelianoviandra20@gmail.com

ABSTRAK
Analisis struktur bawah permukaan Sembalun Lawang menggunakan metode
geomagnetik dilakukan dengan tujuan untuk memahami karakteristik geologi dan potensi
sumber daya alam di daerah tersebut. Metode geomagnetik adalah metode geofisika non-
invasif yang mengukur medan magnet bumi untuk mengungkap informasi tentang struktur
bawah permukaan. Dalam penelitian ini, penelitian geomagnetik dilakukan di Sembalun
Lawang dengan menggunakan instrumen magnetometer yang sensitif terhadap perubahan
medan magnet. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diproses untuk menentukan
struktur bawah permukaan. Hasil analisis menunjukkan adanya variasi anomali magnetik di
daerah penelitian. Variasi ini dapat diinterpretasikan sebagai indikasi adanya perubahan
litologi, batuan yang mengandung mineral magnetik, atau adanya struktur geologi seperti
sesar atau lipatan.
Kata Kunci: struktur bawah permukaan, geomagnetik, pola, anomali magnetik, variasi
batuan.

ABSTRACT
Analysis of the subsurface structure of Sembalun Lawang using geomagnetic method was
carried out with the aim of understanding the geological characteristics and potential of
Natural Resources in the area. The geomagnetic method is a non-invasive Geophysical
method that measures the Earth's magnetic field to reveal information about subsurface
structures. In this study, geomagnetic surveys were conducted in Sembalun Lawang using
magnetometer instruments that are sensitive to changes in the magnetic field. The data
obtained are then analyzed and processed to determine the subsurface structure. The results
of the analysis showed a variation of magnetic anomalies in the study area. These variations
can be interpreted as indications of changes in lithology, rocks containing magnetic
minerals, or the presence of geological structures such as faults or folds.
Keywords: subsurface structure, geomagnetic, pattern, magnetic anomaly, rock variation.
Latar Belakang seperti eksplorasi mineral, pemetaan air
tanah, atau perencanaan pembangunan
Sembalun Lawang adalah sebuah
infrastruktur. Metode geomagnetik hanya
kabupaten yang terletak di Lombok Timur,
memberikan informasi tentang sifat
Indonesia. Daerah tersebut memiliki
kemagnetan batuan di bawah permukaan.
berbagai potensi sumber daya alam,
Oleh karena itu, penyelidikan lebih lanjut
termasuk potensi geologis dan mineral.
dengan menggunakan metode geofisika
Untuk memahami potensi ini, penting
lain seperti geolistrik, seismik atau
untuk menganalisis struktur bawah tanah
elektromagnetik mungkin diperlukan
kawasan tersebut. Metode geomagnetik
untuk mendapatkan gambaran struktur
telah banyak digunakan dalam
bawah tanah Sembalun Lawang yang lebih
penyelidikan struktur bawah tanah.
lengkap.
Metode ini didasarkan pada pengukuran
medan magnet bumi yang dipengaruhi Tinjauan Pustaka
oleh sifat magnetik batuan di bawah
Metode magnetik adalah salah
permukaan. Dengan menganalisis variasi
satu metode geofisika untuk
medan magnet yang diukur, kita
mengukur variasi medan magnetik di
mendapatkan informasi tentang perubahan
permukaan bumi yang disebabkan
litologi, kemunculan mineral magnetik dan
oleh adanya variasi distribusi benda
struktur geologi seperti sesar, lipatan atau
termagnetisasi di bawah permukaan
cekungan.
bumi. Variasi intensitas medan
Tujuan dari metode geomagnetik magnet akan ditafsirkan dan
adalah untuk menentukan variabilitas kemudian dijadikan dasar bagi
medan di daerah yang diteliti. Fluktuasi pendugaan keadaan geologi. Apabila
magnetik disebabkan oleh sifat magnetik terdapat dua buah kutub magnetik
kerak bumi yang tidak homogen, dimana yang berjarak r dalam centimeter,
batuan pada sistem panas bumi memiliki maka akan terjadi gaya Coulumb
magnetisasi yang rendah dibandingkan sebesar.
dengan batuan di sekitarnya. Hal ini
disebabkan proses demagnetisasi yang
disebabkan oleh proses alterasi
hidrotermal. Nilai kemagnetan yang Medan magnet bumi
rendah ini dapat menginterpretasikan zona merupakan suatu medan atau daerah
yang memungkinkan sebagai reservoir dan yang dapat mendeteksi keberadaan
sumber panas, sehingga struktur bawah dan distribusi gaya magnet. Kuat
tanah yang lebih dalam dapat diidentifikasi medan magnet H didefinisikan
dengan nilai suseptibilitas batuan dan sebagai gaya magnet per satuan kuat
menemukan area anomali magnetik yang kutub magnet. Kuat medan magnet
dicurigai pada penelitian sebelumnya. pada suatu titik yang berada pada
jarak r dari kutub magnet m dapat
Analisis struktur bawah tanah dinyatakan sebagai berikut (Telford
menggunakan metode geomagnet di dkk., 1976).
Sembalun Lawang dapat memberikan
pemahaman tentang komposisi geologi,
perubahan litologi dan potensi sumber
daya alam daerah tersebut. Informasi ini
dapat digunakan dalam banyak aplikasi,
sumbernya tidak terletak dalam
(Telford dkk., 1976).
Untuk mendapatkan anomali medan
Medan magnet bumi sendiri memiliki
magnet, maka data yang diperoleh harus
empat parameter fisis, yaitu deklinasi (D),
dikoreksi terlebih dahulu dari pengaruh
sainklinasi (I), intensitas horizontal (H),
medan magnet yang lain. Secara umum
dan medan magnetik total (F). Deklinasi
koreksi yang dilakukan dalam survey
merupakan sudut antara Utara magnetik
magnetik meliputi:
dengan komponen horizontal yang
dihitung dari Utara menuju Timur. 1. Koreksi harian (diurnal)
Inklinasi merupakan sudut antara. Medan Merupakan koreksi yang dilakukan
magnet bumi terdiri dari tiga bagian, yaitu: terhadap data magnetik untuk
menghilangkan pengaruh medan
1. Medan magnetik utama magnet luar. Koreksi harian merupakan
Medan magnetik utama ini tidak variasi medan magnet yang sebagian
konstan dalam waktu dan berubah bersumber dari medan magnet luar
relatif lamban dan asal perubahan akibat perputaran arus listrik di dalam
dari perubahan internal dalam lapisan ionosfer. Apabila nilai variasi
bumi, yang dapat dihubungkan harian negatif, maka koreksi harian
dengan perubahan arus konveksi dilakukan dengan cara menambahkan
dalam inti, perubahan inti mantel, nilai variasi harian yang terekam pada
dan perubahan dalam laju waktu tertentu terhadap data medan
perputaran bumi. magnetik yang akan dikoreksi.
2. Medan luar Sebaliknya apabila variasi harian
Merupakan bagian kecil medan bernilai positif, maka koreksinya
utama, yaitu sisa 1% medan magnetik dilakukan dengan cara mengurangkan
bumi, berasal dari luar bumi yang nilai variasi harian yang terekam pada
berhubungan dengan arus listrik yang waktu tertentu terhadap data medan
mengalir dalam lapisan terionisasi magnetik yang akan dikoreksi.
atmosfir luar. Perubahan medan ini Secara matematis dapat dituliskan
terhadap waktu jauh lebih cepat dari dalam persamaan.
pada medan permanen.
3. Anomali magnetik lokal ΔH = Htotal ± ΔHharian
Dekat permukaan kerak bumi
merupakan penyebab perubahan dalam 2. Koreksi IGRF
medan utama yang biasanya jauh lebih Merupakan koreksi yang dilakukan
kecil dari medan utama, relatif konstan terhadap data medan magnet agar
dalam waktu dan tempat. Perubahan ini pengaruh medan magnet utama bumi
dapat dihubungkan dengan perubahan hilang, dimana mean magnet IGRF
kandungan mineral magnetik dalam adalah referensi medan magnet di suatu
batu-batuan dekat permukaan. Kadang- tempat. Koreksi geomagnet diperlukan
kadang anomali ini cukup besar karena medan magnet bumi
sehingga besar medan menjadi dua kali Metode Penelitian
lipat dibanding medan utama dangkal.
Pada umumnya anomali ini tidak Penelitian geomagnetik ini
menyebar ke daerah luas karena dilakukan di Sembalu Lawang, Kabupaten
Lombok Timur pada tanggal 26 Mei demikian, untuk mengetahui besarnya
sampai 28 Mei 2023. Dalam pengumpulan simpangan medan magnet, medan luar dan
data magnetik menggunakan teknologi medan magnet utama harus dikurangkan.
Proton Procession Magnetometer (PPM) Medan magnet luar dikurangi dengan
dengan metode looping. Metode looping koreksi variasi harian dan medan magnet
adalah metode siklus pengukuran yang utama dikurangi dengan koreksi IGRF.
dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Penyimpangan medan magnet yang
Tujuannya adalah agar koreksi harian disebabkan oleh reduksi selanjutnya
dapat dilakukan terhadap pengukuran. dipengaruhi oleh medan regional dan
Titik (spasi) tersebut kemudian ditetapkan medan lokal. Dengan demikian, untuk
dengan jarak 10 meter satu sama lain, menentukan medan magnet regional di
namun jarak antar titik tersebut dapat daerah yang diteliti, perlu diisolasi ke
berubah sewaktu-waktu. Hal ini karena kutub dengan cara regresi dan gerakan ke
titik tersebut mengikuti jalan yang atas.
memungkinkan untuk dilewati titik
Setelah proses pendataan maka
pengamatan diperoleh dari data yang
selanjutnya yaitu proses pengolahan data.
dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan
Koordinat data dalam GPS diubah dalam
mengumpulkan data titik ukur, nilai medan
bentuk informasi geografis, untuk data
magnet, waktu dan kualitas sinyal selama
UTM, data medan total magnet dari
pengamatan.
magnetometer dilakukan beberapa koreksi
Survey ini meliputi 3 tahapan yaitu harian seperti IGRF dan koreksi harian
survey awal seluruh medan magnet, sehingga menghasilkan anomali magnetik
pemetaan dan pengambilan data. Tahap pada setiap titik stasiun. Dari data anomali
sebelum penelitian adalah persiapan magnetik kemudian diolah untuk
rencana pemetaan untuk lokasi tertentu di mendapatkan susptibilitas untuk proses
dalam area garis patahan. Sebuah rencana identifikasi mineral pada daerah
penelitian dibuat dengan grid 13 titik eksplorasi. Proses identifikasi mineral area
pengamatan setiap 10 m menggunakan penelitian.  
perangkat lunak Surfer 12. Tahap kedua
Hasil dan Pembahasan
adalah pengukuran lapangan, dimana letak
koordinat titik-titik pengukuran pada Pengukuran dilakukan dari titik
rencana pengukuran ditentukan. Pada base dan dilanjutkan ke titik pengukuran
langkah ini juga dicari lokasi pengukuran dengan jumlah titik pengukuran sebanyak
yang tidak terletak di dekat objek dengan 65 titik pengukuran di lapangan terdiri dari
nilai magnet tinggi, seperti jembatan, jalan beberapa lintasan yang panjang masing-
raya, dan tiang listrik. Tahap ketiga adalah masing lintasan 100 m dengan spasi 5 m.
tahap pengumpulan data, atau pengukuran Koreksi diurnal change rate dilakukan
lapangan. Pengukuran total medan magnet. untuk menghitung nilai laju perubahan di
Setiap titik dilakukan lima kali dengan base. Koreksi harian digunakan untuk
jeda waktu 5 detik untuk setiap mengurangi pengaruh harian dari efek
pengukuran. gaya magnet oleh matahari. Koreksi IGRF
digunakan utuk menghilangkan efek gaya
Hasil pengukuran medan magnet
magnet dari internal bumi.
total masih dipengaruhi oleh medan luar,
medan magnet utama dan simpangan
medan magnet itu sendiri. Dengan
Gambar 1.2 Peta kontur anomali regional.
Anomali magnetik regional adalah
penyimpangan magnetik yang timbul
Gambar 1.1 Peta kontur anomali total sebagai akibat dari reaksi batuan jauh di
medan magnet daerah penelitian. bawah permukaan. Adanya sistem koreksi
harian dan koreksi IGRF yang dilakukan,
Pengukuran medan magnet total
intensitas anomali magnetik regional
yang telah dilakukan di lokasi penelitian
berkisar -244,7 sampai 1350,6 nT. Sebaran
diperoleh data intensitas magnetik total
anomali regional menggambarkan kondisi
berkisar antara -1140,6 nT sampai 1785,8
batuan di bawah permukaan yang dalam.
nT. Pola anomali medan magnet total
memberikan gambaran awal perkiraan
jenis batuan anomali medan magnet
rendah, sedang, dan tinggi melalui
perbedaan corak kontur. Tingginya pola
anomali tersebut disebabkan oleh
kerentanan batuan vulkanik Formasi
Mandalika yang tinggi. Pola anomali
sedang kemungkinan disebabkan oleh
batuan sedimen Formasi Arjosar, Campur
darat atau Nampol. Sedangkan pola
anomali rendah kemungkinan disebabkan
oleh reaksi lapisan tebal batuan sedimen di
bawah permukaan. Formasi batuan
merupakan salah satu komponen yang
menggambarkan kondisi geologi di suatu
daerah.
suseptibilitas batuan bernilai positif maka
nilai anomali magnetik tinggi. Sedangkan
jika nilai suseptibilitas batuan positif tetapi
nilainya kecil maka nilai anomali magnetik
sedang. Untuk nilai suseptibilitas
batuannya negatif maka nilai anomali
magnetik (J.Ahmad, Syarifin, Sousa, &
Tumalang, 2019).

Gambar 3 Peta kontur anomali residual.


Anomali magnetik residual (lokal)
merupakan magnetik material yang berada Berdasarkan pada gambar 3
pada permukaan bumi. Berdasarkan pada disimpulkan bahwa nilai anomali terbagi
gambar sebaran anomali residual memiliki atas dua bagian yaitu nilai anomali rendah
rentang nilai -1468,1 nT hingga 1336,7 nT. yang ditandai dengan warna biru sampai
Pola anomali rendah yang berwarna biru warna hijau merupakan batuan
memiliki rentang -1468,1 nT hingga - diamagnetik yaitu dengan jenis batuan
518,5 nT. Pola anomali sedang yang rock salt, gypsum, anhydrite, quartz dan
berwarna hijau memiliki rentang -418,5 nT nilai anomali sedang yang ditandai dengan
hingga -8,6 nT dan pola anomali tinggi warna kuning warna pink merupakan
yang berwarna merah memiliki rentang batuan sedimen. Suatu batuan bersifat
415,9 nT hingga 1336,7 nT. Pola sebaran diamagnetic apabila mempunyai nilai
ini memiliki pola positif dan negatif suseptibilitas kecil dan dikarenakan
cenderung menuju ke arah utara dan orientasi orbital substansi ini selalu
selatan. Pola positif - negatif dan pola berlawanan arah dengan magnet luar,
kontur agak merapat dapat sehingga medan magnet totalnya selalu
diidentifikasikan bahwa daerah tersebut
terdapat adanya patahan (sesar). Jika nilai
berkurang atau melemah tidak tergantung Panasbumi. Natural B, 1(3), 287-
pada temperature (suhu). 295.
Awaliyatun, F., & Hutahean, J., 2015,
'Penentuan struktur bawah
Kesimpulan
permukaan tanah daerah potensi
Pengukuran medan magnet total di panas bumi dengan metode
lokasi penelitian menghasilkan variasi geomagnetik di Tinggi Raja
intensitas magnetik total antara -1140,6 nT Kabupaten Simalungun', Eintein
hingga 1785,8 nT. Pola anomali medan (e-Journal), vol. 3, no. 1.
magnet total memberikan gambaran awal
Broto, S. dan T. T. Putranto. 2011. Aplikasi
tentang jenis batuan dengan anomali
medan magnet rendah, sedang, dan tinggi Metode Geomagnetik dalam
melalui perbedaan corak kontur. Anomali Eksplorasi Panas Bumi.
magnetik regional adalah penyimpangan Teknik, 32(1): 79-87.
magnetik yang terjadi akibat reaksi batuan
Burger, Robert. 1992. Exploration
yang berada jauh di bawah permukaan,
Geophysics Of The Shallow
intensitas anomali magnetik regional
Subsurface. New Jersey: Prentice
berkisar antara -244,7 hingga 1350,6 nT.
Hall.
Sebaran anomali regional ini
menggambarkan kondisi batuan di bawah
F. . Z. Awaliyatun and J. Hutahaean,
permukaan yang dalam. Anomali magnetik
“Penentuan Struktur Bawah
residual (lokal) merupakan magnetik
Permukaan Tanah Daerah Potensi
material yang ada di permukaan bumi.
Panas Bumi dengan Metode
Sebaran anomali residual, nilai anomali
Geomagnetik di Tinggi Raja
berkisar antara -1468,1 nT hingga 1336,7
Kabupaten Simalungun,” J.
nT. Pola anomali rendah ditandai dengan
Einstein, vol. 3, no. 1, pp. 1–
warna biru dan rentang nilainya antara -
8, 2015.
1468,1 nT hingga -518,5 nT. Pola anomali
sedang ditandai dengan warna hijau dan
Illahude, D., dan Muslim, D. 2014.
rentang nilainya antara -418,5 nT hingga -
Identifikasi Cekungan dari Pola
8,6 nT, sedangkan pola anomali tinggi
Anomali Magnet Total dan Nilai
ditandai dengan warna merah dan rentang
Suseptibilitas dari Batuan Dasar di
nilainya antara 415,9 nT hingga 1336,7 nT.
Perairan Teluk Bone Sulawesi
Jika nilai anomali rendah, ditandai dengan
Selatan. Seminar Nasional Fakultas
warna biru hingga hijau, merupakan
Teknologi, hlm.
batuan diamagnetik seperti rock salt,
324 – 333. Bandung
gypsum, anhydrite, dan quartz. Sedangkan
nilai anomali sedang, ditandai dengan
J.Ahmad, A., Syarifin, M., Sousa, Y. A., &
Tumalang, I. S. (2019). Analisis
Data Magnetik Bawah Permukaan
Daftar Pustaka
Untuk Identifikasi Sebaran Mineral
Afandi, A., Maryanto, S., & Susilo, A. Mangan Desa Tolnaku, Kecamatan
(2012). Survei Geomagnetik di Fatuleu Kabupaten Kupang. Jurnal
Daerah Cangar, Kota Batu, Jawa Teknologi Mineral Dan Batubara,
Timur untuk Mengkaji Potensi 15(3), 145-157.
Panjaitan, M. (2015) “Penerapan metode geophysics, New York: Cambridge
magnetik dalam menentukan jenis University Press.
batuan dan mineral,” Jurnal Riset
Komputer (JURIKOM), Utama, W., Warnana, D.D., Hilyah, A.,
2(6), hal. 69–72. Bahri, S., Syaifuddin, F., dan R
Farida, H., Eksplorasi
Rajab, R., & Palloan, P., 2016, 'Interpretasi
Geomagnetik Untuk Penentuan
Model Anomali Magnetik Area
Keberadaan Pipa Air Di Bawah
Panas Bumi Daerah X Kabupaten
Permukaan Bumi, Jurnal
Polewali Mandar', Jurnal Sains Dan
Geosaintek, 2(3), 157-163, 2016.
Pendidikan Fisika, vol. 12, no. 2,
pp. 109– 218.
W. M. Telford, L. P. Geldart, R. E. Sheriff.,
Rosid, Syamsu., 2008. Geomagnetic 1990. Applied Geophysics.
Method Lecture Note. Physic Cambridge University: Press New
Departement, FMIPA UI: Depok. York.

Sheriff, R. E, and Geldart, L. P. 1995. Wahyudi. Dkk, Analisis Data Magnetik


Exploration Geomagnetic, Second untuk Mengetahui Struktur
Edition. Cambridge University Permukaan Daerah Manifestasi
Press. Airpanas di Lereng Utara
Gunungapi Ungaran, Prosiding
Sismanto. 1999. Eksplorasi dengan HAGI, Yogyakarta, 2004
Menggunakan geomagnet Refraksi.
Yogyakarta: Gajah Mada Widagdo, A., Pramumijoyo, S., Harijoko,
University Press. A. & Setiawan, A., 2016. Kajian
Pendahuluan Kontrol Struktur
Suci, R. T., & Putra, A. (2021). Pemetaan Geologi Terhadap Sebaran Batuan-
Struktur Bawah Permukaan di Batuan Di Daerah Pegunungan
sekitar Manifestasi Panas Bumi Kulon Progo-Yogyakarta.
Desa Sungai Tutung Kerinci Proceeding, Seminar Nasional
Menggunakan Metode Kebumian ke-9, Peran Penelitian
Geomagnetik. Jurnal Fisika Ilmu Kebumian Dalam
Unand, 10(4), 540-547. Pemberdayaan Masyarakat, 6-7
Oktober 2016, Grha Sabha
Susilawati. 2004. Seismik Refraksi (Dasar
Pramana, Universitas Gadjah
Teori dan Akuisisi Data). Fakultas Mada, hal. 9.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Jurusan Fisika, Sumatra
Utara: Universitas Sumatera Utara.

Suyanto, Imam. 2012.“Pemodelan Bawah


Permukaan Gunung Merapi Dari
Analisis Data Magnetik” Fisika,
FMIPA UGM, Yogyakarta

Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E,


& Keys, D.A. (1976). Applied

Anda mungkin juga menyukai