Anda di halaman 1dari 7

PERBANDINGAN

Bagaimana Cara Membandingkan?


Misalnya, nilai ujian matematika Yodi 80 dan nilai ujian matematika Rian
60. Nah,  dari keterangan ini, kita dapat membandingkan data-data yang ada,
yaitu:

1. Nilai ujian Yodi 20 poin lebih besar.

[Hal ini didapat dari perhitungan: 80 – 60 = 20 poin]

2. Nilai Yodi empat per tiga kali lebih besar daripada Rian.

[Hal ini didapat dari perhitungan 80/60 = 4/3]

Dalam melakukan perbandingan, ada dua hal yang harus kamu perhatikan:

(1) Dalam membandingkan dua besaran dengan cara menghitung hasil bagi,
besaran-besaran tersebut harus merupakan besaran yang sejenis.

Contoh perbandingan yang salah:

Panjang pensil Ani ¾ kali berat badan Yudi

Hal ini salah karena panjang pensil berada dalam satuan (cm), sementara berat
badan Yudi dalam satuan kg.

Contoh perbandingan yang hampir benar:

Panjang pensil Ani 13 cm sementara panjang pensil Roberto 2 m.

Hal ini karena kedua satuannya berbeda. Sehingga, ukuran satuannya harus
disamakan terlebih dahulu (menjadi sama-sama cm, atau sama-sama m).

(2) Ketika melakukan perbandingan, pastikan hasil bagi kedua besaran suatu
bilangan harus dalam bentuk yang paling sederhana.
Jenis-Jenis Perbandingan
 
1. PERBANDINGAN SENILAI

Misalnya, terdapat himpunan-himpunan bilangan A = {1, 2, 3, 4, 5} dan B = {10, 20,


30, 40, 50}

Himpunan A menyatakan waktu tempuh dalam satuan detik dan himpunan B


menyatakan jarak yang ditempuh dalam satuan kilometer. Sekarang coba, deh,
kamu pikir, apa nyumabungnya  antara waktu tempuh dan jarak?

Ya, betul. “sejauh”.

Kita dapat mengaitkan waktu tempuh (s) “sejauh” jarak yang dia tempuh (km).
Maka hasilnya:

A) 1 detik sejauh 10 km

B) 2 detik sejauh 20 km

C) 3 detik sejauh 30 km

D) 4 detik sejauh 40 km

E) 5 detik sejauh 50 km

Kalau kita buat dalam bentuk tabel, maka akan menjadi:

Kamu sudah mulai bisa melihat polanya belum, Squad? Dalam perbandingan
senilai, semakin tinggi nilai yang satu (A), maka akan semakin tinggi juga nilai
(B)nya. Oleh karena itu, perbandingan jenis ini disebut sebagai perbandingan
senilai. Karena nilai A akan “sejalan” dengan nilai B.

Apabila data tadi kita olah dalam bentuk grafik koordinat kartesius, maka hasilnya
akan seperti ini:
 2. PERBANDINGAN BERBALIK NILAI

Misalnya, ada seorang peternak mempunyai 150 ekor sapi. Satu ikat rumput
dihabiskan dalam waktu satu hari. Itu artinya, apabila peternak tersebut
mempunyai

A) 75 ekor sapi, pakan ternak habis dalam waktu 2 hari

B )50 ekor sapi, pakan ternak habis dalam waktu 3 hari

C) 30 ekor sapi, pakan ternak dihabiskan dalam waktu 5 hari

D) 25 ekor sapi, pakan ternak dihabiskan dalam waktu 6 hari

Kalau kita buat dalam bentuk tabel, maka akan terlihat seperti berikut:

Dari data itu, dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit jumlah sapi, maka
jumlah yang dibutuhkan semakin banyak. Nah,  perbandingan sepert ini
dinamakan dengan perbandingan berbalik nilai.

Apabila data tadi kita olah dalam bentuk grafik koordinat akrtesius, maka hasilnya
akan menjadi:
1. Skala

Pernahkah kamu melihat skala? Jika kamu membuka peta, pasti kamu akan
menemukan skala. Skala merupakan perbandingan antara jarak pada peta dan
jarak sebenarnya. Biasanya, skala ditulis dengan awalan 1 : … Contoh skala adalah 1
: 500.000. Apakah tahu arti 1 : 500.000?
Ingat, skala merupakan perbandingan antara jarak pada peta dan jarak
sebenarnya. Artinya, setiap 1 cm pada peta mewakili jarak 500.000 cm atau 5 km
pada keadaan sebenarnya. Secara matematis, skala dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

Jp = jarak pada peta; dan

Js = jarak sebenarnya.

2. Faktor perbesaran dan pengecilan

Faktor perbesaran/pengecilan adalah perbandingan antara hasil


perbesaran/pengecilan dan ukuran awal benda. Secara matematis, faktor
perbesaran dan pengecilan dirumuskan sebagai berikut.
Persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai faktor perbesaran selalu lebih besar dari 1 (>
1). Sementara itu, nilai faktor pengecilan selalu kurang dari 1 (< 1).

Perbandingan Terkait Jumlah dan Selisih

Perbandingan terkait jumlah dan selisih biasanya digunakan untuk menentukan


perbandingan umur, jumlah uang, dan tinggi badan. Contohnya sebagai berikut.
Contoh Soal

Ibu Budi baru saja melahirkan seorang bayi dengan tinggi badan 48 cm. Jika tinggi
badan Budi 72 cm lebihnya dari tinggi badan adiknya, tentukan perbandingan tinggi
badan Budi dan adiknya!
Pembahasan:

Dari soal diketahui informasi berikut.


Tinggi badan bayi = 48 cm
Tinggi badan Budi = 48 + 72 = 120 cm
Dengan mencari hasil bagi diperoleh:
Tinggi badan Budi : tinggi badan adik Budi = 120 : 48
Tinggi badan Budi : tinggi badan adik Budi = 5 : 2
Jadi, tinggi badan Budi dan adiknya adalah 5 : 2.
Untuk mengasah kemampuanmu, simak contoh soal berikut.

Contoh Soal 1
Jarak kota A dan kota J pada peta adalah 1,5 cm. Peta tersebut dibuat dengan skala
1 : 1.500.000. Tentukan jarak sebenarnya antara kota A dan J!
Pembahasan:

Dari soal diperoleh informasi berikut.

 Skala = 1 : 1.500.000
 Jarak pada peta = 1,5 cm
Berdasarkan rumus skala, diperoleh:
Jadi, jarak antara kota A dan J sebenarnya adalah 22,5 km.

Contoh Soal 2

Sebuah vas bunga setinggi 15 cm diletakkan di depan sebuah lampu. Vas tersebut
membentuk bayangan di layar. Jika tinggi bayangan vas bunga 30 cm, tentukan
faktor perbesarannya!

Pembasahan:

Dari soal diperoleh informasi berikut.


Tinggi awal = 15 cm
Tinggi hasil perbesaran = 30 cm
Berdasarkan rumus faktor perbesaran, diperoleh:

Jadi, faktor perbesarannya adalah 2

Contoh Soal 3

Seorang pemborong sedang menghitung waktu untuk menyelesaikan pembuatan


rumah. Jika dibantu 9 pekerja, pengerjaan rumah selesai dalam waktu 32 hari. Agar
pengerjaan rumah selesai dalam waktu 24 hari, berapakah jumlah pekerja yang
dibutuhkan?
Pembahasan:
Dari soal diperoleh informasi berikut.

9 pekerja -> 32 hari

x pekerja -> 24 hari

Ingat, semakin banyak pekerja semakin cepat waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan pembangunan rumah. Dengan demikian, gunakan rumus

perbandingan nilai.

Jadi, jumlah pekerja yang dibutuhkan agar pembuatan rumah selesai dalam waktu 24 hari
adalah 12 pekerja.

Anda mungkin juga menyukai