Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS KREATIVITAS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH

MATEMATIKA KELAS XII DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL


MATEMATIKA DI SMAN 4 PRAYA

PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Seminar Proposal

OLEH :
Nama : Maudina Bunga Khairunisa
NIM : ( E1R020075)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kekuatan dan petunjuk-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Kreativitas Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Materi Jarak
Pada Bangun Ruang Kelas Xii Ditinjau Dari Kemampuan Matematika Di SMAN 4 Praya
“untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Seminar Proposal dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan proposal ini, tentunya tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Maka dengan hal itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada
1. Bapak Dr. Harry Soeprianto, M.Si sebagai dosen pengampu pada mata kuliah
Seminar Proposal yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal
ini.
2. Orang tua, sauara-saudara, sahabat, serta semua keluarga penulis atas dukungan,
doa, bimbingan serta kasih sayang yang selalu dicurahkan selama ini.
3. Segenap teman-teman seperjuangan terlebih teman-teman sekelas yang telah
memberikan dukungan, motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan proposal ini.
4. Pihak dari pemateri maupun referensi buku ataupun jurnal yang terkait dengan
materi ini.
Dalam proses penulisan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun
cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya kami dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima kritikan dan saran agar makalah ini dapat
menjadi makalah yang lebih baik kedepannya sehingga akhirnya proposal ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Mataram, 17 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ii


BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
1.3. Tujuan ................................................................................................................................... 5
1.4. Manfaat................................................................................................................................. 5
1.5. Definisi Istilah ........................................................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................................................... 8
KAJIAN TEORI ........................................................................................................................................ 8
2.1. Kajian Teori ............................................................................................................................... 8
1. Hakikat Matematika ...................................................................................................................... 8
2.2. Materi Jarak Pada Bangun Ruang ............................................................................................ 15
2.3. Penelitian Relavan ................................................................................................................... 18
2.4. Kerangka Pemikiran ................................................................................................................ 20
BAB III ................................................................................................................................................. 23
METODE PENELITIAN .......................................................................................................................... 23
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................................................. 23
3.2. Lokasi dan Subyek Penelitian .................................................................................................. 24
3.3. Instrumen Penelitian ............................................................................................................... 24
3.4. Proses Pemngumpulan Data ................................................................................................... 25
3.5. Teknik Analisis Data ................................................................................................................ 27
3.6. Pengujian Keabsahan Data ...................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Matematika adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk
dipelajari. Dewasa ini, matematika masih dijadikan ilmu yang wajib dipelajari mulai dari
jenjang SD sampai perguruan tinggi. Menurut Panjaitan (2017:99) menyatakan bahwa
“Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dan berguna dalam kehidupan sehari –
hari”. Cokcroft (Kusmanto, 2014:62) mengemukakan bahwa: Matematika perlu diajarkan
karena digunakan dalam kehidupan sehari – hari, semua studi menggunakan matematika,
menjadi sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas digunakan dalam menyajikan
informasi, meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan
dan memberi kepuasan dalam memecahkan masalah yang menantang.
Pentingnya matematika diajarkan kepada peserta didik dikemukakan oleh Cornelius
(Kusmanto, 2014:66) menyatakan bahwa: Alasan pentingnya peserta didik belajar
matematika yaitu: 1) sarana berfikir yang jelas dan logis, 2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari – hari, 3) sarana mengenal pola – pola hubungan dan generalisasi
pengalaman, 4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan 5) sarana untuk
meningkatkaan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Terkadang banyak siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan berbagai soal,
menurut hasil observasi dan pengalman penulis di SMAN 4 Praya kebanyakan siswa
mengalami kesulitan di pelajaran matematika dikarenakan terlalu banyak menggunakan
kata – kata yang terkadang sulit untuk dimengerti, terlalu menggunakan logika padahal
yang dipelajari bersifat abstrak dalam arti tidak terbukti secara nyata dan tidak terealisasi
dalam kehidupan sehari – hari, penyelesaian soal yang terkadang terkesan sulit, rumit, cepat
membuat bosan, istilah – istilah asing terkadang membuat siswa kebingungan dalam
menyelesaikan soal matematika. Guru yang mengajar di sekolah tersebut sering kali
menggunakan model konvensional atau ceramah, segala sesuatunya berpusat pada guru.
Hal ini menyebabkan kurangnya rasa partisipasi siswa dalam belajar, siswa hanya
mengharap apa yang diberikan oleh guru tanpa ingin berinisiatif untuk melakukan
pembelajaran mandiri baik dalam hal membaca buku dirumah dan sebagainya.
Oleh karena itu, jika siswa lebih condong kepada penjelasan guru pada saat
pembelajaran. Maka tujuan pembelajaran matematika sebagai sarana untuk
mengembangkan kreativitas tidak akan tercapai. Sesuai dengan tujuan dari pembelajaran
kurikulum 2013 salah satu aspek yang harus dikembangkan dalam diri siswa adalah
1
pembelajaran yang kreatif. Maka sudah bisa dipastikan kreativitas menjadi aspek yang
paling penting dalam pembelajaran matematika. Pada dasarnya masalah mengenai
matematika dapat diselesikan jika siswa memiliki motivasi, kemapuan berfikir kreatif,
keterampilan dan pengetahuan akan masalah yang telah diberikan. Dalam menyelesaikan
masalah matematika tidak hanya sekedar menemukan jawaban. Diperlukan konsep –
konsep untuk proses pengerjaannya. Jadi kretivitas yang tinggi sangat diperlukan dalam
menyelesaikan permaslahan matematika. Kreativitas merupakan produk dari berfikir
kreatif, sedangkan berfikir kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran untuk
memunculkan kreativitas baru. Tingkat berfikir kreatif manusia didorong keinginan untuk
hidup yang lebih baik dan sejahtera di tengah kondisi lingkungan yang semakin berkurang,
jumlah penduduk yang semakin bertambah dan kompleksitas masalah sosial merupakan
tantangan yang berat pada zaman ini, untuk itu diperlukannya kreativitas untuk
menyiasatinya.
Kreativitas merupakan suatu bidang yang sangat menarik untuk dikaji namun cukup
rumit sehingga menimbulkan berbagai pengertian mengenai kreativitas. Menurut Utami
Munandar mendefinisikan kreativitas sebagai berikut: kreativitas adalah tingkat yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir serta tingkat untuk
mengkolaborasi suatu gagasan. Sedangkan menurut Barron mendefinisikan bahwa
kreativitas adalah tingkat untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini
bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur
yang telah ada sebelumnya.”
Drevdahl (dalam Asrori; 62) menjelaskan kreativitas merupakan kemampuan untuk
memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas
imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukkan pola-pola baru dan
kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada
situasi sekarang. Semiawan (1990:7) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan
memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
“Torrance mendefinisikan kreativitas itu sebagai proses tingkat memahami
hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan
mengomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan
menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan” terdapat beberapa komponen untuk
menilai kreativitas yang dimiliki oleh seorang siswa dalam matematika yaitu kefeasihan,
fleksibilitas dan kebaruan. Dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah proses berfikir
yang dapat meghasilkan ide–ide atau gagasan–gagasan yang baru dengan
2
mengkombinasikan konsep - konsep yang telah dikuasai yang ditandai dengan kafasihan,
keluwesan dan kebaruan,
Sehingga dalam penjelasan diatas dimana matematika dapat meningkatkan kreativitas
dengan kreativitas tersebut akan memicu siswa memiliki kemampuan untuk berfikir yang
berguna dalam menyelesaikan masalah matematika maupun masalah dalam kehidupan
sehari – hari. Apalagi di era ini di tengah kondisi lingkungan yang semakin berkurang,
jumlah penduduk yang semakin bertambah dan kompleksitas masalah sosial, teknologi
yang sudah semakin canggih. Maka dari itu kreativitas sangat dibuthkan pada saat ini agar
bisa menghadapi tantangan tersebut.
Dalam salah satu materi matematika yaitu geomteri. Geometri merupakan materi yang
penting dari kurikulum pembelajaran matematika. Geometri merupakan salah satu cabang
matematika dalam memahami sifat – sifat dan hubungan antara unsur – unsur geometri
(Ramdhani, 2017; Nurhasanah & Puspitasari 2022). Selain itu geometri merupakan materi
yang relevan dari pemecahan masalah untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
siswa (Safrina dkk., 2014; Listiani, 2020; Aini & Suryowati, 2022).
Berdasarkan data penilaian harian siswa. Banyak siswa yang tidak mencapai KKM
pada materi jarak pada bangun ruang. Dari 28 siswa, 18 orang atau 64,3% siswa tidak
sampai KKM.(Kurniasari, 2013; Graadini, Yustianingrum, & Safitri, 2022) yang
mengemukakan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan siswa dari tingkat tinggi hingga
rendah adalah kesalahan abtraksi, yaitu dalam penentuan jarak antara titik maupun titik
dengan garis pada bidang, besar sudut antara garis dan besar sudut antara bidang. Kesalahan
procedural yang dialamai siswa terkait dengan proses penyelesaian soal bentuk akar dan
penggunaan rumus Phytagoras. Kesalahan konseptual pada pemahaman konsep jarak dan
sudut. Menurut (Alex & Mammen, 2016), mengamati bahwa geometri dianggap sebagai
cabang matematika yang bermasalah di seluruh dunia karena penerapannya dalam
kehidupan nyata yang dianggap sulit. Hal tersebut dapat menghambat kinerja belajar siswa
menurun.
Menurut Choi & Park (2013) gemometri merupakan salah satu bidang matematika yang
paling konkrit yang berkaitan dengan kehidupan realitas yang seharusnya membantu siswa
belajar sehingga siswa dapat menghubungkan dan mengimplementasikan teori geometri
kedalam kehidupan yang dijalani. Siswa sering mengalami kegagalan dalam
mengembangkan visualisasi dan keterampilan eksplorasi yang diperlukan dalam penerapan
konsep geometri, keterampilan penalaran geometri dan pemecahan masalah (Bhagat &
Chang, 2015).
3
Menurut uraian dari beberapa ahli mengenai geometri. Dapat disimpulkan jika
pelajaran geomteri dianggap sulit oleh siswa. Dikarenakan sifatnya yang abstrak. jarak pada
bangun ruang menjadi salah satu sub bagian dari materi geometri yang dimana kebanyakan
siswa mengalami nilai dibawah KKM karena merasa kesulitan pada saat mengerjakan soal
mengenai jarak pada bangun ruang tersebut. Selain itu, geomteri materi yang relavan dari
pemecahan masalah untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa. Materi jarak
pada bangun ruang ini merupakan permasalahan matematika yang bersifat terbuka. Dimana
dalam menyelesaikan soal tersebut terdapat berbagai cara dalam menjawabnya tetapi
memiliki satu jawaban. Dari beragamnya jawaban dari siswa itulah materi geometri
khususnya materi jarak pada bangun ruang ini dapat dijadikan sebagai acaun dalam
mengukur krativitas siswa.
Siswa memiliki kemampuan yang beragam dalam menyelsaikan persoalan matematika.
Dimana kemampuan seseorang juga erat kaitannya dengan bagaimana cara mereka berfikir
dan hal tersebut tentu saja berhubungan dengan kreativitas seseorang. Seperti Kemampuan
peserta didik yang berbeda pasti akan memiliki tingkat kreativitas yang berbeda pula.
Menurut Ervynk (dalam Baer, 2006) kreativitas matematika diikuti dengan pengetahuan
siswa sebelumnya tentang matematika. Tidak mungkin seorang siswa bisa berkreasi jika ia
belum pernah mendapat pengetahuan itu sebelumnya sama sekali. Dikemukakan juga oleh
Zhong et.al (dalam Sriraman, 2011) bahwa kemampuan matematikalah yang mendasari
pemikiran yang baru dan kreasi dalam matematika. Oleh karena itu pada penelitian ini,
penulis mengukur kreativitas siswa ditinjau dari kemampuan matematika siswa. Karena
untuk mengukur kreativitas erat kaitanya dengan pengetahuan yang telah diketahui
sebelumnya.
Menurut observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMAN 4 Praya. Melalui wawancara
salah satu guru pada tanggal 18 februari 2023. Diungkapkan bahwasannya siswa kerap kali
merasa kesulitan pada saat belajar geometri terutama materi jarak pada bangun ruang.
Beberapa siswa sering kali menjawab dengan berbagai macam jawaban ketika di paparkan
dengan soal materi jarak pada bangun ruang. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, maupun rendah mereka rata – rata mampu menjawab soal – soal tersebut namun
dengan langkah yang berbeda – beda. Mereka lebih condong menjawab dengan berbagai
macam langkah penyelesaian. Oleh karena itu, peneliti mengambil sampel di SMAN 4
Praya karena berkaitan dengan hasil observasi dan pengalaman penulis. Sekolah ini
memenuhi dalam kriteria penelitian dalam tulisan ini.

4
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana kreativitas siswa SMAN 4 Praya dalam menyelesaikan masalah matematika
pada materi jarak pada bangun ruang ditinjaau dari kemampuan matematika.

1.3.Tujuan
Mengetahui kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi
jarak pada bangun ruang kelas XII ditinjau dari kemampuan matematika siswa di SMAN 4
Praya.

1.4. Manfaat
1. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan di
dunia Pendidikan dan ilmj pengetahuan. Adapun kegunaan dari penelitian ini untuk
mengetahuai maupun mengembangkan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika. Penelitian ini mengangkat tentang kemampuan
berpikir kreatid siswa dalam menyelesaikan soal mengenai jarak pada bangun ruang.
Sehingga diharapkan mampu menambah referensi pembaca tentang hal tersebut.
2. Secara Praktis
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi siswa, dapat meningkatkan kreativitas dalam menyelesaikan soal-soal jarak
pada bangun ruang.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika untuk merancang startegi
pembelajaran untuk meningkat kemampuan berfikir kreatif siswa dalam
menyelesaikan masalah pada materi jarak pada bangun ruang.
c. Sebagai bahan acuan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika di kelas.
d. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan referensi untuk penelitian mengenai
kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi jarak pada
bangun ruang ditinjau dari kemampuan matematika.

1.5. Definisi Istilah


Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian maupun perbedaan penafsiran dalam
pembahasan ini maka peneliti mengganggap perlu untuk memberikan penjelasan cera garis
besar pengertian dari judul yang dipilih yaitu Keativitas Siswa dalam Menyelesaikan

5
Masalah Matematika pada Materi Jarak pada Bangun Ruang kelas XII Ditinjau dari
Kemampuan Di SMAN 4 Praya.
1. Definisi Konseptual
a. Masalah adalah sebuah pertanyaan yang tidak mampu diselesaikan dengan prosedur
rutin melainkan menggunakan berbagai, keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki untuk menyelesaikan.
b. Kreativitas adalah produk dari proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika pada materi jarak pada bangun ruang ditinjau dari tiga aspek
yaitu: kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility), dan kebaruan (novelty).
c. Kefasihan (fluency) mengacupada banyaknya ide-ide atau gagasan yang dibuat
dalam merespon sebuah perintah (soal), sehingga siswa menyelesaikan
masalah dengan lancar dan benar.
d. Keluwesan (flexibility) mengacu pada kemampuan untuk mengemukakan beragam
pemecahan masalah. Sehingga siswa mampu menyelesaikan suatu
masalah dengan beberapa cara. Minimal dua cara oenyelesaian berbeda dan benar.
e. Kebaruan (novelty) Siswa memperifikasi beberapa metode penyelesaian dan
jawaban, kemudian membuat cara lainnya yang berbeda namun dengan jawaban
yang sama. Cara yang baru tersebut bisa saja merupakan cara kombinasi dari
pengetahuan yang didapat siswa sebelumnya.
f. Jarak pada bangun ruang ialah salah satu konsep dasar geometri tiga dimensi yang
membahas mengenai jarak antara titik ke titik, titik ke garis, maupun titik ke bidang
pada bangun ruang.
g. Kemampuan matematika adalah kemampuan individual siswa yang diukur
berdasarkan skor yang diperoleh dari hasil tes. yaitu kemampuan tinggi, sedang dan
rendah, yaitu: kelompok tinggi 75 skor tes 100, kelompok sedang 60 Skor
tes<75, dan kelompok rendah 0 Skor tes <60.
2. Definisi Operasional
a. Kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal jarak pada bangun ruang suatu aktivitas
dalam menganalisisi ataupun mendeksripsikan hasil pekerjaan siswa dalam
menyelesaikan soal jarak pada bangun ruang. Adapun indikator kreativitas dalam
penelitian ini adalah kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility) dan Kebaruan
(novelty).

6
b. Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi jarak pada bangun
ruang.
c. SMAN 4 Praya yang dimaksud disini adalah kelas XII di SMAN 4 Praya.

7
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Kajian Teori


1. Hakikat Matematika
Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, karena matematika erat kaitannya dengan cara berfikir
dalam menyelesaikan suatu masalah. Kata matematika berasal dari perkataan
Latin “mathematika” yang mulanya diambil dari perkataan Yunani
“mathematike” yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal
katanya “mathema” yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).
Kata “mathematike” berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama,
yaitu “mathein” atau “mathenein” yang artinya belajar (berpikir). Jadi,
berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan
yang didapat dengan berpikir atau bernalar (Rahmah, 2013:02).
Hudoyo (dalam Supardi, 2015:252) mengatakan bahwa matematika
berkenan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubungannya yang
diatur menurut aturan yang logis. Jadi matematika berkenan dengan konsep-
konsep abstrak yang dikembangan berdasarkan alasan-alasan yang logis.
Menurut James (dalam Hasratuddin, 2014:30-31) matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi
ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Matematika dikenal
sebagai ilmu dedukatif, karena setiap metode yang digunakan dalam mencari
kebenaran adalah dengan menggunakan metode deduktif, sedang dalam ilmu
alam menggunakan metode induktif atau eksperimen.
Dari definisi-definisi diatas adapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu tentang logika yang diperoleh dengan berfikir ataupun bernalar
yang terdiri dari konsep-konsep yang abstrak yang dikembangkan berdasarkan
alasan yang logis dan berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang
banyak dan terbagi menjadi tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mempunyai ciri pada

8
penentuan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi catatan
penataan pada keterampilan dalam penerapan metematika, yang dimulai dari
hal–hal yang konkrit ke hal–hal yang abstrak, dari hal–hal yang sulit dan dari
hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang kompleks.
2. Pengertian Kreativitas
Diungkapkan oleh (Popham, 1995) kreativitas dapat dipandang sebagai
produk dari berpikir kreatif, sedangkan aktivitas kreatif merupakan kegiatan
dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan
kreativitas siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui
keberhasilan siswa maupun proses pembelajaran, guru perlu mengadakan
penilaian (asessmen), termasuk penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa. Penilaian tersebut berguna untuk mendiagnosis kekuatan dan kelemahan
siswa, memonitor kemajuan siswa, memberikan nilai atau perinkat (grade)
siswa dan menentukan keefektifan pembelajaran. Dengen begitu diperlukannya
patokan atau kriteria tingkat berpikir kreatif yang valid.
Dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat (1), dinyatakan
bahwa salah satu tujuan Sistem Pendidikan Nasional adalah membentuk
manusia yang kreatif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu
dikembangkan kreativitas siswa. Salah satu alat untuk mengembangkan
kreatvitas tersebut adalah matematika dan pembelajarannya.Matematika
merupakan pelajaran yang sejak dini diberikan agar dapat
mengembangkan kreativitas dan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan oleh Dreyfus, Eisenberg dan Ginsburg dalam
Mann (2006) bahwa inti dari matematika berpikir kreatif, bukan
hanya sekedar menghasilkan jawaban yang benar.
“Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih
dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang
menakjubkan, dan membandingkan ide-ide yang tak terduga”. (Eline B.
Johson, (2007). Sedangkan Kreativitas adalah tingkat seseorang untuk
menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya
baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Selain itu, kreativitas juga
mencerminkan pemikir yang divergen yaitu tingkat yang dapat memberikan
9
bermacam-macam alternatif jawaban. Kreativitas dapat digunakan untuk
memprediksi keberhasilan belajar. Namun sebenarnya setiap orang adalah
kreatif. Untuk mendapatkan orang yang demikian perlu adanya latihan dan
bimbingan dari orang tua ataupun guru. Kreativitas merupakan salah satu aspek
yang sangat penting untuk dikembangkan sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Munandar, bahwa:
Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas
hidupnya. Dalam era pembangunan ini tidak dapat dipungkiri bahwa
kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara bergantung pada
sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, dan teknologi baru dari anggota
masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif
dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen
pengetahuan baru dan pencari kerja, tapi mampu menciptakan perkerjaan
baru (wiraswasta).
Kreativitas kerapkali dikaitkan dengan pemecahan dan pengajuan
masalah. namun, pada penelitian kali ini penulis hanya mengaitkan dengan
pemecahan masalah bukan pengajuan masalah. menurut Chamberlin dan Moon
(dalam Sriraman, 2011), kreativitas dalam konteks matematika adalah
kemampuan luar biasa untuk menghasilkan solusi baru dan berguna untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan real dengan menggunakan pemodelan
matematika.
Dari definisi – definisi dari para ahli yang telah diaparkan di atas. Dapat
disimpulkan jika keativitas memiliki berbagai macam pengertian. Yang pada
hakikatnya kreativitas adalah proses berfikir yang dapat mencipatakan ide-ide,
produk ataupun gagasan apa saja yang pada dasarnya baru. Mampu
menciptakan sebuah solusi baru yang berguna untuk memecahkan msalah
dalam kehidupan nyata. Kretivitas dapat mencerminkan pemikir divergen yang
dapat memberikan bermacam-macam alternatif jawaban. Kreativitas pada
dasarnya dapat dikembangkan oleh guru maupun orang tua peserta didik.
Dengan adanya penilaian terhadap kreativitas guru dapat mendiagnosis
kelemahan maupun kekuatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari
pemikiran yang sederhana itu, penulis melakukan semua aktivitas yang
bertujuan untuk memacu atau menggali kreativitas. Kreativitas perlu
dikembangkan sejak usia dini. Kreativitas saat ini menjadi hal yang penting
10
dikarenakan dengan kreativitas seseorang dapat meningkatkan kualitas
hidupnya dan dapat meciptakan lapangan pekerjaan baru.
3. Konsep Kreativitas
Konsep kreativitas dapat dijelaskan dan dikembangkan melalui strategi 4P,
yaitu sebagai Produk, Proses, Pribadi, dan Pendorong, berikut ini
penjelasannya (Utami Munandar, 2009).
a. Ditinjau dari Produknya, kreativitas diartikan sebagai tingkat untuk
menciptakan atau mengahasilkan produk-produk baru. Pengertian “baru”
di sini tidak perlu berarti benar-benar baru namun dapat berarti kombinasi
atau gabungan dari beberapa hal yang sebelumnya sudah ada. Dalam hal
ini, data, informasi, serta bahan-bahan pengalaman yang kaya sangat
dibutuhkan dalam menciptakan produk baru itu.
b. Ditinjau dari Prosesnya, kreativitas dapat dilihat sebagai kegiatan bersibuk
diri yang berdaya guna. Individu bermain dengan gagasan-gagasannya
tanpa perlu menekankan pada apa yang dihasilkan pada proses tersebut,
namun lebih menghargai keasyikan individual yang timbul dari
keterlibatannya dalam kegiatan yang penuh tantangan. Khususnya pada
anak-anak, penekanan yang penting justru pada prosesnya dan tidak perlu
menekankan pada produknya. Rasa ingin tahu, berani bereksperimen, tidak
takut gagal, dan sebagainya, merupakan sikap yang kelak akan
menghasilkan pribadi yang kreatif dan mampu melakukan terobosan baru
untuk diri sendiri maupun lingkungannya.
c. Ditinjau dari segi Pribadi, kreativitas dapat diartikan sebagai adanya ciri-
ciri sifat kreatif pada pribadi tertentu. Ciri-ciri tersebut terdiri dari perilaku
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Dari segi ini, orangtua dan pendidik
harus yakin bahwa setiap anak pada dasarnya memiliki potensi kreatif,
hanya bidang dan derajatnya saja yang berbeda. Namun, justru perbedaan
inilah yang menunjukkan keunikan pada tiap-tiap individu. Keunikan ini
harus senantiasa dihargai pada setiap anak sehingga mereka tidak selalu
dituntut akan hal-hal yang sama dengan anak lainnya.
d. Dilihat dari segi Pendorong, kreativitas dapat diartikan sebagai pendorong
baik berupa internal maupun eksternal. Internal diartikan bahwa tenaga
pendorong baik berupa pendorong berasal dari diri sendiri hasrat dan
motivasi yang kuat pada individu. Sedangkan eksternal berarti pendorong
11
tersebut berasal dari luar individu seperti pengalaman-pengalaman, sikap
orangtua yang menghargai kreativitas anak, tersedianya sarana dan
prasarana yang menunjang sikap kreatif dan sebagainya. Untuk itu, bila
orangtua dan pendidik sudah benar-benar mengenal potensi pribadi anak,
maka akan ada penghargaan atas keunikan kreativitas anak yang
selanjutnya akan ditunjang dengan dorongan eksternal serta internal dan di
lain pihak anak dengan sendirinya akan menyibukkan diri dalam aktivitas
yang kreatif.
4. Indikator Kreativitas
Kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (novelty)
merupakan 3 aspek penting dalam kreativitas (Silver, 1997; Guilford (dalam
Sriraman, 2011); Torrance (dalam In Woo, 2007)). Aspek kefasihan mengacu
pada kebenaran dan keberagaman jawaban yang diberikan siswa. Aspek
fleksibilitas mengacu pada cara-cara berbeda yang diberikan oleh siswa dalam
memecahkan masalah, sedangkan aspek kebaruan mengacu pada jawaban yang
diberikan tidak biasa untuk tingkat pengetahuan siswa pada umumnya atau juga
bisa mengacu pada cara baru yang ditampilkan siswa. Cara yang baru tersebut
bisa saja merupakan cara kombinasi dari pengetahuan yang didapat siswa
sebelumnya. Kreativitas yang menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri
perlu dipupuk untuk melatih anak berpikir luwes (flexibility), lancar (fluency),
asli (originality), menguraikan (elaboration) dan dirumuskan kembali
(redefinition) yang merupakan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh
Guilford (dalam Munandar, 2009).
Silver (1997;76) menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir
kreatif sering digunakan “The Torrance Tests of Creative Thinking” (TTCT)”.
Tiga komponen kunci yang dinilai dalam berpikir kreatif menggunakan TTCT
adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan kebaruan (novelty).
Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespons
sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan pendekatan ketika
merespons perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam
merespon perintah.
Semiawan (1997) menjelaskan secara kognitif kreativitas adalah
pegembangan fungsi-fungsi divergen meliputi kefasihan (fluency), keluwesan

12
(flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dalam
berpikir.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka ketiga komponen kefasihan
(fluency), fleksibilitas (flexibility) dan kebaruan (novelty) merupakan
komponen kreativitas yang digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini.
Keterkaitan yang erat antar semua indicator mengakibatkan seorang siswa
dikatakan kreatif jika siswa tersebut mampu menampilkan ketiga indikator
tersebut.
1. Kefasihan (Fluency)
Kefasihan berhubungan dengan kemampuan untuk menghasilkan ide
sehingga kefasihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
kreativitas. Kefasihan (Fluency) mengacu pada bermacam-macam jawaban
yang dapat dibuat siswa atas masalah matematika yang diberikan dengan
benar.
2. Fleksibilitas (Flexibility)
Fleksibilitas berhubungan dengan berpikir divergen, karena dalam
berpikir divergen itu menuntut berpikir dari segala arah. Fleksibilitas
(Flexibility) mengacu pada kemampuan siswa dalam memberikan jawaban
dengan mengubah cara penyelesaian dari satu cara ke cara yang lain dalam
merespon perintah, dengan menyajikan suatu konsep penyelesaian dengan
cara yang berbeda-beda.
3. Kebaruan (Novelty)
Kebaruan merupakan salah satu indikator yang penting dalam
kreativitas, sebab banyak sekali teori yang memandang bahwa kreativitas
itu dengan sesuatu yang baru. Tingkat untuk mencetuskan gagasan asli atau
membuat cara baru yang berbeda (unik) dalam menyelesaikan masalah.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Yuli & Siswono (2011)
menunjukkan tingkat berfikir kreatif siswa di kelas matematika memiliki
perbedaan, lima level berpikir kreatif yang berada pada level 0 hingga level 4
yang memiliki karakteristik berbeda. Sehingga pada peneilitian ini tingat
kreativitas siswa akan dikelompokkan menjadi 5 tingakata dari tingkat 0-4.
Dimana tingkatan tersebut sesuai dengan pendapat Siswono (2007) ia telah
mengembangkan penjenjangan matematika yang terdiri dari 5 tingkat, yaitu
itngkat 4 (sangat kreatif), tingkat 3 (kreatif), tingkat 2 (cukup kreatif), tingkat 1
13
(kurang kreatif) dan tingkat 0 (tidak kreatif). Tingkat tersebut didasarkan pada
kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan dan mengajukan
masaah matematika.
5. Pengertian Kemampuan
Bloom (dalam Widodo, 2006) menjelaskan bahwa terdapat 4 macam
pengetahuan, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Pengetahuan faktual merupakan
pengetahuan yang berisi unsur-unsur dasar dalam suatu ilmu. Pengetahuan
konseptual merupakan pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan
unsur-unsur dasar dengan struktur yang lebih besar. Pengetahuan prosedural
adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (algoritma).
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum
dan pengetahuan tentang diri sendiri, misalkan pengetahuan seseorang tentang
strategi umum dalam berpikir dan memecahkan masalah. Keempat pengetahuan
tersebut juga berlaku dalam disiplin ilmu matematika, sehingga kemampuan
matematika seseorang dapat diukur dengan pengetahuan- pengetahuan tersebut.
Kemampuan matematika ini berkaitan erat dengan kreativitas siswa
dalam memecahkan masalah matematika. Menurut Ervynk (dalam Baer, 2006)
kreativitas matematika diikuti dengan pengetahuan siswa sebelumnya tentang
matematika. Tidak mungkin seorang siswa bisa berkreasi jika ia belum pernah
mendapat pengetahuan itu sebelumnya sama sekali. Dikemukakan juga oleh
Zhong et.al (dalam Sriraman, 2011) bahwa kemampuan matematikalah yang
mendasari pemikiran yang baru dan kreasi dalam matematika.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anwar, Shamim-ur-Rasool, &
Haq (2012) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang
berprestasi tinggi dan yang berprestasi rendah dalam hal kemampuan berpikir
kreatif, siswa yang berasal dari perkotaan lebih baik dalam kemampuan berpikir
kreatif dari pada siswa yang berasal dari daerah. Penelitian dari Al-Zu’bii,
Omar-Fauzee, & Kaur (2017) mengemukakan hubungan antara pemikiran
kreatif dan motivasi untuk belajar berpikir kreatif di antara siswa di Yordania,
terdapat korelasi positif yang signifikan secara statistik di antara pemikiran
kreatif dan motivasi untuk belajar berpikir kreatif.
Dari definisi diatas mengenai kemampuan. Dapat disimpulkan
kemampuan matematika sangat erat kaitannya dengan kreativitas. Kreativitas
14
matematika siswa diikuti oleh pengetahuan sebeleumnya tentang matematika.
Seseorang tidak dapat berkreasi jika tidak memiliki pengetahuan sebelumnya.
Terdapat perbedaan kreativitas siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi
rendah. Oleh karena itu, penelitian ini mengukur kreativitas siswa ditinjau dari
kemampuan mereka.

2.2.Materi Jarak Pada Bangun Ruang


1. Menentukan Jarak Titik ke Titik
Jarak titik A ke titik B digambarkan dengan cara menghubungkan titik A dan

titik B dengan ruass garis AB.

Contoh soal :
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 5 cm. titik P pertengahan

rusuk CG.

- Hitunglah jarak titik A ke titik D


Jarak titik A ke titik D
= panjang rusuk AD
= 5 cm
- Hitunglah jarak titik A ke C
Jarak titik A ke C
= panjang diagonal AC
𝐴𝐶 = √𝐴𝐵2 + 𝐵𝐶 2
= √52 + 52
= √25 + 25
= √50

15
= 5√2 𝑐𝑚
- Hitunglah jarak titik C ke titik E
= panjang diagonal ruang CE
𝐶𝐸 = √𝐴𝐶 2 + 𝐴𝐸2

= √5√2 + 52
= √50 + 25
= √75
= 5√3 𝑐𝑚
- Hitunglah jarak titik A ke titik P
𝐴𝑃 = √𝐴𝐶 2 + 𝑃𝐶 2
2 5 2
= √(5√2) + (2)

25
= √50 + 4

200+25
=√
4

225
=√ 4

15
= 𝑐𝑚
2

2. Menentukan jarak titik pada garis


Apabila titik P dan garis g termuat dalam bidang yang sama. Jarak titik P pada

g dapat kita namakan sebagai PQ

Contoh soal :
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang
rusuk 5 cm.
- Hitunglah jarak titik P ke garis BF.
Dimana jarak titik P ke garis BF

16
= panjang ruas gari PQ
= BC
= 5 cm
- Hitung jarak titik P ke garis BD
Perhatikan ∆𝑃𝑅𝐶
𝑃𝑅 = √𝑅𝐶 2 + 𝑃𝐶 2

5 2 5 2
= √(2 √2) + (2)

25 25
=√2 + 4

50+25
=√ 4

75
=√
4

5
= √3
2

3. Menentukan jarak titik pada bidang


Jarak titik ke bidang ialah jarak suatu titik ke bidang.
Contoh soal :
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. hitunglah jarak
titik B ke bidang AFC.
Penyelesaian :
Perhatikan kubus disamping. BK merupakan jarak
dari B ke bidang AFC

- Perhatikan ∆𝑃𝑅𝐶
𝐹𝐵 = 6 𝑐𝑚
1
𝐹𝐵 = 2 𝐷𝐵
1
= 2 . 6√2 𝑐𝑚

= 3√2 𝑐𝑚
𝐹𝐵 = √𝐵𝐿2 + 𝐵𝐹 2

2
= √(3√2) + 62

17
= √16 + 36
= √54
= 3√6
𝐹𝐵 6 1
𝑆𝑖𝑛 ∝ = =3 = 3 √6
𝐹𝐿 √ 6
𝐵𝐾
𝑆𝑖𝑛 ∝ = 𝐵𝐿
1
𝐵𝐾 = 𝐵𝐿 sin ∝ = 3√2. (3 √6)

= √12
= 2√3
Jadi jarak titik B ke bidang AFC adalah = 2√3

2.3.Penelitian Relavan
1. Penenlitian yang dilakuakan oleh M.Laduni dengan judul “Kretaivitas Siswa
SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Terbuka Ditinjau dari
Kemampuan Matematika” pad penelitian tersebut berdasarkan nilai dan hasil
wawancara. Berdasarkan hasil data tertulis dan data wawancara
menyimpulkan bahwa kreativitas siswa berkemampuan matematika rendah
dalam menyelesaikan masalahmatematika terbuka hanya dapat memenuhi
indikator kefasihan. Berdasarkan hasil data tertulis dan data wawancara
menyimpulkan bahwa tingkat kreativitas siswa berkemampuan matematika
sedang dalam menyelesaikan masalah matematika terbuka subjek dapat
memenuhi indikator kefasihan dan keluwesan. Sedangkan Berdasarkan hasil
data tertulis dan data wawancara menyimpulkan bahwa kreativitas siswa yang
berkemampuan matematika tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika
terbuka dapat memenuhi indikator kereativitas kefasihan, keluwesan dan
kebaruan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Muflikhah (2017) yang berjudul
“Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Kelas VIII dalam
Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking”. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
menyelesaikan soal higher order thinking dengan kategori siswa
berkemampuan matematika tinggi dapat mencapai empat aspek
kemampuan berpikir kreatif yaitu kelancaran ditunjukkan oleh

18
kemampuan menemukan solusi masalah. Keluwesan ditunjukkan oleh
kemampuan mengidentifikasi dua kemungkinan penyelesaian masalah
dengan sudut pandang yang berbeda. Keaslian ditunjukkan oleh
kemampuan mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya, dan elaborasi
ditunjukkan oleh kemampuan menciptakan suatu hal menjadi bentuk baru
yang koheren.
3. Peneliti yang dilakukan oleh Lisda Ramadhani, Azra Fauzi dan Widia (2020)
yang berjudul Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pemecahan
Masalah Geometri Ruang. Hasil penelitian ini melibatkan siswa 1 dan siswa 2
yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang berbeda. S-1 dan S-2
memiliki kriteria dan kategori kemampuan berpiki kreatif yang yang berbeda
pada soal yang dikerjakan. S-1 berada pada kriteria baik untuk soal nomor 1,
sedangkan pada soal nomor 2 berada pada kriteria cukup baik. S-2 berada pada
kriteria baik pada soal nomor 1 sedangkan pada soal nomor 2 berada pada
kriteria cukup baik. Hal ini menunjukan adanya kesaan keruteria yang
diperoleh S-1 dan S-2 pada saat mengerjakan soal nomor 2. Kemampuan
berpikir S-1 dan S-2 meningkat pada soal nomor 1 sedangkan menurun pada
soal nomor 2, dengan masing-masing memproleh persentase yang berbeda dan
kategori yang berbeda. Yaitu S-1 berkategori baik, dan S-2 berkategori cukup
baik.

19
2.4. Kerangka Pemikiran

Tujuan Pembelajaran

logis analisis kritis sistematis


kreatif

Tingkat Tingkatan

Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat


Flekasibel Fasih Kebaruan 0 1 2 3 4

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Tujuan pembelajaran matematika pada semua jenjang dari SD sampai perguruan


tinggi mengarah pada pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehiduan sh=ehari – hari.
Namun, penulis pada penelitian ini memfokuskan pada kreativitas, kriteria kreativitas
didasarkan pada tiga indikaator yaitu aspek kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

Menurut Endang Krisnawatii aspek kefasihan mengacu pada kebenaran dan


keberagaman jawaban yang diberikan siswa, aspek fleksibilitas mengacu pada cara-cara
berbeda yang diberikan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah, sedangkan aspek kebaruan
mengacu pada jawaban yang diberikan tidak biasa untuk tingkat pengetahuan siswa pada
umumnya atau juga bisa mengacu pada cara baru yang ditampilkan siswa. Cara baru tersebut

20
bisa saja merupakan cara kombinasi dari pengetahuan yang didapat dari siswa sebelumnya.
Indicator hubungan komponen kreativitas dengan pemecahan maslah akan disajikan pada table
2.3

Table2.1 indicator kreativitas dan pemecahan masalah

Indikator kreativitas Pemecahan Masalah


Kefasihan Kefasihan berhubungan dengan kemampuan untuk menghasilkan
ide-ide atau gagasan yang dibuta dalam merespon sebuah perintah
)soal), sehingga siswa menyelesaikan masalah dengan lancer dan
benar.
Fleksibilitas Fleksibilitas (Flexibility) mengacu pada kemampuan siswa dalam
memberikan jawaban dengan mengubah cara penyelesaian dari
satu cara ke cara yang lain dalam merespon perintah, dengan
menyajikan suatu konsep penyelesaian dengan cara yang berbeda-
beda.
kebaruan Kebaruan (Novelty) mengacu pada kemampuan siswa menjawab
masalah dengan merancang teknik/cara baru dan berlainan atau “
tidak biasa” namun dengan jawaban yang sama, digunakan siswa
pada tingkat pengetahuannya.
Tingkatan penjenjangan kreativitas akan disajikan pada table 2.2 dibawh ini

Tingkat Karakteristik
Tingkat 4 siswa mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dalam
(sangat kretaif) menyelesaikan masalah
Tingkat 3 Siswa mampu menunjukkan kefasihan (kelancaran), dan fleksibelitas
(kreatif) (keluwesan) dalam memecahkan suatu masalah
Tingkat 2 Siswa mampu menunjukkan fleksibelitas (keluwesan) dalam
(cukup kreatif) memecahkan suatu masalah
Tingkat 3 Siswa hanya mampu menunjukkan kefasihan (kelancaran) dalam
(kurang kreatif) memecahkan suatu masalah
Tingkat 0 Siswa tidak mampu menunjukkan 3 aspek indikator kreativitas dalam
(tidak kreatif) menyelesaikan suatu masalah

21
Anak didik pada tingkat 4 mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari
satu alternatif jawaban atau mampu memunculkan beberapa cara baru untuk menemukan
jawaban dengan fasih dan fleksibel. Jika anak didik hanya mampu mendapatkan satu jawaban
yang baru tetapi dapat menyelesaikan dengan berbagai cara (fleksibel), maka masih dapat
dikategorikan pada tingkatan 4.

Anak didik pada tingkat 3 mampu untuk menemukan suatu jawaban baru dengan
fasih, tetapi tidak mampu memunculkan lebih dari satu alternatif jawaban atau tidak mampu
memunculkan beberapa cara baru. Jika anak didik dapat menyusun cara yang berbeda
(fleksibel) untuk mendapatkan jawaban yang beragam, meskipun jawaban tersebut tidak baru,
maka masih dapat dikategorikan pada tingkatan 3.

Anak didik pada tingkat 2 mampu membuat suatu jawaban berbeda (baru) meskipun
tidak fleksibel maupun fasih. Jika anak didik mampu menyusun berbagai cara penyelesaian
yang berbeda meskipun tidak fasih dalam menjawab dan jawaban yang dihasilkan tidak baru,
maka masih dapat dikategorikan pada tingkatan 2.

Anak didik pada tingkat 1 fasih dalam menyelesaikan masalah yang beragam, tetapi
tidak mampu membuat jawaban yang berbeda (baru), dan tidak dapat menyelesaikan dengan
cara yang berbeda. Anak didik pada tingkat 0 tidak mampu membuat alternatif jawaban
maupun cara penyelesaian yang berbeda dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Kesalahan
penyelesaian suatu masalah disebabkan karena konsep yang terkait dengan masalah, tidak
dipahami atau diingat dengan benar.

Pada penelitian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi mengenai tingkat


kreativitas siswa di SMAN 4 Praya yang ditinjau dari kemampuan matematika.

22
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Pendekatan dan Jenis Penelitian


Dalam proses penelitian, peneliti harus menggunakan pendekatan
penelitian yang sesuai. Hal ini dikarenakan agar peneliti memperoleh gambaran
yang tepat dan jelas mengenai masalah yang dihadapi serta langkah – langkah
yang digunakan dalam mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini merupakan
penelitian dengan pendekatan kualitatif dikarenakan data dari penelitian ini
berupa deskripsi mengenai kreativitas siswa dalam memecahkan masalah
matematika materi jarak pada bangun ruang ditinjau dari kemampuan
matematika.sealin itu, proses riset dari penelitian ini berawal dari suatu gejala
yang telah diobservasi. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang yang diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengungkap gejala secara holistik-konstektual (secara
menyeluruh dan sesuai dengan konteks atau apa adanya) melalui pengumpulan
data dari latar alami sebagai sumber langsung dengan instrumen kunci peneliti
itu sendiri. David Williams menuliskan bahwa penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode
alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitia
untuk mengungkpan gejala secara menyeluruh denan mempertimbangkan
segala aspek yang mungkin memperngaruhi tingkah laku manusia atau suatu
kejadian yang menghasilkan data deskripsi dan bergantung dari pengamatan,
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Dikarenakan penellitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi
atau hal – hal yang sudah disebutkan yang hasilnya di paparkan dalam bentuk
laporan penelitian. Dalam penelitian ini penulis ingin mendesfkripsikan
kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi jarak
pada bangun ruang.

23
3.2. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMAN 4 Praya yang
beralamat di Jalan Tuang Guru Lopan, Prapen, Praya, Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat. Dalam peneliti ini yang menjadi calon subjek adalah siswa
SMA kelas XII. Dalam memilih subjek penelitian dilakukan tes kemampuan
matematika, kemudian dari hasil tes tersebut siswa akan dikateogrikan menjadi
siswa berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Selanjutnya dari masing-
masing kategori tersebut dipilih minimal 3 siswa dari masing – masing kategori
untuk dijadikan subjek penelitian. Subjek yang akan dipilih sebanyak 6 siswa
yang akan mewakili dari masing – masing kategori, dengan kriteria.
a. Siswa bersedia untuk dijadikan subyek
b. Dikategorikan berdasarkan nilai pretes yang diperoleh
c. Bisa berkomunikasi dengan lisan dan tulisan
d. Atas pertimbangan guru matemtika dan guru BK, karena dapat
mengetahui sikap dan perilaku sehari–hari dan kemampuan
matematika selama proses pembelajaran di kelas.

3.3. Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam mengambil data adalah instrumen
berupa tes kemampuan menyelesaiakan soal matematika jarak pada bangun
ruang berupa tes uraian dan pedoman wawancara.
1. Lembar Soal tes
Tes yang digunakan adalah tes mengenai kemampuan berfikir kreatif
siswa yang meliputi tiga indicator yaitu kemampuan kefasihan (fluency)
keluwesan (flexibility) dan kebaruan (Novelty). Adapun soal untuk
penelitian ini diambil dari soal yang telah melalui tahap validasi oleh para
ahli. Di sini peneliti mengambil soal Ujian Nasioanal tahun 2021/2022.
Banyaknya soal yang akan diberikan adalah 10 soal berbentuk uraian. Soal
yang akan diujikan pada subyek peneliti merupakan masalah matematika
pada materi jarak pada bangun ruang. Sebelum soal diberikan, terlebih
dahulu soal melewati tahap pesetujuan oleh dosen pembimbing, kemudian
divalidasi oleh tim ahli ahli dan keterbacaaan oleh guru dan siswa. Soal
mengenai tugas menyelsaikan maslah matematika jarak pada bangun ruang
tersebut disusun berdasarkan kisi – kisi soal yang sesuai dengan standar

24
kompetensi dan kompetensi dasar kelas XII. Ciri – ciri dari menyelesaikan
masalah matematika jarak pada bangun ruang ialah: memiliki satu jawaban
yang benar dan memiliki banyak cara penyelesaian.
Namun sebelum diberikan soal untuk mengukur kreativitas siswa. Akan
dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan siswa yang kemudian
akan dijadikan sampel untuk mengikuti tes mengenai kreativitas. Soal
pretes berbentuk essay dengan jumlah 10 soal. pada soal pretes jenis soal
yang akan diujikan mengenai soal bangun ruang dasar.
2. Lembar Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan instrument non tes yang berupa
serangkaian pertanyaan yang dipakaai sebagai acuan untuk mendapatkan
data tau informasi tertentu tentang keadaan responden dengan cara tanya-
jawab (Lestari dan Yudhanegara, 2017:172). Wawancara dalam penelitian
ini dilakukan untuk memverifikasi dan mengkaji lebih dalam mengenai
hasil tes kemampuan berfikir kreatif pada subjek. Wawancara yang
dilakukan terkait alasan siswa dalam memilih strategi penyelesaian dalam
menyelesaikan soal tersebut.

3.4. Proses Pemngumpulan Data


Peneliti sendiri sebagai instrumen utama dalam penelitian ini.
kedudukan peneliti sebagai instrument utama mencangkup peran sebagai
perencana dalam penelitian, peneliti sendiri yang memilih subyek,
mengumpulkan data, menganalisisi data, menafsir data kemudian
melaporkan hasil penelitian sebagai simpulan akhir dari keseluruhan proses
penelitian. Sebagai pengamat peneliti mengamati bagaimana kreativitas
siswa pada saat mengerjakan soal yang diberikan. Kemudian peneliti
melakukan wawancara, mengumpulkan data, menganalisisi data serta
Menyusun laporan hadir penelitian.
Sumber data ialah subyek dari mana data diperoleh. Sumber data pada
penelitian ini adalalah siswa kelas XII di SMAN 4 Praya. Sumber data yang
diperoleh dari siswa adalah hasil tes, observasi dan wawancara.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Teknik tes, observasi dan wawancara. Data yang diperoleh berupa hasil

25
pekerjaan siswa akan dikladifikasikan ke dalam jawaban benar dan salah
sesuai dengan pedoman instrumen soal dan penskorannya.
a. Observasi
Metode Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis
dan mengadakan pencacatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung. Teknik observasi pada penelitian ini memberikan data berupa
tingkah laku siswa atau keadaan siswa ketika proses pembelajaran
matematika di kelas.
b. Tes
Pengumpulan data melalui teknik tes dilakukan dengan
memberikan instrumen tes yang terdiri dari seperangkat
pertanyaan/soal untuk memperoleh data mengenai kemampuan siswa
terutama pada aspek kognitif (Lestari dan Yudhanegara, 2017:232).
Akan dilakukan pretest pada penelitian ini. Tujuan dari
dibuatnya tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan matematika
siswa. Dari skor yang didapatkan akan diurutkan dari yang tertinggi
sampai yang terendah. Kemudian skor yang didapatkan akan diurutkan
berdasarkan kelompok. Yaitu skor kelompok kemampuan matematika
tinggi, sedang dan rendah. Teknik tes pada penelitian ini merupakan
cara pengumpulan data dengan cara memberikan serangkaian tugas
berupa tes tertulis berbentuk essay. Pada pretest ini berisikan tes
mengenai bangun ruang dasar. Kemudian siswa akan dikelompokkan
berdasarkan tingkat kemampuannya. Dari siswa tersebut akan dipilih 1
siswa yang mewakili dari masing-masing tingkat kemampuannya,
selain itu dari ketiga siswa tersebut akan dijadikan subyek untuk
dilakukannya tes lanjutan mengenai kreativitas. Dimana tes lanjutan ini
berisikan soal materi jarak pada bangun ruang. Namun sebelum itu,
siswa yang akan menjadi subyek ialah siswa yang bersedia dijadikan
subyek, bisa berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan atas
pertimbangan guru matematika dan guru BK. Pada tahap pelaksanaan
tes ini siswa diberikan waktu untuk mengerjakan soal tanpa membuka
buku.

26
c. Wawancara
Wahyudin (dalam Lestari dan Yudhanegara, 2017:238)
pengumpulan data melalui wawancara dilakukan dengan memberikan
serangkaian pertanyaan yang diajukan secara langsung oleh peneliti
kepada responden. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk
mendapatkan infromasi lebih mendalam bagaimana kreativitas siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika. Metode wawancara yang
digunakan adalah wawancara tak terstruktur, sebab dilakukan pada
keaddaan peneliti atau pewawancara ingin menanyakan kreativitas
penyelesaiaan masalah matematika secara lebih mendalam lagi pada
subjek dan pertanyaan tidak harus sama untuk setiap subyek. Pemilihan
siswa tersebut berdasarkan dengan perolehan nilai dari tes yang telah
diberikan dan juga berdasarkan pertimbangan guru yaitu siswa yang
memiliki kemampuan komunikasi dan kerja sama yang baik.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses mengumpulkan dokumen dan data –
data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah
secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan
dan pembuktian suatu kejadian. Pada penelitian ini agar tidak ada
informasi yang terlewatkan dan data yang diperoleg dijamin
keabsahannya, maka wawancara tersebut didokumentasi dengan cara
direkam ataupun rekam video.

3.5.Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini jenis yang digunakan dalah jenis penelitian kualitatid
sehingga data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
analisis data kualitatif.
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke
dalam suatu pola kategori satuan dasar. Dalam penelitian ini. proses analisis data
amenggunakan model Milles dan Huberman. Tahapan analisisi data menggunakan
model ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan
kesimpulan.
Penjelesan mengenai langkah – langkah dalam analisisi data ialah sebagai
berikut:

27
1. Mereduksi data
Reduksi data adalah kegiatan dalam proses pemilihan, menyeleksi,
memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi, dan transformasi data mentah
dilapangan.
2. Penyajian data
Penyajian data langkah selanjutnya setelah mereduksi data. Penyajian data
merupakan kegiatan menuliskan data yang telah terkumpul menjadi terorganisir
sehingga memudahkan dalam memahami data yang telah diperoleh dan menarik
kesimpulan dari data yang diperoleh tersebut. Dengan penyajian data maka
memberikan kemudahan pada peniliti untuk mengidentifikasi data tersebut
dengan mengacu pada indikator – indikator yang telah ditetapkan, sehingga
memudahkan untuk menarik kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikana kesimpulan dilakukan setelah penyajian data dibahas secara jelas
berdasarkan indicator yang telah ditetapkan. Penarikan kesimpulan dari data
tersebut menegnai keterpenuhan aspek – aspek kreativitas dalam menyelesaiakn
masalah yang telah dibuat oleh subjek penelitian.

3.6.Pengujian Keabsahan Data


Keabsahan data ialah konsep penting dalam penelitian kualitatif. Dengan
pengujian ini data peneliti akan lebih yakin bahwa data yang diperoleh benar-benar
valid. Uji keabsahan pada penelitian kualitatif menggunakan Teknik tringulasi.
Tringulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2016:372). Tringulasi pada penelitian ini yiatu
dilakukan dengan cara membandingkan hasil tes dan hasil wawancara yang telah
dikerjaakan oleh subjek untuk mengecek keabsahan data.

28
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Jabar, A. (n.d.). "Pengaruh Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas. Jurnal
Pendidikan Matematika, 2.

Jagom, Y. O. (2015, Desember). Kreativitas Siswa SMP dalam Mnyelesaikan Masalah


Geomteri Berdasarkan Gaya Belajar Visual-Spatial dan Auditory-Sequential. Jurnal
Pendidikan Matematika, 1.

Johson, E. B. (2007). Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan. Bandung.

Krisnawati, E. (n.d.). Kreativitas Siswa Dalam MEmecahkan Masalah Matematika Divergen


Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika.

Laduni, M. (2017, April). "Kreativitas Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika


Terbuka DItinjau dari Kemampuan Matematika. Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, 6.

Munandar, U. (1999). Kreativitas Anak Berbakat Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan
bakat . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utami.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Nireka.

Mutiah, D. (2010). "Psikologi Bermain Anak Usia Dini". jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.

Ramdhani, L., Fauzi, A., & Widia. (2020, oktober). Analisis Kemampuan Berfikir Kreatif
SIswa Dalam Pemecahan Masalah Geometri Ruang. Ilmiah Mandala Education, 6.

Rino Richardo, M. D. (2014). Jurnla Elektronik Pambelejaran Matemtaika. 2, 141.

Rino, D. (2014). Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2, 143.

Salim, & Syahrun. (2007). Metodologi Penenlitian Kualitatif. Bandung: Ciptapustaka.

SIlver, E. A. (1997). Fostering creativity through instruction rich in mathematical problem


solving and problem posting.

Sugiyono. (2015). "Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R%D". Bandung:
Alfabeta.

29
Ulfa, Y. L., Roza, Y., & Maimunah. (2022, September). Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA pada Materi Jarak Pada Bangun Ruang. Jurnal Pendidikan
matematika, 11.

30

Anda mungkin juga menyukai