Anda di halaman 1dari 39

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO

STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 2
SDN 1 ABANG TAHUN AJARAN
2023/2024

OLEH
I KOMANG AGUS ANDIKA PUTRA
NPM 204036

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
AGAMA HINDU AMLAPURA
2024
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO
STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 2
SDN 1 ABANG TAHUN AJARAN
2023/2024

OLEH
I KOMANG AGUS ANDIKA PUTRA
NPM 204036

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
AGAMA HINDU AMLAPURA
2024

i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Nama : I Komang Agus Andika Putra


NIM : 204036
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Perguruan Tinggi : STKIP Agama Hindu Amlapura
Judul Proposal : Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2
SDN 1 Abang Tahun Ajaran 2023/2024

Telah Disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

I Gusti Ayu Adi Rahayuni, S.Pd., M.Pd. Ni Kadek Depi Dumaini, S.Pd., M.Pd.
NIDN. 0812129002 NIDN. 0822059602

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya-Nya, sehingga proposal skripsi yang
berjudul Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2 SDN 1 Abang Tahun Ajaran
2023/2024 dapat diselesaikan. Proposal skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar di STKIP Agama Hindu Amlapura. Dipilihnya judul proposal skripsi ini dengan
maksud untuk mengetahui strategi pembelajaran seperti apa yang diterapkan oleh guru
dalam pelajaran Matematika dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Penyusunan proposal skripsi ini sungguh merupakan tugas yang sangat berat,
tetapi atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya proposal skripsi ini terselesaikan sesuai
dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Untuk itu, dalam kesempatan ini diucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bapak Drs. I Wayan Dwija, M.Pd., selaku Ketua STKIP Agama Hindu
Amlapura yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan proposal skripsi
ini;
2. Ibu Ni Ketut Erna Muliastrini, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan dan motivasi
dalam penulisan proposal skripsi ini;
3. Ibu I Gusti Ayu Adi Rahayuni, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah
berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas
kesulitan dalam penulisan proposal skripsi ini;
4. Ni Kadek Depi Dumaini, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan proposal
skripsi dan memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas
kesulitan dalam penyusunan proposal skripsi ini;
5. Ibu Ni Nyoman Widiantari, A.Md.Pust., Kepala Perpustakaan atas izin yang
diberikan dalam peminjaman berbagai sumber berupa pustaka; serta
6. Bapak dan Ibu dosen di kampus STKIP Agama Hindu Amlapura yang tidak
bias saya sebutkan satu persatu, atas segala arahan, motivasi dan bantuan lainnya

iii
guna memperlancar penyusunan proposal ini;
7. Bapak/Ibu guru di SDN 1 Abang Karangasem selaku informan yang telah
banyak memberikan informasi dalam penyusunan proposal ini;
8. rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan kritikan dan motivasi dalam
penyusunan proposal skripsi ini;
Disadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Pada
kesempatan yang baik ini dimohon kepada semua pihak untuk dapat memberikan
bantuan, serta koreksi yang konstruktif. Semoga amal baik yang telah diberikan
mendapat berkah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata,
semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan secara umum.

Amlapura, 3 Januari 2024

Penulis,

iv
DARFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING..............................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................4
1.3 Pembatasan Masalah..............................................................................4
1.4 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.5 Tujuan Penelitian...................................................................................5
1.6 Manfaat Penelitian.................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)..............7
2.2 Hasil Belajar Matematika.......................................................................12
2.3 Kajian yang Relevan..............................................................................17
2.4 Kerangka Berpikir..................................................................................17
2.5 Hipotesis Penelitan.................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian...........................................20
3.2 Variabel yang Diselidiki........................................................................22
3.3 Prosedur Penelitian................................................................................23
3.4 Rincian Prosedur Penelitian...................................................................23
3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data.....................................................26
3.6 Teknik Analisis Data..............................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintak Penerapan Pembelajaran Two Stay Two Stray...........................11


Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri 1 Abang...............21
Tabel 3.2 Kisi Kisi Materi Penjumlahan dan Pengurangan Kelas II.....................28
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Penilaian Tes Objektif.........................................28

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir..............................................................................19


Gambar 3.1 Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas.......................................23

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi
kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang
membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62)
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,
untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa
dengan siswa (Suyitno, 2004: 15). Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah
pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan
fleksibel sesuai dengan materi, siswa, dan konteks pembelajaran (Depdiknas,
2003). Inti dari pembelajaran adalah siswa yang belajar, pada dasarnya pendidikan
merupakan proses untuk membantu dalam mengembangkan diri siswa dan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk
menghadapi setiap perubahan yang terjadi, menuju arah yang lebih baik,
pendidikan ini dapat berupa pembelajaran. Guru sebagai pengajar ataupun pendidik
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah
sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khusunya dalam kurikulum dan
peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu
bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan betapa penting peran guru dalam
dunia pendidikan.
Dalam suatu pembelajaran di tingkat sekolah dasar siswa diajarkan
beberapa mata pelajaran, salah satu mata pelajaran yang diajarkan yaitu
Matematika. Matematika di sekolah dasar merupakan suatu dasar pengetahuan
tentang cara-cara berhitung, Pelajaran berhitung adalah pelajaran yang banyak
memerlukan keterampilan berpikir dan berkonsentrasi, sebab materi-materi
berhitung yang sangat padat (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,
geometri dan sebagainya) maka perlu adanya rumusan tujuan pelajaran berhitung

1
yang terinci. Dalam kenyataannya masih banyak sekali anak didik yang lemah
dalam pelajaran berhitung. Kadang-kadang mereka sangat pintar dalam pelajaran
hafalan, tetapi nilainya rendah pada pelajaran berhitung. Masalah ini memang
paling banyak menimpa siswa SD Negeri 1 Abang.
Tidak sedikit siswa yang berpendapat bahwa pelajaran berhitung adalah
pelajaran yang paling sulit. Alasannya dikarenakan kurangnya minat dan motivasi
untuk belajar matematika membuat anak yang tidak tertarik untuk belajar
matematika mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar konsep-konsep
matematika yang lebih tinggi. Selain itu kurangnya pemahaman konsep dasar
matematika membuat anak yang belum memahami konsep dasar matematika
seperti penjumlahan, pengurangan mungkin akan mengalami kesulitan dalam
belajar konsep-konsep matematika yang lebih tinggi. Dalam matematika terdapat
lambang, simbol, penamaan, aturan operasi, konstanta, dan juga rumus. Di mana
hafalan tersebut hanya berisi angka dan simbol sehingga lebih susah diingat
dibanding kalimat dan kata-kata. Oleh karena itulah, diperlukan suatu metode
belajar yang tepat sehingga dapat meningkatkan daya serap anak didik pada
pelajaran berhitung. Berdasarkan hal di atas, maka penulis berusaha membuat suatu
metode yang tepat, dan sekaligus melakukan penelitian, sampai seberapa jauhkah
daya serap anak terhadap pelajaran berhitung dengan menggunakan model
pembelajaran two stay two stray. Dari hasil penelitian ini, nantinya dapat diketahui
peningkatan prestasi dan nilai yang diperolah anak didik. Karena seperti diketahui,
dengan menggunakan model pembelajaran ini , anak didik dituntut untuk berperan
aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga nantinya anak didik terbiasa untuk
berfikir dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga dengan diterapkan
metode ini, diharapkan semua tujuan di atas dapat tercapai, sehingga prestasi siswa
dalam pelajaran berhitung dapat tercapai.
Di SDN 1 Abang hasil ulangan Matematika kelas 2 masih rendah. Dari 14
siswa hanya 6 siswa yang mendapat nilai rata-rata 6 ke atas, sedangkan 8 siswa
lainnya tidak tuntas dengan nilai KKM yaitu 6. Untuk meningkatkan penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran, penulis mencoba melaksanakan perbaikan
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Adapun perbaikan yang dilakukan
meliputi : Perbaikan pembelajaran eksakta yang terdiri dari dua siklus perbaikan

2
pembelajaran, khusunya untuk mata pelajaran yang hasilnya rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan dan
meratakan taraf serap peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala sekolah dan
wali kelas II di SDN 1 Abang, bahwa dalam proses pembelajaran hasil belajar
siswa masih rendah, hal ini ditandai jarang terlihat siswa mengajukan pertanyaan.
Selain melakukan wawancara, observasi juga dilakukan di kelas II di SDN 1 Abang
khususnya pada mata pelajaran Matematika. Dari kegiatan observasi kelas yang
dilakukan, ditemukan beberapa masalah diantaranya : 1) Setiap metode yang
digunakan pasti memiliki kelemahan, maka perlu dikombinasikan dengan metode
lainnya untuk menutupi kelemahan metode yang digunakan, 2) Hasil belajar siswa
masih rendah, hal ini ditandai dengan hanya 6 siswa dari 14 siswa yang tuntas
KKM, dimana 8 siswa lainnya tidak tuntas KKM, 3) siswa hanya menunggu
informasi dari guru, dengan demikian pembelajaran di kelas hanya terjadi pada satu
arah, hal tersebut yang mengakibatkan rendahnya nilai matematika siswa kelas 2
SDN 1 Abang, 4) Penerapan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
Dengan model pembelajaran yang tepat maka proses penyampaian ilmu
pengetahuan akan dapat dilakukan dengan efektif. Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kerja sama dalam kelompok dan hasil
belajar siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran teknik tipe two stay two
stray. Model pembelajaran dua tinggal dua tamu adalah dua orang siswa yang
tinggal di kelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua orang
yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil
kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok
yang dikunjunginya. Penerapan model two stay two stray adalah model
pembelajaran dua tinggal dua tamu dimana dua orang siswa yang tinggal di
kelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain sehingga membuat siswa
lebih aktif, kreatif, dan terampil. Tentunya sangat baik digunakan dalam
pembelajaran Matematika karena dapat memaksimalkan pemahaman siswa. Model
ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran Matematika karena teknik ini
menuntut siswa untuk berkomunikasi, bekerja sama dan bertanggung jawab dalam
kelompok karena setiap siswa mempunyai tugas dan tanggung jawab masing –

3
masing. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar pembelajaran Matematika dimana siswa lebih aktif, kreatif, terampil, serta
pembelajaran menjadi bermakna sehingga aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
siswa dapat berkembang dengan optimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas perlu diketahui bahwa penelitian
ini dilakukan melalui penelitian Eksperimen dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas 2 SDN 1 Abang Tahun Ajaran 2023/2024”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, dapat di
identifikasi masalah-masalah di SDN 1 Abang sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran yang terjadi cenderung satu arah, dalam proses
pembelajaran guru berperan lebih aktif dibandingkan dengan siswa.
2. Pada saat tugas berkelompok didominasi oleh siswa yang kurang aktif
(hanya menunggu hasil).
3. Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dikelas masih rendah.
4. Pembelajaran cenderung menggunakan sumber buku pegangan siswa
tanpa mencari sumber belajar lain.
5. Penerapan model pembelajaran yang kurang bervariasi

1.3 Pembatasan Masalah


Sebagai mana telah diuraikan pada identifikasi masalah diatas, maka tampak
jelas bahwa banyak cara dapat ditempuh untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Akan tetapi menyadari keterbatasan peneliti, baik itu keterbatasan waktu, tenaga,
dan juga biaya, maka tidak semua masalah diatas dapat diteliti saat ini. Penelitian
ini dibatasi hanya pada :
1. Subjek penelitian ini terbatas pada siswa kelas 2 SDN 1 Abang Tahun
Pelajaran 2023/2024 yang memiliki hasil belajar yang rendah.
2. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
two stay two stray.
3. Siklus penelitian hanya dicantumkan sampai pada siklus ke II.

4
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2 SDN 1 Abang Tahun
Ajaran 2023/2024?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Siswa Kelas 2 SDN 1 Abang
Tahun Ajaran 2023/2024.

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut
pandang teori dan sudut pandang praktis. Di bawah ini dipaparkan kedua manfaat
tersebut.
1. Manfaat Teoretis
Secara teori, hasil penelitian ini diharapakan dapat berguna, bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif bagi pengembang teori
pendidikan, dan bermanfaat juga bagi pengembangan ilmu pendidikan, terutama
pada pengembangan model pembelajaran two stay two stray pada mata pelajaran
Matematika untuk meningkatkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang
diharapkan dan mencapai hasil belajar yang optimal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat memberikan pengalaman dan
menumbuhkan motivasi belajar, meningkatkan pemahaman konsep, dan
melatih keterampilan serta logika berpikir siswa. Komponen- komponen
tersebut akan bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar
yang optimal.

5
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru dalam
mendesain dan merancang proses pembelajaran dengan tujuan
memperoleh hasil belajar yang optimal khususnya pada mata pelajaran
Matematika melalui pengaplikasian model pembelajaran two stay two
stray dalam proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pihak sekolah dalam menentukan model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Matematika.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi
para peneliti bidang pendidikan (Model Pembelajaran), untuk meneliti
aspek atau variabel lain yang diduga memiliki kontribusi terhadap
konsep-konsep dan teori-teori tentang pembelajaran.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)


Priansa (2017:188) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatan kerja, atau sebuah gambaran sistematis untuk proses pembelajaran agar
membantu belajar siswa dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Artinya model
pembelajaran itu seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala
aspek sebelum, selama, dan sesudah pembelajaran yang dilakukan pengajar serta
segala fasilitas terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam
proses belajar mengajar. Dengan ungkapan itu peran model pembelajaran sangat
penting untuk diperhatikan sehingga bisa menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan. Guru harus memiliki berbagai keterampilan yang digunakan dalam
proses pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran akan mempengaruhi ketercapaian prestasi belajar peserta didik.
Untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif, setiap guru harus
memiliki pengetahuan yang memadai tentang konsep dan aplikasi model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena karakteristik dan
keinginan peserta didik dalam belajar beraneka ragam.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang dilakukan secara
aktif. Proses pembelajaran di kelas seharusnya sudah mengarah kepada peran aktif
siswa (student centered). Pembelajaran yang bersifat Student centered
menggunakan teori belajar kontruktivistik yang membantu siswa untuk membentuk
kembali, atau mentransformasi informasi baru dapat menghasilkan suatu kreasi
pemahaman baru. Salah satu alternatif model pembelajaran yang berlandaskan
paradigma kontruktivistik adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two
stray (TSTS). model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS)
merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar dan meningkatkan keterampilan kolaborasi. Guru menyajikan materi dan
siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing.

7
Menurut Lie (dalam Shoimin, 2014;222) Struktur dua tinggal dua tamu
memberikan kesempatan kelompok untuk membagikan informasi dengan kelompok
lain. Model pembelajaran kooperatif dua tinggal dua tamu adalah dua orang siswa
yang tinggal di kelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua
orang yang tinggal bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil
kelompoknya, sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok
yang dikunjunginya. Sedangkan menurut Sugiyanto (2009) Struktur dua tinggal dua
tamu yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
dengan kelompok lain. Berdasarkan beberapa pendapat tentang model
pembelajaran dua tinggal dua tamu adalah struktur dua tinggal dua tamu memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan
kelompok lainnya. Siswa akan bekerjasama dengan kelompoknya dan saling
berbagi informasi dengan kelompok lainnya untuk memecahkan suatu masalah,
selain kerjasama dalam teknik ini juga mendorong siswa berfikir kritis karena
dituntut untuk memecahkan persoalan bersama.
Model pembelajaran two stay two stray bisa memberikan sedikit gambaran
pada siswa mengenai kenyataan kehidupan masyarakat diperlukan hubungan
ketergantungan dan interaksi sosial antara individu dengan individu lain dan antara
individu dengan kelompok. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe two
stay two stray akan mengarahkan siswa lebih aktif, baik dalam berdiskusi, Tanya
jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan
oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe
two stay two stray karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap
anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan teman, dapat mengatasi
kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Dalam
pembagian kelompok pembentukannya dilakukan secara permanen yang
memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan anggota lain. Biasanya
pembentukan kelompok dilakukan sebanyak 4 orang dalam satu kelompok, sesuai
dengan pendapat Lie (2008) bahwa membentuk kelompok berempat memiliki
kelebihan yaitu kelompok mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide
muncul, lebih banyak tugas yang bisa dikerjakan dan guru lebih mudah memonitor.

8
Sedangkan kekurangan kelompok berempat adalah lebih banyak waktu,
membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap menyulitkan proses
pengambilan dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan.
Ciri-ciri model pembelajaran two stay two stray, yaitu:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Dari pemaparan pengertian model pembelajaran diatas dapat disimpulkan


bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan kerja, atau sebuah gambaran
sistematis untuk proses pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Artinya guru harus memiliki berbagai keterampilan yang
digunakan dalam proses pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran akan mempengaruhi ketercapaian prestasi belajar peserta
didik. Untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif, setiap guru harus
memiliki pengetahuan yang memadai tentang konsep dan aplikasi model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena karakteristik dan
keinginan peserta didik dalam belajar beraneka ragam.

2.1.1 Tahapan-tahapan Penerapan Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)


Menurut Shoimin. (2014), pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri
dari beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan
Pada tahap persiapan ini hal yang di lakukan guru adalah membuat
silabus dan system penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas
siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-
masing anggota 4 siswa. Setiap angota kelompok harus heterogrn

9
berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
b. Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal
dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat.
c. Kegiatan Kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang
berisi tugas-tugas yang dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu
kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klarifikasinya,
siswa mempelajarinya delam kelompok kecil (4 Siswa), yaitu
mendiskusikan maslah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya.
Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah
yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian, 2 dari 4 anggota
dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu
ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam
kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke
tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu
mohon diri untuk kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan
temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerjamereka.
d. Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahanyang
diberikan, salah satu kelompok mempersentasikan hasil diskusi di
kelompoknya untuk dikomunikasikan atau di diskusikan dengan
kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa
untuk bentuk formal.
e. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
siswa memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. Masing-masing
siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil
pembelajaran dengan model two stay two stray, yang selanjutnya di

10
lanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompokyang
mendapat skor rata-rata tertinggi.

Tabel 2.1 Sintak Penerapan Pembelajaran Two Stay Two Stray


Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Pembagian Guru membagi siswa Mencari kelompok masing-
kelompok menjadi beberapa masing yang telah ditentukan
(teams) kelompok yang terdiri dari oleh guru. Siswa menentukan
4 orang yang dibentuk yang menjadi tamu dan yang
secara heterogen. tinggal dikelompoknya
masing-masing.
Pembagian Guru membagi materi Siswa memperhatikan materi
permasalahan untuk didiskusikan yang diberikan guru.
bersama oleh masing-
masing kelompok.
Mendiskusika Memfasilitasi, mengawasi Mendiskusikan permasalahan
n dan membimbing siswa yang telah diberikan guru dan
permasalahan dalam kerja kelompok siswa mengerjakan tugasnya
(kerja agar dapat bekerja secara baik sebagai tinggal maupun
kelompok) optimal. yang bertugas sebagai tamu.
Presentasi Memberikan penegasan Mempresentasikan tugas
kelas terhadap masing-masing kelompok yang sudah
hasil kerja dari setiap dikerjakan sedangkan
kelompok. kelompok lain memberikan
Menyimpulkan materi tanggapan beserta
yang sedang dibahas. menyimpulkan materi yang
sedang dibahas
Penghargaan Guru memberikan umpan Siswa menerima umpan balik
kelompok balik dan penguatan dan penguatan positif dalam
positif dalam bentuk lisan, bentuk lisan, tulisan maupun
tulisan maupun isyarat isyarat dari guru.
terhadap keberhasilan
siswa (kelompok).
Sumber: (Shoimin, 2014)

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memiliki kelebihan serta
kekurangan, (Aris Shoimin,2014:223) menyatakan bahwa kelebihan dari model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut : (1)
mudah dipecah menjadi berpasangan; (2) lebih banyak tugas yang bisa
dilakukan; (3) guru mudah mrmonitor; (4) dapat diterapkan pada semua
kelas/tingkatan; (5) kecendrungan belajar siswa menjadi lebih bermakna; (6)

11
lebih berorientasi pada keaktifan; (7) diharapkan siswa akan berani
mengunkapkan pendapatnya; (8) menambah kekompakkan dan rasa percaya diri
siswa; (9) kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan; (10) membantu
meningkatkan minat dan prestasi belajar. Di samping kelebihan-kelebihan di
atas, pembelajaran ini juga memiliki kelemahan-kelemahan yaitu: (1)
membutuhkan waktu yang lama; (2) siswa cenderung tidak mau belajar dalam
kelompok; (3) bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan
tenaga); (4) guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas; (5)
membutuhkan waktu yang lebih lama; (6) membutuhkan sosialisasi yang lebih
baik; (7) jumlah genap bisa menyulitkan pembentukan kelompok; (8) siswa
mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memerhatikan guru; (9)
kurang kesempatan untuk memerhatikan guru.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran teknik TSTS memiliki
beberapa kelebihan serta kekurangan, dimana kelebihannya adalah membuat
siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dikelas, kecendrungan belajar
siswa lebih bermakna serta minat dan prestasi siswa lebih meningkat. Sedangkan
kekekurangannya adalah guru kesulitan dalam mengelola kelas dan
membutuhkan persiapan lebih banyak. Langkah-langkah dari pembelajaran
TSTS diberikan pada tabel berikut ini:

2.2 Hasil Belajar Matematika


2.2.1 Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang kompleks. Seseorang dapat dikatakn belajar
jika terjadi perubahan diri dari seseorang tersebut. Perubahan dalam diri
seseorang seperti perubahan pengetahuan, sikap, dan sebagainya dapat dikatakan
sebagai hasil dan belajar. “Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari
apa yang terjadi dalam kegiatan belajar baik di kelas, di sekolah, maupun di luar
sekolah” (Winataputra, dkk, 2008).
Sedangkan Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono,
2009). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.

12
Menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009), hasil belajar
berupa sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi
dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-
nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan tiga ranah belajar, yaitu:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan
dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian.
b. Ranah Afektif
Tujuan pembelajaran ranah afektif berhubungan dengan perasaan, sikap,
minat, dan nilai. Kategori ranah afektif meliputi penerimaan,
penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.
c. Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi
objek, dan koordinasi syaraf. Kategori ranah psikomotorik meliputi
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian, dan kreativitas
Jadi dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar yang dimaksud adalah
perubahan pada diri siswa yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif yang dinilai dengan soal
evaluasi. Ranah afektif yang meliputi tanggung jawab, mandiri, menjadi
pendengar yang baik, menghargai pendapat orang lain dan keberanian
menyampaikan pendapat. Ranah psikomotorik yang meliputi aktif dalam
diskusi, membuat pertanyaan yang kreatif, kemampuan menjawab
pertanyaan baik dari guru atau siswa lainnya, dan adanya keterampilan
kolaborasi dalam kelompok belajar siswa.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

13
Menurut Runyon & Heber dalam (Rahmi, 2015) Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi hasil belajar antara lain dibagi menjadi dua kategori yaitu
faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
a. Faktor Biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah
lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak,
panca indra, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik
yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di
dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi
mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental
yang mantap dan stail. Fakor psikologis ini meliputi hal-hal berikut.
Pertama, intelegnsi, intelgensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang
memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang
dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi
rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan
pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang susasana lingkungan rumah yang cukuptenang, adanya
perhatian orang tua terhadap prkembangan proses belajar dan pendidikan
ank-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
b. Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan
belajar siswa di sekolah mencakup metode mengajar, relasi guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tat tertib atau

14
disiplin yang ditegagkan secara konsekuen konsisten.
c. Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hedaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang
dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor
ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena
keberdannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang
keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pen didikan
nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan belajar, pengajian
remaja dan lain-lain.
Jadi hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dari siswa (intern) dan faktor
dari luar (ekstern). Sebagai seorang guru tidak boleh mengabaikan
satupun dari semua faktor agar hasil belajar bias tercapai dengan baik.

2.2.3 Hakikat Pembelajaran Matematika


Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak.
Obyek Metematika dibentuk melalui proses penalaran deduktif. Konsep
merupakan ide abstrak. Prinsip merupakan suatu pernyataan. Konsep atau
prinsip diperlukan suatu algoritma. Kemampuan membentuk suatu algoritma
dalam menerapkan konsep atau prinsip dapat digunakan untuk mendeteksi baik
buruknya seseorang siswa dalam memahami suatu konsep atau prinsip. Dengan
suatu konsep dapat diperoleh suatu fakta, dengan memanipulasi fakta yang ada
ditemukan suatu pola, yang akhirnya diperoleh suatu teknik hitung.
Matematika adalah suatu ilmu yang dipelajari atau diajarkan yang
berhubungan dengan bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan
(Paimin,1998:3). Selanjutnya dikemukakan bahwa Matematika adalah
pemecahan masalah dan salah satu faktor pendukung berhasil atau tidaknya
pengajaran Matematika adalah dengan menguasai teori belajar mengajar
(1998:12). Ruseffendi (1989:23) mengemukakan bahwa Matematika itu
terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi,
aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan
kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah metematika disebut ilmu

15
deduktif. Dimana pada penelitian kali ini materi yang akan di gunakan sebagai
acuan penelitian adalah materi pelajaran matematika kelas 2 SD semester 1
kurikulum merdeka volume 1 yaitu pada BAB 2 cara berhitung penjumlahan dan
pengurangan.

2.2.4 Pengertian Hasil Belajar Matematika


Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah kegiatan
belajar (Nugraha, 2020). Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan
tertentu yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan
meliputi keterampilan kognitif, afektif, maupun psikomotor (Wulandari, 2021).
Pendapat dari Mustakim (2020) hasil belajar adalah segala sesuatu yang dicapai
oleh peserta didik dengan penilaian tertentu yang sudah ditetapkan oleh
kurikulum lembaga pendidikan sebelumnya. Dari beberapa pendapat diatas hasil
belajar dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar baik kognitif,
afektif, maupun psikomotor dengan penilaian yang sesuai dengan kurikulum
pembelajaran lembaga pendidikan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di semua
jenjang pendidikan. Proses belajar matematika akan dipengaruhi oleh sejauh
mana pengetahuanya tentang matematika yang sebelumnya (Lestari, 2012).
Kemampuan berpikir juga berpengaruh terhadap proses belajar matematika.
Hasil belajar matematika adalah pola perubahan tingkah laku yang
meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh setelah
melakukan proses belajar matematika (Lestari, 2012). Proses belajar matematika
akan ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau simbol atau angka
(Firmansyah, 2015). Hal tersebut dapat digunakan sebagai tolok ukur
keberhasilan belajar matematika siswa atau individu.
Dari semua pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah pencapaian yang didapat dari sebuah proses belajar
matematika yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dan memiliki
skala nilai berupa angka, simbol, maupun huruf.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

16
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Intan Paramita (2016) dari
Universitas pendidikaan Ganesha Yang meneliti “Pengaruh Model Pembelajaran
Two Stay Two Stray Berbantuan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa kelas V SD Gugus Kecamatan gianyar tahun ajaran 2015/2016” Dalam
penelitian ini, Hasil Belajar kelas control lebih rendah dibandingkan dengan kelas
eksperimen. Rata-rata kelas eksperimen adalah 82,31, sedangkan rata-rata kelas
kontrol adalah 71,75. Kedua, penelitian yang sama menggunakan media audio
visual yang dilakukan oleh Kusumadewi (2017) yang Meneliti “Pengaruh Model
pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stary Berbantuan Audio Visual terhadap
Kompetensi pengetahuan Matematika siswa Kelas V SD Gugus Kompyang Sujana
Kecamatan Denpasar Utara”. Dalam penelitian ini, hasil belajar kelas kontrol lebih
rendah dibandingkan kelas eksperimen. Rata-rata kelas eksperimen adalah 79,51,
sedangkan rata-rata kelas kontrol adalah 61,62.
Maka dapat disimpulkan bawah berdasarkan kedua penelitian serupa
menggunakan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray di dua tempat yang
berbeda ada perubahan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa di masing-
masing tempat yang diteliti, sehingga dapat dikatakan penggunaan Model
Pembelajaran Two Stay Two Stray di kelas memiliki pengaruh dalam penerapannya
untuk membantu menaikkan hasil belajar siswa.

2.4 Kerangka Berpikir


Matematika merupakan materi pembelajaran yang mempelajari tentang
segala sesuatu yang berkaitan erat dengan berhitung. Pembelajaran Matematika di
SD hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali
pengetahuannya sendiri agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Rendahnya kerjasama dalam kelompok disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1)
proses pembelajaran yang terjadi cenderung satu arah, dalam proses pembelajaran
guru berperan lebih aktif dibandingkan dengan siswa, 2) pelaksanaan pembelajaran
jarang menggunakan kegiatan belajar kelompok sehingga interaksi antara siswa
tidak terjadi, 3) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
kurang aktif, 4) kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran
sehingga proses pembelajara yang dilaksanakan begitu-begitu saja tanpa melibatkan

17
siswa secara aktif, 5) pembelajaran cenderung menggunakan sumber buku
pegangan siswa tanpa mencari sumber belajar lain.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
Matematika adalah model pembelajaran TSTS. Dalam model pembelajaran ini
siswa tidak hanya bekerja dalam kelompoknya saja tetapi juga memberikan
kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lainnya. Model pembelajaran TSTS sesuai dengan Hakikat Matematika
sebagai produk dan Matematika sebagai proses yang tidak hanya merupakan
kumpulan pengetahuan atau fakta-fakta tetapi juga suatu cara kerja, cara berpikir,
dan cara memecahkan suatu masalah. Model pembelajaran TSTS dapat
mengarahkan siswa untuk aktif baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari
jawaban, menjelaskan dan menyimak materi yang dijelaskan oleh temannya melalui
kegiatan bertamu atau berkunjung ke kelompok lain. Adapun keunggulan dari
model pembelajaran TSTS adalah mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih
banyak tugas yang bisa dilakukan, guru mudah memonitor, dapat diterapkan pada
semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih
berorientasi pada keaktifan, diharapkan siswa akan berani mengungkapkan
pendapatnya, menambah kekompakkan dan rasa percaya diri siswa, kemampuan
berbicara siswa dapat ditingkatkan.
Berdasarkan proses diatas model Two Stay Two Stray dapat digunakan untuk
menumbuhkan kesenangan belajar Matematika. Model ini memegang peran penting
dalam menunjang pekerjaan bersama. Peran model pembelajaran adalah membawa
individu itu sendiri untuk mendukung secara sistematis memecahkan masalah yang
ada dan muncul yang tidak bisa dengan mudah diselesaikan oleh satu kelompok
saja. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa rendah salah satunya
yaitu kurangnya keaktifan siswa dalam belajar. Model ini dapat berakibat lancarnya
pencapaian tujuan belajar, yaitu prestasi belajar mata pelajaran Matematika yang
maksimal, serta siswa dapat bekerjasama dan saling berkomunikasi dengan baik
dalam proses belajar.

18
Matematika

Keaktifan Siswa

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

2.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan dugaan yang bersifat sementara mengenai sesuatu
objek/subjek yang akan dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian (dalam
Darmadi 2013 : 46). Fred N. Kerlinger (dalam Darmadi 2013 : 46) mendefinisikan
bahwa hipotesis adalah sebagai pernyataan yang merupakan terkaan mengenai
hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam metodelogi penelitian hipotesis
adalah alat yang mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat
menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau
dari kenyataan dengan teori yang relevan.
Bertolak dari permasalahan dan kerangka teori yang mendasari penelitian
ini, maka hipotesis tindakannya adalah sebagai berikut : Penerapan Model
Pembelajaran Two Stay Two Stray Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas 2 SDN 1 Abang Tahun Ajaran 2023/2024.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Abang dan

yang menjadi subjek penelitiannya adalah siswa kelas II semester II tahun pelajaran

2023/2024 sebanyak 14 siswa. Sekolah Dasar Negeri 1 Abang didirikan tanggal 1

Juli 1980. Sekolah ini berlokasi di Jalan Pesagi, Lingkungan Segarakaton,

Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten Karangasem. Luas tanah Sekolah Dasar

Negeri 1 Abang adalah 38,50 are yang terdiriatas 6 (enam) ruang kelas, 1 (satu)

ruang guru dan kepala sekolah, 1 (satu) unit ruang perpustakaan, dan areal

Padmasana sebagai tempat sembahyang bagi umat Hindu.

Sekolah Dasar Negeri 1 Abang ini memiliki batas-batas wilayah. Sebelah

utara, sekolah ini berbatasan dengan jalan raya. Sebelah timur, berbatasan dengan

Kampung Segarakaton. Batas sebelah selatan dan barat adalah sawah. Berdasarkan

batas-batas tersebut, Sekolah Dasar Negeri 1 Abang posisinya menghadap keutara

atau kejalan raya.

3.1.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah setiap individu yang mendukung gejala

penelitian, kedalam pengertian individu termasuk manusia, hewan, tumbuh-

tumbuhan, dan benda-benda anorganis (Dwija, 2006: 14). Subjek penelitian

adalah orang yang dikenai tindakan dalam penelitian. Subjek dalam penelitian

20
ini adalah siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 1 Adang berjumlah 14 orang,

yakni laki-laki 10 orang dan perempuan 4 orang. Secara rinci, subjek penelitian

ini dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri 1 Adang

No Nama Siswa Jenis Kelamin


1 I Gede Agus Wibawa Laki-laki
2 I Gede Putu Yoga Febriana Laki-laki
3 I Kadek Agus Alvin Adiatama Laki-laki
4 I Kadek Agus Ronal Arya Dwi Putra Laki-laki
5 I Komang Merta Refa Juliana Karang Laki-laki
6 I Komang Pasek Yoga Latasari Laki-laki
7 I Made Kardita Putra Laki-laki
8 I Putu Abicandra Adyatama Laki-laki
9 I Wayan Widiya Suasdiana Laki-laki
10 Kadek Adi Putra Tangkas Laki-laki
11 Ni Kadek Suci Anggita Perempuan
12 Ni Kadek Suci Refa Juliana Karang Perempuan
13 Ni Nengah Deanra Kira Nirmala Perempuan
14 Ni Putu Ayu Indah Pradnyaswari Perempuan
(Sumber: TU SDN 1 Abang)

3.1.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah setiap gejala atau peristiwa yang akan diteliti,

baik berupa gejala alam (natural phenomena), gejala buatan (experimental

phenomena), dan gejala kehidupan (life phenomena) (Dwija, 2006: 14). Objek

penelitian adalah suatu gejala yang dikaji atau yang dijadikan fokus untuk

dipecahkan dalam penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan

model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan hasil

21
belajar matematika siswa kelas 2 SDN 1 Abang Tahun Ajaran 2023/2024.

3.2 Variabel yang Diselidiki

Menurut Y. W. Best (dalam Narbuko dan Achmadi, 2013:118), variable

adalah kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi, dikontrol, dan diobservasi

dalam proses penelitiannya. Kemudian Yatim Riyanto (2001:11), menyatakan

bahwa variable adalah sesuatu konsep yang memiliki nilai ganda, yang jika diukur

akan menghasilkan skor observasi, sedangkan Fraenkel dan Wallen (1990:36),

bahwa variable adalah suatu konsep benda yang bervariasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa variable

adalah titik minat dan fokus kajian peneliti, yang mengelompokannya didasarkan

atas ciri-ciri tertentu seperti sifat, derajat atau kategori. Penelitian ini melibatkan 2

variabel yaitu model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan hasil belajar

Matematika. Variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut.

1. Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) adalah model

pembelajaran dua tinggal dua tamu dimana dua orang siswa yang tinggal di

kelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain sehingga

membuat siswa lebih aktif, kreatif, dan terampil.

2. Hasil belajar Matematika adalah hasil kemampuan yang dicapai melalui

aktivitas pembelajaran Matematika berupa nilai yang meliputi perubahan

tingkah laku dan kemampuan siswa dengan proses pembelajaran teoritis dan

praktikum.

22
3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan tindakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dirancang dalam beberapa tahapan siklus dan pada masing-masing tahapan siklus

terdiri dari empat kegiatan, yaitu : (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan

tindakan, (3) observasi/evaluasi, (4) refleksi.

I
Perencanaan Tindakan

4 2
Refleksi Pelaksanaan Tindakan

3
Observasi/ Eveluasi

Gambar 3.1 Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas (Wardhani, 2007 :2,4)

3.4 Rincian Prosedur Penelitian

Gambar diatas melukiskan siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam

dua siklus. Apabila siklus pertama telah dilewati dengan 4 langkah pokok di atas,

namun hasil pengamatan belum menunjukan perubahan ke arah yang lebih baik

atau belum mencapai standar minimal tujuan yang ditetapkan, maka penilaian

dilanjutkan pada siklus kedua dengan revisi rencana perbaikan.

Jika pelaksanaan penelitian pada siklus pertama belum menunjukan adanya

peningkatan yang signifikan, oleh karena itu penulis melanjutkan penelitian ini

pada siklus kedua dengan menggunakan langkah-langkah yang sama seperti siklus

23
pertama. Kelemahan-kelemahan dari perencanaan pelaksanaan siklus pertama

dijadikan dasar pijak untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus kedua.

Demikian seterusnya dilakukan berulang-ulang sampai tujuan pembelajaran

tercapai secara optimal, Berikut diuraikan tahapan-tahapan PTK:

3.4.1 Perencanaan Tindakan

Pada perencanaan ini hal-hal yang dilakukan adalah :

1) Permohonan izin penelitian yang diajukan kepada kepala sekolah SDN 1 Abang

untuk mengadakan penelitian di kelas II.

2) Menghubungi guru Matematika untuk bekerjasama dalam pelaksanaan

penelitian.

3) Menyiapkan alat pemantau berupa observasi untuk menentukan siswa yang

memiliki nilai matematika yang rendah.

4) Mengidentifikasi siswa yang memiliki nilai matematika yang rendah.

5) Menyusun model pembelajaran Two Stay Two Stray.

6) Menyusun jadwal kegiatan dan rencana pelaksanaan pembelajaran antara lain :

a. Membuat rencana pemberian model pembelajaran Two Stay Two Stray

b. Menyiapkan ruangan senyaman mungkin untuk melaksanakan pembelajaran

dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray

c. Meminta ijin kepada guru mata pelajaran atau guru wali kelas

d. Memberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray

individu atau kelompok 3 kali pertemuan setiap bulan pada siklus I dan 3 kali

pertemuan setiap bulan di siklus ke II. Pembelajaran dengan model

pembelajaran Two Stay Two Stray yang diberikan untuk meningkatkan hasil

24
belajar matematika siswa dan dilakukan secara berulang kepada siswa yang

memiliki nilai matematika yang rendah.

7) Menghubungi atau meminta izin siswa kepada guru mata pelajaran dan wali

kelas dan memohon bantuan dalam tahap observasi.

3.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Two

Stay Two Stray, guru membantu mengarahkan siswa dalam meningkatkan

keaktifannya di kelas. Adapun tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan

dengan : guru mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

3.4.3 Observasi dan Evaluasi

Observasi merupakan sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1989 : 124). Observasi dilakukan

peneliti terkait cara meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan dilakukan

observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian tindakan yang dilakukan dengan

perencanaan yang dirancang.

3.4.4 Refleksi

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis hasil instrumen dalam

usaha mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi. Dari proses refleksi dapat

diperoleh hasil tindakan yang dijadikan dasar pertimbangan untuk menetapkan

dan merencanakan tindakan selanjutnya.

25
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam refleksi ini akan dapat

mengahasilkan beberapa kemungkinan yaitu :

1) Tindakan yang dilakukan memperoleh hasil yang kurang baik, tindakan

akan direvisi.

2) Tindakan yang dilakukan memperoleh hasil yang baik, tindakan akan

dimodifikasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi agar hasilnya

sempurna.

3) Tindakan yang dilakukan mendapat hasil yang sempurna maka akan

dijadikan sebagai acuan untuk penerapan pendekatan dalam bimbingan.

Pengukuran tingkat keberhasilan anak dalam memahami materi

pembelajaran maka akan dilaksanakan pengamatan terhadap peningkatan hasil

belajar siswa.

3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (1998:134) mengemukakan bahwa metode

pengumpulan data adalah cara–cara yang dapat digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam

arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.

Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti dan siswa, dalam

pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar berupa data tindak belajar atau perilaku

belajar yang dihasilkan dari tindak mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti melalui observasi, tes,

wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.

26
1) Observasi (Pengamatan)

Ridwan (2007:76) menjelaskan bahwa observasi yaitu pengamatan secara

langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

dilakukan. Karena sifatnya mengamati, maka alat yang paling pokok adalah

panca indera, terutama indera penglihatan.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan

terhadap subjek, yaitu mengamati terutama minat dan perubahan yang

dialami siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Pengamat dalam

penelitian ini dilakukan oleh teman sejawat.

2) Metode Tes

Tes merupakan pengumpul informasi. Dalam penelitian ini metode tes

digunakan sebagai alat untuk memperoleh data dengan menguji kemampuan

siswa sebelum diberi tindakan pembelajaran. Melalui metode tes tersebut

digunakan untuk menguji sejauh mana perbandingan siswa mengalami

perubahan tingkahlaku serta prestasi sebelum diberi tindakan dan sesudah

diberi tindakan pembelajaran.

Suharsimi Arikunto dalam buku Manajemen Penelitian (2005:101)

mengartikan instrumen penelitian sebagai alat bantu merupakan saran yang

dapat diwujudkan dalam benda misalnya angket, daftar cek, pedoman

wawancara, lembaran pengamatan.

Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode observasi, metode

catatan lapangan, dan metode tes, maka instrument yang dipakai adalah

pedoman observasi, lembar pengamatan, dan lembar soal tes.

27
Pedoman observasi yang digunakan peneliti yaitu memuat garis besar

sejauh mana minat dan sikap positif serta partisipasi siswa dalam proses

pembelajaran. Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data

sebelum tindakan, baik dari guru maupun penamatan langsung di lapangan.

Sedangkan lembar soal tes digunakan untuk menguji kemampuan dan

prestasi belajar siswa.

Tabel 3.2 Kisi Kisi Materi Penjumlahan dan Pengurangan Kelas II

KOMPETENSI RANAH NOMOR BENTUK


MATERI INDIKATOR SOAL
DASAR KOGNITIF SOAL SOAL
3.4 Menjelaskan Penjumlahan Disajikan Penjumlahan, C1 1, 8, 11, PG
penjumlahan dan siswa dapat menyatakan 19
dan pengurangan bentuk penjumlahan.
pengurangan Siswa dapat menyesuaikan C3 2,6,7,14, PG
yang Penjumlahan bilangan 17
melibatkan cacah sampai 100 dengan
bilangan cacah tepat
sampai dengan Disajikan pengurangan, C1 3,9, 12, PG
100 dalam siswa dapat menyatakan 15
kehidupan bentuk pengurangan.
sehari-hari Disajikan cerita, siswa C3 4, 13, 16, PG
serta dapat memecahkan masalah 20
mengaitkan sehari-hari yang melibatkan
penjumlahan pengurangan
dan Disajikan cerita, siswa C2 5,10, 18 PG
pengurangan dapat memecahkan masalah
penjumlahan.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Penilaian Tes Objektif

No Uraian Skor
1 Setiap jawaban benar 1
2 Setiap jawaban salah 0

3.6 Teknik analisis data

Data yang diperoleh melalui observasi belum berarti apa-apa karena masih

merupakan data mentah untuk memberikan informasi yang berarti maka data

28
tersebut perlu dianalisis lebih lanjut. Data-data tersebut dianalisis dengan langkah

sebagai berikut.

a. Melakukan kuantifikasi data, mengubah data kualitatif menjadi

kuantitatif berdasarkan hasil-hasil observasi baik sebelum maupun

sesudah tindakan diberikan, siklus I maupun siklus II dilaksanakan

dengan memberi skor data tersebut.

b. Menjumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa yang dijadikan

kasus.

Penentuan persentase ini akan digunakan rumus :

X
P= × 100 %
SMI

(Nurkancana,1996 : 99)
Keterangan :

P : Persentase Skor

X : Skor Perolehan

SMI : Skor Maksimal Ideal

Kategori hasil belajar siswa menggunakan kriteria :

81% - 100% = Sangat Tinggi

61% - 80% = Tinggi

41% - 60% = Cukup

21% - 40% = Rendah

0% - 20% = Sangat Rendah

Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar persentase layanan konseling

behavioral dengan teknik penguatan positif terhadap perilaku prososial, baik pra-

29
tindakan maupun pasca-tindakan akan dianalisis menggunakan rumus :

Post Rate−Base Rate


P= Base Rate
× 100 %

(Zaenal Aqib, 2011 : 53)

Keterangan :

P = Presentase Peningkatan

Post Rate = Skor Setelah Tindakan

Base Rate = Skor Sebelum Tindakan

Cara pengambilan keputusannya adalah dengan menggunakan cara

membandingkan skor sebelum tindakan dengan skor setelah tindakan dari kedua

siklus, baik siklus pertama maupun siklus kedua. Bila terjadi peningkatan skor

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pula peningkatan hasil belajar siswa

setelah dilaksanakan tindakan penelitian pemberian model pembelajaran two stay

two stray.

30
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aditya


Media Publishing.
Agung, A.A. Gede. 2016. Statistika Dasar untuk Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Dwija, I W. 2006. MetodePenelitian Pendidikan.Amlapura: STKIP Agama Hindu
Amlapura
Roestiyah N.K,2001. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: BimaKarya.
Sugandi, 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: Unnes Press.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.
Sadiman, A. S. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: GrasindoPersada.
Suyanto, dkk. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:IKIP Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
Bandung: Kencanaprenada media group.
Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Udin S. Winata Putra.2004.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Usman, M. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Warsono dan Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung:
PT remaja Rosdakarya.
Wardhani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
Yamin Riyanto. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.
Zaenal Aqib. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya

Anda mungkin juga menyukai