Anda di halaman 1dari 28

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PERKALIAN

BERSUSUN DENGAN METODE MENGHAFAL PERKALIAN DI


KELAS III A SDIT AL KAUTSAR KOTA BOGOR
TP. 2021/2022

Guna memenuhi tugas


Mata Kuliah: Managemen Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pengampu: Ani Sumarni, SP., M. Pd

Di susun oleh Kelompok 1 :


SITI NURJANAH
RINA ROHIMAH NUR

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SHOLAHUDDIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, pada kesempatan
ini penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini. Sholawat dan Salam tak
lupa semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW
yang telah menuntun umatnya dari jaman ketidaktahuan menuju jaman yang terang
benderang seperti saat ini.
Dalam laporan penelitian ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas
manajemen penelitian tindakan kelas Adapun judul penelitian ini adalah
“PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PERKALIAN BERSUSUN
DENGAN METODE MENGHAFAL PERKALIAN DI KELAS III A SDIT AL
KAUTSAR KOTA BOGOR” Tahun Pelajaran 2021/2022
. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran
dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca
pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dunia
pendidikan.

Bogor, .....................................

ii
ABSTRAK
Nurjanaha, Siti. Nur, Rina Rohimah. PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA
TENTANG PERKALIAN BERSUSUN DENGAN METODE MENGHAFAL
PERKALIAN DI KELAS III A SDIT AL KAUTSAR KOTA BOGOR Tahun
Pelajaran 2021/2022. Laporan PTK, Sholahuddin: Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah. Pembimbing: Ustdzah Ani Sumarni, SP.,
M. Pd

Kata Kunci: Pemahaman, Metode Menghafal

Matematika sering dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang paling
sulit bagi siswa. Efek negatif dari hal tersebut adalah ada banyak siswa yang
sudah merasa anti dan takut matematika sebelum mereka benar-benar
mempelajari matematika. Pada akhirnya akan tertanam dalam diri siswa bahwa
pelajaran matematika itu sulit. Banyak siswa yang malas mempelajari matematika
karena matematika sulit. Alasan lain yang membuat siswa malas belajar
matematika adalah kurangnya pengetahuan tentang manfaat materi matematika
yang meraka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran matematika diajarkan sejak dari taman kanakkanak hingga
perguruan tinggi. Hal ini disebabkan matematika sangat erat hubungannya dengan
kegiatan sehari-hari. Setiap kegiatan yang kita jalani dalam kehidupan sehari-hari
sangat erat kaitannya dengan matematika. Permasalahan datang dari siswa adalah
mereka menganggap bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran
yang sulit dan mata pelajaran yang mengerikan. Hal ini disebabkan karena
banyaknya siswa yang mendapatkan nilai rendah dalam mengikuti ulangan mata
pelajaran matematika. Berbagai faktor yang mengakibatkan hasil belajar siswa 2
rendah, antara lain pembelajaran matematika di sekolah dasar disampaikan
dengan metode ceramah dan penugasan, sehingga siswa menjadi bosan dan tidak
tertarik dengan mata pelajaran matematika. Masalah tersebut dikarenakan
penyampaian materi matematika tidak disampaikan secara menyenangkan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka diciptakanlah pendekatan dan metode
baru yang inovatif agar dapat membelajarkan siswa dengan baik. Berbagai
motode pembelajaran tersebut diharapkan dapat menumbuhkan motivasi 3 siswa
dalam belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai siswa setelah
mengikuti pelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas
hendaknya dibuat menarik agar siswa jadi bersemangat mengikuti pelajaran

iii
matematika. Jika siswa bersemangat belajar matematika maka tujuan
pembelajaran matematika akan tercapai dan hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Seiring dengan perkembangan di dalam dunia pendidikan, terciptalah
bermacam-macam model dan metode pembelajaran yang inovatif dalam
pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika adalah Menghafal.
Tujuan dari Pendidikan metode menghafal adalah untuk memecahkan
masalah yang dihadapi siswa dengan cara mengaitkan materi dengan dunia nyata
siswa sehingga mampu manyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Metode ini
memang bersifat kooperatif sehingga dapat meningkatkan kerjasama antar siswa,
semua siswa dibimbing dan diarahkan untuk aktif dan kreatif sehingga waktu
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Pendekatan metode menghafal ini diharapkan akan membuat siswa
mengetahui betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari. Inovasi
pembelajaran dengan Pendekatan metode menghafal ini diharapkan dapat
menumbuhkan semangat baru siswa agar lebih giat belajar matematika sehingga
hasil belajar matematika siswa menjadi meningkat. Berdasarkan latar belakang
tersebut, untuk meningkatkan hasil belajar matematika di SDIT AL-KAUTSAR
pada khususnya, peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian mengenai
“PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PERKALIAN
BERSUSUN DENGAN METODE MENGHAFAL PERKALIAN DI KELAS III
A SDIT AL KAUTSAR KOTA BOGOR TAHUN PELAJARAN 2021/2022”.

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii
ABSTRAK ..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH .............................................................1

iv
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN................................................................................3
D. MANFAAT PENELITIAN............................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI
A. PEMAHAMAN SISWA.................................................................................4
1. Pemahaman Siswa.....................................................................................4
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Peserta Didik..........................4
B. PERKALIAN BERSUSUN............................................................................6
1. Pengertian Perkalian Bersusun..................................................................6
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran.............................................11
3. Penciptaan Suasana Belajar yang
Baik………………………………….11
C. METODE MENGHAFAL............................................................................18
1. Langkah-langkah Pelaksanaan Menghafal.............................................18
2. Kebaikan dan Kelemahan Metode Menghafal........................................18
3. Metode Menghafal Dalam materi Perkalian
Bersusun.............................18
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN............................................19
B. SETING PENELITIAN.............................................................................19
1. Waktu dan tempat penelitian................................................................19
2. Subyek penelitian.................................................................................20
3. Variable penelitian...............................................................................20
4. Prosedur Penelitian...............................................................................20
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.......................................................22
1.Observasi.............................................................................................23
2.Tes.......................................................................................................23
D. TEKNIK ANALISI DATA....................................................................25
E. INDIKATOR PENCAPAIAN PENELITIAN........................................25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI KONDISI AWAL...................................................................27
B. HASIL PENELITIAN.........................................................................................28

v
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN......................................................33
1. Pemahaman Belajar..................................................................................33
2. Rekapitulasi Tabel Rata-rata Hasil Tes Prasiklus dan Siklus 1...............34
3. Rekapitulasi Ketuntasan dan yang tidak Tuntas Peserta Didik................34
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN.............................................................................................36
B. SARAN.........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Matemtika merupakan mata pelajaran yang esensial yang dipelajari banyak negara di
seluruh dunia termasuk di Indonesia. Seiring perkembangan zaman dan era globalisasi,
pembelajaran matematika menjadi kebutuhan tersendiri dalam kehidupan sehari-hari karena
matematika sering digunakan diberbagai bidang antara lain ekonomi dan teknologi, bahkan tak
jarang yang sudah belajar matemtika pun belum tentu mampu mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Mulyono Abdurahman, mengemukakan bahwa matematika adalah suatu arah
untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu menggunakan
informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan
tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri
dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa adalah sebagai subjek dan objek dari kegiatan
pengajaran. Sehingga inti dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai
suatu tujuan. Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang
diperoleh siswa setelah proses pembelajaran selesai. Hasil belajar merupakan salah satu tujuan
dari proses pembelajaran. Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan tinggi
rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2008: 147) dalam
proses pembelajaran di sekolah, guru hendaknya memilih dan menggunakan pendekatan,
metode, strategi dan teknik yang dapat melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, maupun sosial.
Menyadari akan manfaat salah satu model pembelajaran menghafal serta melihat
kenyataan bahwa model tersebut sering dimanfaatkan dalam kelas secara optimal, maka perlu
kiranya diadakan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh
model pembelajaran menghafal dalam meningkatkan hasil belajar dan pemahaman siswa pada
mata pelajaran matematika.
Dari uraian di atas penulis tertarik utuk mengadakan penelitian dengan judul
“Peningkatan pemahaman siswa tentang perkalian bersusun dengan metode menghafal perkalian
di kelas IIIA SDIT Al-Kautsar Bogor”.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah penggunaan metode menghafal perkalian mampu meningkatkan
kemampuan pada siswa kelas III A SDIT AL KAUTSAR KOTA BOGOR dalam
pembelajaran materi perkalian bersusun

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran materi Perkalian Bersusun muatan
pembelajaran Matematika pada siswa kelas IIIA SDIT AL KAUTSAR KOTA BOGOR
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada mata pelajaran
Matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Menghafal di kelas IIIA SDIT
AL KAUTSAR KOTA BOGOR
2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran pada mata pelajaran
Matematika materi Perkalian Bersusun dengan menggunakan metode menghafal
perkalian 1-10 di kelas IIIA SDIT AL KAUTSAR KOTA BOGOR
3. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan berhitung siswa kelas kelas IIIA SDIT AL
KAUTSAR KOTA BOGOR dalam pelajaran Matematika materi Perkalian Bersusun
dengan menggunakan metode pembelajaran menghafal perkalian 1-10.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis dan
praktis. Secara teoritis, metode menghafal perkalian 1-10 dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk kegiatan penelitian-penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran Matematika. Selebihnya menambah hasanah
bagi dunia pendidikan. Selain itu dapat memberikan manfaat bagi :
1. Siswa
Dengan penerapan metode menghafal perkalian 1 sampai 10, siswa dapat menjawab
soal pertanyaan dengan cepat dan tepat tanpa harus berpikir lama dan melakukan perkalian
bersusun yang memang pada dasarnya itu baik dan merupakan sebuah konsep dasar
perkalian.
2. Guru

2
Memberikan kemudahan dalam hal penyampaian materi yang berkaitan dengan
perkalian, tidak ada ketersendatan lagi ketika melakukan operasi bilangan perkalian
dikarenakan di tema-tema dan pada kelas-kelas berikutnya perkalian akan selalu dipakai
untuk memudahkan pembelajaran kedepannya
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PEMAHAMAN
1. Peningkatan Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti dengan benar.
Sedangkan pemahaman merupakan proses cara memahami berkelanjutan (M. Zul, Fajri
dan Ratu Aprilia Senja, 2008 ; 607 – 608).
Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan bahasa sendiri.
Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa pemahaman atau komprehensi adalah
tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep,
situasi, serta faktor yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal cara
verbalistis,
tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Peserta Didik


a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan di capai dalam
kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi juga kepada
kegiatan pengajaran yang di lakukan oleh guru sekaligus mempengaruhi kegiatan
belajar siswa. Dalam hal ini tujuan yang dimaksud adalah pembuatan tujuan
intruksional khusus (TIK) oleh guru yang berpedoman pada tujuan intruksional
umum (TIU). Penulisan tujuan intruksional khusus (TIK) ini dinilai sangat penting
dalam proses belajar mengajar, dengan alasan ; 1. Membatasi tugas dan
menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan di dalam pembelajaran. 2. Menjamin
dilaksanakanya proses pengukuran dan penilaian yang tepat dalam menetapkan
kualitas dan efektifitas pengalaman belajar siswa. 3. Dapat membantu guru dalam
menentukan strategi yang optimal untuk keberhasilan belajar. 4. Berfungsi sebagai

3
rangkuman pelajaran yang akan diberikan sekaligus pedoman awal dalam belajar.

b. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan pada
anak didik disekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang
profesinya. Di dalam satu kelas anak didik satu berbeda dengan lainya nantinya akan
mempengaruhi pula dalam keberhasilan belajar. Dalam keadaan yang demikian ini
seorang guru di tuntut untuk memberikan suatu pendekatan atau belajar yang sesuai
dengan keadaan anak didik, sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan
.
c. Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Maksudnya
dalah anak didik disini tidak terbatas oleh usia, baik usia muda, usia tua atau telah
lanjut usia. Anak didik yang berkumpul disekolah, mempunyai bermacam-macam
karakteristik kepribadian, sehingga daya serap (pemahaman) siswa yang dapat juga
berbeda-beda dalam setiap bahan pelajran yang di berikan oleh guru, dan oleh karena
itu, di kenallah adanya tingkat keberhasilan yaitu tingkat maximal, optimal, minimal
dan kurang untuk setiap bahan yang di kuasai anak didik. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan
belajar mengajar sekaligus hasil belajar yaitu pemahaman siswa.

d. Kegiatan pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan anak
didik dalm kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajran ini, meliputi bagaimana
guru menciptakan metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran.
Dimana hal-hal tersebut jika di pilih dan digunakan secara tepat, maka akan
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.

e. Suasana evaluasi
Keadaan kelas yang tenang, aman disiplin adalah juga mempengaruhi terhadap
tingkat pemahaman siswa pada materi (soal) ujian berarti pula mempengaruhi
terhadap jawaban yang diberikan siswa jika tingkat pemahaman siswa tinggi, maka
tingkat keberhasilan proses belajar mengajar pun akan tercapai.

4
f. Bahan dan alat evaluasi
Bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum
yang sudah di pelajari siswa dalam rangka ulangan (evaluasi). Alat evaluasi meliputi
cara-cara dalam menyajikan bahan evaluasi di antaranya dalah: benar-salah (true-
false), pilihan ganda (multiple-choice), menjodohkan (matching), melengkapi
(completation), dan essay. Yang mana guru dalam menggunakanya, tidak hanya satu
alat evaluasi tetapi menggabungkan lebih dari satu alat evaluasi. Hal ini untuk
melengkapi kekurangan-kekurangan dari setiap alat evaluasi. Penguasaan secara
penuh (pemahaman) siswa tergantung pula pada bahan evaluasi yang di berikan guru
kepada siswa, hal ini berarti jika siswa telah mampu mengerjakan atau menjawab
bahan evaluasi dengan baik, maka siswa dapat di katakana paham terhadap materi
yang di berikan waktu lalu.
Ada juga faktor lain yang mempengaruhi diantaranya:
a. Faktor Internal Faktor jasmaniah (fisiologi) meliputi: keadaan panca indera yang
sehat tidak mengalami cacat (gangguan) tubuh, sakit atau perkembangan yang
tidak sempurna.
b. Faktor psikologis, meliputi: keintelektualan (kecerdasan) minat, bakat, dan
potensi prestasi yang di miliki.
c. Faktor pematangan fisik atau psikis.
d. Faktor eksternal (dari luar diri)
e. Faktor social meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
kelompok, dan lingkungan masyarakat.
f. Faktor budaya meliputi: adapt istiadat, ilmu pengetahuan teknologi, dan
kesenian.
g. Faktor lingkungan fisik meliputi: fasilitas rumah dan sekolah.
h. Faktor lingkungan spiritual (keagamaan).

3. Penciptaan Suasana Belajar yang Baik


Untuk membantu Anda menciptakan suasana belajar yang kondusif, perlu diterapkan hal-
hal ini:
1. Menyampaikan aturan dengan tegas namun penuh empati
Saat suasana kelas sedang tidak kondusif, guru harus mampu meredam suasana menjadi
lebih tenang, namun tantangannya guru harus menghindari bentakan atau meninggikan
suara. Guru yang mampu berkomunikasi dengan tenang dan emosi yang stabil di kelas,
akan mempengaruhi cara siswa dalam menerima pesan yang disampaikan. Namun perlu

5
diingat untuk tetap bersikap tegas, agar siswa mengerti batasan dan menghormati Anda
sebagai guru. Siswa cenderung memperlakukan guru berdasarkan perlakuan guru
terhadapnya. Perlakukan mereka dengan empati, dengan begitu siswa akan bersikap
serupa.
2. Bangun komunikasi yang baik dengan siswa dan orangtua
Anak cenderung akan meniru perilaku orang yang lebih tua. Ketika di sekolah, mereka
akan mengamati orang yang lebih dewasa untuk diikuti. Buat interaksi yang positif dan
menyenangkan, bukan hanya dengan siswa tetapi juga orangtua mereka. Dalam skema
pembelajaran online saat ini, kerjasama antara guru, murid dan orang tua dalam
berkomunikasi sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Misal saat kelas dimulai
pukul 7 pagi, namun siswa belum bersiap di room online, peran orangtua dibutuhkan
untuk mengingatkan dan mempersiapkan anak sarapan sebelum kelas dimulai agar
energinya terpenuhi. Hal ini bisa dikomunikasikan dengan orangtua agar mereka dapat
mendukung kegiatan anaknya selama pelajaran berlangsung.
3. Libatkan siswa dalam membuat aturan
Generasi muda saat ini sudah sangat kritis dengan hal-hal yang mereka anggap tidak adil,
termasuk tentang peraturan di kelas. Libatkan siswa dalam diskusi untuk membahas dan
menetapkan peraturan yang dibutuhkan di kelas. Ketika anak-anak ikut dalam diskusi
membuat peraturan, mereka akan merasa terlibat dan menganggap peraturan itu harus
dipatuhi karena dibuat atas kesepakatan bersama.
4. Amati dan pahami perilaku setiap siswa
Setiap individu memiliki sifat yang berbeda beda. Seorang guru yang ingin atau
memperbaiki perilaku siswa, harus memahami lebih dahulu apa latar belakang yang
mempengaruhi siswa berperilaku dan menunjukkan sikap demikian. Berikan pendekatan
yang sesuai dengan kondisi siswa saat ini. Misalnya, siswa yang setiap hari terlihat tidak
bersemangat mengikuti kelas, bisa Anda ajak berbincang untuk mencari tahu akar
masalahnya. Rangkul dia menemukan solusi dan menemukan motivasi untuk semangat
mengikuti pelajaran di hari berikutnya. Dengan memberikan pendekatan seperti itu, bukan
hanya bermanfaat untuk siswa tapi juga untuk diri Anda sendiri, agar lebih mudah
membangun suasana kelas yang kondusif.
5. Berikan dukungan siswa dalam belajar
Setiap siswa masing masing punya waktu berbeda untuk berkembang dan menangkap
pelajaran. Ada siswa yang cepat paham, namun tidak sedikit juga yang sulit dan
membutuhkan waktu lama untuk mempelajari sesuatu. Saat siswa berhasil menguasai
materi atau mendapat nilai memuaskan, berikan apresiasi, bisa dalam bentuk pujian,

6
hadiah juga pesan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pencapaiannya.
Untuk siswa yang belum berhasil, jangan diperlakukan berbeda, beri mereka semangat
untuk memperbaiki nilai dan mencapai target yang dibutuhkan. Ajak siswa lain untuk ikut
membantu, karena sesama teman biasanya akan lebih mudah berkomunikasi. Perhatian
dan apresiasi yang Anda berikan menjadi salah satu faktor untuk menciptakan suasana
kelas yang tenang dan kondusif. Sebab siswa merasa dihargai atas segala pencapaiannya
baik besar maupun kecil. Supaya perilaku Anda bisa menjadi teladan yang baik bagi
mereka, bangunlah hubungan yang hangat dengan para siswa.

B. PERKALIAN BERSUSUN
1. Pengertian Perkalian Bersusun
Perkalian bersusun adalah salah satu cara menghitung perkalian, dimana angka disusun
sesuai dengan nilai tempatnya dan dihitung secara satu persatu dimulai dari angka yang
paling belakang, yaitu angka satuan. (Aziz Abdurrahman, HAWTN EDUCARE).

2. Sifat-sifat dalam perkalian

Sama halnya dengan operasi hitung lainnya, perkalian juga memiliki sifat-sifat yang perlu
untuk dipahami. Sebelum belajar ke contoh soal, ada baiknya memahami terlebih dahulu
sifat-sifat perkalian berikut ini, yaitu:

1. Sifat Kumutatif (Pertukaran)

Sesuai dengan namanya, cara hitung perkalian yang satu ini dilakukan dengan melakukan
pertukaran. Meski letak bilangan ditukar tempatnya, hasil dari perkalian yang dilakukan
masih tetap sama. Berikut contoh perkalian dengan sifat kumutatif atau pertukaran, yaitu :

4 x 5 = 20

5 x 4 = 20

2. Sifat Asosiatif (Pengelompokan)

Berdasarkan sifat pengelompokan pada perkalian menyatakan bahwa hasil perkalian akan
tetap sama jika dikerjakan dari mana saja.

Misalnya: (2 x 4) x 5 = 8 x 5

2 x (4 x 5) = 2 x 20

40 = 40

7
Namun di kelas yang saya jadikan objek penelitian (IIIA) sifat ke-2 ini belum

Diterapkan dikarenakan materi belum sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

3. Cara menyelesaikan perkalian bersusun

Hitunglah hasil perkalian berikut ini 572 x 2 ?

Penyelesaiannya : 572

2x

1.144

Langkah pengerjaannya:

 Hitung terlebih dulu angka 2 x 2 = 4

Selanjutnya tulis angka 4 simpan sejajar dengan nilai tempat satuan.

 Hitunglah 2 x 7 = 14, Empat belas terdiri dari dua nilai tempat. Yang pertama angka
4 mempunyai nilai tempat satuan dan angka 1 memiliki nilai tempat puluhan.
Tuliskan angka 4 sejajar dengan nilai tempat ratusan, simpan angka 1 dengan nilai
tempat puluhan dia atas angka 7.

 Selanjutnya hitung angka 2 x 5 = 10 (jangan lupa menambahkan dengan angka 1)

Langkah 11 sudah menjadi langkah terakhir, maka teman-teman bisa menuliskannya di


depan angka 4. Hasilnya diketahui 1.144.

8
C. METODE MENGHAFAL
Metode Menghafal merupakan suatu cara mengajar dengan tepat dan cepat dalam
melakukan kegiatan belajar pada bidang pelajaran. Dengan menerapkan metode
menghafal perkalian dari 1-10 berarti siswa dapat mengucapkan di luar kepala perkalian
tersebut tanpa melihat buku catatan. Dalam pembelajaran perkalian bersusun, siswa
diharapkan hafal perkalian 1 sampai perkalian 10 untuk memudahkan menyelesaikan
perkalian bersusun dengan cepat dan tepat.
Menurut KBBI menghafal artinya berusaha meresap ke dalam pikiran agar selalu ingat.
Menghafal perkalian 1-10 berarti siswa berusaha meresapkan ke dalam pikiran
perkalian 1-10 agar perkalian tersebut selalu diingat oleh siswa. Kegiatan ini bertujuan
untuk melihat sejauh mana siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
materi perkalian terutama perkalian bersusun.
Menghafal akan membangkitkan rasa kompetitif, konsentrasi dan mengembangkan
peran siswa selama proses pembelajaran. Saat menghafal fikiran membutuhkan
konsentrasi dan focus yang tinggi juga terhindar dari berbagai macam gangguan
terutama lingkungan sekitar, konsentrasi juga dapat meningkat sehingga dapat lebih
cepat mencerna dan memasukan banyak informasi baru ke dalam ingatan. Dengan
demikian, penerapan metode menghafal ini akan mampu mengembangkan ranah
kognitif siswa dalam proses pembelajaran Matematika, sehingga pada akhirnya hasil
belajar bisa maksimal. Peneliti ingin meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika
materi Perkalian Bersusun dan selanjutnya tetap mempertahankan kualitas pembelajaran
secara berkelanjutan.
a. Persiapan
a) Perkenalkan dengan cara yang mudah sebelumnya, perkenalkan angka
terlebih dahulu pada siswa. Gunakan cara yang mudah agar dapat
dimengerti. Tidak semua anak mampu mencerna hal-hal abstrak seperti
angka.
b) Kuasai Konsep
Beritahukan kepada siswa konsep dasar perkalian. Dimana perkalian adalah
penjumlahan secara berulang.
2 x 5 = 10
Artinya: 2 + 2 +2 + 2 + 2 + 2 = 10
Beritahu juga kepada mereka konsep jika sutu bilangan dikalikan 0 (nol)
maka hasilnya 0 juga.
Misal:
1x0=0
1.00 x 0 = 0
0 x 10 = 0
c) Lakukan Secara Bertahap
Guru menulis media perkalian 1-10 di papn tulis, terdiri dari 10 kolom. Satu
kolom untuk perkalian 1, kolom lainnya perkalian 2, perkalian 3, dan
seterusnya sampai perkalian 10. Selanjutnya guru membantu siswa
menghafal perkalian secara bertahap dan perlahan. Mulailah dari perkalian
1 dan 2, tiidak langsung harus terburu-buru menghafal dengan cepat tetapi
hafalannya cepat lupa.
Berikan anak beberapa waktu untuk latihan, setelah itu guru bisa
meningkatkan level lainnya satu kali setiap kali secara bertahap. Misalnya,
melanjutkan perkalian 3–4 dan 5–9. Untuk perkalian 10 siswa hampir
semua menguasainya. Selanjutnya jangan lupa berikan mereka tes lisan
mau pun tulisan.
d) Ulangi dahulu dan koreksi
Berikan beberapa ulasan untuk perkalian sebelumnya secara berurutan atau
acak sebelum memperkenalkan siswa pada perkalian baru. Misalnya,
dengan memberikan kesempatan untuk anak melafalkan perkalian 1–10
yang telah dipelajari atau mengetes kemampuan menggunakan beberapa tes
perkalian tertulis. Koreksi sampai mana jawaban benar dan mana yang
salah. Guru juga bisa mengajukan pertanyaan perkalian secara lisan dan
biarkan anak menjawab dengan cepat. Dengan demikian guru bisa tahu
perkembangan siswa dalam belajar perkalian.
e) Tempel Poster Pekalian Dinding
Ada banyak macam poster angka pembelajaran matematika, seperti
perkalian sebagai alat bantu anak dalam belajar. Pilihlah dengan desain
menarik sehingga akan membuat tertarik dan nyaman saat belajar
menghafal.
Poster perkalian ini akan membantu siswa dengan tipe pembelajar visual.
f) Sebelum menghabiskan energi dan waktu dengan kata-kata, biarkan alat
peraga dan alat praktis lainnya. Misalnya, dengan bantuan jari tangan atau
gambar. Setelah anak menguasai konsepnya, guru dapat mulai
menggunakan angka-angka.
g) Bantu Latihan Siswa Menggunakan Permainan
Siswa dapat belajar kapan pun, saat sedang belajar mau pun ketika istirahat
dan menunggu penjemputan sekolah. Dengan begitu guru bisa
menyediakan permainan untuk belajar perkalian. Misalnya, dengan
permainan papan atau kartu.
h) Terus asah kemampuan anak secara rutin
Janganlah lelah maupun lengah mendampingi anak belajar. Pertahankan
pembelajaran perkalian ini dengan terus mengasah secara rutin. Misalnya,
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak masalah praktis
menggunakan perkalian yang dapat digunakan untuk menunjukkan
manfaat dari pembelajaran perkalian.

b. Rencana Kegiatan
a) Setiap anak membaca perkalian minimal satu kolom (misalkan perkalian 2,
1 x 2 = 2, 2 x 2 = 4, dan seterusnya sampai 2 x 10 = 20) selama 10 menit
secara fokus
b) Siswa diajak menjawab cepat pertanyaan perkalian yang diberikan oleh
guru
c) Siswa mengerjakan tes individual berupa perkalian yang sudah dihafal
d) Siswa yang bisa mengerjakan soal dengn cepat diberi apresiasi berupa
bintang biru yang ditempel di karton bernamakan siswa. Setiap kelipatan
sepuluh bintang tersebut bisa dicairkan atau ditukarkan dengan reward.
e) Siswa bergantian mengerjakan soal kedua masih berupa perkalian namun
kali ini mengerjakannya di papan tulis. Siswa yag jawabannya benar
langsung di apresiasi dengan mendapatkan bintang biru dan snack dari
guru.
f) Ulangi proses sampai siswa betul-betul mengingat perkalian yang sudah
dihafal.
g) Implementasikan pada perkalian bersusun.
c. Sistem Evaluasi
Dalam hal ini sistem evaluasi yang digunakan yaitu:
a) Siswa bersamaan mengerjakan soal pengayaan yang masih berupa perkalian
namun kali ini mengerjakannya dalam bentuk kuis. Siswa yag jawabannya
tepat dan cepat langsung di apresiasi dengan mendapatkan bintang biru dan
snack dari guru. Guru memberikan apresiasi kepada para siswa yang sudah
paham dan mengingatkan kembali terkait hafalan perkalian karena rata-rata
yng tidak bisa mengerjakan itu adalah siswa-siwa yang belum hafal
perkalian dan jarang berlatih di rumah.
b) Repetisi

D. Kebaikan dan Kelemahan metode Menghafal


Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran modern, metode pembelajaran
Menghafal memiliki beberapa kelebihan yaitu :
1. Menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar.
2. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak akan mudah hilang karena sudah
dihafalnya.
3. Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian,
bertanggung jawab serta mandiri.
4. Membangkitkan rasa percaya diri.
5. Belajar dengan cara menghafal adalah sederhana dan mudah.
6. Sebagai solusi ketika terjadi kecemasan atau perasaan tidak mampu
menguasai dalam memahami materi pelajaran, dapat mencoba dikuasai
dengan menghafalkannya.
Selain kelebihan metode ini juga memiliki beberapa kelemahan seperti :
1. Pola pikir seseorang cenderung statis karena hanya mengetahui apa yang
dihafalnya saja.
2. Tidak dapat berargumen menurut pemahamannya sendiri. Karena argumen
yang ia sampaikan di sekolahnya hanya dari hasil menghafal materi
pelajaran.
3. Kesulitan menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya. karena tidak
terbiasa.
4. Terkadang menghafal hanya bersifat sementara di otak. Karena biasanya
ingatannya hanya digunakan dan diperlukan ketika akan menghadapi
ulangan saja. Setelah itu terabaikan.
5. Menghafal materi yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental.
6. Kurang tepat diberikan kepada siswa yang mempunyai latar belakang
berbeda-beda dan membutuhkan perhatian yang lebih.
Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan atau
kekurangan dalam menerapkan metode menghafal, yaitu:
1. Apa saja yang akan dihafalkan oleh siswa sebaiknya terlebih dahulu
dijelaskan dan diterangkan oleh guru sehingga siswa benar-benar
memahami materi pelajarannya. Jangan sampai siswa hanya menghafal
sedangkan ia belum paham.
2. Menghafal harus diberi latar belakang dan penjelasan yang cukup. Dengan
demikian bahan tersebut akan lebih mudah dihafal dan mudah diingat.
3. Memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya menghafal, karena
untuk menghafal sesuatu dibutuhkan perhatian dan keinginan untuk
mengingat sesuatu.
4. Menentukan teknik yang lebih efektif, menghafalkan keseluruhan atau
bagian-bagian yang penting saja.

E. Metode Menghafal Perkalian Dalam materi Perkalian bersusun


Rendahnya prestasi pembelajaran Matematika materi Perklian Bersusun
diakibatkan karena cara guru dalam mengajar atau menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik menjadi cepat bosan, oleh
karenanya peserta didik dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris ini kurang
semangat.
Salah satu metode pembelajaran yang menjadikan siswa menjadi aktif
dalam pembelajaran Matemstika adalah dengan menggunakan metode
menghafal perkalian 1-10. Metode menghafal adalah salah satu metode
pembelajaran dalam Cooperative Learning. Cooperative Learning Tipe Jigsaw
diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Selanjutnya guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, dan membagikan materi
tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok
bertanggung jawab mempelajari materi yang diterima dari guru. Sesi berikutnya
membentuk expert teams (kelompok ahli) yang berasal dari kelompok asal, atur
sedemikian rupa yang terpenting adalah setiap kelompok ahli ada anggota dari
kelompok asal yang berbeda-beda, kemudian memberikan kesempatan kepada
mereka berdiskusi. Setelah diskusi selesai, selanjutnya mereka kembali ke
kelompok asal dan memberikan mereka kesempatan untuk berdiskusi, kegiatan
ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari
hasil berdiskusi di kelompok ahli. Seperti halnya pada materi procedure text ini.
Metode Jigsaw ini melibatkan siswa untuk dapat aktif dalam berdiskusi dan
bekerjasama dengan kelompok dan dapat mempelajari procedure text dengan
lebih luas dan menyenangkan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas


(PTK), yaitu kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik
pendidikan oleh kelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-
tindakan tersebut. Secara ringkasnya penelitian tindakan kelas adalah
bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka
dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran
mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Pendapat lain adalah menurut Supardi mengemukakan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di
dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Penelitian tindakan kelas
dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
kualitas pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas, atau pada proses


pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas ketika pembelajaran
berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu kualitas pembelajaran agar pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dapat berhasil sesuai dengan tujuan yangdiharapkan.

B. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tangggal 18


November 2021 hingga 31 Januari 2022. Adapun yang digunakan
sebagai tempat penelitian adalah SDIT Al Kautsar Bogor yang
beralamat Gang Cempaka RT 03/12, Bantarjati, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, Jawa Barat 16153 . Adapun Jadwal pengambilan
data sebagai berikut:

Kegiatan November Januari


No
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Desain Penelitian
2 Pra siklus (observasi)
3 Pelaksanaan siklus I
4 Penyusunan laporan
2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III A


dengan jumlah 18 siswa yang seluruhnya terdiri dari siswa laki-laki.
Subyek soal ujicoba dilakukan di kelas III A dengan jumlah 18 siswa yang
seluruhnya merupakan laki-laki.

3. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi


titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 118). Variabel dalam
penelitian ini ada dua variabel yaitu:
a. Variabel bebas
Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
adalah penggunaan model menghafal. pada mata pelajaranan Matematika
materi perkalian bersusun.
b. Variabel terikat
Dalam hal ini yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini
adalah pemahaman siswa kelas III A. Dalam hal ini dapat ditarik
kesimpulan dari kedua variable tersebut Penelitian ini adalah
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PERKALIAN
BERSUSUN DENGAN METODE MENGHAFAL PERKALIAN DI
KELAS III A SDIT AL KAUTSAR KOTA BOGOR

4. Prosedur Siklus Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas


satu siklus. terdiri dari empat kegiatan yaitu: perencanaan (planning),
tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai.
Supaya untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan kurang
optimalnya hasil belajar materi perkalian bersusun mata pelajaran
matematika siswa kelas III A SDIT Al-Kautsar dengan melakukan
observasi dan tes tertulis terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh
guru.
Langkah-langkah kegiatan dengan satu siklus yaitu sebagai berikut:

SIKLUS 1

a. Tahap perencanaan (planning)


Kegiatan perencanaan ini meliputi tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
Rancangan harus dilakukan bersama antara guru yang sebagai peneliti
dan tindakan yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Kegiatan
perancangan tindakan meliputi: (a) peneliti menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan standar kompetensi: procedure text;
Kompetensi dasar: memahami pengertian, tujuan, jenis, struktur teks,
unsur bahasa, dan ciri-ciri procedure text, (b) peneliti memilih metode
pembelajaran yang sesuai, (c) peneliti membuat dan merancang lembar
observasi siswa.

b. Tahap pelaksanaan tindakan (acting)

Tahap pelaksanaan tindakan meliputi: (a) peneliti melaksanakan proses


pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, (b) peneliti
melaksanakan observasi terhadap kemampuan siswa saat pembelajaran
berlangsung, (c) peneliti mengadakan pengamatan terhadap proses
pembelajaran dan mengelola kelas, (d) Guru membangkitkan motivasi siswa
dengan memberi gambaran kegunaan atau manfaat memiliki kemampuan
menghafal Bahasa Inggris terutama materi procedure text pada kegiatan awal,
(e) Guru menjelaskan pengertian dan unsur-unsur procedure text melalui
metode Jigsaw. tahap demi tahap, (f) Guru membimbing siswa untuk
berdiskusi tentang sub bab procedure text dengan metode Jigsaw. .(g) guru
melakukan tes kemampuan dengan menunjuk siswa secara acak yang
meliputi dari peserta didik yang memiliki kemampuan lancar, sedang hingga
yang paling rendah kemampuan kognitif dan psikomotoriknya sebagai tolak
ukur bahwa target tercapai atau belum.
c. Tahap pengamatan (observasi)
Pada tahap pengamatan perbaikan pembelajaran, dengan
kompetensi dasar memahami pengertian dan tujuan, perkalian bersusun
di kelas III A SDIT AL-KAUTSAR dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas siswa.

d. Tahap refleksi (reflecting)


Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti mengadakan
refleksi untuk diketahui kekurangan, hambatan pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Dan data yang diperoleh dapat
digunakan sebagai dasar bagi guru untuk mengevaluasi guru dan siswa
selama pembelajaran.
Untuk mekanisme kerja yang diwujudkan, dapat dilihat pada
gambar di bawahini:
Perencanaan I

Pelaksanaan I
Siklus I

Pengamatan
I

Refleksi I

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi teknik tes


dan nontes. Teknis tes berupa tes lisan sedangkan teknik nontes berupa
observasi. Untuk teknik tes, alat pengumpul data berupa penilaian saat
guru memberi pertanyaan pada siswa dengan menyebutkan dan
menjelaskan perkalian bersusun selama siklus penelitian berlangsung.
Untuk teknik nontes, alat pengumpul data berupa lembar observasi.

1. Observasi
Observasi menurut Arikunto adalah suatu pengamatan yang
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Penelitian ini menggunakan observasi
yang dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa di dalam belajar pada
pembelajaran matematika materi perkalian bersusun. Observasi
terhadap guru untuk meningkatkan keberhasilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh setiap individu atau
kelompok. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar
kognitif dalam pembelajaran dengan model pembelajaran menghafal.
Tes digunakan untuk menggukur keberhasilan siswa pada mata
pelajaran matematika materi perkalian bersusun. Data hasil belajar
siswa diperoleh dari hasil evaluasi disetiap akhir siklus.
Metode tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam mempelajari materi perkaian bersusun adalah dengan tes lisan,
yaitu tes yang pertanyaan maupun jawabannya disampaikan secara lisan,
tes lisan sangat bermanfaat dan tepat untuk mengetahui keberhasilan
belajar dalam aspek kognitif yang dalam hal ini adalah hasil hafalansiswa.
Adapun yang merupakan aspek kognitif yang diambil peneliti
dari hasil hafalan siswa pada perkalian meliputi:
a. Aspek kelancaran, yaitu siswa mampu menjawab perkalian sederhana
dengan mudah.
b. Aspek ketepatan, yaitu kemampuan siswa dalam menjelaskan materi
dengan tepat

Kemudian untuk menentukan nilai kemampuan tes membaca


digunakan instrument-instrumen penilaian diantaranya adala:
1. Tes Proses

Instrument yang digunakan peneliti dalam tes proses adalah


dengan mengadakan tes tulis dengan meminta siswa membuat contoh
perkalian
2. Tes Akhir

Bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran,


peneliti menggunakan teknik tes praktik perkalian bersusun. Tes ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dan
menerapkan perkalian bersuun

LEMBAR PENILAIAN PERKALIAN BERSUSUN


III A SDIT AL KAUTSAR
NAMA :

NO.ABSEN:

PENILAIAN
PT
Kelancaran Ketepatan
Pengertian

Tujuan

Ciri-ciri

Jenis

Struktur Teks

Unsur Bahasa

DISIMAK:

NILAI :

komponen penilaian kelancaran dan ketepatan penjelasan dengan baik


dan benar yaitu:

90-100 : Sangat lancer

80-89 : Lancar

70-79 : Kurang lancar

50-69 : Tidak lancar

D. Teknik Analisis Data


Instrument penelitian adalah alat pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan
sistematis sehingga mudah diolah. Data-data yang diperoleh dari penelitian
baik dari observasi, wawancara dan tes kemudian diolah dengan analisis
deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan ketercapaian
indikator tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran
dengan metode menghafal. secara klasikal dalam pembelajaran matematika
materi perkalian bersusun.
Adapun pengumpulan data yang berupa kuantitatif berupa data-
data yang disajikan berdasarkan angka, maka analisis yang digunakan
yaitu prosentase dengan rumus
Prosentase ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100%
Jumlah seluruh siswa
Keterangan skor : 90 – 100% ; baik sekali
70 – 80% : baik
50 – 60% : cukup

E. Indikator Pencapaian Penelitian

Dalam penelitian ini direncanakan ada 1 siklus dengan mengkaji


peningkatan minat belajar peserta didik kelas III pada pembelajaran Matematika
materi perkalian bersusun dengan metode menghafal. Metode ini dianggap
berhasil secara kualitatif apabila

1. Melalui pengamatan peneliti peserta didik menunjukkan antusiasme yang


tinggi terhadap pembelajaran serta indikator ketercapaian mencapai 70% atau
lebih.
2. Indikator keberhasilan siswa dalam menghafal dapat dikatakan tuntas
apabila 70% siswa mampu memperoleh nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
Miminimal yaitu skor 70.

Tercapainya hipotesis tindakan ditentukan berdasarkan indikator


keberhasilan yang ditetapkan peneliti. Adapaun indikator keberhasilannya

adalah:

1. Hasil belajar siswa pada rata-rata kelas sekurang-kurangnya 80

2. Siswa dikatakan tes hasil belajar berhasil apabila mencapai nilai di atas 70

yang sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

3. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran perkalian bersusun dengan

menggunakan model pembelajaran menghafal, yang ditandai dengan aktivitas

siswa minimal baik dalam lembar observasi.

Anda mungkin juga menyukai