Anda di halaman 1dari 31

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI


PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI KELAS VB
SEMESTER 1 MIN 1 KAPUAS TAHUN PELAJARAN 2023/2024

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Perkuliaan PPG

Oleh :

SITI KARLINA, S.Pd


NIM : 230109110847

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang


telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil
Belajar Peserta didik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan di kelas VB Semester
1 MIN 1 Kapuas Tahun Pelajaran 2023/2024” dengan baik.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasihyang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Ahmad Yani, S.Pd.I, M.Pd selaku Kepala MIN 1 Kapuas.
2. Ibu Dr. Marhayati, M. PMat. selaku Dosen Pembimbing sekaligus pengampu
Modul Lokakarya yang sudah banyak sekali memberikan arahan, bimbingan,
dan masukannya.
3. Rekan-rekan sesama guru di MIN 1 Kapuas yang telah memberikan,
pemikiran, masukan, serta saran selama penelitian.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
Penelitian tindakan ini menguji dan meneliti apakah model pembelajaran
problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal ini tidak akan terwujud tanpa
adanya ridho Allah Swt dan bimbingan serta kerjasama dari berbagai pihak.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak selalu peneliti
harapkan.

Kapuas, November 2023

Peneliti,

Siti Karlina, S.Pd

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... …i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... …ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... … iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. …v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ … vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ................................ 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB II KERANGKA TEORI ............................................................................ 6


A. Landasan Teori .............................................................................. 6
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran...................................... 6
2. Pengertian Pembelajaran Matematika ..................................... 6
3. Pengertian Ketuntasan Belajar ................................................ 7
4. Hasil Belajar Matematika ........................................................ 8
5. Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan ..................... 9
6. Pengertian Model Pembelajaran PBL. .................................... 10
7. Langkah-Langkah Model Pembelajaran PBL ......................... 11
8. Kelebihan dan Kekurangan PBL ............................................ 11
B Penelitian Terdahulu ..................................................................... 12
C. Hipotesis Tindakan........................................................................ 14

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 15


A. Jenis Penelitian .............................................................................. 15
B. Variabel Penelitian ........................................................................ 16
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 17
D. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data .............................. 17
E. Teknik Analisis dan Pengujian .................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 15


A. Jenis Penelitian .............................................................................. 15
B. Variabel Penelitian ........................................................................ 16

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 20


A. Pra Siklus ...................................................................................... 20

iii
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................... 22
A. Pra Siklus ...................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Interval KKTP Hasil Belajar Peserta Didik ........................................ …17


Tabel 2. Nilai Awal Matematika Peserta Didik Kelas VB MIN 1 Kapuas ....... …20
Tabel 3. Frekuensi Interval Hasil Belajar Peserta Didik ................................... …21

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Metode Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart ....................... …14

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, sudah banyak sekolah dasar maupun madrasah yang menerapkan
kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang
menciptakan pembelajaran yang kreatif dan aktif (Malikah et al., 2022). Oleh
karena itu, adanya kebijakan terkait perubahan kurikulum 2013 menjadi
kurikulum merdeka memunculkan tantangan bagi guru untuk terus
mengembangkan kompetensi diri dan kompetensi pembelajaran (Suhandi &
Robi’ah, 2022) sehingga guru dapat memfasilitasi proses pembelajaran yang lebih
bermakna.
Salah satu mata pelajaran yang memberikan tantangan bagi guru dalam
pelaksanaanya yaitu mata pelajaran matematika. Dimana pelajaran matematika
masih menjadi pelajaran yang menakutkan dan sulit untuk dipelajari bagi
sebagian besar peserta didik (Firmansyah, 2015). Realitanya matematika
merupakan pelajaran yang penting dan menjadi bagian pada kehidupan
sehari-hari setiap orang (Anditya & Murtiyasa, 2016). Sayangnya matematika
menjadi pelajaran yang dianggap sulit oleh para peserta didik (Siregar, 2017).
Materi pada mata pelajaran matematika adalah konsep yang bersifat abstrak.
Sedangkan dalam proses pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah
dalam menyampaikan materi tersebut. Metode ceramah untuk menyampaikan
konsep matematika yang bersifat abstrak membuat peserta didik sulit memahami
materi.. Akibatnya, matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap
sulit karena capaian hasil belajar peserta didik masih kurang. Sebagai pendidik,
guru perlu memilih model yang tepat untuk menyampaikan sebuah konsep
kepada anak didiknya. Untuk mencapai hasil belajar secara optimal, upaya yang
dapat dilakukan seorang guru adalah menggunakan model yang sesuai dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik (Fauziah, 2018).
Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa peserta didik kelas VB
aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika di kelas, tetapi jika diberikan
pertanyaan, peserta didik cenderung hanya menjawab tanpa benar-benar

1
mencerna maksud dari pertanyaan yang diberikan. Selain itu, hasil belajar
ulangan harian matematika yang dicapai peserta didik tergolong rendah yakni
hanya 38,46% dari jumlah peserta didik yang mencapai nilai kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran dengan nilai rata-rata 67. Peserta didik
mayoritas tergolong lambat dalam memahami materi matematika khususnya
pada penjumlahan dan pengurangan pecahan terutama dalam menyelesaikan
soal-soal latihan biasa maupun bentuk soal cerita, sehingga berimbas pada hasil
belajar matematika yang rendah.
Untuk mengatasi permasalahan terkait mata pelajaran matematika, maka
perlu adanya model pembelajaran yang tepat, yang dapat membantu peserta didik
untuk dapat meningkatkan hasil belajar serta memahami materi pembelajaran
yang diberikan. Salah satu model pembelajaran yang melatih peserta didik untuk
berpikir secara kritis, inovatif, serta aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah
model pembelajaran problem based learning. Model problem based learning
(PBL) adalah model pembelajaran yang menuntun peserta didik untuk dapat
memecahkan suatu permasalahan berdasarkan informasi yang peserta didik
temukan (Prastitasari et al.,2022). Selain itu PBL juga merupakan model yang
memberikan tantangan bagi peserta didik untuk belajar dan bekerja dalam mencari
solusi pada suatu permasalahan secara berkelompok (Azmi, Rahayu, &
Hikmawati, 2017). Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem
based learning merupakan model pembelajaran yang memberikan aktivitas
berbasis masalah yang akan membuat peserta didik aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik lebih mudah memahami konsep
dalam matematika yang pada akhirnya mendorong hasil belajar peserta didik
menjadi meningkat.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Kistian
(2019) tentang penerapan model pembelajaran problem based learning, Yenni
Fitra Surya (2016) dan Miftahul Amalia Akhmad, dkk (2023). Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan
model pembelajaran problem based learning memiliki dampak yang positif dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Materi
Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan di kelas VB Semester 1 MIN 1 Kapuas
Tahun Pelajaran 2023/2024”

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah


Agar memperoleh kejelasan masalah yang diteliti dan tidak terjadi
perluasan masalah, maka penelitian ini dibatasi pada:
1) Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran problem
based learning (PBL).
2) Hasil belajar yang ingin di ukur yaitu kemampuan kognitif peserta didik
khususnya kemampuan matematika peserta didik.
3) Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan.
4) Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelas VB MIN 1 Kapuas
semester 1 tahun pelajaran 2023/2024.
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar peserta didik melalui model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan kelas VB Semester 1 MIN 1 Kapuas tahun pelajaran
2023/2024?
2) Bagaimanakah aktivitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
1) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik melalui model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi penjumlahan dan

3
pengurangan pecahan di kelas VB Semester 1 MIN 1 Kapuas Tahun
Pelajaran 2023/2024.
2) Untuk mengetahui aktivitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan.

D. Manfaat Penelitian
Secara teoris hasil penelitian ini diharapkan :
1) Dapat memperoleh bentuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan pada peserta didik kelas
V.
2) Dapat meningkatkan ketepatan penggunaan model pembelajaran dan
melengkapi teori-teori pembelajaran khususnya pembelajaran materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1) Bagi peneliti sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain untuk melaksanakan
penelitian yang sejenis.
2) Bagi peserta didik, membantu peserta didik dalam peningkatan hasil belajar
pada mata pelajaran matematika peserta didik kelas V SD/MI, khususnya
pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
3) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana pengembangan dan
perbaikan teknik pembelajaran di kelas.
4) Bagi sekolah, penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berharga
dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

4
BAB II
KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar
terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak
mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak
yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. (M. Djauhar Siddiq, 2008 : 3) B.F.
Skinner dalam Nabisi Lapono (2008 : 5) bahwa belajar menghasilkan perubahan
perilaku yang dapat diamati, sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi
lingkungan. Nana Sudjana (1987 : 28) Belajar bukan menghafal dan bukan pula
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Bruner, melalui
teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi
kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara
khusus dan dapat diotak-atik oleh peserta didik dalam memahami suatu konsep
matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung
bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang
diperhatikannya itu. (Siti Hawa, dkk., 2008 : 6).
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau
yang lain) untuk membelajarkan peserta didik yang belajar. Pada pendidikan
formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru,
karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. (M.
Djauhar Siddiq, 2008 : 9) Dari beberapa pengertiaan belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan aktifitas yang dapat membawa perubahan
tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang karena berinteraksi

5
dengan lingkungan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang
merangsang dan menantang peserta didik untuk belajar.
2. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditakuti
anak pada umumnya karena mata pelajaran matematika termasuk dalam mata
pelajaran yang diujikan berstandar nasional. Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008 :
1) matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu
sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif.
Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008 : 1) matematika berkenan dengan ide
(gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis
sehingga matematika berkaitan dengan konsepkonsep abstrak. Sebagai guru
matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar matematika
utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan
prosedural.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi dan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif di masa depan, maka diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat peserta didik
belajar dan menjadi bermakna. (Sitihawa dkk., 2008 : 3).
3. Pengertian Ketuntasan Belajar
Wiji Suwarno (2009 : 95) belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran
yang dapat dilaksanakan di dalam kelas dengan asumsi bahwa di dalam kondisi
yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh
hasil secara maksimal terhadap bahan ajar yang dipelajari. Agar semua peserta
didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan secara
sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang

6
dilaksanakan, terutama dalam mengorganisasi tujuan dan bahan ajar, serta
melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang
gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus
diorganisasi secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar.
Sedangkan bahan ajar perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu, dan
penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut
dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya.
Evaluasi dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan
belajar tertentu yang merupakan dasar untuk memperoleh umpan balik (feed
back). Tujuan utama evaluasi adalah untuk memperoleh informasi tentang
pencapaian tujuan dan penguasaan bahan peserta didik. Hasil evaluasi digunakan
untuk menentukan di mana dan dalam hal apa para peserta didik perlu
memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehingga seluruh peserta didik
dapat mencapai tujuan dan menguasai bahan ajar secara maksimal (belajar tuntas)
4. Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian hasil belajar dan matematika yang telah diuraikan
diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil usaha
peserta didik dalam belajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka,
huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran matematika selama periode tertentu.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika hasil belajar
merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang
saling mempengaruhi, hasil belajar peserta didik tergantung pada faktor-faktor
tersebut. Windarno Surachmad (1979: 29) menyampaikan bahwa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah:
a) Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik, yang
meliputi: faktor jasmani (misalnya kesehatan, struktur tubuh) dan faktor
rohani (misalnya motivasi, pengetahuan awal, disiplin dan rasa ingin tahu).
b) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik misalnya
tembat belajar, sarana belajar dan lingkungan sekitar peserta didik.

7
c) Faktor kegiatan pembelajaran, misalnya model pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, dan sistem penilaian.
5. Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan merupakan salah satu
materi pembelajaran kelas V yang perlu dipahami oleh para peserta didik.
Pasalnya muatan ini sendiri telah ditetapkan oleh Kemendikbud lewat kurikulum
merdeka yang termasuk dalam elemen Bilangan. Pada akhir fase C yang telah
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada materi ini, peserta didik diharapkan
dapat menunjukkan kemampuan melakukan operasi penjumlahan dan
pengurangan pecahan dengan tepat.
1) Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa dan Campuran Berpenyebut
Sama.
Jika pecahan yang akan dijumlahkan dan dikurangkan merupakan pecahan
biasa yang penyebutnya sama, maka kita dapat langsung menjumlahkan kedua
pembilang pecahan yang akan dijumlahkan atau mengurangkan pembilang
pecahan tersebut. Jika pecahan yang akan dijumlahkan dan dikurangkan
merupakan pecahan campuran maka kita dapat menjumlahkan kedua bilangan
asli pada pecahan (dikumpulkan) dan kedua pecahan biasa yang ada
dibelakang, begitu pula pengurangan pecahan campuran berpenyebut sama,
dapat dilakukan dengan mengurangi kedua bilangan asli pada pecahan
(dikumpulkan) dan kedua pecahan biasa yang ada dibelakangnya.
2) Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa dan Campuran Berpenyebut
Berbeda.
Dalam menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa dapat
dilakukan dengan menyamakan penyebutnya dan menyesuaikan
pembilangnya. Selanjutnya hasil dari penjumlahan atau pengurangan
pecahannya adalah dengan menjumlahkan atau mengurangkan pembilang-
pembilangnya dan nilai penyebut tetap sama. Sedangkan bagi pecahan
campuran dapat kita ubah terlebih dahulu ke dalam bentuk pecahan biasa,
kemudian penyebutnya disamakan, barulah pembilangnya dapat dijumlahkan
atau dikurangkan.

8
6. Pengertian Model Problem Based Learning
Problem Based Learning merupakan istilah lain dari Pembelajaran
Berbasis Masalah yang menitikberatkan pada suatu permasalahan yang dihadapi
peserta didik dalam pembelajaran. Permasalahan dijadikan sebagai titik awal
dalam membangun konsep, dalam pembelajaran matematika peserta didik diberi
suatu masalah kehidupan seputar konsep matematika. Melalui permasalahan
tersebut peserta didik belajar dari apa yang terdapat di lingkungan sehari-hari
sehingga dapat mempermudah mereka dalam memahami dan menerapkan
matematika dalam kehidupan.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang
menggunakan permasalahan nyata sebagai fokus utama dan sebagai sarana bagi
peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah,
berpikir kritis dan kreatif serta membangun pengetahuan baru melalui
penyelesaian yang bersifat terbuka. Problem Based Learning merupakan
pembelajaran yang bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, dihubungkan dengan
pengetahuan yang dipelajarinya.
PBM memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan
satu masalah, (2) memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia
nyata peserta didik, (3) mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan
seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta
didik dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka
sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut peserta didik untuk
mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar
mendengar, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui
pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari, mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Berdasarkan beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan permasalahan dunia nyata untuk

9
mengembangkan kemampuan belajar peserta didik agar lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok ini akan
menumbuhkan minat peserta didik dalam belajar sehingga akan memperbaiki
kemampuan pemahaman konsep peserta didik menjadi lebih baik lagi.
7. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
Langkah-langkah dalam model problem based learning adalah sebagai
berikut:
1) Orientasi peserta didik pada masalah.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan, mengajukan fenomena atau cerita untuk memunculkan masalah,
dan memotivasi peserta didik untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
2) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3) Membimbing penyelidikan individu/ kelompok.
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
8. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning
1) Kelebihan
Menurut Agus Cahyo, pembelajaran berbasis masalah memiliki
kelebihan, di antaranya:
a) Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan.

10
b) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berpikir peserta didik yang lebih tinggi.
c) Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran, sebab masalah-
masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal
ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan peserta didik terhadap
bahan yang dipelajari.
d) Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi
aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang
positif di antara peserta didik.
e) Pengondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang saling
berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian
ketentuan belajar peserta didik dapat diharapkan.
f) Menumbuhkan kemampuan kreativitas peserta didik baik secara individual
maupun kelompok, karena hampir disetiap langkah menuntut adanya
keaktifan peserta didik.
2) Kekurangan
Pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kekurangan, antara
lain:
a) Peserta didik yang tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka
mereka akan enggan untuk mencoba,
b) Waktu pelaksanaan yang relatif panjang.
c) Tanpa adanya pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang
mereka ingin pelajari.

B. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu tentang metode diskusi kelompok yang pernah
dilakukan pada pembelajaran matematika antara lain :
1. Yenni Fitra Surya pada tahun 2016 dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Peserta didik Kelas IV SD 016 Langgini Kabupaten Kampar”.

11
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis disimpulkan melalui penerapan
model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik. Hasil belajar peserta didik mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar peserta didik sebelum
tindakan yang mencapai KKM hanya 13 peserta didik dengan rata-rata
klasikal sebesar 48%. Kemudian pada siklus I peserta didik yang mencapai
KKM hanya 19 peserta didik dengan rata-rata klasikal sebesar 70%. Siklus II
peserta didik yang mencapai KKM 25 peserta didik dengan rata-rata klasikal
sebesar 92%.
2. Agus Kistian pada tahun 2019 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
didik Kelas IV SD Negeri Ujong Tanjong Kabupaten Aceh Barat”. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki dampak yang
positif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sedangkan sebelum
tindakan kelas rata-rata menunjukkan 30,43% dari hasil belajar peserta didik
yang sudah dilaksanakan. Sedangkan pada siklus I menunjukkan rata-rata
56,52% dan siklus II 91,30%. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
semangat peserta didik terhadap materi yang disampaikan guru (Hasil belajar
peserta didik meningkat dari siklus I kesiklus II) yaitu masing-masing 56,52%
dan 91,30%. Pada siklus II Peningkatan hasil belajar peserta didik secara
klasikal telah tercapai secara sempurna. Dengan demikian pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar sesuai dengan hipotesa penelitian yaitu Problem
Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
3. Miftahul Amalia Akhmad, dkk (2023) dalam penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Based Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Peserta didik SD”. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
tersebut, dapat ditarik kesimpulan yaitu peran pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar dan peserta
didik dapat memecahkan permasalahan-permasalahan matematika materi
lingkaran. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari skor rata-
rata setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning
mengalami peningkatan yakni dari 68% menjadi 86,53%. Begitu pula
12
ketuntasan belajar peserta didik yang mengalami peningkatan dari siklus I dan
siklus II. Menurut hasil observasi terjadi peningkatan dari siklus I dan siklus
II. Kemampuan menganalisis juga meningkat secara signifikan.

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
Model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas
VB Semester 1 MIN 1 Kapuas Tahun Pelajaran 2023/2024.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan model penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan 3 siklus, yang apabila pada pada
setiap siklusnya telah menunjukkan ketercapaian penelitian maka penelitian pada
siklus berikutnya akan dihentikan. Adapun rancangan (desain) penelitian tindakan
kelas ini menggunakan model Kemmis dan McTaggart yang meliputi empat alur,
yaitu : (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan ; (3) observasi ; dan (4)
refleksi. Alur pelaksanaan tindakan dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut.
Rencana
Tindakan
Refleksi

Observasi
Siklus 1

Pelaksanaan
Tindakan
Rencana
Tindakan
Refleksi

Observasi
Siklus 2

Pelaksanaan
Tindakan
Rencana
Tindakan
Refleksi

Observasi
Siklus 3

Pelaksanaan
Tindakan

Gambar 1. Metode penelitian model Kemmis dan Mc Taggart


Sumber: Diknas (2004)

14
Penjelasan terkait alur pada setiap siklus tersebut antara lain :
1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti
dalam rangka menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses
penelitian. Perencanaan tindakan ini terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut:
a) pembuatan proposal PTK
b) mengembangkan instrumen penelitian
c) melaksanakan pretest kepada peserta didik.
2) Pelaksanaan Tindakan
Ini merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap ini semua data
yang diperlukan akan dikumpulkan. Penelitian ini dilakukan pada waktu yang
disepakati oleh pihak sekolah dan peneliti, pada tahap ini dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
a) Peneliti sebagai guru yang mengajar, peserta didik sebagai subjek peneliti
dengan berpedoman pada modul yang telah disusun.
b) Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning.
c) Melaksanakan asesmen pada setiap akhir pertemuan siklus untuk mengetahui
tingkat keberhasilan peserta didik dalam pemahaman serta hasil belajar
terhadap materi yang telah diberikan.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan satu orang pengamat yang melaksanakan tugasnya
mengamati aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
4) Refleksi
Peneliti akan menganalisis, menginterpretasi, dan mengevaluasi data yang
diperoleh dari kegiatan pengamatan tindakan.

B. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel terikat dan variabel
bebas. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sebaliknya

15
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Adapun variabel
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
2. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).

C. Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang berada di
kelas V Semester 1 MIN 1 Kapuas tahun pelajaran 2023/2024.
Sampel pada penelitian ini adalah kelas VB yang terdiri dari 26 peserta didik yang
terdiri dari 9 peserta didik laki-laki dan 17 peserta didik perempuan.

D. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif adalah data berupa skor yang diperoleh dari hasil
belajar peserta didik setelah pembelajaran model pembelajaran problem based
learning diberikan, sedangkan data kualitatif adalah data yang diperoleh dari
angket respons peserta didik terhadap model pembelajaran problem based
learning (PBL)
2. Sumber Data
a) Data Primer
Data primer dalam penelitian ini yiatu data yang diperoleh dari instrumen
berupa tes evaluasi, lembar observasi (pengamatan) dan lembar angket
yang dibagikan kepada peserta didik kelas VB Semester 1 MIN 1 Kapuas.
b) Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari studi dokumen dan jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

16
1. Tes dilaksanakan setiap akhir siklus. Hasil tes yang diperoleh kemudian
dianalisis untuk mengukur keberhasilan penelitian dengan berpatokan pada
indikator yang telah ditetapkan.
2. Lembar observasi aktivitas peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning (PBL)
untuk mengetahui aktivitas peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran.
3. Penyebaran angket yang dibagikan kepada peserta didik kelas VB
Semester 1 MIN 1 Kapuas untuk mengetahui respons peserta didik
terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning (PBL).
4. Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan peristiwa penting
pada proses tindakan. Hasil dokumentasi dapat digunakan untuk
memberikan andil dalam perbaikan siklus selanjutnya.

E. Teknik Analisis dan Pengujian


Setelah data terkumpul peneliti melakukan analisis berdasarkan instrumen-
instrumen yang digunakan sebagai berikut :
1. Dari hasil tes tertulis peserta didik didapatkan skor tiap peserta didik. Nilai
tiap peserta didik dihitung dengan rumus berikut.

Nilai = x 100

Hasil belajar peserta didik kemudian dikelompokkan dalam 4 kategori sesua


dengan rentang yang ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1
Interval KKTP Hasil Belajar Peserta didik
Nilai Kriteria
81 - 100 Mahir
71 - 80 Cakap
70 - 61 Layak
0 - 60 Baru Berkembang

17
Persentase peserta didik dengan kategori x dihitung dengan rumus :

PX = x 100%

Keterangan :
 PX = % peserta didik dengan kategori
 Untuk penilaan aspek kognitif peserta didik yang meliputi hasil belajar
peserta didik selama proses pembelajaran matematika pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan, x merupakan Mahir, Cakap,
Layak, dan Baru Berkembang.
Untuk mengetahui tingkat ketercapaian nilai peserta didik yaitu sebagai
berikut :

TK (%) = x 100%

Dimana :
TK = Tingkat Ketercapaian
M = Skor rata-rata
Kriteria tingkat ketercapaian peserta didik sebagai berikut :
0% ≤ TK ≤ 40% = Sangat kurang tercapai
40% ≤ TK ≤ 50% = Kurang tercapai
50% ≤ TK ≤ 60% = Cukup tercapai
60% ≤ TK ≤ 80% = Tercapai
80% ≤ TK ≤ 100% = Sangat tercapai
Hasil belajar peserta didik dikatakan meningkat jika persentase pada siklus
akhir lebih besar dari siklus sebelumnya dengan menggunakan rumus :

P = x 100%

Keterangan :
Post rate = Tingkat ketercapaian pada siklus terakhir
Base rate = Tingkat ketercapaian pada siklus sebelumnya
P = Persentase hasil belajar
2. Data respons peserta didik digunakan untuk menjaring pendapat peserta didik
terhadap kegiatan belajar mengajar.

18
Data respons peserta didik digunakan analisis statistik deskriptif presentasi.
Rumus statistik deskriptif presentasi adalah :

P = x 100%

Keterangan :
P = Persentase tanggap peserta didik
F = Frekuensi tiap kategori
N = Jumlah seluruh kategori
Kriteria respons peserta didik sebagai berikut :
80% - 100% = Sangat baik
60% - 80% = Baik
30% - 60% = Kurang baik
0% - 30% = Sangat kurang baik
Hasil data yang telah dianalisis akan diuji untuk dibandingkan dengan indikator
keberhasilan penelitian. Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini
adalah meningkatnya hasil belajar peserta didik secara individual mencapai
kriteria Cakap yaitu mencapai nilai interval 71 – 80 atau KKTP secara klasikal
mencapai 85%.

19
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Pra Siklus
Kegiatan peneliti sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
yaitu mengadakan pengamatan dan observasi awal penyebab rendahnya hasil
belajar peserta didik dikarenakan madrasah masih banyak menerapkan model
pembelajaran dengan menggunakan model konvesional dengan metode ceramah.
Kegiatan pra siklus ini dilaksanakan pada hari Senin, 27 November 2023.
Sebelum memasuki tahap siklus tindakan, pada tahap prasiklus peneliti
menggunakan data nilai awal hasil belajar matematika sebagai kemampuan awal
peserta didik. Nilai awal ini digunakan sebagai pijakan oleh peneliti dalam
melakukan tindakan penelitian untuk mengetahui apakah nanti setelah diberi
tindakan ada perubahan atau tidak
Nilai awal peserta didik kelas VB MIN 1 Kapuas dapat dilihat pada
tabel 2 berikut.
Tabel 2
Nilai Awal Matematika Peseta Didik Kelas VB MIN 1 Kapuas

No. Nama siswa Nilai KKTP Ketuntasan


1. AR 90 Mahir Tuntas
2. AJ 80 Cakap Tuntas
3. AK 60 Baru Berkembang Tidak Tuntas
4. AW 50 Baru Berkembang Tidak Tuntas
5. AH 70 Layak Tuntas
6. AZ 80 Cakap Tuntas
7. AHM 100 Mahir Tuntas
8. LR 40 Baru Berkembang Tidak Tuntas
9. MM 70 Layak Tuntas
10. MN 40 Baru Berkembang Tidak Tuntas
11. MNE 80 Cakap Tuntas
12. MRF 60 Baru Berkembang Tidak Tuntas
13. MRA 70 Layak Tuntas
14. MR 60 Baru Berkembang Tidak Tuntas
15. MSF 50 Baru Berkembang Tidak Tuntas
16. MS 60 Baru Berkembang Tidak Tuntas
17. M 40 Baru Berkembang Tidak Tuntas

20
18. MA 80 Cakap Tuntas
19. NM 50 Baru Berkembang Tidak Tuntas
20. NHK 80 Cakap Tuntas
21. NAN 80 Cakap Tuntas
22. NML 60 Baru Berkembang Tidak Tuntas
23. PM 30 Baru Berkembang Tidak Tuntas
24. RA 60 Baru Berkembang Tidak Tuntas
25. RH 100 Mahir Tuntas
26. RPA 100 Mahir Tuntas
Jumlah 1.740
Tuntas 10
Tidak Tuntas 16
Rata-rata 66,92
Nilai Terendah 30
Nilai Tertinggi 100
Ketuntasan klasikal 38,46%

Tabel 3
Frekuensi Interval KKTP Hasil Belajar Siswa
Nilai Kriteria Jumlah Persentase (%)
81 - 100 Mahir 4 15,38
71 - 80 Cakap 6 23,08
70 - 61 Layak 3 11,54
0 - 60 Baru Berkembang 13 50

Berdasarkan data pada tabel 2 dan 3 tersebut dapat ditarik kesimpulan


bahwa sebelum diberikan tindakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran problem based learning, kemampuan kognitif peserta didik
berupa hasil tes awal yang menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal peserta didik
tergolong rendah yaitu 38,46%. Peserta didik yang termasuk dalam KKTP Mahir
dan Cakap memiliki persentase sebesar 38,46% (sesuai dengan ketuntasan
klasikalnya), sedangkan peserta didik yang termasuk dalam KKTP Layak dan
Baru Berkembang adalah 61,54%.

21
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pra Siklus
Pada kegiatan pra siklus, peneliti masih menggunakan model pembelajaran yang
sifatnya masih konvensional dengan metode ceramah. Selain itu sebelum
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas peneliti mengadakan pengamatan
dan observasi awal penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik dikarenakan
model pembelajaran yang digunakan masih kurang tepat. Peserta didik tidak
diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri dan
memecahkan masalah, tidak fokus dalam menerima materi dan memperhatikan
apa yang disampaikan guru, pada saat guru memberi kesempatan untuk
menghitung, beberapa siswa ada yang mengobrol dan malas untuk menghitung
sehingga pada saat diberikan soal ulangan harian, peserta didik kurang
memahami pertanyaan. Peserta didik cenderung pasif dan tidak memiliki
keberanian untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Peserta
didik masih suka ngomong sendiri saat guru menjelaskan, peserta didik hanya
mendengar dan menyimak, tanpa dilibatkan dengan pengalaman langsung. Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dan afektif peserta didik sangat
rendah sehingga hasil belajar peserta didik pun cenderung rendah. Melihat keadaan
ini, guru melihat bahwa model pembelajaran yang digunakan kurang tepat. Untuk
mengetahui kondisi tersebut maka dilakukan suatu tindakan kelas dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dengan model problem based learning (PBL).
Berdasarkan hasil pra siklus yang dilakukan terhadap 26 peserta didik di
Kelas VB MIN 1 Kapuas diperoleh data hasil belajar peserta didik yang mencapai
KKTP sebanyak 13 peserta didik dan 13 peserta didik lainnya belum mencapai
KKTP . Selain itu data nila rata-rata kelas yaitu 66,92 dan ketuntasan klasikal
38,46%. Nilai terendah peserta didik adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 100.
Peserta didik yang memperoleh nilai 30 sebanyak 1 peserta didik, peserta didik
yang memperoleh nilai 40 sebanyak 4 peserta didik, yang memperoleh nilai 50

22
sebanyak 3 peserta didik, memperoleh nilai 60 sebanyak 6 peserta didik,
memperoleh nilai 70 sebanyak 3 peserta didik, memperoleh nilai 80 sebanyak 6
peserta didik dan yang memperoleh nilai 100 sebanyak 3 orang. Selain itu juga
peserta didik yang termasuk dalam KKTP Mahir berjumlah 4 orang dan Cakap
berjumlah 6 orang memiliki persentase sebesar 38,46% (sesuai dengan ketuntasan
klasikalnya), sedangkan peserta didik yang termasuk dalam KKTP Layak
berjumlah 3 orang dan Baru Berkembang 13 orang adalah 61,54%.
Tidak tercapaianya KKTP hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
pelaksanaan pada pra siklus pertama masih perlu tindakan lanjut untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik yang dapat dilaksanakan pada siklus
pertama.
Penelitian tindakan kelas di MIN 1 Kapuas terdiri dari tiga siklus,
setiap siklusnya adalah satu pertemuan. Apabila pada siklus tertentu
menunjukkan ketercapaian indikator penelitian maka penelitian akan di hentikan
dan dianggap berhasil. Jadwal pelaksanaan penelitian masing-masing siklus dapat
menyesuaikan dengan jadwal pelajaran Matematika yang ada di MIN 1
Kapuas. Peneliti sudah menentukan bahwa penelitian akan dilaksanakan
sesuai jadwal di madrasah agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam
belajar dan penelitian tidak mengganggu proses belajar mengajar.
Sejauh ini pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning belum pernah dilaksanakan pada MIN 1
Kapuas. Untuk mengubah situasi diatas dan menciptakan suasana pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan, maka dilaksanakan penelitian tindakan
kelas melalui model pembelajaran problem based learning pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan pada peserta didik kelas V MIN 1
Kapuas. Dengan berusaha menarik perhatian peserta didik untuk belajar,
diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Miftahul Amalia, dkk. (2023). Penerapan Model Pembelajaran


Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa SD.Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti.

Arikunto, S. (2007). Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan (Rev. ed). Jakarta: Bumi
Aksara.

Harisandy, Ruly. (2015). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata
Pelajaran Pengendali Daya Tegangan Rendah SMK 1 Sedayu melalui
Model Kooperatif Tipe GI (Group Investigation). Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarata.

Kistian, Agus. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning


(PBL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Ujong
Tanjong Kabupaten Aceh Barat. Genta Mulia : Jurnal Ilmiah Pendidikan.

Melati, Nur Ilma, dkk. (2023). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Berbantuan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Media
Komik Pada Soal Cerita Aljabar. Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP
Subang.

Muhammad, A. B. (1981). Pedoman Pendidikan dan Pengajaran. Surabaya:


Usaha Nasional.

Noor, Iswan.(2019). Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Penjumlahan dan


Pengurangan Pecahan Menggunakan Model Problem Base
Learning dan Team Assisted Indivialization Pada Siswa Kelas V SDN
Kelayan Dalam 1 Banjarmasin. Banjarmasin : Program S-1 PGSD FKIP
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Satria, Maulana A. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based


Learning (PBL) dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 163
Pekanbaru. Pekanbaru : UIN SUSKA Riau.

Slameto. (2015). Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga :


Scholaria, Vol. 5, No. 2, Mei 2015, 60 - 69
Surya, Yenni Fitra. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV
SDN 016 Langgini Kabupaten Kampar. Jurnal Pendidikan Matematika.

Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Rineka


Cipta

Udin S. Winataputra, dkk. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran . Jakarta :


Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai