Anda di halaman 1dari 41

PENELITAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN
PESERTA DIDIK
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
MATERI KETENAGAKERJAAN
DI KELAS XI-IPS SMA MUHAMMADIYAH 7 SURABAYA

Diajukan untuk memenuhi Komponen Uji Tertulis


PPG Dalam Jabatan

OLEH
IMA NURFAIDA, SE
NIM : 20232110107

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


BIDANG STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS KUNINGAN
2023

ima nurfaida 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat-Nyalah Laporan
Penelitian Tindakan Kelas ini yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning
(PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
Ekonomi Materi Ketenagakerjaan Di Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 7 Surabaya” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa
pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung, maka pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Tatik Aslihah, S.Pd, M.Pd.I, selaku Kepala SMA Muhammadiyah 7 Surabaya atas
segala usahanya memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, saran dan kritik kepada penulis
selama penelitian.
2. Semua Dewan Guru dan Staf TU Muhammadiyah 7 Surabaya atas segala bantuan dan
kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan laporan
ini, dapat berguna bagi pembaca dan bagi perkembangan dunia pendidikan terutama dalam
mata pelajaran Ekonomi.

Surabaya, September 2023


Penulis

Ima Nurfaida, SE

ima nurfaida 2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR.........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

DAFTAR TABEL.................................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang...................................................................................6

b. Perumusan Masalah...........................................................................8

c. Tujuan Penelitian...............................................................................8

d. Manfaat Penelitian.............................................................................9

BAB II LANDASAN TEORI

a. Deskripsi………………………………………………………… 10

1. Penelitian Tindakan Kelas.......................................................10

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning.......................12

3. Pemahaman Siswa.....................................................................15

4. Media Pembelajaran Power Point.............................................17

b. Kerangka Berpikir..............................................................................18

c. Hipotesis Tindakan............................................................................19

ima nurfaida 3
BAB III METODELOGI PENELITIAN

a. Desain/Prosedur Penelitian................................................................20

1. Perencanaan Tindakan.................................................................20

2. Pelaksanaan Tindakan..................................................................20

3. Observasi......................................................................................20

4. Evaluasi dan Refleksi...................................................................20

b. Teknik Pengumpulan Data.................................................................20

c. Instrumen Penelitian..........................................................................21

d. Teknik Analisis Data..........................................................................21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Pelaksanaan Penelitian.......................................................................23

b. Hasil Penelitian..................................................................................29

1.b.1 Hasil Penelitian Siklus I.........................................................29

1.b.2 Hasil Penelitian Siklus II.......................................................30

BAB V PENUTUP

a. Simpulan............................................................................................31

b. Saran .................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 32

ima nurfaida 4
DAFTAR TABEL

TABEL DAFTAR TABEL HALAMAN

Tingkat Penguasaan dan Kategori Hasil Kemampuan 21


Tabel 1
Pemahaman Peserta Didik.....................................................
Hasil PreTest dan PostTest Peserta Didik Siklus 1 29
Tabel 2
……………

Tabel 3 Hasil PreTest dan PostTest Peserta Didik Siklus 2 ............... 30

ima nurfaida 5
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah


Salah satu faktor penting dalam sebuah pendidikan adalah proses belajar mengajar,
dimana kualitas proses belajar sangat memengaruhi mutu pendidikan itu sendiri. Kendala
yang sering dihadapi adalah bagaimana proses dan penerapan model atau pendekatan
pembelajaran di depan kelas yang masih banyak menggunakan model konvensional.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam proses pembelajaran sebelum dilakukan penelitian
kemampuan pemahaman materi selama proses pembelajaran Ekonomi peserta didik
kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 7 Surabaya pada tahun pelajaran 2020/2021 masih
rendah, khususnya pada materi ketenagakerjaan. Sebagai bukti kemampuan pemahaman
materi Ekonomi masih rendah dapat dilihat melalui pengamatan pada saat melakukan
proses pembelajaran, dari 20 peserta didik ternyata terdapat peserta didik yang kurang
aktif dalam pembelajaran ekonomi. Hasil pemahaman peserta didik tersebut rendah
dapat dilihat dari pelaksanaan diskusi kelompok sebelum melakukan penelitian. Hal itu
juga ditunjukkan dengan guru kurang memahami konsep pembelajaran inovatif, model
dan metode yang digunakan guru masih monoton seperti hanya menggunakan ceramah
dalam pembelajaran, sehingga kurang melibatkan interaksi antara guru dan peserta
didik.dikelas, guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik perhatian
peserta didik sehingga kurangnya memberikan motivasi kepada peserta didik, serta guru
belum optimal dalam memanfaatkan model pembelajaran inovatif dengan sarana dan
prasarana yang kurang memadai sehingga terkadang terjadi ketidaksesuaian model
pembelajaran dengan karakteristik materi yang akan disampaikan, keterbatasan
menggunakan aplikasi pembelajaran, gadget, laptop dll, dan kurangnya minat siswa
dalam menggali informasi lebih jauh tentang materi yang sudah disampaikan oleh guru.
Berdasarkan latar belakang, ditentukan bahwa akar penyebab masalah adalah guru
belum optimal dalam menggunakan model pembelajaran inovatif dengan sarana dan
prasarana yang kurang memadai sehingga peserta didik kurang kemampuan pemahaman
terhadap pembelajaran ekonomi.
Dengan demikian yang menjadi alternatif solusi terpilih atas permasalahan adalah
seorang guru perlu menerapkan model pembelajaran inovatif yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan, yaitu Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan
kemampuan siswa berpikir kritis dan kreatif serta aktif dalam memecahkan masalah
dalam kelompok, juga memudahkan para peserta didik lebih mudah menguasai materi
ekonomi secara komprehensif, baik secara konsep dasar maupun cara praktis dan singkat
dalam menyelesaikan atau mengerjakan soal-soal ekonomi khususnya pada materi
ketenagakerjaan. Penggunaan model Problem Based Learning dilakukan dengan
bimbingan guru di kelas menjadi pembelajaran agar meningkatkan kemampuan
pemahaman peserta didik kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 7 Surabaya dalam proses
pembelajaran materi Ketenagakerjaan, sebagai upaya dalam memberikan pembelajaran
yang bermakna kepada peserta didik serta meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru dalam menerapkan model pembelajaran inovatif dikelas, sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
ima nurfaida 6
Ada beberapa penelitian terdahulu yang membahas penelitian tindakan dengan
media dan metode pembelajaran, antara lain penelitian Mustika, 2014; Agnafia, 2019
dan diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dengan
kategori sedang setelah diterapkannya model PBL. Selain itu penelitian tentang
penggunaan PBL untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis telah dilakukan juga
oleh Aripin (2017) mengembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa pada konsep sistem regulasi, dari hasil pengembangan soal yang
dilakukannya diperoleh 11 item soal yang valid dan reliable untuk digunakan sebagai
alat evaluasi kemampuan berpikir kritis siswa pada jenjang SMA.
Selain itu, media pengajaran yang tepat juga akan mempermudah peserta didik
untuk memahami pelajaran dan membawa peserta didik untuk belajar mengalami,
sehingga hasil belajar diharapkan dapat tercapai sesuai dengan tujuan pengajaran.
Disini guru dituntut untuk mampu menggunakan berbagai model serta media tersebut.
Guru sekurang- kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang
meskipun sederhana tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan yang
diharapkan. Media pembelajaran yang digunakan adalah Power Point. Hal ini sejalan
dengan pendapat Nana (2005:11), bahwa dengan Microsoft PowerPoint, para pendidik
dapat mempresentasikan materi ajar yang akan diberikan kepada siswa dengan tampilan
yang lebih menarik. Presentasi dengan menggunakan Microsoft Powerpoint dilengkapi
dengan tulisan, gambar, suara dan animasi yang dapat menarik perhatian siswa. Selain
itu diketahui bahwa pembelajaran power point memiliki banyak fitur-fitur yang
menarik seperti kemampuan pengolah teks, dapat menyisipkan gambar, audio, animasi,
efek yang dapat di atur sesuai selera penggunanya, sehingga peserta didik akan tertarik
pada pada apa yang ditampilkan pada power point (Misbahudin dalam Hikmah
2020). Hal yang berjalan dengan hasil study penelitian yang dilakukan Rosita dkk
(2014) melakukan penerapan model dan media pembelajaran berbasis powerpoint
ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa dari 66% menjadi 80%. Nurhayati
dkk (2013) juga menyatakan bahwa model dan media powerpoint mampu
meningkatkan hasil belajar kimia siswa, hal ini menunjukkan bahwa media juga
mampu berperan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian dari (Rahmat, 2018) yakni melalui penerapan model PBL
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain hasil belajar, model PBL juga
terbukti meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini dibuktikan melalui penelitian
yang dilakukan oleh (Naisyah, 2019). Berpijak dari paparan tersebut, maka model PBL
dipilih untuk mampu meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa, selain itu untuk
mengetahui bahwa siswa tertarik mengikuti proses pembelajaran dengan model PBL
maka juga dilakukan pengukuran terhadap minat belajar yang dipadukan menggunakan
media powerpoint untuk turut membantu penyampaian materi, serta menarik perhatian
siswa.

ima nurfaida 7
Pembelajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan
merupakan suatu proses yang direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi, sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari aspek proses
dan aspek hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dianggap berhasil apabila selama
kegiatan belajar mengajar peserta didik menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi dan
terlibat secara fisik dan mental. Akan tetapi dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan berdampak negatif belum menunjukkan adanya interaksi aktif antara peserta
didik dengan guru, maupun peserta didik dengan peserta didik lainnya, serta belum
tampak adanya perubahan perilaku yang positif pada siswa dan hasil belajar yang tinggi.
Hal ini disebabkan guru belum menerapkan atau menggunakan model pembelajaran yang
lebih efektif yang dapat membangkitkan semangat atau motivasi bagi peserta didik .
Untuk itulah dampak positif perlu diterapkan penggunaan model dan media
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik, seperti
pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif, dan melibatkan peserta didik, minat dan
partisipasi siswa meningkat selama proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dilakukan penelitian
tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Ekonomi Materi Ketenagakerjaan Di Kelas XI IPS SMA
Muhammadiyah 7 Surabaya”.

b. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
Ekonomi Materi Ketenagakerjaan Di Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 7
Surabaya” antara lain adalah:
1. Bagaimanakah penerapan Model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media
Power Point pada Materi Ketenagakerjaan di Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 7
Surabaya?
2. Apakah penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman pada Materi Ketenagakerjaan di Kelas XI IPS SMA
Muhammadiyah 7 Surabaya?

c. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Mengetahui penerapan Model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media
Power Point pada Materi Ketenagakerjaan di Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 7
Surabaya
2. Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman pada Materi Ketenagakerjaan di
Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 7 Surabaya setelah menerapkan Model Problem
Based Learning (PBL)

ima nurfaida 8
d. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menambah referensi guru mengenai model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) pada materi Ketenagakerjaan.
2. Menambah referensi guru untuk meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik
3. Membantu peserta didik untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa,
mencari informasi dan menemukan pemecahan masalahnya.
4. Membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis
5. Sekolah dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk memperkaya referensi yang
dapat digunakn oleh guru pada mata Pelajaran lain.

ima nurfaida 9
BAB II
KAJIAN TEORI

a. Deskripsi
1. Penelitian Tindakan Kelas
1) Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
PTK terdiri dari penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian merupakan kegiatan
mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data dan informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu
hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, sedangkan kelas adalah sekelompok
siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang
guru (Arikunto, 2006). PTK merupakan penelitian tindakan yang dilakukan oleh
guru sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan
tertentu dalam suatu siklus (Mulia & Suwarno, 2016).
2) Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Tahap Perencanaan :
 Merasakan Adanya Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-benar merupakan
masalah-masalah yang dihayati guru dalam praktik pembelajaran, bukan
praktik yang disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh
kepala sekolah yang menjadi mitra. Permasalahan tersebut dapat berangkat
(bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran,
dan hasil belajar siswa.
 Mengidentifikasi dan Menganalisis Masalah
Setelah guru menyadari masalah yang dirasakan, guru dapat mengajukan
pertanyaan kepada diri sendiri. Untuk menjawab pertanyaan itu, guru perlu
merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang terjadi di dalam kelas.
Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman atau kesadaran yang
tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika setelah
menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia
memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil
mengidentifikasi masalah. Setelah masalah teridentifikasi, kita perlu
melakukan analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Tanpa
melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur.
Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri
atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai
dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, atau bahkan
mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan. Semua ini tergantung dari jenis
masalah yang kita identifikasi.(Slameto, 2015).

ima nurfaida 10
3) Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil, selanjutnya perlu merumuskan permasalahan secara lebih
jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka
peluang untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu
dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur
perekamannya serta cara menginterpretasikannya, khususnya yang perlu dilakukan
sementara tindakan perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses dan/atau
hasilnya itu direkam (Slameto, 2015)
4) Merencanakan Perbaikan
a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis yang
mengindikasikan dugaan mengenai perubahan atau perbaikan yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan merupakan tindakan
yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan
penyelenggaraan PTK. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara
yang terbaik untuk mengatasi masalah.
b. Analisis kelayakan hipotesis tindakan
Setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini masih perlu
dikaji kembali kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaannya
(Slameto, 2015)
5) Melakukan Tindakan
 Persiapan Tindakan
Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh itu adalah sebagai berikut:
(1) Membuat rencana pembelajaran beserta skenario pembelajaran yang
berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru di samping bentuk-bentuk
kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan
yang telah direncanakan; (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
yang diperlukan di kelas, seperti lembar kerja siswa, gambar-gambar dan alat-
alat peraga; (3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk
pelatihan-pelatihan; (4)melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan
untuk menguji keterlaksanaan rancangan sehingga dapat menumbuhkan serta
mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai
aktor PTK, guru harus terbebas dari rasa takut gagal dan takut berbuat
kesalahan.
 Melaksanakan tindakan
Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok
dalam siklus PTK, dan pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan ini
juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan
kegiatan refleksi.

ima nurfaida 11
 Observasi dan Interpretasi
Dalam PTK, yang diobservasi adalah tindakan guru menerapkan
pembelajaran yang baru beserta respon siswa dalam mengikuti pembelajaran
itu. Observasi dilakukan pada semua kegiatan yang ditunjukkan untuk
mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses
dan hasil yang dicapai baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana
maupun akibat sampingan.
 Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dapat dilakukan selain dengan teknik observasi, perlu juga
dengan teknik wawancara, catatan harian, angket dan sebagainya. Analisis
data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyeleksi dan
mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data,
dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna (Slameto, 2015)
6) Refleksi
Refleksi dalam PTK dilakukan: 1) pada saat memikirkan tindakan apa yang akan
dilakukan, 2) ketika tindakan sedang dilakukan, dan 3) setelah tindakan itu
dilakukan (Slameto, 2015)
7) Perencanaan Tindak Lanjut
Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi
kerisauan guru, maka hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk
merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru
(Slameto, 2015)
8) Penyusunan Laporan Penelitian
Laporan PTK pada umumnya terdiri dari 5 bab, bab 1, bab 2 dan bab 3
dikembangkan dari proposal yang telah disahkan Kepala Sekolah (Slameto, 2015)

2. Model Problem Based Learning (PBL)


1) Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning
(PBL)adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru.
PBL adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut dengan berbagai masalah
yang dihadapidalam kehidupannya. Dengan pembelajaran model ini, peserta didik
dari sejak awalsudah dihadapkan kepada berbagai masalah kehidupan yang
mungkin akan ditemuinya kelak pada saat mereka sudah lulus dari bangku
sekolah.
Adapun Hamdayama (2016, hlm. 116) berpendapat bahwa model Problem
Based Learning merupakan pembelajaran yang memusatkan pada masalah yang
bermakna bagi peserta didik. Sejalan itu Amin (2017, hlm. 26) menjelaskan
bahwa model Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata sebagai konteks utama dalam proses
pembelajaran bagi peserta didik dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis
untuk memperoleh pengetahuan dan belajar dalam mengambil keputusan.
Menurut Dewi dan Oksiana (2015, hlm. 937) menjelaskan bahwa model
Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada
masalah nyata sebagai konteks utama dalam proses pembelajaran bagi siswa
untuk mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan dan
berpikir kritis, serta membangun pengertahuan baru. Adapun Hosnan (2014,
hlm. 295) menjelaskan bahwa Model Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran dengan adanya suatu pendekatan pembelajaran siswa pada
masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi.
2) Ciri Problem Based Learning (PBL)
Didalam strategi PBL terdapat tiga ciri utama:
 Strategi PBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
pembelajaran ini tidak mengharapkan mahasiswa hanya sekedar mendengarkan,
mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi
PBL mahasiswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan
akhirnya menyimpulkannya.
 Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi PBL
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya,
tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
 Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis
dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-
tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas. (Saleh, 2013)
3) Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pelaksanaan PBL memiliki ciri tersendiri berkaitan dengan langkah
pembelajarannya. Barret (2005) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan
PBM sebagai berikut :
1. Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap dari
pengalaman siswa)
2. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil & melakukan hal-hal berikut:
a) Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan
b) Mendefinisikan masalah
c) Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki
d) Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
e) Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah
3. Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang
harus diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara mencari sumber

1
ima nurfaida
3
di perpustakaan, database, internet, sumber personal atau melakukan observasi
4. Siswa kembali kepada kelompok PBL semula untuk melakukan tukar
informasi, pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasaman dalam
menyelesaikan masalah.
5. Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan
6. Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh
kegiatan pembelajaran. Hal ini meliputi sejauhmana pengetahuan yang sudah
diperoleh oleh siswa serta bagaiman peran masing-masing siswa dalam
kelompok (Lidinillah, 2013)
4) Penilaian Problem Based Learning (PBL)
Penilaian dalam PBL tentunya tidak hanya kepada hasilnya saja tetapi terhadap
proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. National Research Council
(NRC) (dalam Waters and McCracken, memberikan tiga prinsip berkaitan
penilaian dalam PBL, yaitu yang berkaitan dengan konten, proses pembelajaran,
dan kesamaan. Lebih jelasnaya sebagai berikut.
a) Konten : penilaian harus merefleksikan apa yang sangat penting untuk
dipelajari dan dikuasai oleh siswa
b) Proses pembelajaran : penilaian harus sesuai dan diarahkan pada proses
pembelajaran
c) Kesamaan : penilaian harus menggambarkan kesamaan kesempatan siswa
untuk belajar Oleh karena itu, menurut Waters and McCracken penilaian
yang dilakukan harus dapat :
a) Menyajikan situasi secara otentik
b) Menyajikan data secara berulang-ulang
c) Memberikan peluang pada siswa untuk dapat mengevaluasi dan
mereflekspemahaman dan kemampuannya sendiri
d) Menyajikan laporan perkembangan kegiatan siswa.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam PBL tidak hanya
kepada hasil akhir tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah penilaian
proses. Penilaian ini bisa didasarkan pada jenis penilaian otentik (autentic
assessment) dimana penilaian difokuskan terhap proses belajar. Oleh karena itu,
peran guru dalam proses PBL tidak pasif tetapi harus aktif dalam memantau
kegiatan siswa serta mengontrol agar proses pembelajaran berjalan dengan
baik. Sementar itu, untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar yang telah
diperoleh siswa, guru pun perlu untuk mengadakan tes secara individual. Jadi
penialaian dilakukan secara kelompok juga individual. (Lidinillah, 2013)
5) Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
Hal ini diharapkan supaya dalam pembelajaran yang dilaksanakan juga maksimal
dan siswa juga dapat aktif secara mandiri dalam pembelajaran. Mengingat betapa
pentingnya penggunaan suatu model dalam suatu pembelajaran untuk mampu

1
ima nurfaida
4
memperbaiki dan menghindari dari kemampuan belajar siswa yang masih
rendah.

Kelebihan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yakni :


(Shoimin, 2017).
 mendorong siswa agar dapat mempunyai keterampilan untuk memecahkan
suatu masalah tertentu pada situasi kehidupan yang nyata, siswa mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dengan
menjalani aktivitas belajar,
 siswa akan menjadi lebih mudah dalam mengerti pada suatu materi tanpa
menghafal dan menyimpan sebuah informasi karena pembelajaran berfokus
pada sebuah masalah, siswa melakukan suatu kegiatan ilmiah dengan kerja
dengan kelompok,
 peserta didik akan terbiasa memakai sumber-sumber yang ada di
perpustakaan, internet, observasi, ataupun wawancara, dan sebagainya
Kekurangan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yakni :
(Martutik, 2017).
 kelas yang mempunyai tingkat keberagaman siswanya tinggi akan sulit untuk
membagi tugas,
 jumlah siswa yang terlalu banyak, siswa akan merasa takut apabila guru tidak
bisa memotivasi siswa untuk menjadi pribadi yang berani, dan
 sulit menyusun pertanyaan yang sesuai pada tingkat berpikir dan mudah di
mengerti oleh siswa
Selain itu menurut (Rosidah, 2018) model pembelajaran PBL juga memiliki
kelemahan yakni :
 apabila peserta didik tidak minat atau kurang percaya diri bahwa masalah
mampu dipecahkan dengan baik, maka peserta didik enggan untuk mencoba,
 membutuhkan banyak waktu untuk mempersiapkan model pembelajaran ini.

3. Pemahaman Siswa
a) Pengertian Pemahaman Siswa
Pemahaman adalah kesanggupan untuk mendefenisikan, merumuskan kata yang
sulit dengan perkataan sendiri. Dapat pula merupakan kesanggupan untuk
menafsirkan suatu teori atau melihat konsekwensi atau implikasi, meramalkan
kemungkinan atau akibat sasuatu. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa
pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan
testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakto yang diketahuinya.
Dalam hal ini testee tidak hanya hafal cara verbalistis, tetapi memahami konsep dari
masalah atau fakta yang ditanyakan. Menurut Sardiman, pemahaman dapat
diartikan menguasai sesuatu dengan fikiran. Menurut Winkel pemahaman
mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

1
ima nurfaida
5
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa adalah
kesanggupan siswa untuk dapat mendefinisikan sesuatu dan mengusai hal tersebut
dengan memahami makna tersebut. Dengan demikian pemahaman merupakan
kemampuan dalam memaknai hal-hal yang terkandung dalam suatu teori maupun
konsep-konsep yang dipelajari.

b) Kategori Pemahaman Pemahaman dapat dibedakan dalam tiga tingkatan:


 Pemahaman terjemahan yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung
di dalamnya.
 Pemahaman penafsiran, misalnya membedakan dua konsep yang berbeda.
 Pemahaman estra polasi yakni kesanggupan melihat di balik yang tertulis,
tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu dan memperluaskan wawasan.
Sejalan dengan pendapat tersebut Sudjana juga mengelompokkan pemahaman ke
dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut:
 Tingkat terendah Pemahaman tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan.
 Tingkat kedua Pemahaman penafsiran adalah menghubungkan bagian-bagian
terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa
bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan
pokok.
 Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan
ekstrapolasi diharapkan seorang mampu melihat balik yang tertulis, dapat
membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam
arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
c) Indikator Pemahaman. Wina Sanjaya mengatakan pemahaman memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
 Pemahaman lebih tinggi tingkatnya dari pengetahuan.
 Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan
dengan menjelaskan makna atau suatu konsep.
 Dapat mendeskripsikan, mampu menerjemahkan.
 Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara variabel.
 Pemahaman eksplorasi, mampu membuat estimasi.
d) Pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu:
 Menerjemahkan Menterjemahan di sini bukan saja pengelihan bahasa yang satu
ke bahasa yang lain, tetapi dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi satu model
simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.
 Menginterpretasikan/ Menafsirkan Menginterpretasi ini lebih luas dari pada
menerjemahkan. Menginterpretasi adalah kemampuan untuk mengenal atau
memahami ide-ide utama suatu komunikasi.
 Mengekstrapolasi Sedikit berbeda dengan menterjemahkan dan menafsirkan, ia
menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi yaitu dengan ekstrapolasi
diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis dapat membuat
ramalan tentang konsentrasi atau dapat memperluas masalahnya. Pemahaman
merupakan salah aspek kongnitif (pengetahuan). Penelitian terhadap aspek

1
ima nurfaida
6
pengetahuan dapat dilakukan melalui testlisan dan test tulisan. Teknik penilaian
aspet pemahaman caranya dengan mengajukan pernyataan yang benar dan
keliru, dan urutan, dengan pertanyaan berbentuk essay (open ended), yang
menghendaki uraian rumusan dengan kata-kata dan contoh-contoh.

e) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman :


 Faktor Interen Yaitu intelegensi, orang berpikir mengunakan inteleknya. Cepat
tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya sesuatu masala tergantung
kepadakemampuan intelegensinya. Dilihat dari intergensinya,kita dapat
mengatakan seseorang itu pandai ataubodoh, pandai sekali atau cerdas (jenius)
atau pardir, dengun (idiot). Berpikir adalah salah satu keaktifan pribadi manusia
yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada sesuatu tujuan. Kita berpikir
untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang kita kehendaki
 Faktor Eksteren Yaitu berupa faktor dari orang yang menyapaikan,karena
penyampaian akan berpengaruh pada pemahaman. Jika bagus cara penyampaian
maka orang akan lebih mudah memahami apa yang kita sampaikan, begitu juga
sebaliknya.

4. Media Pembelajaran Power Point


Media power point merupakan media yang tepat untuk menyampaikan
suatu informasi atau materi kepada banyak orang dan media power point sangat
tepat digunakan dalam proses belajar mengajar, karena media ini mampu
membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik, sehingga
proses belajar mengajar Pembelajaran berbantuan computer dengan media
PowerPoint diharapkan dapat lebih memotivasi peserta didik dan pada akhirnya
dapat meningkatkan prestasinya.
Wati (2016: 90), menyebutkan bahwa persentasi dengan microsoft power
point merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperkenalkan atau
menjelaskan sesuatu yang dirangkum dan dikemas kedalam beberapa slide yang
menarik. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah memahami penjelasan
melalui visualisasi yang terangkum dalam slide teks, gambar atau grafik, suara,
video, dan lain sebagainya. Pemanfaatan PowerPoint dalam pembelajaran
dianggap tepat digunakan untuk mengkolaborasikan pembelajaran dengan
teknologi secara sederhana terlebih berbagai hasil penelitian menyebutkan
adanya peningkatan hasil belajar setelah menggunakan media tersebut
(Wulandari, 2022).
Kelebihan dan Kekurangan Media Power Point Media pembelajaran tentu
mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga media power point. Hal ini
juga disampaikan oleh Wati (2016: 106-109), bahwa microsoft power point
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu sebagai berikut:
a) Kelebihan microsoft power point antara lain:

1
ima nurfaida
7
 Menarik
Secara penyajian media microsoft power point dapat memberi tampilan
yang menarik. Karena media ini dilengkapi dengan permainan warna,
huruf, animasi, teks dan gambar atau foto.
 Merangsang siswa
Media microsoft power point mampu merangsang siswa untuk mengetahui
lebih jauh informasi mengenai materi yang tersaji.
 Tampilan visual mudah dipahami
Pesan informasi secara visual yang disajikan oleh microsof power point
dapat dengan mudah dipahami siswa.
 Memudahkan guru Media pembelajaran microsoft power point ini dapat
membantu atau memudahkan seorang guru dalam proses belajar mengajar.
Seorang guru tidak perlu banyak menerangkan materi yang sedang
disajikan.
 Bersifat kondisional
Microsoft power point merupakan sebuah alat bantu yang bersifat
kondisional. Maksud kondisional disini adalah dapat diperbanyak dan
dapat dipakai secara berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan.
 Praktis
Media microsoft power point ini juga merupakan alat yang praktis. Praktis
dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan. Media ini dapat disimpan
dalam bentuk data optik atau magnetik, seperti CD, disket, dan flashdisk.
Sehingga praktis untuk dibawa kemana-mana.
b) Kekurangan microsoft power point antara lain:
 Memakan waktu
Microsoft power point ini memerlukan persiapan yang cukup menyita
waktu dan tenaga. Untuk menggunakan media ini dibutuhkan kesabaran
dan tahapdemi tahap untuk menyusun dan membuatnya. Sehingga
membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
 Hanya bisa dioperasikan windows Media microsoft power point ini hanya
dapat dijalankan atau dioperasikan pada sistem operasi windows saja
 Membutuhkan keahlian lebih
Untuk menggunakan media microsoft power point ini dibutuhkan keahlian
yang lebih untuk dapat membuat power point yang benar, baik dan
menarik.

b. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu peserta didik,
guru, metode dan Modul Ajar yang mengacu pada kurikulum, serta lingkungan fisik,
sosial, dan budaya. Guru merupakan tenaga pengajar dan pendidik. Metode
pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional menyebabkan hasil belajar

1
ima nurfaida
8
belum optimal.
Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya suatu tindakan yang dapat membantu
meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik. Tindakan yang cocok
adalah diterapkan model pembelajaran yang inovatif. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL), karena dalam model
tersebut peserta didik dapat memecahkan permasalahan pembelajaran yang dikaitkan
dengan masalah dunia nyata. Dengan bantuan media pembelajaran yaitu Power Point.

c. Hipotesis Tindakan
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media
pembelajaran yaitu Power Point dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
peserta didik pada mata pelajaran Ekonomi materi Ketenagakerjaan di kelas XI IPS
SMA Muhammadiyah 7 Surabaya.

1
ima nurfaida
9
BAB III
METODE PENELITIAN

a. Desain/Prosedur Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
a) Tempat Penelitian: SMA Muhammadiyah 7 Surabaya
b) Subjek Kelas: Kelas XI IPS
c) Jumlah Peserta Didik : 20
d) Menyusun Modul Ajar
e) Menyusun instrument penelitian (lembar observasi, soal tes pretes dan posttest)
f) Menyusun perangkat pembelajaran (media dan materi)
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar menggunakan metode
Problem Based Learning dengan rencana kegiatan belajar mengajar yang sudah
disiapkan. Rencana kegiatan yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap
perubahan-perubahan,sesuai dengan kegiatan yang ada selama proses pelaksanaan di
lapangan.
3. Observasi
Melakukan pengambilan data PTK tidak hanya dilakukan dengan observasi saja
tetapi dapat menggunakan memberi tes awal (pretest) dan tes akhir pelajaran
(posttest).
4. Evaluasi dan Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan akhir di tiap siklus dan merupakan cermin hasil
penelitian pada tiap siklus. Kegiatan pada tahap ini diawali dengan mengumpulkan
seluruh data penelitian yang meliputi data hasil belajar, data pengamatan keaktifan
peserta didik, kegiatan guru. Data yang diperoleh dari seluruh instrumen dievaluasi
secara seksama dengan berpedoman pada indikator kinerja untuk mengetahui
keoptimalan hasil tindakan. Guru dan peneliti mengadakan diskusi untuk
mengevaluasi dan menilai proses pembelajaran dengan model Problem Based
Learning.

b. Teknik Pengumpulan Data

2
ima nurfaida
0
Pengumpulan data dilakukan dengan 2 metode yaitu :
1. Tes
Metode tes pada penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta
didik. Adapun bentuk tes pada masing-masing siklus berupa soal pretest dan
posttest.
2. Observasi
Observasi pada penelitian ini untuk menggambarkan aktivitas pemecahan masalah
peserta didik pada materi ketenagakerjaan pada kelas XI IPS melalui model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

c. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah:
1. Tes, dilakukan pada saat awal setiap siklus (pretest) dan akhir setiap siklus (posttest)
2. Lembar observasi sikap peserta didik selama proses pembelajaran
3. Membuat kisi-kisi soal dan kunci jawaban.

d. Teknik Analisis Data


1. Analisis Data
Setelah pengumpulan data adalah analisis data. Teknik analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif. Sedangkan dalam mengukur hasil
belajar peserta didik menggunakan sistem nilai rata-rata kelas pada hasil tes tiap
siklus. Analisis hasil tes menggunakan sistem nilai rata-rata kelas yaitu:
Siklus I = Nilai rata-rata kelas
Nilai rata-rata = jumlah nilai tiap peserta didik

jumlah peserta didik


Perhitungan nilai rata-rata kelas ini digunakan untuk setiap hasil tes pada tiap
siklus dan juga untuk mengukur seberapa besar peningkatan hasil kemampuan
pemahaman peserta didik.
Data hasil belajar peserta didik berupa tes akan dianalisis dengan menggunakan
skor yang berdasarkan penilaian acuan patokan, dihitung berdasarkan skor
maksimal yang mungkin dicapai oleh peserta didik. Nilai yang diperoleh
dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah,
dan sangat rendah.
Pedoman pengkategorian hasil kemampuan pemahaman peserta didik yang
digunakan dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1 Tingkat penguasaan dan kategori hasil kemampuan pemahaman peserta
didik

Tingkat Penguasaan Kategori


81-100 Sangat tinggi
61-80 Tinggi

2
ima nurfaida
1
41-60 Sedang
21-40 Rendah
0-20 Sangat rendah
Interval tersebut ditentukan menggunakan rumus:

i = range
k
Keterangan :
i = interval kelas
range = nilai tertinggi-nilai terendah
k = jumlah kelas
2. Analisis Antar Siklus
Pada setiap siklus akan dilihat persentase peningkatan hasil belajar peserta
didik baik peningkatan nilai rata-rata kelas, maupun peningkatan nilai yang
dicapai oleh masing- masing peserta didik. Hal itu dapat dilihat dari
peningkatan persentase penguasaan dan kategori hasil belajar peserta didik.

2
ima nurfaida
2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan sejumlah 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 1 (satu)
pertemuan. Setiap minggunya masing-masing kelas mendapatkan 3 (tiga) jam
pelajaran Ekonomi. Penelitian ini menggunakan waktu 3 (tiga) jam pelajaran yaitu
dengan alokasi waktu 3 x 45 menit karena dengan waktu tersebut lebih cukup untuk
melakukan penelitian yang dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi.
Adapun materi pokok yang diberikan adalah ketenagakerjaan dengan
indikator yaitu : 1) Mengidentifikasi jenis tenaga kerja, 2) Mendeskripsikan konsep
ketenagakerjaan, 3) Membedakan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, 4)
Menganalisis masalah ketenagakerjaan, 5) Menguraikan solusi mengatasi masalah
ketenagakerjaan. Materi ini disampaikan dalam 3 kali pertemuan masing-masing 3 jam
pelajaran.
1. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
a). Perencanaan Tindakan Siklus I
Perencanaan tindakan pada siklus I antara lain guru menyiapkan perangkat
pembelajaran, menyiapkan soal pre test dan post test, guru menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan. Metode yang digunakan adalah tanya jawab,
diskusi dan penugasan dengan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). Penilaian yang digunakan adalah hasil dari pre test dan post test.

b). Pelaksanaan Tindakan Siklus I


Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada Hari Selasa, 5
September 2023 selama 3 jam pelajaran dengan alokasi waktu 3 x 45 menit
tepatnya pukul 09.30-11.45 WIB. Materi yang digunakan adalah tentang

2
ima nurfaida
3
ketenagakerjaan dengan indikator yaitu : 1) Mengidentifikasi jenis tenaga
kerja, 2) Mendeskripsikan konsep ketenagakerjaan, 3) Membedakan angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja, 4) Menganalisis masalah ketenagakerjaan, 5)
Menguraikan solusi mengatasi masalah ketenagakerjaan. Materi ini
disampaikan dalam 2 kali pertemuan masing-masing 3 jam pelajaran.
Kegiatan Pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS di SMA
Muhammadiyah 7 Surabaya. Materi yang digunakan adalah Ketenagakerjaan.
Adapun pelaksanaan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)


 Guru dan peserta didik mengucapkan salam, dan do’a.
 Guru menanyakan kabar, kesiapan belajar dan mendata kehadiran peserta
didik.
 Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan materi sebelumnya yaitu
materi pendapatan nasional dan kesenjangan ekonomi. Guru dapat
memberitahu peserta didik bahwa masalah kesenjangan ekonomi salah
satunya akibat masalah ketenagakerjaan.
 Guru memberikan motivasi pada peserta didik dengan mengaitkan materi
yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Guru dapat
menyampaikan terdapat beberapa jenis tenaga kerja, yang salah satunya
adalah tenaga kerja terdidik dan terlatih. Apabila peserta didik ingin
menjadi bagian jenis tenaga kerja tersebut maka harus meningkatkan
motivasi belajarnya. Guru juga sampaikan pada peserta didik bahwa
kualitas tenaga kerja yang rendah akan menjadi masalah ketenagakerjaan,
oleh karena itu peserta didik harus mengutamakan pendidikannya agar
dapat menjadi tenaga kerja yang berkualitas.
 Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.
 Guru menyampaikan sumber belajar pendukung yang dapat diakses oleh
peserta didik. Diantaranya: Buku ekonomi kelas XI dan situs kemnaker.
 Guru menyampaikan arahan mengenai langkah-langkah pembelajaran
teknik student facilitator and explaining, model Problem Based Learning
dengan teknik group investigation.

Kegiatan Inti (105 Menit)


Rekomendasi metode yang bisa digunakan adalah dengan brainstorming atau
curah pendapat, diskusi, dan teknik Student facilitator and explaining. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
 Guru menampilkan gambar dokter dan penjahit

2
ima nurfaida
4
Gambar 3.1 Jenis Tenaga Kerja
Sumber: Direct Media, 2020; Omotayo Kofoworola, 2020
 Guru mengajukan pertanyaan pemantik secara langsung
1. Apakah perbedaan kedua gambar tersebut?
2. Apa saja jenis-jenis tenaga kerja?
3. Apakah peserta didik adalah tenaga kerja?
4. Berapa usia minimal tenaga kerja?

 Guru membagikan post-it, kemudian peserta didik menuliskan jawaban


masing-masing dan menempelkannya di papan tulis.
 Tahapan selanjutnya penerapan teknik student facilitator and explaining
 Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar aktivitas 1
 Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari
4 orang peserta didik per kelompok
 Peserta didik menggali informasi terkait materi melalui buku dan referensi
yang relevan
 Setiap kelompok membuat peta konsep terkait materi
 Selama proses diskusi berjalan, guru tetap mengawasi dan membimbing
masing-masing kelompok
 Peserta didik menjelaskan kepada peserta didik lainnya, melalui peta
konsep secara bergiliran.
 Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar aktivitas 3 dan 4
 Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4
peserta didik per kelompok
 Guru mengundang ketua-ketua kelompok untuk membagi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya (peserta didik memilih kasus yang akan
mereka investigasi berdasarkan lembar aktivitas 3)
 Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam
kelompoknya
 Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok
atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasan
 Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasan

Kegiatan Penutup (10 Menit)

2
ima nurfaida
5
 Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan tentang materi pada
pertemuan kali ini(masalah-masalah ketenagakerjaan dan upaya
mengatasinya)
 Guru memberikan penguatan pada miskonsepsi peserta didik
 Guru memberikan post test untuk dikerjakan secara individu (lembar
aktivitas 2: Ketenagakerjaan)
 Guru bersama peserta didik melakukan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan
 Guru menyampaikan materi ajar yang akan dipelajari di pertemuan
berikutnya (materi sistem upah)
 Guru menutup pertemuan dan mengucapkan salam

c). Observasi Siklus I


Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observer melakukan pengamatan
dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.
Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observer adalah penerapan sintaks
model pembelajaran Problem Based Learning.

d). Refleksi Siklus I


Berdasarkan tindakan pada siklus I meliputi perencanaan dan tindakan dapat
dilakukan hasil refleksi. Peneliti dan kolaborator mendiskusikan hasil
pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
melalu model pembelajaran Problem Based Learning masih belum
menunjukkan hasil yang maksimal. Adapun masalah yang dihadapi antara
lain:
 Hanya beberapa peserta didik yang berani mengemukakan pendapat
 Hasil belajar peserta didik masih ada yang belum tuntas
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembeljaran
pada siklus I belum menunjukkan hasil maksimal. Untuk itu perlu
dilaksanakan siklus lanjutan yaitu siklus II dengan beberapa revisi yang
didasarkan pada refleksi siklus I.

2. Penelitian Tindakan Kelas Siklus II


a). Perencanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan tindakan pada siklus II antara lain guru menyiapkan perangkat
pembelajaran, menyiapkan soal pre test dan post test, guru menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan. Metode yang digunakan adalah tanya jawab,

2
ima nurfaida
6
diskusi dan penugasan dengan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). Penilaian yang digunakan adalah hasil dari pre test dan post test.

b). Pelaksanaan Tindakan Siklus II


Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada Hari Rabu, 6
September 2023 selama 3 jam pelajaran dengan alokasi waktu 3 x 45 menit
tepatnya pukul 09.30-11.45 WIB. Materi yang digunakan adalah tentang
ketenagakerjaan dengan indikator yaitu : 1) Mengidentifikasi jenis tenaga
kerja, 2) Mendeskripsikan konsep ketenagakerjaan, 3) Membedakan angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja, 4) Menganalisis masalah ketenagakerjaan, 5)
Menguraikan solusi mengatasi masalah ketenagakerjaan. Materi ini
disampaikan dalam 2 kali pertemuan masing-masing 3 jam pelajaran.
Kegiatan Pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS di SMA
Muhammadiyah 7 Surabaya. Materi yang digunakan adalah Ketenagakerjaan.
Adapun pelaksanaan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)


 Guru dan peserta didik mengucapkan salam, dan do’a.
 Guru menanyakan kabar, kesiapan belajar dan mendata kehadiran peserta
didik.
 Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan materi sebelumnya yaitu
materi pendapatan nasional dan kesenjangan ekonomi. Guru dapat
memberitahu peserta didik bahwa masalah kesenjangan ekonomi salah
satunya akibat masalah ketenagakerjaan.
 Guru memberikan motivasi pada peserta didik dengan mengaitkan materi
yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Guru dapat
menyampaikan terdapat beberapa jenis tenaga kerja, yang salah satunya
adalah tenaga kerja terdidik dan terlatih. Apabila peserta didik ingin
menjadi bagian jenis tenaga kerja tersebut maka harus meningkatkan
motivasi belajarnya. Guru juga sampaikan pada peserta didik bahwa
kualitas tenaga kerja yang rendah akan menjadi masalah ketenagakerjaan,
oleh karena itu peserta didik harus mengutamakan pendidikannya agar
dapat menjadi tenaga kerja yang berkualitas.
 Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.
 Guru menyampaikan sumber belajar pendukung yang dapat diakses oleh
peserta didik. Diantaranya: Buku ekonomi kelas XI dan situs kemnaker.
 Guru menyampaikan arahan mengenai langkah-langkah pembelajaran
teknik student facilitator and explaining, model Problem Based Learning
dengan teknik group investigation.

2
ima nurfaida
7
Kegiatan Inti (105 Menit)
Rekomendasi metode yang bisa digunakan adalah dengan brainstorming atau
curah pendapat, diskusi, dan teknik Student facilitator and explaining. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
 Guru menampilkan gambar dokter dan penjahit

Gambar 3.1 Jenis Tenaga Kerja


Sumber: Direct Media, 2020; Omotayo Kofoworola, 2020
 Guru mengajukan pertanyaan pemantik secara langsung
1. Apakah perbedaan kedua gambar tersebut?
2. Apa saja jenis-jenis tenaga kerja?
3. Apakah peserta didik adalah tenaga kerja?
4. Berapa usia minimal tenaga kerja?

 Guru membagikan post-it, kemudian peserta didik menuliskan jawaban


masing-masing dan menempelkannya di papan tulis.
 Tahapan selanjutnya penerapan teknik student facilitator and explaining
 Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar aktivitas 1
 Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari
4 orang peserta didik per kelompok
 Peserta didik menggali informasi terkait materi melalui buku dan referensi
yang relevan
 Setiap kelompok membuat peta konsep terkait materi
 Selama proses diskusi berjalan, guru tetap mengawasi dan membimbing
masing-masing kelompok
 Peserta didik menjelaskan kepada peserta didik lainnya, melalui peta
konsep secara bergiliran.
 Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar aktivitas 3 dan 4
 Guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4
peserta didik per kelompok
 Guru mengundang ketua-ketua kelompok untuk membagi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya (peserta didik memilih kasus yang akan
mereka investigasi berdasarkan lembar aktivitas 3)
 Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam
kelompoknya
 Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok
atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasan

2
ima nurfaida
8
 Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasan

Kegiatan Penutup (10 Menit)


 Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan tentang materi pada
pertemuan kali ini(masalah-masalah ketenagakerjaan dan upaya
mengatasinya)
 Guru memberikan penguatan pada miskonsepsi peserta didik
 Guru memberikan post test untuk dikerjakan secara individu (lembar
aktivitas 2: Ketenagakerjaan)
 Guru bersama peserta didik melakukan refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan
 Guru menyampaikan materi ajar yang akan dipelajari di pertemuan
berikutnya (materi sistem upah)
 Guru menutup pertemuan dan mengucapkan salam

c). Observasi Siklus II


Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, observer melakukan pengamatan
dan pencatatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.
Hal-hal yang diamati dan dicatat oleh observer adalah penerapan sintaks
model pembelajaran Problem Based Learning.
d). Refleksi Siklus II
Berdasarkan tindakan pada siklus II meliputi perencanaan dan tindakan dapat
dilakukan hasil refleksi. Peneliti dan kolaborator mendiskusikan hasil
pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
melalui model pembelajaran Problem Based Learning sudah menunjukkan
hasil yang maksimal. Hasilnya antara lain:
 Peserta didik yang berani mengemukakan pendapat
 Hasil kemampuan pemahaman peserta didik sudah tuntas
Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan hasil maksimal.

b. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Siklus I
Data tentang hasil kemampuan pemahaman peserta didik sebelum tindakan (pre
test) siklus I digunakan untuk mengetahui nilai peserta didik sebelum
dilaksanakan tindakan siklus I dan post test I untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus I. Adapun Hasil dilihat dalam tabel
2 berikut ini :

Tabel 2 Hasil PreTest dan PostTest Siklus I


Nilai
No Nama
Pretest Postest
1 Aisna Balqiz Ninabilla 70 80
2 Ardita Amelia Putri 55 70

2
ima nurfaida
9
3 Arsyah Khairullah Ramadhan 60 70
4 Azkanio Sovic Way Fernanda 55 65
5 Belqissa Ramadhani Hakim 55 65
6 Billa Pramestya Kusumaning Mahajana 70 75
7 Chiesa Ramadhani 50 60
8 Febrina Sayfanah Agisca 55 70
9 Gladis Fhara Zyahqila 55 70
10 Huriyah Flanel Arya Huzna 50 65
11 Imma Raudhotul Jannah 55 70
12 Nabilah Syifa Az Zahra 55 70
13 Nadine Aulia Ningrum 55 70
14 Nayla Mutiara Juanantika 65 75
15 Nia Ramadhani 60 70
16 Novelia Della Safitri 55 70
17 Nurulia Muttaqin 55 70
18 Putri Maharani Hidayat 50 65
19 Tegar Sabilillah Widodo 60 75
20 Yusita Cahyaning Tirta 60 75
Jumlah 1145 1400
Nilai Rata-Rata 57,25 70

2. Hasil Penelitian Siklus II


Data tentang hasil belajar peserta didik sebelum tindakan (pre test) siklus II
digunakan untuk mengetahui nilai peserta didik sebelum dilaksanakan tindakan
siklus I dan post test II untuk mengukur sejauh mana keberhasilan setelah
dilakukan tindakan siklus II. Adapun Hasil dilihat dalam tabel 3 berikut ini :

Tabel 3 Hasil PreTest dan PostTest Siklus II


Nilai
No Nama
Pretest Postest
1 Aisna Balqiz Ninabilla 75 85
2 Ardita Amelia Putri 55 75
3 Arsyah Khairullah Ramadhan 60 70
4 Azkanio Sovic Way Fernanda 55 75
5 Belqissa Ramadhani Hakim 55 75
6 Billa Pramestya Kusumaning Mahajana 70 80
7 Chiesa Ramadhani 55 70
8 Febrina Sayfanah Agisca 60 75
9 Gladis Fhara Zyahqila 60 75
10 Huriyah Flanel Arya Huzna 55 70
11 Imma Raudhotul Jannah 60 75
12 Nabilah Syifa Az Zahra 65 75
13 Nadine Aulia Ningrum 65 70
14 Nayla Mutiara Juanantika 70 85
15 Nia Ramadhani 65 80
16 Novelia Della Safitri 60 70
3
ima nurfaida
0
17 Nurulia Muttaqin 60 75
18 Putri Maharani Hidayat 60 70
19 Tegar Sabilillah Widodo 60 75
20 Yusita Cahyaning Tirta 70 85
Jumlah 1235 1510
Nilai Rata-Rata 61,75 75,5

Dari tabel dapat dilihat bahwa hasil kemampuan pemahaman peserta didik :
 Tindakan siklus I menunjukkan bahwa nilai pre test adalah adalah minimum adalah 50
dan nilai tertinggi 70. Nilai rata-rata hasil kemampuan pemahaman peserta didik siklus
I adalah 57,25 untuk nilai pre test dan 70 untuk nilai post test diperoleh melalui rumus
nilai rata-rata.
 Dan setelah dilakukan tindakan siklus II menunjukkan bahwa bahwa nilai pre test
adalah adalah minimum adalah 55 dan nilai tertinggi 85. Nilai rata-rata hasil
kemampuan pemahaman peserta didik siklus II adalah 61,75 untuk nilai pre test dan
75,5 untuk nilai post test diperoleh melalui rumus nilai rata-rata.

BAB V
PENUTUP

a. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 7
Surabaya bahwa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
dengan bantuan media pembelajaran power point dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman peserta didik. Kesimpulan ini berdasarkan dari peningkatan ketuntasan
kemampuan pemahaman siklus I sebesar 70 untuk nilai rata-rata post test dan
meningkat 75,7 untuk nilai rata-rata post test pada siklus II. Hal ini yang terbukti dari
rerata nilai posttest lebih tinggi dari nilai pretest baik siklus I maupun siklus II.
b. Saran
1. Bagi peserta didik yang belum memenuhi ketuntasan belajar yang sudah ditetapkan
pihak sekolah, sebaiknya guru melakukan perbaikan belajar pada materi yang
diajarkan, sampai peserta didik tersebut memahami materi.
2. Bagi guru ada baiknya bila dalam pembelajaran menggunakan variasi mengajar agar
peserta didik tidak bosan dan mudah dalam mengingat materi pelajaran.
3. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan bantuan media
pembelajaran power point, perlu adanya perencanaan waktu atau alokasi waktu agar
dapat membantu mengoptimalkan pembelajaran dan meminimalkan waktu yang

3
ima nurfaida
1
terbuang

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Barret, T. (2005). Understanding Problem Based Learning. Dalam B. Terry, I. Mac


Labhrainn, & H. Fallon, Handbook of Enquiry & Problem Based Learning, 13-25.

Dewi, E. K., & Jatiningsih, O. (2015). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn
Kelas X di SMAN 22 Surabaya. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan, 02(03), 936–950.
http://journal.ipts.ac.id/index.php/BIOESA/article/view/1452

Hamdayama, Jumanta. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.


Amin, S. (2017). “Pengaruh Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Geografi”. Jurnal Pendidikan Geografi Vol 4, No 3. 2356-
5225 : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Hosnan, M. (2016). Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad 21


(Edisi keti). Bogor: Ghalia Indonesia.
3
ima nurfaida
2
Lidinillah, D. A. M. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning). Jurnal Pendidikan Inovatif, 5(1), 1–7.

Martutik. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Memproses Laporan Keuangan Perusahaan Jasa
dan Dagang Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning SMK Negeri
18 Jakarta. GEMAEDU, 2(3), 222–231.

Mulia, D. S., & Suwarno. (2016). Ptk (Penelitian Tindakan Kelas) Dengan
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Dan Penulisan Artikel Ilmiah Di Sd Negeri
Kalisube, Banyumas. Khazanah Pendidikan Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. IX,
No. 2 (Maret 2016) PTK, IX(2),
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/khazanah/article/view/1062/983

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakraya,
2012, h.24

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2010, h. 44 10

Rosidah, C. T. (2018). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk


Menumbuhkembangkan Higher Order Thinking Skill Siswa Sekolah Dasar. INVENTA,
2(1), 62–71.
https://doi.org/10.36456/inventa.2.1.a1 627

Saleh, M. (2013). Strategi Pembelajaran Fiqh Dengan Problem-Based Learning.


Jurnal Ilmiah Didaktika, 14(1), 190–220.
https://doi.org/10.22373/jid.v14i1.497

Sardiman, Loc.Cit. 5 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2009
274 6Tohirin, Psikologi Belajar Mengajar, Pekanbaru: 2001, h. 88.

Slameto, S. (2015). Implementasi Penelitian Tindakan Kelas. Scholaria : Jurnal


Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(3), 47.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i3.p47-58

Shoimin, A. (2017). 68 Model Pembelajaran Inofatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Wati, E. R. (2016). Ragam Media Pembelajaran Visual, Audio Visual, Komputer, Power
Point, Internet, Interactive Video. Kata Pena

3
ima nurfaida
3
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan
KTSP,Jakarta: Kencana, 2008, h. 45

Wulandari, E. (2022). Pemanfaatan Powerpoint Interaktif Sebagai Media Pembelajaran


Dalam Hybrid Learning. JUPEIS : Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(2), 26–32.
https://doi.org/10.55784/jupeis.vol1.iss2.34

3
ima nurfaida
4
ima nurfaida 35
ima nurfaida 36
ima nurfaida 37
ima nurfaida 38
ima nurfaida 39
ima nurfaida 40
ima nurfaida 41

Anda mungkin juga menyukai