Anda di halaman 1dari 152

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


PESERTA DIDIK PADA MATERI MENERAPKAN STRATEGI BAURAN
PEMASARAN MATA PELAJARAN MARKETING
KELAS X BDP SMK PGRI 2 MALANG

(Penelitian Tindakan Kelas di SMK PGRI 2 MALANG


Kelas X BDP Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021)

Peneliti:
KUNTI ENDAH PRATIWI S.E., S.Pd.

YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDI DIKAN


DASAR DAN MENENGAH PGRI JAWA TIMUR
CABANG KOTA MALANG
SMK PGRI 2 MALANG
NOVEMBER 2020
2
3
4
5
ABSTRAK

Pratiwi, Kunti Endah. 2020. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi
Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran Mata Pelajaran Marketing Kelas X Bdp
Smk Pgri 2 Malang”. Penelitian Tindakan Kelas.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Problem Based Learning, Kemampuan Berpikir


Kritis.

Berdasarkan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika di


kelas X Bdp SMK PGRI 2 Malang. Ditemukan bahwa penerapan model
pembelajaran belum tampak diterapkan terlihat dari tindakan guru saat mengajar.
Apalagi dikarenakan adanya pandemic covid 19 membuat pembelajaran yang
awalnya bertemu langsung antara guru dan peseta didik, membuat kita harus
melakasanakannya dengan cara dalam jaringan. Tak dapat dipungkiri adanya masa
transisi bahwa antara peserta didik dan guru harus sama sama belajar meraba
kembali proses pembelajaran yang cocok itu seperti apa. Guru yang kurang kreatif
dalam mengemas pembelajaran menyebabkan pembelajaran menjadi kurang
menarik dan dianggap membosankan. Akibatnya berpengaruh pada tingkat
kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menurun. Salah satu solusi untuk
pemecahan masalah yang ditinjau dari proses pembelajaran. Dengan metode dan
model pembelajaran yang lebih inovatif, diantaranya dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning.
Penelitian ini menitik beratkan pada penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning pada pembelajaran materi menerapkan strategi bauran pemasaran
pada mata pelajaran marketing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga suasana pembelajaran dalam
kelas akan semakin hidup, terjalin interaksi antar peserta didik, proses pembelajaran
menjadi lebih kritis dan bermakna, hasil belajar pun meningkat. Penelitin ini
menggunakan pendekatan kualitatif, jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). PTK ini dilaksanakan dalam satu tindakan yang terdiri dari tiga siklus.
Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik
kelas X Bdp SMK PGRI 2 Malang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah dokumentasi, tes, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase jumlah peserta didik yang
memperoleh nilai kemampuan berpikir kritis memenuhi ketuntasan pada Siklus I
sebanyak 100%, tetapi hanya pada kategori baik. Sedangkan pada Siklus 2 terjadi
pergeseran dimana 90% peserta didik berada pada kategori Baik dan
10 % peserta didik berada pada kategori sangat Baik, sedangkan pada siklus III
tidak terjadi peningkatan yaitu 90% peserta didik berada pada kategori Baik dan
10% peserta didik berada pada kategori sangat Baik. Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X Bdp
SMK PGRI 2 Malang. Disarankan kepada semua guru untuk guru disarankan
menerapkan model pembelajaran Problem Bassed Learning dalam melaksanakan
proses pembelajaran di sekolah.

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga penyusunan PTK
ini yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Menerapkan
Strategi Bauran Pemasaran Mata Pelajaran Marketing Kelas X BDP SMK PGRI
2 MALANG” Penyelesaian PTK ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Bpk. Suprijana selaku Kepala Sekolah SMK PGRI 2 Malamg yang telah
mengijinkan untuk dilaksanakannya PTK pada siswa SMK PGRI 2 MALANG
2. Rekan Guru dan teman sejawat di SMK PGRI 2 Malang yang senantiasa
memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.
3. Seluruh siswa dan siswi kelas Siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Bisnis
Daring dan Pemasaran SMK PGRI 2 MALANG yang telah bekerja sama dengan
penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

4. Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan support dalam segala bentuk
kepada penulis.
5. Semua pihak yang membantu serta memberikan dukungan dan doa sehingga
PTK ini dapat selesai dengan baik.

Peneliti berharap semoga PTK ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi peneliti sendiri.

7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori ....................................................................................... 8
B. Hasil Penelitian Relevan ..................................................................... 19
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 22
B. Subjek Penelitian ................................................................................. 22
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................ 22
D. Prosedur Penelitian .............................................................................. 22
E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 28
F. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 28
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 29
H. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ................................................................................... 36
B. Pembahasan Penelitian Siklus I .......................................................... 37
C. Pembahasan Penelitian Siklus II ......................................................... 47
D. Pembahasan Penelitian Siklus III ......................................................... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ............................................................................................. 67
B. Saran .................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 70


LAMPIRAN .................................................................................................... 71

8
DAFTAR TABEL

Tabel Hal
Tabel 1 Langkah-langkah Pembelajaran berbasis masalah………… 11
Tabel 2 Kriteria Skor Observasi……………………………………. 30
Tabel 3 Ketentuan Pemberian Skor 32
Tes……………………………..
Tabel 4 Kriteria Penilaian Sikap……………………………………. 33
Tabel 5 Kriteria Tingkat Keberhasilan Tindakan Siswa (%)………. 34
Tabel 6 Persentase Data Hasil Observasi Berdasarkan Pengamatan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I………………… 44
Tabel 7 Persentase Data Hasil Tes Berdasarkan Indikator
Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I….. 45
Tabel 8 Kriteria Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I 46
Tabel 9 Persentase Data Hasil Observasi Berdasarkan Pengamatan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus II………………. 52
Tabel 10 Persentase Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
pada Siklus II……………………………………………… 53
Tabel 11 Kriteria Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II 54
Tabel 12 Persentase Data Hasil Observasi Berdasarkan Pengamatan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus III………………. 61
Tabel 13 Persentase Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
pada Siklus III……………………………………………… 62
Tabel 14 Kriteria Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus III 64

9
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal
Lampiran 1 Rpp siklus 1…………………………………………….. 80
Lampiran 2 Rpp siklus 2…………………………………………….. 82
Lampiran 3 Rpp siklus 3…………………………………………….. 84
Lampiran 4 Soal pre test / post test ptk……………………………… 86
Lampiran 5 Format pengamatan aktivitas guru……………………... 93
Lampiran 6 Format pengamatan siswa berpikir kritis………………. 95
Lampiran 7 Angket tanggapan siswa………………………………... 97
Lampiran 8 Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus 1 99
Lampiran 9 Hasil Tes Siswa Pada Siklus 1…………………………. 100
Lampiran 10 Hasil observasi Penelitian Siklus 1……………………... 102
Persentase Data Hasil Observasi Berdasarkan
Lampiran 11 104
Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I
Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan Berpikir
Lampiran 12 105
Kritis Siklus I…………………….…………………….
Lampiran 13 Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II 106
Lampiran 14 Hasil Tes Siswa Pada Siklus II……………………….. 107
Lampiran 15 Prosentase Hasil Tes Siswa Pada Siklus II…………… 108
Lampiran 16 Hasil observasi Penelitian Siklus II……………………. 109
Lampiran 17 Persentase Data Hasil Observasi Berdasarkan
111
Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus II
Lampiran 18 Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan Berpikir
112
Kritis Siklus II…………………….…………………….
Lampiran 19 Presentase Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan
113
Berpikir Kritis Siklus II…………………….…………..
Lampiran 20 Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus III 114
Lampiran 21 Hasil penilaian siswa berpikir kritis siklus III 115
Lampiran 22 Prosentase hasil penilaian siswa berpikir kritis siklus III 116
Lampiran 23 Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan Berpikir
Kritis Siklus III…………………….…………………… 117
Lampiran 24 Presentase Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan
Berpikir Kritis Siklus III……………………………….. 119
Lampiran 25 Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan Berpikir
Kritis Siklus III…………………….…………………… 120
Lampiran 26 Presentase Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan
Berpikir Kritis Siklus III…………………….………….. 121
Lampiran 27 Dokumentasi………………….…………………………. 125
Lampiran 28 Surat keterangan pemberian ijin………………………… 130
Lampiran 29 Surat keterangan……………….………………………... 131
Lampiran 30 Jurnal kegiatan penelitian…….……………………….... 132
Lampiran 31 Undangan seminar PTK…….………………………...... 133

10
Lampiran 32 Jadwal Seminar sehari…….……………………….......... 134
Lampiran 33 Daftar Hadir Seminar…….………………………........... 135
Lampiran 34 Berita Acara Pelaksanaan Seminar…….……………….. 136
Lampiran 35 Notulen Seminar…….……………………….................. 138

11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Sistem pendidikan di indonesia ternyata telah mengalami banyak

perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai

usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan nasional

semakin mengalami kemajuan. Pendidikan di sekolah-sekolah telah

menunjukkan perkembangan yang pesat. Perkembangan itu terjadi karena

terdorong adanya pembahuruan tersebut, sehingga di dalam pengajaran pun

guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat

memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan

dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan nasional yang

mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan

nasional barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang

membangun.

Tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi siswa agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian melalui

pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi maupun

masyarakat, serta mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas

dan profesional.

Keberhasilan dari proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh

pembelajaran yang berlangsung karena merupakan inti dari proses pendidikan.

12
Indikator pendidikan berkualitas adalah profesionalitas guru dalam mendidik

seperti dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 yang

menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Dan perolehan hasil

belajar yang maksimal oleh siswa, baik itu hasil belajar dalam bentuk kognitif,

afektif maupun psikomotor.

Penggunaan model pembelajaran yang dipilih guru merupakan salah satu

cara meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun kenyataan menunjukkan

bahwa penerapan model pembelajaran belum tampak terlihat diterapkan.

Berdasarkan hasil observasi, bahwa penerapan model pembelajaran belum

tampak diterapkan terlihat dari tindakan guru saat mengajar. Apalagi

dikarenakan adanya pandemic covid 19 membuat pembelajaran yang awalnya

bertemu langsung antara guru dan peseta didik, membuat kita harus

melakasanakannya dengan cara dalam jaringan. Tak dapat dipungkiri adanya

masa transisi bahwa antara peserta didik dan guru harus sama sama belajar

meraba kembali proses pembelajaran yang cocok itu seperti apa. Guru yang

kurang kreatif dalam mengemas pembelajaran menyebabkan pembelajaran

menjadi kurang menarik dan dianggap membosankan. Akibatnya berpengaruh

pada tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang menurun.

Upaya memperbaiki kondisi dan menciptakan suasana yang disukai oleh

siswa sebaiknya guru harus melakukan suatu inovasi baru dengan menggunakan

model pembelajaran, model pembelajaran ini bertujuan unutk menolong para

13
guru karena memudahkan guru untuk menentukan apa yang harus dilakukan

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini menitik beratkan pada

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran

materi menerapkan strategi bauran pemasaran pada mata pelajaran marketing

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses

pembelajaran. Sehingga suasana pembelajaran dalam kelas akan semakin

hidup, terjalin interaksi antar siswa, proses pembelajaran menjadi lebih kritis

dan bermakna, hasil belajar pun meningkat.

Dalam model pembelajaran ini, siswa memahami konsep dan prinsip dari

suatu materi yang dimulai dari bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah

yang diberikan melalui investigasi, penemuan, dan pemecahan masalah. Siswa

membangun konsep atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang

mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami

sebelumnya.

Tujuan pembelajaran yang dikembangkan pada kurikulum 2013 adalah

untuk mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia yang memiliki

karateristik 4C yaitu Communication (Komunikasi), Colaboration

(Kolaborasi), Creative Skill (Kemampuan Kreatif) dan Critical Thinking Skill

(Keterampilan berpikir kritis).

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi berupa ide,

gagasan maupun pesan dari pihak satu ke pihak lain. Melalui komunikasi, siswa

diharapkan dapat menggunakan kemampuan dalam mengutarakan ide-idenya

ketika berdiskusi maupun dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan kolaborasi

adalah kegiatan yang dilakukan secara bersama untuk mencapai suatu tujuan.

14
Melalui kolaborasi, siswa diharapkan mampu bersosialisasi, mampu

bekerjasama mencapai suatu tujuan, saling menghargai dan bertanggung jawab.

John Dewey mendefinisikan bahwa berpikit kritis adalah pertimbangan

yang aktif, persistent (terus menerus), dan teliti ketika mendapatkan suatu

pengetahuan tidak langsung diterima begitu saja melainkan dipandang terlebih

dahulu dari berbagai alasan yang mendukung. Ennis mendefinisikan berpikir

kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk

memutuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Sejalan dengan

pemikiran Dewey, Glaser mendefinisikan berpikir kritis adalah sebagai: (1)

berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah yang masih dalam

jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode

pengevaluasian dan penalaran yang logis; dan (3) keterampilan untuk

menerapkan metode-metode tersebut. Dari beberapa pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa bepikir kritis adalah berpikir secara rasional dan

menggunakan penalaran sesuai dengan fakta (objektivitas) dan pengalaman.

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis cenderung mempercayai dan

bertindak sesuai dengan penalarannya.

Dengan demikian siswa yang berpikir kritis akan mampu mengevaluasi

dan menentukan benar atau salah dari suatu informasi yang diperolehnya baik

dari hasil pikiran orang lain ataupun pikirannya sendiri. Untuk itu guru

bertanggung jawab penuh pada pelaksanaan pembelajaran secara daring dan

guru harus pandai meramu berbagai komponen pembelajaran yang antara lain

bisa memilih media yang tepat pada setiap materi yang ada pada kurikulum,

15
termasuk dalam hal ini adalah mata pelajaran Marketing dengan materi

Menerapkan Bauran Pemasaran.

Karena rendahnya hasil belajar siswa kelas X BDP pada mata pelajaran

Marketing khususnya dalam materi menerapkan strategi bauran pemasaran,

maka akan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul:

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi

Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran Mata Pelajaran Marketing Kelas

X BDP SMK PGRI 2 MALANG Tahun Pelajaran 2020/2021 Semester 1.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang diterapkan guru kurang melibatkan siswa secara

aktif.

2. Proses pembelajaran yang ada di sekolah masih didominasi oleh guru.

3. Proses pembelajaran belum mampu meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa.

4. Guru selalu menuntut siswa untuk belajar, tetapi tidak mengajarkan

bagaimana siswa seharusnya belajar dan menyelesaikan masalah.

5. Sebagian besar siswa kemampuan berpikir kritisnya masih rendah

16
C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran Problem bassed learning pada

pembelajaran Marketing pada siswa X BDP di SMK PGRI 2 Malang?

2. Seberapa besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui

model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran

Marketing pada siswa X BDP di SMK PGRI 2 Malang?

D. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran Problem Based Learning pada

pembelajaran Marketing pada siswa X BDP di SMK PGRI 2 Malang.

2. Mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis melalui

model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran

Marketing pada siswa X BDP di SMK PGRI 2 Malang.

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan mengenai model Problem Bassed Learning dan peningkatan

kemampuan berpikir kritis.

17
2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, membiasakan belajar dalam kelompok dan berdiskusi

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan saling

membantu dalam memahami suatu materi pembelajaran.

b. Bagi guru, menjadi salah satu acuan guru dalam menerapkan model

pembelajaran dalam rangka dengan tujuan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Marketing.

c. Bagi peneliti, memberikan pengalaman langsung dalam

melaksanakan penelitian khususnya penelitian tindakan kelas.

18
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Konsep Dasar Model Pembelajaran

Penelitian tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh

beberapa ahli di Amerika sejak tahun 1950-an. Perintis penelitian model

pembelajaran di Amerika Serikat adalah Marc Belth. Model-model yang

ditemukan dapat diubah, diuji kembali, dan dikembangkan. Selanjutnya

dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan pola

pembelajaran yang digunakan.

Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode

pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

menjadi lebih baik. Istilah model, pendekatan, strategi, metode, teknik,

dan taktik sangat familiar dalam dunia pembelajaran, namun terkadang

istilah-istilah tersebut membuat bingung para pendidik. Demikian pula

dengan para ahli, mereka lebih memiliki pemaknaan sendiri-sendiri

tentang istilah-istilah tersebut. (Rusman, 2012)

Model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai

prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran

berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis,

sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce

dan Weil:1980). Joyce dan Weil mempelajari model-model pembelajaran

berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model

19
pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

b. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada

strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran

mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode

pembelajaran :

a. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.

b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

c. Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model

pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran

dapat dicapai.

c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model Pembelajaran Masalah (Problem Based Learning) pertama

kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas Mc. Master

Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi

dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi

yang ada.

Ibrahim dan Nur (2000:2) mengemukakan bahwa Pembelajaran

Berbasis Masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang

digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi

20
yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya

belajar bagaimana belajar. (Rusman, 2012:241)

Moffit, Depdiknas (2002:12) mengemukakan bahwa Pembelajaran

Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa

untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah

serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi

pelajaran. (Rusman, 2012:241)

Jadi pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal

dalam mengumpulkan dan mengintregasikan pengetahuan baru siswa.

Sehingga dengan menerapkan pembelajaran ini, diharapkan siswa

memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan

dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan ketrampilan secara

bertahap dan berkesinambungan. Problem Based Learning menuntut

aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan

ketrampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal

pembelajaran kemudian mampu mengembangkan kemampuan

berpikirnya dalam menggali masalah tersebut.

d. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Savie dan Hughes (1994) menyatakan bahwa pembelajaran

berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai

berikut: (1) Belajar dimulai dengan suatu permasalahan; (2)

Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata

21
siswa; (3) Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan,

bukan di seputar disiplin ilmu; (4) Memberikan tanggung jawab yang

besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar

mereka sendiri; (5) Menggunakan kelompok kecil; (6) Menuntut siswa

untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk

produk dan kinerja.

e. Tingkah Laku Pembelajaran Berbasis Masalah

Ibrahim dan Nur (2000:13) dan Ismail (2002:1) mengemukakan

bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai

beikut:

Tabel 1 Langkah-langkah Pembelajaran berbasis masalah


Fase Ke- 1 Indikator Aktivitas /Kegiatan Guru
1 Orientasi siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
pada masalah menjelaskan logistic yang diperlukan,
pengajuan masalah, memotivasi siswa
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilihnya.
2 Mengorganisasikan Guru membantu siswa mendefinisikan dan
siswa untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3 Membimbing Guru mendorong siswa untuk
penyelidikan mengumpulkan informasi yang sesuai,
individual maupun melaksanakan eksperimen, untuk mendapat
kelompok penjelasan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan Guru membantu siswa dalam
dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan karya
hasil karya yang sesuai seperti laporan, video, model
dan membantu mereka untuk berbagai
tugas dengan kelompoknya.
5 Menganalisa dan Guru membantu siswa melakukan refleksi
Mengevaluasi Atau evaluasi terhadap penyelidikan
proses pemecahan mereka dalam proses-proses yang mereka
masalah gunakan.
(Sumber. Rusman, 2012:243)

22
Adapun tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah adalah

sebagai berikut: (1) menemukan masalah; (2) mendefinisikan masalah; (3)

mengumpulkan fakta; (4) menyusun hipotesis; (5) melakukan

penyelidikan; (6) menyempurnakan permasalahan yang telah

didefinisikan; (7) menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif;

(8) melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.

f. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah


Problem Based Learning adalah sebuah cara memanfaatkan

masalah untuk menimbulkan motivasi belajar. Suksesnya pelaksanaan

Problem Based Learning sangat bergantung pada seleksi, desain, dan

pengembangan masalah. Hal yang paling penting adalah menentukan

tujuan yang ingin dicapai dalam penggunaan Problem Based Learning.

Sedangkan tujuan dari Problem Based Learning adalah

Penguasaan isi belajar dari disiplin neuristic dan pengembangan

ketrampilan pemecahan masalah. Problem Based Learning juga

berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide

learning), ketrampilan memaknai informasi, kolaboratif dan belajar tim,

ketrampilan berpikir reflektif dan evaluatif.

Jadi dalam pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk

membangkitkan pemahaman siswa terhadap sebuah masalah, kemudian

menggali kemampuan berpikir dan keingintahuannya dalam memecahkan

masalah. Dan tugas guru disini adalah berperan mengantarkan siswa agar

memahami konsep dan menyiapkan situasi sesuai dengan pokok bahasan

yang diajarkan.

23
g. Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah menurut

Hamzah (2003) adalah sebagai berikut: (1) Guru hendaknya menyediakan

lingkungan belajar yang memungkinkan self regulated dalam belajar pada

diri siswa agar berkembang; (2) Guru hendaknya selalu mengarahkan

siswa mengajukan masalah atau pertanyaan atau memperluas masalah; (3)

Guru hendaknya menyediakan beberapa situasi masalah yang berbeda-

beda, berupa informasi tertulis, benda manipulatif, gambar dan lainnya;

(4) Guru dapat memberikan masalah yang berbentuk open-ended; (5)

Guru dapat memberikan contoh cara merumuskan dan mengajukan

masalah dengan beberapa tingkat kesukaran, baik tingkat kesulitan

pemecahan.

Oleh karena itu, penerapan Problem Based Learning dalam

pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus berperan

sebagai fasilitator sekaligus sebagai pembimbing. Guru dituntut dapat

memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep Problem Based

Learning dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan

berpikir siswa. Disamping itu, siswa juga harus siap untuk terlibat secara

aktif dalam pembelajaran. Siswa menyiapkan diri untuk mengoptimalkan

kemampuan berpikir dalam setiap tahapan proses Problem Based

Learning.

24
h. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya

adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan pemikiran kritis dan

keterampilan kreatif serta mandiri; (2) Meningkatkan motivasi dan

kemampuan memecahkan masalah; (3) Membantu siswa belajar untuk

mentransfer pengetahuan dengan situasi baru; (4) Dengan pendekatan

pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran bermakna; (5)

Dalam situasi pendekatan pembelajaran berbasis masalah siswa

mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan

mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan; (6) Pendekatan

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal

untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam

bekerja kelompok.

Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam

pemanfaatannya adalah sebagai berikut: (1) Kurang terbiasanya siswa dan

pengajar dengan model pembelajaran ini; (2) Kurangnya waktu

pembelajaran; (3) Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin

penting bagi mereka untuk belajar; (4) Guru sulit menjadi fasilitator yang

baik.

25
2. Kemampuan Berpikir Kritis

a. Konsep Dasar Kemampuan Berpikir Kritis


Setiap manusia telah dikaruniai potensi untuk berpikir. Melalui

pembinaan yang tepat, pendidikan, pembelajaran, dan pengamatan yang

baik, kemampuan berpikir manusia juga akan dapat berkembang dengan

baik.

Salah satu berpikir yang menuntut kemampuan berpikir tingkat

tinggi adalah berpikir kritis, karena dalam berpikir kritis siswa dituntut

untuk berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menggunakan

penalarannya serta membuat keputusan tentang apa yang harus

dilakukannya. Sehingga berpikir kritis itu berbeda dengan berpikir biasa.

Berpikir kritis menurut Edgen dan Kauchak, (2012:120) “Berpikir kritis

adalah kemampuan dan kecenderungan untuk membuat dan melakukan

asesmen terhadap kesimpulan yang didasarkan pada bukti.”

Hampir setiap siswa memiliki kemampuan atau ketrampilan

berpikir. Kemampuan berpikir akan mengarahkan pada pola bertindak

setiap individunya dalam praktek di lingkungan masyarakat kelak.

Kemampuan seseorang untuk berhasil dalam hidupnya ditentukan oleh

kemampuan berpikirnya. Ada banyak jenis kemampuan berpikir, salah

satu diantaranya yaitu kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir

kritis merupakan ketrampilan seseorang dalam menggunakan proses

berpikirnya untuk menganalisis argument dan memberikan interpretasi

berdasarkan persepsi melalui logical reasoning, analisis asumsi dan

interpretasi logis (Hamzah, 2008:134). Dari pengertian tersebut, dapat

26
disimpulkan bahwa seorang pemikir kritis akan menggunakan akal

pikirannya untuk menelaah sesuatu dengan hati-hati.

Karakteristik kemampuan berpikir kritis menurut Carin dan Sound

dibagi menjadi beberapa kategori diantaranya yaitu mengklasifikasi,

mengasumsi, berhipotesis, membuat kesimpulan, mengukur, merancang

sebuah penyelidikan, mengamati, membuat grafik, meminimalkan

kesalahan percobaan, mensintesis, mengevaluasi, dan menganalisis (Carin

dan Sound, 1989:160).

Dengan kemampuan berpikir kritis, siswa akan dapat menganalisis

ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, mengklasifikasi dan

membedakan secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji serta

mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Selain itu, siswa juga

mampu mengembangkan diri dalam membuat keputusan serta

menyelesaikan masalah. Seseorang yang mampu berpikir kritis akan dapat

mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tepat, mengumpulkan berbagai

informasi yang dibutuhkan, mampu secara kreatif dan efisien memilah-

milah informasi sehingga sampai pada kesimpulan dan keputusan yang

dapat dipercaya serta dapat dipertanggungjawabkan.

Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat

dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan

sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu

kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan

masalah/pencarian solusi. Pengembangan kemampuan berpikir kritis

merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti

27
pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan

keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-

kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat mengatasi masalah-

masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan.

b. Posisi Kemampuan Berpikir Kritis dalam Proses


Pembelajaran Siswa
Proses pembelajaran sangat berkaitan erat dengan pembentukan

dan penggunaan kemampuan berpikir. Siswa akan lebih mudah mencerna

konsep dan ilmu pengetahuan apabila di dalam dirinya sudah ada struktur

dan strata intelektual sehingga ketika ia berhadapan dengan bahan atau

materi pembelajaran, ia mudah menempatkan, merangkai dan menyusun

alur logis, menguraikan dan mengobjeksinya (Muslich, 2009:216).

Ciri–ciri dari proses pembelajaran yang baik menurut Sugandi,

(2000:25) antara lain: (1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan

direncanakan secara sistematis; (2) Pembelajaran dapat menumbuhkan

perhatian dan motivasi siswa dalam belajar; (3) Pembelajaran dapat

menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa; (3)

Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan

menarik; (4) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman

dan menyenangkan bagi siswa; (5) Pembelajaran dapat membuat siswa

siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar

dan sengaja. Tujuan pembelajaran menurut Sugandi, dkk (2000:25) adalah

membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman, dan dengan

28
pengalaman itulah tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,

ketrampilan, dan nilai atau norma berfungsi sebagai pengendali sikap dan

prilaku siswa. Tujuan pembelajaran menggambarkan kemampuan atau

tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah mereka

mengikuti suatu proses pembelajaran.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah

suatu proses yang melibatkan guru dengan semua komponen tujuan,

bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi proses pembelajaran

merupakan suatu sistem yang saling terkait antar komponennya di dalam

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Dari beberapa uraian tentang proses pembelajaran di atas,

menunjukkan bahwa adanya suatu keterkaitan satu sama lain. Sebagai

seorang guru, kita harus paham secara mendalam mengenai arti belajar

dan pembelajaran secara luas. Dalam suatu proses pembelajaran, aspek

berpikir itu merupakan aspek yang sangat penting bagi siswa. Dari hal-hal

yang kecil saja, sebagai makhluk rasional, manusia tentu selalu terdorong

untuk memikirkan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Kemudian dalam

suatu permasalahan juga pasti dibutuhkan pemikiran-pemikiran cerdas

yang berguna untuk memecahkan permasalahan tersebut. Ide dari

pemikiran-pemikiran inilah yang bisa disebut dengan hasil dari berpikir

secara kritis.

Oleh karena itu, tidak heran jika akhir-akhir ini di dalam suatu

proses pembelajaran mulai ditanamkan kemampuan berpikir kritis pada

siswa. Disamping karena kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi

29
pola pikir siswa, berpikir kritis sekarang juga dipandang luas sebagai

suatu kompetensi dasar, seperti membaca dan menulis yang perlu dikuasai

(Fisher, 2009)

B. Hasil Penelitian Relevan

Jurnal Aditiya Fadly (2012), Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Malang dalam judul penelitian Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar

Siswa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada

kelas X Bisnis dan Manajemen Mata Pelajaran Kewirausahaan SMK

ARDJUNA 1 Malang, menunjukkan adanya keterkaitan antara model

Problem Based Learning (PBL) dengan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil

belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning pada mata pelajaran Kewirausahaan.

Hal tersebut juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh

Darmawan, Dosen UPI Bandung, dalam judul penelitiannya yaitu

Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran IPS DI MI

Darussaadah Pandeglang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran IPS DI MI Darussaadah

Pandeglang dapat meningkat setelah digunakannya model pembelajaran

berbasis masalah.

30
C. Kerangka Berpikir

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan

lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar siswa dikelas. Salah

satu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru adalah pemilihan model

pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model

pembelajaran digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.

“Dalam mengajarkan pokok bahasan tertentu harus dipilih model

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai” (Trianto,

2007:9).

Selama ini dalam mengajar Marketing, guru di SMK PGRI 2

Malang belum banyak yang menggunakan model pembelajaran yang

menarik minat dan perhatian para siswa. Sehingga seringkali siswa merasa

bosan selama proses pembelajaran daring. Disini penulis mencoba untuk

menerapkan model pembelajaran berbasis masalah agar proses

pembelajaran bisa menjadi lebih menarik bagi para siswa.

Model pembelajaran berbasis masalah bercirikan menggunakan

permasalahan dari kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari

siswa untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Kemudian siswa juga dilatih untuk menyelesaikan masalah, serta mendapat

pengetahuan konsep-konsep penting dari pengalaman yang diperolehnya

selama menganalisis masalah. Model pembelajaran ini mengutamakan

proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu

siswa mencapai ketrampilan dalam mengarahkan diri dan kemampuan

31
dalam berpikir. Pembelajaran berbasis masalah dalam penggunaannya

membutuhkan tingkat berpikir yang lebih, terutama dalam situasi yang

berorientasi pada masalah, termasuk juga bagaimana belajar memberi solusi

bagi suatu permasalahan. Dalam pembelajaran berbasis masalah, guru

berperan sebagai penyaji masalah, mengadakan dialog, membantu

menyelesaikan masalah, dan memberi fasilitas penelitian bagi para siswa.

Mapel: Marketing
Materi : Menerapkan strategi Bauran
Pemasaran

Dalam materi ini, siswa harus bisa menganalisis dan


memecahkan masalah serta mampu menerapkan dan
mengaplikasikan kemampuannya dalam praktik kegiatan
usaha. Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan semangat,
tidak putus asa, selalu ingin maju dan selalu mencari sesuatu
yang baru sesuai dengan instrument yang telah ditetapkan

Model pembelajaran Berbasis Masalah

1 Orientasi siswa pada masalah. 2 Mengorganisasikan siswa


untuk belajar. 3 Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok. 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 5
Menganalisa dan Mengevaluasi proses pemecahan masalah

Dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa SMK PGRI 2 Malang

. Gambar 1. Kerangka Berpikir

32
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode

penelitian tindakan kelas (PTK) atau Class Room Action Research dengan

pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu

strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk

proses pengembangan inovatif dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat di kegiatan tersebut dapat saling

mendukung satu sama lain (Suharsimi, 2006:90).

B. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini yaitu peserta didik kelas X BDP SMK PGRI 2

MALANG Tahun Pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari 20 peserta didik.

C. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 2 MALANG yang

beralamatkan di Jl. Janti Barat blok A1 Malang pada bulan Oktober 2020

D. Prosedur penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebenarnya diawali dari istilah Action

Research atau penelitian tindakan. Secara umum, Action Research digunakan

untuk menemukan pemecahan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam

tugasnya sehari-hari dimanapun tempatnya, baik di kantor, di rumah sakit, di

kelas, maupun di tempat tugas-tugas lainnya. Dengan demikian, para peneliti

33
Action Research tidak berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan

materi yang dapat digunakan secara umum atau general.

Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian bersifat reflektif

terhadap kondisi dan permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh

guru di dalam kelasnya sendiri sehingga akan memunculkan suatu tindakan dan

upaya pemecahan masalah tersebut dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebgai guru, agar hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Penelitian ini mengacu pada rancangan penelitian model Kemmis dan Mc.

Taggart (dalam Hajar, 2001) yang terdiri dari empat tahap;

(1) perencanaan tindakan,

(2) pelaksanaan tindakan,

(3) pengamatan (observasi), dan

(4) refleksi.

Diagram alir desain penelitian ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2: Diagram alir desain penelitian

34
Penjabaran dari gambar di atas, menunjukkan bahwa: pertama, sebelum

melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti harus merencanakan secara

seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun

secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan

dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu

sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil

pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atau tindakan yang

telah dilakukan jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan

atas tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang

telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti

dapat dipecahkan secara optimal. Berikut sekilas penjelasan tentang siklus I,

siklus II dan siklus III

a. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan

model Problem Based Learning. RPP disusun oleh peneliti dengan

pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru kelas yang

bersangkutan. RPP disusun sebagai pedoman guru dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas.

2) Peneliti membuat LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

35
3) Peneliti mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

berdasarkan masalah dan lembar analisis kemampuan berpikir kritis

siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan penerapan rencana yang telah dilakukan sebelumnya

secara sadar dan terkendali untuk memperbaiki keadaan sebelumnya.

Pelaksanaan tindakan ditampilkan dalam bentuk catatan: hasil analisis

kemampuan berpikir kritis siswa.

c. Pengamatan

Tahap pengamatan dilakukan guru, peneliti, dan pengamat. Pengamatan

dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran di kelas

yang berkaitan dengan aktivitas guru dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Peristiwa yang muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas

dievaluasi dan masalah yang muncul digunakan sebagai bahan refleksi.

d. Refleksi

Pada tahap ini hasil pengamatan dianalisis yang kemudian akan digunakan

sebagai bahan refleksi. Hasil pengamatan dan refleksi digunakan dalam

menentukan perbaikan pada siklus pembelajaran berikutnya. Hal ini

bertujuan untuk melakukan penyempurnaan pada siklus berikutnya.

b. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II memperhatikan refleksi dari

siklus I. Perencaan siklus II meliputi:

36
1) Revisi RPP yang telah dibuat pada siklus I.

2) Peneliti mempersiapkan LKPD.

3) Mempersiapkan lembar analisis siswa yang digunakan sebagai catatan

peneliti untuk menilai seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir

kritis siswa dari siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada penelitian di siklus II ini menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning. dengan revisi yang diperlukan dalam rangka perbaikan

siklus sebelumnya.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan peneliti bersama pengamat dengan mengamati

tindakan dan kendala siswa saat pembelajaran berlangsung. Peneliti

merangkum hasil pengamatan pre test dan post test yang dilakukan pada

siklus II untuk memudahkan merefleksi tindakan lembar observasi yang

digunakan sama seperti observasi pada siklus I.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus II digunakan untuk membandingkan hasil pada siklus

I dan siklus II apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis pada

siswa atau tidak. Jika belum terjadi peningkatan, maka siklus dapat diulang

lagi di siklus selanjutnya.

37
c. Siklus III

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus III memperhatikan refleksi dari

siklus II. Perencaan siklus III meliputi:

1) Revisi RPP yang telah dibuat pada siklus II.

2) Peneliti mempersiapkan LKPD.

3) Mempersiapkan lembar analisis siswa yang digunakan sebagai catatan

peneliti untuk menilai seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir

kritis siswa dari siklus III.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada penelitian di siklus III ini menggunakan model pembelajaran PBL

dengan revisi yang diperlukan dalam rangka perbaikan siklus sebelumnya.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan peneliti bersama pengamat dengan mengamati

tindakan dan kendala siswa saat pembelajaran berlangsung. Peneliti

merangkum hasil pengamatan pre test dan post test yang dilakukan pada

siklus III untuk memudahkan merefleksi tindakan lembar observasi yang

digunakan sama seperti observasi pada siklus II kemudian memberikan

angket pada siswa.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus III digunakan untuk membandingkan hasil pada siklus

II dan siklus III apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis

pada siswa atau tidak. Jika belum terjadi peningkatan, maka siklus dapat

diulang lagi di siklus selanjutnya.

38
E. Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini semua data yang dibutuhkan dikumpulkan melalui

instrument sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumentasi dapat digunakan sebagai arsip yang berisi rekaman

pembelajaran daring, karena dengan adanya itu maka hasil penelitian akan

semakin dipercaya.

b. Tes

Tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning. Tes dilakukan dua

kali yaitu pre test dan post test.

c. Observasi

Observasi menurut Sukmadinata (2013: 220) Observation atau

pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan

jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Observasi dilakukan untuk melihat aktivitas guru dan peserta didik.

F. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam menggunakan teknik tersebut,

peneliti memerlukan instrumen, yaitu “alat bantu” agar pekerjaan

39
mengumpulkan data menjadi lebih mudah. Adapaun metode yang digunakan

adalah:

a. Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai

keterlaksanaan pembelajaran dengan Observasi. Observasi yang dilakukan

adalah pengamatan langsung saat proses pembelajaran. Dimana yang bertindak

sebagai observer adalah guru pengampu mata pelajaran Marketing.

b. Metode Tes

Tes yang diberikan dalam penelitian ini berupa pretest dan postest.

Pretest merupakan tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui kemampuan

awal siswa dalam pembelajaran matematika sebelum mendapatkan perlakuan.

Sedangkan postest merupakan tes yang diberikan setelah siswa mendapatakan

perlakuan.

c. Angket

Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

tanggapan siswa tentang keberhasilan penerapan model pembelajaran Problem

Based Learning pada materi Menerapkan Bauran Pemasaran bagi siswa.

G. Teknik analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kuantitatif berupa analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif dapat

digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan

menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah, mencari persentase, dan

menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berpikirnya

40
(grafik, tabel, chart). Analisis data kuantitatif berupa hasil observasi dan hasil

tes. Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa di dalam kelas.

Analisis data dilakukan disetiap akhir siklus, hal ini agar dapat diketahui

adanya peningkatan atau tidak setelah dilakukan tindakan. Berikut disajikan

analisis data kuantitatif untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

1. Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi pada penelitian ini merupakan pengamatan terhadap

siswa selama proses pembelajaran mengacu pada indikator kemampuan

berpikir kritis yang meliputi kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas

dari setiap pertanyaan, kemampuan siswa mencari alasan, siswa berusaha

mengetahui informasi dengan baik, siswa memperhatikan situasi dan kondisi

secara keseluruhan, siswa bersikap dan berpikir terbuka, siswa mengambil

posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu, siswa mencari

penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan, dan siswa bersikap

secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.

Siswa mendapat skor antara 4 sampai dengan 1 untuk setiap indikator.

Tabel 2. Kriteria Skor Observasi


Skor Kriteria
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang
Sumber: Permendikbud. No. 104 tahun 2014

41
Hasil pengamatan mencakup 4 indikator berpikir kritis sehingga skor

maksimal yang dapat diperoleh setiap siswa adalah 32. Untuk menghitung nilai

observasi berpikir kritis menggunakan rumus:

Nilai = Jumlah Skor yang diperoleh X 4


Jumlah Skor maksimal

(Mengadopsi dari Ngalim Purwanto, 2011: 112)

2. Analisis Data Hasil Tes

Analisis data hasil tes dilihat nilai tes pada tiap siklusnya. Pada penelitian

ini, dalam memberikan penilaian terhadap kebenaran jawaban mengacu pada

tiga aspek menurut Nana Sudjana (2011: 43), yaitu:

a. Kebenaran isi sesuai dengan kaidah-kaidah materi yang ditanyakan.

b. Sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya yang dilihat dari

penyajian gagasan jawaban.

c. Bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan buah pikirannya.

Pada aspek kebenaran ini, jawaban siswa dinilai dari kesesuaian jawaban

dengan materi pelajaran atau dengan teori yang ada. Pada aspek urutan logis

dari kerangka berpikir, jawaban siswa dinilai dari kesesuaian urutan kalimat

jawaban dalam memberikan argumentasi. Pada aspek bahasa yang digunakan,

jawaban siswa dinilai dari kesesuaian jawaban siswa dengan Ejaan Yang

Disempurnakan dan kalimat yang efektif.

42
Ketentuan pemberian skor pada masing-masing soal tercantum pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 3 . Ketentuan Pemberian Skor Tes


Skor Ketentuan
4 Jika jawaban Siswa pada satu butir soal mencakup 3 aspek
3 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 2 aspek
2 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 1 aspek
1 Jika jawaban siswa pada satu butir soal tidak mencakup ketiga
aspek, namun sudah mendekati salah satu aspek
Sumber: Nana Sudjana

Penilaian tes mengacu pada 4 (empat) indikator kemampuan berpikir

kritis yaitu siswa memakai sumber yang memiliki kredibilitas, siswa berusaha

tetap relevan dengan ide utama, siswa mengingat kepentingan yang asli

dan mendasar, dan siswa mencari alternatif. Sehingga, jumlah skor maksimal

yang dapat diperoleh siswa adalah 16 dan jumlah skor minimal adalah 4

(empat). Untuk menghitung nilai tes berpikir kritis mengadopsi rumus dari

Ngalim Purwanto (2011: 112) sebagai berikut:

Nilai = Jumlah Skor yang diperoleh X 4


Jumlah Skor maksimal

3. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Mengacu pada analisis data hasil observasi dan analisis data hasil tes,

maka kemampuan berpikir siswa pada penelitian ini diperoleh dengan

menghitung nilai dari gabungan hasil observasi dengan hasil tes masing-

masing siswa dengan bobot 40% untuk hasil tes dan 60% untuk hasil observasi

berdasarkan pertimbangan dari expert judgement. Glaser (Fisher, 2009: 3)

mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu sikap mau berpikir secara

mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berbeda dalam

jangkauan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, penilaian kemampuan

43
berpikir kritis menggunakan pedoman penilaian sikap. Khusus untuk teknik

penilaian ini, peneliti menggunakan pedoman penilaian Kurikulum 2013 yaitu

pedoman penilaian berdasarkan Permendikbud. No. 104 tahun 2014. Nilai

ketuntasan kompetensi berpikir kritis dituangkan dalam bentuk predikat

sebagaimana tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria Penilaian Sikap


Skor Kriteria
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang
Sumber: Permendikbud. No. 104 tahun 2014

Berdasarkan panduan tersebut, nilai kemampuan berpikir kritis yang

diperoleh akan berada pada rentang nilai 4,00 – 1,00 dengan predikat Sangat

Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K). Nilai ketuntasan minimal adalah

2,51 atau dalam kriteria Baik (B).

4. Angket tanggapan siswa

Data tanggapan siswa dianalisis menggunakan analisis deskriptif yaitu

dengan cara menentukan skor pada setiap pernyataan yang menunjukkan

tanggapan siswa terhadap pembelajaran Marketing dengan menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning apakah menyenangkan atau

tidak. Tanggapan siswa diukur dengan kategori Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS). Kategori tersebut dapat dihitung

dengan mendeskripsikan data seperti berikut:

Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah soal x jumlah responden

Skor minimal = skor terendah x jumlah soal x jumlah responden

44
Rentang skor = skor tertinggi – skor terendah

Interval kelas = skor tertinggi – skor terendah : 4

H. Indikator keberhasilan

Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

adanya perubahan setelah dilakukan tindakan, terjadi peningkatan kemampuan

berpikir kritis masing-masing dapat mencapai batas minimal 75%. Menurut

Zainal Aqib (2009: 41) kriteria keberhasilan tindakan adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Kriteria Tingkat Keberhasilan Tindakan Siswa (%)


Tingkat Keberhasilan Keterangan
>80% Sangat tinggi
75-79% Tinggi
70-74% Sedang
65-69% Rendah
Sumber: Zainal Aqib (2009: 41)

Kriteria di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menilai gagal

maupun berhasilnya sebuah penelitian. Apabila siswa dapat mencapai batas

minimal 75% ketuntasan untuk kemampuan berpikir kritis yaitu siswa

memiliki nilai berpikir kritis 2,51 atau dalam kategori Baik (B), maka

penelitian tersebut dapat dikatakan berhasil. Namun, apabila setelah penerapan

tindakan dalam pembelajaran Marketing kemampuan berpikir kritis siswa

menurun dan tidak mencapai standar yang telah ditentukan maka penelitian

tersebut dikatakan belum berhasil dan harus dilakukan tindakan pada siklus

berikutnya. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila sebanyak 75% siswa

memiliki nilai kemampuan berpikir kritis tuntas. Ketuntasan berpikir kritis

sedikitnya 2,51.

45
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Deskripsi Tempat Penelitian

a. VISI

"Terwujudnya tamatan yang unggul dalam pengetahuan, ketrampilan,

imtaq (iman dan taqwa) dan mampu bersaing dalam dunia kerja"

b. MISI

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan optimal

b. Menumbuhkan semangat keunggulan, kemandirian, tanggung jawab

dan kepedulian sosial warga sekolah.

c. Menciptakan kehidupan sekolah yang tertib dan disiplin

d. Menggalakkan kegiatan keagamaan, ekstra kurikuler dan lain-lain.

e. Mengupayakan tamatan dapat menempati dunia kerja sesuai dengan

kompetensinya.

c. TUJUAN

a. Membina peserta didik menjadi manusia yang berakhlak, trampil,

ulet dan mandiri.

b. Menciptakan proses belajar yang inovatif.

c. Memberikan pelayanan administrasi sekolah yang prima.

d. Meningkatkan kualitas tenaga kependidikan dan tenaga pendidikan

melalui peningkatan partisipasi dalam program sekolah dan

pelatihan.

46
e. Melaksanakan pembenahan manajemen sekolah yang lebih efektif

dan efisien.

a. f. Memberdayakan sumber daya sekolah secara optimal.

2. Deskripsi Kondisi Awal

SMK PGRI 2 Malang memiliki 5 program keahlian yaitu: 1) Bisnis Daring

dan Pemasaran, 2) Otomatisasi dan Tatakelola Perkantoran, 3) Akuntansi, 4)

Multimedia, 5) Teknik Komputer dan Jaringan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

diampu oleh guru-guru yang kompeten di bidangnya.

SMK PGRI 2 Malang menjalin kerjasama dengan Dunia Usaha/Dunia

Industri untuk mendukung penerapan Pendidikan Sistem Ganda. Adapun Dunia

Usaha/Dunia Industri DU/DI yang menjadi mitra antara lain: Matahari dept store,

Universitas Brawijaya Malang, Bea Cukai Malang, Dinas Pendidikan, Universitas

Negeri Malang, Universitas Kanjuruan, Universitas Wisnuwardhana, UMM, CV

Tunas Abadi, Sentra Media Solusindo, Matahari, Mitra Dept.Store, Malang Town

Square, Ramayana, Malang Olympic Garden, Carefour, dll.

B. Pembahasan Penelitian Siklus I

Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan observasi awal untuk

mengetahui kondisi awal dan perrmasalahan dalam proses pembelajaran

Marketing. Berdasarkan data observasi awal, diketahui bahwa kemampuan

berpikir kritis siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya aktivitas

siswa dalam menjawab pertanyaan guru ataupun pertanyaan dari siswa. Siswa

mau menjawab pertanyaan dari guru ketika ditunjuk oleh guru. Selain itu, ketika

47
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, hanya ada sedikit

siswa yang bertanya. Siswa terlihat kurang memperhatikan penjelasan guru.

Aktivitas pembelajaran didominasi oleh guru sehingga siswa terlihat pasif dalam

pembelajaran. Kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran dalam

proses pembelajaran menjadikan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa masih

kurang.

Melalui pembelajaran Problem Bassed Learning maka sistem pembelajaran

akan lebih efektif karena pembelajaran ini tidak hanya mengacu pada guru, tapi

juga mengacu kepada siswa. Siswa juga dilatih untuk berani berbicara di depan

kelas. Jadi, jika pembelajaran ini dilakukan akan menjadi sangat efektif karena

guru tidak hanya terpacu untuk mengajarkan pelajaran dalam buku paket saja,

akan tetapi juga mengembangkan pelajaran dengan pemikiran kritis dari siswa

dan mengajarkan cara berkomunikasi siswa di dalam kelas. Penerapan model

pembelajaran Problem Bassed Learning diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Marketing.

1. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan hal-hal yang

diperlukan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian tindakan

kelas ini, peneliti sebagai pelaksana tindakan sedangkan sebagai

observer adalah guru pengampu matapelajaran Marketing kelas X BDP

SMK PGRI 2 Malang.

Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di Kelas X

BDP SMK PGRI 2 Malang melalui koordinasi dengan guru mata

48
pelajaran Marketing dan merumuskan permasalahan tersebut.

Selanjutnya peneliti bersama guru menentukan solusi permasalahan

dengan membuat perencanaan penerapan model pembelajaran Problem

Bassed Learning. Peneliti melibatkan guru dalam menyusun RPP

sehingga guru benar-benar memahami hal-hal apa saja yang dilakukan

pada pelaksanaan tindakan kelas. RPP ini berguna sebagai pedoman

guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. RPP pada

penelitian ini sudah disetujui oleh guru dan dosen pembimbing

digunakan dalam penelitian. Setelah menyusun RPP, peneliti

menyiapkan bahan ajar dan segala kelengkapan yang dibutuhkan dalam

pembelajaran serta menyiapkan instrumen penelitian dengan

melibatkan guru

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan

berdasar pedoman penelitian pada RPP. Selama pelaksanaan tindakan,

peneliti sebagai pengajar dan guru pengampu mapel mengobservasi

siswa selama kegiatan berlangsung. Pelaksanaan tindakan Siklus I

terdiri dari satu pertemuan dan dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober

2020 dengan materi pokok menerapkan strategi bauran pemasaran.

Pembelajaran dilaksanakan di kelas X BDP SMK PGRI 2 Malang

dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang.

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan

inti, dan kegiatan penutup. Berikut ini merupakan penjabaran masing-

masing kegiatan tersebut:

49
1. Guru mengucapkan salam di WhatsApp group dan meminta

peserta didik joint di google meet dan peserta didik presensi

secara mandiri di google classroom. (ICT, TPACK, PPK-

Integritas)

2. Guru melakukan motivasi, doa, absen, apersepsi di google meet

kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan pretest,

menjelaskan materi pada power point dan cara penggunaan

LKPD untuk menyelesaikan tugas (PPK-Religius)

3. Peserta didik mengamati video tentang bauran pemasaran

produk barang dan jasa di Youtube

https://www.youtube.com/watch?v=qqnbPHg2iYo&t=15s dan

https://www.youtube.com/watch?v=qSvgsqocpO0&t=88s

yang kemudian dilanjutkan dengan membaca hand out

(Literasi, Critical thinking, ICT-Mandiri)

4. Dibentuk kelompok dan diminta mengobservasi usaha jasa

tentang bauran pemasaran yang telah dilaksanakan dibantu

dengan penggunaan LKPD, hand out, dan video media

pembelajaran yang sudah di share melalui google classroom

5. Peserta didik berdiskusi pada Whats App group saling

melakukan tanya jawab mengenai tayangan yang diberikan dan

juga materi mencari perbedaan antara produk barang dan jasa di

Internet (Critical thinking-saintifik-menanya-Collaborative)

6. Peserta didik bersama kelompok membuat mind maping dengan

bantuan LKPD (Creative- Colaborative)

50
7. Peserta didik berkumpul kembali pada Google Meet dan

mempresentasikan penjelasan dari studi kasus yang telah

mereka selesaikan (Communicative). Peserta didik di kelompok

lain memperhatikan penjelasan tersebut dan memberikan

tanggapan pada penyaji.

8. Guru memberikan tambahan saran juga reward yang

membangun untuk kelompok penyaji dan Peserta didik

menganalisa masukan, tanggapan dan koreksi dari kelompok

lain dan guru

9. Guru mengingatkan siswa untuk mengerjakan soal postest dan

soal di hand out sebagai penilaian individu

10. LKPD dikumpulkan sebagai bahan penilaian oleh guru melalui

Google classroom, kemudian peserta didik dibantu oleh guru

membuat kesimpulan untuk pelajaran hari ini, pembelajaran

diakhiri.

c. Observasi/Pengamatan Tindakan Siklus I

1) Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru

Observasi pada penelitian ini dilakukan oleh Guru

pengampu, sedangkan proses pembelajaran dilakukan oleh

peneliti. Observasi dilakukan dengan mengamati dan

melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang dilakukan oleh

guru dan siswa ketika tindakan kelas berlangsung. Hal-hal yang

diamati oleh observer mengacu pada lembar pengamatan yang

telah dibuat. Observasi dilakukan untuk mengamati proses

51
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning. Aspek yang diamati meliputi keterlaksanaan

pembelajaran oleh guru mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti,

dan kegiatan akhir, serta kegiatan siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi terhadap keterlaksanaan

pembelajaran oleh guru pada Siklus I, pada kegiatan awal guru

sudah membuka pelajaran dengan salam, memberikan motivasi

dan menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan

dilaksanakan kepada siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran,

dan memberikan apersepsi.

Pada kegiatan inti, guru sudah membagi siswa menjadi

kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang siswa. Guru juga

sudah memberikan masalah yang harus didiskusikan atau

didialogkan secara mendalam oleh kelompok tersebut.

Guru juga membimbing siswa untuk menarik kesimpulan

dan poin penting dari materi yang telah dibahas bersama. Aspek

yang belum terlaksana pada siklus I adalah guru belum

maksimal dalam memancing aktivitas berpikir kritis siswa. Pada

kegiatan penutup, guru sudah memberikan soal tentang materi

yang telah dipelajari dan menutup pelajaran dengan salam.

Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran

oleh guru menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengantahap-tahap model pembelajaran

Problem Based Learning. Namun, pelaksanaan pembelajaran

masih belum terlaksana secara maksimal karena masih ada satu

52
aspek yang belum dilaksanakan dengan sempurna oleh guru,

yaitu guru belum memberikan refleksi mengenai proses

pembelajaran yang telah dilakukan. Nilai keterlaksanaan

pembelajaran pada Siklus I adalah 90 dan masuk dalam kriteria

amat baik.

2) Hasil Observasi Siswa

Keberhasilan pelaksanaan tindakan pada Siklus I dapat

dilihat dari adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa yang terlihat lebih baik dibandingkan dengan kemampuan

berpikir kritis siswa pada saat sebelum tindakan. Hal ini dapat

dilihat dari kemampuan berpikir kritis siswa pada pertemuan

pertama, khususnya pada indikator kemampuan siswa mencari

pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan, siswa berusaha

mengetahui informasi dengan baik, siswa bersikap dan berpikir

terbuka, dan siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan

bagian- bagian dari keseluruhan masalah.

53
Berikut disajikan table persentase kemampuan berpikir

kritis siswa pada siklus 1.

Tabel 6. Persentase Data Hasil Observasi Berdasarkan Pengamatan


Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I
NO INDIKATOR Persentase
Kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari
1 73.75
setiap pertanyaan
2 Kemampuan siswa mencari alasan 53.75
3 Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik 76.25
Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara
4 53.75
keseluruhan
5 Siswa bersikap dan berpikir terbuka 70
Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup
6 53.75
untuk melakukan sesuatu
Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila
7 58.75
memungkinkan
Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan
8 68.75
bagian-bagian dari keseluruhan masalah
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Berdasar Persentase Data Hasil Observasi Pengamatan

Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I dapat diketahui

bahwa data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa

pada Siklus I masih belum terlalu menunjukkan hasil yang

memuaskan dimana hanya satu indicator yang mencapai kriteria

tinggi yaitu indicator Siswa berusaha mengetahui informasi

dengan baik dengan nilai 76.25. Dan hanya satu yang berada

pada kriteria sedang yaiu indicator Siswa bersikap dan berpikir

terbuka dengan nilai 70. Sedangkan pada enam indikator yang

lain semuanya berada pada kriteria rendah.

Peningkatan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

seharusnya berdampak pula bagi terwujudnya peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa. Skor hasil tes siswa pada

54
materi Menerapkan Bauran Pemasaran pada Siklus I belum

menunjukkan adanya peningkatan. Perhitungan nilai tes siswa

dilakukan dengan cara skor yang diperoleh siswa dibagi dengan

skor maksimal yaitu 16 dikalikan 4 (empat). Nilai tes siswa ini

kemudian digunakan untuk menghitung nilai berpikir kritis

siswa.

Tabel 7. Persentase Data Hasil Tes Berdasarkan Indikator


Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I
NO INDIKATOR Persentase
1 Siswa memakai sumber yang memiliki kredibilitas 87.5
2 Siswa berusaha tetap relevan dengan ide utama 82.5
Siswa mengingat kepentingan yang asli dan
3 mendasar 82.5
4 Siswa mencari alternatif 80
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Berdasarkan table tersebut, dapat diketahui bahwa data

hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus

I sudah mulai menunjukkan hasil dimana pada ke tiga indikator

sudah berada diatas angka 80 %. Dan hanya satu indikator yang

tepat berada pada angka 80% yaitu pada indikator siswa mencari

alternative.

Perhitungan nilai kemampuan berpikir kritis siswa

dilakukan dengan menjumlahkan nilai tes dengan nilai hasil

pengamatan masing-masing siswa. Bobot nilai tes adalah 40%

sedangkan bobot nilai observasi adalah 60%. Berikut ini tersaji

tabel kriteria nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada

SiklusI.

55
Tabel 8. Kriteria Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I
Rentang nilai Kategori Jumlah Persentase (%)
1,00 – 1,50 K 0 0
1,51 – 2,50 C 0 0
2,51 – 3,50 B 20 100
3,51 – 4,00 SB 0 0
JUMLAH 20 100
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Hasil penilainan pada akhir siklus I menunjukkan bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa telah mencapai kategori Baik

sebesar 100%. Tetapi diharapkan terjadi peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa menjadi sangat baik pada

siklus berikutnya.

d. Refleksi Tindakan Siklus I

Kegiatan refleksi bertujuan untuk mengingat kembali hal-hal yang

telah dilakukan selama pelaksanaan tindakan.Keberhasilan pelaksanaan

tindakan pada Siklus I diantaranya adalah guru sudah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran

Problem Based Learning. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan

tindakan, maka keberhasilan pelaksanaan tindakan siklus I dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a) Kemampuan berpikir kritis siswa terlihat lebih baik

dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan tindakan.

b) Kemampuan berpikir kritis siswa telah mencapai kategori

Baik sebesar 100%.

56
C. Pembahasan Penelitian Siklus II

a) Perencanaan Tindakan Siklus II

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan hal-hal yang

diperlukan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian tindakan kelas

ini, peneliti sebagai pelaksana tindakan sedangkan sebagai observer adalah

guru pengampu matapelajaran Marketing kelas X BDP SMK PGRI 2

Malang.

Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang berasal dari refleksi pada

siklus I melalui koordinasi dengan guru mata pelajaran Marketing dan

merumuskan kembali perangkat untuk siklus II. Selanjutnya peneliti

bersama guru menentukan solusi permasalahan dengan membuat

perencanaan penerapan model pembelajaran Problem Bassed Learning.

Peneliti melibatkan guru dalam menyusun RPP sehingga guru benar-benar

memahami hal-hal apa saja yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan

kelas. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran di kelas. RPP pada penelitian ini sudah disetujui oleh guru dan

dosen pembimbing digunakan dalam penelitian. Setelah menyusun RPP,

peneliti menyiapkan bahan ajar dan segala kelengkapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran serta menyiapkan instrumen penelitian dengan

melibatkan guru.

b) Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan

berdasar pedoman penelitian pada RPP. Selama pelaksanaan tindakan,

peneliti sebagai pengajar dan guru pengampu mapel mengobservasi siswa

57
selama kegiatan berlangsung. Pelaksanaan tindakan Siklus II terdiri dari

satu pertemuan dan dilaksanakan pada tanggal 2 November 2020 dengan

materi pokok menerapkan strategi bauran pemasaran. Pembelajaran

dilaksanakan di kelas X BDP SMK PGRI 2 Malang dengan jumlah siswa

sebanyak 20 orang.

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan

inti, dan kegiatan penutup. Berikut ini merupakan penjabaran masing-

masing kegiatan tersebut:

1. Alat dan Bahan : Laptop, Pointer, Papan Tulis, Spidol

2. Media: Whatsapp, Google Classroom, Google Meet.

3. Guru mengucapkan salam di WhatsApp grup dan meminta peserta

didik joint di google meet dan peserta didik presensi secara mandiri

di google classroom. (ICT-TPACK, PPK-Integritas)

4. Guru melakukan motivasi, doa, absen, apersepsi di google meet

kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan materi pada power

point dan cara penggunaan LKPD untuk menyelesaikan

tugas(PPK-Religius)

5. Peserta didik mengamati video tentang strategi bauran produk dan

strategi penetapan harga di Youtube

https://www.youtube.com/watch?v=E1yR9Qrp9DI&t=23s yang

kemudian dilanjutkan dengan membaca hand out (Literasi, Critical

thinking, ICT-Mandiri)

6. Dibentuk kelompok dan diminta Mendesain strategi bauran produk

dan Menentukan strategi penetapan harga dibantu dengan

58
penggunaan LKPD, hand out, dan video media pembelajaran yang

sudah di share melalui google classroom

7. Peserta didik berdiskusi pada WhatsApp group saling melakukan

tanya jawab mengenai tayangan yang diberikan dan juga materi

mencari cara Mendesain strategi bauran produk dan Menentukan

strategi penetapan harga (Critical thinking-saintifik-menanya-

Collaborative)

8. Peserta didik bersama kelompok Mendesain strategi bauran produk

dan Menentukan strategi penetapan harga dengan bantuan LKPD

(Creative- Colaborative)

9. Peserta didik berkumpul kembali pada Google Meet dan

mempresentasikan penjelasan dari hasil diskusi (Communicative)

10. Peserta didik kelompok lain memperhatikan penjelasan tersebut

dan memberikan tanggapan pada penyaji

11. Guru memberikan tambahan saran juga reward yang membangun

untuk kelompok penyaji dan Peserta didik menganalisa masukan,

tanggapan dan koreksi dari kelompok lain dan guru

12. Lkpd dikumpulkan sebagai bahan penilaian oleh guru melalui

Google classroom, kemudian peserta didik dibantu oleh guru

membuat kesimpulan untuk pelajaran hari ini, pembelajaran

diakhiri. (ICT)

59
c) Observasi/Pengamatan Tindakan Siklus II

1) Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru

Observasi pada penelitian ini dilakukan oleh Guru pengampu,

sedangkan proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti. Observasi

dilakukan dengan mengamati dan melakukan pencatatan terhadap

hal-hal yang dilakukan oleh guru dan siswa ketika tindakan kelas

berlangsung. Hal-hal yang diamati oleh observer mengacu pada

lembar pengamatan yang telah dibuat. Observasi dilakukan untuk

mengamati proses pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning. Aspek yang diamati

meliputi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru mulai dari

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, serta kegiatan

siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi terhadap keterlaksanaan

pembelajaran oleh guru pada Siklus II, pada kegiatan awal guru

sudah membuka pelajaran dengan salam, memberikan motivasi

dan menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan

dilaksanakan kepada siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan

memberikan apersepsi.

Pada kegiatan inti, guru sudah membagi siswa menjadi

kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang siswa. Guru juga

sudah memberikan masalah yang harus didiskusikan atau

didialogkan secara mendalam oleh kelompok tersebut.

Guru juga membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan

poin penting dari materi yang telah dibahas bersama. Aspek yang

60
belum terlaksana pada siklus I adalah guru belum maksimal dalam

memancing aktivitas berpikir kritis siswa. Pada kegiatan penutup,

guru sudah memberikan soal tentang materi yang telah dipelajari

dan menutup pelajaran dengan salam.

Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran oleh

guru menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran

sesuai dengantahap-tahap model pembelajaran Problem Based

Learning. Namun, pelaksanaan pembelajaran masih belum

terlaksana secara maksimal karena masih ada satu aspek yang

belum dilaksanakan dengan sempurna oleh guru, yaitu guru belum

memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah

dilakukan. Nilai keterlaksanaan pembelajaran pada Siklus II adalah

90 dan masuk dalam kriteria amat baik.

2) Hasil Observasi Siswa

Keberhasilan pelaksanaan tindakan pada Siklus II dapat dilihat

dari adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang

terlihat lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis

siswa pada Siklus I. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan berpikir

kritis siswa pada pertemuan kedua, terjadi peningkatan pada 8

indikator. Terdapat dua indikator yang mencapai presentase

dengan kriteria sangat baik yaitu, Siswa berusaha mengetahui

informasi dengan baik dan pada indikator Siswa bersikap secara

sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan

masalah.

61
Tetapi masih terdapat tiga indikator yang berada pada kriteria

rendah yaitu, Kemampuan siswa mencari alasan, Siswa mengambil

posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu, Siswa

memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.

Berikut disajikan table persentase kemampuan berpikir kritis

siswa pada siklus II.

Tabel 9. Persentase Data Hasil Observasi Berdasarkan Pengamatan


Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus II
Siklus II
INDIKATOR
NO %
Kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari
1 77.5
setiap pertanyaan
2 Kemampuan siswa mencari alasan 67.5
3 Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik 81.25
Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara
4 65
keseluruhan
5 Siswa bersikap dan berpikir terbuka 77.5
Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup
6 68.75
untuk melakukan sesuatu
Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila
7 73.75
memungkinkan
Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan
8 80
bagian-bagian dari keseluruhan masalah
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Grafik.1 Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa
Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
100
PERSENTASE

80
60 73.75
77.5 81.25 80
67.5
76.25
65 7077.5 68.75 73.7568.75
40 53.75 53.75 53.75 58.75
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Siklus I 73.75 53.75 76.25 53.75 70 53.75 58.75 68.75
Siklus II 77.5 67.5 81.25 65 77.5 68.75 73.75 80
INDIKATOR PENGAMATAN

Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

62
Berdasarkan table 8 dan grafik 1 tersebut, dapat diketahui

bahwa indikator kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan

pengamatan pada Siklus II sudah lebih baik dibandingkan dengan

indikator kemampuan berpikir kritis siswa pada Siklus I. Terdapat

dua indikator yang mencapai presentase dengan kriteria sangat baik

yaitu, Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik (81.25%)

dan pada indikator Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur

dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah (80).

Tetapi masih terdapat tiga indikator yang berada pada kriteria

rendah yaitu, Kemampuan siswa mencari alasan (67,5), Siswa

mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan

sesuatu (65), Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara

keseluruhan (68,75). Berikut ini data hasil tes berpikir kritis:

Tabel 10. Persentase Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis


pada Siklus II
Siklus 2
NO INDIKATOR
%
1 Siswa memakai sumber yang memiliki kredibilitas 96.25
2 Siswa berusaha tetap relevan dengan ide utama 85
Siswa mengingat kepentingan yang asli dan
3 mendasar 85
4 Siswa mencari alternatif 82.5
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa data hasil

pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa pada Siklus II

berdasarkan teknik tes Siswa memakai sumber yang memiliki

kredibilitas memiliki persentase 96.25%. Sedangkan Siswa

berusaha tetap relevan dengan ide utama memiliki persentase 85%,

63
Siswa mengingat kepentingan yang asli dan mendasar 85% dan

Siswa mencari alternative sebesar 82.5%.

Peningkatan indikator kemampuan berpikir kritis siswa

berdasarkan pengamatan pada Siklus II juga berdampak baik pada

peningkatan skor tes siswa. Data menunjukkan bahwa skor rata-

rata tes siswa pada Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan

dengan nilai tes siswa pada Siklus I. Rata-rata skor tes siswa pada

Siklus I 83.13% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi

87.19%.

Berdasarkan skor hasil tes siswa dan skor hasil observasi

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, selanjutnya peneliti

dapat menghitung nilai kemampuan berpikir kritis siswa mengacu

pada perhitungan nilai kemampuan berpikir kritis siswa.

Perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan data 60% hasil

pengamatan dan 40% nilai tes pada masing-masing siswa. Berikut

table kategori nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada Siklus II.

Tabel 11. Kriteria Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus


II
Persentase
Rentang nilai Kategori Jumlah
(%)
1,00 – 1,50 K 0 0
1,51 – 2,50 C 0 0
2,51 – 3,50 B 18 90
3,51 – 4,00 SB 2 10
JUMLAH 20 20
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Data tersebut menunjukkan pengkategorian kemampuan

berpikir kritis siswa pada siklus II. Berdasarkan data tersebut, dapat

diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa mengalami

64
peningkatan. Sebagian siswa memperoleh nilai kemampuan

berpikir kritis dengan kategori B (Baik) yaitu sebanyak 18 siswa

atau 90% dari keseluruhan siswa. Sedangkan siswa memperoleh

nilai kemampuan berpikir kritis dengan kategori SB (Sangat Baik)

sebanyak 2 siswa atau 10% dari keseluruhan siswa. Berdasarkan

hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir

kritis siswa belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang

diharapkan.

d) Refleksi Tindakan Siklus II

Berdasarkan keseluruhan tindakan Siklus II yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, maka dilakukan

refleksi. Hasil refleksi pelaksanaan tindakan pada Siklus II

menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan tahap-tahap pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning.

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

adanya perubahan setelah dilakukan tindakan, terjadi peningkatan

kemampuan berpikir kritis masing-masing dapat mencapai batas

minimal 75%. Apabila siswa dapat mencapai batas minimal 75%

ketuntasan untuk kemampuan berpikir kritis yaitu memiliki nilai

berpikir kritis 2,51 atau dalam kategori Baik (B), maka penelitian

tersebut dapat dikatakan berhasil.

Hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa selama proses

pembelajaran juga lebih baik dibandingkan dengan hasil observasi pada

65
siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus II, indikator

keberhasilan penelitian ini masih belum tercapai, sehingga penelitian

tindakan kelas dianggap belum berhasil dan dibutuhkan penelitian

tindakan kelas siklus III.

D. Pembahasan Penelitian Siklus III

a) Perencanaan Tindakan Siklus III

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan hal-hal yang

diperlukan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian tindakan kelas

ini, peneliti sebagai pelaksana tindakan sedangkan sebagai observer adalah

teman sejawat dan guru pengampu mata pelajaran Marketing kelas X BDP

SMK PGRI 2 Malang.

Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang berasal dari refleksi pada

siklus I melalui koordinasi dengan guru mata pelajaran Marketing dan

merumuskan kembali perangkat untuk siklus III. Selanjutnya peneliti

bersama guru menentukan solusi permasalahan dengan membuat

perencanaan penerapan model pembelajaran Problem Bassed Learning.

Peneliti melibatkan guru dalam menyusun RPP sehingga guru dan peneliti

benar-benar memahami hal-hal apa saja yang dilakukan pada pelaksanaan

tindakan kelas. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran di kelas. RPP pada penelitian ini sudah disetujui oleh

guru dan dosen pembimbing digunakan dalam penelitian. Setelah menyusun

RPP, peneliti menyiapkan bahan ajar dan segala kelengkapan yang

66
dibutuhkan dalam pembelajaran serta menyiapkan instrumen penelitian

dengan melibatkan guru.

b) Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan

berdasar pedoman penelitian pada RPP. Selama pelaksanaan tindakan,

peneliti sebagai pengajar dan guru pengampu mapel mengobservasi siswa

selama kegiatan berlangsung. Pelaksanaan tindakan Siklus III terdiri dari

satu pertemuan dan dilaksanakan pada tanggal 13 November 2020 dengan

materi pokok menerapkan strategi bauran pemasaran. Pembelajaran

dilaksanakan di kelas X BDP SMK PGRI 2 Malang dengan jumlah siswa

sebanyak 20 orang.

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan

inti, dan kegiatan penutup. Berikut ini merupakan penjabaran masing-

masing kegiatan tersebut:

1. Alat dan Bahan : Laptop, Pointer, Papan Tulis, Spidol

2. Media: Whatsapp, Google Classroom, Google Meet.

3. Guru mengucapkan salam di WhatsApp grup dan meminta peserta didik

joint di google meet dan peserta didik presensi secara mandiri di google

classroom. (ICT) (TPACK, PPK-Integritas)

4. Guru melakukan motivasi, doa, absen, apersepsi di google meet

kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan materi pada power point dan

cara penggunaan LKPD untuk menyelesaikan tugas(PPK-Religius)

5. Peserta didik mengamati video tentang strategi bauran produk dan

strategi penetapan harga di Youtube

67
https://www.youtube.com/watch?v=nvH4ffVx_Js&t=382s yang

kemudian dilanjutkan dengan membaca hand out (Literasi, Critical

thinking, ICT-Mandiri)

6. Dibentuk kelompok dan diminta Mendesain strategi bauran place dan

Menentukan strategi bauran promosi dibantu dengan penggunaan LKPD,

hand out, dan video media pembelajaran yang sudah di share melalui

google classroom.

7. Peserta didik berdiskusi pada WhatsApp group saling melakukan tanya

jawab mengenai tayangan yang diberikan dan juga materi mencari cara

Mendesain strategi place dan Menentukan strategi promosi (Critical

thinking-saintifik-menanya-Collaborative)

8. Peserta didik bersama kelompok Mendesain strategi bauran place dan

Menentukan strategi bauran promosi dengan bantuan LKPD (Creative-

Colaborative-Mandiri)

9. Peserta didik berkumpul kembali pada Google Meet dan

mempresentasikan penjelasan dari hasil diskusi (Communicative-ICT)

10. Peserta didik kelompok lain memperhatikan penjelasan tersebut dan

memberikan tanggapan pada penyaji

11. Guru memberikan tambahan saran juga reward yang membangun untuk

kelompok penyaji dan Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan

dan koreksi dari kelompok lain dan guru

12. Lkpd dikumpulkan sebagai bahan penilaian oleh guru melalui Google

classroom, kemudian peserta didik dibantu oleh guru membuat

kesimpulan untuk pelajaran hari ini, pembelajaran diakhiri. (ICT)

68
c) Observasi/Pengamatan Tindakan Siklus III

1) Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru

Observasi pada penelitian ini dilakukan oleh Guru pengampu

dan teman sejawat, sedangkan proses pembelajaran dilakukan oleh

peneliti. Observasi dilakukan dengan mengamati dan melakukan

pencatatan terhadap hal-hal yang dilakukan oleh guru dan siswa

ketika tindakan kelas berlangsung. Hal-hal yang diamati oleh

observer mengacu pada lembar pengamatan yang telah dibuat.

Observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Aspek

yang diamati meliputi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru mulai

dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, serta kegiatan

siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi terhadap keterlaksanaan

pembelajaran oleh guru pada Siklus III, pada kegiatan awal guru

sudah membuka pelajaran dengan salam, memberikan motivasi dan

menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan

kepada siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memberikan

apersepsi.

Pada kegiatan inti, guru sudah membagi siswa menjadi

kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang siswa. Guru juga sudah

memberikan masalah yang harus didiskusikan atau didialogkan

secara mendalam oleh kelompok tersebut.

Guru juga membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan

poin penting dari materi yang telah dibahas bersama. Aspek yang

69
belum terlaksana pada siklus III adalah guru belum maksimal dalam

mengingatkan siswa untuk mengisi pretest dan postest. Pada

kegiatan penutup, guru sudah memberikan soal tentang materi yang

telah dipelajari dan menutup pelajaran dengan salam.

Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran oleh

guru menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran Problem Based

Learning. Namun, pelaksanaan pembelajaran masih belum

terlaksana secara maksimal karena masih ada beberapa aspek yang

belum dilaksanakan dengan sempurna oleh guru. Nilai

keterlaksanaan pembelajaran pada Siklus II adalah 92 dan masuk

dalam kriteria amat baik.

2) Hasil Observasi Siswa

Keberhasilan pelaksanaan tindakan pada Siklus III dapat dilihat

dari adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang

terlihat lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis

siswa pada Siklus II. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan berpikir

kritis siswa pada pertemuan ketiga, terjadi peningkatan pada 8

indikator. Berikut disajikan table persentase kemampuan berpikir

kritis siswa pada siklus III.

70
Tabel 12. Persentase Data Hasil Observasi Berdasarkan Pengamatan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus III
Siklus II
INDIKATOR
NO %
Kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari
1
setiap pertanyaan 88.75
2 Kemampuan siswa mencari alasan 85
3 Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik 88.75
Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara
4
keseluruhan 81.25
5 Siswa bersikap dan berpikir terbuka 83.75
Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup
6
untuk melakukan sesuatu 87.5
Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila
7
memungkinkan 85
Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan
8
bagian-bagian dari keseluruhan masalah 86.25
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Grafik. 3 Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa

Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa
100
90
80 88.75 88.75 87.5 86.25
85 83.75 85
70 81.25 81.25 80
77.5 76.25 77.5
73.75 73.75
PERSENTASE

60 67.5 70 68.75 68.75


65
50 58.75
53.75 53.75 53.75
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Siklus I 73.75 53.75 76.25 53.75 70 53.75 58.75 68.75
Siklus II 77.5 67.5 81.25 65 77.5 68.75 73.75 80
Siklus III 88.75 85 88.75 81.25 83.75 87.5 85 86.25
INDIKATOR PENGAMATAN

Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Berdasarkan table 12 dan grafik 3 tersebut, dapat diketahui

bahwa indikator kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan

pengamatan pada Siklus III sudah lebih baik dibandingkan

71
dengan indikator kemampuan berpikir kritis siswa pada Siklus II.

Dimana ke delapan indikator sudah mencapai angka lebih dari 80.

Kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari setiap

pertanyaan (88.75). Kemampuan siswa mencari alasan (85).

Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik (88.75). Siswa

memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan (81.25).

Siswa bersikap dan berpikir terbuka (83.75). Siswa mengambil

posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu

(87.5). Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila

memungkinkan (85). Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur

dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah (86.25). Berikut

ini data hasil tes berpikir kritis:

Tabel 13. Persentase Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis


pada Siklus III
Siklus 2
NO INDIKATOR
%
1 Siswa memakai sumber yang memiliki kredibilitas 95
2 Siswa berusaha tetap relevan dengan ide utama 86.25
Siswa mengingat kepentingan yang asli dan
3 mendasar 91.25
4 Siswa mencari alternatif 87.5
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

72
Grafik. 4 Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa

Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa
120
100
80 96.25 95 91.25
87.5 82.5 85 86.25 82.5 85 87.5
80 82.5
60
40
20
0
Siswa memakai Siswa berusaha Siswa mengingat
Siswa mencari
sumber yang tetap relevan kepentingan yang
alternatif
memiliki kredibilitas dengan ide utama asli dan mendasar
Siklus I 87.5 82.5 82.5 80
Siklus II 96.25 85 85 82.5
Siklus III 95 86.25 91.25 87.5

Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa data hasil

pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa pada Siklus III

berdasarkan teknik tes Siswa memakai sumber yang memiliki

kredibilitas memiliki persentase 95%. Sedangkan Siswa

berusaha tetap relevan dengan ide utama memiliki persentase

86,25%, Siswa mengingat kepentingan yang asli dan mendasar

91,25% dan Siswa mencari alternative sebesar 87.5%.

Peningkatan indikator kemampuan berpikir kritis siswa

berdasarkan pengamatan pada Siklus III juga berdampak baik

pada peningkatan skor tes siswa. Data menunjukkan bahwa skor

rata-rata tes siswa pada Siklus III mengalami peningkatan

dibandingkan dengan nilai tes siswa pada Siklus II. Rata-rata skor

tes siswa pada Siklus II 87.19% sedangkan pada siklus III

meningkat menjadi 90%.

73
Berdasarkan skor hasil tes siswa dan skor hasil observasi

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, selanjutnya peneliti

dapat menghitung nilai kemampuan berpikir kritis siswa

mengacu pada perhitungan nilai kemampuan berpikir kritis siswa.

Perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan data 60% hasil

pengamatan dan 40% nilai tes pada masing-masing siswa. Berikut

table kategori nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada Siklus

III.

Tabel 14. Kriteria Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus


III
Persentase
Rentang nilai Kategori Jumlah
(%)
1,00 – 1,50 K 0 0
1,51 – 2,50 C 0 0
2,51 – 3,50 B 18 90
3,51 – 4,00 SB 2 10
JUMLAH 20 20
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Grafik. 4. Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa
120
100
100 90 90

80
Persentase

60

40

20 10 10
0 0 0 0 0 0 0
0
1,00 – 1,50 1,51 – 2,50 2,51 – 3,50 3,51 – 4,00
Siklus I 0 0 100 0
Siklus II 0 0 90 10
Siklus III 0 0 90 10

Tabel Nilai Berpikir Kritis

Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

74
Data tersebut menunjukkan pengkategorian kemampuan

berpikir kritis siswa pada siklus III. Berdasarkan data tersebut,

dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa tidak

mengalami peningkatan. Sebagian siswa memperoleh nilai

kemampuan berpikir kritis dengan kategori B (Baik) yaitu

sebanyak 18 siswa atau 90% dari keseluruhan siswa. Sedangkan

siswa memperoleh nilai kemampuan berpikir kritis dengan

kategori SB (Sangat Baik) sebanyak 2 siswa atau 10% dari

keseluruhan siswa. Berdasarkan hal tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa sudah sesuai

dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan, karena batas

minimal pencapaian nilai berpikir kritis siswa adalah 75%.

d) Refleksi Tindakan Siklus III

Berdasarkan keseluruhan tindakan Siklus III yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, maka dilakukan

refleksi. Hasil refleksi pelaksanaan tindakan pada Siklus III

menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan tahap-tahap pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning.

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

adanya perubahan setelah dilakukan tindakan, terjadi peningkatan

kemampuan berpikir kritis masing-masing dapat mencapai batas

minimal 75%. Apabila siswa dapat mencapai batas minimal 75%

ketuntasan untuk kemampuan berpikir kritis yaitu memiliki nilai

75
berpikir kritis 2,51 atau dalam kategori Baik (B), maka penelitian

tersebut dapat dikatakan berhasil.

Hasil observasi kemampuan berpikir kritis siswa selama proses

pembelajaran juga lebih baik dibandingkan dengan hasil observasi pada

siklus II. Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus III, indikator

keberhasilan penelitian ini telah tercapai, sehingga penelitian tindakan

kelas dianggap telah berhasil dan hanya dilaksanakan sampai pada

Siklus III.

76
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Nilai keterlaksanaan pembelajaran Problem Based Learning dalam

pembelajaran ekonomi siswa SMK PGRI 2 MALANG pada Siklus I

adalah 90 dan masuk dalam kriteria amat baik. Nilai keterlaksanaan

pembelajaran pada Siklus II tetap pada 90. sedangkan pada siklus III

terjadi peningkatan menjadi 92. Nilai pada Siklus III ini sudah memasuki

kriteria amat baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah menerapkan

model pembelajaran Problem Based Learning dengan amat baik dalam

pembelajaran Marketing di SMK PGRI 2 MALANG.

2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa siswa kelas X program

keahlian Bisnis Daring dan Pemasaran SMK PGRI 2 MALANG pada

pembelajaran Marketing. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan

sebagai berikut:

a. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada Siklus I sebesar

2,86 ; meningkat pada Siklus II menjadi 3,17 dan menjadi 3,50 pada

siklus III dalam kategori Baik (B).

b. Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai kemampuan berpikir

kritis memenuhi ketuntasan pada Siklus I sebanyak 100%, tetapi hanya

pada kategori baik. Sedangkan pada Siklus 2 terjadi pergeseran dimana

90% siswa berada pada kategori Baik dan 10 % siswa berada pada

77
kategori sangat Baik, sedangkan pada siklus III tidak terjadi

peningkatan yaitu 90% siswa berada pada kategori Baik dan 10% siswa

berada pada kategori sangat Baik .

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Dalam melaksanakan model pembelajaran Problem Bassed Learning,

guru kurang memperhatikan alokasi waktu pada setiap tahap. Beberapa

tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan lebih dari alokasi

waktu yang seharusnya. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membagi

waktu secara tepat dalam setiap pelaksanaan tahap-tahap pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Problem Bassed Learning sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun agar kegiatan

pembelajaran terlaksana dengan efektif dan efisien.

Dari hasil pelaksanaan tindakan disimpulkan bahwa model

pembelajaran Problem Bassed Learning mampu meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, guru disarankan

menerapkan model pembelajaran Problem Bassed Learning dalam

melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti lain yang akan menerapkan model pembelajaran Problem

Bassed Learning hendaknya memperhatikan efektivitas waktu mengingat

78
pada pelaksanaannya pembelajaran sering tidak sesuai dengan yang sudah

direncanakan. Oleh karena itu, hendaknya diberi waktu yang lebih banyak

pada siswa yang akan belajar dengan model pembelajaran Problem Bassed

Learning.

79
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa.


Bandung:Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis, Sebuah Pengantar: Jakarta Erlangga

Ibrahim, M. 2007. Kecakapan Hidup: Keterampilan Berpikir Kritis. Tersedia:


http://kpicenter.org

Nana Sudjana .1997. Proses BelajarMengajar. Jakarta: Rosdakarya

Ngalim Purwanto, M. 2011. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Permendikbud No. 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik
Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. 2012. Pedoman Pelaksanaan Penilaian


Kinerja Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

R. Harsanto. 2005. Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana


Pustaka.

Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta

. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana Prenanda


Media Group.

80
Lampiran :

1. Lampiran : RPP siklus I

RPP SIKLUS 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMK PGRI 2 Malang


Kelas/Semester : X/ 1 (Ganjil)
Mapel : Marketing
AlokasiWaktu : 2 X 45 Menit ( pertemuan 1)
A. KOMPETENSI DASAR :
3.4 Menerapkan strategi bauran pemasaran (marketing mix)
4.4 Melakukan bauran pemasaran (marketing mix)
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pembelajaran ini, siswa dapat:

1. Melalui kegiatan mengamati video yang diupload di youtube peserta didik


dapat Menjelaskan pengertian dan tujuan bauran pemasaran serta
Mengidentifikasi Unsur-unsur bauran pemasaran dengan benar dan percaya
diri. (ICT)
2. Melalui kegiatan diskusi dari hasil pengamatan video yang ada di youtube
melalui google classroom peserta didik dapat Merumuskan Unsur-unsur
bauran pemasaran pada produk barang dan jasa dengan benar dan percaya
diri(ICT)
C. KEGIATAN PEMBELAJARAN (MODEL PEMBELAJARAN:
PROBLEM BASED LEARNING)
1. Alat dan Bahan : Laptop, HP
2. Media: Whatsapp, Google Classroom, Google Meet)
3. Guru mengucapkan salam di WhatsApp grup dan meminta peserta didik
joint di google meet dan peserta didik presensi secara mandiri di google
classroom. (ICT) (TPACK, PPK-Integritas)
4. Guru melakukan motivasi, doa, absen, apersepsi di google meet kemudian
dilanjutkan dengan menjelaskan materi pada power point dan cara
penggunaan LKPD untuk menyelesaikan tugas (PPK-Religius)
5. Peserta didik mengamati video tentang bauran pemasaran produk barang
dan jasa di Youtube
https://www.youtube.com/watch?v=qqnbPHg2iYo&t=15s dan
https://www.youtube.com/watch?v=qSvgsqocpO0&t=88s yang kemudian
dilanjutkan dengan membaca hand out (Literasi, Critical thinking, ICT-
Mandiri)
6. Dibentuk kelompok dan diminta mengobservasi usaha jasa tentang bauran
pemasaran yang telah dilaksanakan dibantu dengan penggunaan LKPD,
hand out, dan video media pembelajaran yang sudah di share melalui google
classroom
7. Peserta didik berdiskusi pada WhatsApp group saling melakukan tanya
jawab mengenai tayangan yang diberikan dan juga materi mencari

81
perbedaan antara produk barang dan jasa di Internet(Critical thinking-
saintifik-menanya-Collaborative)
8. Peserta didik bersama kelompok membuat mind maping dengan bantuan
LKPD (Creative- Colaborative)
9. Peserta didik berkumpul kembali pada Google Meet dan mempresentasikan
penjelasan dari Mind map yang telah mereka desain (Communicative).
Peserta didik di kelompok lain memperhatikan penjelasan tersebut dan
memberikan tanggapan pada penyaji.
10. Guru memberikan tambahan saran juga reward yang membangun untuk
kelompok penyaji dan Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan dan
koreksi dari kelompok lain dan guru
11. Guru mengingatkan siswa untuk mengerjakan soal di hand out sebagai
penilaian individu
12. Lkpd dikumpulkan sebagai bahan penilaian oleh guru melalui Google
classroom , kemudian peserta didik dibantu oleh guru membuat kesimpulan
untuk pelajaran hari ini, pembelajaran diakhiri. (ICT)

D. PENILAIAN HASIL BELAJAR


Pengetahuan Ketrampilan Sikap

Soal tertulis:  Tugas observasi lingkungan 1. Disiplin


 Lima soal uraian mengenai sekitar (LKPD-kelompok) 2. Kerapian
materi bauran pemasaran  Membuat mind map atau 3. Komunikatif
(LKPD-kelompok) peta konsep dari Bauran 4. Kolaboratif
 Tiga soal uraian bauran pemasaran sesuai dengan
promosi (Handout- pengetahuan dan informasi
individu) peserta didik (Handout-
individu)

Mengetahui, Malang, 24 September 2020


Kepala Sekolah Guru Mapel

Suprijana, S.Pd Kunti EndahPratiwi SE SPd


NIP.196907231994031005

82
2. Lampiran : RPP siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMK PGRI 2 Malang


Kelas/Semester : X/ 1 (Ganjil)
Mapel : Marketing
AlokasiWaktu : 2 X 45 Menit (pertemuan 2)
C. KOMPETENSI DASAR :
3.4 Menerapkan strategi bauran pemasaran (marketing mix)
4.4 Melakukan bauran pemasaran (marketing mix)
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pembelajaran ini, siswa dapat:

1. Melalui kegiatan mengamati video yang diupload di youtube peserta didik


dapat Merencanakan pelaksanaan strategi bauran produk dan juga
Merencanakan pelaksanaan strategi bauran harga (C6) (ICT)
2. Melalui kegiatan diskusi dari hasil pengamatan video yang ada di youtube
melalui google classroom peserta didik dapat Mendesain strategi bauran
produk (P5) Menentukan strategi penetapan harga (P5) dengan benar dan
percaya diri (ICT)
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN (Model Pembelajaran Problem based
learning)
13. Alat dan Bahan : Laptop, Pointer, Papan Tulis, Spidol
14. Media: Whatsapp, Google Classroom, Google Meet.
15. Guru mengucapkan salam di WhatsApp grup dan meminta peserta didik
joint di google meet dan peserta didik presensi secara mandiri di google
classroom. (ICT) (TPACK, PPK-Integritas)
16. Guru melakukan motivasi, doa, absen, apersepsi di google meet kemudian
dilanjutkan dengan menjelaskan materi pada power point dan cara
penggunaan LKPD untuk menyelesaikan tugas(PPK-Religius)
17. Peserta didik mengamati video tentang strategi bauran produk dan strategi
penetapan harga di Youtube
https://www.youtube.com/watch?v=E1yR9Qrp9DI&t=23s yang kemudian
dilanjutkan dengan membaca hand out (Literasi, Critical thinking, ICT-
Mandiri)
18. Dibentuk kelompok dan diminta Mendesain strategi bauran produk dan
Menentukan strategi penetapan harga dibantu dengan penggunaan LKPD,
hand out, dan video media pembelajaran yang sudah di share melalui google
classroom
19. Peserta didik berdiskusi pada WhatsApp group saling melakukan tanya
jawab mengenai tayangan yang diberikan dan juga materi mencari cara
Mendesain strategi bauran produk dan Menentukan strategi penetapan
harga (Critical thinking-saintifik-menanya-Collaborative)
20. Peserta didik bersama kelompok Mendesain strategi bauran produk dan
Menentukan strategi penetapan harga dengan bantuan LKPD (Creative-
Colaborative)
21. Peserta didik berkumpul kembali pada Google Meet dan mempresentasikan
penjelasan dari hasil diskusi (Communicative)

83
22. Peserta didik kelompok lain memperhatikan penjelasan tersebut dan
memberikan tanggapan pada penyaji
23. Guru memberikan tambahan saran juga reward yang membangun untuk
kelompok penyaji dan Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan dan
koreksi dari kelompok lain dan guru
24. Lkpd dikumpulkan sebagai bahan penilaian oleh guru melalui Google
classroom, kemudian peserta didik dibantu oleh guru membuat kesimpulan
untuk pelajaran hari ini, mengemukakan pembelajaran untuk pertemuan
selanjutnya
25. Mengingatkan peserta didik untuk mengisi Post test, kemudian
pembelajaran diakhiri. (ICT)
F. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Pengetahuan Ketrampilan Sikap

 Tujuh soal uraian mengenai  Tugas studi kasus 5. Disiplin


materi bauran pemasaran macaroni Zahra (LKPD- 6. Kerapian
(LKPD-kelompok) kelompok) 7. Komunikatif
 Lima soal uraian bauran  Tugas studi kasus 8. Kolaboratif
produk dan Price (Handout- minuman kopi Zulfi
individu) (Handout-individu)
Mengetahui, Malang, 24 September
Kepala Sekolah 2020
Guru Mapel

Suprijana, S.Pd
Kunti Endah Pratiwi
NIP.196907231994031005 SE SPd

84
3. Lampiran : RPP siklus III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMK PGRI 2 Malang


Kelas/Semester : X/ 1 (Ganjil)
Mapel : Marketing
AlokasiWaktu : 2 X 45 Menit (pertemuan 3)

A. KOMPETENSI DASAR :
3.4 Menerapkan strategi bauran pemasaran (marketing mix)
4.4 Melakukan bauran pemasaran (marketing mix)

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pembelajaran ini, siswa dapat:

1. Melalui kegiatan mengamati video yang diupload di youtube peserta didik


dapat Merencanakan pelaksanaan strategi bauran place dan juga
Merencanakan pelaksanaan strategi bauran promotion (C6) (ICT)
2. Melalui kegiatan diskusi dari hasil pengamatan video yang ada di youtube
melalui google classroom peserta didik dapat Mendesain strategi bauran
place (P5) Menentukan strategi penetapan promotion (P5) dengan benar
dan percaya diri (ICT)

C. KEGIATAN PEMBELAJARAN (Model Pembelajaran Problem based


learning)
1. Alat dan Bahan : Laptop, Pointer, Papan Tulis, Spidol
2. Media: Whatsapp, Google Classroom, Google Meet.
3. Guru mengucapkan salam di WhatsApp grup dan meminta peserta didik
joint di google meet dan peserta didik presensi secara mandiri di google
classroom. (ICT) (TPACK, PPK-Integritas)
4. Guru melakukan motivasi, doa, absen, apersepsi di google meet kemudian
dilanjutkan dengan menjelaskan materi pada power point dan cara
penggunaan LKPD untuk menyelesaikan tugas(PPK-Religius)
5. Peserta didik mengamati video tentang strategi bauran produk dan strategi
penetapan harga di Youtube
https://www.youtube.com/watch?v=nvH4ffVx_Js&t=382s yang
kemudian dilanjutkan dengan membaca hand out (Literasi, Critical
thinking, ICT-Mandiri)
6. Dibentuk kelompok dan diminta Mendesain strategi bauran place dan
Menentukan strategi bauran promosi dibantu dengan penggunaan LKPD,
hand out, dan video media pembelajaran yang sudah di share melalui
google classroom.
7. Peserta didik berdiskusi pada WhatsApp group saling melakukan tanya
jawab mengenai tayangan yang diberikan dan juga materi mencari cara
Mendesain strategi place dan Menentukan strategi promosi (Critical
thinking-saintifik-menanya-Collaborative)

85
8. Peserta didik bersama kelompok Mendesain strategi bauran place dan
Menentukan strategi bauran promosi dengan bantuan LKPD (Creative-
Colaborative-Mandiri)
9. Peserta didik berkumpul kembali pada Google Meet dan
mempresentasikan penjelasan dari hasil diskusi (Communicative-ICT)
10. Peserta didik kelompok lain memperhatikan penjelasan tersebut dan
memberikan tanggapan pada penyaji
11. Guru memberikan tambahan saran juga reward yang membangun untuk
kelompok penyaji dan Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan dan
koreksi dari kelompok lain dan guru
12. Lkpd dikumpulkan sebagai bahan penilaian oleh guru melalui Google
classroom, kemudian peserta didik dibantu oleh guru membuat
kesimpulan untuk pelajaran hari ini, pembelajaran diakhiri. (ICT)

D. PENILAIAN HASIL BELAJAR


Pengetahuan Ketrampilan Sikap

 Lima soal uraian  Tugas studi kasus  Disiplin : Ketepatan siswa


mengenai materi macaroni Zahra mengumpulkan tugas
promosi dan place (LKPD-kelompok)  Tanggung jawab: integritas
(LKPD)  Tugas studi kasus sebagai siswa saat melakukan
 Lima soal uraian seblak Bu Tejo tugas.
bauran promosi dan (Handout-individu)
place (Handout-
individu)

Mengetahui, Malang, 24September 2020


KepalaSekolah Guru Mapel

Suprijana, S.Pd Kunti Endah Pratiwi SE SPd


NIP.196907231994031005

86
4. Lampiran : SOAL PRE TEST / POST TEST PTK
Soal Tes Berpikir Kritis Siklus 1:

Satuan pendidikan : SMK PGRI 2 Malang


Materi : Strategi Bauran Pemasaran
Kelas :X

Petunjuk Soal:
1. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum menjawab.
2. Tulis nama, no. absen, dan kelas pada lembar jawaban.
3. Kerjakan soal yang tersedia dengan cermat.
Soal
1. Jelaskan pengertian Bauran Pemasaran menurut pendapat kalian masing-
masing
2. Yani ingin membuat usaha minuman Boba kekinian, maka apa yang harus
dilakukan oleh Yani berkaitan dengan Bauran pemasaran 4P!
3. Jelaskan dengan pendapatmu sendiri tentang Bauran Pemasaran jasa
bagaimana bisa mempengaruhi keputusan pembelian konsumen?
4. Dari gambar usaha dibawah ini berikan contoh dari unsur-unsur bauran
pemasaran 7P-nya!

87
Kunci jawaban Soal tes berpikir kritis Siklus 1:
1. Jelaskan pengertian Bauran Pemasaran menurut pendapat kalian masing-
masing!

Bauran Pemasaran adalah strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk


merumuskan penawaran produk atau layanan bagi pelanggannya dengan
memadukan elemen-elemen pemasaran seperti Produk/Layanan (Product),
Tempat (Place), Harga (Price) dan Promosi (Promotion) yang biasanya
disingkat dengan 4P Marketing Mix, sedangkan khusus untuk Layanan atau
Jasa biasanya ditambahkan 3 Elemen lainnya yaitu Bukti Fisik (Physical
Evidence), Orang (People) dan Proses (Process) yang biasanya disingkat
dengan 7P Marketing Mix.

2. Yani ingin membuat usaha minuman Boba kekinian, maka apa yang harus
dilakukan oleh Yani berkaitan dengan Bauran pemasaran 4P!
 Produk : membuat kemasan yang menarik, merek yang mudah
diingat, membuat minuman boba dengan rasa yang unik dan enak
sesuai dengan keinginankonsumen.
 Price : menentukan harga yang sesuai dengan image yang ingin
ditancapkan pada produk. Apakah termasuk produk murah meriah
atau produk untuk kalangan menengah keatas.
 Place : menentukan tempat berjualan, atau cara pendistribusian
produk agar sampai ke tangan konsumen dengan mudah dan sesuai
dengan keinginan konsumen.
 Promotion: membuat konten promos ang sesuai dengan produk dan
juga pangsa pasar sehingga mampu menarik perhatian konsumen dan
berujung pada

3. Jelaskan dengan pendapatmu sendiri tentang Bauran Pemasaran jasa Bukti


Fisik bagaimana bisa mempengaruhi keputusan pembelian konsumen?
Bukti Fisik merupakan upaya yang diberikan penyedia layanan untuk
menyakinkan pelanggan atau konsumen. Contoh bukti fisik tersebut
diantaranya seperti peralatan yang menghasilkan jasa/layanan, kantor,
gedung ataupun website.
Bukti fisik bertujuan untuk memberikan kepercayaan kepada konsumen
bahwa jasa atau layanan yang akan mereka rasakan sebanding dengan uang
yang akan mereka bayarkan.
4. Dari gambar usaha dibawah ini berikan contoh nyata dari unsur-unsur
bauran pemasaran 7P-nya!
Product : jasa potong dan perawatan rambut untuk pria
Price : untuk jasa potong rambut 20.000 untuk potong dan keramas
30.000
Place : mencari tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh
konsumen.

88
Promotion : membuat dan menyebarkan konten iklan di media social
baik instagram, FB dan twiter. Karena kebanyakan konsumen untuk
barbershop ini adalah laki-laki usia antara 20-40 th. Dan diperkirakan laki-
laki pada rentang umur tersebut menggunakan media social instagram, FB
dan twiter
Physical evidence :membuat tempat potong rambut yang sangat sesuai
dengan selera konsumen yang nota bene adalah laki-laki. Nyaman,
menyenangkan dan menarik. Memberi kesan simple, maskulin, dan
kekinian.
People : merekrut pegawai yang sudah berpengalaman di bidang
potong rambut yang kekinian sesuai dengan selera konsumen.
Pengerjaannya cepat rapi dan mudah diajak berkomunikasi.
Process : dalam proses melayani konsumen, dibuatlah SOP agar
konsumen tidak kecewa dengan pelayanan yang diberikan. Misalnya saja
masalah antrian, masalah penerimaan tamu, penjadwalan janji.

89
Soal Tes Berpikir Kritis Siklus 2:

Satuan pendidikan : SMK PGRI 2 Malang


Materi : Strategi Bauran Product dan Price
Kelas :X

Petunjuk Soal:
1. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum menjawab.
2. Tulis nama, no. absen, dan kelas pada lembar jawaban.
3. Kerjakan soal yang tersedia dengan cermat.
Soal
1. Jelaskan pengertian Produk menurut pendapat kalian masing-masing!
2. Jelaskan menurut pendapatmu kenapa kemasan menjadi salah satu unsur
penting dalam bauran produk!
3. Berikan alasan bagi seorang produsen kenapa harus memilih penetapan
harga berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis laba atau berbasis
persaingan?
4. Carilah informasi sebanyak mungkin kemudian analisislah tentang strategi
harga dari produk starbucks berikut, kenapa harus mahal hanya untuk
sebuah minuman kopi!

90
Kunci jawaban Soal tes berpikir kritis Siklus 2:
1. Jelaskan pengertian Produk menurut pendapat kalian masing-masing!
Produk (product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk diperhatikan, diperoleh digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
2. Jelaskan menurut pendapatmu kenapa kemasan menjadi salah satu unsur
penting dalam bauran produk!
Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun kepercayaan
konsumen terhadap merek dan mendorong penjualan. Kemasan adalah
bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau
menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh
produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian barang.
Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya
dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain
yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.
3. Berikan alasan bagi seorang produsen kenapa harus memilih penetapan
harga berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis laba atau berbasis
persaingan?
Sebelum menetapkan harga produk maka produsen harus mengetahui
dahulu bahwa produknya termasuk dalam kategori apa. Kemudian dalam
posisi apa. Sehingga tahu ingin menempatkan diri sebagai produk apa
dibenak konsumennya.
4. Carilah informasi sebanyak mungkin kemudian analisislah tentang strategi
harga dari produk starbucks berikut, kenapa harus mahal hanya untuk
sebuah minuman kopi!
Starbuck adalah merek minuman kopi terkenal dari luar negeri, yang
memposisiskan dirinya sebagai minuman bagi para eksekutif muda.
Sehingga tidak akan menurunkan harganya, karena harga yang tertera
termasuk prestise yang didapat dari membeli minuman tersebut.

91
Soal Tes Berpikir Kritis Siklus 3:

Satuan pendidikan : SMK PGRI 2 Malang


Materi : Strategi Bauran Place dan Promotion
Kelas :X

Petunjuk Soal:
1. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum menjawab.
2. Tulis nama, no. absen, dan kelas pada lembar jawaban.
3. Kerjakan soal yang tersedia dengan cermat.
Soal
1. Jelaskan pengertian Place menurut pendapat kalian masing-masing!
2. Jelaskan menurut pendapatmu kenapa promosi menjadi salah satu unsur
penting dalam memasarkan sebuah produk!
3. Berikan alasan bagi seorang produsen kenapa harus memilih penetapan
saluran distribusi yang sesuai dengan kategori produk yang mereka
hasilkan?
4. Carilah informasi sebanyak mungkin kemudian analisislah tentang strategi
promosi dari perusahaan Gojek berikut! Bagaimana dalam waktu singkat
perusahaan ini bisa menjadi perusahaan berbasis aplikasi terbesar di
Indonesia!

92
Kunci jawaban Soal tes berpikir kritis Siklus 3:
1. Saluran distribusi bisa didefinisikan memilih dan mengola saluran
perdagangan yang dipakai untuk menyalurkan produk atau jasa dan juga
melayani pasar sasaran ,serta mengembangkan sistem distribusi untuk
pengiriman dan perniagaan produk secara fisik
2. Karena hanya dengan promosi kita bisa membuat konsumen mengenal dan
mengetahui kemuadian mengingat bahwa produk kita ada diapsaran
kemudian melakukan transaksi pembelian
3. Karena setiap barang atau jasa yang dihasilkan memiliki ciri khas masing-
masing sehingga memiliki target konsumennya masing-masing. Jika target
marketnya berbeda maka cara penyaluran distribusinya juga berbeda-beda.
4. Strategi promosi yang dilakukan oleh go-jek sangatlah efisien dan
menyeluruh maka promosi yang digencarkan adalah :
1. Memberikan Pelayanan Terbaik Kepada Setiap Pelanggan.
2. Memberikan Harga Yang Pasti.
3. Fokus Pada Perbaikan.
4. Lebih Peka Lagi Terhadap Kebutuhan Pasar.
5. Memberikan Pembaharuan Dan Penyempurnaan.
6. Memperluas Target Pasar.
7. Fokus Pada Konsumen Journey Dan Experience.

93
5. Lampiran : Instrumen penelitian

FORMAT PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DALAM


PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Materi : Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran


Dibawah ini terdapat butir-bitir pertanyaan yang terkait dengan perilaku guru dan
siswa dalam pembelajaran Marketing. Mohon anda menjawab pertanyaan di bawah
ini dengan memberi skor yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Keterangan skor :
4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup baik 1= kurang baik

GURU SKOR
Pendahuluan 1 2 3 4
1. Guru membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam, doa dan presensi
2. Guru menyampaikan KD dan tujuan pembelajaran
3. Guru menyampaikan model pembelajaran yang
akan digunakan
4. Guru meminta siswa untuk melakukan pre test
5. Guru menyampaikan motivasi
6. Guru menyampaikan apersepsi
Kegiatan Inti
1. Guru memberikan studi kasus untuk merangsang
siswa melakukan observasi
2. Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk
melakukan pengamatan baik melalui materi yang
telah diberikan, juga melihat pada keadaan sekitar
3. Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa
4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok
diskusi
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling berdiskusi dalam menyelesaikan LKPD
6. Guru membimbing siswa dalam berdiskusi melalui
WAG
7. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
dari diskusi kelompok
8. Guru memberikan penguatan
Penutup
1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal post
test
2. Guru melakukan refleksi dan penarikan kesimpulan
Total Nilai

Nilai = Jumlah skor x 100


64
Kriteria keterlaksanaan perbelajaran oleh guru

94
Nilai Hasil Pengamatan Kriteria
91 – 100 Amat baik
76 – 90 Baik
61 – 75 Cukup
51 – 60 Sedang
≤ 50 Kurang

95
6. Lampiran : Instrumen penelitian

FORMAT PENGAMATAN SISWA BERPIKIR KRITIS DALAM


PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Materi : Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran


Dibawah ini terdapat aspek yang terkait dengan perilaku siswa dalam pembelajaran
Marketing. Mohon anda memberi skor yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya sesuai aspek yang sudah di terangkan pada halaman keterangan.
Keterangan skor :
4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup baik 1= kurang baik
Aspek
No Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Adinda Bunga
2 Ahmad Husen
3 Ahmad Riski
4 Arofah
5 Devangga Ainur
6 Devra Dede
7 Dina Fajriani
8 Evita Pramesti
9 Firdah Rosanita
10 Fitri Oktavia
11 Hosiatul Atwiyah
12 Inggrit Sindikasari
13 Lailatul Fauziah
14 Lia Febrianti
15 Putri Intan
16 Risky Adi N
17 Tyas Rohmatika
18 Wulandari
19 Wahyu Prasetyo
20 Zulfina

Keterangan Aspek:
1. Kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari setiap
pertanyaan. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat
dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa mampu merumuskan
pokok-pokok permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi
siswa dalam diskusi kelompoknya.
2. Kemampuan siswa mencari alasan. Pada indikator ini, kemampuan
berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu
siswa menjawab pertanyaan ataupun memberikan tanggapan
kelompok lain. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang mau
menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok lain ataupun
memberikan tanggapan kepada kelompok lain.

96
3. Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik.Pada indikator ini,
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
pengamatan/observasi, yaitu siswa menggunakan buku dan sumber
lain dalam melakukan diskusi.

4. Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan. Pada


indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
pengamatan/observasi, yaitu siswa memperhatikan guru dan siswa
lain yang sedang mengajukan pertanyaan ataupun menjawab
pertanyaan.

5. Siswa bersikap dan berpikir terbuka. Pada indikator ini, kemampuan


berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu
mengerjakan tugas yang diberikan guru.

6. Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk


melakukan sesuatu. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis
siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu memberikan
alternatif jawaban antara dua teman yang mengajukan pendapat dan
menanggapi pendapat.

7. Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila


memungkinkan. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa
dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa mengajukan
pertanyaan secara berkelanjutan.

8. Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian


dari keseluruhan masalah. Pada indikator ini, kemampuan berpikir
kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa
mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai akhir dengan
melakukan aktivitas sesuai langkah-langkah pembelajaran, yang
meliputi diskusi kelompok dan presentasi kelompok.

97
7. Lampiran : Instrumen penelitian
ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Nama :
Berikan tanda centang (√) pada kolom jawaban Sangat Setuju, Setuju, Kurang
Setuju, atau Tidak Setuju (SS, S, KS, atau TS).
Ketentuan Skor : SS : 4 S:3 KS : 2 TS : 1
Berkaitan dengan kesesuaian model pembelajaran Problem Based Learning pada
materi Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran bagaimana menurut pendapat anda
mengenai :
Kesesuaian jawaban
No. Pernyataan yang diajukan
SS S KS TS
1 Saya merasa tertarik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran materi Menerapkan Strategi Bauran
Pemasaran menggunakan model Pembelajaran
Problem Based Learning
2 Saya menyukai kegiatan pembelajaran secara
berkelompok dengan menggunakan pembelajaran
model Problem Based Learning
3 Saya merasa mudah dalam memahami materi
Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning
4 Saya merasa merasa dapat memiliki gambaran atau
contoh dari strategi bauran pemasaran yang harus
dilaksanakan perusahaan dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning
5 Saya merasa sudah menganalisis permasalahan yang
ada pada soal
6 Saya merasa dapat memecahkan permasalahan yang
diberikan lewat studi kasus
7 Saya merasa sudah ikut terlibat dalam diskusi
kelompok selama kegiatan pembelajaran berlangsung
8 Saya merasa dapat menjawab pertanyaan dengan
baik dan mengemukakan pendapat saya ketika ada
pertanyaan yang diajukan oleh guru
9 Saya merasa sudah memiliki keterampilan membuat
logo produk
10 Saya merasa sudah memiliki keterampilan dalam
menentukan harga
11 Saya merasa
12 Saya merasa sudah memiliki keterampilan dalam
membuat konten iklan
13 Saya merasa dapat mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru dengan baik

98
Deskriptif Perhitungan Interval dan Skor Angket Tanggapan
Siswa

Interval skor
Skor maksimal : skor tertinggi x jumlah soal x jumlah siswa
Skor minimal : skor terendah x jumlah soal x jumlah siswa
Rentang skor : skor tertinggi – skor terendah
Interval kelas : skor tertinggi – skor terendah : 4

Skor maksimal : 4 x 13 x 20 = 1040


Skor minimal : 1 x 13 x 20 = 260
Rentang skor : 1040 – 260 = 780
Interval skor : 780 : 4 = 195

Kriteria Penilaian Angket Tanggapan terhadap Model PBM

No Interval Skor Kategori


1 846 - 1040 Sangat baik
2 651 - 845 Baik
3 454 - 650 Cukup baik
4 260 - 455 Kurang baik

99
8. Lampiran : Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus 1

100
9. Lampiran : Hasil Tes Siswa Pada Siklus 1

FORMAT PENILAIAN SISWA BERPIKIR KRITIS DALAM


PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Materi : Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran


Siklus : I

Soal postest
No Nama
1 2 3 4 jumlah
1 Adinda Bunga 4 4 3 3 14
2 Ahmad Husen 3 3 3 3 12
3 Ahmad Riski 4 2 2 4 12
4 Arofah 3 3 4 3 13
5 Devangga Ainur 3 3 3 3 12
6 Devra Dede 4 4 4 3 15
7 Dina Fajriani 4 4 4 4 16
8 Evita Pramesti 4 3 4 3 14
9 Firdah Rosanita 4 4 2 3 13
10 Fitri Oktavia 2 3 4 3 12
11 Hosiatul Atwiyah 4 4 3 3 14
12 Inggrit Sindikasari 3 3 3 3 12
13 Lailatul Fauziah 4 2 2 4 12
14 Lia Febrianti 3 3 4 3 13
15 Putri Intan 3 3 3 3 12
16 Risky Adi N 4 4 4 3 15
17 Tyas Rohmatika 4 4 4 4 16
18 Wulandari 4 3 4 3 14
19 Wahyu Prasetyo 4 4 2 3 13
20 Zulfina 2 3 4 3 12

Keterangan penilaian:
a. Kebenaran isi sesuai dengan kaidah-kaidah materi yang ditanyakan.
b. Sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya yang dilihat dari
penyajian gagasan jawaban.
c. Bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan buah pikirannya.

Kriteria penskoran:
Skor Ketentuan
4 Jika jawaban Siswa pada satu butir soal mencakup 3 aspek
3 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 2 aspek
2 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 1 aspek
1 Jika jawaban siswa pada satu butir soal tidak mencakup ketiga
aspek, namun sudah mendekati salah satu aspek

101
NO INDIKATOR Persentase
1 Siswa memakai sumber yang memiliki kredibilitas 87.5
2 Siswa berusaha tetap relevan dengan ide utama 82.5
3 Siswa mengingat kepentingan yang asli dan mendasar 82.5
4 Siswa mencari alternatif 80

Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa
90
88
86
84
82
80
78
76
Siswa memakai Siswa berusaha tetap Siswa mengingat Siswa mencari
sumber yang memiliki relevan dengan ide kepentingan yang asli alternatif
kredibilitas utama dan mendasar

102
10. Lampiran : Hasil observasi Penelitian

FORMAT PENGAMATAN SISWA BERPIKIR KRITIS DALAM


PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Materi : Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran


Siklus : I
Dibawah ini terdapat aspek yang terkait dengan perilaku siswa dalam pembelajaran
Marketing. Mohon anda memberi skor yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya sesuai aspek yang sudah di terangkan pada halaman keterangan.
Keterangan skor :
4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup baik 1= kurang baik
Aspek
No Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Adinda Bunga 2 4 4 2 3 2 1 2 20
2 Ahmad Husen 4 2 2 2 3 1 2 3 19
3 Ahmad Riski 2 2 3 4 3 4 4 1 23
4 Arofah 3 1 4 2 3 2 3 4 22
5 Devangga Ainur 2 2 2 2 2 3 2 3 18
6 Devra Dede 4 2 2 2 3 1 2 3 19
7 Dina Fajriani 3 1 4 2 3 2 3 4 22
8 Evita Pramesti 2 4 4 2 3 2 1 2 20
9 Firdah Rosanita 2 2 3 4 3 4 4 1 23
10 Fitri Oktavia 3 1 4 2 3 2 3 4 22
11 Hosiatul Atwiyah 4 2 2 1 2 2 2 3 18
12 Inggrit Sindikasari 4 2 2 2 3 1 2 3 19
13 Lailatul Fauziah 4 2 2 1 2 2 2 3 18
14 Lia Febrianti 2 4 4 2 3 2 1 2 20
15 Putri Intan 3 1 4 2 3 2 3 4 22
16 Risky Adi N 4 2 2 1 2 2 2 3 18
17 Tyas Rohmatika 4 2 2 2 3 1 2 3 19
18 Wulandari 2 4 4 2 3 2 1 2 20
19 Wahyu Prasetyo 2 2 3 4 3 4 4 1 23
20 Zulfina 3 1 4 2 3 2 3 4 22

Keterangan Aspek:
1. Kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari setiap
pertanyaan. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat
dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa mampu merumuskan
pokok-pokok permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi siswa
dalam diskusi kelompoknya.
2. Kemampuan siswa mencari alasan. Pada indikator ini, kemampuan
berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu
siswa menjawab pertanyaan ataupun memberikan tanggapan kelompok

103
lain. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang mau menjawab
pertanyaan yang diberikan kelompok lain ataupun memberikan
tanggapan kepada kelompok lain.
3. Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik.Pada indikator ini,
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
pengamatan/observasi, yaitu siswa menggunakan buku dan sumber
lain dalam melakukan diskusi.
4. Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan. Pada
indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
pengamatan/observasi, yaitu siswa memperhatikan guru dan siswa lain
yang sedang mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan.
5. Siswa bersikap dan berpikir terbuka. Pada indikator ini, kemampuan
berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu
mengerjakan tugas yang diberikan guru.
6. Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan
sesuatu. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat
dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu memberikan alternatif
jawaban antara dua teman yang mengajukan pendapat dan menanggapi
pendapat.
7. Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
pengamatan/observasi, yaitu siswa mengajukan pertanyaan secara
berkelanjutan.
8. Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari
keseluruhan masalah. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis
siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa mengikuti
proses pembelajaran dari awal sampai akhir dengan melakukan
aktivitas sesuai langkah-langkah pembelajaran, yang meliputi diskusi
kelompok dan presentasi kelompok.

104
11. Lampiran : Persentase Data Hasil Observasi Berdasarkan
Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I

NO INDIKATOR Persentase
Kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari
1 73.75
setiap pertanyaan
2 Kemampuan siswa mencari alasan 53.75
3 Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik 76.25
Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara
4 53.75
keseluruhan
5 Siswa bersikap dan berpikir terbuka 70
Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup
6 53.75
untuk melakukan sesuatu
Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila
7 58.75
memungkinkan
Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan
8 68.75
bagian-bagian dari keseluruhan masalah
Sumber: Data Hasil Penelitian diolah, 2020

Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa
90

80

70 76.25
73.75
70 68.75
60
Persentase

58.75
50 53.75 53.75 53.75
40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Pengamatan

105
12. Lampiran : Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan Berpikir
Kritis Siklus I

Nilai Berpikir
Tes Observasi
Kritis Keterangan
Nama
Skor Nilai Skor Nilai Nilai Kategori
Adinda Bunga 14 3.5 20 2.5 2.9 B Tuntas

Ahmad Husen 12 3.0 19 2.4 2.6 B Tuntas


Ahmad Riski 12 3.0 23 2.9 2.9 B Tuntas
Arofah 13 3.3 22 2.8 3.0 B Tuntas
Devangga
12 3.0 18 2.3 2.6 B Tuntas
Ainur
Devra Dede 15 3.8 19 2.4 2.9 B Tuntas
Dina Fajriani 16 4.0 22 2.8 3.3 B Tuntas
Evita Pramesti 14 3.5 20 2.5 2.9 B Tuntas
Firdah Rosanita 13 3.3 23 2.9 3.0 B Tuntas
Fitri Oktavia 12 3.0 22 2.8 2.9 B Tuntas
Hosiatul
14 3.5 18 2.3 2.8 B Tuntas
Atwiyah
Inggrit
12 3.0 19 2.4 2.6 B Tuntas
Sindikasari
Lailatul
12 3.0 18 2.3 2.6 B Tuntas
Fauziah
Lia Febrianti 13 3.3 20 2.5 2.8 B Tuntas
Putri Intan 12 3.0 22 2.8 2.9 B Tuntas
Risky Adi N 15 3.8 18 2.3 2.9 B Tuntas
Tyas
16 4.0 19 2.4 3.0 B Tuntas
Rohmatika
Wulandari 14 3.5 20 2.5 2.9 B Tuntas
Wahyu
13 3.3 23 2.9 3.0 B Tuntas
Prasetyo
Zulfina 12 3.0 22 2.8 2.9 B Tuntas

Rentang nilai Kategori Jumlah Persentase (%)


1,00 – 1,50 K 0 0
1,51 – 2,50 C 0 0
2,51 – 3,50 B 20 100
3,51 – 4,00 SB 0 0
JUMLAH 20 100

106
13. Lampiran : Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II

107
14. Lampiran : Hasil Tes Siswa Pada Siklus II

FORMAT PENILAIAN SISWA BERPIKIR KRITIS DALAM


PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Materi : Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran


Siklus : II
Soal postest
No Nama
1 2 3 4 jumlah
1 Adinda Bunga 4 3 3 4 14
2 Ahmad Husen 3 3 3 4 13
3 Ahmad Riski 4 3 3 4 14
4 Arofah 4 3 4 3 14
5 Devangga Ainur 4 3 3 3 13
6 Devra Dede 4 4 4 3 15
7 Dina Fajriani 4 4 4 4 16
8 Evita Pramesti 4 3 4 3 14
9 Firdah Rosanita 4 4 2 3 13
10 Fitri Oktavia 3 3 4 3 13
11 Hosiatul Atwiyah 4 4 3 3 14
12 Inggrit Sindikasari 3 3 4 3 13
13 Lailatul Fauziah 4 3 3 4 14
14 Lia Febrianti 4 3 4 3 14
15 Putri Intan 4 4 3 3 14
16 Risky Adi N 4 4 4 3 15
17 Tyas Rohmatika 4 4 4 4 16
18 Wulandari 4 3 4 3 14
19 Wahyu Prasetyo 4 4 2 3 13
20 Zulfina 4 3 3 3 13

Keterangan penilaian:
d. Kebenaran isi sesuai dengan kaidah-kaidah materi yang ditanyakan.
e. Sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya yang dilihat dari
penyajian gagasan jawaban.
f. Bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan buah pikirannya.

Kriteria penskoran:
Skor Ketentuan
4 Jika jawaban Siswa pada satu butir soal mencakup 3 aspek
3 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 2 aspek
2 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 1 aspek
1 Jika jawaban siswa pada satu butir soal tidak mencakup ketiga
aspek, namun sudah mendekati salah satu aspek

108
15. Lampiran : Prosentase Hasil Tes Siswa Pada Siklus II
Persentase
NO INDIKATOR
%
1 Siswa memakai sumber yang memiliki kredibilitas 96.25
2 Siswa berusaha tetap relevan dengan ide utama 85
Siswa mengingat kepentingan yang asli dan
3 mendasar 85
4 Siswa mencari alternatif 82.5

Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa
120
100
80 96.25
87.5 82.5 85 82.5 85 80 82.5
60
40
20
0
Siswa memakai Siswa berusaha tetap Siswa mengingat Siswa mencari
sumber yang memiliki relevan dengan ide kepentingan yang asli alternatif
kredibilitas utama dan mendasar

109
16. Lampiran : Hasil Observasi Siswa Pada Siklus II
FORMAT PENGAMATAN SISWA BERPIKIR KRITIS DALAM
PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Materi : Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran


Siklus : II
Dibawah ini terdapat aspek yang terkait dengan perilaku siswa dalam pembelajaran
Marketing. Mohon anda memberi skor yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya sesuai aspek yang sudah di terangkan pada halaman keterangan.
Keterangan skor :

4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup baik 1= kurang baik

No Nama Aspek Jumlah


1 2 3 4 5 6 7 8
Adinda
1 3 4 4 3 3 4 3 4 28
Bunga
Ahmad
2 4 3 3 3 3 2 4 3 25
Husen
3 Ahmad Riski 2 2 3 4 3 4 4 3 25
4 Arofah 3 3 4 2 4 2 3 4 25
Devangga
5 2 2 2 2 4 3 2 3 20
Ainur
6 Devra Dede 4 2 2 2 3 2 2 2 19
7 Dina Fajriani 3 2 4 2 3 2 3 2 21
Evita
8 3 4 4 3 3 2 3 4 26
Pramesti
Firdah
9 3 4 3 3 3 4 4 3 27
Rosanita
10 Fitri Oktavia 3 2 4 2 3 3 3 4 24
Hosiatul
11 4 2 3 3 2 2 2 3 21
Atwiyah
Inggrit
12 4 4 2 2 3 3 4 3 25
Sindikasari
Lailatul
13 4 2 2 3 4 2 2 3 22
Fauziah
14 Lia Febrianti 2 4 4 2 3 4 2 3 24
15 Putri Intan 3 2 4 3 3 2 3 4 24
16 Risky Adi N 4 2 2 3 2 2 2 3 20
Tyas
17 4 2 4 2 3 3 4 3 25
Rohmatika
18 Wulandari 2 4 4 2 3 2 2 2 21
Wahyu
19 2 2 3 4 4 4 4 4 27
Prasetyo
20 Zulfina 3 2 4 2 3 3 3 4 24

110
Keterangan Aspek:
1. Kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. Pada
indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
pengamatan/observasi, yaitu siswa mampu merumuskan pokok-pokok
permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi siswa dalam diskusi
kelompoknya.
2. Kemampuan siswa mencari alasan. Pada indikator ini, kemampuan berpikir
kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa menjawab
pertanyaan ataupun memberikan tanggapan kelompok lain. Hal ini dapat dilihat
dari keaktifan siswa yang mau menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok
lain ataupun memberikan tanggapan kepada kelompok lain.
3. Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik.Pada indikator ini,
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu
siswa menggunakan buku dan sumber lain dalam melakukan diskusi.
4. Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan. Pada indikator ini,
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu
siswa memperhatikan guru dan siswa lain yang sedang mengajukan pertanyaan
ataupun menjawab pertanyaan.
5. Siswa bersikap dan berpikir terbuka. Pada indikator ini, kemampuan berpikir
kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu mengerjakan tugas
yang diberikan guru.
6. Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
pengamatan/observasi, yaitu memberikan alternatif jawaban antara dua teman
yang mengajukan pendapat dan menanggapi pendapat.
7. Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan. Pada
indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
pengamatan/observasi, yaitu siswa mengajukan pertanyaan secara
berkelanjutan.
8. Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari
keseluruhan masalah. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat
dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa mengikuti proses pembelajaran
dari awal sampai akhir dengan melakukan aktivitas sesuai langkah-langkah
pembelajaran, yang meliputi diskusi kelompok dan presentasi kelompok.

111
17. Lampiran :Presentase Hasil Observasi Siswa Pada Siklus II

NO INDIKATOR Persentase
Kemampuan siswa mencari pernyataan yangjelas dari setiap
1 pertanyaan 77.5
2 Kemampuan siswa mencari alasan 67.5
3 Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik 81.25
4 Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan 65
5 Siswa bersikap dan berpikir terbuka 77.5
Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk
6 melakukan sesuatu 68.75
Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila
7 memungkinkan 73.75
Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-
8 bagian dari keseluruhan masalah 80

Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa
90
80
81.25 80
70 77.5 76.25 77.5
73.75 73.75
67.5 70 68.75 68.75
60 65
PERSENTASE

50 58.75
53.75 53.75 53.75
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Siklus I 73.75 53.75 76.25 53.75 70 53.75 58.75 68.75
Siklus II 77.5 67.5 81.25 65 77.5 68.75 73.75 80
INDIKATOR PENGAMATAN

112
18. Lampiran : Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan Berpikir
Kritis Siklus II

Nilai Berpikir
No Nama Tes Observasi Kritis Keterangan
Skor Nilai Skor Nilai Nilai Kategori
1 Adinda Bunga 14 3.5 28 3.5 3.5 SB Tuntas

2 Ahmad Husen 13 3.3 25 3.1 3.2 B Tuntas


3 Ahmad Riski 14 3.5 25 3.1 3.3 B Tuntas
4 Arofah 14 3.5 25 3.1 3.3 B Tuntas
Devangga
5 13 3.3 20 2.5 2.8 B Tuntas
Ainur
6 Devra Dede 15 3.8 19 2.4 2.9 B Tuntas
7 Dina Fajriani 16 4.0 21 2.6 3.2 B Tuntas
8 Evita Pramesti 14 3.5 26 3.3 3.4 B Tuntas
9 Firdah Rosanita 13 3.3 27 3.4 3.3 B Tuntas
10 Fitri Oktavia 13 3.3 24 3.0 3.1 B Tuntas
Hosiatul
11 14 3.5 21 2.6 3.0 B Tuntas
Atwiyah
Inggrit
12 13 3.3 25 3.1 3.2 B Tuntas
Sindikasari
Lailatul
13 14 3.5 22 2.8 3.1 B Tuntas
Fauziah
14 Lia Febrianti 14 3.5 24 3.0 3.2 B Tuntas
15 Putri Intan 14 3.5 24 3.0 3.2 B Tuntas
16 Risky Adi N 15 3.8 20 2.5 3.0 B Tuntas
Tyas
17 16 4.0 25 3.1 3.5 SB Tuntas
Rohmatika
18 Wulandari 14 3.5 21 2.6 3.0 B Tuntas
Wahyu
19 13 3.3 27 3.4 3.3 B Tuntas
Prasetyo
20 Zulfina 13 3.3 24 3.0 3.1 B Tuntas

113
19. Lampiran : Persentase Hasil Siswa Pada Siklus II

Persentase Persentase
Rentang nilai Kategori Siklus I Siklus 2 (%) (%)
1,00 – 1,50 K 0 0 0 0
1,51 – 2,50 C 0 0 0 0
2,51 – 3,50 B 20 18 100 90
3,51 – 4,00 SB 0 2 0 10
JUMLAH 20 20 100 100

Chart Title
120
100
100 90
Persentase

80
60
40
20 10
0 0 0 0 0
0
1,00 – 1,50 1,51 – 2,50 2,51 – 3,50 3,51 – 4,00
Siklus I 0 0 100 0
Siklus II 0 0 90 10
Nilai Berpikir Kritis

114
20. Lampiran : Hasil Observasi Pengamatan Aktivitas Guru Siklus III

115
21. Lampiran : hasil penilaian siswa berpikir kritis siklus III

FORMAT PENILAIAN SISWA BERPIKIR KRITIS DALAM


PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Materi : Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran


Siklus : III
Soal postest
No Nama
1 2 3 4 jumlah
1 Adinda Bunga 4 3 3 4 14
2 Ahmad Husen 3 3 4 4 14
3 Ahmad Riski 4 3 3 4 14
4 Arofah 4 4 4 3 15
5 Devangga Ainur 4 3 4 3 14
6 Devra Dede 4 4 4 4 16
7 Dina Fajriani 4 4 4 4 16
8 Evita Pramesti 4 3 4 3 14
9 Firdah Rosanita 4 4 4 4 16
10 Fitri Oktavia 3 3 4 3 13
11 Hosiatul Atwiyah 4 4 3 4 15
12 Inggrit Sindikasari 3 3 4 3 13
13 Lailatul Fauziah 4 3 4 4 15
14 Lia Febrianti 3 3 4 3 13
15 Putri Intan 4 4 3 3 14
16 Risky Adi N 4 4 4 3 15
17 Tyas Rohmatika 4 4 3 4 15
18 Wulandari 4 3 4 3 14
19 Wahyu Prasetyo 4 4 3 4 15
20 Zulfina 4 3 3 3 13

Keterangan penilaian:
a. Kebenaran isi sesuai dengan kaidah-kaidah materi yang ditanyakan.
b. Sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya yang dilihat dari
penyajian gagasan jawaban.
c. Bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan buah pikirannya.

Kriteria penskoran:
Skor Ketentuan
4 Jika jawaban Siswa pada satu butir soal mencakup 3 aspek
3 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 2 aspek
2 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 1 aspek
1 Jika jawaban siswa pada satu butir soal tidak mencakup ketiga
aspek, namun sudah mendekati salah satu aspek

116
22. Lampiran : Prosentase hasil penilaian siswa berpikir kritis siklus
III

NO INDIKATOR Persentase
1 Siswa memakai sumber yang memiliki kredibilitas 95
2 Siswa berusaha tetap relevan dengan ide utama 86.25
3 Siswa mengingat kepentingan yang asli dan mendasar 91.25
4 Siswa mencari alternatif 87.5

Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa
120
100
80 96.25 95 91.25
87.5 82.5 85 86.25 82.5 85 87.5
60 80 82.5
40
20
0
Siswa memakai
Siswa berusaha Siswa mengingat
sumber yang Siswa mencari
tetap relevan kepentingan yang
memiliki alternatif
dengan ide utama asli dan mendasar
kredibilitas
Siklus I 87.5 82.5 82.5 80
Siklus II 96.25 85 85 82.5
Siklus III 95 86.25 91.25 87.5

117
23. Lampiran : Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan
Berpikir Kritis Siklus III
FORMAT PENGAMATAN SISWA BERPIKIR KRITIS DALAM
PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Materi : Menerapkan Strategi Bauran Pemasaran


Siklus : II
Dibawah ini terdapat aspek yang terkait dengan perilaku siswa dalam pembelajaran
Marketing. Mohon anda memberi skor yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya sesuai aspek yang sudah di terangkan pada halaman keterangan.
Keterangan skor :
4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup baik 1= kurang baik

Aspek
No Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Adinda Bunga 3 4 4 3 4 4 4 4 30
2 Ahmad Husen 4 4 3 4 3 3 4 4 29
3 Ahmad Riski 4 3 3 4 3 4 4 3 28
4 Arofah 3 3 4 3 4 3 3 4 27
5 Devangga Ainur 4 3 3 3 4 3 3 4 27
6 Devra Dede 4 3 3 3 3 3 3 3 25
7 Dina Fajriani 3 3 4 3 3 3 3 3 25
8 Evita Pramesti 3 4 4 3 3 4 3 4 28
9 Firdah Rosanita 3 4 4 3 4 4 4 3 29
10 Fitri Oktavia 3 4 4 3 3 4 3 4 28
11 Hosiatul Atwiyah 4 3 3 4 3 4 3 3 27
12 Inggrit Sindikasari 4 4 3 3 3 3 4 3 27
13 Lailatul Fauziah 4 3 3 3 4 3 3 3 26
14 Lia Febrianti 4 4 4 3 3 4 3 3 28
15 Putri Intan 3 3 4 3 3 3 3 3 25
16 Risky Adi N 4 3 3 3 4 4 3 4 28
17 Tyas Rohmatika 4 3 4 3 3 3 4 3 27
18 Wulandari 4 3 4 4 3 4 3 3 28
19 Wahyu Prasetyo 3 4 3 4 4 4 4 4 30
20 Zulfina 3 3 4 3 3 3 4 4 27

118
Keterangan Aspek:
9. Kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. Pada indikator
ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa
mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi
siswa dalam diskusi kelompoknya.
10. Kemampuan siswa mencari alasan. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa
dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa menjawab pertanyaan ataupun
memberikan tanggapan kelompok lain. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang
mau menjawab pertanyaan yang diberikan kelompok lain ataupun memberikan tanggapan
kepada kelompok lain.
11. Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik.Pada indikator ini, kemampuan
berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa menggunakan
buku dan sumber lain dalam melakukan diskusi.
12. Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan. Pada indikator ini,
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa
memperhatikan guru dan siswa lain yang sedang mengajukan pertanyaan ataupun
menjawab pertanyaan.
13. Siswa bersikap dan berpikir terbuka. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa
dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu mengerjakan tugas yang diberikan guru.
14. Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu. Pada
indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi,
yaitu memberikan alternatif jawaban antara dua teman yang mengajukan pendapat dan
menanggapi pendapat.
15. Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan. Pada indikator ini,
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari pengamatan/observasi, yaitu siswa
mengajukan pertanyaan secara berkelanjutan.
16. Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan
masalah. Pada indikator ini, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
pengamatan/observasi, yaitu siswa mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai akhir
dengan melakukan aktivitas sesuai langkah-langkah pembelajaran, yang meliputi diskusi
kelompok dan presentasi kelompok.

119
24. Lampiran :Presentase Hasil observasi Penelitian Nilai
Kemampuan Berpikir Kritis Siklus III
NO INDIKATOR Persentase
Kemampuan siswa mencari pernyataan yangjelas dari setiap
1 pertanyaan 88.75
2 Kemampuan siswa mencari alasan 85
3 Siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik 88.75
4 Siswa memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan 81.25
5 Siswa bersikap dan berpikir terbuka 83.75
Siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk
6 melakukan sesuatu 87.5
7 Siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan 85
Siswa bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian
8 dari keseluruhan masalah 86.25

Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa
100
90
80 88.75 88.75 87.5 86.25
85 81.25 83.75
81.25 77.5 85
70 80
PERSENTASE

77.5
73.75 76.25 73.75
60 67.5 70 68.75 68.75
65
50 58.75
40 53.75 53.75 53.75
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Siklus I 73.75 53.75 76.25 53.75 70 53.75 58.75 68.75
Siklus II 77.5 67.5 81.25 65 77.5 68.75 73.75 80
Siklus III 88.75 85 88.75 81.25 83.75 87.5 85 86.25
INDIKATOR PENGAMATAN

120
25. Lampiran : Hasil observasi Penelitian Nilai Kemampuan
Berpikir Kritis Siklus III
Nilai Berpikir
No Nama Tes Observasi Kritis Keterangan
Skor Nilai Skor Nilai Nilai Kategori
1 Adinda Bunga 14 3.5 30 3.8 3.7 SB Tuntas
2 Ahmad Husen 14 3.5 29 3.6 3.6 B Tuntas
3 Ahmad Riski 14 3.5 28 3.5 3.5 B Tuntas
4 Arofah 15 3.8 27 3.4 3.5 B Tuntas
Devangga
5 14 3.5 27 3.4 3.4 B Tuntas
Ainur
6 Devra Dede 16 4.0 25 3.1 3.5 B Tuntas
7 Dina Fajriani 16 4.0 25 3.1 3.5 B Tuntas
8 Evita Pramesti 14 3.5 28 3.5 3.5 B Tuntas
9 Firdah Rosanita 16 4.0 29 3.6 3.8 B Tuntas
10 Fitri Oktavia 13 3.3 28 3.5 3.4 B Tuntas
Hosiatul
11 15 3.8 27 3.4 3.5 B Tuntas
Atwiyah
Inggrit
12 13 3.3 27 3.4 3.3 B Tuntas
Sindikasari
Lailatul
13 15 3.8 26 3.3 3.5 B Tuntas
Fauziah
14 Lia Febrianti 13 3.3 28 3.5 3.4 B Tuntas
15 Putri Intan 14 3.5 25 3.1 3.3 B Tuntas
16 Risky Adi N 15 3.8 28 3.5 3.6 B Tuntas
Tyas
17 15 3.8 27 3.4 3.5 SB Tuntas
Rohmatika
18 Wulandari 14 3.5 28 3.5 3.5 B Tuntas
Wahyu
19 15 3.8 30 3.8 3.8 B Tuntas
Prasetyo
20 Zulfina 13 3.3 27 3.4 3.3 B Tuntas

121
26. Lampiran : Lampiran : presentase Hasil observasi Penelitian
Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siklus III

Persentase Persentase Persentase


Rentang nilai Kategori Siklus I Siklus 2 Siklus 3 (%) (%) (%)
1,00 – 1,50 K 0 0 0 0 0 0
1,51 – 2,50 C 0 0 0 0 0 0
2,51 – 3,50 B 20 18 18 100 90 90
3,51 – 4,00 SB 0 2 2 0 10 10
JUMLAH 20 20 20 100 100 100

Peningkatan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis


120
100
100 90 90
Persentase

80

60

40

20 10 10
0 0 0 0 0 0 0
0
1,00 – 1,50 1,51 – 2,50 2,51 – 3,50 3,51 – 4,00
Siklus I 0 0 100 0
Siklus II 0 0 90 10
Siklus III 0 0 90 10

122
27. Lampiran : Instrumen penelitian
ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Aspek skor
No Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 total Kategori
1 Adinda Bunga 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 47
940 SB
2 Ahmad Husen 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 46
920 SB
3 Ahmad Riski 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 46
920 SB

4 Arofah 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 45
900 SB
5 Devangga Ainur 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 44
880 SB
6 Devra Dede 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
780 B
7 Dina Fajriani 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 41
820 B
8 Evita Pramesti 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 46
920 SB
9 Firdah Rosanita 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 46
920 SB
10 Fitri Oktavia 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 2 43
860 SB
11 Hosiatul Atwiyah 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 42 840 B

123
Aspek skor
No Nama Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 total Kategori
12 Inggrit Sindikasari 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 42 840 B
13 Lailatul Fauziah 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 43 860 SB
14 Lia Febrianti 4 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 45
900 SB
15 Putri Intan 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 42 840 B
16 Risky Adi N 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 44
880 SB
17 Tyas Rohmatika 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 43 860 SB
18 Wulandari 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 44 880 SB
19 Wahyu Prasetyo 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 45
900 SB
20 Zulfina 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 42 840 B

124
No Interval Skor Kategori

1 846 - 1040 Sangat baik

2 651 - 845 Baik

3 454 - 650 Cukup baik

4 260 - 455 Kurang baik

Rata-rata
Interval skor Kriteria Frekuensi Presentase
skor
846 - 1040 SB 14 70%

651 - 845 B 6 30%


875
454 - 650 CB

260 - 455 KB

Total 20 100 SB

125
Dokumentasi

Gambar 1. PPL 1 Siklus I

Gambar 2. PPL 1 Siklus I

Gambar 3. PPL 1 Siklus II

126
Gambar 4. PPL 1 Siklus II

Gambar 5. Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus III oleh Observer

Gambar 6. PPL 1 Siklus III

127
Gambar 7. PPL 1 Siklus III

128
129
Gambar 8. Seminar Hasil PTK

130
131
132
JURNAL KEGIATAN PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATERI MENERAPKAN
STRATEGI BAURAN PEMASARAN MATA PELAJARAN MARKETING KELAS
X BDP SMK PGRI 2 MALANG

IDENTITAS PENELITI :
Nama : Kunti Endah Pratiwi S.E., S.Pd
NIP :-
Pangkat/Gol. :-
Jabatan : Guru

No Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket


1. 13 Oktober 2020 Pengajuan Ijin Pelaksanaan Penelitian
2. 14 Oktober 2020 Identifikasi Masalah
3. 14 Oktober 2020 Analisis Masalah
4. 14 Oktober 2020 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
5. 14 Oktober 2020 Rumusan Masalah
6. 16 Oktober – 14 November Rekap Nilai Hasil Percobaan Pembelajaran
2020
7. 16 Oktober – 14 November Pembahasan
2020

133
134
JADWAL SEMINAR SEHARI
TENTANG

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK PADA MATERI MENERAPKAN STRATEGI BAURAN
PEMASARAN MATA PELAJARAN MARKETING KELAS X BDP SMK
PGRI 2 MALANG”

Jumat, 20 November 2020


No Waktu Kegiatan Penanggung Jawab Ket
1. 07.00 – 07.30 Pendaftaran Peserta Panitia

2. 07.30 – 08.30 Upacara Pembukaan Panitia

3. 08.30 – 08.45 Istirahat/Coffee Break Panitia


Paparan Materi Kunti Endah Pratiwi S.E.,
4. 08.45 – 11.30
Seminar S.Pd
5. 11.30 – 13.30 Ishoma Panitia
Paparan Lanjutan Kunti Endah Pratiwi S.E.,
6. 13.30 – 15.00
Materi Seminar S.Pd
7. 15.00 – 15.30 Upacara Penutupan Panitia

135
136
BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR
LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Pada hari ini : Jumat


Tanggal : 20 November 2020
Bertempat di ruang : Ruang Rapat SMK PGRI 2 MALANG
Pada sekolah : SMK PGRI 2 MALANG
Dengan alamat : Jl. Janti Barat Blok A1 Malang

Telah diselenggarakan acara seminar hasil Penelitian Tindakan Kelas


Judul PTK : “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA
MATERI MENERAPKAN STRATEGI BAURAN
PEMASARAN MATA PELAJARAN MARKETING KELAS X
BDP SMK PGRI 2 MALANG”

Nama : Kunti Endah Pratiwi S.E., S.Pd


NIP :-
Pangkat/Gol. :-
Jabatan : Guru Produktif Bisnis Daring dan Pemasaran
Unit Kerja : SMK PGRI 2 MALANG

Pada Acara tersebut :


Penyaji : Kunti Endah Pratiwi S.E., S.Pd
Moderator : Drs. Arinah
Satuan Acara Seminar :
a) Pendahuluan,
b) Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
c) Sambutan Kepala sekolah SMK PGRI 2 Malang
d) Paparan tunggal Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas oleh Kunti Endah
Pratiwi S.E., S.Pd
e) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri
f) Penutup/doa
Jumlah Peserta yang hadir : 10 Orang (Daftar Hadir Terlampir)

137
138
NOTULEN SEMINAR SEHARI
LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
OLEH : Kunti Endah Pratiwi S.E., S.Pd
Hari/Tanggal : Jumat, 20 November 2020

Susunan Acara:
1. Pembukaan
2. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
3. Sambutan Kepala sekolah SMK PGRI 2 MALANG
4. Paparan Tunggal dengan materi : “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATERI
MENERAPKAN STRATEGI BAURAN PEMASARAN MATA
PELAJARAN MARKETING KELAS X BDP SMK PGRI 2 MALANG”
5. Menyanyikan Lagu Bagimu Negeri
6. Penutup/Do’a

Uraian:
1. Acara dibuka oleh Ibu Drs. Arinah. selaku moderator dengan bacaan Basmallah
2. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
3. Sambutan Bapak Suprijana, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMK PGRI 2 MALANG:
“Penelitian Tindakan Kelas memang sangat dibutuhkan saat ini terlebih lagi ketika
kita mengalami perubahan drastis dalam kegiatan belajar mengajar yang awalnya
bertatap muka tiba-tiba berubah jadi pembelajaran jarak jauh”
4. Paparan tunggal Materi oleh Kunti Endah Pratiwi S.E., S.Pd.

139
Judul Laporan PTK: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK PADA MATERI MENERAPKAN STRATEGI BAURAN
PEMASARAN MATA PELAJARAN MARKETING KELAS X BDP SMK PGRI 2
MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
a. Pandemi Covid-19 yang mengharuskan pembelajaran dilaksanakan secara
daring/jarak jauh
b. Menurunnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa selama pembelajaran jarak jauh
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat


diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1) Dampak pandemi Covid-19 yang menimbulkan Lembaga Pendidikan mengadakan
kegiatan pembelajaran jarak jauh.
2) Kurangnya kemampuan guru dalam mengolah siswa pada mata pelajaran Marketing
sehingga berakibat pada siswa yang cenderung menjadi pasif dalam proses belajar
mengajar dan Menurunnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa.
C. Analisis Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, dapat disimpulkan analisis


masalah adalah menurunnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran jarak jauh sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang tepat selama
pembelajaran jarak jauh guna memperbaiki kualitas interaksi pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran Marketing.

D. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan identifikasi masalah di atas maka dapat disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut:
3. Bagaimana penerapan pembelajaran Problem bassed learning pada pembelajaran
Marketing pada siswa X BDP di SMK PGRI 2 Malang?
4. Seberapa besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui model
pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran Marketing pada siswa X
BDP di SMK PGRI 2 Malang?

140
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran
Marketing pada siswa X BDP di SMK PGRI 2 Malang.
2. Mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis melalui model
pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran Marketing pada siswa
X BDP di SMK PGRI 2 Malang.

F. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai model Problem Bassed Learning dan peningkatan
kemampuan berpikir kritis.
2. Manfaat praktis
d. Bagi siswa, membiasakan belajar dalam kelompok dan berdiskusi untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan saling membantu dalam
memahami suatu materi pembelajaran.
e. Bagi guru, menjadi salah satu acuan guru dalam menerapkan model
pembelajaran dalam rangka dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada pembelajaran Marketing.
f. Bagi peneliti, memberikan pengalaman langsung dalam melaksanakan
penelitian khususnya penelitian tindakan kelas.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Empiris
1. Jurnal Aditiya Fadly (2012), Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang dalam
judul penelitian Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kelas X Bisnis dan Manajemen
Mata Pelajaran Kewirausahaan SMK ARDJUNA 1 Malang, menunjukkan adanya
keterkaitan antara model Problem Based Learning (PBL) dengan aktivitas dan hasil
belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning pada mata pelajaran Kewirausahaan.

141
2. Hal tersebut juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmawan, Dosen
UPI Bandung, dalam judul penelitiannya yaitu Penggunaan Pembelajaran Berbasis
Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran
IPS DI MI Darussaadah Pandeglang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran IPS DI MI Darussaadah Pandeglang
dapat meningkat setelah digunakannya model pembelajaran berbasis masalah.
B. Kajian teori
1. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk
memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru
atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki
dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. PTK dapat diartikan sebagai
proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam
upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
perlakuan tersebut. Penelitian Tindakan Kelas disingkat PTK atau Classroom
Action Research adalah bentuk penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa
tindakan tertentu yang dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna
meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Penelitian tindakan
kelas dapat dipakai sebagai implementasi berbagai program yang ada di sekolah,
dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran
yang terjadi pada siswa atau keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai
program sekolah.
2. Model Pembelajaran Masalah (Problem Based Learning)
Model Pembelajaran Masalah (Problem Based Learning) pertama kali
diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas Mc. Master Fakultas
Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan
membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada.
Ibrahim dan Nur (2000:2) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang
berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia
nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. (Rusman, 2012:241)

142
Jadi pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintregasikan pengetahuan baru siswa. Sehingga dengan
menerapkan pembelajaran ini, diharapkan siswa memiliki pemahaman yang utuh
dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif,
dan ketrampilan secara bertahap dan berkesinambungan. Problem Based Learning
menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan
ketrampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal pembelajaran
kemudian mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menggali
masalah tersebut.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Karakteristik kemampuan berpikir kritis menurut Carin dan Sound dibagi menjadi
beberapa kategori diantaranya yaitu mengklasifikasi, mengasumsi, berhipotesis,
membuat kesimpulan, mengukur, merancang sebuah penyelidikan, mengamati,
membuat grafik, meminimalkan kesalahan percobaan, mensintesis, mengevaluasi,
dan menganalisis (Carin dan Sound, 1989:160).
Dengan kemampuan berpikir kritis, siswa akan dapat menganalisis ide atau gagasan
ke arah yang lebih spesifik, mengklasifikasi dan membedakan secara tajam,
memilih, mengidentifikasi, mengkaji serta mengembangkannya ke arah yang lebih
sempurna. Selain itu, siswa juga mampu mengembangkan diri dalam membuat
keputusan serta menyelesaikan masalah. Seseorang yang mampu berpikir kritis
akan dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tepat, mengumpulkan
berbagai informasi yang dibutuhkan, mampu secara kreatif dan efisien memilah-
milah informasi sehingga sampai pada kesimpulan dan keputusan yang dapat
dipercaya serta dapat dipertanggungjawabkan.
Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir
dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang
lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat
dibutuhkan dalam pemecahan masalah/pencarian solusi. Pengembangan
kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan
kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian,
pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-

143
kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah/proyek
komplek dan dengan hasil yang memuaskan.

BAB 3 METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). “Penelitian Tindakan
merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar kelompok peserta didik
dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan”
(Mulyasa, 2010:11). Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan
peserta didik, atau oleh peserta didik di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan
maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Tindakan
yang dilakukan adalah Penerapan model pembelajaran problem based learning untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi menerapkan
strategi bauran pemasaran mata pelajaran marketing Kelas X BDP SMK PGRI 2
MALANG. Penelitian ini melalui empat proses tahapan yaitu:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti membuat perangkat pembelajaran terlebih dahulu
sebelum melakukan penelitian.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan langkah-langkah yang ada di dalam rencana
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan ini dilaksanakan dengan dua
siklus, yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Tujuan dari pembelajaran ini, yaitu untuk
mengetahui seberapa besar implementasi E-learning berbasis moodle dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Observasi (Pengamatan)
Observasi disini adalah upaya untuk merekam semua kegiatan selama pelaksanaan
kegiatan berlangsung. Pengamatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik pada materi menerapkan strategi bauran pemasaran mata
pelajaran marketing, serta pengamatan terhadap peneliti sebagai guru pengajar selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Peneliti mengkaji dan melihat hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil refleksi peneliti dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal.
B. Subjek penelitian

144
Subjek penelitian ini yaitu peserta didik kelas X BDP SMK PGRI 2 MALANG
Tahun Pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari 20 peserta didik.
C. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 2 MALANG yang beralamatkan di Jl.
Janti Barat blok A1 Malang pada bulan Oktober – November 2020
D. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari tiga siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari beberapa tahap, tahap tersebut adalah tahap perencanaan tindakan,
pelaksana tindakan, pengamatan, dan refleksi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil tes kemampuan berpikir siswa aspek pengetahuan berupa soal pre test dan post
test.
2. Lembar observasi atau pengamatan terdiri dari:
a) Lembar observasi aktivitas guru
b) Lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa
F. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, catatan lapangan,
tes hasil belajar dan dokumentasi.
1. Observasi
2. Catatan lapangan
3. Tes
4. Dokumentasi
5. Kuesioner atau Angket
G. Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah adanya
perubahan setelah dilakukan tindakan, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis
masing-masing dapat mencapai batas minimal 75%. Menurut Zainal Aqib (2009: 41)
kriteria keberhasilan tindakan adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Kriteria Tingkat Keberhasilan Tindakan Siswa (%)


Tingkat Keberhasilan Keterangan
>80% Sangat tinggi
75-79% Tinggi
70-74% Sedang
65-69% Rendah

145
Sumber: Zainal Aqib (2009: 41)
Kriteria di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menilai gagal maupun berhasilnya
sebuah penelitian. Apabila siswa dapat mencapai batas minimal 75% ketuntasan untuk
kemampuan berpikir kritis yaitu siswa memiliki nilai berpikir kritis 2,51 atau dalam
kategori Baik (B), maka penelitian tersebut dapat dikatakan berhasil. Namun, apabila
setelah penerapan tindakan dalam pembelajaran Marketing kemampuan berpikir kritis
siswa menurun dan tidak mencapai standar yang telah ditentukan maka penelitian tersebut
dikatakan belum berhasil dan harus dilakukan tindakan pada siklus berikutnya. Penelitian
ini dikatakan berhasil apabila sebanyak 75% siswa memiliki nilai kemampuan berpikir
kritis tuntas. Ketuntasan berpikir kritis sedikitnya 2,51.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif berupa
analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah
karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah,
mencari persentase, dan menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur
berpikirnya (grafik, tabel, chart). Analisis data kuantitatif berupa hasil observasi dan hasil
tes. Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa di dalam kelas. Analisis data
dilakukan disetiap akhir siklus, hal ini agar dapat diketahui adanya peningkatan atau tidak
setelah dilakukan tindakan. Berikut disajikan analisis data kuantitatif untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa.
5. Analisis Data Hasil Observasi
Data hasil observasi pada penelitian ini merupakan pengamatan terhadap siswa selama
proses pembelajaran mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis yang meliputi
kemampuan siswa mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan, kemampuan
siswa mencari alasan, siswa berusaha mengetahui informasi dengan baik, siswa
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan, siswa bersikap dan berpikir
terbuka, siswa mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu,
siswa mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan, dan siswa bersikap
secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah. Siswa
mendapat skor antara 4 sampai dengan 1 untuk setiap indikator.
Tabel 2. Kriteria Skor Observasi
Skor Kriteria
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup

146
1 Kurang
Sumber: Permendikbud. No. 104 tahun 2014
Hasil pengamatan mencakup 4 indikator berpikir kritis sehingga skor maksimal yang
dapat diperoleh setiap siswa adalah 32. Untuk menghitung nilai observasi berpikir kritis
menggunakan rumus:
Nilai = Jumlah Skor yang diperoleh X 4
Jumlah Skor maksimal
6. Analisis Data Hasil Tes
Analisis data hasil tes dilihat nilai tes pada tiap siklusnya. Pada penelitian ini, dalam
memberikan penilaian terhadap kebenaran jawaban mengacu pada tiga aspek menurut
Nana Sudjana (2011: 43), yaitu:
d. Kebenaran isi sesuai dengan kaidah-kaidah materi yang ditanyakan.
e. Sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya yang dilihat dari penyajian
gagasan jawaban.
f. Bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan buah pikirannya.
Pada aspek kebenaran ini, jawaban siswa dinilai dari kesesuaian jawaban dengan materi
pelajaran atau dengan teori yang ada. Pada aspek urutan logis dari kerangka berpikir,
jawaban siswa dinilai dari kesesuaian urutan kalimat jawaban dalam memberikan
argumentasi. Pada aspek bahasa yang digunakan, jawaban siswa dinilai dari kesesuaian
jawaban siswa dengan Ejaan Yang Disempurnakan dan kalimat yang efektif.
Ketentuan pemberian skor pada masing-masing soal tercantum pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 3 . Ketentuan Pemberian Skor Tes
Skor Ketentuan
4 Jika jawaban Siswa pada satu butir soal mencakup 3 aspek
3 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 2 aspek
2 Jika jawaban siswa pada satu butir soal mencakup 1 aspek
1 Jika jawaban siswa pada satu butir soal tidak mencakup ketiga aspek,
namun sudah mendekati salah satu aspek
Sumber: Nana Sudjana
Penilaian tes mengacu pada 4 (empat) indikator kemampuan berpikir kritis yaitu siswa
memakai sumber yang memiliki kredibilitas, siswa berusaha tetap relevan dengan ide
utama, siswa mengingat kepentingan yang asli dan mendasar, dan siswa mencari
alternatif. Sehingga, jumlah skor maksimal yang dapat diperoleh siswa adalah 16 dan

147
jumlah skor minimal adalah 4 (empat). Untuk menghitung nilai tes berpikir kritis
mengadopsi rumus dari Ngalim Purwanto (2011: 112) sebagai berikut:
Nilai = Jumlah Skor yang diperoleh X 4
Jumlah Skor maksimal
7. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Mengacu pada analisis data hasil observasi dan analisis data hasil tes, maka kemampuan
berpikir siswa pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung nilai dari gabungan
hasil observasi dengan hasil tes masing-masing siswa dengan bobot 40% untuk hasil tes
dan 60% untuk hasil observasi berdasarkan pertimbangan dari expert judgement. Glaser
(Fisher, 2009: 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu sikap mau berpikir secara
mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berbeda dalam jangkauan
pengalaman seseorang. Oleh karena itu, penilaian kemampuan berpikir kritis
menggunakan pedoman penilaian sikap. Khusus untuk teknik penilaian ini, peneliti
menggunakan pedoman penilaian Kurikulum 2013 yaitu pedoman penilaian berdasarkan
Permendikbud. No. 104 tahun 2014. Nilai ketuntasan kompetensi berpikir kritis
dituangkan dalam bentuk predikat sebagaimana tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Penilaian Sikap
Skor Kriteria
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup
1 Kurang
Sumber: Permendikbud. No. 104 tahun 2014
Berdasarkan panduan tersebut, nilai kemampuan berpikir kritis yang diperoleh akan
berada pada rentang nilai 4,00 – 1,00 dengan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup
(C), Kurang (K). Nilai ketuntasan minimal adalah 2,51 atau dalam kriteria Baik (B).
8. Angket tanggapan siswa
Data tanggapan siswa dianalisis menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan cara
menentukan skor pada setiap pernyataan yang menunjukkan tanggapan siswa terhadap
pembelajaran Kewirausahaan pada pokok bahasan Sikap Pantang Menyerah dan Ulet
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan film sebagai
sumber belajar apakah menyenangkan atau tidak. Tanggapan siswa diukur dengan
kategori Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS).
Kategori tersebut dapat dihitung dengan mendeskripsikan data seperti berikut:
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah soal x jumlah responden

148
Skor minimal = skor terendah x jumlah soal x jumlah responden
Rentang skor = skor tertinggi – skor terendah
Interval kelas = skor tertinggi – skor terendah : 4

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Penerapan pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran Marketing
pada siswa X BDP di SMK PGRI 2 Malang.
Model Pembelajaran Masalah (Problem Based Learning) pertama kali diperkenalkan
pada awal tahun 1970-an di Universitas Mc. Master Fakultas Kedokteran Kanada,
sebagai satu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-
pertanyaan sesuai situasi yang ada. Jadi pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintregasikan pengetahuan baru siswa.
Sehingga dengan menerapkan pembelajaran ini, diharapkan siswa memiliki
pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah,
penguasaan sikap positif, dan ketrampilan secara bertahap dan berkesinambungan.
Problem Based Learning menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami suatu
konsep, prinsip, dan ketrampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal
pembelajaran kemudian mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam
menggali masalah tersebut.
Berdasarkan penjelasan tentang pembelajaran Problem Based Learning maka di SMK
PGRI 2 Malang terutama pada mata pelajaran Marketing sudah terlaksana dengan baik.
B. Mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis melalui model
pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran Marketing pada siswa
X BDP di SMK PGRI 2 Malang.
Penelitian dilakukan dalam siklus I, II dan III ini untuk mengetahui besarnya peningkatan
kemampuan berpikir kritis melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada
pembelajaran Marketing pada siswa X BDP di SMK PGRI 2 Malang. Beberapa
indikator yang diamati diantaranya adalah: 1) Kemampuan siswa mencari pernyataan
yang jelas dari setiap pertanyaan, 2) Kemampuan siswa mencari alas an 3) Siswa
berusaha mengetahui informasi dengan baik, 4) Siswa memperhatikan situasi dan
kondisi secara keseluruhan, 5) Siswa bersikap dan berpikir terbuka, 6) Siswa mengambil
posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu 7) Siswa mencari
penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan 8) Siswa bersikap secara
sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.

149
Sedangkan pada penilaian tes kemampuan berpikir kritis maka yang menjadi indicator
ada4 indikator yaitu: 1) Siswa memakai sumber yang memiliki kredibilitas, 2) Siswa
berusaha tetap relevan dengan ide utama, 3) Siswa mengingat kepentingan yang asli dan
mendasar, 4) Siswa mencari alternative

Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa


120
100
80 96.25 95 91.25
87.5 82.5 85 86.25 82.5 85 87.5
60 80 82.5
40
20
0
Siswa memakai Siswa berusaha Siswa mengingat
Siswa mencari
sumber yang tetap relevan kepentingan yang
alternatif
memiliki kredibilitas dengan ide utama asli dan mendasar
Siklus I 87.5 82.5 82.5 80
Siklus II 96.25 85 85 82.5
Siklus III 95 86.25 91.25 87.5

Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir siswa pada grafik di atas dapat dilihat bahwa
terjadi kenaikan yang signifikan pada kemampuan berpikir siswa pada ke empat
indicator mulai dari siklus 1 hingga siklus 3. Dengan adanya penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning membuat siswa terbiasa untuk mencari dan
memakai sumber yang memiliki kredibilitas dalam menjawab soal, siswa juga berusaha
tetap relevan dengan ide utama, Siswa mengingat kepentingan yang asli dan mendasar,
dan Siswa terbiasa mencari alternative jawaban secara mandiri.Adapun perbandingan
pengamatan dari besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I,
II dan III dapat dilihat table berikut
Tabel 14. Kriteria Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus III
Persentase Persentase Persentase
Rentang nilai Kategori Siklus I Siklus 2 Siklus 3
(%) I (%) II (%) III
1,00 – 1,50 K 0 0 0 0 0 0
1,51 – 2,50 C 0 0 0 0 0 0
2,51 – 3,50 B 20 18 18 100 90 90
3,51 – 4,00 SB 0 2 2 0 10 10
JUMLAH 20 20 20 100 100 100
Tabel 14. Kriteria Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus III

150
Berdasarkan hasil dari pengamatan kemampuan berpikir siswa mengalami kenaikan
dari yang awalnya semua siswa sebanyak 20 siswa berada pada kategori Baik dan
pada siklus 3 terdapat 18 siswa pada kategori baik dan 2 siswa pada kategori sangat
baik.

120
100
100 90 90

80
Persentase

60

40

20 10 10
0 0 0 0 0 0 0
0
1,00 – 1,50 1,51 – 2,50 2,51 – 3,50 3,51 – 4,00
Tabel Nilai Berpikir Kritis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Nilai keterlaksanaan pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran
ekonomi siswa SMK PGRI 2 MALANG pada Siklus I adalah 90 dan masuk dalam kriteria
amat baik. Nilai keterlaksanaan pembelajaran pada Siklus II tetap pada 90. sedangkan
pada siklus III terjadi peningkatan menjadi 92. Nilai pada Siklus III ini sudah memasuki
kriteria amat baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan amat baik dalam pembelajaran Marketing
di SMK PGRI 2 MALANG.
2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa siswa kelas X program keahlian Bisnis Daring dan
Pemasaran SMK PGRI 2 MALANG pada pembelajaran Marketing. Hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada Siklus I sebesar 2,86 ;
meningkat pada Siklus II menjadi 3,17 dan menjadi 3,50 pada siklus III dalam
kategori Baik (B).
b. Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai kemampuan berpikir kritis
memenuhi ketuntasan pada Siklus I sebanyak 100%, tetapi hanya pada kategori
baik. Sedangkan pada Siklus 2 terjadi pergeseran dimana 90% siswa berada pada
kategori Baik dan 10 % siswa berada pada kategori sangat Baik, sedangkan pada

151
siklus III tidak terjadi peningkatan yaitu 90% siswa berada pada kategori Baik dan
10% siswa berada pada kategori sangat Baik .

152

Anda mungkin juga menyukai