Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas 9 G Semeter Genap Dengan Metode


Regresi Linier di SMPN 2 Kota Malang Tahun Pelajaan 2014/2015

Oleh :

Dra. Endang Purwantini


NIP. 196405061998022002

Unit Kerja :
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PEMERINTAH KOTA MALANG
SMP NEGERI 2 MALANG

i
HALAMAN PUBLIKASI

Judul : Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas 9 G Semeter


Genap Dengan Metode Regresi Linier di SMPN 2
Kota Malang Tahun Pelajaan 2014/2015

Identitas Peneliti
Nama : Dra. Endang Purwantini
NIP : 196405061998022002
Pangkat/Ruang. Gol : Pembina (IVa)
Jabatan : Guru Bimbingan Konseling
Unit Kerja : SMP Negeri 2 Kota Malang

Lokasi Penelitian : SMP Negeri 2 Kota Malang


Alamat : Jalan Prof. Moh Yamin No. 60

Malang,
PENGELOLA PERPUSTAKAAN

Inta Roskhayah

ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Dra. Endang Purwantini


NIP : 196405061998022002
Pangkat/Ruang. Gol : Pembina (IVa)
Jabatan : Guru Bimbingan Konseling
Unit Kerja : SMP Negeri 2 Kota Malang

PENULISAN PNELITIAN TINDAKAN KELAS/PTK


DISAHKAN PADA TANGGAL :

Mengetahui :
KEPALA SEKOLAH
SMP Negeri 2 Kota Malang

Dra. Sri Nuryani


NIP. 1966611161990032009

iii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, atas izin dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
sebuah karya tulis yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini
dalam rangka pengembangan profesionalitas guru.
Walaupun dalam penelitian ini peneliti mengalami kesulitan dan hambatan namun
Alhamdulillah berkat dukungan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya dapat diselesaikan .
Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga
kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini.

1. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 kota malang yang terus-menerus member saran,
kritikan serta masukan atas penelitian ini.
2. Rekan-rekan guru/pegawai SMP Negeri 2 kota malang atas segala partisipasinya.
3. Semua murid-murid dikelas-kelas yang dijadikan objek penelitian
4. Teman sejawat, yang berkenan untuk menjadi pengamat selama proses penelitian
tindakan ini berlangsung.
5. Semua pihak yang telah member dukungan baik moral maupun materil kepada
peneliti.

Semoga apa yang peneliti lakukan dapat menjadikan pengalaman yang berarti bagi
peneliti dan sesuatu yang bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran serta meningkatkan
hasil belajar siswa.

Peneliti

Dra. Endang Purwantini

iv
ABSTRAKSI

Dalam prakteknya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalarn kerangka


bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu maupurn konseling kelornpok.
berbagai teori dikemukakan oleh para ahli mengenai pedekatan atau teknik yang digunakan oleh
konselor ketika konseling berlangsung. Pada dasarnya pendekatan/Metode Regresi Linier yang
digunakan konseling : Teknik Metode Regresi Linier Sesuai dengan permaslahan belajar sisswa
dengan berorientasi pada hubungan antara konselor dengan klien yaitu teintegrasi dengan
perilaku siswa.
Tujuan penelitian ini adalah tnntuk menggali potensi diri meningkatkan prestasi belajar
dengan metode Regresi linier pada siswa kelas 9 G semester Genap di SMP negri 2 Kota Malang
tahun pelajaran 2014/20l5.
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas 9 G SMP Negeri 2 Kota Malang
berjumlah 38 siswa dengan rincian 16 laki-laki dan 22 perempuan. Subjek penelitian tindakan
kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap responden,sumber data peristiwa hasil
observasi, hasil analisis dokumen. artifak yang berasal dari siswa/klien maupun dari
gum/konselor dan peneliti.
Hasil pengumpulan data. analisis data, pemeriksaan keabsahan dan yang diperoleh
peneliti dan guru selaku konselor melalui ketekunan pengamanan, perpanjangan keikutsertaan
peneliti, triangulasi, dan reviem informan sebagai kunci (Moelong, I995) dalam penelitian
tindakan kelas siklus I. II. dan III yang dipergunakan peneliti dan guru untuk mengambil
keputusan. Maka dari hasil analisis data; Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Data Hasil
Observasi Kepribadian Klien pada siklus I,II dan III diperoleh hasil 30. 83 predikat kurang
sekali. siklus II = 41, 66 predikat kurang dan pada siklus III = 6I .66 predikat sedang/cukup baik.
Bimbingan Konseling terhadap tiga siswa X, Y dan Z yang bermasalah tidak berhenti pada siklus
III. tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru. juga peneliti
sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkembangan tingkah laku klien agar klien
lebih mantap unuk bertindak positif.

v
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PUBLIKASI ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


A. PENDAHULUAN .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah………………………………………… 2
C. Rumusan Masalah…………………………………..………. 3
D. Tujuan Penelitian………………………………………..…. . 3
E. Manfaat Penelitian………………………………………… .. 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 5


A. Pengertian Potensi Diri ........................................................... 5
B. Macam-macam Potensi…………………………………….. . 6
C. Bimbingan Konseling………………..……………..………. 9
D. Pentingnya bimbingan konseling………….……...………… 12
E. Pentingnya Prestasi Belajar…………………………………. 15
F. Strategi Dasar Layanan Bimbingan Konseling…………….. . 18
G. Teknik Konseling…………………………………………… 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 22


A. Objek Penelitian ...................................................................... 22
B. Setting,Lokasi,Subjek, Penelitian.……..……………………. 22
C. Metode Pengumpulan data…………………..……..……….. 24
D. Metode Analisis Data…………………………….…….…….. 26
E. Cara Pengambilan Keputusan……………………………… . 28

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 29


A. Gambaran Umum .................................................................... 29
B. Gambaran Persiklus………………………………………… 35
C. Proses Menganalisa data…………………………..……… ... 45
D. Pembahasan Umum……………………………………..…… 52
E. Cara Pengambilan Keputusan………………………………… 54

vi
Bab V PENUTUP………………… ............................................................ 55
A. Kesimpulan……. ..................................................................... 55
B. Saran…………………………………………………………… 55

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. RPP
2. Sempel AQuisioner
3. Lembar Pengamatan kegiatan Guru
4. Lembar Pengamatan Sikap Siswa
5. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I
6. Hasil Pengamatan Sikap Siswa Siklus I
7. Hasil Pengamatan kegiatan guru siklus II
8. Lembar Pengamatan Sikap Siswa Siklus II
9. Lembar Pengamatan
10. Absensi
11. Surat ijin kepala sekolah
12. Foto-foto

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal

mempunyai peranan yang amat penting dan usaha mendewasakan anak dan

menjadikanya sebagai anggota masyarakat yang berguna. Hal ini berarti sekolah turut

pula bertanggung jawab tercapainya satu tujuan,yang telah ditetapkan.

Perlu dipahami bahwa masing masing individu memiliki karakter yang berbeda

beda ada yang memiliki daya serap yang cepat dan ada yang sedang ada yang rendah.

Karena perbedaan inilah yang menimbulkan masalah kesulitan belajar, sedang siswa

yang pandai akan jenuh apabila proses pembelajaran disamakan dengan yang lambat

belajar atau mengalami kesulitan belajar.

Oleh sebab itu agar proses belajar mengajar berjalan dan berhasil dengan baik

perlu mengadakan bimbingan belajar dan motivasi agar siswa terdorong untuk melakukan

kegiatan belajar dan penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana siswa berada, guru

harus memahami semua siswa dalam satu kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

Dengan memahami ciri,sifat dan kemampuan masing masing individu memudahkan guru

dalam memberikan layanan dalam belajar kelompok

Dalam kenyataan sehari – hari ada siswa SMPN 2 Kota malang yang tidak masuk

(absen). Penyebab ketidak hadiran siswa disekolah dapat dikatagorikan dalam 3 jenis,

yaitu 1) ketidak hadiran karena sakit,2)ketidakhadiran karena keperluan tertentu,

3)ketidakhadiran tanpa alasan (alpha). Ketidakhadiran untuk katagori 1 dan 2 sepanjang

tidak dalam jumlah yang banyak, masih dapat diterima dan dimaklumi. Siswa yang sakit

1
apabila dipaksakan tetap masuk malah bisa membahayakan kesehatan yang bersangkutan.

Demikian juga kehadiran karena ada suatu alasan tertntu seperti khitanan misalnya adalah

merupakan ketidakhadiran siswa yang dapat diterima oleh pihak sekolah. Ketidakhadiran

dalam katagori 1 dan 2 biasanya dibuktikan dengan surat dari dokter.

Ketidakhadiran dalam katagori 3 yaitu ; ketidak hadiran tanpa alasan, sangat

menimbulkan potensi masalah bagi kegiatan pembelajaran sisa. Dalam keadaaan ini,

ketidakhadiran siswa tanpa ada surat keterangan dari orang tua. Oleh karena itu dapat

diketahui apakah siswa tersebut memang tidak berangkat dari rumah, atau sebenarnya

dari rumah berangkat namun tidak sampai ke sekolah.

Dalam praktiknya penangganan masalah-masalah siswa diatas dalam rangka bimbingan


konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun konseling kelompok. Berbagai
teori dikemukakanoleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh
konselor ketika proses konseling berlangsung. Pada dasarnya pendekatan/keteknikan
konseling dibagi tiga ( Moh.Surya : 1988) yaitu :teknik konseling direktif, non-
directifdan eklektif. Teknik konseling eklekif merupakan pengabungan dua teknik
konseling direktif dan non irektif peneliti memadukan kebaikan dua teknik konseling
tersebut, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan
belajar siswa dengan berorientasi . pada teknik hubungan antara konselor dengan klien
yaitu dengan teknik direktif dengan perilaku attending, yang dkemas dalam sebuah judul
penelitian tindak kelas (PTK) : “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas 9 G
Semeter Genap Dengan Metode Regresi Linier di SMPN 2 Kota Malang Tahun
Pelajaan 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam konseling ini adalah :

1. Dalam kenyataan sehari – hari ada siswa SMPN 2 Kota Malang yang tidak

masuk (absen).

2
2. Potensi siswa yang masih perlu digali lagi demi pengembangan siswa untuk

masa depanya.

C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maslah-masalah dalam penelitian ini dapat di

identifikasi sebagaii berikut bagaimana menggali potensi untuk meningkatkan prestasi

belajar dengan model Regresi linier pada siswa kelas 9 G semester Genap di SMPN 2

Kota mlang tahun 2014/2015.

D. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali potensi diri untuk meningkatkan

prestasi belajar dengan model regresi linier pada siswa kelas 9 G semester Genap di

SMPN 2 Kota Malang.

E. Manfaat Hasil Penelitian


Konseling Eklektif dengan prilaku attending (menghampiri klien) bermanfaat :

1. Bagi siswa

a. Membangkitkan Semanggat, partisipasi, peran siswa dalam belajar

b. Mengatasi permasalah pribadi dan teman

c. Meningkatkan harga diri siswa yang bermasalah

d. Menciptakan suasana aman, mempermudah ekspresi perasaan siswa yang

bermasalah dengan bebas

e. Memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan dan

pribadi siswa ; baik melalui konseling individu maupun konseling

kelompok yang dilaksanakan dikelas.

2. Bagi peneliti hasil penelitian tindakan ini bermanfaat memberikan pemahaman

pengaruh konseling Eklektif dengan perilaku attending terhadap pengentasan

3
permasalahan, juga memberikan sumbangan penyempurnaan praktek karena

penelitian tindakan kelas ini menghasilkan deskripsi dan analisa tentang kegiatan

proses, atau peristiwa peristiwa penting dalam bimbingan konseling.

3. Selanjutnya bagi guru, hasil penelitian tindaka kelasa ni dapat menjadi cermin

mengintropeksi diri berkenaan dengan tugas guru dalam membimbing siswa

dikelasnya.

4. Bagi pembimbng kebijakan khususnya yang terkait dengan pembelajaran di

SMPN 2 Kota Malang hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi perumusan,

implemaetasi dan perubahan kebijakan sebagai upaya perbaikan system

bimbingan konseling siswa guna peningktan mutu pendidikan dan pelayanan

pendidikana di sekolah dasar.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian potensi diri

Potensi berasal dari kata dalam bahasa Inggris “ to potent “ yang berarti kuat atau

keras. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia potensi adalah kemampuan yang

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Pengertian potensi diri adalah

kemampuan –kemapuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki seseorang yang belum

digunakan secara maksimal. Potensi diri pada dasarnya adalah kemampuan terpendam

seseorang yang jika dikenali, dikembangkan, dan diaktualisasikan akan menjadi

kemampuan nyata dalam kehidupan.

Kekhasan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh besar pada

pembentukan pemahaman diri dan konsep diri. Ini juga terkait erat dengan prestasi

yang hendak diraih didalam hidupnya kelak. Kekurangan dan kelebihan yang dimilki

dalam konstek potensi diri adalah jika terolah dengan baik akan memperkembangkan

baik secara fisik maupun mental.

Pengertian-pengertian tersebut memberi pemahaman kepada kita bahwa potensi

merupakan suatu daya yang dimilki manusia, tetapi daya itu belum dimanfaatkan secara

optimal. Oleh karena itu, potensi perlu didayagunakan. Ibarat dalam memproduksi

barang, Potensi berperan seperti bahan mentah yang masih memerlukan pengolahan

lebih lanjut untuk menghasilkan barang yang siap pakai. Agar membuahkan prestasi,

potensi harus diasah dan dilatih secara terarah dan berkesinambungan.

5
B. Macam-macam potensi

Setiap individu memiliki potensi diri, dan tentu berbeda setiap apa yang dimiliki

antar satu orang dan oran yang lain. Ada orang yang kuat secara fisik, sementara yang

lain memiliki potensi kecerdasan yang luar biasa. Setiap potensi sebenarnaya merupakan

nilai ebih yang dimiliki seseorang.

Secara Umum potensi diri manusia dapat dibedakan dalam jenis-jenis berikut :

1) Potensi Fisik (psychomotoric)

Potensi fisik merupakan organ fisik manusia yang dapat digunakan oleh

kemempuan yang dimilki seseorang yang dapat dikembangkan ditingkatkan apabila

dilatih dengan baik .

Kemampuan yang terlatih ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan

keterampilan dalam bidang tertentu. Potensi diri fisik akan semakin berkembang bila

secara intens dilatih dan dipelihara. Misalnya mata untuk melihat,kaki untuk berjalan,

telinga untuk mendengar dan lain-lain.

2) Potensi Mental Intelektual ( Intelegent Quotient)

Potensi mental intelektual merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak

manusia ( terutama pada otak sebelah kiri). Fungsi potensi tersebut adalah untuk

merencanakan sesuatu, menganalisis.

Howard gardner menyebut kemampuan Terpendam itu sebagai kecerdasan.

Setidaknya ada 8 kecerdasan dasar antara lain adalah sebagai berikut:

a) Kecerdasan fisual / spesial ( kecerdasan gambar ) : arsitak, seniman, designer

mobil, insinyur, designer grafis, computer, kartunis, perancang intrior dan ahli

fotografi.

6
b) kecerdasan verbal/ linguistik( kecerdasan berbicara): Pengarang, atau menulis,

guru, penyiar radio, pemandu acara, presenter, pengacara, penerjemah, pelawak.

c) Kecerdasan music: pengubah lagu, pemusik, penyanyi, disc jokey, guru seni

suara, kritikus music, ahli terapi musik, audio mixer ( pemandu suara da bunyi ).

d) Kecerdasan logis / matematis( kecerdasan angka: ahli matematika,ahli astronomi,

ahli fikir, ahli forensic, ahli tata boga, penafsir kerugian asuransi, pialang saham,

analis sistem computer, ahli gempa.

e) kecerdasan interpersonal ( cerdas diri ): ulama, pendeta, guru, pedagang,

resepsionis, Pekerja Sosial, pekerja Panti Asuhan, perantara dagang, pengacara

Manager, konversi, ahli melobi, Manager sumber daya manusia.

f) kecerdasan interpersonal ( cerdas bergaul )peneliti, ahli kearsipan, ahli agama,

ahli budaya, ahli purbakala, ahli etika kedokteran.

g) Kecerdasan Kinestetis (jasmani): kerajinan tangan, kemampuan atletik, karya-

karya dram, tarian, seni pahat.

h) Naturalis : taksonomi umum, pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan, upacara

berburu, mitologi roh binatang.

3) Potensi kecerdasan emosi emosional question.

Potensi kecerdasan emosi merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak

manusia terutama otak sebelah kanan. Fungsinya antara lain untuk menaikkan Amara

bertanggung jawab motivasi dan kesadaran diri kecerdasan Emosi adalah kemampuan

untuk menggali mengendalikan dan menata perasaan sendiri dan orang lain secara

mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan oleh orang lain.

7
Daniel goleman dalam buku kecerdasan emosi memberi 7 Kerangka kerja

kecakapan ini yaitu:

a) Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola diri sendiri.

b) Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan untuk mengetahui kondisi diri dan rasa

percaya diri yang tinggi.

c) Pengaturan diri : yaitu bentuk kecakapan dalam mengendalikan diri dan

mengembangkan sifat seperti dipercaya, kewaspadaan, adaptabilitas, dan inovasi.

d) Motivasi : yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi, komitmen, berinisiatif,

dan optimis

e) Kecakapan sosial yaitu bentuk kecakapan dalam menentukan seseorang yang

harus menangani suatu hubungan.

f) Empati : yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang lain berorientasi

pelayanan dengan mengembangkan orang lain. Mengatasi keragaman orang lain

dan kesadaran politis

g) Keterampilan social : yaitu bentuk kecakapan dalam mengunggah tanggapan

yang dikehendaki pada orang lain.

4) potensi Daya juang( adversity quotient)

Potensi Daya juang adalah bentuk kecerdasan seseorang yang dapat bertahan

dalam menghadapi kesulitan kesulitan mengatasi tantangan tantangan hidup melalui

potensi ini seseorang mampu mengubah rintangan dan tantangan menjadi peluang.

Paul G stoltz dalam adversity question membedakan tinga-tingkatan IQ dalam

masyarakat. :

8
a) Tingkat quitrers (orang yang paling lemah AQ-nya)

b)Tingkat Campers (orang yang memiliki AQ sedang )

c)Tingkat Climbers ( orang yang memiliki AQ tinggi.)

5) Potensi Mental Spiritual (Spiritual quotient)

Potensi Mental Spiritual adalah sumber yang mengilhami dan melambungkan semangat

seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu. Secara

umum Spiritual Quostiens merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan

dan akhlak mulia.

Ciri-ciri seseorang yang memiliki SQ tinggi adalah sebagai berikut :

a) memiliki prinsip dan visi yang kuat

b) mampu melihat kesatuan dalam keadaan keaneragaman

c) mampu memaknai setiap sisi kehidupan

d) mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.

C. Bimbingan dan Konseling

Shertzer dan Stone (1981) mengemukakan bahwa bimbingan (guidance) adalah

suatu proses membantu orang-persorang untuk memahami dirinya sendiri dan

lingkungan hidupnya ( Winkel, 2005: 1). Dalam kerangka ini, maka bimbingan bisa

diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada

seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar

orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri

dengan memanfaatkan kekuatan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan

norma-norma yang berlaku (prayitno, 2008 :99). Senada dengan itu jumhur Dan Moh.

9
Surya ( 1975 :15) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan

yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya agar tercapai kemampuan yang dapat memahami dirinya (self

understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self-acceptance) kemampuan

untuk mengarahkan dirinya (self Direction) dan kemampuan untuk merealisasikan

dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya Dalam mencapai

penyesuaian diri dengan baik keluarga sekolah dan masyarakat definisi bimbingan di

atas dideskripsikan moegiadi (1970) dalam beberapa bentuk kegiatan berikut

(Winkel,2005:29), yakni : (1) usaha untuk melengkapi dengan individu dengan

pengetahuan pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri,(2) suatu cara untuk

memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara

efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya,(3)

sejenis pelayanan kepada individu individu agar mereka dapat menentukan pilihan

menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis sehingga mereka

dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan di mana mereka

hidup,(4) pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu Dalam hal memahami

diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan,

memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan

dari lingkungannya.Dari sini bisa disimpulkan bahwa bimbingan adalah kegiatan yang

pada pokoknya memberikan bantuan pada individu untuk menentukan arah, menemukan

jalan atau menggali keputusan bagi dirinya sesuai dengan apa yang diidealkan baik oleh

dirinya sendiri maupun oleh lingkungannya.

10
Sedangkan konseling (counseling) didefinisikan oleh Prayitno dan Erman Amti

sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh

seorang ahli disebut (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah

disebut klien atau konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien

(2008:105) Senada dengan itu Mappiare (1984) mendefinisikan konseling sebagai

serangkaian kegiatan yang pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseling atau

klien secara tatap dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri

terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus (Winkel 2005: 35) Dari sini kemudian

bisa disimpulkan bahwa konseling usaha untuk membantu konseling atau klien

dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri berbagai persoalan

atau masalah khusus yang dihadapinya dan berujung pada pemecahan masalah tersebut.

Jika diambil benang merah antara bimbingan (guidance and counseling). maka bisa

dikatakan bahwa masing-masing mempunyai peranan yang khas namun saling

melengkapi satu sama lain. Bimbingan lebih bersifat membawa secara preventif

( menentukan langkah atau mengambil keputusan kedepan untuk menghindari munculnya

masalah atau problem), sedangkan konseling merupakan bantuan yang lebih bersifat

represif( mengupayakan solusi setelah mengalami masalah atau problem).

Jika dikaitkan dengan implementasi bimbingan konseling dalam institusi

pendidikan, bagaimanakah proses bimbingan konseling yang terjadi di sekolah-sekolah?

Jawaban dari pertanyaan tersebut bisa menjadi sangat beragam dan relatif. Di satu sisi,

bisa disebut bimbingan konseling di sekolah dan pendidikan di Indonesia terakomodasi

dengan baik. Pemerintah melalui UU nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional

menegaskan pentingnya bimbingan konseling yang tersirat dalam makna pendidikan

11
dalam pasal 1 ayat 1 yang berbunyi" pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

masyarakat bangsa dan negara". Selain itu, departemen Pendidikan juga mengeluarkan

petunjuk pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah( 1994).Hal ini menunjukkan

adanya kepedulian pemerintah terhadap implementasi bimbingan konseling di sekolah.

Sehingga ketika ada campur tangan pemerintah dalam pelaksanaan bimbingan konseling

di sekolah, bisa dikatakan ada dukungan kuat karena dalam penerapan bimbingan

konseling di sekolah, peran serta pemerintah dan pihak berwenang adalah sesuatu yang

penting(Tan, 2008 : 232).

Akan tetapi, di sisi lain secara faktual dan actual, implementasi bimbingan

konseling di sekolah berjumlah seperti yang diharapkan dan diidealkan. Adanya sasaran

utama pencapaian standar akademik semisal Ujian Nasional ataupun kompetisi kognitif

lain, terkadang mengabaikan peranan bimbingan konseling. Bahkan dalam pengalaman

penulis, dalam mengajar target kelulusan ada beberapa sekolah yang meniadakan jam

pelajaran untuk bimbingan konseling di kelas. Sementara di lain pihak, ada

kecenderungan umum bahwa terjadi kerancuan peran bimbingan konseling di sekolah.

Peran bimbingan dan konseling dengan lembaga bimbingan konseling(BK) direduksi

sekedar sebagai polisi sekolah. Paling yang sebenarnya paling potensial menggarap

pemeliharaan pribadi-pribadi ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang

menyangkut disipliner siswa. Memanggil memarahi menghukum adalah proses klasik

yang menjadi label BK DI dibanyak sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan sebagai"

12
musuh" bagi siswa bermasalah atau nakal(, kartono 2007). Seolah-olah terjadi dikotomi

antara keberhasilan akademik dengan pembentukan kepribadian. Hal ini kemudian

menimbulkan kegelisahan tersendiri, sebetulnya bimbingan konseling mempunyai

peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.

D. Pentingnya Bimbingan dan konseling.


Pentingnya bimbingan konseling dalam peningkatan mutu pendidikan dalam hal

apa dan bagaimanakah bimbingan konseling bisa berperan dalam peningkatan mutu

pendidikan? Jawabannya harus dimulai dari 3 hal yang bisa menjadi indikator dari

kesuksesan pendidikan itu sendiri, administrasi sekolah, pengajaran dan pembelajaran

yang dilakukan. Tentu saja hasil yang diperoleh oleh siswa secara nyata, bimbingan

konseling mempunyai kaitan erat dengan ketiga hal ini, sehingga bisa dilihat peran

bimbingan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pertama, kaitan antara

bimbingan konseling dengan administrasi sekolah, dimana yang dimaksud dengan

administrasi sekolah bukanlah aspek tata usaha, melainkan lebih pada aspek manajerial

dan kepemimpinan sekolah.( Tan 2008: 232) menyebutkan bahwa kesuksesan bimbingan

konseling juga dapat tergantung pada administrasi, kepemimpinan di sekolah,dan seluruh

sumber daya yang ada di sekolah. Secara khusus bimbingan konseling dan administrasi

sekolah mempunyai hubungan yang bersifat mutualistik. Administrasi sekolah

membutuhkan bimbingan konseling dalam hal memasukkan, saran-saran, dan laporan-

laporan yang terutama berkaitan dengan kebutuhan siswa, tujuannya adalah supaya

terjadi peningkatan mutu dan layanan yang diberikan pihak sekolah terhadap siswa

( Winkle, 2005: 85). Dengan melakukan bimbingan konseling dan konseling pada siswa,

pihak BK diharapkan mengerti dan memahami apa yang menjadi kebutuhan siswa

13
komperehensif untuk disampaikan pada pihak sekolah. Sedangkan bimbingan konseling

juga terutama membutuhkan dukungan dan antusiasme dari pihak administrator sekolah

baik dalam segi moral, etika fasilitas maupun profesionalitas. Dua kaitan ini sebenarnya

mengindikasikan diperlukannya bimbingan konseling dalam hal meningkatkan kualitas

layanan Sekolah bagi siswa, baik dalam hal pendidikan maupun aspek pelayanan yang

lainnya( afektif, psiko-sosial,dsb).

Kedua, kaitan antara bimbingan konseling dengan aspek pengajaran dan

pembelajaran di sekolah. Aspek pengajaran dan pembelajaran di sekolah identik dengan

kurikulum yang ada, dimana kemudian tujuannya adalah menyediakan pengalaman

belajar bagi siswa. Sedangkan bimbingan konseling membantu siswa untuk meresapi

pengalaman belajar tersebut. Dengan kata lain, bidang pengajaran menyajikan

pengalaman belajar, sedangkan bimbingan konseling mengajak siswa untuk

merefleksikan belajar itu dalam konteks personal dan sosialnya( Winkle, 2005: 89).

Artinya dengan memasukkan diri bimbingan konseling. Kurikulum bisa menjadi lebih

personal bagi siswa. Bimbingan konseling juga dapat membantu peningkatan aspek

pengajaran dan pembelajaran dalam hal pengajaran kurikulum( agar sesuai dengan

kebutuhan dan kapabilitas siswa) dan juga dalam penentuan penjurusan siswa, terutama

agar penjurusan siswa tidak hanya didasarkan pada hasil tes IQ semata, tetapi juga

memperhitungkan aspek minat, bakat,psikologis,dan kompetensi siswa.

Ketiga, keterkaitanantara bimbingan konseling dengan siswa. Di mana

sesungguhnya, bimbingan konseling punya peran besar dalam peningkatan kualitas

siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan utama dari bimbingan dan konseling di sekolah

untuk membantu individu( siswa) mengembangkan diri secara optimal tahap

14
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya( seperti: Kemampuan dasar dan bakat

bakatnya). Berbagai latar belakang yang ada( seperti: Latar belakang keluarga,

pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang

berguna dalam hidupnya yang memiliki wawasan,, pandangan, berprestasi, pilihan,

penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenan sendiri dan lingkungannya( Prayitno,

2008: 114). Bimbingan konseling membantu siswa dalam hal perkembangan belajar di

sekolah( perkembangan akademis, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-

kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak, menentukan cita-cita

dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-

tujuan itu. Serta mengatasi masalah masalah pribadi yang mengganggu belajar sekolah

atau hubungan dengan orang lain yang mengaburkan cita-cita hidup ( Kartono, 2007).

Dengan mengenal dan memahami siswa secara personal psikologis maupun sosial, maka

bimbingan konseling mengakomodasi keberagaman siswa, serta membantu siswa untuk

mengalami pembelajaran yang terkait dan relevan

Dengan kehidupan mereka, di mana hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip

pendidikan yang kontekstual (Jhonson, 2008 : 21). Bimbingan konseling juga membantu

siswa menemukan kapabilitas dan kecerdasannya masing-masing tanpa diukur hanya

dengan IQ sebagai harga mati. Karena di dalam masing-masing siswa setidaknya

tersimpan delapan kecerdasan dasar yang bisa dioptimalkan dengan membantu

bimbingan konseling. Ke delapan kecerdasan itu diantaranya kecerdasan linguistik,

matematis-logis,, kinestestis, jasmani, musical interpersonal, dan kecerdasan naturalis(

15
Armstrong, 2008: 2-4). Bimbingan konseling juga dapat membantu siswa mengatasi

permasalahannya dengan melakukan pemeliharaan pribadi dan mewujudkan prinsip

keseimbangan. Bimbingan konseling menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk

datang membuka diri akan privasinya. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan,

setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan.

Bahkan orang tua siswa juga dapat mengambil manfaat dari bimbingan konseling, dalam

rangka untuk lebih mengerti akan pribadi, kebutuhan dan pergumulan anak mereka(

kartono 2007).

E. Pengertian Prestasi Belajar


Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah

memberikan jawaban dengan begitu saja, mengingat banyak komponen dan faktor yang

ikut melatar belakangi. Ada faktor yang berasal dari luar dan ada pula yang berasal dari

dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologi.

Meskipun demikian tidak mengurangi makna ungkapan di atas, dan untuk lebih

memudahkan dalam memahami Pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat

dalam proses belajar dan akhirnya mengemukakan tentang prestasi belajar tersebut.

1) Pengertian Belajar

Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi perilaku secara

progresif.

( Nana S, dan M. Surya, 1975: 59).

Sedangkan fransen (1957: 43) memberikan batasan belajar sebagai berikut:

16
…….a change in experience or behavior resulting from purposeful observasion, over

activity, or thinking,and accompairid by motivamioal- emotional reaction, wich results in

more adequate satisfaction of the motivating conditions.

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku pengalaman sebagai akibat dari perhatian

terhadap tujuan atas kegiatannya atau hasil berfikir dan disertai dengan dorongan dan

reaksi emosi, akibat dari kepuasan yang memadai dari kondisi dorongannya.

Abin Syamsudin( 2003: 134) merangkumkan pengertian belajar berapa ahli satu

pertanyaan yakni suatu proses perubahan pelaku atau pribadi seseorang.

Pengertian belajar dapat disimpulkan : a) belajar adalah memperoleh perubahan tingkah

laku, b) hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku, c) belajar

merupakan suatu proses, d) proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan

yang akan dicapai, e) belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.

2) Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar

Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang

sangat luas. sekolah merupakan miniatur kehidupan social. Para siswa yang belajar

berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang.

Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya

lingkungan sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat Kompleks dalam proses

belajar mengajar di sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid( internal) dan faktor yang

datang dari luar( eksternal) secara bersama-sama turut mempengaruhi belajar murid yang

hasilnya tercermin dalam pola pola perilaku mereka.

17
Abi Syamsudin(2003:142) mengemukakan sebuah bagan yang menuliskan Betapa

kompleknya dan interaksi antara berbagai aktor atau komponen yang mempengaruhi

belajar mengajar(PBM) di sekolah.

Bagan di atas menjelaskan bahwa ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-

sendiri atau bersama-sama turut mempengaruhi PBM. Pertama masukkan mentah( raw

input), yakni berbagai karakteristik yang dimiliki oleh individu memasuki suatu PBM,

berbagai karakteristik yang mencakup baik yang ada memberikan kemudahan atau

merupakan kendala dalam belajar siswa. Siswa sebagai Raw input mempunyai

pembawaan yang beraneka ragam. Sebagai makhluk individual tentunya banyak hal yang

berbeda, misalnya : Kapasitas dasar bakat mempengaruhi proses serta hasil belajar yang

dicapai. Kedua masukan instrumental atau sarana ( instrumental input). Yakni Merupakan

berlangsungnya PBM, ketiga masukan lingkungan( environmental input) yakni letak

sekolah, situasi dan keadaan fisik sekolah, susunan sekolah, antara individu didalamnya

dan faktor-faktor yang dapat menjadi penunjang penghambat bagi PBM secara berhasil.

Interaksi ketiga logam tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan(

expected output) yaitu berupa hasil belajar para siswa. bloom Dan kawan-kawan

membedakan hasil belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan( taksonomi).

Mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Ketiga kawasan

keperilakuan manusia itu ialah kawasan kognitif (kognitif domain), kawasan afektif(

affective domain) dan kawasan psikomotorik( psychomotorik domain).

3) Prestasi Belajar

Bagan yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin atas kiranya Cukup jelas

gambaran mengenai banyaknya faktor yang mempengaruhi PBM, dan hasil proses itu

18
tercermin dalam bentuk prestasi belajar. Prestasi belajar (achevoment) dapat diketahui

mengevaluasi mereka mempergunakan tes tertentu. Bagan menunjukkan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi belajar siswa di sekolah.

F. Strategi Dasar Layanan Bimbingan di SMP


Pelayanan Bimbingan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha

membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,

kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan

konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara Individual kelompok dan

klassikal, sesuai kebutuhan potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-

peluang yang dimiliki, pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan

serta masalah yang dihadapi peserta didik .

G. Teknik Konseling
Konseling Eklektif

Teknik konseling eklektik merupakan penggabungan dua pendekatan direktif dan

Non-Direktif.konseling efektif yang mengambil berbagai kebaikan dari dua kebaikan

dari dua pendekatan atau dari berbagai teori konseling, mengembangkan dan menerapkan

dalam praktek sesuai dengan permasalahan klien . Konseling Eklektif lebih tepat dan

sesuai filsafat tujuan bimbingan dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu

pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya : 1998).

Konseling Direktif

Dalam konseling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor

dengan demikian peranan utama pemecahan masalah lebih banyak ditentukan oleh

19
konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak ditentukan oleh konselor.

Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap dengan klien yang ada untuk.

Dipergunakan diagnosis. Diagnosis directife konseling beraliran behavioristik, yaitu

layanan konseling yang berorientasi pada perubahan tingkah laku secara langsung. Selain

itu diperlukan konseling secara Individual, kelompok pada konsultasi lainnya yang

memberikan sumbangan langsung pada keberhasilan siswa maupun luar sekolah. Laporan

tersebut secara langsung dibenarkan dan mendapat dukungan diagnosis yang pada

umumnya berbentuk ditujukan pada pengubahan klien.

Konseling Non Direktif

Teknik konseling Non Direktif, tersebut juga klient Centered therapy, pendekatan

ini diperoleh oleh Carl Rongres dan universitas Wiconsin di Amerika Serikat.Merupakan

upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan

untuk mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas.

Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah sendiri. Oleh

karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya tak dapat berkembang atau berfungsi

sebagaimana mestinya.

Untuk memfungsikan kembali kemampuannya memerlukan bantuan, dalam

konseling, inisiatif dan peranan Utama terletak pada klien sendiri. Sedangkan kewajiban

dan peran konselor hanya mempersiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang

pada dasarnya ada klien berkembang secara optimal, menciptakan hubungan konseling

yang hangat, dan permisif. Menurut Roger menjadi tangguh klien sendiri untuk

membantu dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan baik.

Teori ini didasari hakikat manusia dan tingkah lakunya : Pendekatan konseling

20
Humanistik (Sofyan. S Willis, 2004 :176). Aliran ini menekankan pentingnya

pengembangan potensi dan kemampuan yang secara selamat Hakiki ada pada diri setiap

individu. Potensi dan kemampuan yang berkembang menjadi penggerak bagi upaya

untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya.

Perilaku Attending

Perilaku attending, (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan

bahasa lisan hingga Kelayan akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik

untuk meningkatkan harga diri yang bebas. Di pos satpam itu ya dihindari konselor

berpenampilan attending yang kurang baik seperti : Kepala kaku, muka kaku, ekspresi

melamun, mengalihkan pandangan, tidak terlihat saat klient sedang bicara, mata melotot

posisi tubuh bersandar miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, kurang

akrab dan berpaling. Memutuskan pembicaraan berbicara terus tanpa ada teknik untuk

memberi kesempatan klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah

buyar oleh gangguan(. Sofyan. S. Wilis, 2004: 176).

Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup

komponen utama bahasa tubuh dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :

• Meningkatkan harga diri klien

• Menciptakan suasana aman

• Mempermudah ekspresi perasaan klien yang bebas

• Contoh perilaku attending yang baik :

• Kepala mengangguk jika setuju

• Ekspresi wajah tenang senyum

21
Posisi tubuh: agak condong kearah klien, cara antara konselor dengan klien agak dekat ,

duduk akrab berhadapan atau berdampingan.

Tangan : Variasi gerakan tangan atau lengan spontam berubah-rubah, menggunakan

tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.

Mendengarkan : ktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai,diam (

menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.

Contoh perilaku attending yang kurang baik :

Kepala : kaku

Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan,tidak melihat klien saat bicara,

mata melotot.

Posisi Tubuh: tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk

kurang akrab dan berpaling.

Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk member

kesempatan pada klien berfikir dan berbicara.

Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah iswa kelas 9 G SMPN 2 Kota malang

berjumlah 38 siswa dengan rincian 16 laki laki dan 22 perempuan.

B. Setting, Lokasi , Subjek Penelitian


Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap

responden , sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisa dokumen, artifak yang

berasal dari siswa / klaien maupun dari guru/konselor dan penelitian.

Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan :

 Partisipasi dalam belajar, bekerja sama , berani bertanya.

 Tidak berbicara koror, tidak bertengkar,

 Berani berpednapat membuka diri, berterus terang

 Cerita , gembira,menerima nasehat , merencanakan tindakan .

 Guru konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :

 Mengamati mencatat, mengumpulkan data , tentang sejauh manakah pengaruh

bimbingan konseling mengunakan teknik attemding eklektif terhadap gairah belajar

siswa dan prestasi belajar siswa

 Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling

 Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk berpenampilan baik ,

seperti : kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa

 Ekpres wajah guru/ konselor tenang, ceria, tersenyum

23
 Posisi tubuh konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/ lengan spontans berubah

arah sebagai syarat menekankan ucapan

 Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian , menunggu

 Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien

 Merefleksikan / [pemantulan kembali perasaan, pikiran pengalaman klien

 Derecting, mengarahkan klien

 Peraphasing/ pendpat mendapat pesan utama klien

 Interprstasi/ berupaya mengulas pikiran, perasaan, perilaku yang merujuk pada teori

 Bertaya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup pada klien

 Minimal encourganment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang

dikatakan klien

 Bertindak sebagai leading/memimpin arah pembicaraan

 Penumpulan sementara / summaring

 Member kesempatan kepada klien untuk feed back mengambil kilah baik dari hal hal

yang dibicarakan

 Penyimpulan hasil secara bertahap guba meningkatkan kualitas diskusi

 Pemberian nashat , informasi dan merencanakan tindakan selanjutnya

Setting lokasi penelitian tindakan kelas ini rang kels IX dan ruang guru BP SMPN 1

Bantur malang

C. Metode pengumpulan data

Pengumulan data dilakukan melalui , yaitu : wawancara untuk data sumber

responden , observasi, untuk sumber data peristiwa dan analisa dokumen untuk sumber

24
data dokumen . informasi tersebut di gali dari 4 sumber yaitu : peristiwa/ kegiatan, pelaku

peristiwa, tempatdokumen/artidak (sutopo,1996:49-51)

1. Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan siswa .

tujuanya adalah untuk memperoleh data informasi untuk , pemahaman , penerapan , dan

pentingnya bimbingan kelompok dan pendekatan konseling eklektif guna mengatasi

permasalahan belajar.

2. Pengamatan/Observasi

Penagamata akan dilakukan terhadap konselor untuk memantau proses dan

dampak penanggana masalah belajar dengan pendekatan metode eklktif attending dalam

pengunaan permasalaha belajar siswa teknik pengamatan yang akan di gunakan adalah

pengamatan berperan secara aktif sebagaimana dikemukanakan oleh sprandley (1980)

ditulis kembali oleh Joko Nurkamto (2003 : 12) berperan aktif dalam kegiatan alih tangan

konselor kepada kepala sekolah . kemudian hasi pengamatan dakan dipergunakan guna

menata langkah- langkah perbaikan pada siklus berikut.

3. Analisa dokumen

Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen dokumen : data hasil

pengamatan , data hasil wawancara serta yang digali dari empat sumber yaitu : peristiwa /

kegiatann , pelaku peristiwa , tempat dokumen atau artifak terhadap guru dan siswa juga

dari catatan lapangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya penangana

permasalahan belajar siswa . tujuanya adalah untukm melengkapi informasi yang telaj

diperoleh melalui pengamatan wawancara.

Indikator kinerja penelitian terhadap tindakan kelas bimbingan konseling , berupa :

25
 Permasalah siswa dapat teratasi

 Bangkitnya semanggat siswa untuk belajar

 Partisipasi siswa dalam belajar meningkat

 Peningkatan prstasi dalam belajar siswa

 Peningkatan kempuan guru membimbing siswa

Peneliti melakukan persiapan wal mulai tanggal jumat, 9 agustus 2013 meliputi

kegiatan:mengadakan kontak awal dan kesepakatan dengan responden ,guna membangun

mempertahankan kepercayaan , serta memilih informasi (sugiharto, 2005 :43 ).

Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang digunakan mengunakan tahapan

tahan penelitian tinfakan kelas yang terdiri dari tiga siklus , masing masing siklus terdiri

dari emoat tahaoan , yaitu : perecnaan, implementasi observasi evaluasi , dan refleksi .

(jadwal penelitian terlampir )

1. Perencanaan
Mendiagnosis permasalahn belajar siswa , penyebabnya dan dirumuskan

implementasi penangganaynya termasuk dalam perencaan langkah-langkah bimbingan

konseling mengunakan konselig eklektiif dengan perilaku attending : analisa data tentang

klien , diagnosi masalah diagnosi maslah prognosis atau prediksi tentang perkembangan

maslaha selanjutnya, pemecahan maslaha, dan tindak lanjut peninjauan peninjauan hasil

hasil konseling begitu juga perencanaan pembentukan bimbingan individual terhadap tiga

orang siswa berdasarkan permasalahan yang sama ( kebiasanaan buruk dalam belajar ,

berbicara kotor , dan bersyukur) serta merencanakan instrument pengamatan dan

wawancara.

26
2. Implementasi

Pada implemantas guru menyusun pelaksanaan bimbingan konseling mengunakan

konseling eklektif dengan perilaku attending , guru mengamati permasalahan belajar

siswa yang terdiri dari tahapan :

3. Observasi dan evaluasi

Penelitian dan rekan guru brkolaborasi untuk melakukan pengamatamm, jalanya

bimbingan kelompok melalui teknik eklektif, peilaku attending, respon siswa , hasil

pengamatan dan wawancara.

4. Refleksi

Mendiskusiakan hsil pengamatan dan wawancara untuk perbaikan pada pelaksaan

siklus II : demikuian pula hasil oengamatan dan wawancara siklus II untuk perbaikan

pada siklus III.

D. Metode analisa data

Metode analisa data yang digiunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

model spandley, dalam pelaksaan analis data tidak dilakukan secara linier berurutan

setelah semua data yang terkumpul . dengan demikian terjadi proses interaksi antara

proses pengumplan . data dan analis data serta elemen elemen lain sepertipencatat data,

penulis laporan sementara, dan pengajuan pertanyaan penelitn. Interaki berbagai elemen

tersebut membentuk pola siklikal. Selanjutnya data data yang diperoleh dari siklus ! , II ,

dan III dibandiingkan kemudian di ungkapkan dalam bentuk kata kata. Penjelasan

perbandingan sebgai bentuk fenomena yang dapat digunakan untuk membandingkan

,tolak ukur dan merefleksi penelitian dan guru selaku konselor atas kelemahan yang

27
terekam. Selanjutnya data disajikan , berupa table yang memuat secara nominal dan dapat

ditentukanya kemudian di deskirpsikan kearah kecenderungan tindakan guru selaku

konselor dan sekasinya dalam bentuk partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar

menunjukan semanggat , berpartisipasi aktif, bekerja sama , berani bertanya , tidak

berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membukadiri, berterus terang, ceria

, gembira, menerimanasehat, dn merencakan tindakan . selanjutnta dalam penelitian

tindakan kelas ini mengunakan strategi untk meningkatkan validasi, yaitu :

 Pengumpulan data relative cukup lama guna memungkinakan analisa dan

melengkapi data secara berangsur angsuragar memungkinkan ada keseuaian antara

taman dan kenyataan.

 Penerapan multi meted guna memungkinkan paduann beberapa teknik pengumpulan

seperti : wawancara,observasi studi documenter dan sumber (kepalas ekolah, guru,

siswa )hanya pengumpulan dan analis data (triangulasi)

 Pencatatan secara lengkap dan detail baik situasi maupun orang

 Bahasa partisipan kata demi kata mendapat rumusan dan kutipan yang rinci

 Pengunaan catatan cataan dari partisipasi bebrbentuk catatan anekdot untuk

melengkapi

 Pengecekan data oleh semua anggota selama pengumpulan dan analisa data

 Data deskriftif yang dikumpulkan peneliti dan guru merupakan hasil kaloborasi tim

 Review partisipan : bertanya kepada partisipan untuk meriview data, melakukan

sintesis semua hasil wawancara dan observasi

 Mencari, mencatat, menganalisa melapor data dan kasus kasus negative atau yang

berbeda dengan pola yang ada.

28
Bahkan untuk meningkatkan refleksitas dalam pengumpulan data, peneliti

mengabungkan cara ; 1) memilih tema yang dapat membantu mempermudah analis dan

interprestasi data, 2) membuat cattan harian yang memuat tanggal,jam tempat,orang dan

kegiatan , perubahan perubahan data dan validitas data, 4) catatan pertentangan etika,

keputusan Tindakan dalam jurnal lapangan, 5) Teknik pengelolaan pencatatan,

pengkodean data, pengelompokan, 6) Melakukan kegiatan konfirmasi formal seperti,

keompok utama, wawancara,7) Melakukan kritik dari dengan mengajukan pertanyaan

tentang peranan dan kegiatan Dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas tersebut.

E. Cara Pengambilan Kesimpulan

Hasil pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti Guru selaku konselor

melalui ketekunan pengamatan perpanjangan dan guru selaku konselor melalui Melalui

ketekunan pengamatan perpanjangan keikutsertaan peneliti triangulasi dan review

informan sebagai kunci dalam penelitian tindakan kelas siklus I, II, dan III Selanjutnya

dipergunakan peneliti dan guru untuk mengisi keputusan. Teknik efektif dan perilaku

attending dinyatakan efektif dalam menangani dan mengentaskan permasalahan siswa

manakala data hasil observasi kegiatan guru dan data hasil observasi kepribadian siswa

yang merekam dalam tabel menunjukkan rata-rata > 60 % Dan data hasil wawancara

menunjukkan respon positif dan cocok dengan kajian pustaka.

Perilaku attending terbukti efektif apabila dalam kegiatan tindakan kelas ini

permasalahan siswa dapat diatasi siswa bersemangat, berpartisipasi aktif bekerja sama,

berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka

diri, berterus terang, ceria, gembira, menerima nasehat, dan merencanakan tindakan.

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Peneliti selaku konselor menyusun perencanaan penelitian tindakan kelas dalam

bimbingan konseling individual terhadap 3 orang siswa yang mempunyai kesamaan

permasalahan belajar melalui teknik eklektif dan perilaku attending.

Identifikasi Masalah Tahap Kerja Penyebab Keputusan Bertindak


Usaha
Pemecahan/ Mengatasi
Masalah
1 2 3

Berbicara Kotor / senonoh Kurang Keteladanan dan Pengendalian diri sebagai


,Bertengkar perhatian dari orang tua tindak lanjut agar siswa
tidak berbicara, memberi
tugas dan berdoa

a. Siklus I

Siklus I terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi,

dan refleksi.

1. Perencanaan

 Mendiagnosis permasalahan belajar siswa penyebab permasalahan dirumuskan.

 Guru menyampaikan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan

tahapan-tahapan atau langkah-langkah teknik eklektif dan perilaku attending.

 Guru/konselor menganalisa data tentang Klien.

 Guru konselor melakukan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan

kelemahan-kelemahan klien.

30
 Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah

selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut, dan peninjauan hasil-hasil

konseling.

 Merancang instrumen pengamatan dan wawancara.

2. Implementasi

Bimbingan dilaksanakan di rumah guru menggunakan pendekatan eklektik dan

perilaku attending peneliti mengamati permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :

A. Tahap awal.

Konselor mengajak klien x,y, dan z untuk mendefinisikan masalah, bimbingan

konseling dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar; yaitu pukul 11:00 guru selaku

konselor mengajarkan tiga orang siswa yang bermasalah sama ke ruang guru. Satu per

satu klien dipanggil, mereka duduk berhadapan dengan guru/konselor.

B. Tahap pertengahan

Konselor langsung menuju ke permasalahan mereka : Yaitu tentang perkataan

tidak senonoh. Secara bergantian konselor menanyai klien ; dimulai dari X, Y, dan Z.

C. Tahap Akhir

3. Observasi dan evaluasi

Penelitian dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan,

mengamati jalannya bimbingan kelompok dan konseling eklektik dengan perilaku

attending menilai respon siswa, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan

wawancara.

31
4. Refleksi

Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan

siklus I yang belum menunjukkan perkembangan, maka peneliti dan konselor bersepakat

untuk mengadakan perencanaan perbaikan kegiatan konseling pelaksanaan siklus II.

b. SIklus II

1. Perencanaan

 Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab permasalahan

dirumuskan.

 Guru menanyakan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan

tahapan-tahapan atau langkah-langkah eklektif attending.

 Guru konselor menganalisa data klien.

 Guru kelas 8 H melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan

dan kelemahan-kelemahan.

 Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah

selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil.

Merancang instrumen pengamatan dan wawancara.

2. Implementasi

Pada implementasi guru kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan

konseling mengadakan pendekatan eklektik attending di ruang guru, selanjutnya

peneliti mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :

32
a. Tahapan Awal

Tindakan 1

Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien laut dengan

wajah yang menunjukkan keramahan.

Tindakan 2

Dalam siklus II konselor melakukan kegiatan attending cukup baik kepala

mengangguk jika setuju dan konsul melakukan kontak pandang dengan

siswa/klien. Ekspresi wajah guru konselor senang ceria tersenyum posisi

tubuh konselor condong kearah klien, konselor mendengarkan penjelasan

dari siswa yang cukup perhatian sabar menunggu penjelasan klien.

Tindakan 3

Empati konselor (berusaha ikut merasakan apa yang akan kelahiran).

Tindakan 4

Konselor meminta klien untuk menjelaskan lebih lanjut tentang perasaan X

Berupa pertanyaan terbuka.

Tindakan 5

Karena klien masih diam saja mencoba untuk merefleksikan memantulkan

kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien

Tindakan 6

Konselor menggali perasaan,pengalaman dan pikiran klien karena

kebanyakan menutup menyimpan rahasia tidak mau Bahkan tidak dapat

berterus terang.

33
b. Tahap Pertengahan.

Konselor belajar dengan definisi masalah bersama-sama klien; tujuan untuk

mengolah menelaaah klien yang sudah didefinisikan maka konselor

melakukan :

Tindakan I

Guru selaku konselor bertindak sebagai Leading memimpin agar klien tidak

melantur.

Tindakan 2

Konselor melaksanakan peraphasing/ menangkap pesan utama/ fokus klien

konselor mengatakan inti pesan utama klien yang berbelit-belit.

Tindakan 3

Konselor melakukan directing/ mengarahkan agar client bermain peran;

berbuat sesuatu menghayal sebagaimana kejadian yang dibutuhkan kepada

konselor.

Tindakan 4

Konselor mencoba menaksir keinginan X.

Tindakan 5

Konselor membantu klien untuk memperjelas perubahan sikap yang mestinya

mereka lakukan.

Tindakan 6

Saat klien mengatakan hal yang tidak sama dengan rasa, sorot mata,

kegelisahan yang bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka konselor

mengadakan.

34
Tindakan 7

Guru selaku konselor mengadakan minimal Encourgment atau memberikan

dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan clien.

Tindakan 8

Konselor memberikan informasi merencanakan tindakan selanjutnya.

Tindakan 9

Konselor Memberikan manfaat.

Tindakan 10

Konselor Memberikan manfaat pada klien untuk feedback mengambil kilas

balik dari hal-hal yg telah dibicarakan.

c. Tahap akhir / tahap action

Tindakan I

saling menyampaikan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas

diskusi memperjelas fokus pada wawancara konseling.

Tindakan 2

Konselor lalu mendorong klien untuk mengatakan hal yang sebenarnya

melalui attending yang baik.

Tindakan 3

Menjelang akhir konseling konselor membantu untuk merencanakan/

memprogram untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan

dirinya.

Tindakan 4

Menilai/evaluasi (Bagaimanakah perasaan Anda sekarang ?)

35
Tindakan 5

Mengakhiri proses konseling.

c. Siklus III

1. Perencanaan

 Konselor dan peneliti mengenai permasalahan siswa penyebab permasalahan

dirumuskan.

 Guru-guru upayakan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan

tahapan-tahapan langkah-langkah attending.

 Guru kelas 8 H melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan kekuatan

dan kelemahan kelemahan client.

 Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah

selanjutnya pemecahan masalah tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil

konseling.

2. Implementasi

Pada prinsipnya siklus III seperti siklus II ; konselor lebih mengoptimalkan

penanganan masalah Melalui teknik eklektif dan perilaku attending: Tahap awal, tahap

pertengahan dan tahap akhir; yaitu konselor bertanya untuk membuka percakapan

dengan raut wajah yang menunjukkan keramahan, penampilan gue juga baik; kepala

mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan siswa cukup

santai , tenang dan ramah. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, tangan

digerakkan sesuai kebutuhan untuk lebih meyakinkan klien konselor berusaha ikut

merasakan apa yang dirasakan klien hingga X, Y dan Z terbuka untuk mengemukakan

36
isi hatinya. juga kesedihannya konselor memuji ide X, guru selaku konselor

mengadakan minimal enforcement atau memberikan dorongan langsung terhadap apa

apa yang dikatakan klien konselor memberi kesempatan pada kain untuk feedback

mengambil alih balik dari hal-hal yang apa yang telah dibicarakan.

3. Observasi dan Evaluasi

Peneliti dan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan, mengamati

syarat Individual dan eklektif serta menilai respon siswa, melakukan pemantauan hasil

pengamatan dan wawancara.

4. Refleksi

Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan

siklus III, telah menunjukkan perkembangan maka peneliti atau konselor sepakat

untuk menganalisa data dan menyusun laporan Berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara.

B. Pembahasan Per siklus

Siklus I

Siklus 1 terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, implementasi, observasi, evaluasi,

refleksi.

1. Perencanaan

 Mendiagnosis permasalahan belajar siswa penyebab permasalahan dirumuskan.

 Guru mengupayakan penanganan permasalahan belajar siswa menggunakan

tahap-tahap atau langkah-langkah teknik eklektif dan perilaku attending.

37
 Guru konselor menganalisis data tentang klien.

 Guru kelas 8 H melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan

klien.

 Diagnosis masalah prognosis adalah tentang perkembangan masalah dan

pemecahan masalah tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.

 Merancang instrumen pengamatan dan wawancara.

2. Implementasi

Pada saat implementasi konselor melaksanakan bimbingan konseling

menggunakan pendekatan konseling eklektik dengan perilaku attending peneliti

mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :

a. Tahap Awal (10menit)

Konselor mengajak klien X,Y,dan Z untuk mendefinisikan masalah bimbingan

konseling dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar, yaitu pukul 11:00

selaku konselor mengajak tiga orang siswa yang bermasalah sama ke ruang guru.

Satu persatu dipanggil mereka duduk berhadapan dengan guru/konselor guru

menyapa kliennya dengan raut wajah yang kaku, dan jengkel mereka berkata yang

kurang senonoh sambil menundukkan kepala klien membalas sapaan gurunya.

b. Tahap Pertengahan (45menit)

Konselor langsung menuju ke permasalahan yaitu; berkata tidak senonoh,

konselor berbicara sambil melemparkan para siswa Guru menanyai terus-menerus

X, Y, dan Z konselor sama sekali tidak memberi kesempatan X, Y, dan Z untuk

menjawab dengan pertanyaan serupa ditampar raut wajah yang kaku tegang agak

marah dan suara agak keras terkesan mengadili kompak sekali lain hanya

38
menjawab iya dan tidak saja sehingga keterangan belum banyak diperoleh pada

saat pertengahan konselor kemudian berpesan bahwa anak sekolah tidak boleh

berbicara kotor dan bertengkar dengan siapa saja serta hal ini tidak boleh di ulangi

lagi. Guru menekankan sanksi bahwa apabila perbuatan ini diulang lagi, maka

mereka akan dikeluarkan dari sekolah. guru meminta siswa untuk berjanji tidak

mengulangi lagi kejadian di atas dan segera meminta maaf, dan bersalaman

kepada teman siswa satu persatu maju untuk mengucapkan janji tidak mengulangi

lagi perbuatannya minta maaf.

c. Tahap (5menit)

Konselor mengingatkan sekali lagi kotor dan bertengkar dengan siapa saja hal ini

tidak boleh diulangi lagi guru menekankan bahwa apabila perbuatan itu diulangi

lagi akan dikeluarkan dari sekolah guru meminta siswa untuk berjanji tidak

mengulangi lagi kejadian di atas kemudian konselor mengatakan bahwa besok

siang pukul 11.00 agar datang ke sekolah dan guru berpesan agar mereka

berpamitan kepada orang tua guru mengatakan bahwa siswa boleh keluar

mengambil objek dan masukan untuk belajar bersama siswa lain.

3. Observasi dan Evaluasi

Peneliti dan sekali berkolaborasi melakukan pengamatan mengamati

jalannya penting kelompok konseling eklektif dengan perilaku attending; menilai

respon siswa melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.

4. Refleksi

Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara berdasarkan siklus 1

belum perkembangan maka peneliti dan konselor sepakat untuk mengadakan

39
perencanaan perbaikan guna kegiatan bimbingan konseling Pada pelaksanaan

siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan

 Mendiagnosis permasalahan belajar siswa penyebab permasalahan

dirumuskan.

 Guru mengupayakan penanganan permasalahan be langkah konseling

efektif dalam perilaku attending belajar siswa menggunakan tahapan-

tahapan.

 Guru konselor menganalisis data tentang klien.

 Guru kelas melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan kekuatan

dan kelemahan klien.

 Diagnosis masalah prognosis atau preiksi tentang perkembangan masalah

selanjutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil

konseling.

 Merancang instrumen pengamatan dan wawancara.

2. Implementasi

Pada implementasi kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan konseling

menggunakan konseling elektik dengan perilaku attending peneliti mengamati

penanganan permasalahan belajar terdiri dari :

Tahap Awal (10menit)

40
Tindakan1 :

Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien raut wajah sudah

menunjukkan keramahan masih tampak agak kaku.

Tindakan 2 :

Dalam penampilan attending Penampilan guru tidak baik kepala mengangguk

jika setuju dengan siswa klien ekspresi wajah konselor tenang ceria tersenyum

posisi tubuh konselor belum condong ke arah klien konselor mendengarkan

penjelasan dari siswa dengan cukup perhatian sabar menunggu menunggu

penjelasan klien tetapi X ketika mau berkata jujur.

Tindakan 3

Empati konselor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien) belum

tampak karena pandangan konselor memandang tajam kepada sehingga X

sehingga X dalam menjawab tidak berani memandang konselor, client Belum

terbuka untuk mengemukakan isi hati dari lubuk hati yang paling dalam dan ia

belum mau mengemukakan penderitaanya.

Tindakan 4

Konselor meminta klien untuk menjelaskan tentang perasaan X berupa

pertanyaan terbuka (mengapa kamu sering brrbicara kotor) guru konseling

sudah diam sesaat untuk memberi kesempatan klien untuk menyampaikan

perasaan pikiran atau usul kepada guru. Namun klien masih diam saja(konselor

perlu bersikap santai, perlu kesabaran, diam sejenak, mungkin sambil menanyai

klien lainnya dahulu apabila klien belum mau berterus terang).

41
Tindakan 5

Karena kita masih diam saja maka konselor mencoba untuk merefleksikan

memantulkan kembali tentang perasaan, pikiran, pengalaman klien(nampaknya

Nanda merasa menyesal. Itu baik. benarkah demikian ? Itu berarti X sebenarnya

anak baik. Bisakah anda menemukan kejadian selengkapnya kepada ibu ?).

Tindakan 6

Konselor menggali perasaan pengalaman dan pikiran pikiran client karena

kebanyakan client tertutup menyimpan rahasia tidak mau Bahkan tidak dapat

terus terang (ibu yakin kamu dapat menjelaskan lebih jauh ide untuk mencapai

cita-cita menjadi polisi menjadi pemain sepak bola terkenal ?).

Tahap pertengahan (45 menit)

Konselor bekerja dengan definisi masalah sama-sama klien; tujuannya untuk

mengolah masalah klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan :

Tindakan 1

Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpin agar client tidak

melantur maka konselor memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan

konseling(menurut itu rencana yang kamu sampaikan baik sekali coba waktunya

perlu diatur lebih cepat supaya kegiatan belajar siswa Tetap berjalan lancar

sekaligus kamu dapat mengembangkan hobi bermain sepak bola").

Tindakan 2

Konselor melaksanakan peraphasing/ menangkap pesan utama fokus klien

konselor mengadakan inti pesan utama klien berbelit belit. Konselor menangkap

pesan X, rasa ketakutan karena dihadang X,Y,dan Z. Terangkanlah tentang dia

42
Apakah ada sesuatu yang perlu disampaikan Bagaimanakah perasaan anda saat

ini dapatkan anda kemukakan hal itu selanjutnya kepada ibu?".

Tindakan 3

Konselor melakukan directing/ mengarahkan agar klien bermain peran, berbuat

sesuatu, menghayal sesuatu Bagaimana kejadian yang dituturkan kepada

konselor.(apakah Nanda bisa menjelaskan secara apa adanya? Bagaimanakah

sikap, kata-kata X ketika mengancam ?)

Tindakan 4

Konselor mencoba menaksir keinginan X untuk membentuk grup sepak bola di

bawah pimpinannya, karena X mempunyai bakat sepak bola tendangannya kuat

sekali (nanda seolah-olah keinginan untuk mengajak teman-teman membentuk

sepak bola dan pelatih sepak bola Apakah demikian ?).

Tindakan 5

Konselor membantu klien untuk memperjelas perubahan sikap Semestinya

dapat dilakukan (nampaknya Nanda belum mengatakan yang sebenarnya.

Adakah yang Anda maksud diejek kemudian membalas ? Barangkali Anda

merasa menyesal, namun nasi sudah menjadi bubur. Yang sudah Berlalu biarlah

berlalu yang penting untuk hari esok marilah kita merencanakan kegiatan yang

lebih baik).

Tindakan 6

Saat klien mengatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot mata,

kegelisahan yang bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka konselor

43
mengadakan konfrontasi (nanda tidak ada masalah, kereta api Mengapa

nahdhah gelisah sekali?).

Tindakan 7

Guru selaku konselor mengadakan minimal encourgment atau memberikan

dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien.

Tindakan 8

Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan selanjutnya(tahukah Anda

isi tata tertib sekolah kita?).

Tindakan 9

Konselor memberi nasehat (nanda sudah cukup besar, apakah masih

memerlukan nasehat dari ibu?).

Tindakan 10

Konselor memberi kesempatan pada klien untuk pipi baik atau mengambil kilas

balik dari hal-hal yang telah dibicarakan.(setelah kita berbincang-bincang

setelah selama 10 menit, ibu harap nandas salah dapat bicarakan menyimpulkan

pembicaraan kita. Coba katakan apa sajakah yang dapat nanda simpulkan ?)

c. Tahap Akhir/Action

Tindakan 1

Konseling menyimpulkan hasil s secara bertahap guna meningkatkan kualitas

diskusi, menjelaskan fokus pada wawancara konseling (baiklah, ibu pikir Nanda

sudah mempunyai keputusan namun masih belum mantap. Cobalah Nanda

katakan. Ibu pasti mendengarkan!).

44
Tindakan 2

Konselor perlu mendorong klien untuk mengatakan hal yang sebenarnya

melalui attending yang baik ,(bolehkah Nanda berbicara kotor, bertengkar

dengan teman? Mengapa tidak boleh? Nampaknya, nanda masih ragu lagi

menyatakan hal itu tidak boleh?).

Tindakan 3

Menjelang akhir konseling, konselor membantu klien untuk merencanakan

memprogramkan action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya

(nah apakah tidak lebih baik Nanda mulai menyusun rencana baik berpedoman

hasil pembicaraan kita? Kalau begitu tindakan apa yang sebenarnya Anda

lakukan? Adakah usul yang ingin disampaikan kepada ayah, ibu, dan guru?)

Tindakan 4

Menilai atau evaluasi (bagaimanakah perasaan Anda sekarang?)

Tindakan 5

Mengakhiri proses konseling (jika tidak ada lagi yang disampaikan Apakah

dapat kita akhiri?)

3. Observasi dan Evaluasi

Penelitian dan rekan-rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan,

mengamati jalannya bimbingan konseling melalui pendekatan eklektik attending

serta menilai respon siswa, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan

wawancara.

45
4. Refleksi

Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara hasil pengamatan siklus 2

Belum menunjukkan perkembangan, maka peneliti dan guru atau konselor

sepakat untuk mengadakan perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan

bimbingan konseling Pada pelaksanaan siklus 3.

Siklus III

1. Perencanaan

 Konselor dan peneliti mendiagnosis kembali permasalahan belajar siswa

penyebab permasalahan dirumuskan.

 Guru mengupayakan pengamanan permasalahan belajar siswa

menggunakan tahap-tahap atau langkah-langkah konseling eklektif dengan

perilaku attending

 Guru atau konselor menganalisis data klien.

 Guru kelas IX melakukan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan

dan kelemahan-kelemahan klien

 Diagnosis masalah masalah prognosis atau prediksi perkembangan

masalah selanjutnya pemecahan masalah tindak lanjut dan peninjauan

hasil-hasil konseling.

2. Implementasi

Pada prinsipnya implementasi siklus tiga seperti Pada siklus dua, hanya

konselor lebih mengoptimalkan penanganan masalah melalui konseling eklektik

dan perilaku attending pada: Tahap-tahap awal, tahap pertengahan dan tahap

46
akhir: Yaitu konselor pada bertanya untuk membuka percakapan dengan raut

wajah yang menunjukkan keramahan, penampilan guru juga baik: Kepala

mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan cukup

santai, tenang, ceria dan ramah. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien,

tangan digerakkan sesuai kebutuhan untuk lebih meyakinkan klien. Konselor

mendengarkan penuh perhatian, dan kesabaran empati konselor berusaha untuk

merasakan apa yang dirasakan klien sehingga X,Y,dan Z terbuka untuk

mengemukakan isi hatinya, yoga kesedihannya. Konselor memuji ide x untuk

membentuk grup sepak bola, dan menasehati Belajar giat agar cita-cita kasih

menjadi polisi dapat tercapai. Guru selaku konselor mengadakan encouragement

atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien.Oh…

ya…, terus….lalu…an….kemudian….mmmh Konselor memberi kesempatan

kepada klien untuk feedback atau mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah

dibicarakan.

3. Observasi dan Evaluasi

Peneliti dan rekan rekan guru berkolaborasi untuk melakukan pengamatan,

mengamati jalannya bimbingan konseling melalui pendekatan eklektik attending

serta menilai respon siswa, melakukan pemantauan pengamatan dan wawancara.

4. Refleksi.

Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara berdasarkan hasil pengamatan

siklus 3, hasil telah menunjukkan perkembangan, maka peneliti dan konselor

sepakat untuk menganalisis data, dan menyusun laporan Berdasarkan hasil

pengamatan dan wawancara.

47
C. Proses Menganalisa Data

Berdasarkan tindakan siklus 1; belum memberikan hasil yang berati,

karena Guru selaku konselor pada aspek attending dan aspek afektif masih

berekspresi kaku. Muram dan marah. Saling konselor mengalihkan pandangan

terutama pada saat lain berbicara. Skor penilaian pada siklus 1 adalah 40 predikat

nilai kurang baik dalam konselor menangani belajar siswa. Guru atau konselor

dan peneliti sepakat akan mengadakan perubahan perencanaan dan pelaksanaan

tindakan kelas dalam pembimbingan dan konseling siswa.

Attending siklus 2; ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ceria.

Konselor sudah melakukan kontak pandang dengan klien., melakukan anggukan

kepala tanda setuju tetapi masih kaku, karena posisi kepala konselor tegakkan

kecondongan tubuh konselor belum nampak, gerakan tangan konselor belum

bermakna sesuai kebutuhan (konselor dapat mengusap kepala Selain sebagai

tanda sayang penuh perhatian) kesabaran mendengarkan perlu dipertahankan, dan

meninggikan suara konselor agar di akhir apabila klien dian atau tidak

memberikan respon terhadap pertanyaan guru atau konselor.

Hasil skor penilaian =50.00 karena itu guru atau konselor dan peneliti

sepakat mengadakan perbaikan lagi pada siklus siklus 3. Dengan mengoptimalkan

penghampiran klien secara tenang, rama , sabar ceria akrab penuh perhatian dan

kasih sayang akan membuat klien nyaman, aman, tenang, tersentuh dan dekat,

sehingga pada siklus 3 membuat hasil pengamatan menunjukkan perkembangan

yaitu 88,33 predikat pembimbing amat baik. secara lebih jelas gambaran hasil

48
perkembangan kegiatan guru dalam konseling teknik efektif dalam perilaku dapat

dilihat dalam gambar berikut ini :

Tabel 4.1

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1

NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian


3 2 1
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Penampilan guru saat attending baik ; kepala mengangguk jika 1


setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien

2 Ekpresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum. 1

3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, 1


duduk akrab berhadapan atau berdampingan
4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan 1
spontan berusaha arah sebagai isyarat menekankan ucapan.
5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian, 1
menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti saat
kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan
bicara/klien.
6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, 1
merasa dan berpikir bersama klien
7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk 1
mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua yang
dirasakan termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang perasaan, 1
pikiran, pengalaman klien

49
NO Tingkah Laku Yang Diamati Penilaian
3 2 1
9 Konselor melakukan directing/ mengarahkan agar klien 1
bersaing peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu sebagaiman
kejadian I yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphrasing/menangkap pesan utam
klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas 1
pemikiran, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien 1
13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien 2
14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragement atau 1
memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan
klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpinya, 2
agar tidak melantur, konselor memimpin arah pembicaraan
sehingga mencapai tujuan konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan klien 1
untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru
17 Konselor menyimpulkan sementara/ summarizing. Memberi 1
kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik dari
hal-hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna 1
meningkatkan kualitas diskusi memperjelas focus pada wartwan
konseling
19 Konselor member nasihat 2
20 Konselor member informasi, merencanakan tindakan 2
selanjutnya
JUMLAH 8 16
NILAI SCORE PEROLEHAN 24
Predikat = 24 : 60 x 100 = 43,33 Kurang

50
Tabel 4.2

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II

NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian


3 2 1
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Penampilan guru saat attending baik ; kepala mengangguk 1


jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan
siswa/klien
2 Ekpresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum. 1
3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak 2
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan 2
tangan/lengan spontan berusaha arah sebagai isyarat
menekankan ucapan.
5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian, 2
menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti
saat kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan
bicara/klien.
6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, 1
meraa dan berpikir bersama klien
7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka 2
untuk mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua
yang dirasakan termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang 2
perasaan, pikiran, pengalaman klien

51
NO Tingkah Laku Yang Diamati Penilaian
3 2 1
9 Konselor melakukan directing/ mengarahkan agar klien 2
bersaing peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu
sebagaiman kejadian I yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphrasing/menangkap pesan 2
utam klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas 1
pemikiran, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien 2
13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien 2
14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragement 1
atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang
dikatakan klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai 1
leading/memimpinya, agar tidak melantur, konselor
memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan
konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan 2
klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul
kepada guru
17 Konselor menyimpulkan sementara/ summarizing. Memberi 2
kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik
dari hal-hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna 1
meningkatkan kualitas diskusi memperjelas focus pada
wartwan konseling
19 Konselor member nasihat 2
20 Konselor member informasi, merencanakan tindakan 2
selanjutnya
JUMLAH 26 7
NILAI SCORE PEROLEHAN 33
Predikat = 24 : 60 x 100 = 55 Kurang

52
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus III
NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian
3 2 1
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Penampilan guru saat attending baik ; kepala mengangguk 2
jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan
siswa/klien
2 Ekpresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum. 2
3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak 3
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan
4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan 3
tangan/lengan spontan berusaha arah sebagai isyarat
menekankan ucapan.
5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian, 3
menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti
saat kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan
bicara/klien.
6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, 2
meraa dan berpikir bersama klien
7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka 3
untuk mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua
yang dirasakan termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi/memantulkan kembali tentang 3
perasaan, pikiran, pengalaman klien
NO Tingkah Laku Yang Diamati Penilaian
3 2 1
(1) (2) (3) (4) (5)
9 Konselor melakukan directing/ mengarahkan agar klien 3
bersaing peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu
sebagaiman kejadian I yang dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan paraphrasing/menangkap pesan 2
utam klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas 2
pemikiran, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien 3

13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien 3

53
14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragement 2
atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang
dikatakan klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai 2
leading/memimpinya, agar tidak melantur, konselor
memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan
konseling
16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan 3
klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul
kepada guru
17 Konselor menyimpulkan sementara/ summarizing. Memberi 3
kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik
dari hal-hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna 2
meningkatkan kualitas diskusi memperjelas focus pada
wartwan konseling
19 Konselor member nasihat 3

20 Konselor member informasi, merencanakan tindakan 3


selanjutnya
JUMLAH 39 15 -

NILAI SCORE PEROLEHAN 54

Predikat = 24 : 60 x 100 = 55 Amat Baik

Tabel 4.5
Perkembangan Kepribadian Siswa Kelas 8 H Yang Diminati

NO NAMA SISWA SIKLUS RATA- KET


I II III RATA
1 2 3 4 5 6 7
1 KS 25 25 50 33,33 Kurang
2 AR 25 25 50 33,33 Kurang
3 TT 42,5 75 85 67,50 Baik
JUMLAH 92,5 125 185 134,16
RATA-RATA 30,80 41,66 81,66 44,72

54
Tabel 4.6
Perkembangan Kegiatan Guru Dalam Bimbingan Konseling
Teknik Efektif dan Perilaku Attending Kelas 8 H
Semester Genap Tahun 2014/2015

NO NAMA SIKLUS RATA- KET


METODE I II III RATA
1 2 3 4 5 6 7
Teknik Efektif dan 40,00 50,00 88,33 59,44
Perilaku Attending

Predikat Kurang Kurang Amat


Baik

Demikian pula dengan hasil wawancara menunjukan respon yang positif, serta hasil

observasi Kepribadian Klien pada siklus I,II, dan III Diperolehkan Hasil 30,83 predikat

kurang baik sekali, Siklus II = 41,66 Predikat kurang dan pada siklus III = 61,66 Predikat

sedang/cukup baik. Bimbingan konseling terhadap tiga siswa X, Y dan Z yang bermasalah

tidak berhenti pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor

selaku guru kelas, juga peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantauterus

perkembangan perubahan tingkah laku klien agar klien lebih manatap bertindak positif.

D. Pembahasan Umum

Berdasarkan tindakan pada siklus I; belum memberikan hasil yang berarti karena

guru selaku konselor pada aspek attending dan pada spek Eklektif masih berekspresi kaku,

muram dan marah karena konselor sering mengalihkan pandangan, terutam klien berbicara.

55
Maka data pada score penilaian pada siklus I adalah 40,00 predikat nilai kurang baik dalam

konselor menangani permasalahan belajar siswa.

Attending siklus II, ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ceria, konselor

sudah melakukan kontak pandang terhadap klien, melakukan anggukan kepala tanda setuju,

menggeleng sebagai tanda setuju tetapi masih kaku,karena posisi kepala konselor tegak

juga kecondongan tubuh konselor belum bermakna sesuai kebutuhan( konselor dapat

mengusap kepala klien sebagai tanda kasih sayang penuh perhatian) kesabaran dengarkan

perlu dipertahankan, meningginya suara agar dihindari apabila klien diam memberikan

respon terhadap pertanyaan guru atau konselor score penilaian Pada siklus II = 50,00

Kemudian hasil siklus III melalui pengoptimalan klien secara tenang

,ramah,sabar,akrab,penuhperhatian,Dan kasih Sayang ; membuat klien merasa nyaman,

aman tenang tetsentuh dan dekat hingga Pada siklus III hasil pengamatan menunjukkan

perkembangan yaitu 88,33 predikat amat baik.

Berdasarkan data hasil observasi perkembangan kepribadian siswa pada siklus

I,II,Dan III menunjukkan perkembangan hasil yang meningkat pada siklus berikutnya yaitu

:30,80 ; 41,66 kemudian pada siklus III meningkat lagi menjadi 61,66 rata-rata kepribadian

siswa adalah 44,72; hal ini berarti penanganan penanganan bimbingan konseling dengan

menggunakan metode efektif menunjukkan keberhasilan penelitian tindakan kelas.

Berasarkan data-data yang didapat pada siklus I,II Dan III setelah dibandingkan

ungkapkan dalam bentuk kata-kata. Penjelasan perbandingan sebagai fenomena yang dapat

dipergunakan untuk membandingkan tolak ukur dan merefleksikan penelitian dan guru

selaku konselor atas kelemahan yang terekam, data yang disajikan, berupa tabel yang

memuat secara nominal dan setelah ditentukan nya deskripsi ke arah kecenderungan

56
tindakan guru selaku konselor dan reaksinya dalam bentuk partisipasi aktif,bekerja sama,

berani bertanya, tidak berbicara Kotor, tidak bertengkar berani berpendapat, membuka diri,

berterus terang, ceria, gembira,menerima nasehat, dan merencanakan tindakan.

E. Cara Pengambilan Kesimpulan

Hasil pengumpulan data, analisis data, pemeriksaan keabsahan data yang

diperoleh peneliti dan guru selaku konselor melalui ketekunan pengamanan, perpanjangan

keikutsertaan peneliti, triangulasi, dan reviem informan sebagai kunci (Moelong, 1995)

dalam penelitian tindakan kelas siklus I, II, III yang dipergunakan peneliti dan guru untuk

mengambil keputusan. Maka dari hasil analisis data ; Hasil Observasi Guru dan data hasil

Observasi Kepribadian Klien pada situs I, II, III diperoleh hasil 30,83 predikat kurang

sekali, siklus II =41,66 Predikat kurang dan pada siklus III = 61,66 Predikat sedang/cukup

baik. Bimbingan Konseling terhadap tiga siswa X, Y dan Z yang bermasalah tidak berhenti

pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru,

juga peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkembangan tingkah laku

klien agar klien lebih mantap untuk bertindak positif.

57
BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Setelah Penilitian Tindakan Kelas dilaksanakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Pendekatan Eklektif Attending merupakan langkah efektif untuk mengatasi

permasalahn siswa.

b. Pendekatan Eklektif Attending memberi kemudahan perubahan sikap pada

siswa yang bermasalah karena permasalahn belajar dapat diatasi melalui

komunikasi dengan bahasa anak sendiri.

c. Teknik Elektif dan Perilaku Attending layak dipergunakan dan dikembangkan

oleh guru, serta perlu diadakan penelitian lanjutan.

B. Saran

a) Peneliti mengajak rekan-rekan guru selaku pembimbing siswa.

b) Gunakanlah pendekatan Elektif Attending guna mengatasi permasalahn siswa

c) Tingkatan partisifasi siswa dalam peruses Belajar Mengajar melalui proses

motivasi guru kepada siswa secara selektif

d) Perlu pengembangan dan tindak lanjut penelitian tindakan kelas

58
Daftar Pustaka

Abin Syamsudin Makmun (2003). Pedoman StudiPsikologi Pendidikan. IKIP Bandung

Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo (2004). Belajar dan Menifestasinya. Bandung :

Rajawali

Depdiknas (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.

Jakarta : Depdiknas

H.M Arifin. (2003) Teori – Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta : PT Golden

Terayon Press.

Ketut Sukardi (1983). Dasar- Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Surabaya :

Usaha Nasional.

Nana Syaodih dan Moh. Surya (1998). Pengantar Psycologi. Bandung : FIP IKIP

Moh. Surya (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP IKIP Bandung.

Prayitno, dkk (1999). Dasar-Dasar bimbingan dan konseling. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Rhineka Cipta.

Sadirman, A.M (1998). Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar ; Pedoman Bagi Guru

Dan Calon Guru. Bandung : Rajawali

Suharjono (1995). Direktorat Pendidikan Guru dan Teknis. Jakarta : Dikdasmen

Sugiharto. (2005). Pendekatan dalam konseling (Makalah). Jakarta : PPPG

Sutopo (1996). Metode Pengumpulan data. Surabaya : Usaha Nasional

Wakiri H, dkk (1990). Materi Pokok Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. UT : PMAK

817 Karunia Jakarta.

Wilis, Sofyan, S (2004). Konseling Individual Teori dan Pra ktek. Jakarta : Alfa Beta

59
Lampiran 1

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

1 2 3 4

A Persiapan 9 hari

1. Penyusunan
Proposal
2. Penyusunan Instrumen untuk data 6 hari
pengamatan dan wawancara
3. Kontak Awal, minta ijin, 1 hari
mengadakan kesepakatan dengan
responden
B Pelaksanaan 1 hari

1. ` Pengumpulan data dan pencatata


data
2. Mengadakan Wawancara dengan
guru dan siswa
3. Menganalisis Data Dokumen atau 4 hari
artifak
Refleksi 2 hari
Perencanaan Tindakan Lanjutan refleksi
(persiapan pelaksanaan)
C Pelaksanaa Siklus 2 6 hari

D Pelaksanaan Siklus 3 6 hari

E Pelaksanaan Laporan 15 hari

Jumlah 51 hari

60
Lampiran 2
HASIL OBSERVASI KEGIATAN GURU SIKLUS I, II, DAN III
NO Tingkah Laku Yang di amati PENILAIAN
3 3 1
1 2 3 4 5
1 Penampilan Guru saat attending baik ; kepala mengangguk jika setuju
dan melakukan kontak pandang bdengan siswa atau klien
2 Ekspresi wajah guru atau konselor tenang , ceria,tersenyum
3 Posisi tubuh konselor agak condong kea rah klien , jarak dekat, duduk
akrab berhadapan, atau berdampingan
4 Tangan konselor bervriasi melakukan gerakan tangan atau lengan
spontan berusaha arah bagai isyarat menekakan ucapan
5 Konselor sabar mendengarkan , aktif, penuh perhatian menunggu
ucacapn klien sehingga selesai , dia, (menanti saat kesepakatan
bereaksi), perhatian terarah kepada lawan biacara atau klien
6 Empati konselor nikut merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berfikirbersama klien
7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk
mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua yang dirasakan
termasuk penderitaan
8 Konselor merefleksi atau memantulkan kembali tentang perasaan,
pikiran, pengalaman klien
9 Konselor melakukan directing atau menggarahkan agar klien bersaing
peran berbuat sesuatu, menghayal sesuatu sebgai mana kejadian yang
dituturkan kepada konselor
10 Konselor melaksanakan parafhasing atau menangkap pesan utama
klien , perasaan , prilaku dengan merujuk pada teori
11 Interprestasi atau upaya konselor untuk menggulas pemikiran,
perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori
12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien
13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien
14 Guru selaku konselor menggadakan minimal encourgment atau
memberikan dorongan langung terhadapa apa yg di katakan klien
15 Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpinya agar
tidak melantur , konselor memimoin arah pembicaraan sehingga
mencapai tujuan konseling
16 Guru atau konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan klien
untuk menyampaikan perasaan , pikiran atau usul pada guru
17 Konselor menyimpulkan sementara atau summarizing. Memberi
kesempatan pada klien untuk feed back atau menggambil balik dari hal
hal yang telah dibicarakan
18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna meningkatkan
kualitas diskusi, memperjelas focus pada wartawan konseling
19 Konselor memberi nasehat
20 Konselor meberi informasi, merencanakan tindakan selanjutnya

61
JUMLAH
NILAI SCORE PEROLEHAN
Predikat = ………. :60x100=40,00

62
Lampiran 3

HASIL OBSERVASI KEPRIBADIAN SISWA


NO NAMASISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH SIKLUS I
1 4 = Baik sekali
2 3 = Baik
3 2 = cukup
JUMLAH 1 = kurang
PREDIKAT Predikat
>75 = baik
60 = sedang
<60=kurang baik

NO NAMA SISWA Siklus II


1 4 = Baik sekali
2 3 = Baik
3 2 = cukup
JUMLAH 1 = kurang
PREDIKAT Predikat
>75 = baik
60 = sedang
<60=kurang baik

NO NAMA SISWA Siklus III


1 4 = Baik sekali
2 3 = Baik
2 = cukup
3 1 = kurang
JUMLAH Predikat
>75 = baik
PREDIKAT 60 = sedang
<60=kurang baik

Keterangan :
1. Tidak berbicara kotor
2. Tidak bertengkar
3. Membuka diri, berterus terang
4. Bekerja sama
5. Berani bertanya dan berpendapat
6. Berpartisipasi aktif
7. Berani berpendapata
8. Ceria, gembira
9. Menerima nasehat
10. Merencanakan tindakan

63
Lampiran 4

FORMAT WAWANCARA GURU

NO Pertanyaan Jawaban
1 2 3
1 Pengalaman yang mengesankan apa ketika ibu
membimbing di kelas ?
2 Berapa lamakah pengalaman ibu mengajar ?
3 Bagaimanakah upaya ibu dalam mengentaskan
permasalahan belajar siswa ?
4 Bagaimanakah pendapat ibu tentang penerapan
bimbingan konseling teknik eklektif yang ibu pilih untuk
mengatasi permasalahan belajar siswa ?
5 Bagaimakaha perasaan ibu saat ada siswa yang
melanggar tata tertib / peraturan sekolah ?
6 Bagaimanakah perasaan ibu apabila ada siswa yang
melanggar tata tertib/peraturan sekolah secara berulang
ulang
7 Mengapa pendekatan konseling direktif yg ibu pilih
untuk mengatasi permasalahan belajar siswa ?
8 Bagaimanakah pendapat ibu tentang bimbingan
individual terhadap siswa smp
9 Apabila ada kesulitan, siapakah yg dapat membantu ibu
dalam memecsahkan atau penyelesaian masalah
10 bagaimanakah upaya Ibu agar terjalin multi interaksi
dalam bimbingan konseling ?
11 Bagaimanakah cara ibu memotivasi siswa agar tumbuh
semangat dalam PBM ?
12 Bagaimanakah pendapat ibu tentang attending konselor
yang baik ?
13 Apakah pendapat ibu tentang program perbaikan,
pengayaan dan bagaimanakah wujudnya ?
14 Apakah harapan ibu siswa, guru, orang tua ada
peningkatan mutu pendidikan, serta pelayanan
pendidikan ?

64
LAMPIRAN 5
FORMAT WAWANCARA SISWA

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Selamat siang Silahkan duduk ! Nampaknya ada sesuatu yang
terjadi Benarkah demikian ?
2 Bisakah Nanda Jelaskan kepada Ibu perasaan bingung, gelisah dan
takut Nanda itu ?
3 Ibu terkesan Dengan perasaan sedihmu, namun ibu pengaruh
perasaan tersebut terhadap belajarmu ?
4 Ibu yakin dapat menjelaskan lebih jauh tentang hobi cita-cita
tersebut. Pendapatmu tentang hal itu baik sekali. Dah kau Uraikan
lebih lengkap ?
5 Nampaknya nanda Belum mengatakan yang sebenarnya
barangkali Nanda menyesal. Hal itu rupanya seperti nasi sudah
menjadi. Apa yang Anda maksudkan diejek kemudian membalas ?
6 Ibu takut dan sedih kejadian yang menimpa Nanda. Bisakah
Nanda mengemukakan kejadian selengkapnya ?
7 Bisakah Nanda mencobakan ibu Bagaimanakah sikap, kata-kata X
ngancam mata ?
8 Adakah yang anda maksudkan mengancam ? Nampaknya yang
anda katakan adalah mengancam teman ? Nampaknya Nanda
masih ragu menyatakan mengancam dan menendang teman ?
9 X, Y ,Dan Z telah membuat Nanda, terangkan lah tentang dia ?
10 Anda mengatakan tidak ada masalah, tetapi Mengapa Nanda
gelisah ?
11 Apakah ada sesuatu yang ingin disampaikan ? Bagaimanakah
perasaan anda saat itu?dpatkah nanda Mengemukakan hal itu ?
12 Apakah Anda bisa menjelaskan secara apa adanya ?
13 Bagaimanakah Ide nanda ?
14 Dapatkah kau uraikan lebih lengkap ?
15 Nanda perlu tekun belajar agar naik kelas dengan nilai yang
mantap. Bagaimanakah upayamu agar nilai yang mantap.
Bagaimanakah uoayamu agar upaya tersebut berhasil maksimal ?
16 Nanda sudah cukup besar , apakah masih memerlukan nasehat dari
ibu ?
17 Baiklah ibu berfikir nanda sudah mempunyai atau keputusan
namun masih belum mantap dikeluarkan .cobalah nanda katakana.
ibu pasti akan mendengarkan?
18 Adakah usul yang ingin disampaikan kepada ayah atau ibu ?
19 Bagaimanakah perasaan nanda sekarang ?
20 Kalau begitu tindakan apakah yang sebaiknya nanda lakukan ?

65

Anda mungkin juga menyukai