Anda di halaman 1dari 36

PENGGUNAAN TEKNIK ASSOSIASI BEBAS DAN PLAY

THERAPY DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK


MEMBANTU MENGENTASKAN MASALAH SISWA KELAS
7-G SMP 15 YOGYAKARTA
PENELITIAN TINDAKAN
FINALIS INOVASI PENDIDIKAN 2010

DISUSUN OLEH:
NURBOWO BUDI UTOMO, SPd
NIP. 19700719 199601 1 001
BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
DINAS PENDIDIKAN YOGYAKARTA
SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA
JALAN TEGAL LEMPUYANGAN NO 61 TELP.0274-512912
YOGYAKARTA
2010

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang Bertanda tangan di bawah ini Kepala SMP 15 Yogyakarta mengesahkan

laporan Penelitian Tindakan Kelas yang disusun oleh:

N a m a : NURBOWO BUDI UTOMO SPd

N I P : 19700719 198601 1 001

Pangkat/Gol : Pembina, IV/a

Unit kerja : SMPN 15 Yogyakarta

Jenis Guru : Guru Pembimbing (Bimbingan dan Konseling)

Judul Pengembangan : Penggunaan Teknik Assosiasi Bebas dan Play

Therapy dalam Konseling Kelompok untuk

Membantu Mengentaskan Masalah Siswa kelas

7-G

SMP 15 Yogyakarta

Yogyakarta, 26 Juni 2010

Kepala SMP 15 Yogyakarta

Drs. Sukirno, SH

NIP. 19580403 198003 1 011

Ii

2
KATA PENGANTAR

Mensyukuri nikmat Allah SWT akan lebih bermakna kalau diwujudkan


dalam bentuk sebuah tindakan yang bermanfaat bagi umat manusia. Maka
dalam rangka mensyukuri nikmat tersebut penulis mencoba melakukan
Penelitian Tindakan kelas dengan harapan dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Penelitian Tindakan Kelas ini bisa terwujud berkat adanya bantuan dari
Banyak pihak maka tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada
1. Drs. Sukirno, SH, Kepala Sekolah SMP 15 Yogyakarta
2. Bapak dan Ibu Konselor SMP 15 Yogyakarta
3. Siswa kelas 7-G SMP 15 Yogyakarta.
Serta piha-pihak lain yang turut membantu.
Selanjutnya penulis menyadari masih banyak kekurangan, kekeliruan dan
kelemahan sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan, demi
adanya perbaikan-perbaikan lebih lanjut.
Akhirnya Penulis berharap apa yang disampaikan disini bisa bermanfaat
bagi orang banyak khususnya guru, siswa, dan para praktisi pendidikan serta
semoga dapat memberikan sumbangan dalam membuat inovasi dibidang
pendidikan.
Yogyakarta, Juni 2010
Penulis.

NURBOWO BUDI UTOMO,SPd


Nip. 19700719 199601 1 001

vi

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................. iii
IDENTITAS PESERTA ........................................................ iv
ABSTRAK ........................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Perumusan Masalah ............................................. 2
C.Tujuan Penelitian ............................................. 2
D. Manfaat Penelitian ............................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI ............................................. 3
A. Kajian Teoritik ............................................. 3
1. Assosiasi Bebas ............................................. 3
2. Play Therapi ............................................. 3
3. Konseling Kelompok ............................................. 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 6
A. Setting .................................. 6
1. Tempat dan Waktu .................................. 6
2. Subyek Penelitian .................................. 6
B. Pendekatan Penelitian .................................. 6
C. Teknik Pengumpulan Data .................................. 6
D. Teknik Analisis Data .................................. 6
E. Indikator keberhasilan .................................. 6
BAB IV INOVASI PEMBELAJARAN ................................. 7
A. Inovasi yang dilakukan dalam layanan bimbingan konseling .... 7
B. Pembahasan .................................. 11
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 14
A. Kesimpulan ......................................................... 14
B. Saran ............................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 15
LAMPIRAN
Vii

4
DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto-foto Kegiatan
2. Daftar Hadir Siswa
3. Contoh lembar Evaluasi
4. Contoh lembar Observasi
5. Contoh Lembar Monitoring
6. Hasil Assesment dengan DCM
7. Tabel Reduksi data
8. Surat rekomendasi/ Surat Ijin penelitian dari Kepalasekolah

viii

5
ABSTRAK

Pendidikan yang bermakna bukan pendidikan yang bisa mengantarkan


siswa mendapatkan nilai ujian nasional yang tinggi melainkan pendidikan yang
bisa memfasilitasi perkembangan kepribadian siswa seutuhnya.
Pengamatan dilapangan dengan instrumen DCM banyak ditemukan
siswa yang mengalami masalah kepribadian, sehingga guru
pembimbing/Konselor harus membantu memecahkan masalah siswa.
Sebagaimana seorang dokter yang akan melakukan pembedahan
(operasi) maka dokter akan melakukan serangkaian diagnosa, treatment
sebelum melakukan pembedahan. Maka peneliti/konselor pun untuk membantu
memecahkan masalah siswa juga melakukan diagnosa dengan menggunakan
teknik ”assosiasi bebas”, melakukan treatment dengan ”play Therapy” baru
melakukan pemecahan masalah melalui ”konseling kelompok”.
Konseling kelompok adalah ”Layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok. Sedangkan Assosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk
mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang. Assosiasi
bebas dalam penelitian ini dilakukan secara tertulis. Selanjutnya yang di maksud
dengan play therapy adalah terapi bermain untuk membantu anak yang memiliki
masalah emosional, kecemasan karena stress, tekanan atau depresi.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan kelas
(PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan subyek penelitian siswa kelas 7 G SMP
15 yogyakarta dan waktu penelitian Februari-juni 2010.Dimana teknik analisis
datanya menggunakan pendekatan kualitatif(Milles dan Huberman) yang meliputi
Koleksi data,reduksi data,pemaparan data,triangulasi, dan penarikan kesimpun
Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Teknik
assosiasi bebas membantu memudahkan siswa mengungkap masalah,masalah
yang berhasil dihimpun oleh konselor melalui teknik assosiasi bebas yaitu, takut
tidak naik kelas, dimarahi orang tua, takut pada guru, tidak mengerjakan
tugas,tidak bisa konsentrasi dan dikompas teman. 2. Melalui kegiatan play
therapy siswa menjadi senang,akrab, tidak canggung. Play therapy dilakukan
sebelum, selama dan sesudah konseling kelompok. Jenis play therapy yang
digunakan antara lain membuat menara, estafet bola,-korek api,-kacang atom,
kucing mengejar tikus, kata berkait, tebak kata, strip three dll. 3. Pelaksanaak
konseling kelompok pada siklus I masih ada siswa yg kurang komunikatif, dan
ada siswa yang sudah menjalankan keputusan konseling tetapi masalah tidak
selesai, ada yang belum menjalankan keputusan konseling dan ada yang
menjalankan keputusan konseling dimana masalah terselesaikan tetapi timbul
masalah baru, sehingga dalam konseling kelompok siklus II konselor melakukan
mediasi dengan pihak penyebab masalah dan menggunakan teknik “Kursi
Kosong” sehingga dalam konseling kelompok siklus II ssemua siswa sudah
komunikatif dan masalah terselesaikan.
Akhirnya dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik
assosiasi bebas dan play therapy dalam konseling kelompok dapat membantu
mengentaskan masalah siswa.
Iii

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan ideal adalah pendidikan yang tidak hanya mengantarkan
siswa mendapatkan nilai ujian nasional tinggi melainkan pendidikan yang bisa
membentuk kepribadian siswa secara utuh.
Membentuk kepribadian anak adalah tanggung jawab setiap guru
termasuk Guru Pembimbing (Konselor), sehingga Guru pembimbing perlu
meningkatkan kepedulian terhadap masalah kepribadian siswa. Dewasa ini
banyak terjadi kasus gangguan kepribadian pada siswa seperti
kecemasan,ketakutan, rendah diri, malas,sebagai efek dari adanya ,hambatan,
tekanan, baik dari teman, orang tua,guru, dan lingkungan yang mengganggu
kehidupan efektif sehari-hari (KES-T).
Dari hasil pengamatan dilapangan dengan menggunakan daftar cek
masalah (DCM) ditemukan sejumlah siswa yang mengalami masalah yang bisa
menghambat perkembangan kepribadian siswa seperti perasaan takut, tertekan,
sedih, murung, marah, merasa tidak berdaya, malas, tidak bersemangat, dan
sebagainya dimana hal ini akan berpengaruh pada kegiatan belajarnya. Dalam
kaitanya dengan masalah-masalah itu , perlu diberikan layanan yang bisa
mengakomodir kepentingan sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama
seperti layanan konseling kelompok, karena layanan dengan pendekatan
kelompok dapat memberikan kesempatan pada masing-masing anggota
kelompok untuk memanfaatkan berbagai informasi, tanggapan dan reaksi timbal
balik dalam menyelesaikan masalah. Dalam pelaksanaan konseling kelompok
sering terjadi peserta didik (konseli) kesulitan dalam mengungkapkan masalah
hal ini dikarenakan kesulitan berbicara, tidak tahu bagaimana mengungkapkan
masalah sehingga siswa perlu dibantu dengan menggunakan metode assosiasi
bebas secara tertulis, dengan metode ini siswa diberi kesempatan untuk menulis
dulu apa yang ingin di ungkapkan sehingga bisa secara runtut menyampaikan
permasalahannya. Selanjutnya dalam pelaksanaan konseling kelompok sering di
jumpai suasana kaku, tegang, salah tingkah, grogi, atau terjadi kemacetan

7
komunikasi, hal ini menghambat pencapaian tujuan dalam konseling kelompok,
sehingga perlu diciptakan suasana menyenangkan, hangat, nyaman dengan
memberikan play therapy yang bisa menghidupkan dinamika kelompok dan
membantu pencapaian tujuan konseling kelompok yakni pengentasan masalah.
Jadi sebagaimana seorang dokter yang akan melakukan pembedahan maka dia
perlu melakukan diagnosa dan treatment baru melakukan pembedahan. Guru
pembimbing/konselor pun perlu melakukan diagnose dengan menggunakan
teknik assosiasi bebas kemudian melakukan treatment dengan play therapy baru
melakukan pemecahan masalah melalui konseling kelompok.
Berdasarkan uraian diatas perlu kiranya membantu memecahkan
masalah siswa melalui layanan konseling kelompok dengan teknik assosiasi
bebas dan play therapy.

B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian tindakan kelas ini di rumuskan sebagai berikut:
”Apakah dengan menggunakan metode assosiasi bebas dan play Therapi dalam
konseling kelompok dapat membantu mengentaskan masalah siswa?”

C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuaanya adalah: Membantu mengentaskan masalah
siswa melalui layanan konseling kelompok dengan menggunakan metode
asosiasi bebas dan play therapy.

D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan bisa memberikan manfaat
bagi banyak pihak, antara lain :
1. Manfaat teoritis , yakni mengembangkan layanan konseling kelompok yang
dikombinasikan dengan metode assosiasi bebas dan play therapy
2. Manfaat Praktis :
a. Bagi siswa, bisa ikut aktif dalam kegiatan konseling kelompok
b.Bagi Guru, bisa memberikan pelayanan konseling kelompok yang
aktif,kreatif, efektif dan menyenangkan
c.Bagi sekolah, bisa mengembangkan upaya pemecahan masalah siswa.

8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori
1. Assosiasi Bebas
Menurut Sigmund Freud sosiasi bebas adalah metode yang digunakan
untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun
terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan
permasalahan (.http://id.wikipedia.org/ wiki)
Menurut Kartini Kartono (2003:178), yang dimaksud dengan assosiasi
bebas (free Association) adalah :
a. Pelaporan segala sesuatu yang melintas dalam kesadaran tanpa
pengendalian.
b. Suatu teknik yang digunakan dalam psikoanalisa yang memberi
peluang bagi terapist untuk menjelahahi ketidaksadaran atau pikiran
bawah sadar pasien.
c. Pernyataan pemikiran-pemikiran tanpa dibatasi atau disensor dan
yang timbul secara spontan.
Menurut Sudarsono (1997:14), mengatakan bahwa teori assosiasi
bebas didasarkan pada pemikiran bahwa setiap keadaan mental dapat diperinci
menjadi unsur-unsur yang sederhana. Seorang siswa disekolah sering
menghadapi masalah yang sangat komplek dan sulit untuk mengutarakannya,
sehingga dengan metode asosiasi bebas ini masalah siswa yang komplek bisa di
tulis dengan cara yang sederhana
Atas dasar hal tersebut diatas penulis menggunakan metode asosiasi
bebas ini secara tertulis , dengan dasar pemikiran bahwa:
a. Siswa akan lebih mudah mengutarakan masalah secara tertulis.
b. Guru Pembimbing lebih mudah mendokumentasikan masalah
2. Play Therapy.
Play Therapy is the systematic use of a theoretical model to establish an
interpersonal process wherein play therapists use the therapeutic powers of play
to help clients prevent or resolve psychosocial challenges and achieve optimal

9
growth and development. A working definition might be a form of counseling or
psychotherapy that therapeutically engages the power of play to communicate
with and help people, especially children, to engender optimal integration and
individuation. (http://id.wikipedia.org/ wiki/ Virginia Axline)
Dari pendapat Virginia Axline diatas play therapy (terapi bermain)
didefinisikan sebagai penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk
memantapkan proses interpersonal dimana terapis menggunakan kekuatan
terapiutik bermain untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan
kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan
prestasi yang optimal. Play therapy ini sering digunakan dalam proses konseling
atau psikoterapi yang proses penyembuhan klienya dengan melibatkan kekuatan
bermain sebagai sarana berkomunikasi atau sarana membantu seseorang
khususnya anak, untuk melahirkan pribadi yang punya integritas optimal.
Menurut Firda Kurnia Widyasari kegunaan dari terapi bermain sendiri
adalah membantu anak yang memiliki masalah emosional, kecemasan karena
stress, tekanan atau depresi. Sehingga perasaan-perasaan tadi bisa berkurang
dan anak-anak diharapkan bisa mengatasi masalahnya sendiri. Seorang anak
yang mampu mengatasi permasalahan emosinya diharapkan menjadi individu
yang lebih percaya diri, tahu kelemahan dan kelebihan sehingga mereka siap
menghadapi tantangan di jamannya.(Media Indonesia.com, 12 Mei 2009).
Sedangkan menurut Virginia Axline kegunaan play therapy adalah :
a. Reduces anxiety about traumatic events in the child's life
b. Facilitates a child's expression of feelings
c. Promotes self-confidence and a sense of competence
d. Develops a sense of trust in self and others
e. Defines healthy boundaries
f. Creates or enhances healthy bonding in relationships
g. Enhances creativity and playfulness
h. Promotes appropriate behaviour
(http://id.wikipedia.org/ wiki/ Virginia Axline)

Dari pendapat diatas dapat di tarik pengertian bahwa kegunaan play


therapy antara lain:
a. Mengurangi kecemasan
b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan kepercayaan diri
d. Mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

10
e. Menciptakan dan meningkatkan hubungan yang sehat
f. Memacu kreatifitas
g. Membantu menyesuaikan perilaku
Dalam konseling kelompok metode play therapy dilaksanakan dalam 3
tahap yaitu:
a. Sebelum pelaksanaan konseling kelompok, tujuanya untuk membantu
membentuk dinamika kelompok, sehingga antar anggota kelompok
merasa akrab dan nyaman antara satu dengan yang lain. Jenis play
therapy yang digunakan adalah permainan yang bisa meningkatkan
kerjasama kelompok, sehingga bisa menciptakan dinamika kelompok
seperti : Membuat menara dari gelas plastik, estafet dengan sedotan
dan batang korek api, memindahkan kacang dengan sedotan, estafet
bola, kucing mengejar tikus, polisi mengejar pencuri.
b. Selama (dalam) proses konseling kelompok dengan tujuan sebagai
katalis, yakni membantu menciptakan suasana hangat dan
menyenangkan selama proses konseling kelompok sehingga konseli
terhindar dari suasanan kaku,tegang, canggung, nervous dan
sebagainya. Jenis play therapy yang digunakan adalah permainan
yang bisa dilakukan diruangan, mengurangi ketegangan, canggung
dan nervous, seperti : Strip Three, Kata berkait, nama berderet, pesan
berantai, tebak kata, kata konselor, Kuis.
c. Setelah proses konseling kelompok, dengan tujuan untuk relaksasi,
yakni mengendorkan urat saraf setelah melaksanankan serangkaian
proses konseling kelompok.
3. Konseling Kelompok
Dalam Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis
Kompetensi (2002 : 19) yang dimaksud dengan konseling kelompok adalah:
”Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan
dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui
dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-
masalah yang di alami oleh masing-masing anggota kelompok.”

Dari definisi di atas dapatlah ditarik pengertian mengenai


konselingkelompok sebagai berikut :

11
a. Konseling kelompok adalah bantuan, artinya kegiatan ini merupakan
bantuan dari konselor kepada konseli, sehingga konseli bisa
merasakan hal-hal positif seperti bebannya jadi ringan,punya
semangat dan memperoleh alternatif pemecahan masalah.
b. Konseling kelompok adalah kegiatan yang memanfaatkan dinamika
kelompok, artinya kegiatan ini dilaksanakan sekelompok konseli yang
bersedia melibatkan diri dalam pemecahan masalah.
c. Konseling kelompok bertujuan untuk pembahasan dan pengentasan
masalah konseli, artinya tujuan akhir dari rangkaian kegiatan
konseling kelompok adalah mengentaskan masalah
Konseling kelompok pada umumnya dilakukan melalui
empat tahap, yaitu tahap Pembentukan , tahap peralihan, tahap
pelaksanaan, kegiatan dan tahap pengakhiran ( Prayitno, 1995: 40).

Selanjutnya pendekatan yang digunakan dalam konseling adalah

pendekatan eklektif, yaitu pendekatan yeng menggabungkan beberapa

pendekatan yang ada (Pendekatan behavioriatik, pendekatan psikoanalisis)

untuk menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Adapun teknik-teknik konseling

yang digunakan meliputi attending,restartment, konfrontasi, positive

reinforcement, paraphrasing.

B. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : ”Melalui penggunaan

teknik assosiasi bebas dan play therapy dalam konseling kelompok dapat

membantu mengentaskan masalah siswa”

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukandi SMP 15 Yogyakarta yang beralamat di jalan


tegal lempuyangan nomor 61 yogyakarta 55211, Adapun waktu
penelitian dimulai Februari- Juni 2010

2. Subjek Penelitian

Subyek Penelitian adalah siswa kelas 7-G tahun pelajaran 2009/2010


yang berjumlah 36 siswa dengan 20 siswa laki-laki dan 16 siswa
perempuan, sedangkan sampelnya adalah siswa yang menurut hasil
assesment dengan daftar cek masalah (DCM) perlu mendapatkan
layanan konseling kelompok yakni berjumlah 8 orang di tambah 2 orang
sebagai teman sharing.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas,


yang terdiri dari 2 siklus atau lebih dan masing-masing siklus terdiri dari 4
kegiatan utama yaitu: Planning ( perencanaan) , Action (tindakan), observation
(observasi), Reflection Refleksi.

Adapun alur kerja Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc.
Taggart dalam Zainal Akib (2004 : 6) dapat di gambarkan dalam bagan berikut

Siclus I

Planning
Siclus II
Reflection Action
Replaning
Observation
Reflection Action

C. Rencana Tindakan Observation


1. Siklus I
a). Perencanaan tindakan siklus 1

13
b). Pelaksanaan rencana tindakan pada siklus I
c). Observasi dan monitoring
d). Analisa dan refleksi
2. Siklus II
a). Perencanaan tindakan siklus II
b). Pelaksanaan rencana tindakan pada siklus II berdasarkan hasil
refleksi siklus I.
c). Observasi dan monitoring
d). Analisa dan refleksi
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini Teknik atau metode yang digunakan adalah :
Observasi, wawancara konseling, pemberian tugas, kuesioner (angket), .

E. Teknik Analisis Data

Nani Sunarni mengutip pendapat Miles dan Huberman, 1984:20


menjelaskan bahwa analisis data dengan menggunakan pendekatan kualitatif
meliputi kegiatan seperti : koleksi data, kemudian reduksi data, pemaparan data,
triangulasi (teknik pemeriksaan dan keabsahan data) serta penarikan simpulan
yang dapat digambarkan seperti berikut :

Koleksi data Reduksi data

Pemaparan data Triangulasi

Penarikan simpulan

F. Indikator Keberhasilan

1. Peserta didik dapat mengungkapkan masalahnya secara sukarela melalui


teknik assosiasi bebas.

14
2. Peserta didik dapat mengurangai tekanan psikologisnya melalui kegiatan
play therapy
3. Peserta didik dapat terentaskan masalahnya kelalui layanan konseling
kelompok.

BAB IV
PEMBAHASAN

15
A. Hasil Penelitian

Sebelum Penelitian di mulai peneliti melakukan Assesment dengan


menggunakan daftar chek masalah ( 1 maret 2010) dimana dari instrument ini
dapat di simpulkan jika siswa mencapai skor 1-3 maka siswa hanya perlu
treatment, skor 4-5 siswa perlu konseling, dan skor lebih dari 5 perlu terapi. Hasil
assesment terhadap 36 siswa di temukan 7 siswa dengan skor lebih dari 5,
sehingga ke 7 siswa tersebut perlu mendapatkan layanan konseling kelompok
dengan play therapy. Dalam praktrik konseling kelompok perlu diikutkan siswa
yang tidak bermasalah sebagai teman sharing untuk itu dalam kegiatan ini di
tambah 3 siswa lagi yaitu ketua kelas dan teman yang disenangi di kelas
tersebut. Selanjutnya hasil assesment terhadap siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.1 : Hasil assesment dengan menggunakan DCM

NO KODE SISWA SKOR KETERANGAN


1 03/7-G/2009 5,13 Konseling dan play therapy
2 04/7-G/2009 5,33 Konseling dan play therapy
3 10/7-G/2009 2,13 Partisipant/treatment
4 12/7-G/2009 5,33 Konseling dan play therapy
5 17/7-G/2009 5,4 Konseling dan play therapy
6 23/7-G/2009 2,4 Partisipant / treatment
7 26/7-G/2009 5,86 Konseling dan play therapy
8 27/7-G/2009 7,28 Konseling dan play therapy
9 29/7-G/2009 5,66 Konseling dan play therapy
10 33/7-G/2009 10, 66 Konseling dan play therapy
Berdasarkan hasil assement selanjunya konselor melakukan penelitian
tindakan kelas, yang hasilnya dapat di lapokan sebagai berikut:
Siklus I
1. Perencanaan
a. Membuat kesepakatan dan komitmen dengan konseli/siswa
b. Menentukan jadwal konseling kelompok dan kegiatan pendukungnya
c. Menyiapkan lembar observasi
d. Menyiapkan lembar evaluasi
e. Menyiapkan instrument untuk play therapy
2. Pelaksanaan
a. Melakukan play therapy dengan permainan estafet korek api, estafet
kacang atom, dan membuat menara dari gelas. Dengan tujuan membentuk
dinamika kelompok sehingga antar anggota kelompok saling mengenal,

16
akrab,hangat nyaman satu sama lain.(9 maret 2010)
b. Menerapkan teknik assosiasi bebas dengan meminta konseli menulis
masalahnya, (12 maret 2010) kemudian mereka membacakan masalah
c. Konseling kelompok 1,(15 maret 2010) membahas masalah 2 orang siswa,
dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu pembentukan,peralihan,kegiatan dan
pengakhiran. Dimana setiap tahap di selingi dengan kegiatan play therapy.
d. Konseling kelompok 2, membahas masalah 3 orang (17 maret 2010)
e. Konseling kelompok 3, membahas masalah 2 orang.(19 maret 2010)
Hasil konseling 1,2,3, yang di lakukan untuk membantu memecahkan
masalah siswa dapat di lihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Konseling siklus 1

KODE SISWA MASALAH PEMECAHAN MASALAH


03/7-G/2009 Takut dengan salah 1) Berusaha tidak melakukan
satu guru karena pelanggaran lagi.
pernah dimarahi 2) Minta maaf pada guru yang
gara-gara berkata bersangkutan
dan berpakaian
tidak sopan serta
tidak mengerjakan
tugas
04/7-G/2009 Takut Tidak naik 1). Mengikuti pelajaran dan les dengan
kelas, karena ada 3 tertib
mata pelajaran yang 2) Mengerjakan tugas-tugas dari
di bawah KKM pada guru dengan baik.
semester 1 dan t 3) Belajar lebih giat lagi.
10/7-G/2009 Partisipasi dalam
memecahkan
masalah
12/7-G/2009 Sering bolos setiap 1) Menulis materi yang akan
hari kamis, takut disampaikan saat kultum.
pada pelajaran 2) Menghafalkan dan berlatih kultum
agama karena sendirian di kamar
semua siswa di 3) Bersedia maju di depan kelas untuk
minta memberi melaksanakan tugas dari guru
kultum di depan
kelas
17/7-G/2009 Sering tidak bisa 1) Pindah duduk di barisan paling depan
konsentrasi kalu 2) Learning by doing (belajar sambil
belajar di kelas melakukan sesuatu seperti
terutama pelajaran meringkas,membuat
IPS-sejarah bagan ,membuat mind mapping) ,
tidak pasif.
3) Berusaha membaca buku atau LKS
terlebih dahulu materi pelajaran yang

17
akan diajarkan oleh guru,
23/7-G/2009 Partisipasi dalam
memecahkan
masalah siswa
26/7-G/2009 Takut tidak naik 1) Tidak membolos lagi
kelas karena pernah 2) mengikuti les dengan tertib
membolos 5 hari,. 3) mengerjakan tugas-tugas dari
guru dengan baik

27/7-G/2009 Takut sama ayah, 1) Berusaha bersikap manis dan santun


sering dimarahi pada orang tua
kalau minta uang. 2) Memahami kondisi orang tua dan
meminta uang pada saat yang tepat
29/7-G/2009 Takut dan Sering 1) Mengerjakan tugas Matematika di
dimarahi Guru bawah bimbingan Konselor
Matematika karena 2) Mengikuti les matematika di sekolah
sering tidak maupun di rumah
mengerjakan tugas
dan ulangan
33/7-G/2009 Merasa tidak 1) Berusaha bersikap manis dan santun
disayang orang tua, pada orang tua.
sering dimarahi dan 2) Tidak melakukan hal-hal yang
di pukul ibu, kalau memancing kemarahan orang tua
nonton TV di omelin. 3) Mengurangi nonton TV
Selanjutnya setelah konseling kelompok pada siklus 1 selesai maka
konselor/peneliti mengadakan evaluasi , terhadap aspek afektif,kognitif dan
psikomotorik siswa dengan lembar evaluasi.

Setelah kegiatan evaluasi konselor melakukan kegiatan tindak lanju,


sebagai berikut:
a. Memberikan kegiatan refleksi berupa play therapi dan curah pendapat.
b. Memberikan reinforcement positif berupa makan siang bersama.
c. Memonitor (melakukan penilaian jangka pendek) pelaksanaan hasil
keputusan konseling kelompok siklus I dengan lembar monitoring
3. Observasi dan Monitoring
a. Observasi selama proses konseling kelompok dilakukan konselor dan
kolaborator (Dra. Munisah/ Guru Pembimbing). Contoh hasil observasi
dapat dilihat di lampiran.
b. Monitoring terhadap pelaksanaan hasil kesimpulan konseling kelompok
dilakukan selama 1 bulan. Hasil monitoring dapat dilihat pada lampiran
4. Anilis dan Refleksi

18
a. Dalam pelaksanaan konseling kelompok siklus I sudah berjalan lancar
tetapi masih ditemukan siswa yang kurang komunikatif, tidak memberikan
tanggapan dan solusi terhadap masalah teman, ada juga yang hanya
mengcopy pendapat temannya.

b. Konselor masih mendominasi pembicaraan, karena konseli atau klien

kadang-kadang pasif.

c. Pemberian play therapy bisa membuat suasanan segar, rileks, bisa

menimbulkan suasana hangat,akrab dan menyenangkan.

d. Setelah di monitor selama kurang lebih 1 bulan ditemukan masalah-

masalah sebagai berikut:

1) Sudah menjalankan langkah-langkah pemecahan masalah seperti yang

sudah dirumuskan dalam konseling kelompok dan berhasil dengan baik

tetapi timbul masalah baru (17/7-G/2009)

2) Sudah melaksana langkah-langkah pemecahan masalah seperti yang

dirumuskan dalam konseling kelompok tetapi masalah belum

terpecahkan (3,4,26,27,29,33/7-G/2009)

3) Belum melaksanakan langkah-langkah pemecahan yang dirumuskan

dalam konseling kelompok siklus I (12/7-G/2009).

Untuk itu kegiatan konseling kelompok siklus I ini perlu di tindak lanjuti
dengan konseling kelompok siklus II.

Siklus II

Berdasarkan hasil observasi,monitoring,analisis dan refleksi pada siklus I


selanjutnya konselor melakukan tindakan pada siklus II, yang hasilnya dapat di
lapokan sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Membuat kesepakatan dan komitmen dengan konseli
b. Menentukan jadwal konseling kelompok dan kegiatan pendukungnya
c. Menyiapkan lembar observasi
d. Menyiapkan lembar evaluasi

19
e. Menyiapkan instrument untuk play therapy
2. Pelaksanaan
a. Melakukan play therapy dengan permainan estafet bola, kucing mengejar
tikus, polisi mengejar pencuri. (12 April 2010)
b. Menerapkan teknik assosiasi bebas dengan meminta konseli menulis
masalah yang belum terpecahkan atau masalah baru yang timbul.(13/4/10)
c. Konseling kelompok 1, membahas masalah 3 siswa, dilaksanakan melalui 4
tahap konseling yaití pembentukan,peralihan,kegiatan & pengakhiran ,
dimana setiap tahap di selingi dengan kegiatan play therapy. (16 April 2010)
d. Konseling kelompok 2, membahas masalah 2 orang (19 April2010)
e. Konseling kelompok 3, membahas masalah 2 orang. (20 April 2010)
Hasil konseling 1,2,3, yang di lakukan untuk membantu memecahkan
masalah siswa dapat di lihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Hasil konseling kelompok siklus II

KODE SISWA MASALAH PEMECAHAN MASALAH


03/7-G/2009 Takut dengan salah 1) Konselor akan klarifikasi dengan guru
satu guru karena yang bersangkutan
pernah dimarahi 2) Konselor memediasi antara siswa
gara-gara berkata dengan guru yang bersangkutan,
dan berpakaian hasilnya antara siswa dan guru saling
tidak sopan serta memaafkan dan siswa merasa lega.
tidak mengerjakan
tugas , mau
menghadap untuk
minta maaf masih
takut
04/7-G/2009 Takut Tidak naik Mediasi dengan guru yang nilainya
kelas, karena ada 3 di bawah KKM untuk mendapatkan
mata pelajaran yang langkah-langkah perbaikan
di bawah KKM pada kesepakatanya siswa akan diberikan
semester 1, dan kesempatan untuk mengikuti remedial
rasa khawatir terus teaching . Jika nilai masih jelek akan
menghantui diberikan tugas untuk memperbaiki nilai

10/7-G/2009 Partisipasi dalam


memecahkan
masalah
12/7-G/2009 Walau sudah 1) Konselor akan menggunakan teknik
menghafal materi kursi kosong, yaitu meminta siswa
dan mempersiapkan kultum di depan kursi kosong sampai
diri untuk siswa percaya diri

20
melaksanakan tugas 2) Siswa diminta untuk kultum di depan
agama yitu kultum di kelompok dulu, dan meminta anggota
depan kelas tetapi kelompok untuk memberi suport.
tetap masih takut 3) Mediasi dengan guru agama untuk
dan membolos memberi kelonggaran kepada siswa
pelajaran agama sampai siswa betul-betul siap.
17/7-G/2009 Masalah lama sudah 1) Mengurangi pergi ke warnet karena
terpecahkan tetapi bisa mengganggu belajar.
timbul masalah baru 2) Sebisa mungkin menghindar dan
yaitu sering di menolak jika diajak nge-game
kompas kawan diwarnet.
untuk membayar 3) Mediasi dengan kawan yang sering
ongkos nge-game di ngompas, dan dicapai kesepakatan
warnet. untuk membayar sendiri-sendiri jika
nge-game di warnet.
23/7-G/2009 Partisipasi dalam
memecahkan
masalah siswa
26/7-G/2009 Masih Takut tidak 1) Konselor akan memediasi siswa
naik kelas karena dengan guru untuk mengikuti ulangan
pernah membolos 5 harian susulan.
hari, karena pernah 2) Mediasi dengan guru mata pelajaran
ada guru yang nilainya kurang, kesepakatanya
menyampaikan di siswa akan diberikan kesempatan
depan kelas kalau untuk mengikuti remedial teaching .
bolos tidak akan Jika nilai masih jelek akan diberikan
naik kelas tugas untuk memperbaiki nilai
27/7-G/2009 Masih takut sama Mediasi dengan orang tua
ayah, dan masih a) Orang tua bersedia untuk lebih
dimarahi kalau minta memperhatikan anak dan tidak
uang untuk memarahi.
keperluan sekolah b) Anak bersedia untuk mengerti
kondisi orang tua dan mengubah
sikap untuk lebih sopan dan
melihat situasi dan kondisi
keuangan orang tua.

29/7-G/2009 Masih takut dengan 1) Mediasi dengan guru matematika,


guru matematika dimana guru matematika
walau tidak dimarahi menyampaikan tata tertib dalam
lagi tapi nilai pelajaran matematika dan siswa
matematika tetap sanggup untuk mematuhi
jelek 2) Mediasi dengan orang tua,
hubungannya dengan les
matematika. Hasil mediasi orang tua
setuju mengundang guru privat
matematika ke rumah.
33/7-G/2009 Sudah berusaha Mediasi dengan orang tua, untuk mencari
mengubah sikap kesepakatan antara orang tua dan anak,
lebih manis dan apa yang diinginkan anak dan apa yang

21
sopan pada orang di inginkan orang tua di padukan.
tua tetapi masih
Merasa tidak
disayang orang tua.

Selanjutnya setelah konseling kelompok pada siklus II selesai maka


konselor/peneliti mengadakan evaluasi , terhadap aspek afektif,kognitif dan
psikomotorik siswa dengan lembar evaluasi.

Setelah kegiatan evaluasi konselor melakukan kegiatan tindak lanjut


sebagai berikut:
a. Memberikan kegiatan refleksi berupa play therapi dan curah pendapat.
b. Memberikan reinforcement positif berupa voucher belanja RP.5000,- di
koperasi sekolah.
c. Memonitor (melakukan penilaian jangka pendek) pelaksanaan hasil
keputusan konseling kelompok siklus II dengan lembar monitoring
3. Observasi dan Monitoring

a. Observasi selama proses konseling kelompok siklus II masih dilakukan


konselor dengan kolaborator, hasil observasi dapat dilihat pada lampiran
b. Monitoring terhadap pelaksanaan hasil kesimpulan konseling kelompok
dilakukan selama 1 bulan. Hasil monitoring dapat dilihat pada lampiran.
4. Anilis dan Refleksi
a. Dalam pelaksanaan konseling kelompok siklus II berjalan lancar, siswa
komunikatif, memberikan tanggapan dan solusi terhadap masalah teman,
walau masih ada yang mengcopy pendapat temannya.
b. Konselor tidak lagi mendominasi pembicaraan.

c. Pemberian play therapy bisa membuat suasanan segar, rileks, bisa

menimbulkan suasana hangat,akrab dan menyenangkan.

d. Setelah di monitor selama kurang lebih 1 bulan siswa mengaku sudah


selesai masalahnya & bisa mengikuti kegiatan belajar dengan baik.

B. Pembahasan
1. Pengumpulan Data (Data Collection) dan Reduksi Data
Setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II , dan masing-
masing siklus telah dilakukan observasi, monitoring dan evaluasi, maka dari

22
hasil evaluasi aspek afektif, kognitif dan psikomotorik diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 4.4 Reduksi data hasil evaluasi siswa

N Siklus I Siklus II
Pernyataan
O

a Afektif (perasaan positif) setuju Tdk % setuju Tdk %

1) Dengan Teknik assosiasi 10 - 100 10 - 100


bebas saya lebih mudah % %
mengungkapkan masalah
saya
2) Kegiatan play therapy 10 - 100 10 100
membuat saya merasa % %
senang, segar dan merasa
terbebas dari tekanan

3) Melalui layanan konseling 10 - 100 10 100


kelompok saya merasa % %
nyaman karena bisa berbagi
masalah, perasaan, pendapat
dengan anggota kelompok.
b Kognitif (pemahaman baru) setuju tdk % setuju tdk %

1) Teknik assosiasi bebas adalah 10 - 100 10 - 100


salah satu teknik untuk % %
membantu memudahkanSiswa
dalammengungkap masalah

2) Kegiatan Play terapy adalah 10 - 100 10 - 100


suatu permainan yang punya % %
fungsi untuk terapi atau untuk
mengurangi ketegangan,
mengurangi beban pikiran dan
untuk membentuk kondisi
kelompok yang dinamis.

3) Layanan konseling adalah 10 - 100 10 - 100


layanan yang memberikan % %
kesempatan pada tiap in
dividualah individu dalam
suasana kelompok, agar
terpecahkan masalahnya .

c Psikomotorik (unjuk kerja) Ya tdk % Ya tdk %

23
1) Melakukan teknik asosiasi 10 - 100 10 - 100
bebas dengan menuliskan % %
masalah secara terbuka

2) Melakukan seluruh kegiatan 10 - 70 10 - 100


play therapi % %

3) Mengikuti kegiatan layanan 10 - 60 10 - 100


konseling kelompok dari awal % %
sampai akhir

4) Menyampaikan pendapat 8 2 90 10 - 100


secara lisan, memberikan usul % %
dan berkomunikasi lisan
dengan konselor dan seluruh
anggota kelompok

5) Membuat rencana kegiatan 10 - 90 10 - 100


untuk menyelesaikan masalah % %

Selanjutnya data hasil pengamatan kolaborator dan konselor dapat di


lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5 : Reduksi data hasil obervasi kolaborator dan konselor

KOLABORATOR PENELITI
N Aspek yang diobservasi Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
O ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk
1) Menuliskan masalah 10 - 10 - 10 - 10 -
2) Mengungkapkan masalah 10 - 10 - 10 - 10 -
3) Saling memberi tanggapan 8 2 10 - 8 2 10 -
4) Komunikatif 8 2 10 - 8 2 10 -
5) Saling Menghargai 10 - 10 - 10 - 10 -
6) Melakukan play therapy 10 - 10 - 10 - 10 -
7) Kerjasama kelompok 10 - 10 - 10 - 10 -
8) Memberikan solusi 8 2 10 - 8 2 10 -
9) Mengambil kesimpulan 10 - 10 - 10 - 10 -
10) Membuat rencana 10 - 10 - 10 - 10 -
kegiatan

Sedangkan hasil monitoring terhadap perubahan perilaku siswa dapat


dilaporkan sebagai berikut:

24
Tabel 4.6: Reduksi data hasil monitoring kolaborator dan konselor.

KOLABORATOR PENELITI
N Aspek yang dimonitor Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
O ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk
1) Hubungan akrab anggota 10 - 10 - 10 - 10 -
kelompok
2) Saling menjaga rahasia 10 - 10 - 10 - 10 -
3) Melaksanakan keputusan 7 1 8 - 7 1 8 -
konseling
4) Melakukan pelanggaran 1 9 - 10 1 9 - 10
tata tertib
5) Rajin masuk sekolah 9 1 10 - 9 1 10 -
6) Mengerjakan tugas/PR 9 1 10 - 9 1 10 -
dari Guru
7) Mengikuti ulangan harian 10 - 10 - 10 - 10 -
8) Mengikuti les dengan tertib 9 1 10 - 9 1 10 -
9) Menjalin komunikasi 10 - 10 - 10 - 10 -
dengan konselor
10) Masalah belum 8 - - 8 8 - - 8
terselesaikan atau timbul
masalah baru
2. Pemaparan Data (Data Display ) dan Trianggulasi
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek
keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng,
2004:330). Dalam penelitian ini trianggulasi dilakukan dengan menggunakan 3
sumber, yaitu siswa,kolaborator dan peneliti sendiri, dimana datanya sudah di
kemukakan diatas. Selanjutnya dari data diatas dapat dipaparkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Dari aspek afektif, pada siklus I maupun siklus II baik data dari
siswa ,kolaborator maupun peneliti menunjukan bahwa siswa memiliki
perasaan yang positif yang diwujudkan dalam perasaan senang mengikuti
kegiatan play therapy, kesediaan menulis dan mengungkapkan masalah
melalui teknik assosiasi bebas dan kesungguhan dalam mengikuti kegiatan
konseling kelompok.
b. Dari aspek kognitif pada siklus I maupun siklus II, baik data dari
siswa,kolaborator maupun peneliti menunjukan bahwa siswa memiliki

25
pemahaman baru tentang manfaat dari teknik assosiasi bebas dan play
therapy dalam konseling kelompok.
c. Dari aspek psikomotorik pada siklus I masih di temukan siswa yang tidak
komunikatif, tidak memberikan tanggapan dan solusi, juga masih ditemukan
siswa yang memiliki perilaku maladaptif seperti tidak menjalankan keputusan
konseling kelompok,tidak hadir di sekolah dan membolos les, tidak
mengerjakan tugas dari guru, dan masalah belum terselesaikan atau timbul
masalah baru.. Sedangkan pada siklus II rancana kegiatan dan unjuk kerja
siswa sudah berjalan baik dan masalah juga sudah terpecahkan.
3. Penarikan Kesimpulan
Dari langkah-langkah pengolahan data diatas dapat di simpulkan
beberapa hal dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Penggunaan teknik assosiasi bebas bisa memudahkan siswa dalam


mengungkapkan masalah sehingga konselor/peneliti juga lebih mudah dalam
memahami masalah siswa.
b. Penggunaan Play therapy dalam konseling kelompok membantu
menciptakan suasana rileks, menyenangkan, membantu anggota untuk
saling mengakrabkan diri sehingga memperlancar pelaksanaan konseling
kelompok.
c. Kegiatan konseling kelompok membuat siswa mendapatkan pengalaman
dalam berbagi, saling menghargai, salaing member tanggapan dan solusi
dan menumbuhkan tekat untuk memecahkan masalah bersama sehingga
masalah yang di alami masing-masing individu bisa dibahas dan dipecahkan
dalam konseling kelompok.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

26
Pendidikan yang bermakna bukanlah pendidikan yang hanya
mengutamakan aspek akademis saja tetapi pendidikan yang juga
mengutamakan perkembangan kepribadian siswa, karena fakta dilapangan
banyak ditemukan masalah yang mengganggu kepribadian siswa seperti
kesulitan belajar, takut tidak naik kelas, masalah pergaulan sampai masalah
keluarga yang pemecahanya perlu bantuan dari konselor sekolah.

Sebagaimana seorang dokter yag akan melakukan pembedahan


terhadap pasien yang melalui proses diagnose, treatment baru malakukan
pembedahan maka konselor sekolah pun perlu melakukan langkah-langkah
senada dalam mengatasi masalah siswa.

Untuk mengatasi masalah sejumlah siswa konselor perlu memberikan


layanan yang bisa mengakomodir kepentingan sejumlah siswa yaitu layanan
konseling kelompok. Sedangkan untuk memudahkan pengungkapan masalah
siswa (diagnose) perlu digunakan suatu teknik seperti teknik assosiasi bebas.
Selanjutnya agar dalam konseling kelompok berjalan hangat, menyenangkan
lancer konselor perlu melakukan treatment yaitu kegiatan play therapy.

Akhirnya dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa penggunaan teknik


assosiasi bebas dan play therapy dalam konseling kelompok dapat membantu
mamacahkan masalah siswa.

B. Saran

1. Sekolah yang berhasil bukan sekolah yang bisa menghasilkan siswa


dengan nilai ujian nasional tinggi tetapi siswa yang punya kepribadian
terpuji , maka sekolah jangan hanya memperhatikan masalah peningkatkan
kemampuan akademik saja tetapi harus juga memperhatikan
perkembangan kepribadian siswa.

2. Masalah perkembangan kepribadian siswa di sekolah banyak di berikan


melalui layanan bimbingan konseling, sehingga sekolah hendaknya bisa
memberi perhatian, sarana dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
Guru Pembimbing untuk menyelenggarakan kegiatan Bimbingan dan
konseling

DAFTAR PUSTAKA

Akib . Z, 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung : Yama Widya

27
Axline, Virginia. 2009. Play Therapy. http://id.wikipedia.org/ wiki

Dinas pendidikan. 2006. Program Pengembangan Diri Bimbingan dan


Konseling. Jakarta: Dikmenum

-----------------------. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Berbasis Kompetensi . Jakarta: Dikmenum

Firdha Kurnia Widyasari.2009, Peranan terapi bermain: Media Indonesia com,

Freud, Sigmund.2009. Assosiasi Bebas. http://id.Wikipedia.org/wiki

Kartini Kartono. 2003. Kamus Psikologi, Jakarta: Balai Pustaka

Moeloeng. 2004. Teknik Analisis Data dalam penelitian.


UTCbWed, 27 Feb 2008

Nani Sunarni.2008. Drama Sebuah alternatif Obyek Penelitian Bahasa,Jurnal

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok ( Dasar dan


Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sudarsono. 1997. Kamus Psikologi, Jakarta: Rineka Cipta.

Zaenudin . 2009. Pelayanan Konseling Dalam KTSP. Jakarta : P4TK

------------ . 2009. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pelayanan Konseling .


Jakarta : P4TK.

28
LAMPIRAN-LAMPIRAN

29
LEMBAR OBSERVASI
PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK

NO Aspek Yang di Observasi Indikator Keterangan


Ya Tidak
1) Menuliskan masalah
2) Mengungkapkan masalah
3) Saling memberi tanggapan
4) Komunikatif
5) Saling Menghargai
6) Melakukan play therapy
7) Kerjasama kelompok
8) Memberikan solusi
9) Mengambil kesimpulan
10) Membuat rencana kegiatan

Yogyakarta, ………………….

Kolaborator

Dra. Munisah

30
LEMBAR MONITORING
PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK

NO Aspek Yang di Monitor Indikator Keterangan


ya Tidak
1) Hubungan akrab anggota kelompok
2) Saling menjaga rahasia
3) Melaksanakan keputusan konseling
4) Melakukan pelanggaran tata tertib
5) Rajin masuk sekolah
6) Mengerjakan tugas/PR dari Guru
7) Mengikuti ulangan harian
8) Mengikuti les dengan tertib
9) Menjalin komunikasi dengan konselor
10) Masalah belum terselesaikan atau
timbul masalah baru

Yogyakarta, ...........................

Kolaborator

Dra. Munisah

31
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA


Jalan Tegal Lempuyangan Nomor 61 Telepon 512912 Yogyakarta
Website : http/geocities.com/smp15jogja
Email : smp15yk@yahoo.com
Fax. (0274) 544903

SURAT IJIN PENELITIAN


________________________________
NO: 070 / 227 / 2010

Yang bertanda tangan di bawah ini kepala SMP 15 Yogyakarta memberi ijin
Penelitian Kepada :

Nama : Nurbowo Budi Utomo, SPd


NIP : 19700719 199601 1 001
Jenis Guru : Guru Pembimbing (Bimbingan dan Konseling)
Unit Kerja : SMP 15 Yogyakarta
Waktu penelitian : Februari 2010 – Juni 2010
Judul Penelitian : Penggunaan Teknik Assosiasi Bebas dan Play therapy
Dalam Konseling Kelompok untuk Membantu
Mengentaskan masalah Siswa kelas 7-G
SMP 15 Yogyakarta.

Demikian Surat ijin ini di buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya, dan
yang bersangkutan dapat melaporkan hasilnya.

Yogyakarta, 1 Februari 2010

Kepala Sekolah

Drs. Sukirno, SH
NIP. 19580403 198003 1 011

32
IDENTITAS PESERTA

Nama Lengkap : Nurbowo Budi Utomo, SPd

Nip : 19700719 199601 1 001

Tempat/tgl Lahir : Gunung Kidul, 19 Juli 1970

Agama : Islam

Jenis Guru : Guru Pembimbing (Bimbingan dan Konseling)

Pangkat Golongan : Pembina, IV/a

Alamat Kantor : SMP 15 Yogyakarta

Jalan Tegal Lempuyangan No 61 Yogyakarta 55211

Telpon : (0274) 512912

Faksimile : 0274544903

Alamat Rumah : Kalinongko, RT 4 Bangunjiwo,Kasihan Bantul.

NO Handpone : 081392822112

33
LAMPIRAN

Hasil konseling 1,2,3, yang di lakukan untuk membantu memecahkan masalah


siswa dapat di lihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Konseling siklus 1
KODE SISWA MASALAH PEMECAHAN MASALAH

34
03/7-G/2009 Takut dengan salah 4) Berusaha tidak melakukan
satu guru karena pelanggaran lagi.
pernah dimarahi 5) Minta maaf pada guru yang
gara-gara berkata bersangkutan
dan berpakaian tidak
sopan serta tidak
mengerjakan tugas
04/7-G/2009 Takut Tidak naik 1). Mengikuti pelajaran dan les dengan
kelas, karena ada 3 tertib
mata pelajaran yang 2) Mengerjakan tugas-tugas dari
di bawah KKM pada guru dengan baik.
semester 1 dan t 6) Belajar lebih giat lagi.
10/7-G/2009 Partisipasi dalam
memecahkan
masalah
12/7-G/2009 Sering bolos setiap 4) Menulis materi yang akan
hari kamis, takut disampaikan saat kultum.
pada pelajaran 5) Menghafalkan dan berlatih kultum
agama karena semua sendirian di kamar
siswa di minta 6) Bersedia maju di depan kelas untuk
memberi kultum di melaksanakan tugas dari guru
depan kelas
17/7-G/2009 Sering tidak bisa 4) Pindah duduk di barisan paling depan
konsentrasi kalu 5) Learning by doing (belajar sambil
belajar di kelas melakukan sesuatu seperti
terutama pelajaran meringkas,membuat bagan ,membuat
IPS-sejarah mind mapping) , tidak pasif.
6) Berusaha membaca buku atau LKS
terlebih dahulu materi pelajaran yang
akan diajarkan oleh guru,

35
36

Anda mungkin juga menyukai