Anda di halaman 1dari 101

UPAYA MENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA DENGAN METODE


PEMBELAJARAN AKTIF TIPE HOLLYWOOD SQUARE REVIEW KELAS
VII SMP NEGERI 43 MERANGIN PADA POKOK BAHASAN
ALJABAR.”

THESIS

Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Memperoleh Gelar Megister Pendidikan

DIARGO HENDROAN DONI


NIM.13009817030

MEGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Prof. Dr. Suyono M. Si

NIP : 196712181993031005

Sebagai : Pembimbing I

Dengan ini menyatakan bahwa:

Nama : Diargo Hendroan Doni

Noreg : 1309817030

Sebagai : Mahasiswa

Benar telah melakukan bimbingan proposal tesis sebanyak 7 (tujuh) kali dan

dinyatakan layak untuk mengikuti Seminar Proposal Tesis

Jakarta,…………………

Pembimbing I

Prof. Dr. Suyono M. Si

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dr. Lukita Ambarwati M. Si

NIP : 197210262001122001

Sebagai : Pembimbing II

Dengan ini menyatakan bahwa:

Nama : Diargo Hendroan Doni

Noreg : 1309817030

Sebagai : Mahasiswa

Benar telah melakukan bimbingan proposal tesis sebanyak 9 ( sembilan) kali dan

dinyatakan layak untuk mengikuti Seminar Proposal Tesis

Jakarta,…………………

Pembimbing II

Dr. Lukita Ambarwati M. Si

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini berjuduh “Upaya Meningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Menggunakan Lembar Kerja Siswa Dengan Metode Pembelajaran Aktif Tipe

Hollywood Square Review Kelas VII SMP Negeri 43 Merangin Pada Pokok

Bahasan Aljabar.” Oleh Diargo Hendroan Doni NIM.13009817030 ini telah

disetujui pembimbing

Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

1. Prof. Dr. Suyono M. Si …………….. ………….


NIP: 196712181993031005

2. Dr. Lukita Ambarwati M. Si ……………. ………….


NIP : 197210262001122001

iii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

B. Fokus penelitian .............................................................................................. 7

C. Perumusan Masalah ........................................................................................ 7

D. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. KONSEP PENELITIAN TINDAKAN ................................................ 9

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 9

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ........................................ 9

3. Mamfaat Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 11

B. KONSEP MODEL TINDAKAN ......................................................... 12

iv
a. Model Kurt Lewin .......................................................................... 12

b. Model Kemmis & Taggart ............................................................. 13

c. Model Elliot (1991) ........................................................................ 15

d. Model Mc Kernan (1991)............................................................... 17

e. Model Ebbut (1985) ....................................................................... 18

C. PENELITIAN YANG RELEVAN ...................................................... 23

D. KERANGKA TEORITIK .................................................................... 25

1. Kemampuan Pemecahan Masalah.................................................. 25

a. Masalah dan Pemecahan Masalah ............................................. 25

b. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah ............................. 28

c. Kemampuan Pemecahan Masalah ............................................. 30

d. Strategi Pemecahan Masalah ..................................................... 31

2. Hakikat Pembelajaran Matematika ................................................ 39

3. Pembelajaran Aktif (Active Learning) ........................................... 44

4. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Square .................... 47

5. Lembar Kerja Siswa (LKS) ............................................................ 51

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian.................................................................................. 53

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 53

C. Metode Penelitian ................................................................................. 54

D. Prosedur Penelitian Tindakan............................................................... 56

1. Rancangan Tindakan Penelitian ..................................................... 58

2. Rincian Prosedur Penelitian ........................................................... 62

v
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan ........................................................... 69

F. Sumber Data ......................................................................................... 69

G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 71

H. Validasi Data ........................................................................................ 76

I. Teknik Analisis Data ............................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81

vi
DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Matematika Siswa Kelas VII ..................... 3

Tabel 2. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Siklu I,II dan III ...................... 75

Tabel 3. Rangkuman Hasil Belajar Siswa pada siklu I,II dan III ................... 77

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Matematika Siswa Kelas VII ................ 15

Gambar 2. Pola dasar model PTK menurut Kemmis & Taggart ..................... 17

Gambar 3. Pola dasar model PTK Menurut Elliot ........................................... 18

Gambar 4.Pola dasar model PTK Menurut Mc kernan .................................. 19

Gambar 5. Pola dasar model PTK Menurut Ebbut ....................................... 20

Gambar 5. Pola dasar model PTK .................................................................. 20

viii
ix
DAFTAR GAMBAR

Lampiran

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran .................................................................. 82

Lampiran 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran ........................................... 85

Lampiran 3. Kisi Soal Tes............................................................................... 89

Lampiran 4. Soal tes........................................................................................ 90

1
BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pendidikan salah satunya adalah menyelenggarakan

pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan serangkaian perbuatan guru dan

siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan pembelajaran (Usman Sunyoto, 2004).

Sebagai negara yang tidak terlepas dari pengaruh globalisasi di Indonesia

juga terjadi perubahan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu sebagai akibat dari pengaruh tersebut, maka dibidang

pendidikan perlu adanya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk

penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu

bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

Di dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

pada pasal 3 ditegaskan fungsi pendidikan nasional sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Berdasarkan fungsi pendidikan nasional tersebut diatas jelaslah bahwa

pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh

diberbagai aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, kesehatan,

keterampilan dan seni. Pengembangan aspek-aspek ini berkaitan dengan

2
kurikulum, sehingga dalam proses pembelajaran diperlukan strategi

pembelajaran yang bervariasi.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan, seorang guru mampu menciptakan

satu atau beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan situasi dan

kondisi yang mempengaruhi kebutuhan belajar mengajar disekolah. Menurut

Slameto (2010:92) mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses

belajar. Termasuk salah satunya dalam proses pembelajaran mata pelajaran

matematika.

Hakikat pembelajaran matematika meliputi dimensi proses, dimensi

pengetahuan,nilai atau sikap. Matematika sering dipandang sebagai mata

pelajaran yang kurang diminati atau kalau bisa dihindari. Orang yang sudah

beranggapan bahwa matematika sulit, pasti nantinya tidak menyukai

matematika dan sulituntuk mempelajarinya sehingga hasil belajar matematika

siswa kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan matematika merupakan ilmu

pasti, yang selalu berhubungan dengan angka yang dianggap prumit. Selain itu

ada faktor dari guru matematika yang kurang disukai akan membuat siswa

tidak suka matematika, sehingga menganggap bahwa matematika itu sulit.

Model guru mengajar juga berpengaruh dalam penanaman anggapan orang

bahwa matematika itu sulit.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa kelas VII yang

dilakukan pada tanggal 11 september 2020 sampai 13 september 2020 di SMP

Negeri 43 Merangin dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa menganggap

matematika adalah mata pelajaran yang sulit dipahami, bahkan mengatakan

3
jika ketidaktertarikan mereka belajar matematika karena guru yang mengajar

kurang memperhatikan mereka, guru hanya memperhatikan beberapa siswa

yang aktif saja.

Selain melakukan observasi terhadap gaya siswa belajar dan

mewawancarai siswa. Menurut Gunawan (Nur &Rini, 2001) gaya belajar

adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir,

memproses dan mengerti suatu informasi. Peneliti juga mengobservasi dan

mewawancarai guru matematika kelas VII diperoleh informasi bahwa masih

ada siswa yang memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimum

(KKM). Hal ini terlihat dari nilai rata-rata ujian akhir semester I mata pelajaran

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 43 Merangin tahun pelajaran

2019/2020, yang nilai rata-rata ketercapaian KKM pada mata pelajaran

matematika kurang dari 60%, seperti pada tabel berikut:

Tabel l. Rata-rata nilai ulangan harian matematika siswa kelas VII SMP Negeri

43 Merangin.

No Kelas KKM Rata-rata pencapaian

Semester Ganjil

1 VII A 70 61,58

2 VII B 70 59,34

Hal ini dikarenakan kemampuan pemahaman materi yang dimiliki peserta

didik masih tergolong rendah, beberapa kemampuan yang dimaksud yaitu

masih kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkanmasalah.

4
Keadaan yang demikian menyebabkan kelas tidak kondusif, karena hanya

beberapa peserta didik yang aktif dalam bertanya sedangkan peserta didik yang

lainnya kebanyakan ribut dan mengganggu teman. Permasalahan lain

yangmuncul pada peserta didik yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah dalam proses pembelajaran biasanya ditunjukkan

dengan rendahnya hasil kemampuan belajar siswa.

Disamping kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah,

terdapat aspek lain seperti guru masih menggunakan model pembelajaran

konvensional yaitu pengajaran berpusat pada guru dengan metode ceramah

yang disertai tanya jawab dengan peserta didik. Pada pelaksanaannya siswa

cenderung pasif dan hanya duduk dan mendengarkan apa yang dikatakan

guru(teachercenter) sehingga berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

Permasalahan di atas merupakan kondisi yang harus menjadi perhatian

sungguh-sungguh bagi guru. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk

menciptakan kondisi pembelajaran agar mampu meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa dengan memperhatikan gaya belajar dari siswa agar

hasil belajar yang diperoleh lebih optimal.

Dari beberapa masalah yang dipaparkan di atas, keterlibatan siswa secara

aktif sangat diperlukan agar siswa dapat memahami konsep pelajaran lebih

mendalam.Untukmencapai tujuan tersebut maka guru sebagai fasilitator dan

pembimbing harus mampu menyusun dan merencanakan program pengajaran

yang baik dan tepat. Untuk meningkatkan efektifltas proses pembelajaran,

5
dapat dilakukan dengan peninjauan ulang atau penjangkaran pada akhir setiap

sesi pembelajaran dan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah

dipelajari.

Beberapa penelitian tentang model pembelajaran akttif type Hollywood

square yang telah dilakukan menurut Andri Dirgahayuning (2017) mengatakan

bahwa model pembelajaran aktif Type Hollywood Square dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa SMA. Model pembelajaran aktif Type

Hollywood Square juga menjadi inovasi agar siswa lebih aktif lagi belajar.

Asmaul Husna (2016) mengatakan bahwa model pembelajaran aktif Type

Hollywood Square lebih berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis

siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Untuk mengatasi masalah

yang dikemukakan diatas dapat digunakan strategi pembelajaran aktif (active

learning). Belajar ktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil

yang maksismum ( Hisyam Zaini, 2012). Jadi keterlibatan siswa secara aktif

dalam proses pembelajaran menyebabkan pelajaran itu akan lebih berarti bagi

siswa dan pembelajaran yang dilakukan dapat menarik minat siswa dan dapat

meningkatkan aktivitas. Di samping itu, pada saat proses

pembelajaran berlangsung, siswa dapat menyelesaikan soal-soal ataupun

masalah-masalah baik berupa konsep maupun pembahasan secara matematis

yang tersaji pada Lembar Kerja Siswa (LKS).

LKS merupakan suatu lembaran kerja yang berisi persoalan konseptual

yang dikostruksi untuk dikerjakan oleh peserta didik baik secara individual

maupun secara kelompok kecil.LKS dapat dirancang dengan berbagai

6
representasi untuk memecahkan suatu persoalan dan mendorong peserta didik

untuk berinteraksi aktifdalam kelompok kecil.

Untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, dapat dilakukan

dengan peninjauan ulang atau penjangkaran pada akhir setiap sesi

pembelajaran dan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah

dipelajari. Proses pengulangan atau peninjauan kembali sangat penting

dilakukan untuk meluruskan konsep-konsep pelajaran yang kurang tepat serta

bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini sejalan dengan

pendapat Silberman (2006: 249) yang menyatakan bahwa ”Salah satu cara

yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam pikiran adalah

mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari.

Materi yang telah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat dalam

pikiran dibandingkan materi yang tidak”. Untuk itu agar materi pelajaran dapat

dipahami secara mendalam bagi siswa, maka harus dilakukan kegiatan

pengulangan atau peninjauan kembali terhadap materi-materi yang telah

dipelajari.

Menurut Silberman (2006: 207) salah salu belajar aktif dapat digunakan

dalam pengulangan adalah strategi belajar aktif tipe HollywoodSquares.

Strategi ini akan membantu siswa untuk mengingat kembali materi yang telah

dipelajari, apakah melekat pada diri siswa. Sehingga dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa berdasarkan pengalaman mereka sendiri, sehingga

apa yang mereka pelajari benar-benar dipahami. Strategi ini menurut

(Silberman 2009: 238) dapat membantu siswa mengingat apa yang telah

7
mereka pelajari, menguji kemampuan siswa serta dapat berbagi dengan siswa

lain. Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares Review

diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa karena

dengan meninjau ulang kembali apa yang telah dipelajari akan meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep tesebut.

Berdasarkan latar belakang di atas akan dilakukan suatu penelitian tentang

“Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah menggunakan metode

pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Square Reviewdengan lembar kerja siswa

Kelas VII SMP Negeri 43 Merangin.”

B. Fokus penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka fokus penelitian ini adalah

peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII SMP Negeri 43

Merangin.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka permasalahan pada penelitian ini

adalah:” Apakah terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah

menggunakan lember kerja siswa dengan metode pembelajaran aktif

tipeHollywood Squares ReviewKelas VII SMP Negeri 43 Merangin pada

pokok bahasan operasi bentuk aljabar semester ganjil tahun

pelajaran 2021/2022?”.

8
D. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitianini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini dihampkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu

pengetahuan, khususnya pada pembelajaran matematika menggunakan

metode pembelajaran aktif tipe Hollywood Square Review.

2. Kegunaan praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk terlibat

aktif dalam proses pembelajaran matematika dan usaha meningkatkan hasil

belajar, serta meraih prestasi yang lebih baik.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam

menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran matematika

menggunakan metode pembelajaran yang sesuai.Serta dapat mengetahui

keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar matematika yang

dilakukan dengan mengetahui metode pembelajaran aktif tipe Hollywood

Square Review.

c. Bagi peneliti

Bagi peneliti sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pemahaman serta

memberikan masukan berupa pengalaman yang kiranya dapat diterapkan

pada masa yang akan datang, dan untuk mengembangkan diri.

9
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. KONSEP PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Ekawarna (2009) penelitian tindakan kelas adalah

penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam

kelas. Penelitian tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset –

tindakan – riset – tindakan“yang dilakukan secara siklik dalam rangka

memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Menurut

Wardhani & Wihardit (2012 :1.4) penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui

refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,

sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang

dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini

merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai

kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu

pembelajaran di kelas. Penelitai ini juga dapat diartikan sebagai proses

pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri

dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan

berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis

setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. PTK juga salah satu publikasi

ilmiah dalam konteks pengembangan profesi guru secara berkelanjutan

10
yang ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan mutu proses dan hasil

pembelajaran atau mutu pendidikan pada umumnya.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Ekawarna (2009) penelitian tindakan kelas pada dasarnya

memiliki sejumlah karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bersifat siklis atau berulang, artinya dalam PTK terdapat siklus-siklus

atau perulangan mulai dari perencanaan, pemberian tindakan,

pengamatan dan refleksi sebagai prosedur baku PTK.

b. Bersifat jangka panjang atau longitudinal, artinya PTK harus

berlangsung dalam jangka waktu lama yang tertentu (misalnya 2-

3bulan) secara kontinu untuk memperoleh data yang diperlukan,

bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.

c. Bersifat particular - spesipik, jadi tidak bermaksud melakukan

generalisasi dalam rangka menguji atau menemukan teori-teori.

Hasinya pun tidak untuk di generalisasi meskipun mungkin diterapkan

oleh orang lain, di tempat lain yang konteksnya mirip.

d. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus

pelaku perubahan dan sasaran yang perlu di ubah.

e. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran

menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak yang di teliti,

bukan menurut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang di

teliti.

11
f. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesipik atau

khusus dalam pembelajarang yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh

guru, menggarap masalah-masalah yang memiliki urgensi tinggi.

g. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang

pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi

kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.

h. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk

mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasikan (keterwakilan

jumlah) sampel secara kuantitatif.

i. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi

lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori

dan menguji hipotesis

3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai manfaat yang cukup

besar, bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah :

1. Manfaat PTK bagi Guru

Bagi guru, PTK mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut :

a. PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki

pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir

PTK adalah perbaikan pembelajaran.

b. Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara

propesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu

menilai dan memperbaiki pelajaran yang dikelolanya.

12
c. PTK membantu guru lebih percaya diri.

2. Manfaat PTK bagi Siswa

PTK mempunyai manfaat yang sangat besar bagi

pembelajaran karena tujuan PTK adalah memperbaiki praktik

pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki belajar siswa.

Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan

cepat dianalisis dan diperbaiki, hingga kesalahan tersebut tidak

akan berlanjut.

3. Manfaat PTK bagi Sekolah

Sekolah mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah

secara menyeluruh. Dalam konteks ini, PTK memberikan

sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang

tercermin dari peningkatan kemampuan professional para guru,

perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim

pendidikan di sekolah tersbut.

B. MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Dalam PTK tersedia model-model yang dapat dijadikan acuan dalam

membuat desain PTK.

a. Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin dalam Ekawarna (2009) yang sering dijadikan

acuan pokok atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan

(actionresearch), terutama PTK. Dialah orang pertama yang

memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut

13
Krut Lewin terdiridari empat komponen, yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini penulis melakukan:

a. Menyusun rencana kegiatan harian (RKH)

b. Menyiapkan instrument penelitian

c. Menyiapkan sumber belajar

d. Mengembangkan scenario pembelajaran

2. Tindakan (acting)
Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua

merupakan realisasi dari rencana yang kita buat.Tanpatindakan

rencana hanya merupakan agan-agan yang tidak pernah menjadi

kenyataan.

3. Pengamatan (observing)

Berdasarkan pengamatan kita akan dapat menemukan apakah

ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan dapat

mencapai tujuan yang kita inginkan.

4. Refleksi (reflecting)

Refeksi sebagai langkah keempat, kita lakukan setelah

tindakan terakhir. Kita akan mencoba melihat atau merenungkan

kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses

belajar siswa. Yang lebih penting pula kita renungkan alasan kita

melakukan satu tindakan dikaitkan dengan dampaknya. Dengan cara

ini kita akan dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dari tindakan

yang kita lakukan

14
b. Model Kemmis & Taggart

Model Kemmis & Teggart dalam Sofyan (2014:110) kegiatan

pokok fokus penelitian tindakan terdiri dari (1) Planning, (2) Acting,

(3) Observing, (4)Reflecting

a. Planning
1. Mempelajari aspek-aspek perkembangan yang akan

dikembangkan di TK

2. Mempelajari kurikulum TK

3. Mengembangkan tematik yang sesuai dengan perkembangan

anak

4. Mempersiapkan permainan sesuai dengan tema

5. Membuat RKM

6. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai tema

7. Menyiapkan sumber belajar

8. Mengembangkan format observasi

9. Mengembangkan format evaluasi

b. Acting

1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan perencanaan

2. Melaksanakan pengamatan mengenai isi tindakan

3. Mengumpulkan data perlengkapan lain yang mendukung

c. Observing I
1. Melakukan observasi dengan format observasi

2. Mengamati kegiatan pembelajaran, pengamatan, berperan serta,

peneliti terlibat langsung selama kegiatan berlangsung

15
3. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa setelah terjadi

tindakan

4. Mengadakan pertemuan untuk membahas hasil tindakan

5. Evaluasi

d. Observing II

1. Mengamati kegiatan pembelajaran sesuai dengan siklus

perencanaan yang kedua.

2. Mengumpulkan data tindakan yang kedua

3. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa setelah

dilakukan tindakan kedua

4. Evaluasi tindakan yang kedua

Pola dasar model PTK menurut Kemmis & Taggart ditunjukan pada
gambar 1.

16
c. Model Elliot (1991)

Model ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh Elliot. Elliot adalah

seorang pendukung gerakan “guru sebagai peneliti”. Beliau selalu

berusaha mencari cara-cara baru untuk mengembangkan jaringan

penelitian. Tindakan dan berhubungan dengan pusat-pusat jaringan

penelitian yang lain. Elliot dan delman bekerja bersama-sama dengan

guru di kelas, bukan hanya sebagai pengamat, tetapi mereka sebagai

kolaborator atau teman sejawat guru. Melalui partisipasi semacam ini,

mereka membantu guru untuk mengadopsi suatu pendekatan penelitian

untuk pekerjaannya. Elliot setuju dengan ide dasar langkah-langkah

tindakan refleksi yang terus bergulir dan kemudian menjadi suatu siklus

seperti yang dikembangkan Kemmis. Namun, skema langkah-langkahnya

lebih rinci dan berpeluang untuk lebih mudah diubah sehingga sebenarnya

dia telah membuat suatu diagram yang lebih baik.

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memahami langkah-

langkah yang ada di dalam model PTK yang dikembangkan oleh Ebbut,

Elliot dan Kemmis. Bila guru akan menerapkan atau mengadopsi untuk

penelitian tindakan kelas dalam praktik di kelasnya, guru harus

memahami betul apa yang dimaksud oleh masing-masing penulis. Di

samping itu, guru atau peneliti harus mengetahui penggunaan data dan

keterbatasan skema-skema tersebut bila dipraktikan dalam penelitian

tindakan. Beberapa keterbatasan langkah-langkah di dalam model PTK ini

antara lain :

17
1. Adanya gerakan yang mulai menjauh dari gerakan ajaran Lewin

Semula.

2. Skema-skema kelihatannya rapuh dan membingungkan

3. Skema-skema tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan hal-hal baru

yang menjadi fokus utamanya, dan

4. Skema tersebut tidak begitu saja cocok untuk diikuti.

Pola dasar model PTK menurut Elliot ditunjukan pada gambar 2.

d. Model Mc Kernan (1991)

Sebuah model lain yang juga dikembangkan atas dasar ide Lewin

atau yang diinterpretasikan oleh Kemmis adalah model penelitian

18
tindakan Mc Kernan. Model ini juga dinamakan proses waktu (a time

process model). Menurut Mc Kernan sangatlah penting untuk mengingat

bahwa kita tidak perlu selalu terikat oleh waktu, terutama untuk

pemecahan permasalahan hendaknya pemecahan masalah atau tindakan

dilakukan secara rasional dan demokratis.

Pola dasar model PTK menurut Mc Kernan ditunjukan pada


gambar 3.

e. Model Ebbut (1985)

Sesuai dengan namanya, model PTK ini dikembangkan oleh Dave

Ebbut. Model ini diilhami oleh pemikiran Kemmis dan Elliot. Dalam

pengembangannya, Ebbut kurang begitu sependapat dengan interpretasi

Elliot tentang karya Kemmis. Perasaan kurang setuju Ebbut (1983)

disebabkan karena Kemmis menyamakan penelitiannya dengan hanya

19
temuan fakta. Sedangkan kenyataannya, Kemmis dengan jelas

menunjukan bahwa penelitian terdiri atas diskusi, negosiasi, menyelidiki

dan menelaah kendala-kendala yang ada. Jadi sudah jelas ada elemen-

elemen analisisnya dalam model Kemmis.

Selanjutnya, Ebbut berpendapat bahwa langkah-langkah yang

dikembangkan oleh Kemmis (“Spiral Kemmis”) bukanlah yang paling

baik untuk mendeskripsikan adanya proses tindakan dan refleksi.

Memang pada kenyataannya, Ebbut sangat memperhatikan alur logika

penelitian tindakan dan beliau juga berusaha memperlihatkan adanya

perbedaan antara teori sistem dan membuat sistem-sistem tersebut ke

dalam bentuk kegiatan operasional. Secara rinci alur PTK Ebbut

ditunjukan pada gambar 4.

Perlu diketahui bahwa sebenarnya model-model ini lebih

memberikan gambaran garis besar proses dari pada suatu teknologi. Urutan

20
langkah-langkah memang diperhatian, tetapi hanya sedikit sekali yang

menyinggung soal ‘apa’ dan ‘bagaimana’ antara langkah-langkah ini. Tidak

mengherankan kalau model-model ini dapat membingungkan para praktisi.

Bahkan Ebbut sendiri mengakui bahwa gambar Elliot cenderung sulit

dimengerti.

Namun demikian, berdasarkan rujukan tersebut, secara umum pola

dasar dari model-model tersebut meliputi empat tahapan: Pertama,

penyusunan rencana (planning); Kedua, melakukan tindakan (acting);

Ketiga, pengamatan (observing); dan Keempat, refleksi (reflecting). Dan

yang perlu dipahami bahwa, tahapan pelaksanaan dan pengamatan

sesungguhnya dilakukan secara bersamaan. Secara lengkap pola dasar

model PTK ditunjukan dalam gambar 5. berikut:

21
Tahap 1 : Perencanaan tindakan (planning)

Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra

PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis

tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah

tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari

materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/teknik

mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/evaluasi, dipersiapkan

dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga

diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap

implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari

diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai

dengan hipotesis yang telah ditentukan.

Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua

rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas,

adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang

telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu

saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan

berupa peningkatan efektivitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk

membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi

yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi di kelasnya sendiri. Dalam

proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan dan teori pembelajaran

yang dikuasai dan relevan.

22
Tahap 3 : Pengamatan terhadap tindakan (Observing)

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang

pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya

terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat

bantu instrument pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada

tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrument

ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan

observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap

observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau

pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang

dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak

boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan

keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode

observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi

terstruktur dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi

dalam observasi, diantaranya (a) ada perencanaan antara dosen/guru

dengan pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c)

dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat

memiliki ketrampilan mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan

diberikan dengan segera. Adapun ketrampilan yang harus dimiliki

pengamat diantaranya : (a) menghindari kecenderungan untuk membuat

penafsiran; (b) adanya keterlibatan ketrampilan antar pribadi; (c)

23
merencanakan skedul aktivitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24

jam; (d) catatan harus teliti dan sistematis.

Tahap 4 : Refleksi terhadap tindakan (reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat

saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan

dicari eksplanasinya, dianalisis dan disintesis. Dalam proses pengkajian data

ini dimungkinkan melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya

pada saat observasi. Keterlibatan kalaborator sekedar untuk membantu

peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam

proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan dan teori instruksional

yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan

sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat

ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih. Proses refleksi ini

memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan

PTK.

Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapat suatu

masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan

selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang

menyesatkan dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu

PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh

ketajaman dan keragaman instrument observasi yang dipakai sebagai upaya

triangulasi data. Observasi yang hanya menggunakan satu instrumen saja.

Akan menghasilkan data yang miskin. Adapun untuk memudahkan dalam

24
refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan

dan ini dijadikan dasar perencanaan siklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi

diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi

langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.

Secara keseluruhan dalam penelitian ini keempat tahapan

membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain

secara bersinambungan seperti sebuah spiral.

Siklus ini berakhir setelah hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan

PTK yang dilakukan membuahkan hasil.

C. PENELITIAN YANG RELEVAN

Beberapa penelitian tentang model pembelajaran akttif type Hollywood

square yang telah dilakukan menurut Andri Dirgahayuning (2017)

mengatakan bahwa model pembelajaran aktif Type Hollywood Square dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMA. Model pembelajaran

aktif Type Hollywood Square juga menjadi inovasi agar siswa lebih aktif lagi

belajar. Asmaul Husna (2016) mengatakan bahwa model pembelajaran aktif

Type Hollywood Square lebih berpengaruh terhadap pemahaman konsep

matematis siswa dibandingkan pembelajaran konvensional . Selanjutnya Putri

permatasari dkk (2017) mengatakan bahwa penerapan model model

pembelajaran aktif Type Hollywood Square mampu meningkatkan aktifitas

belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung dan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal serupa juga dikatakan Fitri Rahmadani dkk (2017) bahwa model

25
pembelajaran aktif Type Hollywood Square mampu memberikan motivasi

kepada siswa untuk belajar sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar

siswa dalam pembelajaran. Sejalanya dengan Shinta Arum Sari dkk (2017)

mengatakan bahwa Eksperimentasi model pembelajaran aktif Type

Hollywood Square Siswa Kelas X MIPA SMA Negeri 6 Pekanbaru Pada

Materi Stoikiometri mampu meningkatkan aktivitas dan Kreativitas Belajar

Matematika siswa.

Menurut Satri Darni dkk (2016) model pembelajaran aktif tipe Hollywood

Square dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan koloid

dikelas XI IPA SMA Negeri 14 Pekanbaru. Sedangkan menurut Vivi Sari dkk

(2016) berdasarkan hasil yang diperoleh metode pembelajaran aktif tipe

Hollywood square dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, para peneliti telah

menggunakan model pembelajaran aktif Type Hollywood Square pada tingkat

SMP dan SMA. Walaupun dalam penelitian sebelumnya ada beberapa

peneliti melakukan penelitian tidak hanya pada pelajaran matematika, tetapi

untuk melihat respon, aktivitas, prestasi bahkan hasil belajar siswa. Namun

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran aktif Type

Hollywood Square untuk melihat kemampuan pemecahan masalah siswa

menggunakan lember kerja siswa ( LKS) pada pokok bahasan Aljabar siswa

kelas VII SMP Negeri 43 Merangin.

26
D. KERANGKA TEORITIK

1. Kemampuan Pemecahan Masalah

a. Masalah dan Pemecahan Masalah

Yusuf (2014) mengatakan masalah merupakan bagian dari

kehidupan manusia baik bersumber dari dalam diri maupun

lingkungan sekitar. Hampir setiap hari manusia berhadapan dengan

suatu masalah yang perlu dicarijalan keluarnya. Dimyati (2006)

mengatakan bahwa tugas pendidik harus menemukanmasalah-masalah

yang dialami siswa.

Jadi bisa dikatakan masalah timbul apabila seseorang

menginginkan sesuatu tapi tdak segera mengetahui apa yang harus

dilakukan untuk memperolehnya. Masalah adalah sesuatu yang timbul

akibat adanya rantai yang terputus antara keinginan dan cara

mencapainya. Keinginan atautujuan yang ingin dicapai sudah jelas,

tetapi cara mencapai tujun tersebut belum jelas.

Masalah tidak hanya dihdapi oleh orangdewasa,anak usia

sekolah pun juga menghadapi masalah dalam lingkungan belajarnya.

Dalam konteks ini, permasalahan yang dimaksud berupa soal

maupun tugas yang dapat dimengerti, namun menantang untuk

diselesaikan oleh siswa. Selan itu, soal tersebut tentunya tidak mudah

untuk diselesaikan dengan proses durrutinyang telah diketahui siswa.

Oleh karena itu, faktor waktu untuk penyelesaian soal tersebut

sebaiknya tidak dipandang sebagai hal yang krusial.

27
Berbicara mengenai masalah matematika, Lencher (Yusuf,

2014) mendeskripsikannya sebagai soal matematika yang strategi

penyelesaiannya tidak langsung terlihat, sehingga dalam

penyelesaiannya memerlukan pengetahuan, keterampilan dan

pemahaman yang telah dipelajari sebelumnya. Lebih lanjut, Polya

(Yusuf) mengemukakan dua macam masalah matematika yaitu:

1. Masalah untuk menemukan (problem to find) dimana kita

mencoba untuk mengkonstruksi semua jenis objek atauinformasi

yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2. Masalah untuk membuktikan (problem to prove) dimana kita akan

menunjukkan salah satu kebenaran pernyataan, yakni pernyataan

itu benar atau salah. Masalah jenis inimengutamakan hipotesis

ataupun konklusi dari suatu teorema yang kebenarannya harus

dibuktikan.

Permasalahan yang baik member siswa kesempatan untuk

memperluas pengetahuan mereka dan untuk merangsang pelajaran

yang baru, oleh karena itu guru harus menyiapkan sejumlah

permasalahan yang baik dimana permasalahan itu tidak diluar

kemampuan siswa. Pemecahan masalah merupakan bagian dari

kurikulum matematika yang sangat penting. Hal ini dikarenakan

siswa akan memperoleh pengalaman dalam menggunakan

pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan

soal yang tidak rutin. Sependapat dengan pernyataan tersebut,

28
Lencher (Yusuf, 2014) mendefiniskan pemecahan masalah

matematika sebagai proses menerapkan pengetahuan matematika

yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum

dikenal. Sebagai implikasinya,aktivitas pemecahan masalah dapat

menunjang perkembangan kemampuan matematika yang lain seperti

komunikasi dan penalaran matematika.

Pembicaraan mengenai pemecahan masalah matematika

tidak dapat terlepas dari tokoh utamanya, yakni George Polya.

Menurut Polya (Yusuf, 2014) terdapat empat tahapan penting yang

harus ditempuh siswa dalam memecahkan masalah, yakni

memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan

rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali. Melalui tahapan yang

terorganisir tersebut,siswa akan memperoleh hasil dan manfaat yang

optimal dari pemecahan masalah.

Menurut Branca (Yusuf, 2014) pemecahan masalah dapat

diinterpretasikan dalam tiga kategori yang berbeda.Pertama,

pemecahan masalah sebagai tujuan. Kategori ini memfokuskan

belajar bagaimana cara memecahkan masalah. Dalam hal ini,

pemecahan masalah terbebas dari prosedur atau metode dan konten

matematika itu sendiri. Kedua, pemecahan masalah sebagai proses.

Kategori ini terfokus pada metode, prosedur, strategi, serta heuristic

yang digunakan dalam pemecahan masalah.Ketiga,pemecahan

masalah sebagai keterampilan dasar yang salah satunya menyangkut

29
keterampilan minimal yang dimiliki siswa dalam menguasai

matematika.

Guru berperan penting di dalam mengembangkan disposisi

pemecahan masalah siswa. Mereka harus memilih permasalahan yang

melibatkan siswa dan mereka harus pula menciptakan suatu

lingkungan yang mendorong siswa untuk menyelidiki, menanggung

risiko, membagi bersama kesuksesan dan kegagalan, dan bertanya

satu sama lain. Di dalam lingkungan yang mendukung seperti itu,

siswa mengembangkan kepercayaan yang mereka perlukan untuk

menyelidiki permasalahan dan kemampuan untuk membuat

penyesuaian ke dalam strategi pemecahan masalah mereka.

b. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah menjadi salah satu

kemampuan yang harus dimiliki oleh para siswa dalam

pembelajaran matematika. Sesuai dengan rekomendasi pertama

NCTM (Ade, 2013) yang berpendapat bahwa perhatian dan

sambutan yang sangat luas adalah pemecahan masalah harus

menjadi fokus pada pembelajaran matematika disekolah,

selanjutnya NCTM menulis bahwa pemecahan masalah seharusnya

menjadi fokus utama dari kurikulum matematika.

Senada dengan hal tersebut, Suherman (Ade, 2013)

mengungkapkan bahwa “pemecahan masalah merupakan bagian

kurikulum matematika yang sangat penting dalam proses

30
pembelajaran matematika maupun penyelesaiannya, siswa

dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan

serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada

pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin”. Melalui kegiatan ini

aspek-aspek kemampuan matematika penting seperti penerapan aturan

pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian,

komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan secara

lebih baik. Berarti pemecahan masalah menjadi target dalam

pembelajaran disekolah. Guru patut dituntut menggali kreativitas

dengan mengembangkan bermacam- macam strategi pemecahan

masalah dengan focus pada persoalan yang jarang dijumpai agar

kemampuan berfikir siswa senantiasa terbangun. Menurut Sobel (Ade,

2013) ada beberapa strategi pemecahan masalah yang dapat

digunakan dalam menyelesaikan masalah diantaranya adalah strategi

pemecahan masalah dengan coba-coba, mencari pola, menggunakan

alat peraga, model, atau sketsa, membuat peraga, menggunakan daftar

tabel atau bagan.

Beberapa indikator kemempuan pemecahan masalah

matematika menurut NCTM (Eka, 2017) sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang dinyatakan,

dan kecukupan unsur yang diperlukan.

2. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model

matematika.

31
3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah

(sejenis dan masalah baru) dalam atau luarmatematika.

4. Menjelaskan atau menginterprestasi hasil sesuai permasalahan

asal.

5. Menggunakan matematika secara bermakna.

Dari uraian diatas maka indikator kemampuan pemecahan

masalah matematis dalam penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi

unsur-unsur, 2) merencanakan dan menerapkan strategi, 3)

menyelesaikan strategi dan 4) menjelaskan dan menyimpulkan hasil

sesuai dengan permasalahan.

c. Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum

matematika yang sangat penting. Hal ini dikarenakan siswa akan

memperoleh pengalaman dalam menggunakan pengetahuan serta

keterampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan soal yang tidak rutin.

Sependapat dengan pernyataan tersebut, Lencher (Yusuf, 2014)

mendefiniskan pemecahan masalah matematika sebagai proses

menerapkan pengetahuan matematika yang telah diperoleh

sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Sebagai

implikasinya, aktivitas pemecahan masalah dapat menunjang

perkembangan kemampuan matematika yang lain seperti komunikasi

dan penalaran matematika.

32
NCTM (Ade,2013) jugamenyatakan hal yang senda yaitu

pemecahan masalah merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran

matematika dantidak bisa dipisahkan dengan program matematika.

Pemecahan masalah tidak berdiri sendiri dalam kurikulum matematika

tetapi harus melibatkan semua muatan dari standard. Konteks

permasalahan dapat bervariasi dari pengalaman siswa dalam dunia

nyata yang diterapkan dengan melibatkan pengetahuan. Seperti halnya

pengetahuan matematika mereka yang semakin berkembang dan

menjadi terhubung satu sama lain, maka siswa meningkatkan

kemampuan mereka untuk memahami dan menemukan solusi untuk

masalah yang jauh lebih rumit.

d. Strategi Pemecahan Masalah

Strategi pemecahan masalah matematika merupakan cara

berpikir yang dapat digunakan ketika hendak menyelesaikan suatu

masalah yang dapat diselesaikan dengan cabang ilmu matematika.

Penyelesaian atau pemecahan suatu masalah dapat ditempuh

seseorang dengan berbagai macam metode maupun strategi. Akan

tetapi, yang menjadi persoalan adalah bagaimana menentukan strategi

yang terbaik dan terefisien. Hal ini terkait dengan menjadikan masalah

yang kita hadapi terlihat lebih sederhana sehingga mudah untuk

dipecahkan.Sama halnya dengan menghadapi masalah matematika,

kita harus jeli dalam menentukan strategi ataupun metode yang paling

tepat.

33
Yusuf (2014) menemukan sepuluh strategi berbeda yang sangat

bermanfaat dalam menyelesaikan masalah matematika yaitu:

a. Bekerja Mundur

Dalam menyelesaikan masalah matematika,sangat penting bagi

kita untuk mengikuti cara berfikir dan pendekatan yang sistematik

dalam penyelesaiannya. Mengikuti beberapa langkah dalam

menyelesaikan permasalahan matematika, memungkinkan kita

dapat menemukan jawaban. Agar kita dapat menyelesaikan

permasalahan secara tepat,maka kita perlu terlebih dahulu

memahami soal serta mencari informasi dari permasalahannya.

Ketika sudah memahami soal, maka kita dapat menentukan metode

penyelesaian yang sesuai dengan permasalahan, kemudian

dilanjutkan pada tahap proses penyelesaiannya. Ada banyak cara

untuk menyelesaikan permasalahan matematika salah satunya

adalah strategi bekerja mundur.

b. Menemukan Pola

Penemuan pola adalah salah satu strategi dalam problem solving

dimana kita dapat mengamati informasi yang diberikan seperti

gambar, angka, huruf, kata ,warna ,atau suara. Dengan mengamati

beberapa elemen yang diberikan tersebut, kadang-kadang secara

berurutan kita dapat memecahkan masalah yang diberikan dengan

menentukan apa yang menjadi elemen selanjutnya dan elemen

tersebut akan membentuk pola yang diberikan. Beberapa masalah

34
matematika yang dapat diselesaikan dengan menggunakan strategi

penemuan pola memiliki karakteristik tertentu, yaitu:

a) Masalah yang berhubungan dengan perpangkatan yang cukup besar

dan biasanya diminta menentukan digit terakhir, digit tengah, atau

banyaknya digit.

b) Masalah yang melibatkan sebuah bentuk bangun dan kita diminta

menentukan banyaknya bangun satuan yang membentuk bangun

tersebut.

c) Menentukan suku tertentu pada sebuah barisan.

d) Menentukan jumlah bilangan atau rumusnya yang membentuk

suatubarisan.

e) Menyelesaikan masalah tentang operasi aljabar pada suatu pecahan.

f) Menentukan hasil bagi suatu bilangan yang lebih dari 10digit.

g) Masalah yang dapat disederhanakan dan dianalogikan sampai

ditemukan pola yangterbentuk.

h) Masalah yang melibatkan banyaknya sudut yang terbentukoleh

garis yang ditentukan jumlahnya dari'sebuah titik.

c. Sudut Melihat dari Sudut Pandang Lain

Pada umumnya, di sekolah siswa diajarkan cara umum atau

formal untuk mempersiapkan mereka menyelesaikan soal atau

permasalahan. Cara yang diberikan ini biasanya hanya satu macam

saja. Cara tersebut umumnya mampu membantu siswa

35
mendapatkan jawaban, namun untuk beberapa kasus, cara tersebut

tidak selalu merupakan cara yang paling efisien. Terkadang lebih

menguntungkan untuk melihat suatu permasalahan atau soal dari

sudut pandang lain. Salah satu contoh dari cara berpikir ini telah

dibahas pada babsebelumnya, yaitu bekerja mundur, dimana

permasalahan dipandang dari sudut pandang yang berbeda dalam

memecahkan masalah, yaitu dari akhir ke awal.

d. Menyerderhakan Masalah yang Serupa

Penyelesaian suatu masalah dapat ditempuh dengan banyak

strategi. Namun, persoalannya adalah bagai-mana menentukan

strategi yang terefisien sehingga masalah tersebut terlihat lebih

sederhana dan mudah untuk dipecahkan. Salah satu strategi

pemecahan masalah yang dibahas dalam buku ini adalah strategi

menyederhanakan masalah yang serupa. Strategi ini digunakan

ketika kita menghadapi masalah kompleks, seperti soal dengan

bilangan yang terlalu besar, terlalu kecil, atau soal yang memiliki

pola atau perhitungan yang cukup kompleks. Strategi ini dilakukan

dengan mencobakan masalah kompleks ke suatu bentukyang lebih

sederhana sehingga diperoleh pola penyelesaiannya.Setelah itu,

pola tersebut kita terapkan untuk menyelesaikan masalah' kompleks

sebelumnya.

36
e. Mempertimbangkan Kasus Ekstrim

Untuk menganalisis situasi tertentu, baik dalam kehidupan

sehari- hari maupun matematis, kadang kala sangat bermanfaat

bagi kita untuk melihat kasus ekstrim untuk hal tersebut. Dengan

mempertahankan beberapa variable konstan (tetap seperti sedia

kala) dan mengubah variabel yang lainnya menjadi ekstrim, akan

membantu kita untuk dengan mudahnya memahami situasi yang

terjadi. Hanya saja kita perlu berhati- hati dalam mengubah

variabel, pastikan variabel yang diubah itu tidak mempengaruhi

situasi masalah yang sesungguhnya atau dengan katalain tidak

menyebabkan perubahan pada variabel lainnya yang menyebabkan

karakteristik variabel lain berubah.

f. Membuat Gambar atau Diagram

Geometri adalah cabang ilmu matematika yang sangat erat

kaitannya dengan strategi menggambar, karena strategi

menggambar atau yang juga dikenal sebagai making visual

representation strategy banyak digunakan dalam memecahkan

masalah geometri. Akan tetapi penggunaan strategi membuat

gambar juga banyak digunakan dalam sehari-hari. Gambar sebagai

representasi ,visual juga sering digunakan untuk menjelaskan suatu

kondisi dan bagaimana cara untuk mencapai kondisi tertentu.

Informasi-informasi yang direpresentasikan ke dalam bentuk

gambar, sketsa, atau diagram dapat membantu kita dalam

37
memvisualisasikan kondisi atau keadaan masalah secara lebih

konkret.

g. Menebak dengan Cerdas dan Mengetesnya

Salah satu strategi dalam penyelesaian soal matematika adalah

Menebak dengan cerdas dan mengetesnya (Intelligent Guessing

and Testing). Dalam menggunakan strategi ini, kita tidak terlepas

dari kemampuan kita untuk memperkirakan tebakan kita supaya

sesuai dengan persyaratan dalam soal. Teknik penyelesaian

masalah ini sering juga disebutsebagaimetodetrial-anderror. Akan

tetapi, perlu dibedakan antara guessing atau asal menebak dengan

intelligent guessing atau menebak dengan cerdas. Kalau hanya

sekedar guessing, bisa jadi kita membutuhkan banyak sekali

pengetesan sehingga tidak efektif. Oleh karena itu,dalam strategi

ini, kita tidak hanya sekedar menebak tetapi menggunakan

inteligensi kita supaya efektif dan tidak berkali-kali melakukan

pengetesan.

h. Menghitung Semua Kemungkinan

Memperhitungkan/mempertimbangkan semua kemungkinan bisa

jadi sebagai cara paling efektif untuk menyelesaikan suatu

permasalahan. Meskipun terlihat tidak begitu 'cerdas' cara ini bisa

menjadi alternatif paling sederhana karena sifatnya yang tidak

terlalu abstrak. Ada kalanya cara ini menjadi sedikit melelahkan

38
karena lebih mengorbankan waktu dan tenaga terlebih lagi jika kita

tidak bisa mengorganisir kemungkinan- kemungkinan jawaban

yang muncul. Namun, ada kalanya suatu permasalahan lebih baik

diselesaikan dengan cara seperti ini ketika cara yang lain tidak

menjanjikan sebuah jawaban atau terlalu abstrak untuk

diselesaikan.

Strategi ini disebut juga dengan

”mengelimmasi/menghilangkan kemungkinan” yakni strategi di

mana pemecah masalah menghilangkan kemungkinan jawaban

sampai menyisakan jawaban yang benar. Proses pengeliminasian

kemungkinan jawaban dapat terjadi secara mental (tanpa

melibatkan tulisan) maupun tertulis. Efektif atau tidaknya strategi

ini sangat ditentukan oleh si pemecah masalah itu sendiri yang

bergantung pada:

a) Kemampuan untuk mengenali sebuah system untuk pengetesan

kemungkinan-kemungkinan.

b) Kemampuan mengorganisir kemungkinan-kemungkinan seperti

membuat daftar atau tabel saat mengumpulkan informasi.

c) Kemampuan menggunakan metode pelacakan terhadap apa yang

sudah dikumpulkan dan terhadap lUfOrmasi relevan yang

seharusnya tidakdieliminasi.

d) Kemampuan mengecek dan memutuskan apakah suatu informasi

terulang ketika semua kemungkinan sudah ditemukan.

39
i. Mengorganisasi Data

Organisasi data pada bab ini dapat diartikan sebagai

pengaturan data. Pengaturan ini bisa bermakna banyak hal, mulai

dari mengatur data yang ada, atau mengubah urutan data yang ada.

Organisasi data juga bisa digunakan sebagai alat untuk

menyelesaikan permasalahan. Akan tetapi, sebelum itu alangkah

baiknya jika lebih dulu mengenal lebih jauh mengenai apa itu

pengaturan data.

Dalam kehidupan sehari-hari kita menemui banyak sekali

contoh pengaturan data yang kita lakukan secara tidak

sadar.Contoh paling sering dijumpai adalah ketika kita membuat

catatan pelajaran. Kita melakukan pengelompokan catatan

berdasarkan mata pelajaran yang diambil, sehingga data (materi

pelajaran) akan lebih mudah diorganisi. Strategi ini termasuk

strategi yang harusnya cukup diperhitungkan, karena bisa saja dari

sebuah data yang sama didapatkan kesimpulan yang berbeda,

tergantung dari cara pengelompokandatanya.

j. Bernalar Secara Logis

Bernalar merupakan proses menyeleksi dan menganalisa

informasi yang diterima hingga sampai pada sebuah kesimpulan

yang sah berdasarkan data-data yang ada. Agar dapat bernalar

secara logis, kita harus bisa memikirkan konsekuensi dari setiap

pilihan langkah yang akan kita gunakan. Sehingga, materi-materi

40
fundamental terkait dengan permasalahan perlu dipahami terlebih

dahulu. Strategi ini kerap kali digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan matematika yang melibatkan manipulasi aljabar.

Analisa terhadap kesamaan unsur/polabaik di pernyataan maupun

pertanyaan merupakan kunci dari strategi ini.

2. Hakikat Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan prilaku sebagai hasil pengalaman. Slameto

(2010:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses upaya yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Kegiatan pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih

baik. Sagala (2003: 63) mendefinisikan "Pembelajaran adalah setiap

kegiatan yang dirancang oleh para guru untuk membantu seseorang

mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam proses yang

sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam

kontek kegiatan belajar mengajar"

Berdasarkan pengertian ini, maka dapat dikemukakan bahwa

pembelajaran tidak terjadi seketika tetapi harus melalui berbagai tahapan

dimulai dari tahap perancangan dimana pada tahap ini guru bertindak

sebagai pengatur skenario dalam proses pembelajaran. Kemudian tahap

pelaksanaan dimana skenario telah dirancang oleh guru dipraktekkan pada

41
tahap ini. Selanjutnya tahap evaluasi pada tahap ini merupakan tahapan

penilaian atau evaluasi terhadap proses sebelumnya dan hasilnya nanti

akan terlihat apakah hasilnya nanti akan terlihat apakah bagus atau tidak,

ini bisa dilihat dari skor hasil tes siswa.

Dari dua kutipan diatas dapat dikemukakan bahwa proses

pembelajaran akan berhasil dengan baik jika terjadi sinkronisasi antara

guru dengan siswa, dan pembelajaran akan menjadi lebih bermakna jika

pada proses pembelajaran itu juga dilbatkan aktivitas fisik siswa dan

pengalamannya. Dengan adanya sinergi antara guru, siswa, perangkat

pembelajaran, dan pihak terkait lainnya maka pembelajaran akan bias

ditingkatkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Menurut Nana

Sudjana dikutip oleh Suryosubroto (1997:36), pelaksanaan proses

pembelajaran meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Pra instruksional (membuka pelajaran)

Membuka pelajaran merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan

oleh guru dalam setting untuk menciptakan pra kondisi, sehingga

perhatian serta sikap mental siswa dapat digirng atau siap memasuki

persoalan serta terlibat pada kegiatan yang akan dilakukan. Dengan

kata lain usaha guru dalam rangka menciptakan pra kondisi agar

mental maupun perhatian siswa terpusat pada apa yang akan dipelajari

sehingga memberi efek positif terhadap kegiatan belajar. Hasibuan

(1988: 117) mengemukakan bahwa “Siswa siap mental untuk belajar

42
adalah siswa yang mengetahui tujuan pelajaran yang akan dicapai,

masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan, langkah-langkah

kegiatan belajar yang akan dilakukan, batas-batas tugas yang harus

dikerjakan untuk menguasai pelajaran". Dari pemaparan diatas dapat

disimpulkan bahwa untuk memulai pembelajaran seseorang siswa

harus memiliki kesiapan mental yang baik.

b. Tahap Instruksional (kegiatan inti)

Bahan atau materi pembelajaran pada hakekatnya adalah isi dari materi

yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang

digunakan. Secara umum sifat bahan pembelajaran dapat dibedakan

menjadi beberapa kategori yaitu fakta, konsep, prinsip dan

keterampilan. Menurut Nana Sudjana yang dikutip Suryosubroto

(1997:42), mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menctapkan materi pembelajaran sebagai berikut:

1) Bahan harus menunjang tercapainya tujuan.

2) Bahan yang ditulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) terbatas pada konsep/garis besar bahan, tidak perlu dirinci.

3) Urutan bahan pembelajaran hendaknya memperhatikan

kesinambungan.

4) Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang sulit, dari yang

konkrit menuju yang abstrak, sehingga mudah memahaminya.

43
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran

untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang dilakukan secara

interaktil, inspiratil, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup

sesuai perkembangan fisik serta psikologisnya.\

c. Tahap Sesudah Pengajaran (menutup pelajaran)

Menjelang akhir jam pembelajaran atau pada akhir setiap

bagian kegiatan guru bersama siswa harus melakukan kegiatan

penutup pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa memperoleh

gambaran yang utuh tentang pokok-pokok bahan pembelajaran yang

sudah dipelajari, mengetahui tingkat pencapaian dan pemahaman siswa

terhadap suatu konsep serta tingkat keberhasilan

guru dalam proses zpembelajaran. Untuk melihat Pemahaman konsep

pelajaran pada diri siswa dilakukan kegiatan meninjau kembali dengan

melibatkan siswa didalamnya. Kegiatan peninjauan kembali

dilaksanakan pada kegiatan penutup atau disetiap penggal

kegiatan pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan oleh JJ Hasibuan

(1988: 117) " kegiatan menutup pembelajaran bertujuan agar siswa

meperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok bahan

pembelajaran yang telah dipelajarinya, megetahui tingkat

pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar

44
mengajar". Tanpa kegiatan menutp pembelajaran, boleh dikatakan

proses pembelajaran belum sepenuhnya terlaksana.

Menurut Soli (1985:9), cara-cara yang dapat dilakukan guru

dalam menutup pembelajaran adalah seagai berikut:

1) Meninjau kembali

2) Mengevaluasi.

Proses pengulangan atau peninjauan kembali konsep-

konsep pelajaran sangat penting dilakukan, karena selain

meluruskan konsep- konsep pelajaran yang kurang tepat juga

bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini sejalan

dengan pendapat Silberman (2006:249) yang menyatakan bahwa

salah satu cara yang pasti untuk membuat pembelajaran tetap

melekat dalam pikiran adalah mengalokasikan waktu untuk

meninjau kembali apa yang telah dipelajari. Materi yang telah

dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat dalam pikiran

dibandingkan materi yang tidak". Agar materi pembelajaran dapat

dipahami harus dilakukan kegiatan pengulangan atau peninjauan

kembali terhadap materi-materi yang telah dipelajari.

Menurut Silberman (2006: 267) "salah satu belajar aktif

dapat digunakan dalam pengulangan adalah strategi belajar aktif

tipe Hollywood Squares"

45
3. Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak

siswa untuk belajar secara aktif. Menurut Sadirman (2006: 95) "Tidak ada

belajar kalau tidak ada aktivitas". Jadi keterlibatan siswa secara aktif

dalam dalam proses pembelajaran menyebabkan pelajaran itu lebih berarti

bagi siswa. Belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau

melihat sesuatu. Otak tidak sekedar menerima informasi, tetapi ia juga

mengolahnya. Silberman (2006:18) mengemukakan bahwa: "Otak kita

akan melakukan tugas proses belajar yang lebih baik jika kita membahas

informasi dengan orang lain dan jika kita diminta untuk mengajukan

pertanyaan tentang itu". Selain itu Meyer & Jones (dalam

Neila (http://neila.staflugm.ac.id/ ) juga mengungkapkan bahwa

"Pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar, menulis,

membaca dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi

pelajaran, ide-ide dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang

sedang dipelajari".

Menurut John Holt dalam Silberman (2006:19) akan lebih baik lagi

jika siswa dapat melakukan sesuatu terhadap informasi yang diperolehnya

sehingga bisa mengetahui tentang seberapa bagus pemahamannya terhadap

informasi tersebut. Selain itu John Holt juga mengungkapkan bahwa

proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal

berikut ini:

46
a. Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri.

b. Memberikan contohnya

c. Mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi

d. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain

e. Menggunakannya dengan beragam cara

f. Memprediksikan sejumlah konsekuensinya

g. Menyebutkan lawan atau kebalikannya

Cara menyajikan informasi akan menimbulkan kesan langsung di

dalam otak. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa harus

mengolahnya atau memahaminya. Silberman (2006:19) menyatakan otak

Kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa

yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir. Ketika proses belajar

sifatnya pasil, otak tidak melakukan pengkaitan ini. Belajar aktif adalah

salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian

menyimpannya dalam otak. Silberman (2006:20) juga mengemukakan

bahwa: "otak kita perlu menguji informasi, mengikhtisarkannya atau

menjelaskannya kepada orang lain untuk dapat menyimpannya dalam

ingatannya". Ketika proses belajar bersifat pasif, otak tidak menyimpan

apa yang telah disajikan kepadanya. Sebaliknya proses pembelajaran aktif

berpeluang untuk menimbulkan pemahaman yang kuat pada siswa

terhadap materi yang diajarkan.

Dengan belajar aktif, peserta didik diajak untuk turut serta dalam

semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga

47
melibatkan fisik. Silberman (2006:27) berpendapat bahwa ketika mata

pelajarannya tidak menarik, seringkali kegembiraan dalam kegiatan belajar

aktif itu saja sudah dapat menyenangkan dan memotivasi siswa untuk

menguasai pelajaran yang paling menjenuhkan sekalipun.

Dari pendapat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran di kelas yang dapat membantu memacu belajar aktif adalah

kegiatan belajar bersama. Proses pembelajaran di kelas dapat menstimulasi

belajar aktif melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil yang akan

memungkinkan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar aktif, sehingga

materi yang diajarkan akan lebih mudah dipahami.

4. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Square

Strategi belajar aktif tipe Hollywood Squares adalah suatu strategi

instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam bagian reviewing

strategis (strategis pengulangan). Strategi ini dapat membantu siswa

mengingat apa yang telah dipelajari, menguji pengetahuan dan

kemampuan siswa serta dapat berbagi dengan siswa lain. Dengan

menggunakan strategi ini guru dapat mengukur atau menilai kemampuan,

pengetahuan dan pengalaman siswa, melalui strategi ini diharapkan siswa

akan lebih memahami materi yang telah dipelajarinya.

Menurut Soli (1985: 9) Proses peninjauan kembali itu menjelang

akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan

pembelajaran, guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang

diajarkan itu telah dikuasai siswa".

48
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses peninjauan

kembali dapat melihat sejauh man kemampuan siswa terhadap konsep

pelajaran.

Strategi belajar aktif tipe Hollywood Squares ini merupakan

aktivitas yang menyenangkan karena disini siswa dapat bermain sambil

belajar sehingga tidak membosankan dan membuat siswa terus

bersemangat. Dengan meningkatkan pemehaman siswa terhadap materi

yang telah dipelajari diharapkan siswa dapat memperoleh hasil belajar tic-

tac-toe yang memuaskan dan tujuan pelajaran dapat dicapai.

Adapun langkah-langkah strategi belajar aktif tipe Hollywood

Squares yang dikemukakan oleh Silberman (2006: 267) adalah sebagai

berikut :

1) Perintahkan tiap siswa untuk menuliskan pertanyaan yang terkait

dengan materi. Pertanyaannya bisa dalam format pilihan ganda,

benar/salah atau lisan.

2) kumpulkan pertanyaan. Jika anda menghendaki, tambahkan beberapa

pertanyaan dari diri anda sendiri.

3) Simulasikan format tayangan permainan yang digunakan dalam

Hollywood Squares. Tatalah kursi di depan kelas. Perintahkan tiga

siswa untuk duduk dilantai didepan kursi, tiga duduk dikursi dan tiga

lagi berdiri dibelakangnya.

49
4) Berikan kepada sembilan selebriti itu sebuah kartu dengan Tanda X

tercetak disatu sisi lain untuk menempelkan ketubuh mereka bila

pertanyaannya berhasil dijawab

5) Perintahkan dua siswa untuk bertugas selaku kontestan. Kontestan

memilih anggota dari celebrity squares untuk memjawab pertanyaan

permainan.

6) Ajukan pertanyaan kontestan secara bergiliran. Kontestan menjawab

menjawab setuju atau tidak setuju kepada tanggapan panel manakala

mereka berusaha membentuk tic-tac-toe.

7) Siswa lain yang tidak terlibat dalam permainan diberi kartu yang

menyatakan "setuju" di satu sisi dan tidak setuju" di sisi lain untuk

diberikan kepada kontestan untuk membantu mereka dalam membuat

keputusan.

Menurut Silberman (2006:267) strategi belajar aktif tipe

Hollywood Squares dapat juga divariasikan sesuai dengan kebutuhan

kelas. Berdasarkan langkah-langkah dari strategi pembelajaran aktif tipe

Hollywood Squares yang dikemukakan Silberman maka penulis dapat

memodifikasinya sebagai berikut:

a. Masing-masing siswa menuliskan minimal satu pertanyaan yang

terkait dengan mata pelajaran.

b. Memilih siswa yang menjadi sebagai celebrity square dan

contestan.

50
c. Dengan cara membagi siswa yang terdiri dari siswa kelompok

tinggi, siswa kelompok sedang, dan siswa kelompok rendah

berdasarkan nilai ujian atau tingkat kemampuan. Kemudian untuk

celebrity squares diambil secara acak tiga dari kelompok tinggi,

tiga kelompok sedang dan tiga dari kelompok rendah. Untuk

contestan diambil secara acak dari ketiga kelompok tersebut dan

sisanya sebagai siswa yang akan membantu contestan dalam

mengambil keputusan.

d. Siswa sebagai celebrity square menempati posisinya masing-

masing, yaitu tiga orang duduk di atas bangku dinamakan barisan

tic dan diberi nomor urut 1,2,3. Tiga orang duduk di bawah/ di

lantai dinamakan barisan tac dan juga diberi nomor urut. Tiga

orang lagi berdiri di belakang dinamakan barisan toe dan juga

diberi nomor urut.

e. Strategi belajar aktif tipe Hollywood Squares dimulai dengan

contestan memilih anggota dari celebrity square untuk menjawab

pertanyan permainan.

f. Kalau celebrity square yang ditunjuk oleh contestan tidak dapat

menjawab pertanyaan maka dilempar ke celebrity square lain

sehingga semua celebrity square mendapat giliran. Apabila

pertanyaan berhasil dijawab maka diberikan sebuah kartu dengan

tanda X tercetak di satu sisi untuk ditempelkan ke tubuh mereka.

Penyelesaiannya langsung ditulis siswa di papan tulis.

51
g. Kemudian contestan menjawab setuju apabila jawabanya benar dan

tidak setuju apabila jawabannya salah, dan siswa lain yang tidak

terlibat diberi kartu untuk membantu contestan membuat keputusan

Siswa yang tidak terlibat juga ikut mencari penyelesaian soal

ditempat duduk masing-masing yang nantinya jawaban tesebut

dikumpulkan setelah tic-lac-toe terbentuk. Soal yang tidak terjawab

dengan benar oleh selebriti didiskusikan bersama guru.

h. Apabila semua celebrity sudah semuanya mendapat giliran untuk

menjawab pertanyaan yang dirotasi lagi dengan mengajukan

pertanyaan baru kepada celebrity yang belum bisa menjawab

pertanyaaan.

i. Tic-tac-toe terbentuk berarti ke sembilan celebrity mendapat giliran

menjawab pertanyaan.

j. Apabila masih ada waktu guru dapat mengganti peserta celebrity

squares dan contestan dengan siswa yang belum dapat giliran.

k. Pertanyaan yang belum ditampilkan karena keterbatasan waktu

dijadikan tugas rumah dan dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya.

l. Mengarahkan siswa pada kesimpulan tentang topic yang dibahas.

Menurut Soli (1985:9)“ Proses peninjauan kembali itu menjelang

akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan inti, guru

harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan itu telah

dikuasai siswa".

52
5. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Kegiatan belajar aktif merupakan suatu kegiatan dimana siswa

menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi

untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.

Hal ini seperti diungkapkan oleh John Holt dalam Melvin L Silberman

(2006:26) yang menyatakan bahwa proses belajar akan mengingatkan

Ingatan siswa jika siswa diminta untuk melakukan hal berikut:

a. Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri

b. Memberikan contohnya

c. Mengenalinya dalam berbagai macam bentuk dan situasi

d. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain

e. Menggunakan dengan beragam cara

f. Memprediksikan sejumlah konsekuensinya

g. Menyebutkan lawan atau kebalikannya

Untuk menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, guru

memberikan LKS kepada siswa. LKS menuntut siswa untuk aktif dan

kreatif dalam menyelasaikan soal-soal baik itu berupa konsep maupun

pembahasan secara matematis yang tersaji pada LKS.

Dalam penelitian ini LKS yang digunakan peneliti adalah LKS

Galileo (Gali ilmu lebih optimis) yang disusun berasarkan kurikulum

pendidikan. Penyajian LKS ini menjadikan siswa lebih banyak dilibatkan

dalam proses pembelajaran. Ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang

sedang dilaksanakan maka sasaran utamanya adalah proses pembelajaran

53
yang terpusat pada siswa artinya siswa tidak berperan pasif dalam belajar

tetapi dituntut peran aktifnya dalam mendapatkan materi pelajaran. Guru

harus mampu melibatkan siswa sehingga ikut aktif dan mengambil bagian

dalam proses pembelajaran tersebut. Untuk mengingat apa yang telah

diajarkan, siswa harus mampu mengulang atau memahaminya kembali

dengan baik. Salah satu tipe strategi active learning dalam pembelajaran

untuk dapat memahami kembali materi adalah Hollywood Squares.

E. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah

Penerapan Model pembelajaran aktif type Hollywood Square dapat

Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 43

Merangin Tahun Ajaran 2020/2021.

54
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan

kemampuan pemecahan masalah menggunakan lembar kerja siswa dengan

metode pembelajaran Aktif Tipe Hollywood Square Review Kelas VII

SMP Negeri 43 Merangin pada pokok bahasan operasi bentuk Aljabar

semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian, yakni dari tahap persiapan hingga

pelaksanaan pennelitian dilakukan selama 2 bulan mulai dari pertengahan

September hingga pertengahan November 2020. Adapun pelaksanaan

pembelajaran/ tindakan diselenggarakan pada semester genap ( semester I)

pada bulan April hingga Mei 2021 dengan rincian sebahai berikut:

Pertama melakukan observasi awal dilaksanakan pada tanggal 21

September 2021, kemudian dilakukan tindakan siklus I pada tanggal 4

April dan 8 April. Siklus II dilakukan pada tanggal 15 April. Dan yang

teakhir siklus ke III dilaksakan pada tanggal 29 dan 03 Mei 2021.

Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 43

Merangin tepatnya di kelas VII dengan jumlah siswa 20 orang.

Pertimbangan memilih SMP 43 Merangin sebagai lokasi penelitian adalah

karena berdasarkan hasil observasi awal kemampuan siswa dalam belajar

matematika rendah, dan juga karena kabupaten merangin masih

55
dikategorikan zona hijau wabah Covid-19 sehingga masih dilaksanakan

pembelajaran normal seperti biasanya. Hal tersebut membuat peneliti

bergerak memperbaiki kualitas pembelajaran Aljabar memalui penerapan

pembelajaran aktif tipe Hollywood Squares sebagai alternatf tindakan

bersama guru mata pelajaran sebagai mitra kalaboratif peneliti.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengunakan jenis penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research) yang berfokus pada upaya

mengubah kondisi nyata yang ada ke arah kondisi yang diharapkan.

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk penelitian tindakan yang

berupaya membantu memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran

dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang

pembelajaran di kelas.

Oja dan Smulyan (1989: 23-24) menyebutkan bahwa “ada empat

bentuk penelitian tindakan, yaitu: Teacher-As-Researcher (guru sebagai

peneliti), Experimental Social Administration (administrasi sosial

experimental) Simultan Integrated Action Research (simultan

terintegrasi), dan Coolaborative Action Research (penelitian

tindakankolaboratif)”.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa pada bentuk pertama yang

memandang guru sebagai peneliti, dengan tujuan utama untuk

meningkatkan praktik pembelajaran di kelas.

Bentuk ini guru mencari problema sendiri untuk dipecahkan

56
melalui PTK. Bentuk yang kedua lebih menekankan dampak kebijakan

dan praktik. Bentuk yang ketiga yakni simultan terintegrasi,

mempunyai dua tujuan utama yaitu memecahkan persoalan praktis

dalam pembelajaran dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah

dalam bidang pembelajaran dikelas. Bentuk simultan terintegrasi

memposisikan persoalan pembelajaran datang dan diidentifikasi oleh

peneliti, guru bukan pencetus gagasan terhadap persoalan apa yang

harus diteliti, juga bukan inovator tetapi mengambil posisi inovator

adalah peneliti. Bentuk yang terakhir dalam PTK melibatkan guru,

kepala sekolah maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk

meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada

perkembangan teori dan peningkatan karier guru.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian

yang reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan

yang dilakukannya, dan memperbaiki kondisi di mana praktik

pembelajaran tersebut dilakukan.

Peran guru dan peneliti adalah sejajar, artinya guru juga

berperan sebagai peneliti selama penelitian berlangsung. Inti penelitian

ini terletak pada tindakan yang dibuat kemudian diujicobakan dan di

evaluasi, apakah tindakan alternatif ini dapat memecahkan persoalan

yang dihadapi dalam pembelajaran ataukah tidak.

57
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti cenderung

menggunakan bentuk yang ketiga, yaitu simultan terintegrasi. Peneliti

berusaha membantu memecahkan praktis dalam persoalan

pembelajaran dengan mengenalkan salah satu model pembelajarn

kepada guru. Dalam penelitian ini peneliti bersama kolaborator

meneliti praktik pembelajaran yang dilakukan guru di kelas, sehingga

peneliti dapat melihat bagaimana interaksi siswa dalamproses

pembelajaran. Selain itu, penelitian tindakan dilakukan sebagai upaya

untuk peningkatan pembelajaran yang berlangsung dalam beberapa

tahap yang dimulai dari perencanaan, aksi/tindakan, observasi, dan

refleksi yang kemudian kembali pada perencanaan semula untuk

tindakan berikutnya sampai dirasa cukup dan memadai.

Hal lain yang perlu diperhatikan dan dikembangkan dalam

penelitian ini adalah sikap kritis kolaboratif yang mempunyai makna

bahwa ada oleh pikir yang kompleks dalam membentuk ragam sudut

pandang, visi pengetahuan dan ketrampilan untuk dijadikan sudut

pandang dan visi bersama serta kesediaan pihak-pihak lain untuk ikut

terlibat dan bertannggung jawab bersama-sama sesuai dengan

perannya masing-masing.

D. Prosedur Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses

pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan

tindakan (Action Plan), tindakan (Action), pengamatan (Observation),

58
dan refleksi (Reflection), Keempat rangkaian kegiatan yang dilakukan

dalam siklus berulang merupakan ciri penelitian tindakan(Aqib, 2007:30)

Sebelum melakukan kegiatan pokok, peneliti terlebih dahulu

mengadakan observasi awal sebagai bahan refleksi awal. Peneliti dalam

hal ini mengadakan observasi kelas untuk mengidentifikasi masalah,

merumuskan masalah, dan menentukan permasalahan yang akan

dipecahkandengan skenario pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

Kegiatan tersebut meliputi:

1. Peneliti dan guru berdiskusi untuk mengidentifikasi masalahkelas.

2. Peneliti menetapkan kelas yang memiliki permasalahan paling

serius dan perlu penanganan dengan tindakan sebagaialternatifnya.

3. Peneliti mencari dari mana permasalahan pembelajaran terjadi,

apakah berasal dari siswa, guru, atau metode yang diterapkan.

4. Peneliti merencanakan penanganan sebagai solusi awal

terhadap permasalahantersebut.

Berdasarkan observasi awal tersebut, maka permasalahan

yang telah teridentifikasi perlu segera diatasi, dalam hal ini dengan

cara penerapan metode pembelajaran aktif Hollywood Square dalam

pembelajaran operasi bentuk Aljabar yang telah ditentukan yaitu kelas

VII. Tindakan tersebut diharapkan dapat memecahkan masalah yang

terjadi yaitu karena rendahnya prestasi belajar siswa. Secara umum

implementasi tindakan setiap siklus dalam PTK dilakukan sebagai

berikut:

59
3. Rancangan TindakanPenelitian

a. TahapanPenelitian

Tahapan ini dimulai dari perencanaan bersama (Planing

Conference) melalui wawancara dengan guru mata pelajaran

matematika, wakil kepala bidang kurikulum dan Kepala SMPN

43 Merangin untuk mendiskusikan permasalahan pembelajaran

Matematika, peneliti dan guru Matematika sebagai mitra

kolaboratif merumuskan permasalahan yangdihadapi dalam

pembelajaran Matematika.Mengingat luasnyabahasan dalam

bidang studi Matematika, maka penelitian yangdirencanakan

adalah tindakan yang akan dilakukan pada semester genap

tahun ajaran 2021/2022, dengan pokok bahasan pada

siklusIyaitu operasi bentuk Aljabar.

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun kegiatan

yang telah dikomunikasikan dengan guru bidang studi atau

mitra peneliti. Kegiatan tersebut antara lain:

1) Dokumentasi kondisi siswa yang terdiri dari jumlah siswa

dalam kelas, nilai ulangan harian Matematika siswa

semester genap tahun pelajaran 2021/2022.

2) Identifikasi masalah yang timbul berdasarkan hasil

observasi pendahuluan peneliti terhadap kondisi siswa, guru

dan pembelajaran Matematika.

3) Merencanakan tindakan dengan ilustrasi PTK antara guru

60
dan peneliti sebagai mitra kolaboratif dengan menerapkan

metode pembelajaran Aktif tipe Hollywood Squarepada

mata pelajaran Matematika.

4) Menyusun jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas yang

akan dilaksanakan dengan bantuan guru.

5) Menyusun lembar kegiatan siswa, observasi, silabus

pembelajaran, dan alat evaluasi akhirsiklus.

Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi:

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran dan merancang

skenario pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran

Aktif tipe Hollywood Square.

2) Penyiapan saran dan media pembelajaran seperti buku

paket dan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau bahan bacaan

lain yang mendukung pembelajaran Matematika.

3) Menyiapkan pedoman observasi terhadap proses

pembelajaran Matematika dengan metode pembelajaran

Aktif tipe Hollywood Square.

b. Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan ini oleh guru dengan

menerapkan metode pembelajaran Aktif tipe Hollywood

Squaredan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah

dibuat. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan.

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru melakukan

61
tindakanyang didasarkan atas pertimbangan teoritik, dan

empiris agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan aktivitas

dan hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Guru

menerapkan metode Aktif tipe Hollywood Squaredalam

pembelajaran dan melakukan pengamatan pembelajaran.

Peneliti berusaha memberikan pengarahan, motivasi dan

rangsangan kepada guru yang melakukantindakan.

Pada tahap ini guru melakukan tindakan berupa

intervensi terhadap pelaksanaan program sesuai jadwal, dan

peneliti melakukan pengamatan terhadap hasil pelaksanaan dan

hasil tindakan. Sebagai konsekuensi prinsip partisipatif dan

kolaboratif, penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi ganda,

yakni fungsi penelitian dan fungsi tindakan.

c. Tahap Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data

mengenai aktivitas belajar. Siswa dan pengelolaan

pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung dengan

dibantu oleh guru mitra sebagai observer. Peneliti dan guru

kolaboran/mitra. Melakukan observasi kelas, sedangkan untuk

pengelolaan pembelajaran observasi dilakukan oleh guru

kolaboran berdasarkan pedoman observasi yang telah

diterapkan peneliti.

Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

62
pelaksanaan tindakan dengan rencana yang telah disusun atau

seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan menuju

sasaran yang diharapkan. Gejala ketidak berhasilan atau

kesalahan dalam rencana tindakan dapat diketahui sedini

mungkin dengan dilakukannya observasi sehingga dapat

dilakukan pembetulan secepatnya.

d. Tahap Analisis dan Refleksi

Analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti serta

guru mata pelajaran Matematika SMPN 43 Merangin. Cara

yang dilakukan adalah menganalisis hasil pekerjaan siswa

berupa hasil tes belajar, dan hasil observasi, berupa hasil

observasi kelas selama pembelajaran berlangsung. Analisis

dilakukan baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran

berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan

bagian mana yang telah memenuhi target dan bagian mana

yang perludiperbaiki.

Data yang diperoleh, baik dari hasil observasi maupun

hasil tes kemudian dipaparkan. Berdasarkan hasil pengamatan

dan tes tersebut diambil kesimpulan, apakah dengan metode

Aktif tipe Hollywood Squarepresentase dari hasil prestasi

belajar siswa meningkat ataukah tidak.

Refleksi adalah kemampuan untuk mencermati atau

“merenungkan” kembali secara rinci semua yang telah

63
dilakukan. Setiap informasi dipelajari dan difahami bersama

antara peneliti dan guru pengampu mata pelajaran Matematika.

Titik rawan yang dianggap belum terpecahkan, tergarap,

terlewati atau terlupakan sehingga ada hambatan yang tidak

tuntas diidentifikasi secara jelas dan dianalisis bersama secara

kolaboratif dan guru pelaksana tindakan.

Sehingga dapat diketahui tindakan lanjutan yang

diperlukan dengan membuat perencanaan baru atau

menjelaskan implementasi tindakan pada siklus berikutnya.

4. Rincian ProsedurPenelitian

a. PersiapanPenelitian

Sebelum melakukan proses penelitian tindakan kelas

ini, seorang peneliti terlebih dahulu mengumpulkan segala

sesuatu yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan

penelitian tersebut, diantaranya dengan melakukan:

1) Observasi awal kelas yang akan diteliti. Hal ini dilakukan

peneliti untuk menemukan dan mengetahui permasalahan

yang dihadapi guru di kelas yang berkaitan dengan segala

aktivitas siswa dalam pembelajaran serta prestasi belajar

siswa, setelah terkumpulnya permasalahan yang ditemukan

di lapangan, maka peneliti dapat merencanakan suatu

tindakan yang akan dilakukan oleh penelitian.

2) Menyusun perangkat pembelajaran berupa rencana

64
pembelajaran (RPP) yang disetting sebagai PTK.

3) Pembuatan kisi-kisi dan pembuatan instrumen tes tiap akhir

siklus sebagai alat evaluasi pelaksanaan pembelajaran.

4) Pembuatan instrumen lembar aktivitas belajar siswa selama

proses pembelajaran.

b. PelaksanaanPenelitian
1) Siklus I

a) Perencanaan

Urutan kegiatan yang dilakukan peneliti pada

tahap perencanaan ini adalah:

(1) Menyusun rencana pembelajaran (RP) yang

disesuaikan dengan silabus pembelajaran

Matematika, sebagai acuan pelaksanaan proses

pembelajaran. Pembelajaran pada pertemuan kedua

dan seterusnya disusun berdasarkan hasil analisis

terhadap metode penelitian yang digunakan.

(2) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) disesuaikan

dengan model pembelajaran yang sedang digunakan

bersama guru mitra.

(3) Menyusun lembar pengamatan aktivitas siswa

(4) Menyusun kisi-kisi dan instrumen tes akhir siklus

b) Pelaksanaan Tindakan

(1) Pada awal pembelajaran guru memberikan motivasi

dan apresiasi tentang materi pokok yang

65
akandiajarkan.

(2) Penjelasan singkat metode pembelajaran Aktif tipe

Hollywood Squareyang akan diterapkan kepadasiswa.

(3) Guru membagi siswa kepada kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari 5siswa.

(4) Setiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari

LKS yang telah disediakan yang selanjutnya nanti

secara acak akan dipilih untuk memainkan perannya

sesuai dengan materi pelajaran.

(5) Menunjuk siswa yang akan bermainperan.

(6) Setiap kelompok yang tidak kebagian untuk

bermain peran dipersilahkan untuk mengamati dan

mencatat hal-hal yang penting dari segala gerak

gerik temannya yang sedang bermainperan.

(7) Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam

diskusi yang berpusat pada bermain peran. Masing-

masing kelompok audience diberi kesempatan untuk

menyampaikan hasil observasi dan reaksi-reaksinya

dengan bimbingan dariguru.

(8) Guru menyimpulkan hasil pemeranansiswa

(9) Pada akhir siklus diadakan tes untuk mengetahui

hasil belajarsiswa.

c) Observasi

66
Pada tahap ini observer berperan mengumpulkan data

berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung dengan lembar pengamatan/observasi.

Kegiatan ini dapat dilakukan bersama-sama guru

sebagai mitra peneliti. Data yang terkumpul akan

dianalisis berikut dengan menilai hasil observasi

menggunakan format lembar observasi.

d) Refleksi

Data yang diperoleh pada siklus dikumpulkan

untuk selanjutnya dianalisis dan kemudian refleksi

terhadap hasil yang diperoleh sehingga dapat diketahui

apakah terjadi peningkatan hasil belajar setelah adanya

tindakan atau tidak.

2) Siklus II

a) Perencanaan

Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan

seperti pada siklus pertama tetapi didahului dengan

perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang

diperoleh pada siklus pertama (refleksi), sehingga

kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus pertama

tidak terjadi pada siklus kedua. Materi pembelajaran

pada siklus II ini ádalah tentang Operasi Bentuk Aljabar

Perencanaan tindakan pada siklus II merupakan

67
hasil perbaikan dari pelaksanaan tindakan dari siklus I.

adapun kegiatan perencanaan yang dilakukan pada

siklus II adalah penyusunan RPP dan lembar kerja

siswa.

b) Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II, skenario

atau ilustrasi pembelajaran hampir sama dengan

tindakan pada siklus I, mengacu pada RPP yang telah

disiapkan, pembahasan materi pokok siklus II dengan

topik Operasi Bentuk Aljabar tersebut.

(1) Melaksanakan skenario bagaimana dalamRPP.

(2) Menjelaskan singkat tujuan pembelajaran yang akan

dijalani siswa, dengan memotivasi melalui metode

pembelajaran yang akanditerapkan.

(3) Mencatat jalannya kegiatan pembelajaran dengan

lembar observasi.

(4) Pada tahap akhir pembelajaran, siswa diberikan


testertulis.

c) Observasi

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh guru

bersama peneliti untuk mengetahui hal-hal apa saja

yang dilakukan siswa selama pembelajaran

berlangsung, apakah di antara siswa terdapat

ketidakpuasan dalam metode pembelajaran yang

68
diterapkan. Hasil dari observasi ini akan diidentifikasi

dan pengambilan interpretasi dalam tahap refleksi pada

siklus II tersebut.

d) Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sama

dengan kegiatan pada siklus I. Data yang diperoleh

dalam tahap observasi siklus II dikumpulkan untuk

kemudian dilakukan analisis dan refleksi.

3) Siklus III

a) Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus III dilakukan

berdasarkan hasil refleksi pada siklus II. Perencanaan

tindakan pada siklus III merupakan hasil perbaikan dari

pelaksanaan tindakan dari siklus II. Adapun kegiatan

perencanaan yang dilakukan pada siklus III adalah

penyusunan RPP dan lembar kerja siswa.

b) Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus III hampir

sama dengan tindakan pada siklus II peneliti

memberikan operasi Bntuk Aljabar, kegiatannya

sebagai berikut:

(1) Melaksanakan skenario bagaimana dalamRPP.

(2) Menjelaskan singkat tujuan pembelajaran yang akan

69
dijalani siswa, dengan memotivasi melalui metode

pembelajaran yang akanditerapkan.

(3) Mencatat jalannya kegiatan pembelajaran dengan

lembar observasi.

(4) Pada tahap akhir pembelajaran, siswa diberikan


testertulis

c) Observasi

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh guru

bersama peneliti untuk mengetahui hal-hal apa saja

yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

Apakah ada peningkatan seperti antara siklus I dan II,

sehingga antara siklus II dan III ini mengalami

peningkatan sama seperti siklussebelumnya.

d) Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sama

persis dengan kegiatan pada siklus II. Data yang

diperoleh dalam tahap observasi siklus III dikumpulkan

untuk kemudian dilakukan analisis dan refleksi.

E. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Penelitian ini dikatakan berhasil optimal dengan ketuntasan

(dalam henri 2017) sebagai berikut:

1. Indikator kuantitatif adalah siswa mencapai ketuntasan individual

(skor> 65) dan ketuntasan klasikal jika > 85% dari seluruh siswa

70
mencapai ketuntasan individual (skor > 65).

2. Indikator kualitatif adalah bilamana aktivitas siswa secara

klasikal80%.

F. Sumber Data

a. Data

Data adalah catatan fakta-fakta atau keterangan yang akan

diolah dalam kegiatan penelitian. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data-data yang dapat menggambarkan

keberhasilan dan ketidak berhasilan penelitian. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Skor hasil pekerjaan secara individu dan kelompok pada

latihan soal- soal.

2. Pernyataan verbal siswa dan guru yang diperoleh dari hasil

wawancara sehubungan dengan proses pembelajaran dan

pemahaman terhadapmateri.

3. Hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan oleh

teman sejawat dan satu guru mata pelajaran di sekolah

tersebut terhadap aktifitas praktisi dan siswa dengan

menggunakan lembar observasi yang disediakan olehpeneliti.

4. Catatan lapangan dari rangkaian kegiatan siswa dalam

kegiatan pembelajaran selamapenelitian.

71
b. SumberData

Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat

diperoleh.Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer

dan sekunder. Sumber data primer yaitu informan (orang) yang

dapat memberikan informasi tentang data penelitian. Informan

dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 43 Merangin.

Hal ini menjadi pertimbangan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan siswa dalam pembelajaran yang diberikan dengan

diterapkannya penggunaan model pembelajaran Aktif tipe

Hollywood Square.

Sumber data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data tersebut

adalah data hasil belajar yang dikumpulkan oleh orang lain, data

pendukung dalam penelitian ini adalah data dari guru mata

pelajaran matematika SMPN 43 Merangin. Jenis data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini adalah aktivitas, lokasi dan

dokumentasi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang peneliti lakukan dalam pengumpulan data penelitian

tindakan ini adalah dengan cara sebagai berikut:

1. Tes
Tes diambil dari kata testum yang berasal dari bahasa Perancis

kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.

72
(Arikunto, 1989, 52). Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada

individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan, baik

secara tertulis atau secara lisan atau perbuatan (Sudjana dan Ibrahim,

1989,100)

Tes digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah

diberikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu

tertentu. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes prestasi

belajar, yaitu tes yang dilaksanakan setelah berlangsungnya setiap

akhir siklus.

Peneliti menggunakan hasil tes ini untuk mendapatkan data

tentang prestasi belajar pada tiap akhir siklus. Melalui tes akhir belajar

ketercapaian ketuntasan individual dan klasikal serta peningkatan

prestasi belajar Matematika, siswa tiap akhir siklus tindakan.

Hasil penelitian berupa data kuantitatif diperoleh dari tes hasil

belajar, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan

lembar observasi siswa dan guru.

2. Observasi

Observasi berguna untuk memahami fenomena, pola

perilaku atau tindakan seseorang dalam melakukan aktivitasnya,

mengamati perilaku atau interaksi kelompok secara alamiah,

menyelidiki tingkah laku individual atau proses terjadinya suatu

peristiwa yang dapat diobservasi baik dalam sesuatu yang

sesungguhnya maupun situasi buatan (Sudjana dan Ibrahim, 1989).

73
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan

cara melakukan pengamatan terhadap objek penelitian (Arikunto,

2002, 204). Tujuan digunakan lembar observasi ini adalah untuk

mengetahui aktivitas siswa selama poses pembelajaran, baik dalam

siklus I, II, maupun III.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk menjaring data berupa prestasi belajar siswa

kelas VII SMP Negeri 43 Merangin selama kegiatan pembelajaran

yang berkaitan dengan materi yang disajikan. Adapun cara

pengumpulan data yang dilakukan melalui lembar

instrumenobservasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berusaha mencari data mengenai hal-hal yang

berupa catatan, buku surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya

(Arikunto, 2002; 206). Peneliti secara langsung dapat mengambil

bahan dokumen yang ada dan memperoleh data yang dibutuhkan.

Penggunaan metode ini diharapkan memperoleh makna

yang lebih valid kebenarannya. Kejadian yang merupakan sebuah

proses yang tak terbatas diharapkan mampu terungkap secara

empiris dan selanjutnya mampu dijadikan sebagai bukti yang lebih

akurat.

74
4. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun

sosial yang diamati dinamakan instrumen penelitian, Sugiyono

(2006; 148) menyatakan secara spesifik semua fenomena ini

disebut variabel penelitian. Adapun alat yang digunakan oleh

peneliti sebagai alat pengumpul data pada penelitian ini adalah soal

tes, lembar observasi, dan dokumentasi. Jenis tes yang

dikembangkan oleh peneliti menggunakan soal-soal tes buatan

peneliti danguru. Proses penelitian tindakan bersifat spiral

dialektik: diawali dengan pengumpulan data, dilanjutkan dengan

analisis data lagi, dan seterusnya. Analisis data dalam penelitian ini

terbagi menjadi dua, yaitu analisa data untuk data kuantitatif,

berupa angka hasil tes siswa dan analisa untuk data kualitatif

berupa deskripsi data yang menggambarkan hasil pengamatan

observer terhadap aktivitas kelas selama berlangsungnya

pembelajaran. Adapun analisis data yang penulis lakukan meliputi,

analisis instrumen penelitian dan analisis data penelitian. Data yang

didapat dari hasil penelitian kemudian dianalisis dengan teknik

analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Sedangkan instrumen yang peneliti gunakan untuk menilai

tingkat keberhasilan peserta didik adalah:

a. Lembar observasi

Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang

75
harus diisi oleh observer. Lembar observasi berisi tentang

kegiatan guru dan aktifitas siswa dalampembelajaran.

Tabel 2.
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar
Peserta Didik Siklus I, II dan III

Parameter Aktivitas Siswa Skor

Siklus I Siklus II Siklus III

Siswa bertanya pada guru

Siswa hadir tepat waktu

Siswa memperhatikan keterangan


guru

Siswa memperhatikan informasi


yang disampaikan teman

Siswa mencatathal-hal yang


relevan

Siswa aktif dalam pembelajaran


aktif tipe Hollywood Square

Siswa aktif menghayati


perandalam pembelajaran aktif tipe
Hollywood Square

76
Siswa menjaga ketenangan dalam
mengikuti pembelajaran

Siswa antusias dalam mengikuti


pembelajaran

Siswa membuathasil rangkuman


hasil pembelajaran

Jumlah skor

Keterangan: skala skornya -1- 5, skor total


maksimum = 50.

Kriteria penilaian:
80% -100% = sangat baik
70% - 79% = baik
60% - 69% = cukup
<59% =kurang

b. Instrumen evaluasi

Instrumen evaluasi adalah alat untuk memperoleh hasil

yang telah sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Sedang

bentuk evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar

peserta didik adalah soal pilihan ganda sebanyak 10 soal,

dimana setiap item yang benar nilai 1 dan salah 0.

77
Tabel 3.
Rangkuman Hasil Belajar Siswa Pada Ulangan
Harian Siklus I,II Dan III

Keterangan Perolehan

ulangan Siklus Siklus Siklus


harian I II III

Nilai terendah

Nilai tertinggi

Rata-rata kelas

Siswa belum
tuntas belajar
Siswa tuntas
belajar
Prosentase
ketuntasan
klasikal

H. Validasi Data

Trianggulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pemeriksaan sebagai pembanding data itu (Moleong, 2006: 151). Dalam

penelitian ini menggunakan trianggulasi sebagai sarana memvalidkan

data. Trianggulasi meliputi trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.

Trianggulasi sumber yakni usaha untuk mengumpulkan berbagai sumber

yang dijadikan sarana pendukung penelitian. Sumber yang dibutuhkan

di sini guru mata pelajaran dan siswa. Trianggulasi metode, yaitu

78
mengumpulkan data sejenis dengan pengumpulan data yang berbeda.

Trianggulasi metode dilakukan menggunakan observasi, wawancara,

dan angket. Trianggulasi dengan menggunakan metode diperoleh dari

guru, siswa, dan pengamatan guru.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif

dilakukan secara deskriptif yakni dengan menghitung ketuntasan

klasikal dan ketuntasan individual dengan rumus sebagai berikut:

1. Hasil Belajar Siswa

Skor dan nilai yang diperoleh (Arikunto, 2002a: 168) siswa dihitung
dengan menggunakan

rumus:

S=R

Keterangan:

S = skor yang diperoleh

R = jawaban yang betul (Arikunto, 2002a: 168)

Hasil tes akhir siklus diperiksa siberi skor. Butir tes yang

dijawab benar diberi skor 5 dan untuk tes yang dijawab salah

diberi skor nol. Selanjutnya skor dirubah dalam bentuk nilai

dengan rumus.

Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 dinyatakan

tidak tuntas dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari 65

dinyatakan tuntas belajar. Untuk mengukur ketuntasan belajar

secara klasikal digunakan

79
rumus: Ketuntasan belajar individu klasikal =

Jumlah siswa yang tuntas belajar


X 100%
Jumlah seluruh siswa

Ketuntasan belajar klasikal tercapai apabila prosentase

siswa yang tuntas belajar atau siswa yang memperoleh nilai lebih

dari atausama dengan 65 jumlahnya lebih besar atau sama dengan

85% dari jumlah seluruh siswa di kelas.

Ketuntasan individual, secara individual siswa mencapai

ketuntasan jika siswa mencapai ketuntasan >65%

2. Aktivitas Siswa

Penghitungan tingkat perkembangan aktivitas siswa dilakukan


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚

Dengan kategori/kriteria penilaian sebagai

berikut:

80%-100% = sangatbaik

70%-79% =baik

60%-69% =cukup

<59% =kurang

80
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.

Jakarta : Badan Nasional Menengah Umum.

Dirgahayuning, Andri. (2017). Penerapan strategi pembelajaran Aktif Tipe

Hollywood Sqeare Review Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar

Siswa Pada Pokok Bahasan Larutan Asam dan Basa Dikelas XI IPA 2 Sma

Negeri 5 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Ekonomi Akutansi FKIP UIR Vol 5

No 2. Universitas Islam Riau. Pekan Baru.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani. (2012). Strategi Belajar

Aktif. CTSD. Yogyakarta

Slameto. (2010). Belajar dan Factor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Raja Grafindo.

Silberman. (2006). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung :

Nusamedia dan Nuansa.

Sardirman, A.M. (2007). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Usman Sunyoto. (2004). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka

Belajar. Yogyakarta.

81
Lampiran 1

SILABUS PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP NEGERI 43 MERANGIN


Kelas : VII ( TUJUH)
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Semester : II
Standar Kopetensi : 3. Menjelaskan bentuk Aljabar dan melakukan operasi pada bentuk aljabar
Kopetensi Materi Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber
Dasar Pembelajaran Pembelajaran Pencapaian Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar
Kopetensi
Bentuk Mendiskusikan • Menjelaskan Tes Uraian 1. Dari bentuk 2x40 Buku
3. Menjelaskan Aljabar pengertian pengertian lisan singkat aljabar 2x +3 menit Paket, LKS
bentuk Aljabar Bentuk Aljabar keofesien, manakah yang dan
dan melakukan Menggunakan variable, merupakan Lingkungan
operasi pada metode konstanta dan keofesien,
bentuk aljabar pembelajaran suku variable, dan
aktif tipe manakah
Hollywood konstanta
square

Mendiskusikan
tentang variable,
konstanta, dan
suku
Menggunakan
metode
pembelajaran
aktif tipe
Hollywood
square

Melakukan • Melakukan Tes Hitunlah 4x40 Buku


operasi hitung, operasi hitung, tertulis 1. 2x+3+5x-6 menit Paket, LKS
tambah, kurang, tambah, kurang, 2. 4xy x 2x dan
kali, bagi dan kali, bagi dan 3. 4x : 2x Lingkungan
pangkat pada pangkat pada
bentuk aljabar bentuk aljabar

Menggunakan • Menerapkan Tes Suatu persegi 2 x40 Buku


sifat operasi operasi hitung tertulis panjang, panjang 2x menit Paket, LKS
hitung untuk pada bentuk cm dan lebar 3x cm . dan
menyelesaikan aljabar untuk nyatakan luas dan Lingkungan
soal yang menyelesaikan keliling dalam x
dinyatakan dalam soal
bentuk aljabar
Melakukan
operasi hitung
pada pecahan
aljabar dengan
penyebut satu
suku

Merangin, April 2021

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Sri Rahayu S.Pd Mengetahui Diargo Hendroan Doni S.Pd


Kepala SMPN 43 Merangin

M Taswan M.Pd
Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMP N 43 Merangin


Kelas/Semester : VII/II
Mata pelajaran : Matematika
Jumlah pertemuan : 3 Pertemuan (6x40 Menit)
Standar Kompetensi Dasar Indikator
Kopetensi
Memahami bentuk 3. Mengenali bentuk 1. Menjelaskan pengertian
Aljabar aljabar dan keofesien, variable, konstanta
unsure-unsurnya dan suku
2. Menyelesaikan operasi hitung
bentuk aljabar
3. Menerapkan operasi bentuk
aljabar dan menyelesaikan soal

A. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menentukan pengertian keofesien, variable, konstanta dan
suku
2. Siswa dapat menyelesaikan operasi hitung bentuk aljabar
3. Siswa mampu menerapkan operasi bentuk aljabar dan menyelesaikan
soal
B. Materi pembelajaran : Aljabar

C. Model Pembelajaran : Model pembelajaran aktif tipe Hollywood Square

D. Langkah-Langkah Kegiatan
▪ PERTEMUAN 1
1. Pendahuluan ( 5 Menit)
- Guru mengkondisikan siswa untuk belajar
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegunaanya dalam
kehidupan sehari-hari
- Memberikan motivasi dan apresiasi

2. Kegiatan Inti ( 65 Menit)

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi


waktu
1 Guru menjelaskan secara Memperhatikan 20
garis besar mengenai menit
pengertian keofesien,
variable, konstanta dan
suku
2 Guru Membentuk Memperhatikan
kelompok siswa secara
heterogen
3 Guru menjelaskan konsep Guru menunjuk
penting mengenai materi salah satu
pelajaran kelompok untuk
mempersentasikan
hasil diskusi
kelompoknya
4 Siswa melakukan diskusi 15
dengan kelompok yang menit
sudah di bagikan oleh guru
5 Guru memilih kelompok a. Masing masing
secara acak untuk siswa
mempresentasikan hasil menuliskan satu
diskusi kelompoknya pertanyaan
terkait materi
pembelajaran
b. Menentukan
siswa yang
menjadi
celebrity
squares dan
kontestan
c. Siswa sebagai
celebrity square
menempati
posisinya
masing-masing
d. Contestan
memlih anggota
dari selebrity
square untuk
menjawab
pertanyaan
permainan
e. Celebrity square
yang ditunjuk
oleh contestan
tidak dapat
menjawab
pertanyaan
maka dilempar
ke celebrity
square lainya
f. Contestan
menjawab
setuju apabila
jawaban benar
dan menjawab
tidak setuju
apabila
jawabanya salah
g. Celebrity square
yang belum bisa
menjawab
makan akan
diberikan
pertanyaan baru
h. Pertanyaan yang
belum
ditampilkan
dijadikan tugas
rumah dan
dikumpulkan
apada
pertemuan
berikutnya
i. Guru
memberikan
penekanan pada
konsep yang
sudah benar dan
meluruskan
pada konsep
yang masih
salah
6 Memberikan aplous untuk
siswa

3. Kegiatan Penutup (5 Menit)


- Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan
- Guru memberikan pekerjaan rumah

E. Bahan ajar/alat :
• Sumber
- Buku
- LKS Putra Nugraha
- Buku referensi lain
• Alat
- Alat berupa peralatan tulis
-
F. Penilaian :
- Penilaian proses (Afektif) : Kerja siswa dalam kelompok dan keaktifan
siswa
- Penilaian hasil (Kognitif) : Tes tertulis

Merangin, April 2021


Guru Mata Pelajaran Peneliti

Sri Rahayu S.Pd Mengetahui Diargo Hendroan Doni S.Pd


Kepala SMPN 43 Merangin

M Taswan M.Pd
Lampiran 3

KISI-KISI SOAL TES

Nama Sekolah : SMP N 43 Merangin

Kelas/Semester : VII/II

Mata Pelajaran : Matematika

Aspek : Aljabar

Standar Kopetensi : Memahami bentuk aljabar

Standar Kompetensi Kemampuan Yang Diuji Indikator Soal Butir tes No Soal

Memahami bentuk aljabar Menghitung masalah yang Melakukan operasi hitung Esai 1
terkait dengan operasi hitung tambah pada bentuk aljabar
bentuk aljabar.
Menentukan pengertian, Esai 2,3,4,5
keofesien, variable, kontstanta
dan suku

Menentukan operasi hitung Esai 1,3


aljabar
Lampiran 4

SOAL TES UJI COBA

Nama :
Kelas :
Mata pelajaran :
Hari/tanggal :
Petunjuk:
1. Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal tes
2. Isilah identitas kalian pada kolom yang telah disediakan
3. Bacalah soal dengan teliti
4. Kerjakan secara individu

Soal

Gambar mewakili bilangan yang menyatakan banyaknya buku yang dibaca


lina setiap pekan.

Manakah diantara bentuk berikut ini yang menyatakan banyaknya buku yang
dibaca lina dalam 6 pekan?

a. 6 +

b. 6 x

c. +6

d. ( + ) x6

1. Pilihan Jawaban

…………………………………………………………………………….

Alasan Pilih Jawaban

…………………………………………………………………………….

2. Bilangan apakah yang diwakili oleh symbol ?

Jawab : ……………………………………………………….

Alasan Jawaban :

…………………………………………………………………………….
3. Adakah suku pada pilihan jawabanmu ? ya atau tidak ada* tunjukan

alasanya?

…………………………………………………………………………….

4. Apakah pilihan jawaban mu merupakan bentuk aljabar ? ya atau tidak*

Alasan :………………………………………………………………….

5. Manakah variable, konstanta dan koofesien pada pilihan jawaban mu ?

Variabel :

…………………………………………………………………………….

Konstanta :

…………………………………………………………………………….

Keofesien :

…………………………………………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai