Anda di halaman 1dari 61

PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PESERTA DIDIK SMK PADA MATERI SPLTV

DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN

PROPOSAL TESIS

SITARESMI ADITYANINGRUM
NIM 181008

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2021
PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
PESERTA DIDIK SMK PADA MATERI SPLTV
BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN

PROPOSAL TESIS
Diajukan kepada
STKIP PGRI Jombang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program Magister

Oleh :

Sitaresmi Adityaningrum
NIM 181008

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Tesis Oleh Sitaresmi Adityaningrum ini telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan.
Jombang, 27 Juli 2021
Pembimbing 1

Dr.Jauhara Dian NurulIffah, M.Pd


NIDN. 0722048801

Jombang, 3 Agustus 2021


Pembimbing 2

Dr. Syarifatul Maf’ulah, M.Pd


NIDN. 0707078604

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Tesis oleh Sitaresmi Adityaningrum ini telah dipertahankan di depan Dewan

Penguji pada tanggal ………

Dewan Penguji

Dr.Wiwin Sri Hidayati, MPd Ketua

Dr.Jauhara Dian NurulIffah, M.Pd Anggota

Dr. Syarifatul Maf’ulah, M.Pd Anggota

Mengesahkan, Mengetahui,
Ketua STKIP PGRI Jombang Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika

Dr. Munawaroh, M.Kes Dr.Wiwin Sri Hidayati, MPd


NIP. 196411251991032001 NIP. 197305022005012001

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Sitaresmi Adityaningrum
NIM : 181008
Program : Magister Pendidikan Matematika
Program Studi : Pendidikan Matematika

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Proses Pemecahan

Masalah Matematika Peserta Didik SMK pada Materi PLTV Berdasarkan Tipe

Kepribadian” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam proposal tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar

Pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jombang, Agustus 2021


Yang membuat pernyataan

Sitaresmi Adityaningrum

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal tesis yang berjudul

“Proses Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik SMK pada Materi PLTV

Berdasarkan Tipe Kepribadian”. Penulis menyadari proposal tesis ini tidak akan

terwujud tanpa bantuan, doa, bimbingan dan arahan dari semua pihak.

Disampaikan terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing tesis yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi sehingga penulisan proposal tesis ini

dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan proposal tesis ini.

Jombang, Agustus 2021


Penulis,

Sitaresmi Adityaningrum
NIM. 181008

vi
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Cover ................................................................................................ i

Halaman Judul ................................................................................................. ii

Lembar Persetujuan Pembimbing .................................................................... iii

Lembar Pengesahan Penguji ............................................................................ iv

Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ v

Kata Pengantar ................................................................................................. vi

Daftar Isi........................................................................................................... vii

Daftar Tabel ..................................................................................................... ix

Daftar Gambar ................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Batasan Masalah ........................................................................................ 7

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 7

D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

F. Definisi Operasinal Variabel ..................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Pemecahan Masalah ....................................................................... 11

B. Pemecahan Masalah Matematika .............................................................. 13

C. Tipe Kepribadian ....................................................................................... 18

D. Ciri-ciri Tipe Kepribadian ......................................................................... 19

E. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 22

F. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................................ 28

vii
BAB III METODE PENELITIAN (PERLU DIEDIT)

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 31

B. Subjek Penelitian ....................................................................................... 31

C. Teknik Pengumulan Data .......................................................................... 33

D. Instrumen Penelitian .................................................................................. 34

E. Prosedur Penelitian .................................................................................... 38

F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 41

G. Triangulasi Data ......................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48

viii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Indikator pemecahan masalah John Dewey...............................................

2.2 Ciri-ciri Kepribadian Keirsey.................................................................... 22

2.3 Perbedaan dan Persamaan Penelitian yang Relevan dengan Penelitian

yang Akan dilakukan ................................................................................ 27

3.1 Perhitungan Untuk Menentukan Tipe Kepribadian .................................. 44

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Konseptual Penelitian .............................................................. 30

3.1 Diagram Alur Pemilihan Subjek................................................................ 32

3.2 Diagram Alur Penyusunan Instrumen ...................................................... 36

3.3 Diagram Alur Pedoman Wawancara ........................................................ 37

3.4 Diagram Prosedur Penelitian .................................................................... 41

3.5 Diagram Alur Teknik Analisis Data.......................................................... 46

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika dalam pendidikan merupakan bidang studi yang

menduduki peran penting, hal itu dapat dilihat dari jenjang sekolah SD

hingga SMA dan bahkan perguruan tinggi mempelajari bidang studi

matematika. Perlunya peserta didik belajar matematika mencakup banyak

alasan, salah satunya menurut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2010) yang

menyatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada peserta didik

karena matematika selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hampir

semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika, matematika

dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis dan ketelitian. Pada saat

seseorang berhasil memecahkan suatu masalah matematika maka akan timbul

rasa kepuasan terhadap usaha yang dilakukannya, tetapi pada kenyataannya

pemecahan masalah sering menyulitkan peserta didik. Menurut Lambertus

(2011) kelemahan lain dari pembelajaran matematika yang ditemukan

adalah lemahnya peserta didik dalam menganalisis soal, memonitor proses

penyelesaian, dan mengevaluasi hasilnya. Dengan kata lain, peserta didik

tidak mengutamakan teknik penyelesaian tetapi lebih memprioritaskan hasil

akhir.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengenai tujuan

pembelajaran matematika yakni: (a) memahami konsep matematika,

mendeskripsikan bagaimana keterkaitan antar konsep matematika dan

1
menerapkan konsep atau logaritma secara efisien, luwes, akurat, dan tepat

dalam memecahkan masalah, (b) menalar pola sifat dari matemematika,

mengembangkan atau memanipulasi matematika dalam menyusun argumen,

merumuskanbukti, atau mendeskripsikan argumen dan pernyataan

matematika, (c) memecahkan masalah matematika yang meliputi

kemampuan memahami masalah, menyusun model penyelesaian matematika,

menyelesaikan model matematika, dan memberi solusi yang tepat, dan (d)

mengkomunikasikan argumen atau gagasan dengan diagram, tabel, simbol,

atau media lainnya agar dapat memperjelas permasalahan atau keadaan.

Melalui pemecahan masalah, peserta didik dapat membangun pengetahuan

matematika baru. Hal ini dikarenakan dalam proses pemecahan masalah,

peserta didik juga dapat berusaha untuk belajar mengenai konsep yang belum

diketahui, sehingga peserta didik dapat menjadikan pembelajaran tersebut

sebagai pengalaman belajar selanjutya dengan masalah/soal dengan bobot

yang sama.

Standar proses pembelajaran matematika tersebut juga sesuai dengan

standar pembelajaran matematika yang tertulis dalam buku NCTM (National

Council of Teachers of Mathematics) tahun 2000 yang terdiri dari pemecahan

masalah (problem solving), kemampuan penalaran dan bukti (reasoning),

kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection)

dan kemampuan representasi (representation). Kemampuan pemecahan

masalah sangat penting baik dalam proses pembelajaran, maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah sebagai langkah awal peserta

2
didik dalam mengembangkan ide-ide guna membangun pengetahuan baru dan

mengembangkan keterampilan-keterampilan matematika.

Menurut Syaharuddin (2016) pemecahan masalah merupakan salah

satu kunci utama yang terdapat pada proses pembelajaran matematika. Proses

pemecahan masalah matematika oleh peserta didik dapat dilihat dari cara atau

tahap-tahap peserta didik memecahkan masalah tersebut. Agar pemecahan

masalah memperoleh hasil maksimal, maka langkah penyelesaian harus

dilakukan secara berurutan. Dalam proses pemecahan masalah peserta didik

memerlukan sebuah pola pikir yang dapat menghasilkan solusi terhadap

persoalan yang dihadapi.

Ada berbagai macam langkah pemecahan masalah yang diungkapkan

oleh para ahli, salah satunya John Dewey. Peneliti akan meneliti langkah

pemecahan masalah John Dewey dikarenakan dalam salah satu langkah

pemecahan masalah John Dewey dapat mengembangkan solusi lain dalam

menyelesaikan pemecahan masalah. Sehingga dari paparan tersebut yang

menjadikan peneliti ingin melihat proses pemecahan masalah dari tahap-tahap

penyelesaian masalah menurut John Dewey. Dewey (dalam Jainuri, 2011)

menjelaskan 6 langkah strategi pembelajaran berdasarkan masalah yang

kemudian dinamakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :

(1) Merumuskan masalah yakni langkah peserta didik menentukan

masalahyang akan dicapai, (2) Menganalisis masalah yakni langkah peserta

didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang, (3)

Merumuskan hipotesis yakni langkah peserta didik merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, (4)

3
Mengumpulkan data yaitu langkah peserta didik mencari dan

menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, (5)

Pengujian hipotesis yaitu langkah peserta didik mengambil atau merumuskan

kesimpulan sesuai penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan, (6)

menentukan pilihan penyelesaian masalah yaitu langkah peserta didik

menggambarkan pilihan yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian

hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Proses pemecahan masalah tentunya memerlukan sebuah keterampilan

dalam menyelesaikannya. Keterampilan yang dimiliki peserta didik dari

jenjang pendidikan SD hingga pendidikan Sekolah Menengah tentu berbeda.

Menurut Hamalik (2004) pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk

pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan –

kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan

keterampilan. Keterampilan yang didapat di SMK tidak hanya keterampilan

dalam mata pelajaran produktif saja melainkan pada mata pelajaran adaptif,

termasuk pada mata pelajaran matematika yang erat kaitannya dengan

pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah matematik yang

meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, sangat

ditekankan dalam pembelajaran matematika di SMK (Depdiknas, 2006).

Keterampilan yang dimiliki peserta didik di SMK dalam memecahkan

masalah tentunya berbeda - beda. Hal ini dikarenakan perbedaan tingkah laku

setiap peserta didik. Oleh karena itu dalam memilih metode pembelajaran

yang sesuai dengan keadaan kelas, salah satunya pengajar harus

4
mempertimbangkan perbedaan tingkah laku peserta didik. Perbedaan tingkah

laku pada setiap individu, peserta didik, maupun pengajar terjadi karena

pengaruh dari kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian peserta didik

tercermin dari pola dan ciri-ciri tingkah laku mereka seperti suka bekerja

keras, disiplin, pemalu, santai atau suka menyendiri.

Pada tahun 1985, dalam bukunya Please Understand Me I dan II,

David Keirsey, seorang professor dalam bidang psikologi dari California

State University, menggolongkan kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu Rational,

Idealist, Artisan dan Guardian. Individu dengan tipe guardian lebih suka

mengikuti prosedur rutin dengan instruksi detail, atau dengan kata lain tipe ini

menyukai kelas dengan model traditional dengan prosedir teratur. Individu

dengan tipe artisan menyukai bentuk kelas yang banyak diskusi dan

presentasi karena cenderung ingin menunjukkan kemampuannya, serta

menyukai perubahan dan tidak suka pada kestabilan. Individu dengan tipe

idealist lebih menyukai menyelesaikan tugas secara diskusi kelompok,

menyukai membaca dan menulis sehingga lebih cocok jika diberi tes

berbentuk uraian atau soal cerita. Individu dengan tipe rational menyukai

cara belajar dengan pemecahan masalah yang kompleks, lebih suka belajar

secara mandiri, serta mampu menangkap abstraksi dan materi yang

memerlukan intelektualitas yang tinggi (Keirsey dan Bates, 1984).

Penggolongan kepribadian tersebut didasarkan pada bagaimana seseorang

memperoleh energinya, mengambil informasi, membuat keputusan, dan gaya

dasar hidupnya. Oleh karena itu, tipe kepribadian ini sesuai untuk menelusuri

kemampuan memecahkan siswa yang meliputi bagaimana siswa memperoleh,

5
mengolah, menyimpan, dan memanggil kembali informasi yang diperlukan.

Hasil pengamatan terhadap kondisi peserta didik dalam menyelesaikan suatu

masalah akan membuahkan suatu kesimpulan bahwa setiap peserta didik

selalu mempunyai perbedaan, dimana perbedaan harus diterima dan

dimanfaatkan dalam belajar.

Salah satu materi yang ada pada pelajaran matematika adalah materi

Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel (SPLTV). Adapun Kompetensi Dasar

(KD) pada materi ini adalah menyusun sistem persamaan linier tiga variabel

dari masalah kontekstual yang berkaitan dengan sistem persamaan linier tiga

variabel (Kemendikbud, 2017). Berdasarkan kompetensi dasar yang harus

dicapai oleh peserta didik terlihat bahwa aplikasi materi SPLTV di kehidupan

sehari – hari bisa dibilang cukup banyak, salah satunya dikarenakan soal

SPLTV berupa soal cerita. Soal cerita adalah soal yang berkaitan dengan

masalah dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang diselesaikan

menggunakan kalimat matematika seperti simbol dan operasi hitung.

Kesulitan yang paling banyak dialami peserta didik dalam menyelesaikan soal

cerita adalah kesulitan dalam memahami soal (Hanifah, 2009). Hal ini juga

didukung oleh pernyataan Rahardjo dan Waluyati (2011) bahwa peserta

didik kesulitan dalam memahami maksud dari soal cerita SPLTV dan

menginterpretasikan jawaban tersebut ke dalam model matematika. Hingga

saat ini, kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika masih cukup

rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang berjudul “proses

pemecahan masalah matematika peserta didik SMK pada materi SPLTV

ditinjau dari tipe kepribadian”.

6
B. Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah menjadi terpusat, maka peneliti membatasi

masalah sebagai berikut.

1. Calon subjek adalah siswa SMKN Gudo kelas XTKJ 1.

2. Subjek adalah masing – masing satu peserta didik dengan tipe kepribadian

guardian, artisan, idealist, dan rational.

3. Proses pemecahan masalah dalam penelitian ini menggunakan teori

langkah pemecahan masalah John Dewey.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka pertanyaan

penelitiannya adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pemecahan masalah matematika peserta didik dengan

tipe kepribadian guardian pada materi SPLTV?

2. Bagaimana proses pemecahan masalah matematika peserta didik dengan

tipe kepribadian artisan pada materi SPLTV?

3. Bagaimana proses pemecahan masalah matematika peserta didik dengan

tipe kepribadian idealist pada materi SPLTV?

4. Bagaimana proses pemecahan masalah matematika peserta didik dengan

tipe kepribadian rational pada materi SPLTV?

7
D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses pemecahan masalah matematika peserta didik

dengan tipe kepribadian guardian pada materi SPLTV.

2. Mendeskripsikan proses pemecahan masalah matematika peserta didik

dengan tipe kepribadian artisan pada materi SPLTV

3. Mendeskripsikan proses pemecahan masalah matematika peserta didik

dengan tipe kepribadian idealist pada materi SPLTV.

4. Mendeskripsikan proses pemecahan masalah matematika peserta didik

dengan tipe kepribadian rational pada materi SPLTV.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak, baik secara teoritik dan secara praktis :

1. Secara teoritik

Secara teoritik manfaat dari penelitian ini adalah:

a) Hasil peneltian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan

dalam proses pemecahan masalah matematika peserta didik.

b) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan

wawasan keilmuan baru bagi guru dalam mengembangkan pendekatan

pembelajaran matematika khususnya untuk mengetahui

prosespemecahan masalah maematika peserta didik.

8
c) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu pertimbangan dalam

usaha untuk memberikan inovasi pembelajaran matematika.

2. Secara praktis

Adapun manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah:

a) Sekolah dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan dalam

menyusun kurikulum dengan memperhatikan karakteristik

kepribadian pada setiap peserta didik.

b) Guru dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan

dalam menyusun model pembelajaran yang sesuai dengan tipe

kepribadian peserta didik.

c) Peserta didik dapat menjadikan penelitian ini sebagai alat untuk

mengenal tipe kepribadian masing - masing individu sehingga mampu

menyesuaikan diri dengan model pembelajaran yang diberikan oleh

guru.

F. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dan menimbulkan

ketidakjelasan dalam pengambilan kesimpulan dan penilaian dalam penelitian

ini, maka perlu diberikan definisi istilah yang digunakan. Adapun definisi

tersebut adalah:

1. Proses pemecahan masalah dalam peneltian ini adalah suatu proses

dimana peserta didik menggunakan benyak cara untuk menyelesaikan

suatu masalah dengan menghubungkan beberapa pengetahuan yang

relevan dengan masalah guna mecari solusi dari soal-soal yang diberikan.

9
2. Pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini mengacu pada

langkah-langkah pemecahan masalah John Dewey, yaitu

mengenali/menyajikan masalah, mendefinisikan masalah,

mengembangkan beberapa hipotesis, menguji beberapa hipotesis, memilih

hipotesis yang terbaik

3. Tipe kepribadian adalah penggolongan kepribadian berdasarkan aturan

tertentu. Dalam penelitian ini digunakan penggolonan tipe kepribadian

berdasarkan David Keirsey yang membagi tipe kepribadian menjadi

empat kelompok, yaitu: guardian, artisan, rational, dan idealist.

Jadi “proses pemecahan masalah matematika peserta didik SMK pada materi

SPLTV ditinjau dari tipe kepribadian” adalah suatu penelitian untuk

mendeskripsikan bagaimana proses pemecahan masalah matematika peserta

didik SMK ditinjau dari tipe kepribadian menurut David Keirsey yaitu tipe

kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealist pada materi SPLTV.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Pemecahan Masalah Matematika

Kebutuhan akan pemahaman dan penggunaan matematika dalam

kehidupan setiap hari maupun di dunia kerja semakin besar dan terus

bertambah. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah diharapkan

dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami bahkan

melakukan matematika di kehidupan sehari-hari. Pemerintah menjawab

kebutuhan tersebut dengan menjadikan pemecahan masalah matematika

peserta didik sebagai fokus dalam pembelajaran matematika di sekolah.

Pemecahan masalah matematika memainkan peranan penting di sekolah, di

mana kemampuan ini merupakan kemampuan yang menuntut peserta didik

untuk menyelesaikan masalah matematika. Kemdikbud 2017 menyatakan

tujuan pembelajaran matematika yaitu memahami konsep matematika,

merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

Pemecahan masalah menjadi tujuan utama dari semua pembelajaran

matematika dan merupakan bagian tak terpisahkan dari semua aktivitas

matematika. Pemecahan masalah bukan topik yang berbeda, tetapi sebuah

proses yang harus diserap pada semua program dan menyediakan konteks di

mana konsep, prinsip dan keterampilan dipelajari (Jailani, 2015). Ini

menunjukkan pemecahan masalah merupakan hal yang penting dalam

11
pembelajaran matematika. Pemecahan masalah penting dalam matematika

karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, peserta didik

dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta

keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkannya sebagai pemecahan

masalah pada situasi baru. Pemecahan masalah berarti terlibat dalam tugas

yang metode atau solusi tidak diketahui sebelumnya. Karena itu, dalam

rangka mencari solusi, peserta didik harus menggali pengetahuan mereka, dan

melalui proses ini, mereka akan sering mengembangkan pemahaman

matematika baru. Peserta didik harus memiliki kesempatan yang sering untuk

merumuskan, berinteraksi dengan matematika, dan memecahkan masalah

kompleks yang memerlukan sejumlah besar upaya dan kemudian harus

didorong untuk merefleksikan pemikiran mereka. Jadi, memecahkan masalah

tidak hanya tujuan pembelajaran matematika tetapi yang merupakan sasaran

utama adalah melakukannya.

Pemecahan masalah mengharuskan peserta didik mengolah dan

mengembangkan pengetahuan, yang memungkinkan mereka untuk bekerja

dengan berbagai proses dan konsep. Pemecahan masalah dapat menjadi cara

bagi peserta diidk untuk membuat keputusan bebas, tentang bagaimana untuk

memecahkan masalah dan mendapatkan kepercayaan diri dalam pikiran dan

tindakan mereka. Posisi penting pemecahan masalah dalam pembelajaran

matematika mengharuskan guru untuk menyediakan kesempatan bagi peserta

didik untuk memecahkan masalah. Agar terjadinya proses pemecahan

masalah dalam pembelajaran matematika diperlukan adanya masalah yang

disediakan dalam soal-soal yang memenuhi kriteria soal pemecahan masalah.

12
Dari soal tersebut akan ditemukan perbedaan hasil jawaban peserta didik

yang juga adalah hasil performance peserta didik sebagai problem solver

karena kemampuan anak dalam pemecahan masalah sangat berkaitan dengan

tingkat perkembangan mereka.

Terjadinya kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal

matematika juga bisa saja disebabkan karena perbedaan proses pemecahan

masalah antar peserta didik di kelas, sehingga untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah, perlu diketahui

bagaimana proses pemecahan masalah yang dilakukan atau dialami peserta

didik. Dengan demikian, maka dengan diketahuinya proses pemecahan

masalah yang dilakukan peserta didik, maka guru di dalam pembelajaran

dapat membantu mereka yang mengalami permasalahan dalam hal tersebut.

Sangat penting mempelajari

B. Pemecahan Masalah Matematika

Masalah sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Suherman, dkk (2003) menyatakan bahwa suatu masalah

biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk

menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus

dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada

seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya

dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah bagi

anak tersebut.

13
Menurut Krulik dan Rudnick (1988) A problem is a situation,

quantitativeor otherwise, that confronts anindividual or group of individuals,

thatrequires resolution, and forwhich the individual seesno apparent path to

obtaining the solution.The problems as constrasted with the disorganized

situation. Masalah tidak dapat dipandang sebagai hal yang hanya membebani

manusia saja, akan tetapi justru harus dipandang sebagai sarana untuk

memunculkan penemuan-penemuan baru. Lahirnya penemuan-penemuan dari

para ahli yang kini dinikmati manusia karena adanya suatu masalah (M. J.

Dewiyani S, 2008).

Newell dan Simon (dalam widjajanti, 2009) menyatakan bahwa

masalah adalah situasi dimana individu ingin melakukan sesuatu tetapi tidak

tahu cara dari tindakan yang diperlukan untuk memperoleh apa yang

diinginkan. Masalah jika dikaitkan dengan matematika menurut Lencher

(dalam widjajanti, 2009) masalah matematika sebagai soal matematika yang

strategi penyelesaiannya memerlukan pengetahuan, keterampilan dan

pemahaman yang telah dipelajari sebelumnya. Sejalan dengan

Lencher,Sujono (dalam widjajanti, 2009) melukiskan masalah matematika

sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian dan

pemikiran yang asli atau imajinasi. Masalah adalah suatu keadaan dimana

keadaan tersebut belum ditentukan cara penyelesaiannya, bersifat tidak rutin,

dan menimbulkan rasa tertantang untuk menyelesaikannya. Sedangkan

masalah matematika dalam penelitian ini adalah soal yang bersifat non rutin

serta belum diketahui prosedur pemecahannya.

14
Polya (dalam widjajanti, 2009) mengemukakan dua macam masalah

matematika, yaitu:

a. Masalah untuk menemukan (problem to find), yaitu mencari, menentukan

atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketaui dalam soal

dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang

dicari atau ditanyakan, syarat-syarat yang memenuhi soal, dan data atau

informasi yang diberikan merupakan bagian penting dan harus dipahami

serta dikenali dengan baik pada saat awal memecahkan masalah.

b. Masalah untuk membuktikan (problem to solve), yaitu prosedur untuk

menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Masalah

untuk membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan.

Pembuktian untuk pernyataan benar dilakukan dengan membuat atau

memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju kesimpulan,

sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak benar cukup

diberikan contoh penyangkalnya sehingga pernyataan tersebut tidak benar.

Berangkat dari pendapat Krulik dan Rudnick maka dapat dikatakan

pemecahan masalah adalah suatu proses, yaitu cara dimana seorang individu

menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, keterampilan, dan

pemahaman untuk memenuhi syarat atau kondisi dari situasi yang berbeda.

Pemecahan masalah merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran

matematika. Pemecahan masalah juga merupakan salah satu kompetensi dasar

dalam pembelajaraan matematika yang harus dipenuhi oleh peserta didik.

Melalui pemecahan masalah, peserta didik dapat meningkatkan pemahaman

konsep yang sudah ada maupun yang sedang dipelajari. Dengan pemecahan

15
masalah peserta didik trampil dalam memecahkan masalah matematika,

sebagai sarana untuk mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, dan

kreatif (Widodo & Sujadi, 2015). Widodo (2013) menyatakan bahwa

pemecahan masalah merupakan proses yang digunakan dalam menyelesaikan

masalah.

Munculnya suatu masalah disebabkaan karena adanya kesenjangan

antara harapan yang diinginkan dengan kenyataan yang dihadapi (Saparwadi

& cahyowatin, 2018). Dalam matematika, masalah biasa ditemukan salah

satunya melalui soal. Soal yang dapat menimbulkan masalah bagi peserta

didik yaitu ketika peserta didik membutuhkan usaha dengan berbagai strategi

dalam menemukan solusi dari soal tersebut. Menggunakan berbagai strategi

dalam menyelesaikan suatu soal dibutuhkan perubahan skema dari skema

yang dimiliki sebelumnya. Perubahan skema disini terkait dengan perubahan

strategi pemecahan dari strategi pemecahan yang dimiliki sebelumnya.

Strategi pemecahan masalah peserta didik dapat diketahui dari bagaimana

proses atau langkah-langkah yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah.

Proses tersebut dimulai dengan konfrontasi awal dan menyimpulkan

sebuah jawaban yang telah diperoleh. Peserta didik harus menerapkan apa

yang ia pelajari pada situasi yang baru dan berbeda tersebut. Oleh karena itu

seorang guru harus merancang sebuah model pemecahan masalah yang dapat

membantu peserta didik dalam upaya memecahkan masalah matematika.

Seperti yang diungkapkan oleh Toh, Quek, Leong (2012) bahwa a problem-

solving model that is made explicit to students should be helpful in guiding

16
them in the learning of problem solving, and in regulating their problem

solving attempts.

NCTM merekomendasikan pemecahan masalah termasuk manipulasi

materi sebagai aktivitas utama dalam pembelajaran matematika, sebab

pemecahan masalah merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan

penguasaan konsep dan pemahaman matematika. Selanjutnya NCTM

menyatakan bahwa “by learning problem solving in mathematics, student

should acquire ways of thinking, habits of persistence and curiosity and

confidence in unfamilyar situations that will serve them weel outside the

mathematics claasroom. Mempelajari pemecahan masalah matematika

membuat peserta didik mendapatkan jalan dalam berfikir, memiliki

keingintahuan, ketekunan dan percaya diri dengan situasi yang tidak biasa

ditemukan diluar kelas.

Langkah-langkah pemecahan masalah menurut John Dewey (dalam

Syaharudin, 2016) ini dilakukan dalam enam tahap, yakni:.

1. Merumuskan masalah, peserta didik mengetahui dan merumuskan

masalah secara jelas.

2. Menelaah masalah, peserta didik menggunakan pengetahuan untuk

memperinci menganalisa masalah dari berbagai sudut.

3. Merumuskan hipotesis, selanjutnya peserta didik berimajinasi dan

menghayati ruang lingkup, sebab-akibat dan alternative penyelesaian.

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian

hipotesis. Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan data dalam

bentuk diagram, gambar dan tabel.

17
5. Pembuktian hipotesis. Kecakapan menelaah dan membahas data,

kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung ketrampilan

mengambil keputusan dan kesimpulan.

6. Menentukan pilihan penyelesaian. Kecakapan membuat alternative

penyelesaian, kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi

pada setiap pilihan.

Tabel 2.1 Indikator Pemecahan masalah John Dewey


Tahapan Penyelesaian
No Deskripsi Indikator
Masalah
1 Mengenali Masalah Siswa membaca masalah
2 Mendefinisikan Masalah Siswa menuliskan apa yang diketahui dan
ditanya pada masalah
3 Merumuskan Permasalahan Siswa memilih cara penyelesaian masalah
4 Mencoba Menyelesaikan Siswa menyelesaikan masalah sesuai dengan
Masalah cara yang dipilih
5 Mengevaluasi Penyelesaian Siswa mengecek kembali semua langkah mulai
awal hingga akhir

C. Tipe kepribadian

Kepribadian adalah suatu ciri khas baik sikap atau tingkah laku yang

dimiliki setiap individu dan itu membedakan antara individu yang satu

dengan individu yang lain. Menurut Allport (1937) kepribadian adalah:

“Personality is the dynamic organization within the individual of those

psychophysicalsystems that determine his unique adjustments to his

environment”, maksudnya kepribadian adalah susunan sistem-sistem

psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian

yang unik terhadap lingkungan. Sedangkan menurut David Krech dan

Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya yang berjudul Elelemnts of

Psychology merumuskan definsi kepribadian sebagai berikut : “Personality is

the integration of all of an individual’s characteristics into a unique

18
organization that determines, and is modified by, his attemps at adaption to

his continually changing environment”.

Kepribadian merupakan suatu totalitas dari individu, sehingga nampak

tingkah lakunya yang unik. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah

susunan sistem psikofisis yang khas pada tiap individu yang didapatkan dari

hasil penyesuaian dari lingkungannya dan dapat dibedakan dengan individu

lainnya. Kepribadian seseorang menurut Keirsey (1998) digolongkan menjadi

empat tipe kepribadian yaitu, the guardians (the epimethean temperament),

the artisans (the Dionysian temperament), the rational (the promethean

temperament), dan the idealist (the apollonian temperament). Penggolongan

ini berdasarkan bagaimana seseorang memperoleh energinya (ekstrovert atau

introvert), bagaimana seseorang mengambil informasi (sensing atau intuitive),

bagaimana seseorang membuat keputusan (thinking atau feeling) dan

bagaimana gaya dasar hidupnya (judging atau perceiving). Yang mana pada

penggolongan ini perbedaan nyata yang dapat dilihat dari seseorang adalah

tingkah laku (behaviour). Tingkah laku dari seseorang merupakan cerminan

dari pemikiran dan perasaan orang tersebut.

D. Ciri-cici Tipe Kepribadian Keirsey

1. Tipe Kepribadian Guardian

Tipe guardian ini menyukai kelas dengan model tradisional

beserta prosedur yang teratur. Peserta didik dengan tipe ini menyukai

pengajar yang dengan gamblang menjelaskan materi dan memberikan

perintah secara tepat dan nyata. Materi harus diawali pada kenyataan

19
nyata. Sebelum mengerjakan tugas, tipe guardian menghendaki instruksi

yang mendetail, dan apabila memungkinkan termasuk kegunaan dari

tugas tersebut. Segala pekerjaan dikerjakan secara tepat waktu. Meskipun

tidak selalu berpartisipasi dalam kelas diskusi, tetapi tipe ini menyukai

saat tanya jawab. Tidak menyukai gambar, namun lebih condong kepada

kata-kata. Materi yang disajikan harus dihubungkan dengan materi masa

lalu dan kegunaan dimasa yang akan datang. Jenis tes yang disukai

adalah tes objektif.

2. Tipe Kepribadian Artisan

Pada dasarnya tipe ini menyukai perubahan dan tidak tahan

terhadap kestabilan. Artisan selalu aktif dalam segala keadaan dan selalu

ingin menjadi perhatian dari semua orang, baik guru maupun teman-

temannya. Bentuk kelas yang disukai adalah kelas dengan banyak

demonstrasi, diskusi, presentasi, karena dengan demikian tipe ini dapat

menunjukkan kemampuannya. Artisan akan bekerja dengan keras apabila

dirangsang dengan suatu konteks. Segala sesuatunya ingin dikerjakan dan

diketahui secara cepat, bahkan sering cenderung terlalu tergesa-gesa.

Artisan akan cepat bosan, apabila pengajar tidak mempunyai teknik yang

berganti-ganti dalam mengajar.

3. Tipe Kepribadian Idealis

Tipe idealis menyukai materi tentang ide dan nilai-nilai. Lebih

menyukai untuk menyelesaikan tugas secara pribadi daripada diskusi

kelompok. Dapat memandang persoalan dari berbagai perspektif.

Menyukai membaca, dan juga menyukai menulis. Oleh karena itu,

20
idealist kurang cocok dengan bentuk tes objektif, karena tidak dapat

mengungkap kemampuan dalam menulis. Kreativitas menjadi bagian

yang sangat penting bagi seorang idealist. Kelas besar sangat

mengganggu idealist dalam belajar, sebab lebih menyukai kelas kecil

dimana setiap anggotanya mengenal satu dengan yang lain.

4. Tipe Kepribadian Rational

Tipe rational menyukai penjelasan yang didasarkan pada logika.

Mereka mampu menangkap abstraksi dan materi yang memerlukan

intelektualitas yang tinggi. Setelah diberikan materi oleh guru, biasanya

rational mencari tambahan materi melalui membaca buku. Rational

menyukai guru yang dapat memberikan tugas tambahan secara individu

setelah pemberian materi. Dalam menerima materi, rational menyukai

guru yang menjelaskan selain materinya, namun juga mengapa atau dari

mana asalnya materi tersebut. Bidang yang disukai biasanya sains,

matematika, dan filsafat, meskipun tidak menutup kemungkinan akan

berhasil di bidang yang diminati.

Cara belajar yang paling disukai adalah eksperimen, penemuan

melalui eksplorasi, dan pemecahan masalah yang kompleks. Kelompok

ini cenderung mengabaikan materi yang dirasa tidak perlu atau

membuang waktu, oleh karenanya, dalam setiap pemberian materi, guru

harus dapat meyakinkan kepentingan suatu materi terhadap materi yang

lain.

21
Tabel 2.1 Ciri-ciri Kepribadian Keirsey (Risky, 2017)
Tipe
No. Ciri – ciri Kepribadian
Kepribadian
1 Guardian a. Menyukai kelas dengan model tradisional dengan prosedur
teratur
b. Penjelasan materi harus secara detail, tepat dan nyata
c. Tidak terlalu suka berpartisipasi dalam diskusi
d. Segala pekerjaan dikerjakan tepat waktu
2 Artisan a. Peserta didik tipe ini selalu aktif dalam segala kondisi dan
ingin menjadi pusat perhatian
b. Tipe ini menyukai diskusi, presentasi dan aktif dalam
berpartisipasi
c. Tipe ini suka dalam menunjukkan kemampuannya
d. Segala sesuatu dikerjakan dan diketahui secaracepat,
cenderung tergesa-gesa, cepat bosan apabila pembelajaran
bersifat monoton
3 Rational a. Peserta didik dalam tipe ini menyukai penjelasan yang
didasarkan logika.
b. Pada tipe ini dapat menerima materi dengan intelektual
yang tinggi.
c. Tidak hanya menjelaskan materi tetapi juga dari mana
asalnya yang dijelaskan tersebut.
d. Model belajar yang disukai adalah eksperimen, penemuan,
eksplorasi dan pemecahan masalah kompleks.
4 Idealist a. Peserta didik dalam tipe ini menyukai materi tentang ide-
ide
b. Tipe ini lebih menyukai dalam menyelesaikan tugas secara
mandiri daripada secara kelompok
c. Didalam tipe ini menyukai membaca dan menulis
d. Tipe ini menyukai kelas kecil, karena setiap anggota jadi
lebih mengenal satu sama lain.

E. Penelitian yang Relevan

Berdasarakan penelusuran penulis terhadap beberapa hasil penelitian

yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yakni yang

berkaitan dengan matematika. Penulis menemukan beberapa penelitian yang

relevan, diantaranya yaitu:

1. Rianto, V M (2018) jurnal dengan hasil penelitian kemampuan

pemecahan masalah peserta didik berdasarkan teori John Dewey pada

materi trigonometri menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah

peserta didik berdasarkan teori John Dewey pada materi trigonometri

22
secara umum masuk dalam kategori sedang. Hal ini terlihat dari hasil tes

kemampuan pemecahan masalah peserta didik terutama pada langkah

pemecahan masalah yaitu mengembangkan beberapa solusi yang

mungkin serta menguji beberapa ide. Adapun untuk kemampuan

pemecahan masalah peserta didik berdasarkan teori John Dewey pada

kelompok atas masuk dalam kategori tinggi. Pada kelompok menengah

masuk dalam kategori sedang. Sedangkan pada kelompok bawah masuk

dalam kategori sedang. Langkah pemecahan masalah menurut John

Dewey yang kurang maksimal dari setiap kelompok yaitu pada langkah

mengembangkan beberapa solusi yang mungkin, dan menguji ide.

2. Agustin, Diyin Ayu Mentari (2018) jurnal dengan hasil dari penelitian

proses berpikir matematis peserta didik dalam memecahkan masalah

matematika ditinjau dari tipe kepribadian keirsey yaitu dari beberapa

hasil data proses berfikir matematis peserta didik dalam memecahkan

masalah matematika pada materi pecahan yang di tinjau dari tipe

kepribadian keirsey, dapat disimpulkan yang memiliki proses berfikir

matematis paling tinggi adalah peserta didik yang bertipe kepribadian

artisan. Hal ini sesuai dengan teori yang di sebutkan oleh Keirsey dari

ciri-ciri tipe kepribadian Keirsey. Peserta didik yang berkepribadian

artisan adalah peserta didik yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

peserta didik tipe ini selalu aktif dalam segala kondisi dan ingin menjadi

pusat perhatian, menyukai diskusi, presentasi dan aktif dalam

berpartisipasi, Tipe ini suka dalam menunjukkan kemampuannya dan

23
Segala sesuatu dikerjakan dan diketahui secara cepat, cenderung. tergesa-

gesa, cepat bosan apabila pembelajaran bersifat monoton.

3. Khamidah, Kusnul (2016) jurnal dengan hasil dari penelitian proses

berpikir matematis dengan langkah Polya berdasarkan tipe kepribadian

Keirsey, peserta didik yang lebih dominan adalah peserta didik yang

bertipe kepribadian Guardian, dalam memecahkan masalah matematika

di mulai dengan penerimaan informasi yang ditandai dengan memahami

masalah meliputi mengetahui apa yang diketahui, mengetahui apa yang

ditanyakan, mengetahui syarat-syarat yang diperlukan dalam pemecahan

masalah, serta membuat model maematika dari masalah dengan

pengertian sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan informasi

yang ditandai dengan melaksanakan rencana penyelesaian dari masalah

dan dilanjutkan dengan melaksanakan pelaksanaan rencana untuk

mendapatkan jawaban, namun langkah-langkahnya kurang lengkap.

Sedangkan dalam pengecekan kembali jawaban peserta didik melakukan

pengecekan kembali, kemudian dalam menarik kesimpulan, peserta didik

menarik kesimpulan hanya pada sebagian tes.

4. Kasriana, Rosid Ode (2018) jurnal dengan hasil penelitian deskripsi

kemampuan pemecahan masalah trigonometri ditinjau dari tipe

kepribadian dan tingkat kecemasan belajar peserta didik kelas X SMA

Negeri 6 Makassar yaitu:

a. Kemampuan pemecahan masalah trigonometri subjek idealist dengan

tingkat kecemasan tinggi dalam memecahkan masalah yaitu: (1)

Memahami masalah: pada tahap memahami masalah subjek IT tidak

24
menuliskan dengan benar dan lengkap apa yang diketahui dan apa

yang ditanyakan. (2) Merencanakan strategi: subjek IT mampu dalam

menentukan informasi yang relevan untuk menyelesaikan soal. (3)

Melaksanakan rencana: subjek IT mampu mengerjakan soal sesuai

dengan langkah pemecahan masalah yang telah direncanakan

sebelumnya.

b. Kemampuan pemecahan masalah trigonometri subjek idealist dengan

tingkat kecemasan rendah dalam memecahkan masalah yaitu: (1)

Memahami masalah: pada tahap ini, IR mampu menuliskan apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan. (2) Merencanakan strategi: pada

tahap ini subjek IR mampu mengaitkan antara hal yang diketahui dan

hal yang ditanyakan untuk menentukan rumus yang tepat. (3)

melaksanakan rencana: pada tahap ini IR menggunakan langkah-

langkah yang telah disusun sebelumnya secara benar.

c. Kemampuan pemecahan masalah trigonometri subjek rational

dengan tingkat kecemasan tinggi dalam memecahkan masalah yaitu:

(1) Memahami masalah: pada tahap ini subjek RT tidak menuliskan

dengan lengkap apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada

soal karena hal itu sudah sangat jelas. (2) Merencanakan strategi:

pada tahap ini subjek RT mampu menerima informasi yang ada pada

soal dan menghubungkan untuk menentukan rumus yang tepat dalam

menyelesaikan soal namun pada masalah yang berbeda, subjek RT

tidak memahami konsep sehingga salah dalam menentukan rumus.

(3) Melaksanakan rencana: pada tahap ini menunjukkan bahwa

25
subjek RT mampu menyelesaikan soal sesuai strategi yang telah

dirancang.

d. Kemampuan pemecahan masalah trigonometri subjek rational dengan

tingkat kecemasan rendah dalam memahami masalah yaitu: (1)

Memahami masalah: subjek RR kurang lengkap dalam menuliskan

apa yang diketahui pada soal karena tipe ini cenderung mengabaikan

hal-hal yang dirasa tidak perlu atau membuang waktu. (2)

Merencanakan strategi: pada tahap ini subjek RR mampu mengaitkan

informasi yang ada pada soal. (3) Melaksanakan rencana: pada tahap

ini subjek RR menggunakan langkah-langkah secara benar, serta

terampil dalam algoritma dan ketepatan menjawab soal.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2015) yang berjudul “Analisis

Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Sub Pokok Bahasan Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan Langkah Penyelesaian

Polya Siswa Kelas X IPA 3 SMA Negeri 3 Jember” yang bertujuan untuk

mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan, persentase, dan faktor penyebab

terjadinya kesalahan yang dilakukan peserta didik kelas X IPA 3 SMA

Negeri 3 Jember dalam menyelesaikan soal cerita sub pokok bahasan

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel berdasarkan langkah

penyelesaian Polya. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti

menunjukkan bahwa terdapat empat jenis kesalahan yang dilakukan

peserta didik kelas X IPA 3 SMA Negeri 3 Jember dalam menyelesaikan

soal cerita sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

berdasarkan langkah penyelesaian Polya, yaitu kesalahan memahami soal

26
sebesar 5,00%; kesalahan menyusun rencana sebesar 21,50%; kesalahan

melaksanakan rencana sebesar 22,88%; dan kesalahan memeriksa

kembali solusi yang diperoleh sebesar 18,00%. Pada penelitian ini faktor

penyebab kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita

dibatasi pada faktor penyebab kesalahan internal.

Tabel 2.2 perbedaan dan persamaan penelitian yang relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan
Judul Penelitian yang
No. Perbedaan Persamaan
Relevan
1. Penelitian oleh Rianto, V M a. Mendeskripsikan a. Langkah
(2018) yang berjudul proses pemecahan pemecahan
“kemampuan pemecahan masalah peserta didik masalah
masalah peserta didik b. Soal tes yang berdasarkan John
berdasarkan teori John digunakan adalah Dewey
Dewey pada materi mengenai sistem
trigonometri” persamaan linier
c. Analisis pemecahan
masalah berdasarkan
tipe kepribadian
peserta didik
2. Penelitian oleh Agustin, a. Mendeskripsikan a. Subjek yang
Diyin Ayu Mentari (2018) proses pemecahan diambil adalah
dengan judul penelitian masalah matematika subjek dengan tipe
“proses berpikir matematis b. Menggunakan langkah kepribadian keirsey
peserta didik dalam pemecahan masalah
memecahkan masalah John Dewey
matematika ditinjau dari tipe c. Subjek dalam
kepribadian Keirsey” penelitian yang akan
dilakukan adalah
peserta didik SMK
3. Penelitian oleh Khamidah, a. Mendeskripsikan a. Subjek yang diteliti
Kusnul (2016) dengan proses pemecahan adalah subjek
judul“proses berpikir masalah dengan tipe
matematis dengan langkah b. Langkah pemecahan kepribadian
Polya berdasarkan tipe masala berdasarkan Keirsey
kepribadian Keirsey” John Dewey
4. Penelitian oleh Kasriana, a. Mendeskripsikan a. Subjek yang diteliti
Rosid Ode (2018) dengan proses pemecahan adalah peserta
judul penelitian“deskripsi masalah didik yang
kemampuan pemecahan b. Langkah penyelesaian memiliki tipe
masalah trigonometri ditinjau masala berdasarkan kepribadian keirsey

27
dari tipe kepribadian dan langkah John Dewey
tingkat kecemasan belajar c. Materi yang
peserta didik kelas X SMA digunakan adalah
Neger 6” sistem persamaan
linier
5. Penelitian yang dilakukan a. Tujuan penelitian a. Materi yang
oleh Hidayah (2015) yang adala untuk digunakan dalam
berjudul “Analisis Kesalahan mendeskripsikan tes pemecahan
dalam Menyelesaikan Soal proses pemecahan masalah adalah
Cerita Sub Pokok Bahasan masalah system persamaan
Sistem Persamaan Linear b. Langkah pemecahan linier
Dua Variabel Berdasarkan masalah berdasarkan
Langkah Penyelesaian Polya langkah John Dewey
peserta didik Kelas X IPA 3
SMA Negeri 3 Jember”

F. Kerangka Konseptual Penelitian

Suatu masalah biasanya memuat suatu yang mendorong seseorang

untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak secara langsung seseorang dapat

menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan

anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar,

maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah (Nurfatanah, 2018).

Memecahkan masalah merupakan hal yang penting dalam pembelajaran

matematika, karena persoalan yang ada dalam matematika tidak dapat

diperoleh secara instan ataupun hafalan. Sebagaimana dalam kehidupan,

setiap persoalan memiliki langkah penyelesaian masalah masing- masing

(Akyuz, Yetik, dan Keser, 2012), Sedangkan menurut Tarhadi (2015)

mengetahui langkah pemecahan masalah yang dilakukan peserta didik dapat

membantu guru dalam mendeteksi atau mengetahui kesalahan atau strategi

yang tidak sesuai dengan konsep dalam memecahkan masalah, sehingga

28
dapat mempermudah guru dalam memberikan pelayanaan atau bimbingan

belajar secara maksimal.

Mengetahui proses pemecahan masalah peserta didik dalam

menyelesaikan masalah matematika juga dapat memberikan informasi bagi

guru dalam membuahkan suatu kesimpulan bahwa setiap peserta didik

memiliki perbedaan strategi dalam menyelesaikan masalah. Kesimpulan ini

juga dapat menjadi dasar guru dalam memberikan pelayanan pembelajaran

yang lebih baik terhadap peserta didik. Dalam mendeteksi startegi

penyelesaian masalah peserta didik tentunya menggunakan langkah

penyelesaian yang sesuai. Langkah penyelesaian yang digunakan untuk

melihat proses penyelesaian masalah peserta didik meggunakan langkah

penyelesaian masalah berdasarkan John Dewey.

Proses penyelesaian masalah berdasarkan langkah John Dewey

tentunya tidak semua peserta didik dapat menyelesaikannya dengan tepat. Hal

ini dikarenakan perbedaan tingkah laku / kepribadian tiap individu dalam

menyelesaikan masalah. Perbedaan ini tentunya sangat berpengaruh dalam

proses penyelesaian masalah. David Keirsey mengelompokkan kepribadian

menjadi empat yaitu guardian, artisan, idealis, dan rational. Dengan cara

memperhatikan perbedaan peserta didik terutama pada tipe kepribadian

peneliti berharap mampu memahami cara peserta didik dalam menyelesaikan

masalah.

Berdasarkan uraian diatas, dengan cara menganalisis tipe kepribadian

peserta didik, diharapkan pada proses penyelesaian masalah dapat diketahui

bagaimana cara peserta didik menyelesaikan masalah berdasarkan langkah

29
John Dewey. Sehingga gambaran pola kerangka konseptual penelitian dapat

ditunjukkan pada bagan berikut ini:

Masalah matematika yang


dihadapi peserta didik yaitu pada
proses pemecahan masalah

Peserta didik diberikan Peserta didik Proses pemecahan


masalah berupa soal menganalisis pemecahan masalah peserta
matematika dengan masalah berdasarkan didik ditinjau dari
materi SPLTV langkah John Dewey: tipe kepribadian
Merumuskan masalah menurut David
Menganalisis masalah Keirsey:
Merumuskan hipotesis Guardian
Mengumpulkan data Artisan
Pengujian hipotesis Idealis
Menentukan langkah Rational
penyelesaian masalah

Proses pemecahan masalah matematika peserta didik pada materi aljabar ditinjau dari tipe kepribadian

Keterangan : Gambar 2.1


: kegiatan Kerangka Konseptual Penelitian
: urutan
kegiatan
: hasil
kegiatan

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penilitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan prosedur penelitian berdasarkan

data berupa lisan atau kata tertulis dari seorang objek yang telah diamati dan

memiliki karakteristik bahwa data yang diberikan merupakan data asli dan

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Amalia 2018).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

menyeluruh, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah (Moleong, 2012). Tujuan penelitian ini yaitu untuk

mendeskripsikan proses pemecahan masalah matematika peserta didik SMKN

Gudo ditinjau dari tipe kepribadian menurut keirsey yaitu tipe guardian,

artisan, idealis, dan rasional.

B. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X TKJ 1 dengan

tipe kepribadian Guardian, Artisan, Rational, dan Idealis dalam memecahkan

masalah matematika yang berkaitan dengan materi SPLTV. Peneliti memilih

kelas X TKJ 1 dikarenakan peserta didik pada kelas tersebut lebih aktif dalam

31
pembelajaran. Masing-masing tipe kepribadian diambil satu dengan kriteria

pendukung yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi.

Pemilihan peserta didik sebagai subjek dapat digambarkan sebagai

berikut :

Mulai

Penentuan Kelas
Subjek

Calon subjek diberikan kuesioner


Temperament Sorter untuk
menentukan tipe kepribadian

Menganalisis hasil tes pemilihan tipe


kepribadian

Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik


tipe guardian tipe arisan tipe rational tipe idealist

Apakah sesuai dengan kriteria (memiliki kemampuan berkomunikasi)


Tidak

Ya Keterangan :
Diperoleh subjek penelitian : kegiatan
: urutan
kegiatan
: pilihan
: hasil
Mulai penelitian kegiatan
: siklus
jika
diperlukan

Gambar 3.1
Diagram Alur Pemilihan Subjek Penelitian

32
C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Angket Pemilihan Subjek

Angket ini menggunakan kuesioner The Keirsey Temperament

Sorter yang diberikan kepada seluruh peserta didik pada suatu kelas

untuk mengelompokan peserta didik berdasarkan tipe kepribadian, yaitu

kepribadian guardian, kepribadian artisan, kepribadian rational, dan

kepribadian idealist. Dalam kuesioner temperament sorter terdapat 70

pertanyaan yang mana terdiri dari 2 alternatif jawaban yaitu A dan B.

2. Tes Pemecahan Masalah

Soal tes pemecahan masalah ada 3 (tiga) berupa soal cerita materi

SPLTV. Subjek penelitian mengerjakan soal berupa tes uraian dengan

jumlah satu butir soal dan waktu pengerjaan tes selama 30 menit. Jenis

tes berupa uraian dengan diharapkan peserta didik mengungkapkan

proses pemecahan masalah menurut John Dewey.

3. Wawancara

Wawancara berfungsi sebagai pengklarifikasian dari hasil tes

tertulis untuk menggali data atau informasi yang dibutuhkan berkaitan

dengan proses peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika

sesuai dengan tahapan pemecahan masalah John Dewey. Wawancara

dilakukan langsung setelah subjek penelitian mengerjakan soal tes

pemecahan masalah. Pada penelitian ini, subjek yang akan diwawancarai

adalah satu peserta didik dari masing-masing tipe kepribadian.

33
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman peserta didik

terhadap soal tes pemecahan masalah, memperjelas dan mendukung

proses dari hasil pengerjaan soal tes pemecahan masalah sesuai dengan

tahapan pemecahan masalah John Dewey.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Afrizal (2015), instrumen penelitian adalah alat-alat yang

diperlukan atau yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Arikunto

(2003) berpendapat bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah. Salah satu ciri penelitian kualitatif, yaitu manusia sebagai

instrumen utama, karena manusia sangat berperan dalam keseluruhan proses

penelitian, termasuk dalam pengumpulan data melalui tes dan wawancara

(Moleong, 2017). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Instrumen Utama

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Dalam penelitian analisis deskriptif, salah satu yang menjadi instrumen

atau alat penelitian yang sangat penting adalah peneliti itu sendiri karena

perannya sebagai perencana, pengumpul data, penganalisis dan pelopor

dalam penelitian.

34
2. Angket Penentuan Tipe Kepribadian

Penentuan subjek yang memiliki tipe kepribadian Keirsey

diperoleh dengan cara memberikan kuesioner yang berupa The Keirsey

Temperament Sorter. Kuesioner tersebut adalah instrumen yang banyak

digunakan dan diakui secara internasional untuk mengukur tipe

kepribadian guardian, artisan, idealis, dan rational yang dideskripsikan

oleh David Keirsey. Kuesioner The Keirsey Temperament Sorter pada

penelitian ini digunakan untuk mengelompokan peserta didik yang akan

menjadi subjek penelitian.

3. Tes Pemecahan Masalah Matematika

Lembar tes pemecahan masalah dalam penelitian ini berupa soal

cerita berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang terdiri dari 1 soal

cerita materi Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel dengan alokasi

waktu 30 menit. Soal berupa tes uraian agar peserta didik dapat

menjabarkan jawabannya sesuai dengan tahapan pemecahan masalah

John Dewey. Soal tes pemecahan masalah matematika ini akan

dikerjakan oleh peserta didik kelas X TKJ 1 yang memiliki tipe

kepribadian guardian, artisan, rasional, dan idealist. Lembar tes

pemecahan masalah tersebut akan divalidasi oleh validator ahli untuk

menentukan isi apakah sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

35
Diagram tes pemecahan masalah sebagai berikut:

Mulai

Penyusunan Instrumen

Draf tes pemecahan masalah

Keterangan : Validasi Ahli


: kegiatan
: urutan
kegiatan
: pilihan Valid
: hasil Tidak
kegiatan Ya
: siklus
jika Instrument dapat digunakan
diperlukan

Selesai

Gambar 3.2
Diagram Alur Penyusunan Instrumen

4. Pedoman Wawancara

Wawancara yang digunakan berisi pertanyaan yang akan diajukan

kepada peserta didik untuk memperjelas dan menegaskan kembali hasil

pengerjaan soal tes pemecahan masalah. Peneliti menyusun pertanyaan

yang akan diajukan dalam wawancara namun bisa dikembangkan pada

saat wawancara dilakukan. Wawancara yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis wawancara semi terstruktur, karena dengan

jenis wawancara ini proses wawancara dapat bersifat fleksibel dan dapat

36
menyesuaikan dengan kondisi lapangan tetapi tetap ada pedoman awal

wawancara sebagai acuan agar proses wawancara dapat tetap berjalan

sesuai dengan tujuan penelitian. Penyusunan pedoman wawancara harus

merumuskan tujuan wawancara, membuat gambaran atau kisi-kisi

wawancara dan membuat pertanyaan secara rinci sesuai dengan yang

diperlukan dalam penelitian. Pedoman wawancara akan divalidasi untuk

memastikan apakah sudah sesuai dengan indicator penelitian yang sudah

ditetapkan.

Diagram penyusunan pedoman wawancara yang akan digunakan

sebagai berikut :

Mulai

Penyusunan pedoman wawancara

Keterangan : Draf pedoman wawancara


: kegiatan
: urutan
kegiatan
: pilihan
: hasil valid
kegiatan
: siklus Tidak
jika
diperlukan Ya

Pedoman wawancara dapat digunakan

Gambar 3.3
Diagram Alur Pedoman Wawancara

37
E. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilalui dan

dilaksanakan dalam suatu penelitian. Prosedur dalam penelitian ini dijabarkan

sebagai berikut:

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan yang dilakukan adalah menentukan daerah

penelitian, membuat surat ijin penelitian, observasi daerah penelitian,

melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran matematika untuk

menentukan subjek penelitian, jadwal penelitian, dan menyiapkan

instrumen yang diperlukan dalam kegiatan penelitian.

2) Menyusun instrumen penelitian

Instrumen penelitian terdiri atas soal cerita pemecahan masalah

matematika mengenai Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel dalam

kehidupan sehari-hari untuk melihat kemampuan peserta didik dalam

memecahkan masalah sesuai dengan tahap penyelesaian John Dewey dan

pedoman wawancara. Indikator yang dilihat adalah indikator sesuai

dengan tahap John Dewey. Pedoman wawancara digunakan oleh peneliti

sebagai pendukung untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dari

peserta didik mengenai proses pemecahan masalah. Data yang diperoleh

dari wawancara ini dapat mendukung peneliti dalam proses analisis

pemecahan masalah matematika dalam menyelesaikan instrumen tes.

3) Menguji validitas instrument

Validitas dilakukan terhadap instrumen tes berupa soal pemecahan

masalah matematika, lembar validasi kuesioner Temperament Sorter dan

38
pedoman wawancara dengan cara memberikan lembar validasi kepada

dua dosen Pendidikan Matematika STKIP PGRI Jombang. Apabila telah

memenuhi kriteria yang ditetapkan tersebut dinyatakan valid, maka

instrumen sudah dapat digunakan untuk penelitian. Namun, jika belum

valid, maka perlu dilakukan revisi sampai instrumen yang akan digunakan

telah dinyatakan valid.

4) Tes Kepribadian

Tes kepribadian diberikan kepada peserta didik untuk mengetahui

tipe kepribadian dari masing-masing peserta didik khususnya peserta

didik kelas X TKJ 1 di SMK Negeri Gudo. Tes yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kuesioner Temperament Sorter, yang terdiri dari 70

soal dengan pilihan ganda A dan B.

5) Penentuan Subjek Penelitian

Calon subjek diambil dari kelas X TKJ 1 yang kemudian diberikan

kuesioner untuk menentukan tipe kepribadian. Selanjutnya diperoleh

peserta didik masing-masing satu dari tipe kepribadian guardian, artisan,

rasional, dan idealist untuk diwawancara.

6) Tes Pemecahan Masalah

Tes pemecahan masalah yang digunakan berisi satu soal dengan

materi SPLTV. Dimana soal tersebut merupakan soal uraian yang

dikerjakan dalam waktu 30 menit oleh subjek penelitian yang telah

memenuhi kriteria.

39
7) Wawancara

Wawancara digunakan untuk menguatkan atau mencari informasi

yang kurang atau belum didapatkan dari lembar jawaban peserta didik.

Selain itu wawancara juga digunakan untuk mengetahui bagaimana cara

peserta didik atau subjek penelitian menyelesaikan permasalahan yang

didapat.

8) Menganalisis Data

Seluruh data yang diperoleh akan dianalisis. Pada penelitian ini yang

dianalisis adalah hasil kuesioner Temperament Sorter, hasil pengerjaan

soal cerita, dan hasil wawancara. Analisis ini digunakan untuk memenuhi

tujuan utama penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan proses pemecahan

masalah dalam menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari

perbedaan tipe kepribadian yang dimiliki oleh peserta didik yaitu

guardian, artisan, idealis, dan rational.

9) Menarik Kesimpulan

Tahap akhir yang dilakukan adalah menarik kesimpulan dari data

yang telah dianalisis. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini

secara ringkas diperlihatkan pada gambar berikut.

40
Pendahuluan

Penyusunan instrumen

Uji Validitas Instrumen

Valid
Revisi
Tidak
Ya

Tes Kepribadian

Keterangan : Pengambilan Subjek


: kegiatan
: urutan
kegiatan
: pilihan Tes Pemecahan Masalah
: hasil
kegiatan
: siklus
jika
diperlukan Wawancara

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.4
Diagram Prosedur Penelitian

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan

keterkaitan antara bagian-bagian dan keseluruhan dari data yang telah

41
dikumpulkan untuk menghasilkan klarifikasi. Penelitian ini menggunakan

teknik analisis data deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif merupakan

pengolahan data dalam bentuk kata-kata bukan berupa data statistik. Analisis

data deskriptif kualitatif dilakukan pada hasil tes pemecahan masalah dan

hasil wawancara. Metode analisis data untuk masing-masing data hasil

penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Validitas Instrumen

Validasi instrumen dilakukan oleh dua orang dosen Pendidikan

Matematika STKIP PGRI Jombang. Penghitungan tingkat validasi

dilakukan setelah validator melakukan penilaian pada lembar validasi.

Sistem penilaian validasi menggunakan skala 1-3, sedangkan untuk

tingkatan adalah tidak valid, valid dan sangat valid.

Tes pemecahan masalah dan pedoman wawancara dapat

digunakan dalam penelitian jika memenuhi tingkat kevalidan valid atau

sangat valid. Jika nilai kevalidan tidak memenuhi standar valid atau

sangat valid maka perlu dilakukan revisi sesuai dengan saran validator.

Selanjutnya, hasil revisi akan kembali divalidasi oleh validator hingga

mendapatkan instrumen yang valid.

2. Analisis Data Angket

Data yang diperoleh dari kuesioner The Keirsey Temperament

Sorter selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan panduan tes, sehingga

hasil yang didapat akan diketahui kepribadian masing-masing peserta

didik SMK Negeri Gudo kelas X TKJ 1 untuk dilakukan penelitian

selanjutnya. Tes tersebut berupa pilihan dimana peserta didik diharuskan

42
untuk memilih salah satu pilihan tersebut yang paling sesuai dengan apa

yang dirasakan peserta didik. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan

perbedaan kepribadian dilihat dari hasil tes peserta didik apakah dominan

peserta didik lebih merujuk pada sikap kepribadian guardian, artisan,

rational atau idealist. Perhitungan tes The Keirsey Temperament Sorter

dilakukan dengan membandingkan beberapa hal. Dalam kuesioner The

Keirsey Temperament Sorterterdapat empat perbandingan ketentuan

untuk menentukan tipe kepribadian yaitu Extrovert (E) atau Introvert (I),

Sensory (S) atau Intuitive (N), Thinking (T) atau Feeling (F), Judging (J)

atau Perceiving (P). Total pertanyaan pada semua perbandingan ada 70

pertanyaan dengan rincian 10 pertanyaan pada perbandingan (E) atau (I),

20 pertanyaan pada perbandingan (S) atau (N), 20 pertanyaan pada

perbandingan (T) atau (F), dan 20 pertanyaan pada perbandingan (J) atau

(P). Cara menentukan hasil dari setiap perbandingan adalah dengan cara

menjumlahkan hasil pertanyaan yang ada pada tiap perbandingan, apabila

jumlah salah satu tipe lebih besar, maka tipe itu yang akan menjadi salah

satu abjad yang menjadi elemen pembentuk penentuan kepribadian.

Setelah mendapatkan susunan abjad dari semua perbandingan selanjutnya

dikelompokkan kedalam jenis-jenis kepribadian menurut David Keirsey

yaitu, guardian, artisan, rational, dan idealist.

43
Tabel 3.2 perhitungan untuk menentukan tipe kepribadian
a b a b a b a b a b a b a b
1 2 3 4 5 6 7
1 1
8 9 11 12 14
0 3
1 2
15 16 18 19 21
7 0
2 2
22 23 25 26 28
4 7
3 3
29 30 32 33 35
1 4
3 4
36 37 39 40 42
8 1
4 4
43 44 46 47 49
5 8
5 5
50 51 53 54 56
2 5
5 6
57 58 60 61 63
9 2
6 6
64 65 67 68 70
6 9
1 2 3 4 3 4 5 6 5 6 7 8 7 8

3 4 5 6 7 8

1 2 3 4 5 6 7 8

E I S N T F J P

3. Analisis Hasil Tes Pemecahan Masalah dan Hasil Wawancara

Analisis dilakukan secara mendalam pada peserta didik tentang

pemecahan masalah matematika setelah siswa dibagi berdasar tipe

kepribadiannya. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh

data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,

pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen

pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya (Lexy J. Moleong,

2002). Analisis data dilakukan terbatas pada apa yang dikerjakan peserta

didik (baik lisan maupun tulisan). Proses analisis data menggunakan

model Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008) yang dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

44
a. Reduksi data, yaitu kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan

dan pengidentifikasian data yang memiliki makna jika dikaitkan

dengan masalah penelitian, dan selanjutnya membuat kode pada

setiap satuan sehingga diketahui berasal dari sumber mana.

b. Penyajian data yang meliputi pengklasifikasia data, yaitu menuliskan

kumpulan data yang terorganisir dan terkategori sehingga

memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. Data-

data yang dikumpulkan berupa respon-respon subjek yang

menunjukkan profil subjek penelitian dalam mengerjaan soal-soal

masalah matematika yang terkait dengan abstraksi berdasaran

langkah-langkah Polya.

c. Penarikan kesimpulan dengan memperhatikan hasil pengerjaan

lembar tugas dalam menyelesaikan masalah matematika dan hasil

wawancara untuk menemukan karakteristik-karakteristik profil

subjek penelitian berdasarkan tipe kepribadiannya.

Adapun teknik analisis data sebagai berikut:

45
Mulai

Subjek Penelitian

Pemberian tes Pemberian tes Pemberian tes


pemecahan masalah 1 pemecahan masalah 2 pemecahan masalah 3
dan Wawancara dan Wawancara dan Wawancara

Telaah Data Sesuai Telaah Data Sesuai Telaah Data Sesuai


Indikator Indikator Indikator

Data Tertulis dan Hasil


cP Wawancara ke Tertulis
Data 1 DatakeTertulis
dan Hasil Wawancara 2 dan Hasil Wawancara ke 3

Triangulasi Waktu Triangulasi Waktu

Apakah Data Kredibel?


Tidak

Ya Keterangan :
: kegiatan
: urutan
Data Kredibel kegiatan
: pilihan
: hasil
kegiatan
Analisa Data : siklus
jika
diperlukan
Gambar 3.5
Diagram Alur Teknik Analisis Data
46
G. Triangulasi Data

Pada penelitian ini, teknik yang akan digunakan untuk menguji

kredibilitas data adalah dengan menggunakan triangulasi. William

Wiesma dalam Sugiyono (2010) berpendapat bahwa Triangulation is

qualitative cross-validation. It assesses the suffciency of data according

to the convergence of multiple data sources ormultiple data collection

procedures. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah triangulasi waktu. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas

data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila

hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

47
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta.

Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu.
Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.

Agustrin, Mentari D. A. 2018. Proses Berpikir Matematis Siswa Dalam


Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian
Keirsey. Madrosatuna: Journal of Islamic Elementary School, Vol. 2
(2). 29-38. doi: 10.21070/madrosatuna.v2i2.1967

Allport, G.W. 1937. Personality: A Psychological Interpretation, New York: Holt


Press.

Akyuz, H. I., Yetik, S. S., dan Keser, H. (2012). Preservice Teachers Perceptions
About Their Probelm Solving Skills in the Scenario Based Blended
Learning Environment. Turkish Online Journal of Distance Education.

Amalia, S.R. 2018. Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Pada Pokok


Bahasan Statistika Berbasis Lesson Study For Learning Community.
Skripsi. Universitas Jember.

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Bumi


Aksara.

Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:


Depdiknas.

Dewiyani S. (2008a). Pengelompokan Siswa Berdasarkan Tipe Kepribadian


sebagai Sarana dalam Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika.
Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,
Singaraja, 21 Juni 2008.

Hamalik. 2004. Strategi dan Tujuan Pembelajaran. Jakarta: PT. Gramedia.

Hanifah, E, H. 2009. Identifikasi Kesalahan Siswa SMP dalam Menyelesaikan


Soal Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

48
Berdasarkan Metode Analisis Kesalahan Newman (Studi Kasus SMP
Bina Bangsa). Surabaya: IAIN.

Hidayah, Shofia, dkk. 2015. Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal


Cerita Sub Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Berdasarkan Langkah Penyelesaian Polya Siswa Kelas X IPA 3 SMA
Negeri 3 Jember. Unej Jurnal Edukasi. UNEJ.

Jainuri. 2011. Kemampuan Pemecahan Masalah. (Online).


(https://www.academia.edu, diakses tanggal 20 Juni 2021).

Kasriana, Rasid Ode. 2018. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah


Trigonometri Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Dan Tingkat Kecemasan
Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 6 Makassar. Jurnal Matematika
dan Pembelajaran Volume 6, No. 2, Desember 2018, h. 158-171

Keirsey, David dan Bates, Marilyn. 1985. Please Understand Me. California:
Promotheus Nemesis Book Company.

Keirsey, D. 1998. Please Understand Me II. United States: Prometheus Nemesis


Books.

Keirsey Temperament Sorter, http://www.answers.com/topic/keirsey-


temperament-sorter, diakses 20 Juni 2021.

Kemendikbud. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan


Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Guru Matematika Edisi Revisi,


(Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

Khamidah, Khusnul & Suherman. 2016. Proses Berpikir Matematis Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian
Keirsey. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 7, No. 2, 2016,
Hal 231 - 248

Krech, David dan Crutchfield, Richard S. (1969) Elements of Psychology. New


York : Alfred A. Knopf

Krulik, Stephen & J.A Rudnick, (1988). Problem Solvig: A Handbook for
Elementary School Theacers. Boston: Allyn & Bacon Inc

Lambertus. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi dan Representasi

49
Matematis Siswa SMP. Disertasi. Bandung: FPMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia.

Leong, Y.H., Toh, T.L, dkk. 2012. “Relooking ‘Look Back’: A Student’s Attempt
At Problem Solving Using Polya’s Model”. International Journal of
Mathematical Education in Science and Technology.

Moleong, L. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt Remaja


Rosdakarya.

Moleong. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

National Council of Teachers of Mathematics, ad., Principles and Standards for


School Mathematics, (Reston, VA: National Council of Teachers of
Mathematics, 2000).

Nurfatanah., Rusmono & Nurjannah 2018. Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Seminar dan Diskusi
Nasional Pendidikan Dasar.

Rahardjo, M., & Waluyati, A. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung
Campuran Di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional.

Rianto, V. M., Yusmin, E., & Nursangaji, A. 2018. Kemampuan Pemecahan


Masalah Siswa Bedasarkan Teori John Dewey Pada Materi
Trigonometri. Jurnal. FKIP UNTAN

Risky, A. Dyas. (2017). “Profil Penalaran Siswa SMP Dalam Menyelesaikan


Masalah Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian, Jurnal:
Mathedunesa

Saparwadi, L., Cahyowatin. (2018). Proses Pemecahan Masalah Matematika


Siswa Berkemampuan Tinggi Berdasarkan Langkah Polya. UNION:
Jurnal Pendidikan Matematika.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suherman, E., et al. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Jakarta: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.

50
Syaharuddin. (2016). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Dalam Hubungannya Dengan Pemahaman Konsep Ditinjau Dari Gaya
Belajar Siswa Kelas VIII Smpn 4 Binamu Kabupaten Jeneponto.
Thesis. Universitas Negeri Makassar.

Widjajanti, D. B. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa


Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika,
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009,
ISBN: 978-979-16353-3-2, P. 404-405, (Online),
(http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25-Djamilah%20Bondan
%20404.pdf, diakses 14 juni 2021).

Widodo, S.A., Sujadi, A.A. (2015). Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam


Pemecahan Masalah Matematis Trigonometri. Sosiohumaniora: Jurnal
Ilmiah Ilmu Sosial dan Humaniora. Vol 1 No 1.

Youwanda Lahinda, Jailani (2015). Analisis Proses Pemecahan Masalah


Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta.

51

Anda mungkin juga menyukai