Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS KEMAMPUAN NUMBER SENSE PESERTA DIDIK PADA MATERI

BILANGAN BULAT DITINJAU DARI SELF-CONCEPT

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Seminar Proposal


Penelitian di Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh
AIDA FITRIANI KUSMAILI
182151080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KEMAMPUAN NUMBER SENSE PESERTA DIDIK PADA MATERI


BILANGAN BULAT DITINJAU DARI SELF-CONCEPT

Oleh
AIDA FITRIANI KUSMAILI
182151080

Disahkan oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Hj. Hetty Patmawati S.Pd., M.Pd Ratna Rustina S.Pd., M.Pd


NIDN 0429017801 NIDN 0420068303
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta limpahan
rahmat dan hidayah nya, sehingga penyusunan proposal penelitian ini dapat diselesaikan.
Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
dan semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumul qiyamah. Aamiin.
Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan dengan judul “Analisis Kemampuan Number Sense Peserta Didik
Pada Materi Bilangan Bulat Ditinjau Dari Self-Concept”.
Dalam proses penyusunan proposal ini peneliti menyadari adanya kekurangan.
Maka dari itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun. Selama penyusunan proposal ini peneliti banyak mendapat dukungan dan
motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada
:
1. Hj. Hetty Patmawati S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan motivasi, nasihat, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan
proposal ini.
2. Ratna Rustina S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
motivasi, nasihat, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.
3. H. Edi Hidayat Drs., M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
yang telah memberikan bantuan dan kesempatan dalam penyusunan proposal
penelitian ini.
4. Vepi Apiati S.Pd., M.Pd. selaku dosen wali yang selalu memberikan dukungan,
motivasi dan arahan dalam penyusunan proposal ini.
5. Orang tua yang sudah memberikan dukungan serta doa sehingga proposal ini
terselesaikan dengan baik.

Semoga proposal ini bisa memberikan manfaat, khususnya bagi peneliti dan
umumnya bagi semua pembaca serta bagi kemajuan pendidikan.
Tasikmalaya, Februari 2022

Peneliti,

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................vii
1. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................... 3
3. Definisi Operasional ................................................................................................. 3
4. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4
5. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5
6. Landasan Teoretis ..................................................................................................... 5
6.1 Kajian Teori....................................................................................................... 5
6.2 Hasil Penelitian yang Relevan......................................................................... 15
6.3 Kerangka Teoretis ........................................................................................... 16
6.4 Fokus Penelitian .............................................................................................. 17
7. Prosedur Penelitian ................................................................................................. 17
7.1 Metode Penelitian............................................................................................ 17
7.2 Sumber Data Penelitian ................................................................................... 17
7.3 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ............................................................. 19
7.4 Instrumen Penelitian........................................................................................ 19
7.5 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 24
7.6 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 28
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 30

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Kategori Skala Likert ....................................................................................... 20
Tabel 2. Kisi-kisi Angket Self-Concept.......................................................................... 21
Tabel 3. Kategorisasi Self-Concept ................................................................................ 22
Tabel 4. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Bilangan Bulat .... 22
Tabel 5. Kisi-kisi Tes Kemampuan Self-Concept .......................................................... 23
Tabel 6. Rencana Jadwal Penelitian ............................................................................... 26

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Teoretis ........................................................................................ 16

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Hasil Wawancara Pra-Penelitian ................................................................ 30
Lampiran 2 Angket Self-Concept Peserta Didik ............................................................ 33

vii
ANALISIS KEMAMPUAN NUMBER SENSE PESERTA DIDIK PADA MATERI
BILANGAN BULAT DITINJAU DARI SELF- CONCEPT

1. Latar Belakang Masalah

Kemampuan number sense penting dimiliki oleh peserta didik, salah satu
kemampuan kognitif ini perlu peserta didik kuasai agar peserta didik dapat dengan
mudah mengenali operasi bilangan bulat sebagai dasar untuk menunjang pembelajaran
matematika. Sejalan dengan pendapat Arhamni (2020) peran penting number sense pada
pembelajaran matematika yaitu sebagai penunjang untuk peserta didik agar mampu
menyelesaiakan soal matematis. Siswa akan lebih kreatif dan fleksibel dalam
menyelesaikan berbagai masalah matematis jika dapat mengaplikasian komponen-
komponen dari kemampuan number sense diantaranya menilai besaran bilangan,
komputasi mental, estimasi, dan menilai kerasionalitasan (Nurjanah & Hakim, 2019).
Kemampuan peserta didik dalam memahami bilangan yang masih kurang ketika
akan dioperasikan pada operasi matematis dan menghubungkan dengan bilangan yang
lain. Mengubah bentuk bilangan satu ke bentuk bilangan yang lain juga menjadi dasar
peserta didik kurang terampil dalam memainkan bilangan. Sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Safitri, Mulyati dan Chandra (2017) menunjukan bahwa
peserta didik belum memiliki kepekaan yang baik mengenai hubungan antar operasi
bilangan beserta sifat-sifatnya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika di SMP
Islam Terpadu Nurul Arif Salam, guru mengemukakan bahwa banyak peserta didik
belum memiki kemampuan number sense yang baik, karena peserta didik belum mampu
dalam mengoperasikan bilangan, seperti dalam bentuk bilangan bulat positif dan negatif.
Ketika diberi soal yang sedikit berbeda dari yang dicontohkan ketika pembelajaran,
peserta didik mengalami kebingungan dalam mengerjakan soal tersebut.
Salah satu aspek yang diutuhkan peserta didik dalam pembelajaran matematika,
khususnya kemampuan number sense adalah konsep diri (self-concept) peserta didik.
seseorang dengan self-concept yang baik, akan menunjukkan kepercayaan diri yang baik
pula. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sari dan Pujiastuti (2020) bahwa self-
concept concept merupakan peristiwa persepsi peserta didik terhadap kompetensi

1
2

matematis yang mereka miliki dan kepercayaan terhadap kemampuan diri mereka yang
berkaitan dengan keberhasilan pembelajaran di bidang matematika.
Materi matematika yang melibatkan kemampuan number sense dalam
pembelajaran salah satunya yaitu bilangan bulat. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Rio dan Pujiastuti (2020) pada materi bilangan bulat siswa dituntut harus menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan beberapa bilangan bulat dan operasi hitung bilangan
bulat. Dimana untuk menunjang materi bilangan bulat tersebut diperlukan kemampuan
number sense. Bilangan bulat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Mempelajari bilangan bulat secara benar menjadi sebuah kebutuhan untuk menunjang
kegiatan sehari-hari.
Peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan pada materi bilangan bulat,
diperlukan sikap bersungguh-sungguh, tertarik, berminat, percaya diri dan memahami
manfaat belajar matematika. Sikap tersebut merupakan beberapa indikator dari self-
concept. Sehingga self-concept ini penting dimiliki peserta didik dalam menunjang
kemampuan number sense peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan pada materi
bilangan bulat. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Susilawati, Pujiastuti dan
Sukirwan (2020) self-concept akan menjadikan peserta didik lebih percaya diri dalam
mengerjakan soal-soal, lebih berani, gigih dan bersungguh-sungguh dalam belajar
matematika. Individu yang memiliki self-concept yang tinggi akan merasa percaya diri
dengan kondisinya dan memiliki harapan positif terhadap proses pembelajaran, serta
memliki penilaian positif akan matematika dan proses pembelajarannya (Sadikin &
Kaharuddin, 2019).
Hasil wawancara dengan narasumber yang sama yaitu salah satu guru matematika
di SMP Islam Terpadu Nurul Arif Salam berkaitan dengan self-concept, ketika
pembelajaran peserta didik kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
bahkan ada yang sengaja tidak masuk pada pembelajaran matematika tetapi masuk pada
saat mata pelajaran yang lain. Ketika di kelas ada peserta didik yang aktif dan ada juga
yang pasif atau hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru tanpa mengambil
peran dalam kegiatan pembelajaran, baik itu mengerjakan soal ke depan ataupun
bertanya mengenai hal yang tidak dimengerti, ketika pembelajaran ada yang bisa
menghargai temannya ada juga yang belum bisa menghargai temannya, dengan kata lain
3

peserta didik di SMP Islam Terpadu Nurul Arif Salam beragam dalam aspek self-concept
yang dimiliki peserta didik.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian
mengenai “Analisis Kemampuan Number sense Peserta Didik pada Materi Bilangan
Ditinjau dari Self-concept”. Melihat penelitian terdahulu mumnya melakukan penelitian
hanya pada salah satu variabel, baik itu number sense ataupun self-concept. Belum
adanya penelitian yang serupa yang membahas mengenai kemampuan number sense
ditinjau dari self-concept, maka novelty atau kebaruan pada penelitian ini yaitu peneliti
akan menganalisis kemampuan numbere sense ditinjau dari self-concept pada materi
bilangan bulat.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut :
(1) Bagaimana kemampuan number sense peserta didik pada materi bilangan bulat
ditinjau dari self-concept tinggi?
(2) Bagaimana kemampuan number sense peserta didik pada materi bilangan bulat
ditinjau dari self-concept sedang?
(3) Bagaimana kemampuan number sense peserta didik pada materi bilangan bulat
ditinjau dari self-concept rendah?

3. Definisi Operasional

Beberapa hal yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini agar tidak terjadi
kesalahan persepsi, peneliti membuat beberapa definisi operasional sebagai berikut :
(1) Analisis
Analisis merupakan suatu usaha penyelidikan terhadap permasalahan dari bagian
yang satu ke bagian lainnya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan
memperoleh suatu kesimpulan yang mudah dipahami. Analisis pada penelitian ini
mendeskripsikan tiap indikator dari kemampuan number sense peserta didik pada materi
bilangan bulat ditinjau dari self-concept. Analisis yang digunakan menurut Miles dan
Huberman yaitu data reduction, data display, dan conclusion.
4

(2) Kemampuan Number Sense


Kemampuan number sense merupakan kepekaan seseorang terhadap bilangan.
Indikator kemampuan number sense yang akan digunakan berdasarkan 4 indikator
bilangan yaitu (1) Quantity (Jumlah), menyatakan jumlah atau berapa banyak. (2)
Counting (Berhitung), yaitu mengerjakan hitungan meliputi menjumlahkan, mengurangi,
dan sebagainya. (3) Relating (Menghubungkan), yaitu membandingkan atau
menghubungkan bilangan satu sama lain. (4) Representing (Menggambarkan),
menangkap sebuah pemikiran matematika.
(3) Self-Concept
Self-concept merupakan pandangan dan penilaian individu terhadap dirinya,
meliputi fisik, psikologis, dan sosial didasarkan pada pengalaman dan interaksi nya
dengan orang lain. Indikator self-concept yang digunakan yaitu (1) Kesungguhan,
ketertarikan, berminat : menunjukan kemauan, keberanian, kegigihan, keseriusan,
ketertarikan dalam belajar dan melakukan kegiatan matematika. (2) Mampu mengenali
kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam matematika. (3) Percaya diri akan
kemampuan diri dan berhasil dalam melaksanakan tugas matematikanya. (4) Bekerja
sama dan toleran kepada orang lain. (5) Menghargai pendapat orang lain dan diri sendiri,
dapat memaafkan kesalahan orang lain dan sendiri. (6) Berperilaku sosial: menunjukan
kemampuan berkomunikasi dan tahu menempatkan diri. (7) Memahami manfaat belajar
matematika, kesukaan terhadap belajar matematika. Self-concept diperoleh dari hasil
penyebaran angket self-concept.

4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu :


(1) Untuk mendeskripsikan kemampuan number sense peserta didik pada materi
bilangan bulat ditinjau dari self-concept tinggi.
(2) Untuk mendeskripsikan kemampuan number sense peserta didik pada materi
bilangan bulat ditinjau dari self-concept sedang.
(3) Untuk mendeskripsikan kemampuan number sense peserta didik pada materi
bilangan bulat ditinjau dari self-concept rendah.
5

5. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka manfaat yang


diharapkan dari peenlitian ini adalah :
5.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi sumber
informasi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian mengenai kemampuan
number sense peserta didik pada materi bilangan bulat ditinjau dari self-concept.
5.2 Manfaat Praktis
(1) Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang kemampuan number
sense peserta didik pada materi bilangan bulat ditinjau dari self-concept.
(2) Bagi Pendidik
Dapat memahami kemampuan number sense peserta didik pada materi bilangan
bulat ditinjau dari self-concept. Sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam proses
pembelajaran matematika mengenai kemampuan number sense peserta didik pada
materi bilangan bulat ditinjau dari self-concept.
(3) Bagi Peserta Didik
Peserta didik dapat memiliki pemahaman terhadap kemampuan number sense
berdasarkan self-comcept sehingga peserta didik dapat memahami peranan dari self-
concept dalam kemampuan number sense.

6. Landasan Teoretis

6.1 Kajian Teori

6.1.1 Analisis
Analisis dapat dijadikan salah satu cara dalam mengetahui permasalahan dari
sebuah fenomena yang terjadi. Tujuan dari analisis itu sendiri adalah untuk mencari akar
permasalahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “Analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb.) untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya (sebab-musaba, duduk perkara, dsb.)”. Menurut Bogdan
(dalam Sugiyono, 2019) menyatakan bahwa analisis merupakan proses mencari dan
6

menyusun data secara sistematis yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan lain sehingga dapat dipahami oleh sendiri dan orang lain.
Selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Spardley (dalam Sugiyono,
2019) mengungkapkan bahwa analisis merupakan suatu kegiatan dengan bertujuan untuk
mencari pola serta cara berpikir yang berkaitan dengan penyajian secara pengujian
terhadap sesuatu yang menentukan hubungannya dengan keseluruhan. Sehingga analisis
dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan dalam menguraikan suatu keseluruhan menjadi
bagian-bagian, sehingga dapat mengetahui hubungannya satu sama lain serta
fungsinyanya masing-masing. Menurut Atim (dalam Nurjatin, Sugondo, & Mahurung,
2017) mengemukakan analaisis adalah suatu kegiatan untuk mengamati, menemukan,
mengetahui, memahami, dan mendalami suatu peristiwa untuk mencari tahu fenomena
yang ada. Dalam mendalami suatu peristiwa untuk mencari tahu dan menjelaskan akar
permasalahan atau keadaan sebenarnya dapat dengan analisis.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu
kegiatan untuk menyelidiki suatu permasalahan menjadi bagian-bagian yang lebih rinci
untuk mengetahui keadaan sebenarnya dan menentukan keterkaitan antar bagian
sehingga mendapat penjelasan dari setiap bagian yang kemudian memperoleh suatu
kesimpulan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat


disimpulkan bahwa analisis merupakan suatu usaha penyelidikan terhadap permasalahan
dari bagian yang satu ke bagian lainnya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan
memperoleh suatu kesimpulan yang mudah dipahami. Analisis pada penelitian ini
mendeskripsikan tiap indikator dari kemampuan number sense peserta didik pada materi
bilangan bulat ditinjau dari self-concept.
6.1.2 Kemampuan Number Sense
Kepekaan terhadap bilangan (number sense) muncul pada tahun 1956 oleh Tobias
Danzig yang bertujuan untuk mengetahui perubahan pada suatu kumpulan, tanpa
sepengetahuan orang tersebut, ketika objek telah ditambahkan atau diambil dari
kumpulan tersebut. Menurut Saleh (dalam Safitri et al., 2017) number sense berarti
kepekaan seseorang terhadap bilangan beserta perhitungannya.
Number sense mengacu pada pemahaman atau kepekaan seseorang terhadap
bilangan dan operasinya untuk menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan
7

bilangan dan operasinya secara fleksibel (Zainal, 2018). Kemudian Maghfirah dan
Mahmud (dalam Nuzula & Rahaju, 2021) mengatakan bahwa number sense mengacu
pada intuisi yang baik dan pemahaman umum tentang angka, operasi, serta hubungan di
antara mereka.
Seseorang siswa yang belajar matematika pada dasarnya dilatih kemampuan-
kemampuan matematis. Salah satu kemampuan matematis yang harus dikembangkan
adalah kemampuan number sense. Number sense adalah kepekaan terhadap bilangan
beserta operasi matematis dan hubunganya dengan bilangan yang lain. Kemampuan ini
mengacu pada rasa kepekaan terhadap bilangan dan kemampuan mengolah bilangan.
Kemampuan ini digunakan dalam perhitungan matematis dan penyelesaian masalah
secara matematis. Siswa yang memiliki kemampuan number sense yang tinggi akan
mempunyai kemampuan pengolahan bilangan yang tinggi pula (Hakim, 2017).
Number sense mencakup keterampilan yang berhubungan dengan berhitung,
mengenali pola bilangan, mampu membandingkan bilangan, dan mampu membuat
estimasi hasil (Yilmaz, 2017). Sehubungan dengan number sense, Mc Intosh (2018)
mengembangkan ada 6 komponen utama number sense yaitu: (1) Understanding of the
meaning and size of number (pemahaman konsep dan besaran bilangan) (2) Multiple
representation (pemahaman dan penggunaan representasi bilangan yang senilai) (3)
Effect of operations (pemahaman konsep dan pengaruh dari operasi bilangan) (4)
Equivaent expression (pemahaman dan penggunaan pernyataan yang setara) (5)
Counting and computation (perhitungan dan strategi menghitung) (6) Measurements
benchmarks (estimasi pengukuran). Kemudian Fiore dan Tackabery (2018)
menyebutkan indikator number sense menjadi 4 konsep bilangan yaitu (1) Quantity
(Jumlah), (2) Counting (Berhitung), (3) Relating (Menghubungkan), (4) Representing
(Menggambarkan).
Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa kemampuan number
sense merupakan kemampuan kepekaan seseorang terhadap bilangan. Dalam penelitian
ini akan digunakan indikator number sense menurut Fiore dan Tackabery (2018) dengan
alasan indikator tersebut lebih jelas dan sudah memcakup beberapa indikator dari
pendapat lain. Indikator nya yaitu (1) Quantity (Jumlah), (2) Counting (Berhitung), (3)
Relating (Menghubungkan), (4) Representing (Menggambarkan).
8

Berikut adalah contoh soal tes kemampuan number sense peserta didik pada
materi bilangan bulat.
Agus, Asep dan Didin adalah seorang petani, mereka akan memanen padi yang mereka
1
miliki. Total luas sawah mereka adalah 2 ℎ𝑎. Jika diketahui luas sawah Agus 15%, luas
3
sawah Asep 5 dan luas sawah Didin 0,25 dari total luas sawah mereka. Jika setiap

50 𝑚2 menghasilkan 40 𝑘𝑔 padi, dan mereka akan menjual seluruh hasil panennya


dengan harga 𝑅𝑝. 550.000,00/𝑘𝑢𝑖𝑛𝑡𝑎𝑙. Berapakah masing-masing uang yang
dihasilkan oleh Agus, Asep dan Didin?
Penyelesaian :
Diketahui :
1
Total luas sawah : 2 ℎ𝑎 = 5.000 𝑚2

Luas sawah Agus 15%


3
Luas sawah Asep 5 dari total luas sawah

Luas sawah Didin 0,25 dari total luas sawah


Setiap 50 𝑚2 menghasilkan 40 𝑘𝑔
Harga padi 𝑅𝑝. 550.000,00/𝑘𝑢𝑖𝑛𝑡𝑎𝑙

Ditanyakan :
Uang yang dihasilkan oleh Agus, Asep dan Didin.

Jawab :
Indikator pertama : Quantity (Jumlah). Pada permasalahan ini peserta didik dapat
mengenal nilai dari suatu bentuk bilangan dari masing luas tanah Asep, Agus dan Didin.
Peserta didik dapat mengoperasikan nilai bilangan untuk mendapatkan nilai bilangan lain
dan dapat menjelaskan ukuran bilangan pecahan, desimal dan persen.
Luas sawah Agus : 15% × 5.000 𝑚2 = 750 𝑚2
3
Luas sawah Asep : 5 × 5.000 𝑚2 = 3.000 𝑚2

Luas sawah Didin : 0,25 × 5.000 𝑚2 = 1.250 𝑚2


9

Indikator kedua : Counting (Berhitung). Peserta didik dapat mengetahui tujuan dari
perhitungan pada soal yaitu untuk mencari besarnya uang yang dihasilkan oleh Agus,
Asep dan Didin.
750
Hasil panen Agus : = 15, maka 15 × 40 𝑘𝑔 = 600 𝑘𝑔
50
3000
Hasil panen Asep : = 60, maka 60 × 40 𝑘𝑔 = 2400 𝑘𝑔
50
1250
Hasil panen Didin : = 25, maka 25 × 40 𝑘𝑔 = 1000 𝑘𝑔
50

Indikator ketiga : Relating (Menghubungkan). Pada permasalahan ini, peserta didik


dapat menghubungkan bilangan satu sama lain yaitu dari satuan 𝑘𝑢𝑖𝑛𝑡𝑎𝑙 ke 𝑘𝑔 dan dapat
memahami hubungan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
1 𝑘𝑢𝑖𝑛𝑡𝑎𝑙 = 100 𝑘𝑔
550.000
Maka harga per 𝑘𝑔 ∶ = 5500/𝑘𝑔
100

Uang yang dihasilkan Agus : 𝑅𝑝. 5.500,00 × 600 𝑘𝑔 = 𝑅𝑝. 3.300.000,00


Uang yang dihasilkan Asep : 𝑅𝑝. 5.500,00 × 2400 𝑘𝑔 = 𝑅𝑝. 13.200.000,00
Uang yang dihasilkan Didin : 𝑅𝑝. 5.500,00 × 1000 𝑘𝑔 = 𝑅𝑝. 5.500.000,00

Indikator keempat : Representing (Menggambarkan). Peserta didik dapat memberikan


alasan penggambaran untuk menjelaskan pemahaman peserta didik tentang konsep
matematika yang digunakan dalam perhitungan soal.
6.1.3 Self-Concept

Self-concept merupakan salah satu bagian dari kemampuan afektif peserta didik.
Kemampuan afektik berkaitan dengan sikap dan nilai yang mencakup watak perilaku
seseorang seperti perasaan, emosi, minat, sikap, dan nilai. Secara umum self-concept
merupakan cara seseorang mempersepsikan dirinya sendiri. Self-concept menurut
Shavelson, Hubner, dan Stanton (dalam Septiyani, dan Alyani, 2021) self-concept adalah
sebuah pengalaman bagi seseorang melalui lingkungan sekitarnya. Sedangkan menurut
Branden (dalam Rahman, 2020) menyampaikan bahwa self-concept yaitu sebagai
pikiran, keyakinan, dan kesan seseorang tentang sifat dan karakteristik dirinya,
keterbatasan dan kapabilitasnya, serta kewajiban dan aset-aset yang dimilikinya.
10

Sedangkan menurut Hurclock (dalam Musriandi, 2017) menyatakan bahwa self-


concept merupakan gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri yang meliputi fisik,
psikologis, sosial, emosional, aprsiasi, dan prestasi yang telah dicapinya. Segi fisik
meliputi penampilan fisik, daya tarik, dan kelayakan. Segi psikologis meliputi pikiran,
perasaan, penyesuaian keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan serta aspirasi.
Segi sosial berhubungan dengan interaksi dengan orang lain dan umpan balik dari orang
lain terhadap dirinya. Segi emosional merupakan kemampuan seseorang dalm
mengekspresikan emosinya.Sedangkan aspirasi dan preastasi merupakan sebuah
kegiatan atau keinginsn yang telah dicapai. Adapun Atwater (dalam Yurniwati &
Handayani, 2019) mendefinisikan self-concept atas tiga bentuk. Pertama, body image,
kesadaran tentang tampilan tubuhnya. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana sesoran
menetapkan standar atau harapan tentang dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana
orang lain melihat dirinya dalam kehidupan berteman atau bermasyarakat.
Sedangkan self-concept menurut Parnawi (2019) self-concept ialah totalitas sikap
dan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Sari dan Pujiastuti (2020) bahwa self-concept matematis merupakan peristiwa persepsi
peserta didik terhadap kompetensi matematis yang mereka miliki dan kepercayaan
terhadap kemampuan diri mereka yang berkaitan dengan keberhasilan pembelajaran di
bidang matematika. Peserta didik dengan self-concept yang baik akan mampu mengenal
dirinya dengan baik, juga ketika self-conceptnya baik peserta didik akan memiliki
kompetensi yang baik pula dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi sehingga
dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran matematika.
Callhoun dan Acocella (dalam Alfisyahra, Inayah & Meinarni, 2021)
mengklasifikasikan perkembangan self-concept terbagi menjadi dua jenis, yaitu self-
concept positif dan self-concept negatif. Apabila seseorang memiliki self-concept positif,
maka ia akan cenderung optimis, sehingga tidak mudah menyerah dan merasa mampu
menyelesaikan permasalahan yang sedang atau akan dihadapinya. Sejalan dengan yang
dikemukakan Hurlock (dalam Susilawati et al., 2020) bahwa individu dengan self-
concept positif akan mengembangkan sikap-sikap seperti kepercayaan diri, harga diri,
dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realistis. Sebaliknya, apabila seseorang
memiliki self-concept negatif, maka ia akan cenderung pesimis, sehingga mudah
11

menyerah dan merasa tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang


dihadapinya.
Silvernail (dalam Z & Priatna, 2018) mengemukakan gambaran karakteristik self-
concept positif dan negatif. Self-concept positif disini yaitu self-concept tinggi ditandai
dengan sikap berikut, diantaranya : tidak takut menghadapi situasi baru, mampu
mempunyai teman-teman baru, mudah mengenal tugas-tugas baru, mudah menyesuaikan
diri paa orang yang baru dikenal, dapat bekerja sama, kreatif, berani mengemukakan
pengalaman-pengalamannya, mandiri dangembira.Sedangkan untuk peserta didik yang
memiliki self-concept sedang, pada penelitian Kusmaryono, Basir, & Aminudin (2020)
mengemukakan bahwa peserta didik belum mampu memberi penjelasan terhadap model
matematika atau pola gambar, serta belum mampu memberikan alasan terhadap hasil
pengerjaannya. Untuk self-concept negatif disini yaitu self-concept rendah ditandai
dengan sikap beriikut, yaitu: menunggu keputusan dari orang lain, jarang mengikuti
aktivitas baru,selalu bertanya dalam menilai sesuatu, tidak spontan, kaku terhadap
barang-barang miliknya, pendiam, menghindar, dan tampak frustasi.
Peserta didik yang memiliki sikap positif terhadap matematika atau peserta didik
yang memiliki self-concept tinggi memiliki ciri-ciri seperti menyayangi matematika,
terlihat sungguh-sungguh daam belajar matematika, menyelesaikan tugas denga baik dan
tepat waktu, berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, mengerjakan tugas-tugas pekerjaan
rumah dengan tunta dan selesai tepat pada waktunya. Sedangkan pesert didik yang
memiliki sikap negatif terhadap matematika atau yang memiliki self-concept rendah
memiliki ciri-ciri seperti : tidak menyukai matematika, malas dalam belajar matematika,
merasa cemas ketika mengikuti pelajaran matematika.
Selanjutnya pengkategorian self-concept tinggi, sedang rendah menurut
Murdiyanta, Rukmigasari dan Walida (2019) yaitu:
(1) Kategori self-concept tinggi, mampu memenuhi tujuh indikator self-concept yaitu:
kesungguhan, ketertarikan, berminat : menunjukan kemauan, keberanian,
kegigihan, keseriusan, ketertarikan dalam belajar dan melakukan kegiatan belajar
matematika; mampu mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam
matematika; percaya diri akan kemapuan diri dan berhasil dalam mengerjakan
tugas matematikanya; bekerja sama dan toleran terhadap orang lain; menghargai
pendapat orang lain dan diri sendiri, dapat memaafkan kesalahan oran lain dan diri
12

sendiri; berprilaku sosial, yaitu : menunjukan kemampuan berkomunikasi dan tahu


menempatkan diri; memahami manfaat belajar matematika, kesukaan terhadap
belajar matematika.
(2) Kategori self-concept sedang, mampu memenuhi lima indikator self-concept yaitu:
kesungguhan, ketertarikan, berminat : menunjukan kemauan, keberanian,
kegigihan, keseriusan, ketertarikan dalam belajar dan melakukan kegiatan belajar
matematika; bekerja sama dan toleran terhadap orang lain; menghargai pendapat
orang lain dan diri sendiri, dapat memaafkan kesalahan oran lain dan diri sendiri;
berprilaku sosial, yaitu : menunjukan kemampuan berkomunikasi dan tahu
menempatkan diri; memahami manfaat belajar matematika, kesukaan terhadap
belajar matematika.
(3) Kategori self-concept rendah, mampu memenuhi tiga indikator self-concept yaitu :
bekerja sama dan toleran terhadap orang lain; menghargai pendapat orang lain dan
diri sendiri, dapat memaafkan kesalahan oran lain dan diri sendiri; berprilaku sosial,
yaitu : menunjukan kemampuan berkomunikasi dan tahu menempatkan diri;
memahami manfaat belajar matematika, kesukaan terhadap belajar matematika.
Indikator self-concept menurut Sumarno (dalam Hendriana, Rohaeti, dan
Sumarno, 2017) yaitu sebagai berikut :
(1) Kesungguhan, ketertarikan, berminat : menunjukan kemauan, keberanian,
kegigihan, keseriusan, ketertarikan dalam belajar dan melakukan kegiatan belajar
matematika.
(2) Mampu mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam matematika.
(3) Percaya diri akan kemampuan diri dan berhasil dalam mengerjakan tugas
matematikanya
(4) Bekerja sama dan toleran terhadap orang lain.
(5) Menghargai pendapat orang lain dan diri sendiri, dapat memaafkan kesalahan oran
lain dan diri sendiri
(6) Berprilaku sosial, yaitu : menunjukan kemampuan berkomunikasi dan tahu
menempatkan diri.
(7) Memahami manfaat belajar matematika, kesukaan terhadap belajar matematika.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah paparkan melalui analisis sintesis dapat
disimpulkan bahwa self-concept merupakan pandangan dan penilaian individu terhadap
13

dirinya, meliputi fisik, psikologis, dan sosial didasarkan pada pengalaman dan interaksi
nya dengan orang lain. Indikator self-concept yang digunakan pada penelitian ini
berdasarkan indikator menurut Sumarmo (dalam Hendriana, Rohaeti, dan Sumarmo,
2017) dengan alasan lebih terperinci dan memuat indikator dari pendapat lain.

6.1.4 Bilangan Bulat


Bilangan bulat adalah kumpulan atau himpunan yang nilainya bulat. Bilangan
bulat sendiri terdiri dari bilangan cacah dan bilangan bulat negatif. Bilangan cacah
merupakan himpunan bilangan yang terdiri dari bilangan nol, dan bilangan bulat positif.
Bilangan bulat positif disebut juga sebagai bilangan asli. Sedangkan bilangan bulat
negatif merupakan himpunan bilangan bulat yang bernilai negatif.
Bilangan asli terbagi menjadi bilangan ganjil, genap, prima, dan komposit.
Bilangan ganjil merupakan himpunan yang bukan kelipatan 2 atau nilainya tidak akan
habis jika dibagi 2. Sedangkan bilangan genap merupakan himpunan bilangan kelipatan
2 atau nilainya akan habis jika dibagi 2. Bilangan prima merupakan bilangan yang lebih
besar dari 1 dan hanya bisa dibagi oleh 1 atau bilangan itu sendiri. Bilangan komposit
merupakan bilangan yang nilainya lebih besar dari 1 dan bukan termasuk bilangan prima.
Pembelajaran bilangan bulat merupakan hal yang sangat penting karena bilangan
bulat sangat mendukung materi lain dalam matematika. Seperti bidang matematika
lainnya, bilangan bulat terdiri dari beberapa konsep dan prinsip dimana dalam konsep
bilangan bulat diperlukan sebagai dasar untuk konsep pembelajaran matematika
berikutnya.
Pada kelas VII setiap peserta didik akan menjumpai bab bilangan bulat dalam
pembelajaran matematika. Didalam bilangan bulat kelas VII ini peserta didik akan
mengenal apa itu bilangan bulat, bilangan pecahan, dan operasi hitung bilangan bulat dan
pecahan. Dengan mengenal semua itu, dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang
bilangan bulat. Dalam materi bilangan bulat, pada awal pembahasan akan membahas
mengenai opeasi hitung bilangan bulat dan pecahan.
Operasi hitung bilangan bulat, yaitu :
1) Penjumlahan
Pada penjumlahan berlaku beberapa sifat berikut :
a. Sifat komutatif, yaitu 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎
Contoh : 1 + 3 = 3 + 1 = 4
14

b. Sifat asosiatif, yaitu (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐)


Contoh : (3 + 4) + 2 = 3 + (4 + 2) = 9
c. Sifat identitas, yaitu 𝑎 + 0 = 0 + 𝑎
Contoh : 8 + 0 = 0 + 8 = 8
2) Pengurangan
Pada pengurangan hanya berlaku sifat berikut :
𝑎 − 𝑏 = 𝑎 + (−𝑏)
𝑎 − (−𝑏) = 𝑎 + 𝑏
Contoh :
13 − 20 = 13 + (−20) = −7, dengan nilai −7 disebut bilangan bulat negatif.
4 − (−5) = 4 + 5 = 9
3) Perkalian
Pada perkalian berlaku sifat berikut :
a. Sifat komutatif, yaitu 𝑎 × 𝑏 = 𝑏 × 𝑎
Contoh : 5 × 3 = 3 × 5 = 15
b. Sifat asosiatif, yaitu (𝑎 × 𝑏) × 𝑐 = 𝑎 × (𝑏 × 𝑐)
Contoh : (2 × 4) × 1 = 2 × (4 × 1) = 8
c. Sifat distributif, yaitu 𝑎 × (𝑏 + 𝑐 ) = (𝑎 × 𝑏) + (𝑎 × 𝑐)
Contoh : 1 × (2 + 3) = (1 × 2) + (1 × 3) = 5
d. Hasil perkalian antara dua bilangan bulat :
• Perkalian antar bilangan bulat positif menghasilkan bilangan positif
Contoh : 2 × 3 = 6
• Perkalian antar bilangan bulat negatif menghasilkan bilangan positif
Contoh : (−1) × (−5) = 5
• Perkalian antar bilangan bulat positif dan negatif menghasilkan
bilangan negatif
Contoh : (−7) × 3 = −21
4) Pembagian
a. Tidak berlaku sifat komutatif, yaitu 𝑎 ÷ 𝑏 ≠ 𝑏 ÷ 𝑎
Contoh : 5 ÷ 3 ≠ 3 ÷ 5
b. Tidak berlaku sifat asosiatif, yaitu (𝑎 ÷ 𝑏) ÷ 𝑐 ≠ 𝑎 ÷ (𝑏 ÷ 𝑐)
Contoh : (2 ÷ 4) ÷ 1 ≠ 2 ÷ (4 ÷ 1)
15

c. Jika dibagi dengan nol atau nol sebagai nilai yang dibagi, maka mengahasilkan
nilai tak terhingga dan tidak terdefinisi.
Contoh :
2 ÷ 0 = ~ (𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑠𝑖)
0÷2=0
d. Hasil pembagian antara dua bilangan bulat :
• Pembagian antar bilangan bulat positif mengahsilkan bilangan positif
Contoh : 6 ÷ 2 = 3
• Pembagian antar bilangan bulat negatif menghasilkan bilangan positif
Contoh : (−5) ÷ (−5) = 1
• Pembagian antar bilangan bulat positif dan negatif menghasilkan
bilangan negatif
Contoh : 21 ÷ (−3) = −7

6.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Megasari Bernati (2018) dari Universitas Tanjungpura (2018) yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Bilangan Bulat Negatif Melalui
Pembelajaran Matematika Berstruktur Number Sense Di SMP” hasil penelitian diperoleh
rata-rata skor pemahaman matematis siswa sebelum diajarkan menggunakan
pembelajaran berstruktur number sense adalah 38,98. Rata-rata skor pemahaman
matematis siswa setelah diajarkan menggunakan pembelajaran berstruktur number sense
adalah 71,43 , terdapat peningkatan rata-rata sebesar 32,5.
Penelitian yang dilakukan oleh Dara Septa Wahyuni (2019) dari Universitas
Negeri Padang (2019) yang berjudul “Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Dasar
Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin di Kota Bukittinggi” dengan hasil penelitian yang
diperoleh tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan number sense anatra
siswa laki-laki dan siswa perempuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rozimah (2020) dari Universitas Islam Negeri
Mataram (2020) yang berjudul “Analisis Kemampuan Number Sense Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Matematika” dengan hasil pengerjaan tes kemampuan number sense
16

peserta didik oleh LH, LR, dan RA, tidak ditemukan subjek yang menjawab semua soal
yang diberikan dengan benar. Kesulitan yamg dialami LH, LR, dan RA sangat beragam.
Salah satu hasilnya yaitu LH mengalami kebingungan dalam memahami nilai dan
simbol.

6.3 Kerangka Teoretis

Kemampuan number sense merupakan kepekaan seseorang terhadap bilangan.


Indikator kemampuan number sense menurut Fiore dan Tackabery (2018) yaitu (1)
Quantity (Jumlah), (2) Counting (Berhitung), (3) Relating (Menghubungkan), (4)
Representing (Menggambarkan).
Self-concept merupakan pandangan dan penilaian individu terhadap dirinya,
meliputi fisik, psikologis, dan sosial didasarkan pada pengalaman dan interaksi nya
dengan orang lain. Self-concept dapat diukur melalui indikator menurut Sumarno (dalam
Hendriana, Rohaeti, dan Sumarno, 2017). Kerangka teoretis ini dapat dilihat sebagai
berikut :

Gambar 1. Kerangka Teoretis


17

6.4 Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan kemampuan number sense


pada materi bilangan bulat ditinjau dari self-concept pada peserta didik kelas VII di SMP
IT Nurul Arif Salam yang tinggal di Pondok Pesantren Nurul Arif Salam pada kategori
tinggi, sedang dan rendah melalui tes kemampuan number sense, angket self-concept
peserta didik, dan wawancara. Sehinga dapat mengetahui, menambah pemahaman, serta
dalam upaya memahami peserta didik pada materi bilangan bulat dalam proses
pembelajaran matematika.

7. Prosedur Penelitian

7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah untuk mendapatkan data yang mendalam dan hasil penelitian lebih menekankan
makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2019). Menurut Moleong (2021) penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll,
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam benuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Tujuan metode deskriptif yang dilakukan oleh peneliti yaitu untuk mendeskripsikan hasil
analisis kemampuan number sense peserta didik pada materi bilangan bulat ditinjau dari
self-concept.

7.2 Sumber Data Penelitian

Menurut Sugiyono (2020) dalam penelitian kualitatif digunakan istilah situasi


sosial (social situation) yang dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang diamati
secara mendalam. Situasi sosial terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku
(actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
(1) Tempat (place)
18

Tempat pada penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII SMP Islam Terpadu
Nurul Arif Salam yang beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 65 Kp. Gunung Jawa
Padayungan Kelurahan Tugujaya Kecamatan Cihideung 46126 Pondok Pesantren Nurul
Arif Salam.
(2) Pelaku (actor)
Pelaku disini adalah peneliti itu sendiri dengan dibantu instrumen lainnya yang
dapat memberikan data berupa jawaban tulisan dari hasil angket dan tes maupun jawaban
lisan dari hasil wawancara yang disebut sebagai subjek. Subjek dalam penelitian ini yaitu
peserta didik yang diambil dari kelas VII SMP IT Nurul Arif Salam yang belajar di
pondok pesantren. Pengambilan subjek pada penelitian ini dilakukan dengan cara
purposive. Purposive adalah teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu.
Menurut Sugiyono (2020) pusposive merupakan pemilihan subjek penelitian
berdasarkan pertimbangan tertentu, misalnya berdasarkan pada orang yang dianggap
paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang diteliti.
Langkah-langkah pengambilan subjek yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu
memberikan angket self-concept kepada peserta didik yang diambil dari kelas VII SMP
IT Nurul Arif Salam yang belajar di pondok pesantren. Hasil angket self-concept
dikategorikan menjadi self-concept tinggi, sedang dan rendah. Peneliti akan mengambil
masing-masing satu peserta didik dari setiap kategori self-concept tinggi, sedang dan
rendah yang diambil dari nilai tertinggi dari setiap kategori dan mampu berkomunikasi
secara lisan dan tulisan. Selanjutnya, peneliti akan memberikan tes kemampuan number
sense kepada peserta didik tersebut. Tes kemampuan number sense akan dilaksanakan
secara tatap muka dan dijadwalkan.

(3) Aktivitas (activity)


Aktivitas pada penelitian meliputi seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama
penelitian berlangsung. Aktivitas yang akan dilakukan yaitu pengisian angket self-
concep, tes kemampuan number sense, dan wawancara oleh peneliti terhadap subjek
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang kemampuan number
sense dan self-concept peserta didik.
19

7.3 Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti diantaranya sebagai


berikut :
(1) Angket Self-Concept
Angket digunakan untuk memperoleh data self-concept peserta didik. Data
tersebut kemudian akan dikategorikan berdasarkan self-concept tinggi, sedang, dan
rendah untuk pengambilan subjek dalam penelitian. Angket self-concept diberikan secara
tatap muka dan terjadwal.
(2) Tes Kemampuan Number Sense
Tes kemampuan number sense dilakukan untuk memperoleh data kemampuan
number sense peserta didik. Tes akan dilaksanakan secara tatap muka dan terjadwal
dengan mematuhi protokol kesehatan.
(3) Wawancara
Menurut Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2020) wawancara merupakan teknik
pengumpulan data untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan
dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi. Wawancara yang
dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara ini
bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dari informan. Dalam
pelaksanaannya peneliti dapat mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan
kondisi. Alat bantu yang digunakan peneliti dalam wawancara diantaranya buku catatan
dan alat perekam.

7.4 Instrumen Penelitian

Instrumen kunci dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri atau dikenal
dengan human instrument yang berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih
informan, melakukan pengumpulan data, analisis data menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya. Rancangan penelitian pada penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah memasukin objek penelitian (Sugiyono
2019). Namun, topik permasalahan yang akan diteliti sudah jelas sehingga dapat
dikembangkan menjadi instrumen bantu untuk melengkapi data.
Instrumen bantu pada penelitian ini merupakan:
20

(1) Angket Self-Concept


Peserta didik akan digolongkan sesuai dengan kategori self-concept dengan
menggunakan instrumen berupa angket. Peneliti memodifikasi angket self-concept dari
penelitian yang dilakukan Sofiani (2022) yang menggunakan indikator self-concept
menurut Sumarno (dalam Hendriana, Rohaeti, dan Sumarno, 2017). Angket terdiri dari
30 pernyataan yang memuat pernyataan positif dan negatif dengan modifikasi skala
likert. Modifikasi skala likert yang digunakan adalah skala likert empat skala. Hadi
(dalam Hertanto, 2017) mengemukakan bahwa modifikasi skala likert dimaksudkan
untuk menghilangkan kelemahan yang terkandung oleh skala lima tingkatan, dengan
skala likert meniadakan kategori jawaban yang ditengah berdasarkan dua alasan:
(a). Kategori undeciden itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat
memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga diartikan
netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban
arti ganda (multi interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu
instrumen.
(b). Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan jawaban ke tengah (central tendency
effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan pendapat
responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban
itu akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya
informasi yang dapat dijaring para responden.
Sehingga alternatif jawaban yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sangat
Setuju(SS), Setuju(S), Tidak Setuju(TS), Sangat Tidak Setuju(STS). Untuk pengisian
angket, peserta didik diminta memberikan tanda ceklis pada kolom yang telah disediakan
dengan beberapa alternatif jawaban menggunakan skala likert dengan empat skala yang
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Kategori Skala Likert

Skor Item
Alternatif Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1


21

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (JR) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Kisi-kisi angket self-concept terdapat pada tabel berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Angket Self-Concept

Pernyataan
Indikator
Positif Negatif

Menunjukan kemauan, keberanian, kegigihan,


1, 2 3, 4
keseriusan, ketertarikan dalam belajar dan melakukan
kegiatan matematika

Percaya diri akan kemapuan diri dan berhasil dalam


mengerjakan tugas matematikanya, dan mampu 5, 7, 9 6, 8, 28
mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam
matematika

Menunjukan kerja sama dan toleran terhadap orang 10, 29 11, 12


lain

Menunjukan kemampuan berkomunikasi dan tahu 15,17,30 13,14,16


menempatkan diri

Menghargai pendapat orang lain dan diri sendiri, dapat 18,19,20 21,22,23
memaafkan kesalahan oran lain dan diri sendiri
Memahami manfaat belajar matematika, kesukaan 25,27
24,26
terhadap belajar matematika
Jumlah 15 15
22

Pernyataan
Indikator
Positif Negatif

Total Pertanyaan 30

Angket self-concept terdiri dari 30 pernyataan dengan setiap pernyataan memiliki


skor terendah satu dan tertinggi empat. Sehingga skor terendah yang mungkin diperoleh
adalah 30 dan skor tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 120.

Tabel 3. Kategorisasi Self-Concept

Rentang Skor Kategori

90-120 Tinggi

60-89 Sedang

30-59 Rendah

Sebelum angket self-concept diberikan kepada peserta didik, angket akan


divalidasi oleh validator ahli.
(2) Soal Tes Kemampuan Number sense

Soal tes bertujuan untuk melihat kemampuan number sense peserta diidk. Tes
berupa soal dalam bentuk uraian yang menunjukan kemampuan number sense, soal
tersebut dibuat berdasarkan indikator kemampuan number sense menurut Fiore dan
Tackabery (2018) yaitu (1) Quantity (Jumlah), menyatakan jumlah atau berapa banyak.
(2) Counting (Berhitung), yaitu mengerjakan hitungan meliputi menjumlahkan,
mengurangi, dan sebagainya. (3) Relating (Menghubungkan), yaitu membandingkan
atau menghubungkan bilangan satu sama lain. (4) Representing (Menggambarkan),
menangkap sebuah pemikiran matematika. Soal tes kemampuan number sense terdiri
dari satu nomor dan dapat mengukur indikator kemampuan number sense.

Tabel 4. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Bilangan


Bulat

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


23

4.1 Menyelesaikan masalah yang 4.1.1 Menyelsaikan masalah sehari-hari


berkaitan dengan urutan beberapa yang berkaitan dengan urutan
bilangan bulat dan pecahan beberapa bilangan bulat dan pecahan
(biasa, campuran, desimal, (biasa, campuran, desimal, persen).
persen)
4.2 Menyelesaikan masalah yang 4.2.1 Menyelesaikan masalah kontekstual
berkaitan dengan operasi hitung yang berkaitan dengan operasi hitung
bilangan bulat dan pecahan. bilangan bulat dan pecahan.

Tabel 5. Kisi-kisi Tes Kemampuan Self-Concept

Nomor Bentuk
Indikator Soal
Soal

Quantity :
• Peserta didik mengetahui nilai dari suatu bilangan bulat.
• Peserta didik dapat mengenal bilangan.
• Peserta didik dapat mencari nilai bilangan lain dari nilai
beberapa nilai yang telah diketahui.
• Peserta didik dapat menjelaskan ukuran bilangan
pecahan, desimal, dan persen.
Counting :
• Peserta didik mengetahui tujuan dari perhitungan.
• Peserta didik mengetahui dapat mengetahui sebuah pola
dalam bilangan.
1 Uraian
Relating :
• Peserta didik dapat menghubungkan bilangan satu dan
bilangan lainnya.
• Peserta didik dapat memahami hubungan operasi
bilangan bulat (penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian).
Representing :
24

Nomor Bentuk
Indikator Soal
Soal

• Peserta didik dapat memberikan alasan penggambaran


untuk menjelalskan pemahamannya tentang konsep
bilangan bulat.
Sebelum soal tes kemampuan number sense diberikan kepada peserta didik, soal
ini akan divalidasi oleh validator ahli dalam bidang pendidikan matematika.

7.5 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2020) Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data pada penelitian kualitatif bersifat
induktif berdasarkan data yang diperoleh. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit , melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan
membuat kesimpuln yang diceritakan kepada orang lain. Miles dan Huberman (dalam
Sugiyono, 2020) aktivitas analisis data pada penelitian kualitatif dilaksanakan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga data jenuh.
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalan analisis data sebagai berikut :
(1) Reduksi Data (Data Reduction)
Menurut Sugiyono (2020) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya.
Sehingga dapat memberikan gambaran jelas untuk peneliti. Pada penelitian ini reduksi
akan berfokus pada peserta didik. Tahap reduksi data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Peneliti akan memeriksa hasil pengisian angket self-concept untuk kemudian
dikategorikan ke dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah. Untuk memilih peserta
didik dari setiap kategori self-concept.
b) Pada pengerjaan soal kemampuan number sense, peneliti akan mengamati serta
mencatat proses pengerjaan soal yang dilakukan oleh peserta didik. Jika hasil
25

pengerjaan peserta didik belum memenuhi kriteria yang diharapkan maka langkah
ini akan terus dilakukan hingga menemukan yang sesuai dengan rumusan masalah
pada penelitian.
c) Wawancara akan dilaksanakan kepada pesetrta didik sesuai dengan hasil pengerjaan
soal kemampuan number sense.
d) Hasil wawancara kemudian akan disusun dengan bahasa yang baik sehingga data siap
digunakan.
Angket self-concept menggunakan skala likert dengan pilihan sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Pilihan jawaban bertujuan untuk
mengetahui self-concept peserta didik. Untuk pengkategorian self-concept peserta didik
berdasarkan pada beberapa hasil penelitian dengan modifikasi interpretasi dari masing-
masing kategori dengan indikator self-concept menurut Sumarmo (dalam Hendriana,
Rohaeti, dan Sumarmo, 2017) yaitu sebagai berikut :
1) Kesungguhan, ketertarikan, berminat : menunjukan kemauan, keberanian, kegigihan,
keseriusan, ketertarikan dalam belajar dan melakukan kegiatan matematika.
2) Mampu mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam matematika.
3) Percaya diri akan kemampuan diri dan berhasil dalam melaksanakan tugas
matematikanya.
4) Bekerja sama dan toleran kepada orang lain.
5) Menghargai pendapat orang lain dan diri sendiri, dapat memaafkan kesalahan orang
lain dan sendiri.
6) Berperilaku sosial: menunjukan kemampuan berkomunikasi dan tahu menempatkan
diri.
7) Memahami manfaat belajar matematika, kesukaan terhadap belajar matematika.
Self-concept peserta didik dilihat berdasarkan hasil pengisian angket, wawancara
dan pengamatan selama peserta didik menyelesaikan soal kemampuan number sense.
Berikut merupakan tabel kategori self-concept :
(2) Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan teks
naratif berdasarkan data yang sebelumnya sudah direduksi. Penyajian data meliputi hasil
analisis angket self-concept, analisis soal kemampuan number sense, dan wawancara
hingga dapat menjawab rumusan masalah penelitian.
26

(3) Verifikasi (Verifivation)


Pada tahap ini memungkinkan peneliti untuk menjawab rumusan masalah,
pertanyaan penelitian serta tujuan penelitian berdasarkan analisis soal kemampuan
number sense, analisis angket self-concept dan wawancara sehingga dapat ditarik
kesimpulan terkait analisis kemampuan number sense peserta didik pada materi bilangan
bulat ditinjau dari self-concept.

7.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan mulai dilaksanakan pada bulan Januari di kelas VII SMP
Islam Terpadu Nurul Arif Salam. Dengan rincian jadwal penelitian sebagai berikut :

Tabel 6. Rencana Jadwal Penelitian

Bulan
No. Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Mendapat Sk
Bimbingan Skripsi
2 Mengajukan Judul
Penelitian
3 Menyusun Proposal
Penelitian
4 Seminar Proposal
Penelitian
5 Menyusun
Instrumen
Penelitian
6 Melakukan
Penelitian
7 Pengolahan Data
Hasil Penelitian
8 Penyusunan Skripsi
27

9 Sidang Seminar
Hasil
10 Sidang Skripsi
11 Penyempurnaan
Skripsi
28

DAFTAR PUSTAKA

Alfisyahra, Inayah, N., & Meinarni, W. (2021). Profil Kemampuan Koneksi Matematis
ditinjau dariu Konsep Diri Mahasiswa Pendidikan Matematika . Aksioma, 10(2),
September.
Arikunto, S. (2016). Manajemen Penelitian (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
As’ari, A. R., Tohir, M., Valentino, E., Imron, Z., & Taufik, I. (2016) Matematika
SMP/MTs Kelas VII Semseter 1. Jakarta : Pusat Kurikulum dan perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
Azizi, S., Surahmat, Alifiani. (2018). Analisis Kemampuan Koneksi Matematis dalam
Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau dari Self Concept Siswa Di Mts Al-Amin
Poncokusumo. JP3, 16(25), 72-77.
Ekawati, E., & Sumaryanta (2011). Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran
Matematika SD/SMP. Yogyakarta : Kementrian Pendidikan Nasional
Fiore, Mary ; Tackaberry, R. (2018). Making Sense of Number Sense. Journal of
Learning Disabilities (Vol. 38). https://doi.org/10.1177/00222194050380040901
Hertanto. E. (2017). Perbedaan Skala Likert Lima Skala dengan Modifikasi Skala Likert
Empat Skala. Metodologi Penelitian, September 2017. Retrieved from
https://www.academia.edu/34548201/PERBEDAAN_SKALA_LIKERT_LIMA_
SKALA_DENGAN_MODIFIKASI_SKALA_LIKERT_EMPAT_SKALA
Musriandi, R. (2017). Hubungan Antara Self-concept Dengan Kemampuan Pemahaman
Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan
Matematika, 9(1), 29-42. Doi: 10.36709/jppm.v9il.16745
Nurdiana, R., Studi, P., Sarjana, P., Matematika, P., Keguruan, F., Ilmu, D. A. N., &
Pura, U. T. (2018). PENGEMBANGAN TES MODEL TIMSS UNTUK MENGUKUR
KEMAMPUAN NUMBER SENSE SISWA ARTIKEL PENELITIAN.
Nurjanah, U., & Hakim, D. L. (2019). Number sense siswa pada materi bilangan.
Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, 1174–
1182.
Nuzula, F., & Rahaju, E. B. (2021). Number Sense Siswa Pada Materi Eksponen Ditinjau
Dari Gaya Kognitif Reflektif-Impulsif. MATHEdunesa, 10(1), 147–156.
https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v10n1.p147-156
Rulia, S., Supratman, & Madawistama, S.T. (2021). Analisis Kesalahan pada Number
Sense dan Structure sense Ditinjau Dari Berpikir Logis. Jurnal Pendidikan
Matematika, 5(2), 2090-2103.
Sadikin & Kaharuddin, A. (2019) . Identifikasi Kemampuan Komunikasi Matematika
Ditinjau dari Self-concept Matematis dan Gender. Prosiding SNPMAT II Tahun
2019, Konawe-Sultra, 234, 190-198.
Safitri, A. S., Mulyati, S., & Chandra, T. D. (2017). Kemampuan Number Sense Siswa
Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan. Prosiding SI MaNIs
(Seminar Nasional Integrasi Matematika Dan Nilai Islami), 1(1), 270–277.
http://conferences.uin-malang.ac.id/index.php/SIMANIS/article/view/85/37
Septiyani, N.O., & Alyani, F. (2021). Analisis Konsep Diri terhadap Kemampuan
Pemahaman Matematis Siswa di SMA. Jurnal Pendidikan Matematika dan
29

Matematika Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu


Pendidikan Universitas Isalam Lamongan, 3(2), 133-144.
Sugiyono. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi ke-3). Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2020). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi ke-3). Bandung: Alfabeta
Susilawati, S., Pujiastuti, H., & Sukirwan. (2020). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Ditinjau Dari self-concept Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika, 4(2), 512-525.
Undang-undang, D., Judul, I., Tohir, M., Valentino, E., Imron, Z., Mahmudi, A., Priatna,
N., & Satria, Y. (n.d.). ISBN 978-602-282-096-3 ( jilid 1 ).
Wahyuni, D. S., Psikologi, J., Pendidikan, F. I., & Padang, U. N. (2019). KEMAMPUAN
NUMBER SENSE SISWA SEKOLAH.
Yurniwati, & Handayani, R. (2019). Pengaruh Metode Realistic Mathematics Education
terhadap Kemampuan Matematis Ditinjau dari Konsep Diri Pada Siswa SD. Jurnal
Nasional Pendidikan Matematika, 3(1), 27-39. Doi:
http://dx.doi.org/10.33603/jnpm.v3i1.1020
Z,Y. R., & Priatna, N., Nurjanah (2018). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis
dan Self-concept Siswa Melalui Pendekatan Saintifik pada Materi Trigonometri.
Jurnal Matematika dan Pedidikan Matematika, 3(2), 108-122.
https://doi.org/10.31227/odf.io/tpfhw
30

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Pra-Penelitian

Pewawancara : Aida Fitriani Kusmaili


Pekerjaan : Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi
Narasumber : Ima Rohimatuloh S.Pd
Pekerjaan : Guru Matematika kelas VII SMP IT Nurul Arif Salam
Hasil Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut pendapat ibu, seberapa Sangat penting karena bilangan bulat
penting mempelajari materi merupakan materi dasar dalam
bilangan bulat dalam pembelajaran matematika yang akan menunjang untuk
matematika? materi materi lainnya. Bilangan bulat
juga memiliki keterkaitan dengan materi-
materi yang akan dipelajari selanjutnya
atau bisa dibilang materi prasyarat untuk
mempelajari materi matematika
selanjutnya. Jika materi bilangan bulat
ini dapat dikuasai dengan baik maka akan
mempermudah dalam proses
pembelajaran selanjutnya. Apalagi
bilangan bulat ini sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dalam menyelesaikan Masih banyak peserta didik yang belum
permasalahan matematika, apakah mampu dalam mengoperasikan bilangan,
peserta didik sudah mampu dalam karena peserta didik masih keliru dalam
mengoperasikan bilangan bulat bentuk bilangan bulat positif dan negatif.
dengan baik? Ketika diberi soal yang sedikit berbeda
dari yang dicontohkan ketika
pembelajaran, peserta didik mengalami
kebingungan dalam mengerjakan soal
tersebut.
31

3. Dalam kemampuan number sense Peserta didik sering kesulitan dalam


memiliki beberapa indikator seperti indikator relating (menghubungkan).
quantity (jumlah), counting Menghubungkan bilangan bulat
(berhitung), relating campuran seperti bilangan desimal,
(menghubungkan), dan pecahan, dan persen. Karena ketika
representing (menggambarkan). mengurutkan bilangan campuran
Dalam pembelajaran matematika tersebut, peserta didik harus emngubah
materi bilangan bulat, biasanya nya dalam bentuk yang sama.
pada indikator mana peserta didik
mengalami kesulitan?
4. Menurut ibu faktor apa yang semangat belajar dari peserta didik,
menjadi pengaruh terjadinya pembelajaran yang monoton, sugesti
kesulitan tersebut? dari dalam diri peserta didik bahwa
matematika itu sulit sehingga peserta
didik banyak yang tidak masuk ketika
pembelajaran matematika.
5. Selanjutnya tentang self-concept, Ketika pembelajaran peserta didik
self-concept adalah cara seseorang kurang antusias dan kurang bersemangat
mempersepsikan dirinya. dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
Bagaimana sikap peserta didik bahkan ada yang sengaja tidak masuk
terhadap pembelajaran pada pembelajaran matematika tetapi
matematika? Bersungguh-sungguh, masuk pada saat mata pelajaran yang lain
tertarik, dan berminat terhadap khususnya peserta didik laki-laki.
pembelajaran matematika? Namun ada juga yang bersemangat
mengikuti pembelajaran bahkan berani
menyelesaikan soal di depan kelas,
meskipun jawaban dari peserta didik
tersebut bisa dibilang kurang tepat. Ada
peserta didik yang aktif dan ada juga
yang pasif dengan hanya mendengarkan
apa yang disampaikan oleh guru tanpa
mengambil peran dalam kegiatan
32

pembelajaran, baik itu mengerjakan soal


ke depan ataupun bertanya mengenai hal
yang tidak dimengerti.

6. Menurut pandangan ibu, apakah Rata-rata belum mengenal, yang ibu lihat
peserta didik dapat mampu ketika pembelajaran. Misalnya ada
mengenali kekuatan dan kelemahan peserta didik, yang ibu tahu kemmapuan
diri sendiri dan percaya diri akan dia bagus dalam materi bilangan bulat,
kemampuannya dan berhasil dalam karena memiliki dasar yang cukup
mengerjakan tugas matematikanya? seperti operasi hitungnya sudah bagus,
tetapi ia tidak mau mengerjakannya
karena kurangnya rasa percaya diri.
7. Dalam pembelajaran di kelas, Ketika ada peserta didik mengerjakan di
apakah siswa sudah menunjukan depan, dan yang lainnya belum bisa
sikap bekerja sama dan toleran menghargai, ada yang ngobrol dan sibuk
terhadap orang lain, menghargai sendiri tanpa memperhatikan temannya,
pendapat orang lain dan dapat ada juga peserta didik yang dapat
bersosialisasi dengan teman mengahrgai, dan apabila ada perbedaan
sekelasnya? pendapat, ia mengerjakan juga di depan,
kemudian dibahas secara bersama-sama.
8. Menurut pendapat ibu, apakah Belajar matematika sangat bermanfaat
peserta didik sudah mengenali dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
manfaat belajar matematika dan terkadang peserta didik tidak menyadari
menyukai matematika itu sendiri? dan tidak merasakan manfaat itu. jadi
belajar amtematika ini harus selalu
dikaitkan dengan kehidupan nyata agar
peserta didik dapat lebih memahami
manfaat dari belajar matematika.
Tasikmalaya, 5 Maret 2022
Narasumber,

Ima Rohimatullah, S.Pd


33

Lampiran 2 Angket Self-Concept Peserta Didik

Identitas Responden
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. HP (WA) :
Pengantar
1. Angket ini diberikan kepada saudara dengan maksud untuk mendapatkan informasi
berhubungan penelitian tentang self-concept pada pembeljaran matematik.
2. Partisipasi saudara memberikan informasi sangat kami harapkan.
Petunjuk
1. Sebelum mengisi angket, bacalah petunjuk dengan cermat
2. Angket ini terdiri dari 30 pernyataan. Perhatikan baik-baik setiap pernyataan.
3. Hasil dari angket ini tidak memengaruhi nilai matematika.
4. Berikan tanda centang (√) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai pada kolom
pernyataan dengan pilihan : SS ( Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-Ragu), TS
(Tidak Setuju), STS ( Sangat Tidak Setuju)
5. Semua jawaban benar tidak ada yang saah, oleh karena itu, berikan jawaban dengan
jujur, pilih yang paling sesuai dengan kenyataan diri anda.
Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS

1. Saya merasa tertantang jika mengerjakan


tugas matematika yang kompleks.
2. Saya dapat mengerjakan soal matematika
dalam waktu yang cukup lama.
3. Saya meminta bantuan teman ketika kesulitan
dalam menyelesaikan soal matematika.
34

Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS

4. Saya menghindari tugas membaca beragam


buku matematika.
5. Saya memhami kesalahan yang terjadi pada
ujian matematika yang lalu.
6. Saya merasa bingung memilih materi
matematika yang perlu dipelajari ulang.
7. Saya optimis akan memperoleh nilai yang baik
dalam pembelajaran matematika.
8. Saya ragu-ragu akan keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas matematika yang berat.
9. Saya mampu mengatasi kesulitan yang
muncul dalam belajar matematika.
10. Saya senang membantu teman yang
mengalami kesulitan dalam belajar
matematika.
11. Saya merasa terganggu belajar matematika
dengan teman yang lemah terhadap
kemampuan matematika.
12. Saya kurang bersemangat jika mengerjakan
tugas matematika secara berkelompok.
13. Saya menghindari menjawab pertanyaan
matematika yang sulit.
14. Saya canggung mengemukakan pendapat
dalam kelompok kerja matematika.
15. Saya berani berdiskusi mtematika dengan
orang yang baru dikenal.
35

Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS

16. Saya merasa bingung ketika harus memilih


dua pendapat yang berbeda dalam diskusi
matematika.
17. Saya berani mempertahankan pendapat sendiri
diforum diskusi.
18. Saya berterimakasih atas saran teman terhadap
hasil pekerjaan matematika saya.
19. Saya merasa bangga atas hasil pekerjaan
sendiri.
20. Saya menghargai pendapat teman yang
berbeda ketika diskusi matematika.
21. Saya menolak pendapat teman yang berbeda
dengan pendapat sendiri.
22. Saya mudah memaafkan kesalahan sendiri
seperti kurang teliti dan tidak belajar secara
maksimal dalam melaksanakan pembelajaran
matematika.
23. Saya sulit memaaafkan kesalahan teman
seperti berbeda pendapat, ceroboh, dan pasif
ketika kerja kelompok matematika.
24. Saya mengerjakan tugas matematika karena
menyukainya.
25. Saya bosan selama pembelajaran matematika.

26. Saya merasa belajar matematika akan melatih


seseorang untuk berpikir masuk akal dan
cermat.
27. Saya merasa bahwa matematika tidak akan
berguna di kehidupan yang akan datang.
36

Jawaban
No. Pernyataan
SS S TS STS

28. Saya enggan membahas hasil ulangan


matematika dengan teman-teman bila
mendapat nilai jelek.
29. Saya memahami perasaan teman yang
kesulitan belajar matematika.
30. Saya berni memilih posisi ketika menghadapi
pendapat yang bertentangan.

Anda mungkin juga menyukai