PROPOSAL TESIS
Oleh:
Nafisa Risma Zuhara
0103518086
NIM : 0103518086
Semarang, 2020
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S Dr. Endang Susilaningsih, M.S.
NIP. 195111151979031001 NIP. 195903181994122001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
PERSETUJUAN BIMBINGAN....................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................ 7
1.3 Cakupan Masalah............................................................................ 8
1.4 Rumusan Masalah........................................................................... 9
1.5 Tujuan Penelitian............................................................................ 9
1.6 Manfaat Penelitian.......................................................................... 10
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah PBL Menurut Hosnan ......................................... 20
Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis............................................ 31
Tabel 3.1 Matriks Pengumpulan Data.............................................................. 55
Tabel 3.2 Cronbach Alpha Uji Reliabilitas ...................................................... 57
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran................................................... 58
Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda .............................................................. 59
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Media Pembelajaran Quizizz ........................................................ 25
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian........................................................ 49
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ...................................................................... 52
v
BAB I
PENDAHULUAN
proses belajar mengajar yaitu dapat menerima keadaan siswa dengan segala
siswanya. Potensi yang dimiliki siswa ini dapat digali maupun dikembangkan
secara efektif dengan strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan
terpadu.
penilaian yang profesional dari semua aspek diantaranya yaitu, pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Selain penilaian yang seimbang dari semua aspek yang ada,
guru dituntut dapat menjadi peran utama untuk menciptakan interaksi yang
edukatif, merupakan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Guru juga diharuskan dapat memposisikan diri secara tepat dalam proses
pembelajaran yang harus dikuasai siswa baik dari tingkat SD, SMP maupun SMA.
1
2
percobaan (induktif) dan teori (deduktif). Terdapat dua hal berkaitan yang tidak
terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA
metakognitif, dan IPA sebagai proses yaitu kerja ilmiah. Saat ini objek kajian IPA
menjadi semakin luas meliputi konsep, proses, nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi
2015: 22).
IPA sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang pesat baik
isi, materi maupun kegunaannya. Hal ini dapat ditinjau dari banyaknya konsep-
hari. IPA memang merupakan salah satu bidang ilmu yang perlu dipacu, sebab
Pembelajaran IPA memiliki potensi yang besar untuk memainkan peran strategis
yang dikenal dengan istilah era globalisasi dan industrialisasi. Oleh karena itu
pengembangan kemampuan siswa dalam bidang IPA merupakan salah satu kunci
informasi.
2007: 40).
memungkinkan individu untuk berpikir kritis. Dengan kata lain, untuk dapat
yang mereka miliki dengan keterampilan yang diperlukan (Zeidan & Jayosi,
keterampilan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar secara
mandiri. Browne & Keeley (2007) mengatakan bahwa seorang pemikir kritis akan
mencari kesimpulan yang lebih baik, keyakinan yang lebih baik, dan keputusan
yang lebih baik dengan memiliki nilai-nilai untuk kekuatan mentalnya, antara lain
4
baik.
pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
di kelas V SDI Al Madina pada bulan November 2019, diperoleh informasi bahwa
hasil belajar siswa ranah kognitif di kelas V SDI AL-Madina, dari 27 siswa di
kelas V A untuk muatan IPA terdapat 7 siswa atau 26% yang mencapai
siswa atau 41% yang mencapai KKM sedangkan sisanya 17 siswa atau 69%
belum mencapai KKM. Siswa kelas V C berjumlah 27 siswa terdapat 7 siswa atau
26% yang mencapai KKM, sedangkan sisanya yaitu 20 siswa atau 74% belum
siswa atau 36% yang mencapai KKM sisanya 64% atau 18 siswa belum mencapai
KKM.
ataupun soal ulangan tema cenderung mengukur kemampuan pada kategori LOTs-
MODs. Pemaparan soal cenderung pada aspek kognitif siswa tentang mengingat,
5
siswa belum dapat menentukan informasi dan masalah yang disajikan melalui
SDI Al Madina, hal ini disebabkan karena guru jarang menggunakan model yang
pembelajaran apa yang menarik dan dapat diterapkan pada pembelajaran IPA agar
yang menjadi perhatian utama, yaitu rendahnya kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar kognitif siswa. Hal ini mengingat betapa pentingnya kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar kognitif yang dapat membawa dampak bagi
membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan
berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa. Berbekal hal tersebut, maka
6
permasalahan yang autentik dan bermakna kepada siswa. Matthew (2012: 35)
PBL juga dapat mendukung proses pembelajaran IPA yang menyenangkan dan
terpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan persoalan yang
ada di sekitarnya yang bisa dijadikan masalah dalam proses pembelajaran. Siswa
diskusi dengan teman sekelasnya, dengan demikian akan melatih siswa untuk
berpikir kritis. Sebagaimana pendapat dari Abanikannda (2016: 56) bahwa dengan
Penerapan model PBL dalam penelitian ini juga didukung dengan penerapan
yang membawa aktivitas multi pemain ke ruang kelas dan membuatnya di kelas
dapat melakukan latihan di dalam kelas pada perangkat elektronik mereka. Tidak
seperti avatar, tema, meme, dan musik menghibur dalam proses pembelajaran
(Purba, 2019: 30). Quizizz dapat membantu guru dalam melakukan evaluasi tanpa
dibatasi oleh tempat dan aplikasi ini memiliki tampilan yang menarik serta
pengaturan waktu yang diatur akan menuntun konsentrasi siswa dalam belajar.
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa. Berdasarkan uraian
latar belakang, maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model
(2) Kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa masih rendah.
8
(3) Guru kurang mendorong rasa ingin tahu siswa, karena guru cenderung
agar permasalahan tidak meluas, masalah layak dan khas, dan penelitian efektif
dan efisien. Cakupan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(2) Masalah yang di kaji adalah keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
(3) Penelitian ini difokuskan pada muatan pembelajaran IPA tematik tema 8
SD.
Quizizz terhadap hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran IPA SD.
9
(1) Apakah terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbantuan
IPA SD?
(2) Apakah terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbantuan
media Quizizz terhadap hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran IPA
SD?
(3) Seberapa besar pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbantuan
IPA SD?
(4) Seberapa besar pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbantuan
media Quizizz terhadap hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran IPA
SD?
sebagai berikut:
IPA SD.
10
media Quizizz terhadap hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran IPA
SD.
(3) Menentukan seberapa besar pengaruh model Problem Based Learning (PBL)
(4) Menentukan seberapa besar pengaruh model Problem Based Learning (PBL)
perbendaharan ilmu pengetahuan yang sudah ada selama ini, khususnya tentang
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa sekolah dasar.
memecahkan masalah.
11
pembelajaran.
penelitian yang digunakan sebagai landasan teori adalah (1) Teori Belajar yang
Mendukung, (2) Model Problem Based Learning, (3) Media Quizizz, (4) Model
Teori belajar Jean Piaget yaitu teori perkembangan kognitif anak. Dasar
dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya. Seperti halnya yang dikemukakan Sunaryo (2014: 43) bahwa
teori belajar Jean Piaget mendukung pembelajaran berbasis masalah, hal ini
dikarenakan pengetahuan baru tidak diberikan kepada siswa dalam bentuk jadi
12
13
menyatakan bahwa budaya dan lingkungan sosial seorang anak adalah hal
dengan pemikiran orang lain dan saat mereka berpartisipasi dalam pencarian
sosial Vygotsky percaya bahwa pengetahuan tidak bisa ditransfer dari pikiran
orang lain ke pikiran seseorang melainkan orang tersebut yang harus membangun
Teori belajar yang mendukung PBL lainnya adalah teori belajar penemuan
dan pengaitan Bruner. Fadillah (2016: 523) menyatakan bahwa teori belajar
dipahaminya akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama. Teori belajar
14
PBL siswa diberikan masalah untuk ditemukan cara penyelesaiannya oleh siswa
pengetahuan dari materi yang akan diajarkan. Dalil pengaitan juga mendasari
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
pembelajarannya. Guru yang efektif dan inovatif pasti akan menerapkan model
guru yang kreatif, fleksibel dan cerdas yang dapat memperoleh keuntungan
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan
yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif terlibat dalam
bermakna bagi siswa karena mengorientasikan siswa pada masalah adalah model
disunting untuk memenuhi tujuan dan kriteria pengajaran. Penting bahwa masalah
jawaban.
model PBL atau dikenal dengan model pembelajaran berbasis masalah merupakan
Argaw, Haile, Ayalew & Shiferaw (2017: 858) PBL adalah metode instruksional
173).
pengertian dari model PBL yaitu pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada
Seperti yang dikemukakan oleh Bungel (2014:47) bahwa PBL dapat menjadikan
siswa mandiri dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Bilgin, Erdal & Mustafa
berhubungan dengan kehidupan nyata; (2) masalah dipilih sesuai dengan tujuan
memecahkan masalah yang diberikan; (5) guru bertindak sebagai tutor dan
informasi yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja; (7) siswa
Produk dalam hal ini adalah berupa suatu pemrograman. Menurut Amir (2010:22)
karakteristik model PBL (1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran, (2)
biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata, (3) masalah
kolaboratif.
pendapat dari Etiubon & Anthonia (2016: 37) bahwa PBL adalah cara belajar
dalam pembelajaran, hal ini memungkinkan siswa untuk menjadi peserta aktif
Sugianto & Sulhadi (2014: 79) mengungkapkan bahwa dengan PBL akan melatih
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan pemecahan masalah. Selain itu, siswa dapat
Menurut Arends (2007: 68) langkah-langkah dalam melaksanakan PBL ada 5 fase
yaitu (1) mengorientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk
pelaksanaan PBL, yaitu sebagai berikut; (1) mengklarifikasi istilah dan konsep
yang belum jelas. Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan
konsep yang ada dalam masalah, (2) merumuskan masalah. Fenomena yang ada
apa yang sudah dimiliki tentang masalah, (4) menata gagasan siswa dan secara
pengetahuan mana yang masih kurang dan mana yang masih belum jelas, (6)
mencari Informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok), (7)
Anggota yang mendengarkan laporan harus kritis tentang laporan yang disajikan.
maka dalam penelitian ini menarik kesimpulan dan merujuk pada langkah
dapat menarik minat siswa. PBL memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
untuk digunakan.
(a) pemecahan masalah dalam PBL cukup bagus untuk memahami isi pelajaran;
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada siswa; (c) PBL dapat
belajar sebagai cara berpikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh
guru berdasarkan buku teks; (g) PBL menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan dan disukai siswa; (h) memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata;
dan (i) merangsang siswa untuk belajar secara kontinu. Selain itu Zwaal & Hans
(2012: 106) mengemukakan bahwa PBL juga dapat digunakan dalam pendidikan
digunakan yaitu: (a) apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri
dengan minat yang rendah malah siswa enggan untuk mencoba lagi; (b) PBL
membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan; dan (c) pemahaman yang
Kelebihan yang ada dalam model PBL digunakan sebagai acuan untuk
menerapkan model PBL dalam pembelajaran siswa khususnya materi gaya dan
sebagai acuan agar peneliti mengetahui celah atau bagian mana yang harus diberi
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.
Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera
video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer adalah merupakan
media pembelajaran.
mengajar. Penyampaian isi dan pesan pembelajaran dapat diterima dengan baik
oleh siswa, sehingga terdapat pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan
individual, (c) Memberi dasar pengajaran yang lebih ilmiah, (d) Pengajaran dapat
4. Mempersamakan pengalaman.
penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistik, mengatasi sikap pasif siswa,
pengalaman.
merupakan sebuah web tool yang berupa permainan kuis online yang dapat
Penggunaan Quizizz cukup mudah, kuis yang telah disusun dapat langsung
ditambahkan ke dalam Quizizz dan dapat diatur baik gambar, latar belakang
maupun opsi pilihannya. Kuis dapat dibagikan dengan kode kepada siswa. Quizizz
menyediakan data statistik dari hasil pengerjaan kuis oleh siswa yang dapat
25
media Quizizz adalah aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat kuis
interaktif multiplayer dengan yang dapat diakses melalui perangkat apapun seperti
Contoh media Quizizz yang hendak digunakan dalam penelitian tersaji pada
Gambar 2.1.
Salah satu satu fitur yang dimiliki oleh Quizizz yaitu memberi data statistik
tentang kinerja siswa serta dapat melacak berapa banyak siswa yang menjawab
26
pertanyaan yang dibuat. Data Statistik ini dapat didownload dalam bentuk
memberikan suasana baru bagi siswa, fitur dan sistem ranking dalam media
point. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh media Quizizz adalah adanya
suatu permasalahan, ada yang kurang tanggap dalam membuat keputusan, ada
yang dengan tanggap dalam membuat keputusan, dan ada pula yang lambat
tanggap karena memikirkan apa yang harus dilakukan. Bagi para pemikir kritis,
pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan begitu saja, tetapi harus melalui
beberapa tahapan. Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental yang tidak
individu berbeda antara satu dengan lainnya sehingga perlu dipupuk sejak dini.
27
alasan.
reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus
tepat tentang apa yang dilakukan dan diyakini. Sari, Budijanto & Amiruddin
berlatih atau memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat seperti menilai
Dwijananti & Yulianti (2010: 112) bahwa orang yang berpikir kritis akan
membuat keputusan. Lebih lanjut Malahayati, Aloysius & Zubaidah (2015: 182)
yang tepat dalam berpikir dan bekerja, serta membantu dalam menentukan
keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Berpikir kritis dapat
28
Pendapat lain dari Moore & Parker (2012: 3) yang menyatakan bahwa:
Critical Thinking is a guide to making wise decisions about what to think
and do. it will help them spot bad reasons for having an opinion one way or
the other, and recognize good reasons if they should run into them. It will
also help them detect subtle, non-argumentative attempts at persuasion.
keputusan tentang apa yang dipikirkan dan apa yang harus dilakukan dengan
secara parsial dengan cara membuat daftar isian informasi yang selanjutnya
menyatakan bahwa :
thought of as a toolbox of skills which enable children to think more deeply and
clearly about what they believe (and what they read or are told in the media etc.),
and about what they should do”. Berpikir kritis bisa dianggap sebagai
keterampilan untuk berpikir lebih dalam dan jelas tentang apa yang dipercayai.
Hal yang dipercayai itu dapat diperoleh dari membaca, media, dan sumber
lainnya. Berpikir kritis merupakan keterampilan untuk mengolah apa yang didapat
dari buku, media, seorang ahli dan lain-lain sehingga menjadi yakin. Keyakinan
yang diperoleh, akan menghasilkan suatu hasil. Hasil tersebut kemudian menjadi
keterampilan mengolah sesuatu yang didapat secara dalam dan jelas, sehingga
permasalahan.
30
and making decisions.” Dari pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa berpikir
kritis merupakan mencapai tujuan dengan berbagai alasan, dan secara terarah.
atas sangat jelas bahwa berpikir kritis berbeda dengan berpikir tidak reflektif.
dalam Hidayati (2016: 32); yaitu (1) fokus (langkah awal dari berpikir kritis
bisa terdapat dalam kesimpulan sebuah argumen); (2) alasan (apakah alasan-
alasan yang diberikan logis atau tidak untuk disimpulkan seperti yang tercantum
dalam fokus); (3) kesimpulan (jika alasannya tepat, apakah alasan itu cukup untuk
situasi yang sebenarnya); (5) kejelasan (harus ada kejelasan mengenai istilah-
istilah yang dipakai dalam argumen tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam membuat kesimpulan); dan (6) tinjauan ulang (siswa perlu mecek apa yang
Falahudin (2016: 94) terdapat 5 indikator berpikir kritis yang disajikan dalam
Tabel 2.2.
Norris & Ennis (Nitko & Brookhart, 2011: 234-236) mengemukakan lima
unsur ini selanjutnya akan menjadi indikator untuk menilai kemampuan berpikir
kritis dalam penelitian ini. Kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut:
Peserta didik yang memiliki untuk fokus pada pertanyaan dapat secara
atau politik, atau bahkan kartun untuk menentukan pokok utama dari argumen.
atau isu yang dikuasai, 2) merumuskan atau memilih kriteria yang tepat untuk
b) Menganalisis Argumen
balik argumen, 2) melihat persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih
yang tidak relevan yang muncul pada sebuah argumen, 4) mewakili logika
orang memberikan bukti memiliki reputasi yang akurat dan benar, 3) apakah
kualitas informasi yang diperoleh dari saksi mata atau pengamatan langsung
dilaporkaan diperkuat oleh orang lain, 6) pengamat memiliki akses yang baik
yang kredibel.
3) Menarik Kesimpulan
mengidentikasi dan mengunakan ciri khas atau pola pada data untuk
definisi nilai. Peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis ini
nilai, apa saja nilai-nilai tersebut, dan kapan harus menggunakan nilai-nilai
b) Mengidentifikasi asumsi
asumsi yang merupakan bagian dari penalaran seseorang tentang apa yang
harus dipercaya atau dilakukan. Pada kasus ini, istilah asusmsi digunakan
seseorang.
Norris dan Ennis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Indikator
berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan klasifikasi
klasifikasi tingkat lanjut, dan menerapkan strategi dan taktik dalam memecahkan
masalah.
Menurut Hamdani (2011: 21) belajar yaitu perubahan tinggkah laku atau
terdapat perbedaan dalam diri seseorang antara sebelum dan sesudah melakukan
proses belajar.
dijelaskan dimuka. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
hasil belajar merupakan suatu hasil yang didapatkan setelah melalui suatu usaha
Hasil belajar terdiri dari 3 ranah, yaitu hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Menurut Anas (2011: 49) ranah kognitif adalah ranah yang
ranah kognitif yaitu kemampuan yang selalu dituntut pada anak didik untuk
pengertian dari ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ranah kogntiif
merupakan dasar penguasaan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Penelitian ini merujuk pada pengertian dari Noer (2012) tentang ranah
belajar hasil kognitif yang menyatakan bahwa kemampuan yang selalu dituntut
pada anak didik untuk dikuasai karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu
pengetahuan.
tentang alam beserta segala peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya. Hal ini
38
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nash (Samatowa, 2006:2) yang
menyatakan bahwa ‘IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam.
Lebih lanjut Nash (Samatowa, 2006:2) menyatakan bahwa cara IPA mengamati
alam adalah bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu
perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Sedangkan menurut Bundu
(2006:2). secara harfiah dapat disebutkan bahwa IPA adalah ilmu yang
dalamnya, IPA juga mengkaji tentang makhluk yang ada di alam ini. Seperti
Kardi & Nur dalam Trianto (2012:136) yang menyebutkan bahwa ‘IPA atau ilmu
kealaman adalah ilmu tentang zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang
dan sikap para ilmuan dalam proses mendapatkan pengetahuan.’ Hal ini sesuai
belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang
memandang belajar sebagai proses aktif dimana siswa belajar menemukan prinsip,
konsep, dan fakta untuk dirinya sendiri, dan karena itu penting untuk mendorong
siswa, atau antar siswa dengan cara verbal (lisan) maupun nonverbal untuk
membantu proses belajar siswa (Rifa’i & Anni, 2012: 159). Pembelajaran menurut
pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan
mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian
dan hubungan sebab akibatnya (Wisudawati & Sulistiyowati, 2015: 22), dengan
belajar IPA siswa diharapkan mampu memahami alam dan mampu memecahkan
masalah yang mereka jumpai di alam sekitar (Wisudawati & Sulistiyowati, 2015:
40). Hakikat sains IPA adalah produk, proses dan penerapannya (teknologi),
termasuk sikap dan nilai yang terdapat di dalamnya (Rustaman et al, 2010:1.5).
berkaitan dengan alam dan kegiatan sehari-hari disekitar siswa yang melibatkan
& Sulistiyowati, 2015: 26) sehingga siswa dapat berpikir lebih rasional serta
memiliki sikap ilmiah yang kontinu (Hanifah, 2016: 27). Pembelajaran IPA
1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
kehidupan sehari-hari.
pengajaran lain.
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Aspek yang penting
nilai rata-rata IPA siswa rendah karena siswa memperoleh konsep IPA tanpa
melalui proses yang bermakna. Maksudnya adalah siswa mempelajari IPA tanpa
melakukan sesuatu yang menarik terkait fenomena yang tengah mereka pelajari,
media yang relevan. Selain itu, dalam proses pembelajaran masih menggunakan
42
memberikan tugas.
yang dilakukan guru khususnya guru IPA diperoleh fakta bahwa siswa tidak
terbiasa dilatih untuk aktif berfikir kritis yaitu berpikir penuh dengan keterampilan
membimbing pada sikap dan tindakan. Sujiono & Arif (2014: 686) dalam
itu menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami materi IPA
belum dimaksimalkan.
Sejalan dengan hasil penelitian dari Sujarwo, Purwadi & Ali (2016: 22)
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar masih sangat rendah.
Sementara itu Setyowati, Subali & Mosik (2011: 89) menyatakan bahwa saat ini
proses belajar yang dialami peserta didik baru sampai pada tahap pemberian
Guru lebih banyak berceramah dan memberikan latihan atau tugas tertulis
kegiatan sesuai lembar kerja yang digunakan, akan tetapi tidak memberikan
bermakna.
melainkan merupakan hasil asosiasi dari sebuah pengalaman yang didapatkan dari
pembelajaran. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
pengalaman dari proses pembelajaran, maka anak akan dapat memahami materi
IPA secara lebih mendalam dan dapat diingat dalam jangka waktu yang relatif
lama. Oleh karena itu, perlu adanya peran guru dalam menentukan model dan
metode pembelajaran yang tepat serta efektif dalam mencapai pemahaman konsep
kritis siswa akan berkembang dengan baik apabila dilakukan secara sengaja.
Serupa dengan pendapat Rahayuni (2016: 134) bahwa keterampilan berpikir kritis
dapat dilatih melalui pelajaran IPA atau disiplin ilmu lain dengan pembelajaran
siswa untuk memecahkan masalah melalui aplikasi. PBL juga dapat mendukung
44
proses pembelajaran IPA yang menyenangkan dan terpusat pada siswa. Siswa
diberi kesempatan untuk menemukan persoalan yang ada di sekitarnya yang bisa
Sebagaimana pendapat dari Abanikannda (2016: 56) bahwa dengan PBL, siswa
Selain menggunakan model yang lebih variatif dan berkesan bagi siswa,
guru juga perlu mengembangkan media pembelajaran yang menarik yaitu Quizzi.
Penggunaan Quizizz cukup mudah, kuis yang telah disusun dapat langsung
ditambahkan ke dalam Quizizz dan dapat diatur baik gambar, latar belakang
maupun opsi pilihannya. Kuis dapat dibagikan dengan kode kepada siswa. Quizizz
menyediakan data statistik dari hasil pengerjaan kuis oleh siswa yang dapat
Penelitian yang dilakukan oleh Karo-Karo, Martina & Ramlan (2017: 187)
mendapatkan hasil bahwa pengaruh model PBL dengan Mind Mapping terhadap
Penelitian dari Ejin (2016: 71) dengan judul “Pengaruh Model Problem
Kritis Siswa Kelas IV SDN Jambu Hilir Baluti 2 pada Mata Pelajaran Ilmu
Sekolah Dasar pada Materi Daur Air”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Penelitian yang dilakukan Nasution, Sahyar & Sirait (2016: 116) Pengaruh
interkasi antara model PBL dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
Kritis dan Hasil Belajar Siswa”. hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan
berpikir kritis siswa setelah penerapan problem based learning meningkat sebesar
24,2%.
Penelitian yang dilakukan Hidayah, Sri & Wisnu, S (2018: 15) dengan
bahwa lembar kerja siswa berorientasi problem based learning efektif untuk
Pembelajaran Quizizz pada Mata Kuliah Kimia Fisika I”. Hasil penelitian
Quizizz pada mata kuliah Kimia Fisika I sebesar 0,45, dengan interpretasi
meningkat akibat adanya batasan waktu dan ketakutan mahasiswa terhadap respon
Penelitian yang dilakukan oleh Yana, Antasari & Kurniawan (2019: 143)
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman konsep yang dimiliki mahasiswa
maupun hasil yang ditemukan. Telaah beberapa hasil temuan penelitian tidak
ditemukan inkonsistensi hasil penelitian. Semua hasil penelitian dari artikel jurnal
yang dikaji selalu mendapatkan dampak yang positif, model PBL (Problem Based
media Quizizz untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
kognitif siswa sekaligus pada pembelajaran IPA SD.Oleh karena itu, peneliti ingin
kemampuan berpikir dan hasil belajar kognitif yang dimiliknya. Hal utama
fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat
suatu prediksi hasil akhir yang dirumuskan. Keterampilan berpikir kritis siswa dan
hasil belajar
Kenyataan kognitif dapat dimaksimalkan melalui pembelajaran yang
lapangan:
1. Metode pembelajaran yang diterapkan kurang bervariasi karena guru selalu
memberikan kebebasan
menggunakan bagi mereka
ceramah dalam dalam memecahkan
pembelajaran masalah
sehingga kurang pembelajaran,
mendorong siswa
untuk berpikir kritis
2.ini bisa
Hasil diperoleh
belajar melalui
kognitif model PBL IPA
siswa pembelajaran berbantuan
rendah media Quizizz. Kerangka
3. Guru belum pernah menerapkan model PBL berbantuan media Quizizz dalam
berpikir disajikan
membelajarkan IPAdalam Gambar 2.2.
Pre Test
Post Test
Kondisi Akhir
Keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif
meningkat lebih baik setelah diterapkan model Problem Based Learnng
berbantuan media Quizizz
50
(1) Terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media
SD.
(2) Terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media
Quizizz terhadap hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran IPA SD.
BAB III
METODE PENELITIAN
kuantitatif dalam bentuk Quasy Experimental Design dengan tipe Pre-test post-
test control grup design. Desain ini melibatkan dua kelompok subjek, yaitu
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan:
O1 = Pretest
X2 = Model PBL
O2 = Postest
hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan awal siswa pada kelompok
51
52
Kesimpulan
3.2.1 Populasi
Madina Kota Semarang. Kelas V memiliki kelas paralel yang berjumlah 4 kelas
53
jumlah keseluruhan populasi dalam penelitian ini adalah 110 siswa kelas V di SDI
3.2.2 Sampel
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Berdasarkan hasil pengundian
eksperimen dan kelas VD yang juga berjumlah 28 anak menjadi kelas kontrol.
Variabel bebas dalam penelitian ini variabel bebas yaitu model PBL.
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kritis dan hasil
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel moderating dalam
3.4.1.1 Tes
Tes diberikan pada awal dan akhir pembelajaran. Tes diberikan dalam
bentuk pilihan ganda yakni tes kemampuan berpikir kristis (TKBK) dan hasil
belajar kognitif siswa pada pembelajaran IPA baik di kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
3.4.1.2 Wawancara
secara lebih terbuka dan pihak yang diwawancara diminta pendapat dan ide-
sebagai berikut.
55
penelitian. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah siswa melakukan pembelajaran baik di
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes diberikan dalam bentuk pilihan
ganda.
disusun matrik pengumpulan data. Matrik pengumpulan datanya tersaji pada tabel
3.1.
Teknik
Sumber Instrumen
Jenis Data Pengumpulan Analisis Data
Data Pengumpulan Data
Data
Kemampuan Guru Pedoman Wawancara Analisis deskriptif
berpikir kritis kelas V Wawancara tentang
siswa dan kemampuan
Hasil belajar berpikir kritis dan
kognitif siswa hasil belajar
kognitif siswa
Instrumen penelitian tes yang digunakan pada penelitian ini berupa tes
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa yang berbentuk soal
pilihan ganda. Guna mengetahui kelayakan soal tes kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar kognitif diadakan uji coba tes terlebih dahulu. Data dari hasil uji coba
perangkat tes dipilih butir yang memenuhi validitas, reliabilitas, daya beda, dan
tingkat kesukaran. Butir yang memenuhi kriteria akan digunakan sebagai tes
atau kesahihan suatu instrumen. Validitas diuji dengan menggunakan uji Pearson
Correlation dengan alat bantu SPSS, dimana soal dikatakan valid jika 𝑟𝑥𝑦 ≥
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .
dengan taraf signifikan 𝛼 = 5%. Jika 𝑟𝑋𝑌 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal dikatakan valid dan
sebaliknya. Dalam penelitian ini, jika indikator belum terwakili dalam soal maka
peneliti mengganti butir yang tidak valid dengan butir lainnya yang memiliki
57
indikator yang sama. Sedangkan jika indikator sudah terwakili oleh butir lain yang
telah valid dalam soal maka peneliti tidak menggunakan atau membuang butir
3.5.1.2 Reliabilitas
bahwa suatu instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg
memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Reliabilitas menunjuk pada suatu
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang baik tidak akan bersifat tendesius mengarahkan responden untuk memilih
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2013). Pada penelitian
ini, tes kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa berbentuk
pilihan ganda. Reliabilitas tes menggunakan bantuan SPSS untuk melihat hasil
uji Cronbach's Alpha dengan taraf signifikansi (α=0,05), dan kriteria reliabilitas
Menurut Arikunto (2013) “soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena diluar jangkaunnya”. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
Rumus yang digunakan untuk mencari taraf kesukaran soal bentuk pilihan
Mean
TK (Tingkat kesukaran) =
Skor maksimum
butir soal mampu membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang
ditanyakan.
2. Dibuat pengelompokan siswa dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas yang
terdiri atas 50% dari seluruh siswa yang mendapat skor tinggi dan kelompok
bawah terdiri atas 50% dari seluruh siswa yang mendapat skor rendah.
Rumusnya adalah :
Ḿ A −M B
DP=
maks
Keterangan :
DP : Daya Pembeda
Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan
(statistik inferensial). Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk
mengetahui apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan itu sesuai dengan
distribusi teoritik tertentu. Dalam kasus ini, distribusi normal, apakah data yang
diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Penelitian ini akan
normalitas akan dihitung menggunakan software IBM SPSS 20. Hipotesis yang
Keterangan:
n : jumlah kumulatif
digunakan software SPSS 20 dengan pilihan uji Levene’s Statistic Test. Menurut
H1: µ1 ≠ µ2 (sampel semua kelompok tidak berasal dari populasi yang homogen)
ditolak, dan jika sig > α (0,05) maka H0 diterima (Riadi, 2016).
Kognitif
dan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran IPA. Uji regresi dilakukan
untuk mengetahui pengaruh secara linear antara dua variabel, yaitu pengaruh
model PBL terhadap kemampuan berpikir kritis dan pengaruh model PBL
terhadap hasil belajar kognitif siswa. Persamaan umum regresi linear sederhana
Y = a + bX
Keterangan:
a : konstanta
b : koefisien regresi
Uji regresi dikerjakan dengan SPSS versi 20, yakni uji linear dengan taraf
signifikansi 5%. Kelinearan pengaruh antara kemampuan berpikir kritis dan hasil
H0 : tidak ada pengaruh antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
kognitif siswa.
Ha : ada pengaruh antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif
siswa.
Hipotesis diterima jika nilai Sig. > 0,05. Besar pengaruh antara
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat dari nilai
dalam suatu data yang dihitung didasarkan pada model statistik. Definisi
dibuat model dengan variabilitas nilai data asli. Secara umum r2 digunakan sebagai
sebagai pengukuran seberapa baik garis regresi mendekati nilai data asli yang
dibuat model. Jika r2 sama dengan 1, maka angka tersebut menunjukkan garis
regresi cocok dengan data secara sempurna. Rumus untuk menghitung koefesien
DAFTAR PUSTAKA
63
Argaw, A., Haile, B., Ayalew, B., & Shiferaw, G. (2017). The Effect of Problem
Based Learning (PBL) Instruction on Students’ Motivation and Problem
Solving Skills of Physics. Eurasia Journal of Mathematics Science and
Technology Education. 13 (3): 857-861.
Browne, N.M., & Keeley, S.M. (2007). Asking The Right Questions: A Guide To
Critical Thinking. New Jersey: Pearson Education, Upper Saddle River.
Bilgin, I., Erdal, S., & Mustafa, S. (2009). The Effect of Problem Based Learning
Instruction on University Students’ Performance of Conceptual and
Quantiattive Problems in Gas Concepts. Eurasia Journal of Mathematics,
Sciences & Technology Education. 5 (2): 153-164.
Fitriono, Y., Rochmad., & Wardono. (2015). Model PBL dengan Pendekatan
PMRI Berpenilaian Serupa PISA untuk Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika Siswa. Unnes Journal of Mathematics Education
Research. 4 (1): 56-65.
Hartati, B., Sarwi, & Khanafiyah. (2010). Pengembangan Alat Peraga Gaya
Gesek untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia. 6: 128-132.
Hidayah, N., Sri, W., & Wisnu, S. (2018). Penggunaan Lembar Kerja Siswa
Berorientasi Problem Based Learning Untuk Mengembangkan
Kecerdasan Intrapersonal. Chemistry in Education. 7 (1): 9-16.
Lutfa, A., Sugianto., & Sulhadi. (2014). Penerapan Model Pembelajaran PBL
untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains pada Siswa SMA. Unnes
Physics Education Journal. 3 (2): 78-80.
Nasution, U.S.Z., Sahyar & Sirait, M. 2016. Pengaruh Model Problem Based
Learning dan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Kemampuan
Pemacahan Masalah. Jurnal Pendidikan Fisika. 5 (2): 112-117.
Nitko & Brookhart. (2011). Educational assessment of students. (6th ed.). Boston:
Pearson Education, Inc.
Sujarwo, B., Purwadi, S., & Ali, S. 2016. Pengaruh Implementasi Pendekatan
Saintifik, keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Disiplin terhadap
Penyelesaian Masalah Matematika SD. Journal of Primary Education. 5
(1): 21-26.
68
Zeidan, A. H., & Jayosi, M. R. (2015). Science Process Skills and Attitudes
toward Science among Palestinian Secondary School Students. World
Journal Education. 5 (1): 13-24.
Zwaal, W. & Hans, O. (2012). The Impact of Concept Mapping on the Process of
Problem Based Learning. Interdisciplinary Journal of Problem Based
Learning (Spring). 6 (1): 104-128.