Anda di halaman 1dari 63

i

PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERBIMBING TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 7 MABA

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metodologi Penelitian


Pendidikan Matematika yang diampu oleh Dr. Drs. Zamsir, M.Pd.

Oleh :

ARI RISALDI
A1I120085

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i
DAFTAR TABEL...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Batasan Masalah..................................................................................6
C. Rumusan Masalah .............................................................................6
D. Tujuan penelitian.................................................................................6
E. Manfaat Penelitian...............................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ....................................................................................9
1. Proses Pembelajaran Matematika...............................................10
2. KemampuanBerpikirKritis Matematika.....................................11
3. Mdelpembelajaraninquiryterbimbing.........................................15
4. Model PembelajaranLangsung...................................................20
B. Penelitian yang Relevan .....................................................................23
C. Kerangka Berpikir ..............................................................................25
D. Hipotesis Penelitian............................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian....................................................................................27
B. Tempat dan Waktu ............................................................................27
C. Populasi dan Sampel ..........................................................................28
1. Populasi......................................................................................28
2. Sampel........................................................................................28
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.....................................29
1. Variabel Penelitian.....................................................................29
2. Definisi Operasional...................................................................30
E. Desain Penelitian................................................................................31
F. Instrumen Penelitian...........................................................................32
1. Lembar Observasi.......................................................................32
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis...............................32

ii
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian...................33
G. Teknik Pengumpulan Data..................................................................36
H. Teknik Analisis Data...........................................................................38
1. Analisis Deskriptif......................................................................38
2. Analisis Inferensial.....................................................................40
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42
LAMPIRAN.......................................................................................................43

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator-Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ..............................15


Tabel 2.2 Model Inquiri Terbimbing ................................................................19
Tabel 2.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Langsung ............................23
Tabel 3.1 Gambaran Populasi Kelas VIII SMP Negeri 7 MABA Semester Genap Tahun
Pelajaran 2022/2023 ..................................................29
Tabel 3.2 Desain Penelitian .............................................................................31
Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Postest Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ......................................................................................33
Tabel 3.4 Klarifikasi Koefisien Reliabilitas .....................................................34
Tabel 3.5 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis .........................................................................................................34
Tabel 3.6 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ....35
Tabel 3.7 Kategori Kemampuan Berpikir Kritis ...............................................37
Tabel 3.8 Kategori Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Dan
Kontrol.............................................................................................................38
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia,
dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung
upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.
Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat perhatian secara terus
menerus dalam upaya peningkatan mutunya, peningkatan mutu pendidikan berarti pula
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, perlu dilakukan pembaharuan
dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa henti. Dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting
bagi pembangunan berkelanjutan disegala aspek kehidupan manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam teknologi membawa perubahan arus
informasi menjadi cepat dan tanpa batas, hal ini berdampak langsung pada berbagai
bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai
bagian dari system kehidupan telah berupaya mengembangkan struktur kurikulum
system pendidikan dan model pembelajaran yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan kunci
untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas karena pendidikan
merupakan proses perubahan tingkah laku siswa menjadi manusia dewasa yang mampu
hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar. Dalam
menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat adalah dengan membentuk budaya
berpikir kritis di masyarakat. Prioritas utama dari sebuah system pendidikan adalah
mendidik siswa tentang bagaimana cara belajar dan berpikir kritis.
Berpikir kritis adalah keharusan dalam usaha menyelesaikan masalah, membuat
keputusan, menganalisis asumsi-asumsi, berpikir kritis diterapkan kepada siswa untuk
belajar memecahkan masalah secara sistematis, inofatif dan mendesain solusi yang
mendasar, dengan berpikir kritis siswa menganalisis apa yang mereka
pikirkan,mensitesis informasi dan menyimpulkan.
Berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika karena
1
matematika memiliki struktur dan kajian yang lengkap serta jelas antar konsep. Aktifitas
2

berpikir kritis siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
dengan lengkap dan sistematis.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peran untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Siswa memerlukan kemampuan
berpikir kritis yang tinggi karena kemampuan berpikir kritis matematika berperan
penting dalam penyelesaian suatu permasalahan mengenai pelajaran matematika, selain
itu seorang siswa SMP telah dianggap dewasa sehingga diharapkan mampu berpikir
kritis untuk mencapai hasil atau mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana.
Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam dunia pendidikan
karena pentingnya ilmu matematika ini maka jumlah pelajaran matematika disekolah
lebih banyak dari beberapa pelajaran lainnya. Selain itu pelajaran matematika dipelajari
disetiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun
perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk membekali siswa agar memiliki
kemampuan berpikir logis, sistematis, kritis dan kreatif serta memberikan keterampilan
untuk mampu menggunakan penalaran dalam memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Matematika diajarkan karena dapat menumbuh kembangkan kemampuan
bernalar yaitu berfikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan
atau ide dalam memecahkan masalah, kekurangmampuan siswa menyebabkan lebih
banyak tergantung pada bantuan guru tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi perkembangan dirinya. Jadi, guru sangat diperlukan pada saat siswa
belum mampu mandiri pada awal pertemuan. Keberhasilan proses belajar mengajar
pada umumnya diukur dari keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut.
Pemahaman akan pengertian dan pandangan guru terhadap metode mengajar akan
mempengaruhi peranan dan aktivitas siswa dalam belajar. Mengajar bukan sekedar
proses penyampaian ilmu pengetahuan saja melainkan mengandung makna yang lebih
luas dan kompleks yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi antara siswa dan guru.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap informasi
dari pendidik, tetapi melibatkan berbagai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan
terutama jika menginginkan hasil belajar yang lebih baik.
Guru perlu membekali kemampuan berpikir kritis peserta didiknya. Hal ini
dikarenakan peserta didik yang hanya mempelajari materi saja tanpa dibekali
3

kemampuan ini akan mengalami kesulitan ketika bekerja pada bagian aktivitas mencari
dan menganalisis informasi. Menurut Anderson, bila berpikir kritis dikembangkan,
seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir divergen (terbuka dan
toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara
sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan dapat berpikir secara
mandiri (Lestari, 2013: 2).
Studi yang dilaksanakan oleh Trends in International MathematicsandScience
Study (TIMSS), sebuah lembaga internasional yang mengukur hasil pendidikan di dunia
yang dilakukan kepada peserta didik SMP dengan karakteristik soal-soal level kognitif
tinggi. Pada tahun 2015, peringkat Indonesia dibidang matematika hanya berada
diposisi 45 dari jumlah peserta seluruhnya yakni 50 negara. Dalam studi tersebut,
Indonesia hanya menempati skor 397 jauh di bawah rata-rata skor internasional yaitu
500. Dari studi tersebut terungkap bahwa peserta didik Indonesia masih lemah dalam
menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan pembuktian, pemecahan
masalah yang memerlukan penalaran matematika, menemukan generalisasi atau
konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan.
Berdasarkan fakta di atas, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir kritis, kreatif dan reflektif peserta didik pada umumnya masih
rendah.
Hasil Program for International StudentsAssessment (PISA) yang
diselenggarakan pada tahun 2015, Indonesia menduduki posisi ke-63 dari 70 negara
untuk bidang studi matematika. Kemampuan dalam bidang matematika Indonesia
menunjukkan skor yang rendah, yaitu 386. Padahal soal-soal matematika dalam PISA
mengukur kemampuan komunikasi, menalar, representasi, pemecahan masalah,
berargumentasi, berkomunikasi dan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan fakta tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik SMP di Indonesia
masih sangat rendah.
Hal ini juga merupakan salah satu permasalahan yang ditemukan peneliti di
SMP Negeri 7 Maba . Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari guru mata pelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri 7 Maba , rata-rata hasil penilaian Akhir semester
(PAS) yang dilakukan pada bulan Mei 2021 dikelas VIII sebesar 64,78 dimana 67,81%
dari jumlah siswa memiliki nilai dibawah KKM (72). Hasil belajar yang rendah tentu
4

akan mempengaruhi kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik, salah satunya
adalah kemampuan berpikir kritis. Hal ini memperlihatkan bahwa kemampuan berpikir
kritis matematika peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 7 MABA masih rendah.
Faktor penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis matematika peserta
didik salah satunya adalah penerapan model pembelajaran yang kurang tepat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru matematika, model pembelajaran yang diterapkan di kelas
adalah model pembelajaran langsung. Pembelajaran selama ini menyebabkan aktivitas
siswa sehari-hari umumnya hanya menonton gurunya menyelesikan soal-soal di papan
tulis kemudian meminta siswa bekerja sendiri dalam buku teks atau lembar kerja Peserta
Dididk (LKPD) yang disediakan. Hal ini dikarenakan guru masih kesulitan dalam
menerapkan berbagai model pembelajaran dalam kelas.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif
dan memberikan kesempatan siswa untuk berpikir kritis yaitu model pembelajaran
inquiri terbimbing. Pembelajaran dapat memfasilitasi pengembangan kemampuan
berpikir kritis pada siswa agar dapat mengembangkan kemampuan dan kesukaan
matematika. Model pembelajaran inquiri terbimbing merupakan suatu model
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan pemberian fakta yang dimulai dengan
pemberian sebuah keadaan atau situasi oleh guru. Siswa diminta untuk menemukan
sebuah materi baru berdasarkan pada situasi yang diberikan dengan mengacu kepada
tujuan pembelajaran sehingga pertanyaan yang muncul tidak keluar dari materi yang
sedang diajarkan. Kegiatan pemberian fakta ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan perkembangan dan kemampuan
berpikirnya. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis matematika siswa diharapkan
akan memberikan efek poisitif terhadap hasil belajar yang diperolehnya.
Menurut Prasad (2015: 32) model pembelajaran inquiri terbimbing mendorong
siswa untuk berpikir sendiri, belajar sendiri, tanpa harus tergantung penuh kepada guru.
Sementara itu Shadiq (2014: 12) menyatakan bahwa pembelajaran penemuan
terbimbing merupakan suatu pembelajaran dimana siswa diberikan suatu situasi atau
masalah, yang selanjutnya melakukan pengumpulan data, membuat dugaan, mencoba-
coba, mencari dan menemukan, menggenaralisasi atau menyusun rumus, membuktikan
benar tidaknya dugaannya itu. Oleh karena itu pembelajaran dengan model
5

pembelajaran inkuiri terbimbing memungkinkan siswa untuk membangun sendiri


pengetahuannya melalui kegiatan-kegiatan yang dirancang guru, sehingga membuat
suatu kesimpulan berdasarkan pemahaman siswa.
Pembelajaran dengan model inkuri terbimbing berorientasi pada aktivitas kelas
yang berpusat pada siswa dan memungkinkan siswa belajar memanfaatkan berbagai
sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai sumber belajar. Siswa secara
aktif akan terlibat dalam proses mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pengukuran,
dan pengumpulan data untuk menarik suatu kesimpulan. Hal ini berarti, guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di benaknya. Ini artinya bahwa pembelajaran menekankan pada aktivitas
siswa yang secara aktif menggali pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki.
Pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai individu penerima pengetahuan
tidaklah efektif dalam melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Sebaiknya siswa
dipandang sebagai individu penerima aktif yang mampu mengembangkan potensi
matematiknya sendiri. Proses yang seperti ini sejalan dengan model pembelajaran
inquiri terbimbing. Dalam pembelajaran ini, aktivitas siswa ajakan lebih dominan
sedangkan peranan guru sebagai fasilisator.
Model pembelajaran inquiri terbimbing merupakan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa, dengan model inquiri
terbimbing ini siswa diberi kesempatan untuk dapat menemukan materi baru dengan
bimbingan guru. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematika
siswa karena dengan proses penemuan materi baru dari bimbingan guru berarti mereka
sedang dilatih untuk mengembangkan kemapuan berpikir kritis. Selain itu cara yang
mereka gunakan dalam menyelesaikan masalah dapat menjadi petunjuk mengenai
berpikir kritis matematika siswa yang sedang berkembang.
Melihat fenomena yang ada peneliti bermaksud menerapkan model
pembelajaran inquiri terbimbing dalam menyelesaikan masalah matematika.
Pembelajaran ini sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam
mempelajari matematika tidak cukup dengan hanya mengetahui dan menghafalkan
konsep-konsep matematika tapi juga dibutuhkan suatu berpikir dan pembahan serta
6

kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar sehingga


dapat meningkatkan kemampuaan berpikr kritis matematika siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 MABA.

B. Pembatasan Masalah
Kualitas hasil belajar matematika yang diselidiki dibatasi hanya pada lima
aspek, yaitu : (1) tingkat kesukaran soal, (2) daya pembeda, (3) efektifitas pengecoh,
(4) reliabilitas, (5) kesalahan baku pengukuran.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana jalannya proses pembelajaran di SMP Negeri 7 MABA?
2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis matematika siswa di SMP Negeri 7 MABA
diajar menggunakan model pembelajaran langsung?
3. Bagaimana kemampuan berpikirr kritiss matematika siswa di SMP Negeri 7 MABA
diajar menggunakan model pembelajaran inquiri terbimbing?
4. Apakah model pembelajaran inquiri terbimbing berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis matematika siswa di bandingkan dengan model pembelajaran
langsung di SMP Negeri 7 MABA

D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan jalannya proses pembelajaran SMP Negeri 7 MABA
7

2. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis matematika siswa SMP Negeri 7


MABA diajar menggunakan model pembelajaran langsung.
3. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis matematika siswa di SMP Negeri 7
MABA diajar menggunakan model pembelajaran inquiri terbimbing.
4. Mendeskripsikan pengaruh penerapaan model pembelajaran inquiri terbimbing
dengan model pembelajaran langsung terhadap kemampuan berpikir kritis
matematika siswa SMP Negeri 7 MABA

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru; jika model pembelajaran inqquiri terbimbing dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 7 MABA
maka model pembelajaran inquiri terbimbing dapat dijadikan sebagai salah satu
alternative pembelajaran.
2. Bagi Siswa; melalui berpikir kritis matematika siswa daapat leebih mudah dalam
meenyelesikan pemecaahan masalah matematika
3. Bagi Sekolah; meningkatkan mutu pendidikan sekolah terutama bidang
matematika serta dapat ddijadikan ssalah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
guru dan siswa lebih aktif, terampil dan kreatif dalam pembelajaran matematika.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Proses PembelajaranMatematika
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Yang dimaksud dengan proses interaksi disini
adalah proses belajar mengajar yang berlangsung antara peserta didik dengan pendidik.
Oleh karena itu, untuk memahami pengertian dari pembelajaran, perlu diketahui terlebih
dahulu pengertian tentang belajar dan mengajar tersebut. Berikut ini akan diuraikan
pengertian tentang belajar dan mengajar.
Belajar adalah suatu kegiatan atau proses pada diri seseorang yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku akibat pemahaman atau latihan
setelah berinteraksi dengan individu lain maupun dengan lingkungannya (Tampubolon,
2013). Hal ini sejalan dengan pendapatnya yang menyatakan bahwa belajar adalah
membawa suatu perubahan, perubahan itu terjadi karena diusahakan dan akan
didapatkannya kecakapan baru (Kusumah, 2014). Belajar adalah kegiatan berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung
pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya (Jihad &
Haris, 2013). Lambertus (2012) memandang bahwa belajar adalah membangun
pemahaman siswa melalui dorongan, pancingan, pertanyaan, dan arahan dari guru.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan mengenai proses belajar siswa,
demikian pula yang terjadi pada siswa SMP Negeri 7 MABA khusus yang belajar pada
kelas VIII3 juga diarahkan/bertujuan agar terjadi suatu proses perubahan tingkah laku
yang baik (positif) dalam diri siswa SMP Negeri7 MABA, walaupun itu semua belum
optimal, dimana perubahan tingkah laku itu disebabkan oleh latihan, praktek dan
pengalaman yang mereka peroleh baik didalam kelas, maupun di luar kelas. Belajar
yang terjadi di SMP Negeri 7 MABA bersifat menetap sebagai akibat dari interaksi
antara siswa dengan siswa

9
10

ainnya, antara siswa dengan gurunya, dan antara siswa dengan lingkungan SMP Negeri
7 MABA
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya merupakan suatu
proses, yaitu proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar
siswa hingga dapat menumbuhan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada
tahap berikutnya, mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada
siswa dalam melakukan proses belajar. Agar proses belajar mengajar sesuai dengan
tujuan yang diharapakan, dibutuhkan metode atau strategi mengajar yang tepat, sesuai
dengan kapasitas siswa Kodir (2011).
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar hanya
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan
harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh
siswa. Oleh karena itu, rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti
membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam
perbuatan mengajar itu sendiri Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2014).
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan maka proses mengajar
yang terjadi di SMP Negeri 7 MABA juga bertujuan untuk membimbing, menolong
siswa dengan jalan mengorganisasi dan mengatur lingkungan kelas maupun diluar kelas
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan siswa sehinggga terjadi proses belajar
yang baik, walaupun itu semua belum optimal. Selain itu tujuan yang ingin dicapai guru
dalam mengajar yaitu agar siswa SMP Negeri 7 MABA (khususnya siswa kelas VIII 3)
paham terhadap pengetahuan yang diberikan. Guru SMP Negeri 7 MABA khusunya
guru matematika dalam mengajar juga bertujuan mengembangkan kemampuan siswa,
pengetahuan siswa, mengubah sikap siswa kearah yang lebih baik dan lain sebagainya,
sehingga yang dicita-citakan oleh siswa SMP Negeri 7 MABA dapat terpenuhi.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai
produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.
Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2012). Berdasarkan uraian
tentang pembelajaran tersebut, maka dapat diartikan bahwa pembelajaran adalah proses
11

interaksi yang dilakukan secara sadar antara siswa, guru, dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang memilki peranan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Siswa memerlukan kemampuan
berpikir kritis yang tinggi karena kemampuan berpikir kritis matematika berperan
penting dalam penyelesaian suatu permasalahan mengenai pelajaran matematika. Selain
itu, seorang siswa SMP telah dianggap dewasa sehingga diharapkan mampu berpikir
kritis untuk mencapai hasil atau mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Jadi,
pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang terprogram,
melibatkan guru matematika dengan menyusun suatu rancangan rencana pembelajaran,
melaksanakan rancangan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran dan refleksi
pembelajaran, dan melibatkan siswa berdasarkan kurikulum dengan segala interaksi dan
proses komunikasi di dalamnya.

2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematika


Kemampuan berpikir merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika. Kemampuan berpikir atau yang sering disebut dengan thingkingskill adalah
kemampuan yang merujuk pada pemikiran seseorang, pemikiran dalam menilai
kebaikan suatu ide, buah pikiran, pandangan, dan dapat memberikan respon berdasarkan
kepada bukti dan sebab akibat. Menurut Nurohman dalam Junaidi (2017: 16-17)
ThingkingSkill adalah kemampuan seseorang dalam mendayagunakan kemampuan
mentalnya untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan nyata.
ThingkingSkill dapat dijabarkan menjadi beberapa indikator, antara lain: kemampuan
menggali informasi, kemampuan mengelola informasi, dan kemampuan memutuskan
suatu masalah berdasarkan informasi yang sudah diperoleh. ThingkingSkill merupakan
kemampuan seseorang untuk menggunakan aktivitas pikirannya secara terbatas dengan
mengkombinasikan pemikiran pada saat berpikir. Kemampuan tersebut seperti
mengingat sesuatu, membedakan antara sesuatu yang relvan dan tidak relevan,
mengklasifikasi, memprediksi, menilai kekuatan suatu tuntutan, menyatakan sesuatu,
menarik kesimpulan dan membuat keputusan. Kemampuan tersebut diguanakan terus
menerus untuk memperoleh suatu pengertian atau pengetahuan.
12

Menurut Elaine B Jhonson, berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis dan
terorganisasi yang memungkinkan peserta didik dapat merumuskan dan mengevaluasi
pendapat mereka sendiri atau berdasarkan bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang
mendasari pendapat orang lain sehingga mereka mampu mengungkapkan pendapat
mereka sendiri dengan penuh percaya diri. Berpikir kritis membantu peserta didik
mencapai pemahaman yang mendalam dan dapat mengambil kesimpulan secara cerdas
terhadapap sebuah informasi, sehingga mereka mampu memecahkan masalah dengan
menggunakan pemikiran yang sistematis dan logis (Junaidi, 2017: 17).
Krulik dan Rudnik mendefinisikan berpikir kritis adalah berpikir yang
menguji, menghubungkan dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah serta
menganalisis informasi (Rochimah, 2011: 5).Sedangkan menurut Swartz dan Perkins
berpikir kritis berarti: a) bertujuan untuk memcapai penilaian yang kritis terhadap apa
yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan logis, b) memakai
standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, c)
menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan
dan menerapkan standar tersebut, d) mencari dan mengumpulkan informasi yang dapat
dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian (Sujana
dan Utu, 2013: 64).
Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan satu kemampuan dasar
matematis yang esensial dan perlu dimiliki oleh peserta didik yang belajar matematika.
Terdapat beberapa alasan yang mendasari pernyataan tersebut. Pertama, kemampuan
berpikir matematis termuat dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran matematika,
antara lain: melatih berpikir logis, sistematis, kritis, kreatif, dan cermat serta berpikir
objektif, terbuka untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari serta untuk
menghadapi masa depan yang selalu berubah. Kedua, dalam berpikir kritis, seseorang
tidak dengan mudah menerima sesuatu yang diterimanya, tanpa mengetahui asalnya,
namun ia dapat mempertanggung jawabkan pendapatnya disertai dengan alasan yang
logis (Hendriana, dkk., 2017: 95).
Ennis mengatakan terdapat enam elemen dasar dalam berpikir kritis yaitu:
Focus (fokus), Reason (alasan), Inference (membuat pernyataan), Situation (situasi),
Clarify (kejelasan) dan Overview (tinjau ulang). Penjelasan mengenai keenam dasar
tersebut adalah sebagai berikut:
13

a. Focus (fokus), yaitu hal pertama yang harus dilakukan untuk mengetahui informasi.
Untuk fokus terhadap suatu permasalahan, diperlukan pengetahuan. semakin
banyak pengetahuan yang dimiliki akan semakin mudah mengenali informasi.
b. Reason (alasan), yaitu mencari kebenaran dari pernyataan yang akan dikemukakan.
Dalam mengemukakan pernyataan harus disertai alasan-alasan yang mendukung
pernyataan tersebut.
c. Inference (membuat pernyataan), yaitu mengemukakan pendapat dengan alasan
yang tepat.
d. Situation(situasi), yaitu kebenaran dari suatu pernyataan tergantung situasi yang
terjadi. Oleh karena itu, perlu mengetahui situasi/keadaan permasalahan.
e. Clarify(kejelasan), yaitu memastikan kebenaran sebuah pernyataan dari situasi yang
terjadi.
f. Overview (tinjauan ulang), yaitu melihat kembali sebuah proses dalam memastikan
sebuah kebenaran pernyataan dalam situasi yang ada sehingga bisa menentukan
keterkaitan dengan situasi lainnya (Sujana dan Utu, 2013: 64).
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dalam menilai sesuatu. Sebelum
mengambil suatu keputusan atau melakukan suatu tindakan, maka dilakukan
pengumpulan informasi sebanyak mungkin tentang sesuatu tersebut. Pada dasarnya
kemampuan berpikir kritis erat kaitannya dengan proses berpikir kritis dan indikator-
indikatornya. Indikator berpikir kritis dapat dilihat dari karakteristik-karakteristiknya
sehingga dengan memiliki karakteristik tersebut seseorang dapat dikatakan telah
memiliki kemampuan berpikir kritis.
Ismaimuza (2010: 64) menyebutkan lima aspek kemampuan berpikir kritis
matematika, yaitu mengidentifikasi, menganalisis, menguhubungkan konsep,
memecahkan masalah secara matematis dan mengevaluasi. Kelima aspek tersebut
secara lebih lanjut di bawah ini:
1) Mengidentifikasi merupakan sebuah keterampilan menguraikan sebuah sturktur ke
dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut.
Aspek mengidentifikasi meliputi: menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
dalam soal.
2) Menganalisis merupakan menguraikan dan memahami berbagai aspek secara
bertahap agar sampai kepada formula baru. Aspek menganalisis meliputi:
14

dapat menentukan konsep/definisi/teorema dalam menyelesaikan permasalaha
dengan jelas dan tepat.
3) Menguhubungkan konsep merupakan menggabungkan bagian-bagian menjadi
sebuah bentukan atau susunan yang baru. Aspek menghubungkan konsep meliputi:
dapat menerapkan konsep/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah.
4) Memecahkan masalah secara matematis merupakan aplikasi konsep kepada
beberapa pengertian baru. Aspek memecahkan masalah meliputi: menunjukka hasil
utama dan prosedur dalam penyelesaian masalah/penentuan solusi/jawaban.
5) Mengevaluasi merupakan memberikan penilaian tentang nilai yang diukur
menggunakan standar tertentu. Aspek mengevaluasi meliputi: menguji kembali
solusi/jawaban dan menentukan kesimpulan dari suatu permasalahan.

Indikator-indikator berpikir kritis yang akan diukur berdasarkan aspek-aspek


kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan di atas dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Indikator-Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
No. Aspek yang Diukur Indikator-Indikator yang Diukur
1. Mengidentifikasi 1.1 Dapat menuliskan apa yang diketahui dari
soal
1.2 Dapat menuliskan apa yang ditanyakan
dari soal
2. Menganalisis 2.1 Dapat menentukan konsep / definisi /
teorema dalammenyelesaikan
permasalahan dengan jelas
2.2 Dapat menentukan konsep/definisi/
teorema dalam menyelesaikan
permasalahan dengan tepat
3. Menghubungkan Konsep 3.1 Dapat menerapkan konsep dalam
menyelesaikan masalah
4. Memecahkan Masalah 4.1 Dapat menunjukkan hasil utama dalam
penyelesaian masalah/penentuan solusi/
jawaban
15

4.2 Dapat menunjukkan prosedur dalam


penyelesaian masalah/penentuan solusi/
jawaban

5. Mengevaluasi 5.1 Dapat menguji kembali solusi/jawaban


5.2 Dapat menentukan kesimpulan dari suatu
jawaban

3. Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing


Model Inquiry terbimbing merupakan model pembelajaran yang bersifat
studentoriented dengan teknik trialanderror, menerka, menggunakan intuisi,
menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru melakukan bimbingan dan
penunjuk jalan dalam membantu siswa untuk mempergunaka ide, konsep, dan
keterampilan yang mereka miliki untuk menemukan pengetahuan yang baru (Purnomo,
2011: 39-40).
Model pembelajaran inquiri terbimbing adalah model pembelajaran inkuiri yang
dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada
peserta didik. Guru telah memberikan petunjuk-petunjukmengenai materi yang akan
diajarkan kepada peserta didik seperlunya. Petunjuk petunjuk tersebut berupa
pertanyaan agar peserta didik mampu menemukan atau mencari informasi sendiri
mengenai pertanyaan tersebut ataupun tindakan-tindakan diberikan guru yang harus
dilakukan untuk memecahkan permasalahan. Pengerjaan ini dapat dilakukan secara
sendiri maupun berkelompok Oleh karena itu pembelajaran dengan penemuan
terbimbing memungkinkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui
kegiatan-kegiatan yang dirancang guru, sehingga membuat suatu kesimpulan
berdasarkan pemahamansiswa (Annajmi, 2016: 3).
Guru melalui pembelajaran inquiri terbimbing harus merancang pembelajaran
inquiri yang melibatkan siswa secara aktif dimana pada proses awal pembelajaran guru
memperbanyak bimbingan kemudian secara teratur mengurangi frekuensi bimbingan.
Dengan demikian, siswa dapat menjadi penyelidik yang baik dan pengetahuan
ilmiahnya dapat terpenuhi (Nurdyansyah&Fahyuni, 2016: 137).
16

Model pembelajaran inquiri terbimbing berorientasi pada aktivitas kelas yang


berpusat pada siswa dan memungkinkan siswa belajar memanfaatkan berbagai sumber
belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai sumberbelajar. Siswa secara aktif
akan terlibat dalam proses mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pelaksanaan, dan
pengumpulan data untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran inquiri
terbimbing siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga akan memacu
keingintahuan siswa dalam menemukan hal-hal yang ingin diketahui siswa
(Nurdyansyah&Fahyuni, 2016: 145).
Pembelajaran dengan model pembelajraninquiry terbimbing guru berperan
sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang
mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan
pengetahuan yang sedang di pelajari. Siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip ataupun prosedur
berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan. Guru mengarahka siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang disajikan pada lembar kerja siswa untuk melakukan
pengamatan, membuat dugaan dan kesimpulan. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa
tidak begitu saja menerima langsung konsep dan prinsip serta prosedur dalam kegiatan
pembelajaran, melainkan lebih di tekankan pada proses berpikir, mencari dan
menemukan konsep, prinsip serta prosedur tanpa diberitahu sebelumnya (Annajmi,
2016: 4).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inquiri terbimbing adalah model pembelajaran yang memfokuskan proses
pembelajaran pada kemampuan siswa menemukan sendiri konsep,faktadanprinsip
melalui pengalamannya secara langsung dengan petunjuk dan bimbingan dari guru.
Arifah & Saefudin (2017: 268) menyatakan ciri-ciri model pembelajaran inquiri
terbimbing adalah sebagai berikut :
a. Guided discovery learning menekankan pada aktivitas secara maksimal untuk
mencari dan menemukan.Artinya model pembelajaran ini menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pembelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi
mereka berperan menemukan sendiri inti dari materi itu sendiri.
17

b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri dengan demikian strategi pembelajaran
penemuan menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai
fasilitator dan motivator dalam belajar.
c. Tujuan penggunaan model penemuan terbimbing adalah mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan krits, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian,
model penemuan siswa tidak hanya dituntut agar mengusai materi pembelajaran,
tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Isrok’atun & Rosmala (Sanjaya, 2012: 194-195) menyatakan karakteristik model
pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
a. Menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak menerima langsung materi dari penjelasan
secara verbal. Tetapi siswa diupayakan dapat menemukan sendiri materi pelajaran
melalui proses penyelidikan pemecahan masalah. Kegiatan pemecahan masalah
yang dilakukan siswa dengan bimbingan guru, diharapkan dapat menemukan
konsep materi yang sedang dipelajari.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Setiap aktivitas belajar siswa
selama pembelajaran lebih terarah dengan menerapkan strategi pemecahan masalah
dari sesuatu yang dipertanyakan untuk menemukan konsep materi. Proses
pembelajaran berlangsung dengan melakukan tanya jawab, pemberian petunjuk
atau arahan dari guru agar fokus pada kegiatan penyelidikan dan penemuan.
c. Tujuan dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Proses pembelajaran
menggunakan model inquiri terbimbing tidak hanya menuntut siswa untuk
mengusai materi pelajaran saja, tetapi memberikan kesempatan untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
18

Salah satu karakteristik dari model pembelajaran adalah adanya langkah-langkah


pembelajaran atau sintaks. Nurdyansyah&Fahyuni (2016:137) menyatakan
sintaks/tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2
Tahapan Model Inkuiri Terbimbing
Tahap Aktivitas Guru
Tahap 1: Guru menyajikan kejadian-kejadian atau
Identifikasi masalah dan fenomena dan siswa melakukan
melakukan pengamatan pengamatan yang memungkinkan siswa
menemukan masalah.
Tahap 2: Guru membimbing siswa mengajukan
Mengajukan pertanyaan pertanyaan berdasarkan kejadian dan
fenomena yang disajikan.
Tahap 3: Guru mengorganisasikan siswa ke dalam
Merencanakan penyelidikan kelompok kecil heterogen, membimbing
siswa untuk merencanakan penyelidikan,
membantu menyiapkan alat dan bahan
yang diperlukan dan menyusun prosedur
kerja yang tepat.
Tahap 4: Guru membimbing siswa melaksanakan
Mengumpulkan data/informasi penyelidikan dan memfasilitasi pengump
dan melaksanakan penyelidikan ulan data.
Tahap 5: Guru membantu siswa menganalisis data
Menganalisis data dengan berdiskusi dalam kelompoknya.
Tahap 6: Guru membantu siswa dalam membuat
Membuat kesimpulan kesimpulan berdasarkan hasil kegiatan
19

penyelidikan.
Tahap 7: Guru membimbing siswa dalam
Mengkomunikasikan hasil mempresentasikan hasil kegiatan
penyelidikan yang telah dilakukan.

Menurut Kuhlthau (Nurdyansyah& Fahyuni, 2016:148-149) menyebutkan


kelebihandan kekurangan model pembelajaran inquiri terbimbing.Kelebihan dari model
pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Siswadapatmengembangkanketerampilanbahasa,membacadan keterampilansosial.
2. Siswa dapat membangun pemahaman sendiri.
3. Siswa mendapat kebebasan dalam melakukan penelitian.
4. Siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan mengembangkan strategi belajar
untuk menyelesaikan masalah.
Kekurangan model pembelajaraninkuiriterbimbing adalah:
1. Memerlukanwaktu yang cukup lama.
2. Tidak semua materi cocok menggunakan model pembelajaran inquiri terbimbing.
3. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.

4. Model Pembelajaran Langsung


Sukmawati &Sukadasih (2014: 204) menyatakan pembelajaran langsung
merupakan pembelajaran yang mengacu pada guru atau teachercenter, dimana guru
adalah tokoh utama dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Meidawati
(2014: 4) menyatakan model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran
yang lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif
guna memperluas informasi materi ajar, pembelajaran ini mengkobinasikan berbagai
metode di antaranya metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas.
Arends (Suprihatiningrum,2013:232) menyatakan langkah-langkah model
pembelajaran langsung dapat dilihat dalam tabel 2.3

Tabel 2.3
20

Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung

Fase Aktivitas Guru


Memberikan tujuan secara keseluruhan ,
Fase 1
memberikan informasi latar belakang dan
Menjelaskan dan
pentingnya pembelajaran , mempersiapkan
Menetapkantujuan
peserta didik untuk belajar.
Fase 2 Mendemonstrasikan dengan jelas tahap demi
Mendemonstrasikan pengetahuan tahap suatu pengetahuan atau keterampilan
atau keterampilan baru.
Fase 3
Meneyediakan kesempatan bagi peserta didik
Memberikanlatihan dan
untuk melatih pengetahuan atau keterampilan
bimbingan
baru

Fase 4 Memeriksa kebenaran pemahaman peserta


Memeriksa pemahaman dan didik dan kinerja peserta didik. Memberikan
memberikan umpan balik umpan balik sesegera mungkin dan disampaikan
dengan jelas.
Fase 5 Menyiapkan latihan lanjutan pada situasi yang
Memberikan kesempatan untuk lebih kompleks dan memberikan perhatian pada
pelatihan lanjutan dan penerapan proses transfer
(Arends, 2012: 304).

Shoimin (2014: 66-67) menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran langsung


antara lain: (1) guru dapat lebih mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang
diterima oleh peserta didik sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang
harus dicapai oleh peserta didik, (2) dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang
jumlah peserta didiknya banyak maupun sedikit, dan (3) peserta didik dapat
mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas. Sedangkan kekurangan model
pembelajaran langsung antara lain: (1) apabila guru tampak tidak siap, berpengetahuan,
percaya diri, antusias, dan terstruktur, peserta didik dapat menjadi bosan dan
perhatiannya beralih pada hal lain sehingga pembelajaran akan menjadi terhambat, (2)
21

sangat bergantung pada gaya komunikasi guru, dan (3) penggunaannya tidak efektif bila
diterapkan pada materi yang bersifat kompleks, rinci, dan abstrak.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru untuk membantu siswa
dalam mempelajari materi pelajaran, dimana guru menata waktu pelajaran seefisien
mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5. Hubungan Antara Model Pembelajaran Inquiri Terbimbing dengan Berpikir


Kritis Matematika
Menurut Elaine B Jhonson, berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis dan
terorganisasi yang memungkinkan peserta didik dapat merumuskan dan mengevaluasi
pendapat mereka sendiri atau berdasarkan bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang
mendasari pendapat orang lain sehingga mereka mampu mengungkapkan pendapat
mereka sendiri dengan penuh percaya diri. Berpikir kritis membantu peserta didik
mencapai pemahaman yang mendalam dan dapat mengambil kesimpulan secara cerdas
terhadapap sebuah informasi, sehingga mereka mampu memecahkan masalah dengan
menggunakan pemikiran yang sistematis dan logis (Junaidi, 2017: 17).Cara
pengembangan berpikir kritis matematika di atas memiliki hubungan dengan
pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah model pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa dalam
pembelajaran untuk menemukan cara penyelesaian suatu masalah matematika.
Pembelajaran dengan model pembelajraninquiry terbimbing guru berperan
sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang
mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan
pengetahuan yang sedang di pelajari. Siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip ataupun prosedur
berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan. Guru mengarahkan siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang disajikan pada lembar kerja siswa untuk melakukan
pengamatan, membuat dugaan dan kesimpulan. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa
tidak begitu saja menerima langsung konsep dan prinsip serta prosedur dalam kegiatan
pembelajaran, melainkan lebih di tekankan pada proses berpikir, mencari dan
22

menemukan konsep, prinsip serta prosedur tanpa diberitahu sebelumnya (Annajmi,


2016: 4).
Mustamin, Dkk (2017:113) menyatakanbahwa Inquiry (Penemuan) terbimbing
adalah suatu pendekatan  mengajar dimana guru memberikan siswa contoh-contoh topik
spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut. Setelah konsep
ditemukan dan dibentuk, guru dapat memberikan umpan balik terkait proses dan
hasil pemecahan masalah yang diperoleh berupa soal latihan kemampuan berpikir
kritis untuk lebih menanamkan konsep-konsep matematika yang dipelajari. Melalui
penerapan model pembelajaran inquiri terbimbing siswa akan terbiasa membangun
pemikiran kritis matematikanya melalui proses pembelajaran  dibawah bimbingan dan
pengawasan guru.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara
model pembelajaran inquiri terbimbing dengan berpikir kritis matematika.

B. Penelitian Yang Relevan


Penelitian Joko Setiawan, M.Royani (2013:9) yang menyimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kritis matematika dalam pembelajar bangun ruang sisi datar
dengan model pembelajaran inkuiri siswa kelas VIII SMP Negeri 14 banjarmasin dapat
ditingkatkan.
Penelitian Anike Putri (2018:793) yang menyimpulkan bahwa meningkatanya
kermampuan berpikir kritis matematika siswa SMP N 7 Riau kelas VIII menggunkan
model pembelajaran inkuiri materi bangun ruang sisi datar.
Penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati, Sukadasih (2014) penerapan model
pembelajaran inquiri terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan
kemampuan penaalaraan matematis siswa SMK.
Penelitian yang dilakukan oleh Sumaryati dan Hasanah ( 2015) upaya
meningkatkan pemahaman konsep matematika dengan model pembelajaran inquiri
teerbimbing.
Peneelitian yang dilakukan oleh Desti Hasryani (2011) pembelajaran
matematika dengan pemecahan masalah untuk menumbuh kembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa
23

Berdasrkan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya


seperti yang tercantum diatas dijadikan sebagai panduan/acuan untuk mengangkat
judul penelitian yaitu pengaruh model pembelajaran inquiry terbimbing terhadap
kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas 8 SMP Negeri 7 MABA akan tetapi
yang membedakan dengan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah sebagai
berikut:
1. peneliti sebelumya membahas tentang peningkatannya sedangkan dalam
penelitian ini membahas tentag pengaruhnya.
2. Sekolah tempat meneliti yaitu dimana dalam setiap sekolah memiliki perbedaan
masalah dan kemampuan siswa yang berbeda-beda.
3. Materi penelitian yaitu dimana peneliti sebelumnya mambawakan materi
bangun ruang sisi datar sedangkan penelitian ini membawakan materi sistem
persamaan linear dua variabel

C. Kerangka Berpikir

Paradigma pendidikan menuntut sumber daya manusia memiliki kemampuan


berpikir tingkat tinggi yang melibatkan kemampuan penalaran logis, sistematis, kritis,
cermat, dan kreatif dalam menemukan konsep agar mampu menghadapi tantangan
zaman yang serba dinamis, berkembang, dan semakin maju. Kemampuan-kemampuan
tersebut dikembangkan melalui pembelajaran matematika, yang merupakan suatu proses
untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya. Tujuan pembelajaran
matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan logis, analitis,
sistematias, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Berdasarkan tujuan
tersebut, terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu point penting
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis yang memungkinkan
seseorang untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapatnya sendiri.
Berpikir kritis juga merupakan proses terorganisasi yang memungkinkan seseorang
mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan yang
diterimanya. Dalam berpikir kritis segala kemampuan diberdayakan, baik itu
memahami, mengingat, membedakan, menganalisis, memberi alasan, merefleksikan,
menafsirkan, mencari hubungan, mengevaluasi bahkan membuat dugaan sementara.
24

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk


mendayagunakan dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga mampu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi, serta mampu menganalisis dan
mengevaluasi informasi secara cermat, tepat, dan teliti tanpa menimbulkan pemahaman
yang berbeda dalam usaha menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
kehidupan nyata serta dapat mengatasi kesalahan dan kekurangan yang sedang dihadapi.
Selain itu kemampuan berpikir kritis mendorong peserta didik dalam menanggapi
sebuah informasi dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan praktis yang
ada dalam dunia nyata.
Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam dunia pendidikan,
karena dengan adanya kemampuan berpikir kritis peserta didik mampu mengambil
keputusan yang tepat dalam suatu permasalahan karena pengambilan keputusan
berdasarkan pertimbangan seperti mengenali permasalahan yang dihadapi, menemukan
cara untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, hingga pada tahap membuat
kesimpulan dari keputusan yang diambil. Untuk itu diperlukan model pembelajaran
yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Salah satu model
pembelajaran yang sesuai untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis adalah
model pembelajaran inqiry terbimbing.Model pembelajaran inquiry terbimbing
merupakan model yang memiliki karakteristik bahwa siswa ikut serta dalam
menemukan dan menyimpulkan suatu fakta-fakta, konsep, dan prinsip matematika
Konsep model pembelajaran inquiry terbimbingini, siswa dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematikanya. Hal ini disebabkan karena siswa melakukan
aktivitas mental sebelum materi yang dipelajari dapat dipahami. Aktivitas mental
tersebut misalnya menganalisis, mengklasifikasi, membuat dugaan, menarik
kesimpulan, menggenarilisasi dan memanipulasi informasi yang merupakan beberapa
indikator kemampuan berpikir kritis matematika.
Akibatnya peneliti melihat mulai adanya kecenderungan para pendidik untuk
kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik bila siswa ikut serta dalam
menemukan sejumlah fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip matematika, maka
peneliti bersama guru bidang studi matematika SMP Negeri 7 MABA menganggap
perlu menerapkannya suatu model pembelajaran yang tepat. Peneliti beranggapan
25

bahwa mdel pembelajaran inquiry terbimbing adalah salah satu model pembelajaran
yang dari segi karakteristiknya memenuhi harapan tersebut.

D. Hipotesis penelitian
Dari  uraian diatas,peneliti mengajukan hipotesis  penelitian:“Ada
pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran inquiri terbimbing terhadap
berpikir kritis matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 7 MABA ”. Secara statistik
hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 : μ1 ≤ μ2 vs H1 : μ1 > μ2
Keterangan:
μ1 = Rata-rata kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajar dengan
model pembelajaraan inquiry terbimbing
μ2 = Rata-rata kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajar dengan
model pembelajaran langsung
H 0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran inquiy
terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri 7 MABA
H 1 = Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran inquiry
terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri 7 MABA
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, karena penelitian ini mencari pengaruh perlakuan berupa model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa.
Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah Quasi eksperimental
design(eksperimen semu), karena tidak semua faktor yang mempengaruhi penelitian
dapat dikontrol secara penuh.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 MABA yang terletak di Desa


Guali, Kec.maba tengah , Kab.Halamahera Timur. Waktu pelaksanaan penelitian adalah
pada semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023 di kelas VIII SMP Negeri 7 MABA pada
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 7
MABA tahun ajaran 2022/2023 dengan jumlah siswa sebanyak 87 siswa yang
terdistribusi dalam empat kelas paralel (VIII1, VIII2, VIII3, dan VIII4)
Gambaran populasi siswa kelas VIII SMP Negeri 7 MABA dapat dilihat pada
tabel 3.1.

28
Tabel 3.1
Gambaran populasi Kelas VIII SMP Negeri 7 MABA Semester Genap
Tahun Pelajaran 2020/2021
2. Sampel N Jumlah Siswa Rata-rata
Kelas
o L P Total
1 VIII1 8 14 21 68,34
2 VIII2 9 13 22 70,47
3 VIII3 15 7 22 67,86
4 VIII4 7 14 21 64,18
Sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini sebanyak dua kelas, satu kelas
sebagai kelas ekperimen dan satu kelas berikutnya sebagai kelas kontrol.Penentuan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan kelas yang
dipilih dapat mewakili karakteristik populasi, yaitu dua kelas yang memiliki rata-ratates
kemampuan berpikir kritis matematika yang hampir sama. Dua kelas yang dipilih
adalah kelas VIII1 dan kelas VIII3. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol,
dilakukan secara random. Hasilnya, kelas VIII3sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII1
sebagai kelas kontrol.

D. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Desain Penelitian


1. Variabel penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas
dan variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan berupa pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing (X1) untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol berupa model pembelajaran langsung (X2).
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalahkemampuan berpikir kritis
matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing (Y1) dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang diajar
dengan model pembelajaran langsung (Y2).

29
2. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan variabel-variabel penelitian,
maka perlu definisi operasional sebagai berikut:
a. Pengaruh merupakan suatu reaksi yang timbul (dapat berupa tindakan atau
keadaan) dari suatu perlakuan akibat dorongan untuk mengubah atau membentuk
sesuatu keadaan ke arah yang lebih baik.
b. Model pembelajaran inquiri terbimbing adalah model pembelajaran yang
memfokuskan proses pembelajaran pada kemampuan siswa menemukan sendiri
konsep, fakta dan prinsip melalui pengalamannya secara langsung dengan petunjuk
dan bimbingan dari guru.Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing
yang diterapkan dalam pembelajaran adalah: (1) identifikasi masalah dan
melakukan pengamatan, (2) mengajukan pertanyaan, (3) merencanakan
penyelidikan, (4) mengumpulkan data/informasi dan melaksanakan penyeledikan,
(5) menganalisis data, (6) membuat kesimpulan, dan (7) mengkomunikasikan hasil.
c. Model pembelajaran langung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru
untuk membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran, dimana guru menata
waktu pelajaran seefisien mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran. Langkah-
langkah atau sintaks model pembelajaran langsung terdiri dari 5 fase yakni: (1)
menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan.
d. Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan relektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Adapun
aspek-aspek kemampuan berpikir kritis diantaranya, (1) keterampilan memberikan
penjelasan yang sederhana, dengan indikator, ketepatan dalam menganalisis
pertanyaan dan menfokuskan pertanyaan. (2) keterampilan memberikan penjelasan
lanjut, dengan indikator, mengidentifikasi asumsi dengan benar. (3) keterampilan
mengatur strategi dan taktik, dengan indikator, menentukan solusi dari
permasalahan dalam soal dan menuliskan jawaban atau solusi dari permasalahan
dalam soal dengan benar. (4) keterampilan menyimpulkan dan keterampilan
mengevaluasi, dengan indikator, menentukan kesimpulan dari solusi permasalahan

30
yang telah diperoleh dengan tepat dan menentukan alternatif-alternatif cara lain
dalam menyelesaikan masalah jika ada dengan benar.

E. Desain Penelitian
Model desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Posttest-Only Control Design. Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang masing-
masing dipilih secara random (R). Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok
eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.
Adapun desain yang digunakan digambarkan pada tabel 3.2.sebagai berikut:
Tabel 3.2
Desain Penelitian
Kelas Perlakuan Posttest
Eksperimen X1 Y1
Kontrol X2 Y2
(Sugiyono, 2011 : 76).
Keterangan :
X1 = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
X2 = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran langsung.
Y1 = Hasil Posttest siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
Y2 = Hasil Posttest siswa pada kelas kontrol dengan menggunakan
modelpembelajaran langsung
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua instrumen yaitu lembar observasi dan tes
kemampuan berpikir kritis matematika siswa.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai lembar pengamatan untuk mengukur
aktivitas belajar siswa dan partisipasi guru selama proses pembelajaran. Lembar
observasi bertujuan untuk melihat ketercapaian rencana tindakan yang menggambarkan
aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran

31
langsung. Lembar observasi dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada rencana
pelaksanaan pembelajaran. Format yang digunakan dalam lembar observasi ialah
aktivitas sistematis yang berbentuk isian untuk mengetahui tindakan selama
terlaksananya model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran
langsung.

2. Tes Berpikir Kritis Matematika


Penelitian ini bertujuan untuk mengukur berpikir kritis matematika siswa dengan
menggunakan tes tertulis berbentuk uraian pada materi bangun ruang sisi datar. Tes ini
digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa skor kemampuan berpikir kritis
matematika siswa yang disusun berdasarkan indikator berpikir kritis matematika siswa
oleh peneliti dan telah dikonsultasikan serta disetujui terlebih dahulu oleh dosen
pembimbing. Sebelum digunakan, instrumen tersebut dianalisis terlebih dahulu melalui
uji panelis dan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen berpikir kritis matematika sebelum digunakan untuk memperoleh data,
terlebih dahulu dianalisis validitas dan reliabilitasnya melalui uji panelis. Panelis yang
ada dalam penelitian ini terdiri dari 2 orang dosen pendidikan matematika FKIP UHO
dan 1 orang guru matematika di SMP Negeri 7 MABA

3. UjiValiditas dan Reliabilitas Instrumen Penelitan

Analisis validitas penilaian panelis digunakan untuk mengetahui validitas


konsep instrumen melalui penilaian panelis dengan menggunakan rumus:

V=
∑ ni (ni−i0 ) (Arikunto, 2015: 39)
N (c−1 )
Dimana :
V= Indeks validitas isi

ni = Skor butir soal ke-i


i0 = Nilai skor terendah
N = Jumlah skor butir soal ke-i
c = Skor maksimal butir soal

32
Uji reliabilitas tes ditentukan dengan rumus Alpha Cronbachsebagai berikut
(Arikunto, 2016: 122).

( )( ∑σ
)
2
n
r 11= 1− 2 i
n−1 σt

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari


n = Banyak butir soal yang valid

∑ σ 2i = Jumlah variansi skor tiap butir item/soal


2
σt =Variansi total, dengan
2
( ∑ xt )
2
(∑ x )
2
∑x 2

N
∑ x t 2− N
σ = atau σ 2 =
N t N
Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang dilakukan pada penelitian
ini adalah uji panelis. Analisis validitas penilaian panelis digunakan untuk mengetahui
validitas konsep instrumen melalui penilaian panelis dengan menggunakan rumus :

V=
∑ n i|i−l o| (Aiken dalam Samsinar, 2015: 32)
[N ( c−1 )]
dimana :
V= Indeks validitas isi
i = angka yang diberikan penilai
l o= skala terendah
c = skala tertinggi
ni = banyak nilai pada i

N= ∑ ni
Nilai V terletak antara 0 dan 1 (valid ≥ 0,6).
Butir soal yang valid digunakan dalam penelitian ini sedangkan butir soal yang
tidak valid tidak digunakan. Hasil analisis validitas instrumen posttest kemampuan
berpikir kritis matematis disajikan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3.

33
Hasil Analisis Validitas Postest Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
Nomor Indeks
Keterangan
Soal Validitas
1 0,9375 VALID
2 0,9375 VALID
3 0,875 VALID
4 0,75 VALID

Berdasarkan tabel 3.5 diperoleh bahwa semua soal pretest valid, dalam hal ini
dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis dengan
beberapa catatan berupa perbaikan redaksi kalimat.
Reliabilitas hasil uji coba instrument tes kemampuan berpikir kritis matematis
dapat diketahui dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach untuk tipe soal uraian
sebagai berikut.

( )( √ Si
)
2
n
r 11= 1− 2  (Supardi, 2017: 156)
n−1 St

Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir soal yang valid
∑ S i2= jumlah varians skor tiap butir soal
St2 = varians skor total
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (r ii ) instrumen
ditentukan berdasarkan kriteria menurutGuilford (Lestari dan Yudhanegara, 2015: 206)
dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Reliabilitas
0,90 ≤ r ii ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat tetap/sangat baik
0,70 ≤ r ii < 0,90 Tinggi Tetap/baik
0,40 ≤ r ii < 0,70 Sedang Cukup tetap/cukup baik
0,20 ≤ r ii < 0,40 Rendah Tidak tetap/buruk

34
0 ≤ r ii < 0,20 Sangat Rendah Sangat tidak tetap/sangat buruk

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dengan nilai reliabilitas
minimal pada kategori sedang. Hasil analisis reliabilitas instrumen posttest kemampuan
berpikir kritis matematis disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis
Koefisien Reliabilitas Interpretasi Korelasi
0,778 Tinggi

Berdasarkan Tabel 3.6 diperoleh koefisien reliabilitasnya sebesar 0,778 yang


dapat diinterpretasikan dalam kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa tes ini cukup
diandalkan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik.

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi
dan metode tes. Metode observasi menggunakan lembar observasi, diperoleh data
aktivitas guru dan aktivitas peserta didik. Observasi dilakukan disetiap pertemuan.
Untuk tes kemampuan berpikir kritis matematis (posttest) dilaksanakan pada pertemuan
terakhir pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian tes tersebut dikerjakan oleh
peserta didik, masing-masing soal yang telah dikerjakan diberikan skor. Selanjutnya
hasil pekerjaan peserta didik dikumpulkan oleh peneliti untuk diperiksa dan diberi skor.
Skor perolehan peserta didik dikonversi ke skala 100 dengan aturan:
skor perolehan peserta didik
Nilai perolehan peserta didik = x 100
skor maksimum
Nilai dari hasil pekerjaan peserta didik tersebut kemudian dijadikan data dalam
penelitian ini. Adapun kriteria penskoran tes kemampuan berpikir kritis matematis yang
digunakan adalah skor rubrik yang oleh Ismaimuza (Error! Hyperlink reference not
valid.) yang dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut.

Tabel 3.6.
Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

35
Skor 4 -). Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan,
kecukupan unsur) membuat dan menyelesaikan model
matematika dengan benar, dan mencek kebenaran
jawaban yang diperolehnya
-). Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, bisa
memilih informasi yang penting, serta memilih strategi
yang benar dalam menyelesaikannya, dan benar dalam
melakukan perhitungan
-). Bisa menentukan fakta, data, konsep dan bisa
menghubungkan dan menyimpulkan antara fakta, data,
konsep yang didapat dan
benar dalam melakukan perhitungan.
-). Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting,
sertamembuat kesimpulan yang benar, serta melakukan
perhitungan yangbenar.
Skor 3 -). Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, bisa
memilih informasi yang penting, dan memilih strategi yang
-). benar dalam menyelesaikannya, tetapi melakukan kesalahan
dalam melakukan perhitungan.
-). Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting serta
membuat kesimpulan yang benar, tetapi melakukan kesalahan
dalam perhitungan.
-). Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan
unsur) dengan benar dan membuat model matematika dengan
benar serta benar dalam penyelesaiannya.
Skor 2 -). Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan
unsur) dengan benar dan membuat model matematikanya
dengan benar, tetapi penyelesaiannya salah.
-). Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, dan bisa
memilih informasi yang penting.
-). Bisa menemukan fakta, data, dan konsep serta bisa
menghubungkan antara fakta, data, dan konsep, tetapi salah

36
dalam perhitungannya.
-). Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting, tetapi
membuat kesimpulan yang salah..
Skorr 1 -). Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, tetapi
belum bisa memilih informasi yang penting.
-). Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan
unsur) dengan benar tetapi model matematika yang
dibuat salah
-). Bisa menemukan fakta, data, dan konsep tetapi belum bisa
menghubungkan antara fakta, data, konsep yang didapat.
-). Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting dari soal
yang diberikan.
Skor 0 -) salaah menemukan dan mendeteksi hal – hal yang penting dari
soal yang diberikan
-) salah menentukan informasi dari soal
-) salah mengidentifikasi soal ( diketahui, ditanyakan, kecukupan
unsur )
-) tidak menjawab atau mengosongkan lembar jawaban

H. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik analisis, yaitu
analisis deskriptif dan analisis inferensial.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif data penelitian berupa perolehan presentase (%), skor rata-rata
( x ), median (Me), modus (Mo), standar deviasi (s), varians (s 2), skewness, kurtosis, nilai
maksimum, dan nilai minimum. Analisis deskriptif juga dimaksudkan untuk
mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Data yang
dianalisis yaitu data posttest kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik.
Analisis deskriptif juga dimaksudkan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik berdasarkan kategori presentase kemampuan berpikir kritis

37
matematis peserta didik. Nilai persentase kemampuan berpikir kritis dikategorikan
sesuai pedoman acuan norma (PAN) yang dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7.
Kategori Kemampuan Berpikir Kritis

No. Rentang Nilai Kategori

1. X ≥ X +1,5 SD Sangat Tinggi

2. X + 0,5 SD ≤ X < X +1,5 SD Tinggi

3. X −0,5 SD ≤ X < X + 0,5 SD Sedang

4. X −1,5 SD ≤ X < X −0,5 SD Rendah

5. X < X−1,5 SD Sangat Rendah

(Praja, 2017: 425)


Berdasarkan acuan tersebut, nilai persentase kemampuan berpikir kritis untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol dikategorikan sesuai dengan tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8.
Kategori Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kontrol

No. Rentang Nilai Kategori

1. X ≥ 82,56 Sangat Tinggi

2. 64,58 ≤ X <82,56 Tinggi

3. 46,60 ≤ X <64,58 Sedang

4. 28,62 ≤ X< 46,60 Rendah

5. X < 28,62 Sangat Rendah

2. Analisis Inferensial
Analisis inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum
pengujianhipotesisterlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas

38
Uji normalitas merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh berasal dari populasi yangberdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan pada data posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Untuk keperluan ini, maka uji statistik yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov
dengan bantuan program IBM SPSSStatistics.Hipotesis yang akan diuji adalah:
H 0 : Data berdistribusi normal
H 1: Data berdistribusi tidak normal
Jika nilai sign> 0,05 maka data berdistribusi normal, jika nilai sign ≤ 0,05 maka data
tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians data kedua
kelompok yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak.Hipotesis yang
akan diuji adalah:
H0: σ 21=σ 22 , kedua Varians Homogen.
H1: σ 21 ≠ σ 22 , Kedua Varians Tidak Homogen.
Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji F dengan rumus sebagi
berikut :
Varians terbesar
F hitung =¿
Varians terkecil (Lestari & Yudhanegara, 2015: 249)
Kriteria uji:
Jika Fhit¿ Ftabel maka H 0 diterima.
Jika Fhit≥ Ftabel maka H 0ditolak.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0: Varians pada populasi sama (homogen)
H1: Varians pada populasi tidak sama (tidak homogen)
Taraf signifikansi uji α = 0,05.
Kriteria uji dengan SPSS:
Jika nilai signifikansi ¿ α =0,05 , maka H0 diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ α =0,05, maka H0 ditolak.
Jika nilai signifikansi ¿ α =0,05 , maka varians kedua kelompok homogen.
Jika nilai signifikansi ≤ α =0,05, maka varians kedua kelompok tidak homogen
c. Uji Hipotesis

39
Uji hipotesis dengan t-test untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran
inquiry terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.Jika ditemukan
data terdistribusi normal dan varians homogen, maka pengujian hipotesis yang
digunakan adalah statistik uji-t. Rumus t-test sebagai berikut(Sugiyono, 2016: 176).
X 1−X 2
t hitung =


2 2
( n1−1 ) S1 + ( n2−1 ) S 2 1
n1+ n2−2 ( n + n1 )
1 2

Keterangan:
thitung= Nilai hitung untuk uji-t
X 1 = Rata-rata skor sampel kelas eksperimen

X 2 = Rata-rata skorsampel kelas kontrol

n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen


n2 = Jumlah sampel kelas kontrol
2
S 1 = Varians data sampel kelas eksperimen
2
S 2 = Varians data sampel kelas kontrol

Kriteria uji:
Terima H0 jika thitung≤ ttabel,dimana ttabel diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk
= (n1 + n2 – 2) dan α =0,05 . Untuk harga-harga thitung lainnya H0 ditolak.
Kriteria uji menggunakanspss :
Sig .(2−tailed )
Jika nilai > α=0,05, maka H0 diterima.
2
Sig .(2−tailed )
Jika nilai ≤ α =0,05 , maka H0 ditolak.
2
Jika ditemukan data dengan varians heterogen, maka pengujian hipotesis
yang digunakan adalah statistik uji-t dengan rumus t-test sebagai berikut:
X 1−X 2
t=

√ S21 S22
+
n1 n2
Keterangan:
t = Nilai hitung untuk uji-t

40
X1 = Rata-rata skor responden kelas eksperimen
X2 = Rata-rata skor responden kelas kontrol
n1 = Jumlah responden kelas eksperimen
n2 = Jumlah responden kelas kontrol
2
S1 = Varians data sampel kelas eksperimen
2
S2 = Varians data sampel kelas kontrol
Kriteria uji:
Terima H0 jika t < t(tabel) , dimanadf = (n1 + n2 – 2). Untuk harga-harga t lainnya H0
ditolak.
Sig .(2−tailed )
Jika nilai ≥ α =0,05 , maka H 0 diterima.
2
Sig .(2−tailed )
Jika nilai < α=0,05, maka H 0 ditolak
2

41
DAFTAR PUSTAKA

Annajmi. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa SMP


Melalui Metode Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Geogebra. Journal
of Mathematics Education and Science. ISSN: 2528-4363.2(1), 1-10.
Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Hasryani Desti. 2011. Pembelajaran matematika dengan pemeecahan masalah untuk
menumbuh kembangkan kemampuan berpikirr kritis siswa . Jurnal pendidikan
dan penerapan MIPA Universitas Negri Yogyakarta.

Hassoubah, Zaleha Izhab. 2014. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuasa.

Kadir. 2011. Kemampuan Komunikasi Matematik dan Keterampilan Sosial Siswa


Dalam Pembelajaran Matematika. Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika. Yogyakarta: UNY.

Lambertus. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD melalui


Pendekatan Matematika Realistik. Hibah Disertasi Doktor. Bandung: Lembaga
Penelitian UPI

Meidawati. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap


Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan dan Keguruan. 1(1), 1-10.

Mustamin. 2018.Profil berpikir kritis siswa SMP dalam Memecahkan masalah


matematika Berdasarkan Gaya Kognitif. Jurnal pendidikan Matematika. 41(1),
37-54.

Putri Anike. 2018. Efektifitas model pembelajaran inquiri terhadap keemampuan


berpikir kritis matematika siswa SMP Neegeri 7 Riau kelas VIII pada materi
bangun ruang sisi datar. Jurnal pendidikan matematika STKIP PGRI Riau

42
43
LAMPIRAN

Lembar Observasi
a. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Matematika
Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Petunjuk :
Berilah tanda √ pada kolom yang sesuai menurut bapak/ibu terhadap aktivitas guru
dalam melakukan pembelajaran di kelas. Dengan keterangan sebagai berikut:
0 = Tidak ada aktivitas yang dilakukan guru x=0 %
1 = Aktivitas yang dilakukan guru 0 % < x ≤ 25 %
2 = Aktivitas yang dilakukan guru 25 % < x ≤ 50 %
3 = Aktivitas yang dilakukan guru 50 %< x ≤ 75 %
4 = Aktivitas yang dilakukan guru 75 %< x ≤ 100 %
No Aspek yang diamati Skor
0 1 2 3 4
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan salam dan
doa kemudian menyapa siswa
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru menanyakan kesiapan siswa untuk
memulai pembelajaran
4. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
7. Guru menyampaikan kompetensi inti,
kompetensi dasar, dan indikator pada
pertemuan yang sedang berlangsung
8. Guru menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran
Kegiatan Inti
9. Guru memberikan gambaran awal tentang
metode grafik

44
10. Guru mengajak siswa untuk
mendegarkansebuahceritaterkaitmenyelesaik
ansistempersamaan linear
duavariabelmenggunkanagrafik.

11. Guru meminta siswa untuk menuliskan hal-hal


yang mereka ketahui dari ilustrasi cerita yang
disampaikan
12. Guru mengajak siswa untuk memahami
masalahdariceritatersebut

13. Guru memberikan kesempatan kepada siswa


untuk bertanya yang berkaitan dengan masalah
14. Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 siswa
15. Guru membagikan LKPD kepada masing-
masing kelompok
16. Guru meminta siswa untuk mengamati
masalah yang ada pada LKPD
17. Guru menjelaskan secara singkat tentang
materi menyelesaikan masalah sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode
grafik
18. Guru meminta siswa membaca bahan ajar
tentang menyelesaikan sistem persamaan linear
dua variabel menggunakan metode grafik
19. Guru meminta siswa menyimak pengantar
yang disampaikan guru tentang menyelesaikan
masalah terkait SPLDV menggunkan grafik
20. Guru meminta siswa mencari informasi
tentang masalah penyelesaian SPLDV
menggunkan grafik

45
21. Guru meminta siswa menemukan solusi sistem
persamaan linear dua variabel menggunakan
grafik
22. Guru meminta siswa membuat kesimpulan
tentang materi yang dipelajari
23. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan
tentang materi yang telah dipelajari.
24. Guru meminta siswa membuat laporan
kegiatan pengamatannya untuk dipresentasikan
di depan kelas
25. Guru meminta salah satu perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusinya
26. Guru mengarahkan siswa yang lain untuk
memperhatikan kelompok yang sedang
presentasi.
27. Guru mendorong siswa lain memberikan
tanggapan terhadap hasil diskusi yang
dipersentasikan.
28. Guru memberikan komentar berkaitan dengan
jalannya diskusi dan memberikan penguatan
serta meluruskan hal-hal yang kurang tepat
Kegiatan Penutup
29. Guru membimbing siswa melakukan refleksi
terhadap pembelajaran.
30. Guru memberikan pekerjaan rumah
31. Guru menyampaikan materi pelajaran yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya
32. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa
dan memberi salam
Skor perolehan
Jumlah

46
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Di Kelas Kontrol
Petunjuk :
Berilah tanda √ pada kolom yang sesuai menurut bapak/ibu terhadap aktivitas siswa
dalam pembelajaran di kelas. Dengan keterangan sebagai berikut:
0 = Tidak ada siswa yang melakukan aktifitas x=0 %
1 = Banyaknya siswa yang melakukan aktifitas 0 % < x ≤ 25 %
2 = Banyaknya siswa yang melakukan aktifitas 25 % < x ≤ 50 %
3 = Banyaknya siswa yang melakukan aktifitas 50 %< x ≤ 75 %
4 = Banyaknya siswa yang melakukan aktifitas 75 %< x ≤ 100 %
No Aspek yang diamati Skor
0 1 2 3 4
Kegiatan Pendahuluan
1. Siswa menjawab salam dan berdoa.
Menanggapi sapaan guru
2. Siswamenjawabpanggilan guru
3. Siswa mempersiapkan buku pelajaran yang
diperlukan dalam proses pembelajaran
4. Siswa memperhatikan apersepsi dari guru
5. Siswa termotivasi untuk mempelajari materi
yang akan disampaikan
6. Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran
yang disampaikan guru
7. Siswa memperhatikan guru menyampaikan
kompetensi inti, kompetensi dasar, dan
indikator pada pertemuan itu
8. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai langkah-langkah pembelajaran

47
yang dilaksanakan pada pertemuan itu
Kegiatan Inti
9. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai materi yang akan dibahas pada
pertemuan saat ini
10. Siswa membaca buku paket
11. Siswa mendengarkan penjelasan guru terkait
materi pembelajaran
12. Siswa bertanya kepada guru
13. Siswa mengerjakan contoh soal yang
diberikan guru
14. Siswa menerima LKPD dengan baik
15. Siswa mengerjakan soal-soal dalam LKPD
16. Siswa mengolah data dan informasi yang
diperoleh untuk menyelesaikan soal-soal
dalam LKPD
17. Siswa memprensentasikan hasil pekerjaannya
didepan kelas
18. Respon positif terhadap siswa yang
melakukan presentasi, bertanya, memberi
tanggapan atau menyanggah
Kegiatan Penutup
19. Siswa menerima bimbingan dari guru terkait
dengan kesimpulan materi yang telah
dipelajari
20. Siswa menulis pekerjaan rumah yang
diberikan guru
21. Siswa mendengarkan penyampaian guru
tentang materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya
22. Siswa menjawab salam dari guru
Skor perolehan

48
Jumlah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Satuan Pendidikan : SMPN 7 MABA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : VIII/ Ganjil
Tahun Pelajaran : 2022/ 2023
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Kompetensi Inti
Selama dan setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik dapat:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi
seni budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

49
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
1.1 Menghargai dan menghayati ajaran 1.1.1 Bersungguh-sungguh dalam mempelajari
agama yang dianutnya. sistem persamaan linear dua variabel dengan
menggunakan grafik sebagai cermin rasa
syukur menghargai dan menghayati agama
yang dianut.
1.1.2 Bersemangat dalam pembelajaran
merupakan cermin ibadah dalam menghargai
dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya.
2.1 Memilikirasa tanggung jawab, 2.1.1 Memiliki rasa tanggung jawab dalam
percaya diri dan ketertarikan pada keingintahuan tentang menyelesaikan sistem
matematika, dan sikap toleransi persamaan linear dua variabel dengan grafik
dalam perbedaan strategi berpikir 2.1.2 Memiliki strategi berpikir untuk memilih dan
dalammemilih dan menerapkan menerapkan strategi dalam menyelesaikan
strategi menyelesaikan masalah. masalah yang berkaitan dengan persamaan
linear dua variabel dengan menggunakan
grafik
3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear 3.5.2 Menyelesaikan sistem persamaan linear dua
dua variabel dan penyelesaiannya variabel dengan menggambar grafik
yang dihubungkan dengan masalah
kontekstual
4.5 Menyelesaikan masalah berkaitan 4.5.1 Membuat model matematika dari masalah
dengan sistem persamaan linear dua kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
variabel. sistem persamaan linear dua variabel
4.5.2 Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-

50
hari yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variable

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran langsung peserta didik dapat menyelesaikan
sistem persamaan linear dua variabel dengan menggambar grafik dengan tepat.

D. Materi Pelajaran
Kegiatan 5.2Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan
menggambar grafik

E. Pendekatan dan Model Pembelajaran


1. Pendekatan Pembelajaran : Scientific
2. Model Pembelajaran : Langsung

F. Media Pembelajaran
1. Media Pembelajaran : Bahan Ajar dan LKPD
2. AlatPembelajaran:Kertas, Spidol, Penggaris, Penghapus dan Papan Tulis
G. Sumber Belajar
1. Buku Siswa Matematika Kelas VIII Kemendikbud Revisi 2017
2. Buku Guru Matematika Kelas VIII Kemendikbud Revisi 2017
3. Bahan Ajar
4. LKPD

H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 x 40 menit) Wak
tu
Kegiatan Pendahuluan 10
Orientasi meni
- Mengucapkan salam pembuka, berdoa dan mengecek kehadiran peserta t
didiksebagai sikap disiplin.
- Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan

51
pembelajaran.

Apersepsi
- Mengkaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan.
- Mengajukan pertanyaan yang ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan.
- Guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan hasil pekerjaan rumah yang
telah diberikan pada pertemuan 1.
Motivasi
- Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan.
- Apabila materi ini dikerjakan dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat
menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan menggambar grafik.
- Mengajukan pertanyaan.
Pemberian Acuan
Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas.
Sintaks Model Kegiatan Inti 60
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran meni
t
Menyampaikan - Menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memotivasi peserta didik
tujuan dan terlibat pada pembelajaran
mempersiapka - Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan
n peserta didik dilakukan
- Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan
kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran
Mendemonstra  Mengamati
sikan - Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang
pengetahuan bagaimana cara membuat persamaan atau model matematika
dan dari masalah pada buku siswa, kemudian guru bersama peserta
keterampilan didik mengisi tabel pada poin c) dan menggambarkan garfik
pada poin d). Guru memberikan penjelasan terkait bagaimana
cara membuat grafik dari persamaan yang diberikan.
- Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik bagaimana
cara menentukan selesai dari persamaan linear dua variabel

52
berdasarkan bahan ajar yang diberikan.
- Peserta didik bersama guru membahas contoh-contoh soal yang
terdapat pada buku siswa dan bahan ajar yang diberikan.
- Peserta didik diminta untuk menuliskan hal-hal penting terkait
dengan penjelasan guru mengenai materi maupun contoh soal.
 Menanya
- Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya terkait penjelasan guru dan contoh soal yang diberikan
- Guru menjelaskan ulang materi yang dianggap sulit oleh peserta
didik dan menjawab pertanyaan peserta didik
Menyediakan  Mengamati
latihan - Guru membagikan LKPD kepada peserta didik yang berisikan
terbimbing. soal-soal mengenai pemahaman peserta didik tentang
menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan
menggambar grafik
- Guru meminta peserta didik untuk mengamati soal-soal pada
LKPD
 Menanya
- Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami dari LKPD yang
diberikan
 Mengumpulkan Informasi
- Peserta didik dibimbing dalam mengumpulkan informasi yang
relevan dengan pertanyaan yang diberikan dari buku peserta
didik.
- Guru membimbing peserta didik mengerjakan soal-soal yang
diberikan dengan mendatangi beberapa peserta didik yang
dianggap kurang mampu mengerjakan soal-soal.
 Menalar
- Setiap peserta didik menerapkan informasi yang dikumpulkan
untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan
 Mengkomunikasikan

53
- Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil
pekerjaannya di depan kelas, dan peserta didik yang lainnya
menanggapi jawaban temannya tersebut.
- Guru memberikesempatankepadapeserta didik lain
untukmemberikantanggapanterhadaphasilpersentasi/pekerjaante
mannyadengansopan.
- Guru memberi kesempatankepadapeserta didik lain yang
mempunyaijawabanberbedauntukmengkomunikasikanhasilkerja
nya.
- Guru memeriksa hasil pekerjaan peserta didik dan memberikan
jawaban yang benar
Catatan:
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap peserta didik dalam
pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilakuk
jujur, tangguh menghadapi masalah, tanggung jawab, rasa ingin tahu, peduli
lingkungan.

Kegiatan Penutup 10
meni
t
Menganalisis Kegiatan Pembelajaran
pemahaman - Membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
dan terhadap pembelajaran yang dilakukan dan proses yang mereka
memberikan gunakan.
umpan balik - Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran.
Memberikan - Guru memberikan latihan mandiri kepada peserta didik sebagai
kesempatan tugas mandiri untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan
latihan mandiri peserta didik dalam menerima materi yang telah diberikan oleh

54
guru.

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK - 01

Mata Pelajaran: Matematika


Kelas/Semester: VIII/1
Materi Pokok: Persamaan Linear DuaVariabel

Petunjuk:
- Amatilah soal-soal dalam LKPD-01 berikut
- Bacalah bahan ajar yang dibagikan untuk memperoleh informasi dalam
menyelesaikan masalah yang terdapat pada LKPD-01

SOAL
1. Suatu hari, Lian membeli 2 ikat sayur kangkung dan 4 ikat sayur bayam seharga
Rp16.000,00. Jika harga 1 ikat sayur bayam adalah Rp2.500,00, maka berapakah
harga 1 ikat sayur kangkung?

2. Tati dan Rani diminta untuk menentukan salah satu selesaian dari persamaan x +
2y = 10. Menurut Lina selesaiannya adalah x = 4 dan y = 3.Sedangkan menurut
Rina selesaiannya adalah x = 3 dan y = 4. Jawaban siapakah yang benar?
Berikan penjelasan!

55
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK - 01

1. Diketahui Harga 2 ikat sayur kangkung dan 4 ikat sayur bayam adalah
Rp16.000,00
Harga 1 ikat sayur bayam adalah Rp2.500,00
Ditanya Harga 1 ikat sayur kangkung = .... ?
Jawab
Konsep yang digunakan untuk menentukan penyelesaian dari PLDV di
atas adalah dengan menyubtitusikan nilai yang diketahui dalam persamaan.
Misalkan harga 1 ikat sayur kangkung adalah x dan harga 1 ikat sayur
bayam adalah y.
Model matematikanya adalah 2x + 4y = 16.000
Karena harga 1 ikat sayur bayam adalah Rp2.500,00 maka y = 2.500.
Subtitusi nilai y = 2.500 ke PLDV, diperoleh:
2x + 4(2.500) = 16.000
2x + 10.000 = 16.000
2x = 16.000 – 10.000
2x = 6.000
6.000
x= =3.000
2
Jadi, harga 1 ikat sayur kangkung adalah Rp3.000,00
Mengevaluasi Solusi
Untuk x = 3.000 dan y = 2.500, maka
2x + 4y = 16.000
2(3.000) + 4(2.500) = 16.000
6.000 + 10.000 = 16.000
16.000 = 16.000 (Benar)

2. Diketahui Persamaan x + 2y = 10
Menurut Tati selesainnya adalah x = 4 dan y = 3
Menurut Rani selesaiannya adalah x = 3 dan y = 4
DitanyakanJawaban siapakah yang benar? Berikan penjelasan!

56
Jawab
Konsep yang digunakan untuk menentukan penyelesaian dari PLDV
adalah dengan menyubtitusi nilai-nilai x dan y pada PLDV yang diberikan. Jika
pernyataannya benar, maka nilai x dan y tersebut adalah selesaian dari PLDV.
Sedangkan jika pernyataan salah, maka nilai x dan y tersebut bukan selesaian
dari PLDV.
Perhatikan persamaan x + 2y = 10
Menurut Tati, x = 4 dan y = 3
Cek Solusi:
Subtitusi x = 4 dan y = 3 ke persamaan x + 2y = 10, diperoleh
4 + 2(3) = 4 + 6 = 10 (benar)
Jadi jawaban Tati benar

Menurut Rani, x = 3 dan y = 4


Cek Solusi:
Subtitusi x = 3 dan y = 4 ke persaamaan x + 2y = 10, diperoleh
3 + 2(4) = 3 + 8 = 11 (salah)
Jadi jawaban Rani salah
Kesimpulannya adalah jawaban Tati benar

57
58
Screenshoot Jurnal-Jurnal Yang Digunakan

Gambar 1.1 ( screenshoot jurnal 1 )

59
Gambar 1.2 ( screenshoot jurnal 2 )

Gambar 1.3 ( screenshoot jurnal 3 )

60
Gambar 1.4 ( screenshoot jurnal 4 )

Gambar 1.5 ( screenshoot jurnal 5 )

61
Gambar 1.6 ( screenshoot jurnal 6)

62

Anda mungkin juga menyukai