Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI


MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
PADA MATA PELAJARAN KEARSIPAN KELAS X OTKP 1
SMK MUHAMMADIYAH 1 PEMALANG

Oleh:
Rizky Kartika Idayatni, S.Pd.

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) DALAM JABATAN 4


BIDANG STUDI MANAJEMEN PERKANTORAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN (FKIP)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka .............................................................................. 7
B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 14
C. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ........................................................................ 16
B. Desain Penelitian .......................................................................... 17
C. Subjek Penelitian .......................................................................... 18
D. Data dan Sumber Data .................................................................. 18
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 19
F. Teknik Uji Validitas Data ............................................................. 20
G. Teknik Analisis Data..................................................................... 20
H. Indikator Kinerja Penelitian .......................................................... 24
I. Prosedur Penelitian ....................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 28

ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Ketuntasan Siswa ............................................................................... 4
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu............................................................... 11
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian................................................................................ 16
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Keaktivan Siswa ................................................... 23
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru ..................................................... 24

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir .............................................................. 15
Gambar 3.1 Skema Rancangan Pelaksanaan Penelitian .................................... 18

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan nasional merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mewujudkan suasana
dan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Peran
pendidik diperlukan dalam upaya tersebut diantaranya dengan mengupayakan
pengoptimalan diri dalam penguasaan materi, pemanfaatan fasilitas mengajar
dan pengelolaan kelas agar selalu berperan aktif ketika proses belajar mengajar
berlangsung.
Paradigma pembelajaran abad 21 berpusat pada penempatan siswa sebagai inti
dari kegiatan pembelajaran. Siswa diharapkan mampu berpikir kritis,
membangun keterkaitan ilmu dengan realita, berkolaborasi, serta menguasai
teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini akan dapat dicapai dengan
aplikasi model dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan karakteristik materi. Dalam pembelajaran abad 21, guru
berkedudukan sebagai pendamping pelaksanaan proses pembelajaran. Artinya
siswa dilibatkan secara aktif dalam merancang dan menentukan bagaimana
sebaiknya kelas akan dilaksanakan, termasuk penyelesaian tugas dan
keleluasaan bekerjasama secara kelompok maupun menyelesaikannya sendiri
secara individu. Jenis pembelajaran yang dapat diaplikasikan yaitu mencari
solusi untuk permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari
dengan menggabungkan penugasan proyek, individu, dan kelompok. Siswa
dapat memanfaatkan akses internet dan sumber belajar lain disekitar mereka
untuk menyajikan hasil penugasan dan memaparkannya didepan guru dan
rekan lainnya. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah keterhubungan
antar kurikulum atau kurikulum terintegrasi antar kompetensi sehingga
2

pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat. Pembelajaran ini dengan


dukungan lingkungan kolaboratif, penggunaan media visual dan visualisasi
tingkat tinggi dapat memaksimalkan potensi dan meningkatkan pemahaman
siswa.
Mata pelajaran Kearsipan merupakan salah satu ciri khas Program Keahlian
Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran yang diberikan pada siswa kelas X
dengan alokasi 144 jam pelajaran. Banyaknya materi yang harus dikuasai oleh
siswa dengan alokasi waktu terbatas di kelas X menyebabkan kecenderungan
pembelajaran terpusat pada guru (teacher oriented). Hal ini menyebabkan
timbulnya suasana tegang dan bosan dalam menyimak materi yang di ajarkan.
Wena (2011: 188) menyatakan “Paradigma lama dalam proses pembelajaran
adalah guru memberi pengetahuan pada siswa secara pasif. Mereka mengajar
dengan strategi ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat
dan hafal”.
Mengingat pentingnya penguasaan mata pelajaran yang menjadi salah satu ciri
khas program keahlian Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran, pembelajaran
kearsipan harus sesuai dengan paradigma pendidikan abad ke-21 yang
menyediakan ruang bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan. Desain
instruksional yang sesuai dengan kebutuhan ini memiliki karakteristik khusus
sebagai berikut: 1) menggunakan inovatif strategi pembelajaran menggunakan
teknologi modern sebagai media pembelajaran, 2) integrasi kognitif dan sosial
kemampuan dengan konten pembelajaran, dan 3) memprioritaskan partisipasi
aktif siswa (Anna; Andi; Agus; dan Adam, 2017).
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya pendidik dalam
mengoptimalkan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Slavin
(2010:05) menyatakan:
“Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki
jalur utama praktik pendidikan. Diantaranya, meningkatkan pencapaian
prestasi para siswa, mengembangkan hubungan antar kelompok,
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik
dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lainnya adalah tumbuhnya
kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan
3

masalah dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan


pengetahuan mereka”.

Metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan


metode di mana siswa diminta untuk melakukan penyelidikan tentang topik
yang sedang dibicarakan. Thelen dalam Suardi (2015) menyatakan bahwa
dalam metode group investigation, kelas setidaknya menjadi miniatur dalam
demokarasi yang memiliki tujuan untuk melaksanakan suatu kajian terhadap
masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial di antara pribadi individu.
Penggunaan model pembelajaran ini memberi siswa waktu yang lebih banyak
untuk berpikir, merespon dan saling membantu dalam kelompok. Model ini
melatih siswa bagaimana mengutarakan pendapat, belajar menghargai pendapat
orang lain dengan tetap mengacu pada materi pembelajaran. Model ini
dirancang agar siswa saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil.
Penerapan model pembelajaran ini apabila siswa ingin agar kelompoknya
berhasil, mereka akan mendorong anggota kelompoknya untuk lebih baik dan
membantu mereka melakukannya. Siswa yang bekerjasama dalam suatu
kelompok bertanggungjawab atas teman satu timnya. Hal ini akan membuat
siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah sama-sama dituntut untuk
melakukan yang terbaik dan kontribusi dari setiap anggota kelompok memiliki
nilai.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada observasi awal menunjukkan bahwa
implementasi kurikulum 2013 edisi revisi di SMK Muhammadiyah 1 Pemalang
telah disusun dan dilaksanakan secara sistematis dan mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara seimbang. Sarana dan prasarana penunjang
pembelajaran juga telah tersedia dalam jumlah yang cukup. Namun demikian
siswa masih bersikap pasif dalam pembelajaran. Sikap pasif siswa ditunjukkan
dengan ketidakberanian siswa dalam mengutarakan pendapatnya ketika
pembelajaran berlangsung, ragu dalam menjawab pertanyaan dari guru, bahkan
ada yang masih belum berani menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Keaktifan siswa yang masih rendah ini menjadikan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran menjadi kurang optimal yang berimbas pada rendahnya
4

hasil belajar dan persentase ketuntasan klasikal siswa. Berdasarkan uraian


tersebut, maka dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membantu
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa serta dapat juga memfasilitasi
waktu terbatas yang disediakan oleh sekolah.
Penelitian tindakan ini dilakukan pada kelas X OTKP 1 karena kelas ini
memiliki nilai ketuntasan yang rendah dibanding kelas X OTKP 2. Kelas X
OTKP 1 dan X OTKP 2 merupakan kelas yang memiliki fasilitas yang sama.
Hasil belajar kelas X OTKP 1 lebih rendah dibanding kelas X OTKP 2 begitu
juga dengan persentase ketuntasan yang dicapai, kelas X OTKP 1 memiliki
persentase ketuntasan yang lebih rendah dibanding kelas X OTKP 2. Hal ini
dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Tabel Ketuntasan Siswa
Ketuntasan
Kelas ∑ Siswa Tidak Tuntas Tuntas
∑ % ∑ %
X OTKP 1 36 18 50 18 50
X OTKP 2 36 9 25 27 75
Sumber: Data Nilai Kearsipan Siswa SMK Muhammadiyah 1 Pemalang
Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat membuat
siswa lebih aktif berpartisipasi kegiatan belajar di kelas. Sistem pembelajaran
yang mengharuskan siswa untuk lebih aktif dalam belajar dan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk bekerja bersama dan memecahkan masalah
dalam tugas terstruktur yang kooperatif sistem pembelajaran (Anita Lie, 2002).
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada kelas
X OTKP 1 diharapkan dapat membantu siswa agar lebih memahami materi
yang diajarkan serta meningkatkan peran aktif peserta didik ketika proses
pembelajaran berlangsung sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai dan
hasil belajar siswa akan meningkat.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas penulis bermaksud mengadakan
penelitian yang berkaitan dengan “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Pada
5

Kompetensi Dasar Pemeliharaan Arsip Mata Pelajaran Kearsipan Kelas X


OTKP 1 SMK Muhammadiyah 1 Pemalang.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar Pemeliharaan
Arsip Mata Pelajaran Kearsipan Kelas X OTKP 1 SMK Muhammadiyah 1
Pemalang?
2. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar
pemeliharaan arsp setelah mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada
kompetensi dasar Pemeliharaan Arsip Mata Pelajaran Kearsipan Kelas X
OTKP 1 SMK Muhammadiyah 1 Pemalang.
2. Untuk mengetahui besarnya peningkatan peningkatan hasil belajar siswa
pada kompetensi dasar pemeliharaan arsp setelah mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat yang meliputi manfaat praktis dan manfaat
teoritis sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa dapat belajar bersosialisasi dengan siswa lainnya dengan cara
bekerjasama.
6

2) Siswa dapat mengembangkan keterampilan intelektual dan keaktifan


dalam pembelajaran.
3) Siswa dapat belajar untuk menghargai perbedaan pendapat yang ada
dan dapat mendengarkan pendapat orang lain.
4) Memberi situasi yang baru dalam pembelajaran untuk mengatasi rasa
jenuh.
b. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan untuk mengadakan variasi pembelajaran yang
baru guna peningkatan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan pembaca dalam hal upaya peningkatan hasil
belajar siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe group
investigation.
b. Bagi Peneliti Berikutnya
Sebagai bahan masukan pemilihan metode pembelajaran sebagai upaya
peningkatan hasil belajar siswa bagi peneliti lain yang akan mengadakan
penelitian serupa.
c. Peneliti yang Bersangkutan
Menambah ilmu pengetahuan dan juga sebagai penerapan ilmu
pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya di Pogram Pendidikan
Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan 4 UNS Surakarta Tahun 2019.
d. Pendidikan
Sebagai sarana untuk pertimbangan dalam penelitian-penelitian serupa
dimasa yang akan datang berkaitan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan model pembelajaran.
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh setelah
pembelajaran yang dialami oleh peserta didik dalam bentuk penguasaan
materi dan keterampilan terukur melalui tes. Suprijono (2011:07)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja”.
Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari
oleh peserta didik. Hal ini senada dengan Rifa’i (2012: 69) yang
mengemukakan tentang hasil belajar yang merupakan perubahan perilaku
peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.
b. Jenis Hasil Belajar
Jenis hasil belajar sebagaimana dijelaskan oleh Bloom dalam Suprijono
(2011: 06):
Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas dan
memberi contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru)
dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap
menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai),
organization (organisasi) characterization (karakterisasi). Domain
psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine dan rountinized,
keterampilan produktif teknik, fisik, sosial, manajerial dan
intelektual.

Hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik mencakup


beberapa kategori. Hal ini senada dengan Rifa’i (2012: 70) yang
menyatakan ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman,
8

penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Pengetahuan yaitu perilaku


mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pemahaman adalah kemampuan memperoleh makna dari materi peserta
didik. Penerapan mengacu pada kemempuan menggunakan materi yang
telah dipelajari dalam situasi baru dan konkrit. Analisis mengacu pada
kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga
dapat dipahami struktur organisasinya. Sintesis mengacu pada
kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk
struktur yang baru. Penilaian mengacu pada kemampuan membuat
keputusan tentang nilai materi peserta didik untuk tujuan tertentu.
Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Ranah
afektif mencakup penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian
serta pembentukan pola hidup. Penerimaan mengacu pada keinginan
peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu.
Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik.
Penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek,
fenomena atau perilaku tertentu pada diri peserta didik. Pengorganisasian
berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan
kembali konflik-konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem nilai
yang konsisten secara internal. Pembentukan pola hidup mengacu pada
individu peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan
perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu
mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.
Lebih lanjut, Elizabeth Simpson dalam Rifa’i (2012: 73) menyebutkan
bahwa kategori ranah psikomotorik mencakup persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian
dan kreativitas. Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ
penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan
motorik. Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu.
Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal dalam belajar
keterampilan kompleks. Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan
9

kinerja dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan
gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir. Gerakan
kompleks berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik
yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. Penyesuaian
berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga
individu partisipan dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan
persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui masalah baru.
Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk
disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.
2. Pengertian Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran
Menurut Arends dalam Suprijono (2011: 46) “Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas”. Guru dapat membantu
peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan
mengekspresikan ide melalui model pembelajaran. Lebih lanjut Uno
(2012: 2) memaparkan bahwa model pembelajaran adalah cara yang
digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengembangkan konsep pembelajaran berfokus pada siswa, di mana
guru hanya pendamping. Lebih lanjut dijelaskan oleh Suprijono (2011:
58) bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar
dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-
asalan dan pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman dan
pengembangan ketrampilan sosial. Pelaksanaan prosedur model
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru
10

mengelola kelas lebih efektif. Menurut Suprijono (2011:58) model


pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
yaitu pembelajaran yang bercirikan:
1) Memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,
keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan
sesama;
2) Pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang
berkompeten menilai.
c. Jenis Model Pembelajaran Kooperatif
Jenis model pembelajaran kooperatif diantaranya yaitu Jigsaw, Think
Pair Share (TPS), Numbered Heads Together (NHT), Group
Investigation, Two Stay Two Stray (TSTS), Make a Match, dan Listening
Team. (Suprijono: 2011)
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Maryani dan Fatmawati (2015) menyatakan:
“Metode group investigation atau GI merupakan salah satu metode
pembelajaran, di mana semua siswa yang terlibat dalam suatu
kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian. Bukan
hanya, merencanakan suatu penelitian saja, melainkan juga mampu
merencanakan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi.”
Pada metode jenis ini, kelompok berhak menentukan hal-hal yang akan
dikerjakan dan individu-individu yang mengerjakan tugas tersebut. Lebih
lanjut setelah ditentukan hal tersebut, kelompok juga harus memikirkan
tentang cara dalam menyajikan hasil kelompok didepan kelas. Penilaian
pada metode group investigation berdasarkan pada proses dan hasil dari
kerja yang dilakukan oleh kelompok.
Fatmawati dkk (2015) menyatakan:
“Metode pembelajaran dengan teknik group
investigation merupakan salah satu jenis metode pembelajaran
yang menerapkan sistem kooperatif. Pada metode ini, siswa
diarahkan untuk melakukan suatu investigasi atau suatu
penyelidikan tentang suatu objek yang berhubungan dengan topik
yang dibicarakan dalam pembelajaran.”
11

Dalam metode group investigation, kelas setidaknya menjadi miniatur


dalam demokarasi yang memiliki tujuan untuk melaksanakan suatu
kajian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial di
antara pribadi individu sebagaimana dinyatakan oleh Thelen dalam
Suardi (2015). Model group investigation diawali dengan pembagian
kelompok dan dilanjutkan dengan pemilihan topik untuk
dikembangkan. Kemudian bersama guru, peserta didik menentukan
metode penelitian untuk pemecahan masalah. Langkah akhirnya adalah
presentasi hasil oleh tiap-tiap kelompok (Suprijono, 2011:93).
Dalam pelaksanaan model pembelajaran ini diharapkan terjadi tanya
jawab yang mendorong pada pembentukan struktur dari pengetahuan
secara integratif sehingga peserta didik menemukan struktur dari
pengetahuan yang dipelajarinya. Model Pembelajaran ini memiliki
keunggulan dalam memberi kesempatan siswa untuk bekerja secara
individu maupun kelompok.
3. Kajian Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Hasil Penelitian Perbedaan


Model pembelajaran
cooperative tipe
group investigation
dapat
Penelitian ini
diimplementasikan
bertujuan untuk
secara tepat, baik
Keefektifan mengetahui apakah
dalam perencanaan,
Model implementasi model
pelaksanaan maupun
Pembelajaran pembelajaran
evaluasinya.
Siti Group cooperative tipe group
1. Implementasi metode
Khoirunnisyah Investigation investigation dalam
cooperative tipe
Terhadap pembelajaran IPS
group investigation
Hasil Belajar dilakukan dengan
berdampak positif
IPS baik, dan apa dampak
terhadap aktivitas
yang akan
belajar siswa,
ditimbulkannnya.
perbaikan suasana
pembelajaran
maupun peningkatan
hasil belajar.
12

Model pembelajaran
Group Investigation
dapat meningkatkan
Penelitian ini
hasil belajar
bertujuan untuk
siswa kelas XI PHP 2
mengetahui apakah
SMKN 5 Jember.
model pembelajaran
Hasil belajar kognitif,
Apllication Group Investigation
afektif, dan
Of Group dapat menciptakan
psikomotorik
Investigation proses pembelajaran
Nadlifa mengalami
Learning Biologi yang
Meiliya Sari peningkatan.
Model To menekankan
2. & Novy Penerapan model
Improve pada pemberian
Eurika pembelajaran GI
Student pengalaman langsung
sebaiknya disertai
Learning untuk
pengelolaan alokasi
Outcome mengembangkan
waktu yang
kompetensi agar
efisien, terutama
peserta
untuk penyelidikan
didik mampu
dan diskusi kelompok
memahami alam
dalam rangka
sekitar.
mengoptimalkan
tercapainya tujuan
pembelajaran.
Hasil penelitian Tujuan penelitian ini
menunjukkan bahwa adalah untuk
pengetahuan menganalisis
konseptual siswa pengetahuan
yang menggunakan konseptual siswa pada
model pembelajaran model pembelajaran
Effect of kooperatif tipe Group kooperatif tipe Group
Cooperative Investigation dibantu Investigation dibantu
Learning PhET lebih baik PhET dan
Model type daripada pembelajaran
Rikcy Almeda Group pembelajaran konvensional, untuk
3. dan Sahyar Investigation konvensional. menganalisis
Assisted Pengetahuan pengetahuan
PhET to konseptual siswa konseptual antara
Students’ dalam keterampilan siswa yang memiliki
Conceptual kerja tim rata-rata di keterampilan kerja tim
Knowledge atas menunjukkan di atas rata-rata dan di
hasil yang lebih baik bawah rata-rata, dan
daripada siswa untuk menganalisis
dengan keterampilan interaksi antara model
kerja tim di bawah pembelajaran dan
rata-rata. Ada keterampilan kerja tim
interaksi antara dengan pengetahuan
13

model pembelajaran konseptual siswa.


kooperatif tipe Group
Investigation dibantu
PhET dan
keterampilan kerja
tim siswa dengan
pengetahuan
konseptual siswa.
Interaksi ini
menunjukkan
pengetahuan siswa
dominan dalam
model pembelajaran
kooperatif tipe Group
Investigation dibantu
PhET siswa yang
memiliki
keterampilan kerja
tim di atas rata-rata.
Hasil penelitian Penelitian ini
menunjukkan bahwa bertujuan untuk
keterampilan karya mengukur
ilmiah siswa yang keterampilan karya
menggunakan model ilmiah siswa
Cooperative Learning menggunakan model
Group Type Group investigasi kelompok
Investigation with dengan Phet.
The Phet dalam kelas Penelitian ini adalah
Application modeling atau kelas penelitian eksperimen
Group pelaksana memiliki semu atau eksperimen
Yhona Arinda,
Investigation hasil yang sama semu. Penelitian
Insih
(GI) Learning dengan kategori baik eksperimental semu
Wilujeng, dan
4 Model yaitu 80,01% dan juga merupakan
Heru
assisted Phet 77,3%. Ini pengembangan dari
Kuswanto
to Facilitate menunjukkan bahwa eksperimen sejati.
Student belajar menggunakan Desain penelitian
Scientific model Group yang digunakan
Work Skills Investigation (GI) adalah desain
dengan Phet kelompok kontrol
membuat yang tidak setara.
keterampilan kerja Peneliti tidak dapat
ilmiah peserta didik mengontrol variabel
dalam kategori Baik. eksternal yang
mempengaruhi hasil
dalam penelitian
kuasi-eksperimental
14

ini. Desain penelitian


yang digunakan
adalah desain
kelompok kontrol
yang tidak setara.
Peneliti tidak dapat
mengontrol variabel
eksternal yang
mempengaruhi hasil
dalam penelitian
kuasi-eksperimental
ini.

B. Kerangka Berfikir
Kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Kearsipan dengan kompetensi dasar
pemeliharaan arsip dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation. Metode ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Nadlifa (2016: 29) menyatakan “Hasil
penelitian penerapan model pembelajaran Group Investigation pada kelompok
eksperimen hasil belajar kognitif mengalami peningkatan sebesar 28,16%, hasil
belajar afektif mengalami peningkatan sebesar 29,02%, sedangkan hasil belajar
psikomotor mengalami peningkatan sebesar 10,42%.”
Melalui metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation siswa
memiliki kesempatan untuk belajar secara individu maupun kelompok.
Diharapkan dengan metode ini pemahaman siswa secara menyeluruh terhadap
materi pembelajaran mengalami peningkatan. Dalam kegiatan berkelompok,
siswa dituntut untuk bertanggungjawab dalam memastikan anggota
kelompoknya memahami seluruh materi yang diberikan. Hal ini akan
menstimulus upaya dan kesadaran dari setiap anggota kelompok dalam upaya
mengoptimalkan pemahaman materi pembelajaran. Ricky (2017: 75-80)
menyatakan “Pengetahuan konseptual siswa menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe model group investigation dengan nilai rata-rata 75,3 lebih baik
daripada pembelajaran konvensional dengan nilai rata-rata 69,0.”
Upaya siswa dalam rangka meningkatkan pemahaman dalam penguasaan
materi dengan berperan aktif dalam proses pembelajaran mendorong
15

peningkatan ketuntasan belajar, yang tentu akan diikuti oleh peningkatan hasil
belajar siswa. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe group
investigation pada kompetensi dasar pemeliharaan arsip diharapkan dapat
membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang tercermin dalam
peningkatan pemahaman materi, ketercapaian ketuntasan belajar serta
keaktifan dalam pembelajaran. Kerangka berpikir penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Permasalahan:

1. Proses pembelajaran kurang kondusif


2. Siswa belum mampu mendiskripsikan materi
pembelajaran
3. Ketercapaian ketuntasan belajar belum optimal

Tindakan:

Pembelajaran Menggunakan Model


Kooperatif Tipe Group Investigation

Hasil yang diharapkan:

1. Peningkatan keaktifan siswa


2. Peningkatan hasil belajar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka peneliti
merumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas X OTKP 1 SMK Muhammadiyah 1 Pemalang pada
mata pelajaran Kearsipan
16

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


SMK Muhammadiyah 1 Pemalang terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan
kabupaten Pemalang. Dengan jarak ± 2 km sebelah utara kantor Bupati
Pemalang, sekolah seluas 2500 meter yang memiliki ijin operasional tertanggal
30 Mei 1988 ini dikategorikan berada di wilayah strategis. SMK Muhamadiyah
1 Pemalang memiliki sarana prasarana yang memadai untuk menunjang
kegiatan pembelajaran seperti perpustakaan yang representatif, jaringan
internet yang dapat diakses oleh siswa dan guru, peralatan praktek yang cukup
lengkap dan terpelihara dengan baik, serta sumber listrik yang dilengkapi
dengan cadangan genset untuk mengantisipasi pemadaman listrik. Dengan
kondisi sekolah yang demikian, maka penelitian direncanakan akan
dilaksanakan selama 3 bulan dengan 3 siklus tindakan. Namun, tidak menutup
kemungkinan waktu penelitian akan berubah sesuai dengan hasil yang
diperoleh saat pelaksanaan tindakan. Adapun jadwal penelitian adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Bulan
Kegiatan Penelitian
Nov Des Jan Feb Mar Apr
1. Persiapan Penelitian
a. Mengidentifikasi masalah dan
merancang tindakan
b. Menyusun proposal penelitian
c. Menyiapkan perangkat
pembelajaran dan instrumen
penelitian
d. Mengadakan simulasi pelaksanaan
tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
- Perencanaan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
- Refleksi
17

b. Siklus II
- Perencanaan
- Pelaksanaan Tindakan
- Observasi
- Refleksi
c. Siklus III
- Perencanaan
- Pelaksanaan Tindakan
- Observasi
- Refleksi
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis data (hasil pelaksanaan 3
siklus)
b. Penyusunan Laporan
c. Pelaporan

B. Desain Penelitian
Kelas X OTKP SMK Muhammadiyah 1 Pemalang terdiri dari 2 kelas yaitu X
OTKP 1 dan X OTKP 2. Kedua kelas tersebut merupakan kelas yang diamati
oleh penulis, dikarenakan pada kedua kelas ini yang terdapat mata pelajaran
Kearsipan. Kelas X OTKP 1 adalah kelas yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe group investigation
karena kelas ini memiliki angka ketuntasan lebih rendah dibandingkan dengan
kelas X OTKP 2. Siswa yang mendapat nilai tuntas dari kelas X OTKP 1
sebanyak 18 siswa (50%) dari total siswa berjumlah 36 siswa, sementara di
kelas X OTKP 2 terdapat 27 siswa (75%) dari total 36 siswa. Kelas X OTKP 1
dipilih untuk pelaksanaan penelitian karena diharapkan penerapan metode
kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Bentuk penelitian ini tidak berbentuk tunggal, tetapi berupa rangakaian
kegiatan yang akan kembali ke asal. Siklus yang digunakan direncanakan
terdiri dari 3 siklus. Namun dalam penerapannya tidak menutup kemungkinan
jika siklus dihentikan pada fase ke-dua jika hasil sudah memenuhi target
penelitian. Juga tidak menutup kemungkinan untuk dilaksnaakan lebih dari 3
siklus jika hasil belum menunjukkan perubahan sesuai harapan. Rancangan
penelitian ini dapat dilihat melalui gambar berikut:
18

Perencanaan

Refleksi
(Jika belum tuntas
dilakukan siklus SIKLUS I Pelaksanaan
selanjutnya)

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi
(Jika belum tuntas
SIKLUS II Pelaksanaan
dilakukan siklus
selanjutnya)

Pengamatan

Apakah Indikator Sudah Tercapai?


Jika sudah, penelitian akan diakhiri
Jika belum, dilanjutkan siklus III

Sumber: Arikunto (2009: 16)


Gambar 3.1 Skema Rancangan Pelaksanaan Penelitian

C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X OTKP 1 SMK
Muhammadiyah 1 Pemalang yang terdiri dari 36 siswa dari latar belakang
sosial dan kondisi ekonomi yang heterogen. Dengan 7 orang siswa laki-laki
dan 29 siswa perempuan membuat dominasi feminim terasa dalam pelaksanaan
rutinitas kelas. Berasal dari latar belakang sosial dan kondisi ekonomi yang
beraneka ragam menyebabkan sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran.

D. Data dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data sekunder digunakan sebagai based line pra-siklus, untuk tolak
ukur pencapaian siklus I. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang
19

diperoleh selama siklus berjalan berupa LKPD hasil kerja siswa, lembar
penilaian siswa, dan hasil tes. Sumber data yang digunakan diperoleh dari
beberapa sumber, yaitu informan (siswa dan peneliti sebagai guru pengampu
mata pelajaran), tempat, peristiwa, dan perilaku yang diamati dari proses kerja
kelompok, dan dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Metode Dokumentasi
Menurut seorang ahli, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2010: 274). Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai hasil belajar siswa yang berupa nilai. Dokumentasi yang diperoleh
diantaranya daftar nama siswa dan daftar nilai tugas, ulangan harian, dan
Penilaian Tengah Semester (PTS) siswa, foto dan video saat pengaplikasian
siklus, silabus serta RPP SMK Muhammadiyah 1 Pemalang.
2. Metode Tes
“Tes ialah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan
dasar bagi penetapan skor angka” (Zuriah, 2007: 184). Tes dilakukan pada
akhir masing-masing siklus sebagai tindakan evaluasi pembelajaran dengan
cara memberikan soal tes tertulis pada siswa. Metode ini digunakan untuk
mengetahui data dari hasil belajar siswa setelah dilaksanakan siklus.
3. Metode Observasi
Menurut Margono dalam Zuriah (2007: 173) “observasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian”. Kegiatan tersebut dapat berkenaan dengan cara guru
mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan
pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat dan
sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar
siswa, serta mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar yang
20

berlangsung. Pengamatan pada penelitian ini dilakukan pada aktivitas


belajar siswa dan aktivitas guru pada saat observasi awal sebelum dilakukan
tindakan, ketika pelaksanaan siklus I serta pelaksanaan siklus II.

F. Teknik Uji Validitas Data


Uji validitas data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan
menggunakan teori triangulasi data/sumber. Validitas data dilakukan dengan
validitas konten, dilakukan pada saat peneliti menyusun instrumen tes dalam
bentuk kisi-kisi penyusunan soal. Kisi-kisi penyusunan soal menjadi validitas
logis dalam penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data


Metode analisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara
membandingkan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dan setelah
dilakukan tindakan. Data dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menganalisis nilai ulangan harian sebelum dilakukan tindakan dan nilai tes
hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II.
2. Menghitung nilai rerata/presentasi rerata hasil belajar siswa sebelum
dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar.
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Menghitung Rata-rata Nilai
Rata-rata atau mean diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dibagi
dengan banyaknya subjek. Secara sederhana rumusnya adalah:
∑ 𝑿𝒊
̅=
𝑿
𝑵
Keterangan:
𝑋̅ = rata-rata nilai
∑ 𝑋𝑖 = jumlah seluruh nilai
𝑁 = jumlah siswa
21

(Sudjana, 2005: 67)


b. Menghitung Ketuntasan Belajar
Uji ketuntasan belajar dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu
metode pengajaran berperan dalam meningkatkan pemahaman siswa
terhadap suatu materi pelajaran secara tuntas, sehingga metode tersebut
dikatakan efektif. “Keberhasilan proses mengajar dikatakan berada pada
tingkat baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan 75% dikuasai oleh siswa
(Djamarah, 2010: 107).”
Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila siswa tersebut telah
mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 7,50. Hal ini sesuai
dengan batas ketuntasan yang ditentukan oleh sekolah. Untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa digunakan rumus berikut ini:
𝑅
𝑁𝑃(%) = × 100
𝑆𝑀
Keterangan:
𝑁𝑃 = nilai persen yang dicari
R = Skor/nilai yang diperoleh siswa
SM = Skor/nilai maksimum
(Purwanto, 2009: 102)
c. Menghitung Data Hasil Belajar
Untuk menghitung ketuntasan belajar secara klasikal dapat digunakan rumus
berikut ini:
f
𝐷𝑃 = × 100%
N
Keterangan:
DP = Nilai Persentase atau Hasil
F = Jumlah Siswa yang Tuntas
N = Jumlah Seluruh Siswa
(Sudjana, 2009: 131)
d. Menghitung Data Hasil Observasi
Persentase data hasil observasi dihitung dengan rumus berikut ini:
22

∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎


% 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 = × 100%
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
(Arikunto, 2010: 54)
d. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat untuk mengumpulkan data berisi daftar
aspek-aspek yang akan diamati. Dalam proses observasi, pengamatan
memberi tanda (√) pada kolom yang sudah tersedia sesuai dengan aspek
yang diamati. Skor pengamatan untuk siswa dilakukan untuk mengetahui
siswa yang aktif dalam pembelajaran.
1) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur tingkat keaktifan siswa
selama pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe group investigation berlangsung di kelas.
Menghitung persentase skor perolehan:
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎
% 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 = × 100%
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
(Arikunto, 2010: 54)
Menghitung interval persentase kriteria penilaian keaktifan siswa:
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
(Nurgiyantoro, 2011: 216)
Range = Persentase terbesar – Persentase terkecil
5
Persentase terbesar: × 100% = 100%
5
1
Persentase terbesar: × 100% = 20%
5
Jadi,
80
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
5
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 16
23

Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Keaktivan Siswa
Persentase Kriteria
84% - 100% Sangat Tinggi
68% - 83% Tinggi
52% - 67% Sedang
36% - 51% Rendah
20% - 35% Sangat Rendah
Sumber: Nurhayati (2015: 40)
2) Lembar Observasi Aktivitas Guru
a. Menghitung Rerata Aktivitas Guru
∑ 𝑋𝑖
𝑋̅ = 𝑛

Keterangan:
𝑋̅ = nilai rerata
∑𝑋𝑖 = jumlah skor total
𝑛 = jumlah aspek yang diamati.
b. Menghitung Persentase Kinerja Guru
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎
% 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
(Arikunto, 2010: 54)
Menghitung interval persentase kriteria penilaian keaktifan siswa:
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
(Nurgiyantoro, 2011: 216)
Range = Persentase terbesar – Persentase terkecil
4
Persentase terbesar: × 100% = 100%
4
1
Persentase terbesar: × 100% = 25%
4
Jadi,
75
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
4
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 18,75 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 19)
24

Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Aktivitas Guru
% Perolehan Kriteria
82% - 100% Sangat Tinggi
63% - 81% Tinggi
44% - 62% Cukup
25% - 43% Rendah
Sumber: Nurhayati (2015: 42)

H. Indikator Kinerja Penelitian


Menurut Mulyasa (2009: 105):
Dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Dari segi hasil,
proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan kompetensi dan perilaku yang positif pada
diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%) dalam bentuk pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Dalam penelitian ini pelaksanaan siklus dinyatakan berhasil jika ketuntasan


hasil belajar siswa mencapai 55% diakhir siklus I dan 60% diakhir siklus II.
Diharapkan pada akhir siklus III ketuntasan siswa dapat mencapai 75%.

I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
ketika penelitian berlangsung, meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, daftar hadir siswa, lembar pengamatan aktivitas siswa,
lembar aktivitas guru dan lembar evaluasi siswa. Peneliti melakukan
koordinasi terkait pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation yang akan dilaksanakan ketika proses pembelajaran
berlangsung.
2. Pelaksanaan tindakan
25

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan kelas yang telah
disusun oleh peneliti. Proses pembelajaran harus sesuai dengan rancangan
yang telah disusun, tapi harus tetap berlaku wajar tanpa dibuat-buat.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran ini meliputi:
a. Mengidentifikasi topik dan membagi siswa dalam kelompok
Peneliti memberikan apersepsi dengan memotivasi dan mengeksplorasi
pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan yang berhubungan dengan
materi pemeliharaan arsip. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 6
kelompok, satu kelompok terdiri dari 6 siswa secara heterogen
berdasarkan kemampuan siswa. Menurut Lie (2005) dalam Nadlifa
(2016: 33) pengelompokan heterogenitas merupakan ciri-ciri yang
menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. kelompok heterogen
mempunyai kelebihan yaitu 1) kelompok heterogen memberikan
kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling
mendukung, 2) meningkatkan relasi dan interaksi antara ras, agama,
etnik, 3) kelompok heterogen juga memudahkan pengelolaan kelas. Di
samping itu, peningkatan aktivitas siswa tersebut juga tidak terlepas dari
peran peneliti sebagai guru di kelas yang memfasilitasi siswa selama
pembelajaran.
b. Merencanakan tugas dalam LKPD
LKPD disusun dan diupload dalam google drive, siswa diminta untuk
mengunduh LKPD secara mandiri kemudian mempelajari terlebih dahulu
melalui smartphone masing-masing. Kemudian, peneliti membagikan
LKPD versi cetak kepada masing-masing kelompok untuk di diskusikan
bagaimana langkah penyelesaian masalah yang disebutkan didalamnya.
Tahap ini mengharuskan siswa berpikir secara individu dan
menyampaikannya dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah
yang telah diberikan.
c. Melakukan penyelidikan dengan mengumpulkan informasi
Selain LKPD, peneliti juga menyusun handout yang juga dibagikan
melalui google drive. Peneliti membagikan link handout agar siswa dapat
26

menggunakannya sebagai referensi dalam penyelesaian LKPD. Selain


handout, siswa juga diarahkan untuk menggunakan modul cetak dan web
browser sebagai sumber referensi. Tahap ini memberi kesempatan
kepada siswa untuk bebas mengutarakan pendapatnya kepada teman satu
kelompok untuk mencapai kesepakatan dalam memecahkan masalah
serta mematangkan pendapat kelompoknya.
d. Mempersiapkan tugas akhir melalui presentasi hasil penyelidikan
Tahap ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapat dan memaparkan pemahaman yang mereka simpulkan dari
kegiatan diskusi. Siswa juga dapat melatih kemampuan berkomunikasi
secara demokratis dan menghargai pendapat dan masukan dari siswa lain
yang diterima dalam proses presentasi.
e. Merumuskan kesimpulan
Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi berdasarkan hasil
presentasi masing-masing kelompok, mengoreksi apabila masih terdapat
kekeliruan dalam penafsiran dan menyamakan persepsi untuk
menyelaraskan kesimpulan akhir.
f. Evaluasi dengan melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran
Peneliti memberikan evaluasi dengan memberikan soal berbentuk pilihan
ganda dan uraian singkat melalui google form untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi pemeliharaan arsip.
Evaluasi dilakukan setelah pembelajaran dengan model kooperatif tipe
group investigation berlangsung.
3. Pengamatan
Tindakan pengamatan dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa serta peran guru
dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
group investigation. Guru mencatat hasil pengamatannya ketika tindakan
berlangsung.
4. Refleksi
27

Pada tahap ini guru mengemukakan kembali apa yang telah diperoleh saat
pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan pada saat guru telah melakukan
tindakannya kemudian menyusun implementasi rancangan tindakan.
Refleksi dilakukan untuk mempertahankan kelebihan yang dicapai dan
memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ditemukan. Apabila
pelaksanaan tindakan belum sesuai yang diharapkan maka guru harus
membuat perencanaan untuk melakukan siklus kedua.
Tahapan diatas merupakan suatu siklus tindakan kelas. Satu siklus penelitian
terdapat empat tahap yang di dalamnya terdapat kegiatan evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan sudah mencapai
tujuan. Siklus kedua dilakukan apabila tujuan yang diharapkan belum tercapai
pada siklus pertama.
28

DAFTAR PUSTAKA

Almeda, Rikcy., dan Sahyar. 2017. “Effect of Cooperative Learning Model type
Group Investigation Assisted PhET to Students’ Conceptual Knowledge”.
Dalam IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME)
e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X Volume 7, Issue 4 Ver. III (Jul -
Aug 2017), PP 75-80 www.iosrjournals.org. Medan: State University of
Medan

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi aksara.

-----------. 2010. Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Arinda, Yhona., Insih Wilujeng., dan Heru Kuswanto. 2019. “The Application
Group Investigation (GI) Learning Model assisted Phet to Facilitate
Student Scientific Work Skills”. Dalam International Journal of
Educational Research Review, 4 (2), 254-261.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Khoirunisyah, Siti., Eko Purwanti., dan Puteri Yanuarita. 2016. “Keefektifan


Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Hasil Belajar IPS”.
Dalam Jurnal Kreatif 2016, Halaman 73-80. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Grafindo.

Mulyasa, 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Berbasis Kompetensi.


Yogyakarta: BPFE.

Nurhayati, Siti. (2015). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan Hubungan Antara Kelangkaan Sumber Daya Dengan
Kebutuhan Manusia Yang Tidak Terbatas Mata Pelajaran IPS Terpadu
Kelas VIII-A SMPN 3 Karangrayung. Skripsi Tidak Dipublikasikan,
Universitas Negeri Semarang, Semarang.
29

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Remaja Rosdakarya.rifa

Rifa’i, Achmad. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Sari, Nadlifa Meiliya., dan Novy Eurika. 2016. “Penerapan Model Pembelajaran
Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Apllication
Of Group Investigation Learning Model To Improve Student Learning
Outcome)”. Dalam Jurnal Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2016 (p-ISSN 2527-7111; e-ISSN 2528-1615).
Jember: Universitas Muhammadiyah Jember.

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik).


Terjemahan narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suprijono , Agus. 2011. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM).


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Uno, Hamzah B. 2012. Model Pembelajaran – Menciptakan Proses Belajar


Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.

Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan-teori aplikasi.


Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai