Anda di halaman 1dari 53

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD


SORT” BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA
PELAJARAN PKN PADA SISWA KELAS IX B SMPN 3
DHARMA CARAKA

DISUSUN OLEH:

NAMA : ERDIN MARTHIN FAU


NIM : 221446314

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH
SUMATERA UTARA
TAHUN 2022
LEMBARAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian

KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”


BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN PADA SISWA
KELAS IX B SMPN 3 DHARMA CARAKA

2. Identitas Peneliti
Nama : ERDIN MARTHIN FAU, S.Pd
Jabatan : Guru SMPN 1 Dharma Caraka Telukdalam
3. Lama Penelitian : 4 Bulan ( terhitung dari bulan September
sampai dengan desember 2020)

4. Sumber Biaya : Pribadi

Mengetahui
Kepala Sekolah, Peneliti,

SATIAMIN V. ZALOGO,S.Pd ERDIN MARTHIN FAU,S.Pd


NIP. 19580812 198003 1 018 NIP.---

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan hasil kegiatan implementasi inovasi pembelajaran
yang diberi judul
“KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”
BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN PADA SISWA
KELAS IX B SMPN 3 DHARMA CARAKA TELUK DALAM
(PenelitianTindakan Kelas dalam Bahan Ajar “Kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia” di kelas VII B SMP N 3 Dharma Caraka
Teluk Dalam)
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan
informasi beberapa temuan yang telah diperoleh melalui kegiatan inovasi
pembelajaran sehingga dapat dijadikan bahan kajian rekan-rekan guru
dalam menyampaikan bahan pelajaran PKn.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan
implementasi inovasi pembelajaran dan dalam penyusunan laporan ini.
Semoga kebaikannya dapat diterima sebagai amal kebaikan di sisi Allah
SWT.
Penulis menyadari bahan laporan ini masih memiliki bebagai
kekurangan. Namun demikian, penulis mengharapkan semoga laporan ini
memiliki manfaat yang sebesar- besarnya
Telukdalam, 10 desember 2020
Peneliti,

ERDIN MARTHIN FAU, S.Pd

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ... ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ... .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ... .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Batasan Masalah ......................................................................................3
C. Rumusan Masalah ... ............................................................................ 3
D. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ........................................... 3
E. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... ...................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian CTL ............................................................................................5
B. Alasan Pentingnya Penggunaan CTL dalam Pembelajaran.........6
C. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di KelaS............................8
D. Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual.................................19
E. Model Pembelajaran Card Sort...........................................................20
F. Pertanyaan Penelitian.............................................................................21

BAB III METODELOGI PENELITIAN


A. Setting Penelitian ......................................................................................23
B. Waktu Kegiatan .......................................................................................24
C. Subjek Penelitian............................................................................................24
D. Variabel Penelitian........................................................................25
E. Teknik Pengumpulan Data..............................................................25
F. Teknik Pembahasan ...................................................................27
G. Rancangan Tindakan.....................................................................27

iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Siklus 1 ... ............................................................................................ 29
B. Siklus 2…… ........................................................................................ 31
C. Siklus 3… ............................................................................................ 33
D. Siklus 4 …………………………………………………………………35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


A. Simpulan …. ........................................................................................ 38
B. Saran dan Tindak Lanjut ... ................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ... ..................................................................................... 39


LAMPIRAN ... ................................................................................................... 40

iv
ABSTRAK

“KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”


BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN PADA KELAS IX B
SMPN 3 DHARMA CARAKA TELUK DALAM”*) Guru PKn SMPN 3 Dharma
Caraka Telukdala. Alamat: Jl. Soedirman, Kecamatan Telukdalam, Nias Selatan.
Makalah ini merupakan suatu laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilakukan pada siswa kelas VII B SMPN 3 Dharma Caraka dengan menerapkan
model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dan kontribusinya terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran PKn.
Penentuan kelas VII B sebagai kelas model didasarkan atas pertimbangan masih
kurangnyanya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Data ini didapat dari
rata- rata nilai raport dan prosentase kelulusan kelas VII B pada semester yang telah
lalu dibandingkan kelas lainnya. Oleh karena itu, penulis mencoba mengadakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran Card
Sort berbasis CTL pada kelas VII B sebagai salah satu upaya yang guna
peningkatan hasil belajar siswa.
Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi penulis (guru) dalam pemilihan model pembelajaran PKn;
memberikan masukan yang berarti bagi instansi pemerintah cq. Dinas Pendidikan
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; serta dapat memberikan sumbang
saran yang positif bagi para guru-guru PKn di lapangan.
Kegiatan inovasi pembelajaran dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilakukan dengan menerapkan rencana tindakan berupa penerapan model
pembelajaran Card Sort berbasis CTL yang diterapkan dengan mengunakan
berbagai variasi metode pembelajaran pada kelas VII B. Sedangkan pada kelas
lainnya, yakni VIIA penulis masih menggunakan model konvensional namun tetap
menerapkan pilar-pilar CTL dengan maksud digunakan sebagai kelas pembading.
Proses analisis untuk mengetahui hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

v
dalam mata pelajaran PKn dilakukan dengan menganalisis hasil Ujian Blok untuk
mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan memanfaatkan mitra peneliti
untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan peneliti selama KBM berlangsung.
Hasil pengamatan dari mitra guru dijadikan bahan refleksi untuk menjadi
pertimbangan dalam pelaksanaan rencana tindakan berikutnya.
Setelah diadakan dua kali Ujian Blok dan berdasarkan hasil refleksi dengan mitra
peneliti, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL secara efektif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Hal ini didasarkan fakta
yang menunjukkan menunjukkan adanya keunggulan model pembelajaran Card
Sort dibanidngkan model pembelajarn lainnya, diantaranya: a) Cocok digunakan
untuk usia siswa SMP; b) mudah dan murah; c) mengutamakan kerjasama; d)
menyenangkan dan tidak membosankan; e) saling menunjang; dan f) siswa aktif
*) Kata Kunci CTL = Contectual Teaching and Learning

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn
pada siswa kelas VII B masih rendah, hal ini terlihat dari data rata-
rata nilai raport dan prosentase kelulusan ujian blok pada semester 1.
Kenyataan di atas menuntut guru harus dapat menggali berbagai upaya
guna peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian peranan guru
sangat penting dalam meningkatkan hasil siswa. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn perlu adanya
strategi, pendekatan dan sarana pembelajaran yang diminat siswa.
Strategi, pendekatan dan sarana pembelajaran ini bermacam-macam
model dan bentuknya, mulai dari yang sederhana hingga yang
sukar/rumit untuk dilaksanakan.
Pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan salah pendekatan pembelajaran yang diyakini dapat
meningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Pendekatan ini
berasumsi bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus
mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. De- ngan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
(Depdiknas, 2003:1)
Melalui penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran,

1
siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status
apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Siswa diharapkan sadar
bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan
begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang
bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya
itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Penerapan pendekatan kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar


menuntut kemampuan guru untuk dapat memilih model
pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang
sesuai dengan pendekatan kontekstual adalah model Card Sort.
Model pembelajaran Card Sort merupakan salah satu model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Mel Sibermen (2002:149).
Model ini dilakukan dengan cara: a) memberikan kartu indeks kepada
masing-masing peserta didik (kartu tersebut dapat berisi pertanyaan
atau jawaban); b) Meminta peserta didik memilih kartu sesuai dengan
katagori atau pertanyaan; c) Peserta didik yang telah selesai memilih
kartu diberi kesempatan menyajikan sendiri (mempresentasikan)
kepada yang lain.
Penerapan model pembelajaran Card Sort dengan pendekatan
Contektual Teaching and Learning (CTL) dianggap cocok dengan
tingkat perkembangan siswa SMP. Hal ini karena model
pembelajaran Card Sort selain mengandung unsur pembelajaran juga
mengandung unsur permainan yang disukai siswa. Dengan demikian
penerapan model pembelajaran Card Sort dalam pembelajaran PKn
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam penguasaan
konsep atau materi pembelajaran khususnya, bahkan diharapkan
mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia padaumumnya.

2
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan dengan
mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya yang tersedia, penelitian
tindakan sekolah ini hanya membatasi pada masalah kontribusi
penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL
pada siswa kelas VII B dan kontribusinya terhadap peningkatan hasil
belajar siswa dalam Pelajaran PKn, khususnya dalam bahan ajar atau
materi Hak Asasi Manusia.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah
penelitian tindakan kelas ini adalah “Bagaimana proses penerapan
model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL pada siswa

kelas VII B dan kontribusinya terhadap peningkatan hasil belajar

siswa dalam Pelajaran PKn?”

D. Tujuan
Tujuan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah:
(1) untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Card Sort
berbasis pendekatan Contectual Teaching and Learning (CTL) dalam
pembelajaran PKn; (2) untuk dapat mengetahui kontribusi penerapan
model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan Contectual
Teaching and Learning (CTL) terhadap peningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran PKn.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini


adalah: (1) sebagai bahan pertimbangan atau masukan penulis dalam
penyusunan strategi pembelajaran PKn selanjutnya; (2) diharapkan

3
dapat dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, cq Dinas
Pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; dan (3)
semoga dapat memberikan sumbang saran yang positif bagi para
guru-guru PKn di lapangan.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian CTL
CTL atau Contextual Teaching and Learning merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar
bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya
nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya
menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan
pembimbing.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu
yang baru (baca: pengetahuan dan keterampilan) datang dari `menemukan sendiri',
bukan dari `apa kata guru'. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan
pendekatan kontekstual.
Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi
pembelajaran yang lain, kontektual dikembangkan dengan tujuan agar
pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat
dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dalam buku
ringkas ini dibahas persoalan yang berkenaan dengan pendekatan kontekstual dan
implikasi penerapannya.

5
B. Alasan Pentingnya Penggunaan CTL dalam Pembelajaran
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan
bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas
masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian
ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan
sebuah strategi belajar `baru' yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah
strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta,
tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruk- sikan
pengetahuan di benak mereka sendiri.
Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL `dipromosikan'
menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL, siswa
diharapkan belajar melalui `mengalami', bukan `menghapal'.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran
tentang belajar sebagai proses mengalami sendiri, mengkonstruksi
pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Di bawah
dikemukakan beberapa ciri pembelajaran kontekstual, yakni:
1. Proses Belajar
a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola
bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh
guru.
c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam
tentang sesuatu persoalan (subject matter).
d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang
dapat diterapkan.
e) Manusia rnempunyai tingkatan yang berbeda dalan menyikapi
situasi baru.
f) Siswa perlu dibiasakan meme-cahkan masalah, menemukan

6
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur
otak itu berjalan terus seining dengan perkembangan organisasi
pengetahuan dan keterampilan seseorang. Untuk itu perlu
dipamahi, strategi belajar yang salah dan terus-menerus dipajankan
akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya
mempengaruhi cara seseorang berperilaku.
h) Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan
dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masaiah
dalam kehidupannya.
2. Transfer Belajar
a. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari `pemberian orang
lain'
b. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang
terbatas (sempit), sedikit-demi sedikit..
c. Penting bagi siswa tahu `untuk apa' la belajar, dan `bagaimana' ia
menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
d. Tugas guru: mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan
pengetahuan lama dan baru, dan memfasilitasi belajar.
3. Siswa sebagai Pembelajar
a. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang
tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar
dengan cepat hal-hal baru
b. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari
sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi
belajar amat penting.
c. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara `yang
baru' dan yang sudah diketahui.
d. Tugas guru memfasilitasi: agar informasi baru bermakna, memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi

7
mereka sendiri.
e. Siswa belajar dari menemukan sendiri. Lupakan tradisi: "Guru
akting di pangung, siswa menonton". Ubah menjadi, "Siswa aktif
bekerja dan belajar di panggung, guru mengarahkan dari dekat."
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat
pada siswa. Dari "guru akting di depan kelas, siswa menonton" ke
"siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan".
b. Pengajaran harus berpusat pada `bagaimana cara' siswa
menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih
dipentingkan dibandingkan hasilnya.
c. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses
penilaian (assessment) yang benar.
d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu
penting.

C. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas


Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu
konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya
(Questioning) masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika
menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Dan,
untuk melaksanakan hal itu tidak sulit! CTL dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya.
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,
langkahnya adalah berikut ini.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkostruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya!

8
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik!
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!
4. Ciptakan `masyarakat belajar' (belajar dalam kelompok-kelompok)!
5. Hadirkan `model' sebagai contoh pembelajaran!
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan!
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara!
Berikut penulis uraikan tujuha kompenen pembelajaran CTL
atau pemebalajaran kontekstual
1. Konstruktivisme ( Constructlvlsme)
Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir
(filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya didtperluas melalui konteks
yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong- konyong.Pengetahuan
bukanlah seperangkat faktafakta, konsep, atau kaidah yang slap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ideide.
Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan
apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
`mengkonstruksi' bukan `menerima' pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat
kegiatan, bukan guru.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan
pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil
pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, `strategi memperoleh' lebih

9
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah menfasilitasi proses
tersebut dengan:
1. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
2. memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri, dan
3. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar. Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman.
Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila
selalu diuji dengan pengalaman baru.
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam
otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi
bermakna yang berbedabeda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan
dimaknai berbeda-beda oleh masingmasing individu dan disimpan dalam
kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan
dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur
pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi
atau akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau
dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya
struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.
Lalu, bagaimanakah penerapannya di kelas? Bagaimanakah cara mere
alisasikannya pada kelas-kelas di sekoilah kilta. Pada umumnya kita juga sudah
menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita
merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan
sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan
ide, dan sebagainya.Mari kita kembangkan cara-cara tersebut lebih banyak dan
lebih banyak lagi!
Siklus inkuiri: Observasi (Observation), Bertanya (Questioning),
Mengajukan dugaan (Hiphotesis), Pengumpulan data (Data gathering),
Penyimpulan (Conclussion).

10
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Topik mengenai adanya dua jenis
binatang rnelata, sudah seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa, bukan `menurut
buku'.
Adapun siklus inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Observasi (Observation)
2. Bertanya (Questioning)
3. Mengajukan dugaan (Hiphotesis)
4. Pengumpulan data (Data gathering)
5. Penyimpulan (Conclussion)
Apakah hanya pada pelajaran IPA inkuiri itu bias diterapkan?
Jawabannya, tentu "Tidak!". Inkuiri dapat ditev-upkan pada semua bidang studi:
bahasa Indonesia (menemukan cara menulis paragraph deskripsi yang indah); IPS
(membuat sendiri bagan silsilah raja-raja Majapahit); PPKN (menemukan
perilaku baik dan perilaku buruk sebagai warga Negara). Kata kunci dari
strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri.
Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri):
1. Merumuskah masalah (dalam matapelajaran apapun)
 Bagaimanakah silsilah raja-raja Majapahit? (sejarah)
 Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi
pantai Kendari? (bahasa Indonesia)?
 Ada berapa jenis tumbuhan menurut bentuk bijinya? (biologi)
 Kota mana saja yang termasuk kota besar di Indonesia? (geografi)
2. Mengamati atau melakukan observasi
 Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi
pendukung.

11
 Mengamati clan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari
sumber atau objek yang diamati
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, clan karya lainnya
 Siswa membuat peta kota-kota besar sendiri
 Siswa membuat paragraf deskripsi sendiri.
 Siswa membuat bagan silsilah raja-raja Majapahit sendiri
 Siswa membuat penggolongan tumbuh-tumbuhan sendiri.
 Siswa membuat essai atau usulan kepada Pemerintah tentang
berbagai masalah di daerahnya sendiri. Dst
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru, atau audien yang lain
 Karya siswa disampaikan teman sekelas atau kepada orang banyak
untuk mendapatkan masukan
 Bertanya jawab dengan teman
 Memunculkan ide-ide baru
 Melakukan refleksi
 Menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di dinding
kelas, dinding sekolah, majalah dinding, majalah sekolah, dsb.

3. Bertanya ( Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari
`bertanya'. Sebelum tahu kota Palu, seseor ng bertanya "Mana arah ke kota
Palu?" Questioning (bertanya) merupakaan strategi
Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Pada semua
aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa,
antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan
orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb utama pembelajaran yang
berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir

12
siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya
berguna untuk:
1. menggali informasi, balk administrasi maupun akademis
2. mengecek pemahaman siswa
3. membangkitkan respon kepada siswa
4. mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa
5. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siwa
6. menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7. untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Bagaimanakah penerapannya di kelas? Hampir pada semua
aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa,
antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan
orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb. Aktivitas bertanya juga
ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika
menemui kesulitan, ketika mengamati, dsb. Kegiatan-kegiatan itu akan
me-numbuhkan dorongan untuk `bertanya'. Dalam kelas CTL, guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok
belajar.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar
meraut pinsil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya "Bagaimana
caranya? Tolong bantuin, aku!" Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan
cara mengoperasikan alat itu. Maka, dua orang anak itu sudah membentuk
masyarakat-belajar (learning community).
Hasil belajar diperoleh dari `sharing' antara teman, antar kelompok, dan

13
antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga
orang- orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat-belajar.
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran
dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya hiterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu
yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang
mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa
sangat bervariasi bentuknya, balk keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan
siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan
seorang `ahli' ke kelas. Misalnya tukang sablon, petani jagung, peternak susu,
teknisi komputer, tukang cat mobil, tukang reparasi kunci, dan sebagainya.
"Masyarakat-belajar" bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah. "Seorang guru yang menga)ari siswanya" bukan contoh masyarakatbelajar
karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru
ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari
arah siswa. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. Dalam
masyarakat belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi
pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat
belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus
juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang
dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya,
tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling
mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki
pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan yang berbeda yang perlu
dipelajari.
Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang
lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat
kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan
teknik "learning community" ini sangat membantu proses pembelajaran di
kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam

14
a) Pembentukan kelompok kecil
b) Pembentukan kelompok besar
c) Mendatangkan`ahli' kekelas(tokoh,olahragawan,
dokter,perawat,petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb.)
d) Bekerja dengan kelas sederajat
e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
f) Bekerja dengan masyarakat
5. Pemodelan (Modifikasi)
Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya,
dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan
sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara
melafalkan bahasa Inggeris, dan sebagainya. Atau, guru memberi contoh
cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang
`bagaimana cara belajar'.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Sebagian guru
memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas.
Misalnya, cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam pembelajaran tersebut
guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan
menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerak mata (scanning).
Ketika guru mendemontrasikan cara membaca cepat tersebut, siswa mengamati
guru membaca dan membolak-balik teks. Gerak mata guru dalam menelusuri
bacaan menjadi perhatian utama siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak
mata yang efektif dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan guru
disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran menemukan kata
kunci secara cepat. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya, ada
model yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menemukan
kata kunci. Dalam kasus itu, guru menjadi model.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk
untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan

15
ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan
kontes berbahasa Inggeris, siswa itu dapat ditunjuk untuk
mendemonstrasikan keahliannya. Siswa `contoh' tersebut dikatakan sebagai
model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai `standar'
kompetensi yang harus dicapainya.
Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli
ber-bahasa Inggeris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk men-
jadi `model' cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara,
dan sebagainya.
Bagaimanakah contoh praktek pemodelan di kelas?
a) Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di
hadapan siswa
b) Guru PPKN mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas,
lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh itu
c) Guru geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai
contoh siswa dalam merancang peta daerahnya
d) Guru biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu
badan
e) Guru bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari Harian
Kompas, Jawa Pos, dsb. sebagai model pembuatan berita. • Guru
kerajinan mendatangkan `model' tukang kayu ke kelas, lalu
memintanya untuk bekerja dengan peralatannya, sementara siswa
menirunya.

6. Refleksi ( Reflectlon)
Refleksi juga bagian penting dalam pembela) aran dengan
pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan

16
respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung "Kalau begitu, cara
saya menyimpan file selama ini salah, ya! Mestinya, dengan cara yang baru
saya pelajari ini, file komputer saya lebih tertata."
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses.
Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran,
yang kemudian diperluas sedikit-demi sedikit. Guru atau orang dewasa
membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa
merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang
baru dipelajarinya.
Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap
di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana
merasakan ide-ide baru.
Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi. Realisasinya berupa
1. pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
2. catatan atau jurnal di buku siswa
3. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
4. dlskusi
5. hasil karya.
Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada
upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn)
sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi
di akhir periode pembelajaran.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment


Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
menberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

17
Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil
tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena
gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses
pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode
(cawu/semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar
(seperti UN/UAS), tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi
(tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment)
bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang
benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar
mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada
diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.
Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data
yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan
siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin
mengetahui perkembangan belajar Bahasa Inggris bagi para siswanya harus
mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa menggunakan
bahasa Inggris, bukan pada saat para siswa mengerjakan tes bahasa Inggris.
Data yang diambil dari kegiatan siswa saat siswa melakukan kegiatan
berbahasa Inggris balk di dalam kelas maupun di luar kelas itulah yang
disebut data autentik.
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil. Ketika guru
mengajarkan sepak bola, siswa yang tendangannya paling bagus, dialah
yang memperoleh nilai tinggi. Dalam pembelajaran bahasa asing (Bahasa
Inggeris), siapa yang ucapannya cas-cis-cus, dialah yang nilainya tinggi,
bukan hasil ulangan tentang grammarnya. Penilaian autentik menilai
pengetahuan dan ketrampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilai
tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.
Karakteristik authentic assessment:
1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

18
2. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
3. Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
4. Berkesinambungan
5. Terintegrasi
6. Dapat digunakan sebagai feed back
Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa
1) proyek/kegiatan dan laporannya
2) PR
3) Kuis
4) Karya siswa
5) Presentasi atau penampilan siswa
6) Demonstrasi
7) Laporan
8) Jurna
9) Hasil tes tulis
10) Karya tulis
Intinya, dengan authentic assessment, pertanyaan yang ingin dijawab
adalah "Apakah anak-anak belajar?", bukan "apa yang sudah diketahui?"
Jadi, siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara.

D. Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual


Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih
merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi
skenario tahap-demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Berbeda dengan program yang dikembangkan paham objektivis,
penekanan program yang berbasis kontekstual bukan pada rincian dan
kejelasan tujuan, tetapi pada gambaran kegiatan tahapdemi tahap dan media

19
yang dipakai. Perumusan tujuan yang berkecil-kecil, bukan menjadi
prioritas dalam penyusunan rencana pembelajaran berbasis CTL,
mengingat yang akan dicapai bukan `hasil', tetapi lebih pada `strategi
belajar'. Yang diinginkan bukan `banyak, tetapi dangkal', melainkan
`sedikit, tetapi mendalam'
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benarbenar
`rencana pribadi' tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Gambaran selama ini bahwa RPP adalah laporan untuk kepala sekolah atau
pihak lain harus dibuang jauh-jauh. Namun, sebenarnya RPP-lah yang
mengingatkan guru tentang benda apa yang harus dipersiapkan, alat apa
yang harus dibawa, berapa banyak, ukuran berapa, dan langkah- langkah
apa yang akan dikerjakan siswa. RPP-lah yang mengingatkan guru ketika
akan berangkat ke sekolah, "Oh, aku lupa belum menggunting kertas karton
menjadi empat bagian untuk dibagikan ke anak-anak nanti!"
Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar format antara program
pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual:
Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario
pembelajarannya.

E. Model Pembelajaran Card Sort


Model pembelajaran Card Sort merupakan salah satu model
pembalajaran yang dikembangkan oleh Mel Siberman (2002) dalam buku
Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran. Model ini dilakukan dengan
cara: a) memberikan kartu indeks kepada masing-masing peserta didik
(kartu tersebut dapat berisi pertanyaan atau jawaban); b) Meminta peserta
didik memilih kartu sesuai dengan katagori atau pertanyaan; c) Peserta didik
yang telah selesai memilih kartu diberi kesempatan menyajikan sendiri
(mempresentasikan) kepada yang lain.

20
Penerapan pendekatan kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar
menuntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran
yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan
kontekstual adalah model Card Sort. Model pembelajaran Card Sort
merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Mel
Sibermen (2002:149). Model ini dilakukan dengan cara: a) memberikan
kartu indeks kepada masing-masing peserta didik (kartu tersebut dapat
berisi pertanyaan atau jawaban); b) Meminta peserta didik memilih kartu
sesuai dengan katagori atau pertanyaan; c) Peserta didik yang telah selesai
memilih kartu diberi kesempatan menyajikan sendiri (mempresentasikan)
kepada yang lain.
Penerapan model pembelajaran Card Sort dengan pendekatan
Contektual Teaching and Learning (CTL) dianggap cocok dengan tingkat
perkembangan siswa SMP. Hal ini karena model pembelajaran Card Sort
selain mengandung unsur pembelajaran juga mengandung unsur permainan
yang disukai siswa. Dengan demikian penerapan model pembelajaran Card
Sort dalam pembelajaran PKn diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam penguasaan konsep atau materi pembelajaran khususnya,
bahkan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia
pada umumnya.

F. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas ada dua variabel penting yang akan di
teliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yakni 1) variabel bebas (X) atau
variabel yang mempengaruhi yakni penerapan model pembelajaran Card
Sort berbasis pendekatan CTL; dan 2) variabel terikat (Y) atau variabel
yang dipengaruhi, yakni peningkatan hasil belajar siswa dalam Pelajaran
PKn.
Adapaun rumusan pertanyaan penelitian yang dijadikan acuan dalam
pembahasan hasil penelitian adalah
1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis

21
pendekatan CTL pada siswa kelas VIIC?
2. Bagaimana kontribusi penerapan model pembelajaran Card Sort
berbasis pendekatan CTL terhadap peningkatan hasil belajar siswa
dalam Pelajaran PKn?

22
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Lokasi Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
A. Karakteristik lokasi
Nama sekolah : SMPN 3 DHAMA CARAKA TELUK DALAM

Alamat sekolah : Jl. Rego Km.04 Cadasari Pandeglang


Kelas : VII B sebagai kelas model, dan
kelas VIIA sebagai
kelas pembanding
Lingk. fisik sekolah : Pedesaan
B. Karakteristik siswa
a) Latar belakang SOSEK orang tua : menengah ke bawah
b) Kemampuan : sedang
c) Motivasi belajar : rendah
d) Hasil Belajar : rendah

2. Komponen yang terlibat dalam Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas


mapel PKn ini adalah sebagai berikut:
a) Guru Mata Pelajaran PKn : ERDINMARTHIN FAU,S.Pd
b) Mitra Kerja (Observer) : YURLIANA DAKHI,S.Pd
(Guru Pengetahuan Sosial)
c) Siswa kelas VII B yang diberikan pembelajaran dengan model
Card Sort berbasis CTL sebagai kelas model
d) Siswa kelas VIIA yang diberikan pembelajaran dengan
model konvensional berbasis CTL sebagai pembandingan

23
B. Waktu Kegiatan
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan selama 5 bulan
yakni dari bulan Agustus 2020 sampai dengan Desember 2020.
Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:

C. Subjek Penelitian

Populasi penelitian dalam PTK ini adalah di SMPN 3 Dharma caraka


kelas VII B pada tahun pelajaran 2020/2021 semester 1 yakni dengan jumlah
populasi sekaligus sampel sebanyak 32 orang.

24
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini berjudul “Kontribusi Penerapan Model Pembelajaran
“Card Sort” Berbasis Pendekatan CTL Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pkn Pada Siswa Kelas VII SMPN
3 Dharma caraka (Penelitian Tindakan Kelas dalam Bahan Ajar “Hak Asasi
Manusia” di kelas VII B SMPN 3 Dharma caraka)”
Sesuai dengan judul di atas, maka yang menjadi variabel penelitian ini
adalah:
1. Variabel bebas (X) atau variabel yang mempengaruhi dalam
peneliian ini adalah adalah “ Pembelajaran “Card Sort” Berbasis
Pendekatan CTL”
2. Variabel terikat (Y) atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian
ini adalah “Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Penerapan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan
(PAKEM”.
Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

PEMBELAJARAN
“CARD SORT” Peningkatan Hasil
BERBASIS Belajar Siswa
PENDEKATAN CTL

VARIABEL X VARIABEL Y

Gb 1. Hubungan antar variabel X dan

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui
obeservasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan
hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti.
Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana dan

25
kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti.
Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Observasi dan catatan data lapangan
Observasi dalam kegiatan PTK merupakan kegiatan pengamatan
terhadap aktivitas yang dilakukan guru (peneliti) selama melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat
yang dalam hal ini adalah mitra peneliti (Aat Jumiat, S.Ag).
Bentuk kegiatan observasi yang dilakukan dalam PTK ini menggunakan
model observasi terbuka. Adapaun yang dimaksud observasi terbuka adalah
apabila pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan
mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas.
Hasil pengamatan dari mitra peneliti selanjutnya dijadikan catatan data
lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prof Dr. Rochiati Wiriaatmaja
(2005:125) yang menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting
dalam penelitian ini (PTK) adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat
oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi”.
b. Wawancara
Wawancara menurut Denzin dalam Rochiati Wiriaatmaja
(2005:117) adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan
informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.
Dalam PTK ini kegiatan wawancara dilakukan oleh peneliti dan
dibantu mitra peneliti kepada beberapa orang siswa (sebagai sampel)
yang terlibat dalam kegiatan PTK ini.
c. Hasil tes
Hasil tes yang dimaksud adalah hasil berupa nilai yang
diperoleh melalui ujian post tes. Hasil ini dapat dijadikan bahan
perbandingan antara hasil post tes terdahulu dengan hasil post tes
sebelumnya.
d. Catatan hasil refleksi

26
Adapaun yang dimaksud catatan hasil refleksi adalah catatan
yang yang diperoleh dari hasil refleksi yang dilakukan dengan
melalui kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Hasil
refleksi ini selain dijadikan bahan dalam penyusunan rencana
tindakan selanjutnuya juga dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan kegiatan penelitian ini.

F. Teknik Pembahasan
Analisis atau pembahasan data dalam PTK ini dilakukan sejak awal,
artinya analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus.
Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dalam Rochiati
Wiriaatmaja (2005:139) bahwa “…. the ideal model for data collection
and analysis is one that interweaves them form the beginning”. Ini berarti
model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara
bergantian berlangsung sejak awal.
Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat
Rochiati Wiriaatmaja, (2005:135-151) dengan melakukan catatan refleksi,
yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil
proses membandingkan, mengkaitkan atau menghubungkan data yang
ditampilkan dengan data sebelumnya atau dengan teori-teori yang relevan.

G. Rancangan Tindakan
Dalam PTK ini, rancangan tindakan yang akan dilakukan adalah
menerapkan model pembelajaran Card Sort dalam materi Hak Asasi
Manusia di kelas VII. Secara rinci tindakan yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut
1. Menyusun RPP dengan mengedepankan model pembelajaran Card
Sort;
2. Menerapkan atau mengiplementasi RPP yang telah dibuat
3. Menganalisis hasil presentasi dengan cara mengadakan refleksi
(diskusi antara peneliti/kepsek dengan guru yang diamati) tentang

27
kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran dengan
menggunkan model Card Sort yang telah dilaksanakan dan mencoba
membuat formula untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model pembelajaran Card Sort merupakan salah satu model


pembalajaran yang dikembangkan oleh Mel Siberman (2002) dalam buku
Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran. Berpijak dari buku tersebut
yang mengembangkan model ini secara sederhana, penulis
mengembangkan model ini dalam beberapa variasi pembelajaran.
Berdasarkan hasil kajian penulis, model pembelajaran ini dapat
diterapkan dengan menggunakan metode:
1. Penugasan;
2. Diskusi;
3. Kuis dan
4. Simulasi/Permainan.
Adapun bahan dan sumber pelajaran yang dibutuhkan untuk
melaksanakan model pembelajaran ini adalah:
1. Buku Sumber; LKS dan Sejenisnya
2. Kertas Karton untuk membuat Kartu Pertanyaan dan Kartu Jawaban
3. Penggaris, Guntingan/Karter
4. Kertas Karton atau Triplek untuk Papan Beberan
Berikut penulis uraikan tindakan atau action yang penulis lakukan
dalam kaitan dengan penerapan model pembelajaran Card Sort dalam proses
belajar mengajar yang digunakan penulis dalam kegiatan pembelajaran di
kelas VIIC.

A. Siklus 1
1. Perencanaan
Pada Kelas VII B yang menggunakan model Card Sort rencana
tindakan berupa:
a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi, media
dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran dengan

29
menerapkan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan
CTL dengan metod penugasan. RPP ini berkaitan denga nbahan
ajar ”Hak Asasi Manusia” dan ”Kemerdekaan Mengemukakan
Pendapat” pada siswa kelas VII SMP.
b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar
siswa dalam mengikuti pelajaran.
c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.
Sedangkan pada kelas VII A yang menggunakan model konvensional
rencana tindakan berupa:
a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi, media
dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran dengan
model konvensional namun tetap berorientasi pada pendekatan CTL.
b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar
siswa dalam mengikuti pelajaran.
c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus Ke-1 menerapkan model pembelajaran Card Sort dengan
menggunaan metode penugasan dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagi berikut:
a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (atau menggunakan
kelompok yang telah ada)
b. Setiap kelompok diberikan tugas untuk membuat kartu soal dan kartu
jawaban (bila mengalami kesulitan kartu soal dibuat oleh guru, siswa
hanya membuat kartu jawaban
c. Setiap kelompok diberi tugas membuat papan beberan (untuk
memudahkan berikan contoh papan beberan kepada siswa)
d. Hasil pekerjaan dikumpulkan untuk dipergunakan pada kegiatan
pembelajaran berikutnya
3. Pengamatan
Pada tahap ini, mitra peneliti melakukan pemantauan kegiatan proses
belajar mengajar yang ditampilkan oleh guru (peneliti). Monitoring ini

30
dibantu dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang telah
disiapkan. Aktivitas yang diamati bukan hanya aktivitas guru, tetapi juga
aktivitas siswa.
1. Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati :
a) Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.
b) Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.
c) Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan
guru dalam pembelajaran di kelas.
d) Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam
pembelajaran di kelas.
e) Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :
a) Keseriusan siswa mengikuti kegaitan belajar mengajar
b) Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru
dan/ataumengajukan pertanyaan.
c) Keterlibatan atau keaktifan sisw4. a dalam diskusi atau kerja
kelompok (KEJARKOP).
4. Refleksi
Ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah
RPP yang dibuat terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah
pembelajarannya sudah mengedepankan model Card Sort dengan
menggunakan metode penugasan? 2) Apakah proses pelaksanaan
pembelajarannya juga sudah menerapkan model Card Sort dengan
menggunakan metode penugasan serta bagaimana hasilnya?.

B. Siklus 2
1. Perencanaan
Seperti halnya pada siklus 1, perencanaan yang dilakukan pada siklus
ini adalah membuat:
a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi,

31
media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Card Sort berbasis
pendekatan CTL dengan metode diskusi. RPP ini berkaitan
denga nbahan ajar ”Hak Asasi Manusia” dan ”Kemerdekaan
Mengemukakan Pendapat” pada siswa kelas VII SMP.
b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar
siswa dalam mengikuti pelajaran.
c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.\
Sedangkan pada kelas VIIA yang menggunakan model konvensional
rencana tindakan berupa:
a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi,
media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran
dengan model konvensional namun tetap berorientasi pada
pendekatan CTL.
b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar
siswa dalam mengikuti pelajaran.
c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.
2. Pelaksanaan Tindakan\
Pelaksanan Tindakan pada siklus Ke-2 ini menerapkan langkah-
langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (atau menggunakan
kelompok yang telah ada)
b. Setiap kelompok diberikan kartu soal,kartu jawaban dan lembaran
beberan (Lembaran beberan bisa sekaligus sebagai kartu soal).
Apabila menggunakan kartu soal, kartu jawaban dan beberan yang
telah dibuat oleh siswa, maka pembagiannya secara acak misalnya
hasil kerja siswa kelompok A diberikan pada kelompok B atau
lainnya. Jangan lupa kartu jawabannya pun telah diacak.
c. Setiap kelompok diberikan tugas untuk memilih kartu jawaban dan
menempatkannya sesuai dengan kartu soal atau lembaran beberan.
d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

32
e. Kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi,
memberikan pertanyaan atau saran.
3. Pengamatan
Sebagaimana halnya pada siklus 1, kegiatan pengamatan
dilakukan mitra peneliti dengan mengadakan pemantauan kegiatan
proses belajar mengajar yang ditampilkan oleh guru (peneliti).
Monitoring ini dibantu dengan instrumen penelitian berupa
lembar observasi yang telah disiapkan. Aktivitas yang diamati bukan
hanya aktivitas guru, tetapi juga aktivitas siswa.

4. Refleksi
Fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibuat
terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya
sudah mengedepankan model Card Sort dengan menggunakan metode
diskusi? 2) Apakah proses pelaksanaan pembelajarannya juga sudah
menerapkan model Card Sort dengan menggunakan metode diskusi
serta bagaimana hasilnya?.

C. Siklus 3
1. Perencanaan
Seperti halnya pada siklus 2, perencanaan yang dilakukan pada siklus
3 ini adalah membuat:
a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi,
media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Card Sort berbasis
pendekatan CTL dengan metode kuis. RPP ini berkaitan
denga nbahan ajar ”Hak Asasi Manusia” dan ”Kemerdekaan
Mengemukakan Pendapat” pada siswa kelas VII SMP.
b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil
belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.

33
c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.
Sedangkan pada kelas VIIA yang menggunakan model
konvensional rencana tindakan berupa:
a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi,
media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran
dengan model konvensional namun tetap berorientasi pada
pendekatan CTL.
b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil
belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.
c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanan Tindakan pada siklus Ke-2 ini menerapkan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a) Bagi siswa dalam beberapa kelompok atau guna kelompok yang
telah ada
b) Panjangkan lembaran beberan (yang berisi kartu soal) pada tempat
tertentu. (Misalnya pada papan tulis)
c) Simpan kartu jawaban yang telah diacak pada tempat tertentu pula.
d) Minta perwakilan kelompok bergiliran (satu-satu orang) untuk
tampil, caranya dengan mengambil kartu jawaban yang cocok
dengan pertanyaan yang diberikan guru (petugas) dan
menempatkannya pada papan beberan. Siswa yang paling cepat dan
benar (kartu jawabannya cocok dengan pertanyaan), dialah atau
kelompok tsb yang mendapat nilai.
e) Siswa yang belum tampil bertugas memberikan dukungan (sporter)

3. Pengamatan
Pada tahap ini, mitra peneliti melakukan aktivitas guru dan
aktivitas siswa. Kegiatan ini dibantu dengan instrumen penelitian berupa
lembar observasi yang telah disiapkan.

34
4. Refleksi
Fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibuat
terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya
sudah mengedepankan model Card Sort dengan menggunakan metode
kuis? 2) Apakah proses pelaksanaan pembelajarannya juga sudah
menerapkan model Card Sort dengan menggunakan metode kuis serta
bagaimana hasilnya?.

D. Siklus 4
1. Perencanaan
Seperti halnya pada siklus 3, perencanaan yang dilakukan
pada siklus 4 ini adalah membuat:
a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat
materi, media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Card Sort berbasis pendekatan CTL dengan metode simulasi
atau permainan. RPP ini berkaitan denga nbahan ajar ”Hak
Asasi Manusia” dan ”Kemerdekaan Mengemukakan
Pendapat” pada siswa kelas VII SMP.
b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil
belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.
c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.
Sedangkan pada kelas VIIA yang menggunakan model
konvensional rencana tindakan dilakukan sama seperti pada
siklus-siklus sebelumnya.

2. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus ini adalah sebagai
berikut:
a) Bagi siswa dalam beberapa kelompok atau gunakan kelompok
yang telah ada

35
b) Setiap kelompok diberikan lembaran beberan yang di
dalamnya terdapat kartu soal, dan berikan pula kartu jawaban
yang telah di acak.
c) Panjangan kartu beberan pada meja masing-masing kelompok.
d) Minta beberapa siswa secara bergiliran (misalnya 4 orang)
atau dapat juga seluruh siswa untuk bermain dengan cara:
1) Kocok kartu jawaban yang dimiliki tiap-tiap kelompok.
2) Bagikan kepada siswa yang mau bermain sampai habis.
3) Lemparkan atau tempatkan kartu jawaban pada kartu soal
yang ada pada lembaran beberan secara bergiliran searah
jarum jam di awali dari soal yang diberi nomor 1
4) Bagi siswa yang mendapat giliran mencari kartu jawaban
untuk soal tertentu namun tidak memilikinya, ia menyatakan
tidak ada dan mengatakan ”lanjut”.
5) Apabila salah satu siswa telah menghabiskan kartu jawaban
yang ada ditangannya, siswa tersebut dinyatakan menang dan
siswa yang kartu jawabannya di tangannya masih paling
banyak dikenai hukuman mengocok kartu kembali (atau
hukuman tambahan misalnya bernyanyi).
6) Demikian seterusnya (Catatan: kecocokan jawaban yang
dilemparkan siswa pada lembaran beberan akan dinilai oleh
seluruh siswa pada kelompok yang bersangkutan, apabila
tidak cocok harus diambil kembali dan menyatakan lewat.
Guru dapat membantu apabila terjadi perselisihan pendapat)

3. Pengamatan
Pada tahap ini, mitra peneliti mengadakan pengamatan
berkaitan dengan aktivitas guru (peneliti) dan siswa. Kegiatan
pengamatan ini dibantu dengan instrumen obeservasi yang telah
dibuat dalam tahap perencanaan.

36
4. Refleksi
Ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni
1) Apakah RPP yang dibuat terutama dilihat dari skenario atau
langkah-langkah pembelajarannya sudah mengedepankan model
Card Sort dengan menggunakan metode penugasan? 2) Apakah
proses pelaksanaan pembelajarannya juga sudah menerapkan model
Card Sort dengan menggunakan metode penugasan serta bagaimana
hasilnya?.

37
BAB IV
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil refleksi dengan mitra guru (observer) dan
berdasarkan hasil analisis ujian blok diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses belajar dengan model pembelajaran Card Sort berbasis
pendekatan CTL memiliki kontribusi yang positif bagi peningkatan
hasil belajar siswa.
2. Beberapa keunggulan model pembelajaran Card Sort yang didapat
melalui kegitan implementasi inovasi pembelajaran PKn ini, antara
lain: a) Model ini cocok digunakan untuk usia siswa SMP; b) mudah
dan murah; c) mengutamakan kerjasama; d) menyenangkan dan tidak
membosankan; e) saling menunjang; f) siswa aktif

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model Card Sort dan dengan
pendekatan CTL dalam pembelajaran PKn perlu terus ditingkatkan
mengingat cukup signifikan dampak postitif penerapannya terhadap
peningkatan motivasi belajar siswa;
2. Guru PKn harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai model
pembelajaran; sehingga mempunyai banyak pilihan untuk
diterapkan sesuai dengan materi dan/atau kompetensi dasar,
karakteristik siswa serta ketersediaan sarana dan prasarana.

38
DAFTAR PUSTAKA

Danial, Endang AR., Dr. H. M.Pd. (2003) Penelitian Tindakan Kelas.


Direktorat PLP, Dirjendikdasmen, Depdiknas. Jakarta

Depdiknas. (2003) Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and


Learning) . Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral
Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta

Gerungan, W.A. Dr. Dipl. Psych. (1991) Psikologi Sosial, Eresco.


Bandung

Silberman, Melvin L (2002). Active Learning, 101 Strategi


Pembelajaran. Yappendis.
Yogyakarta

Bobbi DePorte & Mike Hernacki. (2000) Quantum Learning


Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa. Bandung

39
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MAPEL


PKNSMPN 1 CADASARI TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Telukdalam, 10 desember 2020


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Matapelajaran

Satiamin Veronika Zalogo Erdin Marthin fau


Nip. Nip. -

40
Lampiran 3
DAFTAR NILAI UJIAN BLOK
KELAS VII B (KELAS NON MODEL / NON PTK (PEMBANDING)

Mata pelajaran : PKn SKBM =65


Semester :2
Kelas : VIIB
Materi Pelajaran : HAK ASASI MANUSIA

No Nama Siswa Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Keterangan


1 Ahmad Sapei 70 75 70 70
2 Anah Mulyanah 70 70 75 85
3 Asih Kurniasih 80 80 80 80
4 Ayu Lestari 70 75 70 72
5 Beni Wijaya 50 60 50 65
6 Boim 65 65 70 70
7 Cahyadi 60 60 70 75
8 Desi Sulistiawati 80 75 80 85
9 Dewi Robianti 80 80 80 85
10 Emeliah 70 70 70 70
11 Evi Susanti 80 80 80 85
12 Farida 70 80 85 70
13 Hasanudin 65 60 65 72,5
14 Iis Istiroliah 80 80 80 80
15 Ika Nurmalita 70 80 70 70
16 Ilas Sulastri 80 80 80 80
17 Isnaeni Azizah 85 90 85 85
18 Isnatul Fitria 80 70 80 85
19 Linda Fadilah 70 70 70 75
20 M. Hasan Basri 65 60 65 65
21 M. Irfan 70 70 70 75
22 M. Simin 50 60 50 50
23 M. Topik 60 60 60 60
24 M. Yusuf 60 65 60 60
25 Mahmudin 65 65 65 65
26 Mu’min 50 50 50,65 50
27 Mulyadi 65 70 66 65
28 Nuriah 70 75 70 70
29 Rosita 70 70 70 75
30 Saepul 70 70 70 75
31 Sapuri 50 50 50 50
32 Sopian 70 70 75 75
33 Sriwati 70 75 80 85
34 Suhaepi 70 75 80 85
35 Sulaiman 65 65 65 70
36 Topik Hidayat 70 70 75 80
37 Udin Hasanudin 65 65 65 70
38 Umi Kulsum 75 75 75 80

41
39 Yulianah 65 65 65 70
Jumlah 2670 2725 2736,65 2834,5
Rata-rata 68,46 69,87 70,17 72,68

Telukdalam,ember
10 2020
Mengetahui
Kepala sekolah Guru Matapelajaran

Satiamin V. Zalogo, S.Pd Erdin Marthin fau, S.Pd


Nip . Nip. -

42
Lampiran 4
DAFTAR NILAI UJIAN BLOK
KELAS VII A (KELAS NON MODEL / NON PTk (PEMBANDING)

Mata pelajaran : PKn


Semester :2
Kelas : VII A
Materi Pelajaran : Hak Asasi Manusia SKBM= 65
No Nama Siswa Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Keterangam
1 Aan Supriatna 65 70 70 70
2 Aang Kunaepi 70 70 80 70
3 Ade Supriadi 65 65 70 66
4 Ahmad Baikuni 65 65 70 70
5 Ahmad Fauzi 70 80 70 70,5
6 Ahmad Humaedi 65 75 65 65
7 Asep Maulana 70 70 70 75
8 Asep Sopyan 70 70 70 78
9 Asmawiyah 75 75 75 75
10 Ayudi 50 55 55 55
11 Bahrudin 65 65 70 75
12 Dede 65 60 70 75
13 Deni Aprianto
14 Eha Julaeha 65 65 65 70
15 Ela Kurniasih 75 75 82,5 75
16 Emilia 70 75 70 70
17 Eva Haerunisa 75 75 75 80
18 Fitriyani 65 75 70 70
19 Imron 70 70 70 70
20 Ipah Masripah 80 80 80 80
21 Irpan 65 65 65 70
22 Jana 60 60 60 60
23 Man’us 60 65 65 60
24 Marlina 65 65 65 65
25 Martini 65 65 65 65
26 Muhdi 70 70 70 75
27 Musidah 65 65 70 70
28 Muspiroh 85 85 85 85
29 Muthoharoh 65 65 65 65
30 Norma Yunita 70 75 70 70
31 Nurzaman 65 65 65 70
32 Rini Indriani 65 65 70 70
33 Riski Anggraeni 75 75 70 75
34 Risti Nuralipa R. 75 75 80 80
35 Sahri Aminudin 50 50 55 55
36 Siti Khotimah 65 65 70 70
37 Sriwana 70 75 75 70
38 Suhendra 65 60 65 65
39 Sujana 60 65 65 70
40 Sulyani 65 60 60 65

43
41 Supianti 85 80 85 85
42 Taufik Ismail 65 65 70 75
43 Umasih 80 80 80 84

Telukdalam, 10 desember 2020


Mengetahui
Kepala sekolah Guru Matapelajaran

Satiamin V. Zalogo, S.Pd Erdin Marthin fau, S.Pd


Nip . Nip. -

44
Lampiran 5
CONTOH RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS CTL -1 MENGGUNAKAN
MODEL CARD SORT (DIGUNAKAN PADA KELAS MODEL)

Satuan Pendidikan : SMP


Mata Pelajaran : PKn
Kelas/Semester : VII/2
Waktu : 2 X 45 menit

A. Kompetensi Dasar
Kemampuan Mendeskripsikan Instrumen HAM Nasional
B. Materi Pokok
Instrumen HAM Nasional
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian HAM
2. Menuliskan 6 macam/jenis HAM
3. Memberi masih-masing 2 contoh dari tiap-tiap macam/jenis HAM
4. Menyebutkan Instrumen HAM Nasional
5. Mengungkapkan lembaga-lembaga perlindungan HAM
6. Memberikan contoh tugas lembaga perlindungan HAM
7. Menjelaskan lingkup peradilan HAM
8. Membedakan bentuk kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan
D. Skenario Pembelajaran :
1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (atau menggunakan kelompok
yang telah ada)
2) Setiap kelompok diberikan tugas untuk membuat kartu soal dan kartu
jawaban (bila mengalami kesulitan kartu soal dibuat oleh guru, siswa hanya
membuat kartu jawaban
3) Setiap kelompok diberi tugas membuat papan beberan (untuk memudahkan
berikan contoh papan beberan kepada siswa)
4) Hasil pekerjaan dikumpulkan untuk dipergunakan pada kegiatan
pembelajaran berikutnya
E. Media/Sumber Pembelajaran
1) Buku Sumber; LKS dan Sejenisnya
2) Kertas Karton untuk membuat Kartu Pertanyaan dan Kartu Jawaban
3) Penggaris, Guntingan/Karter
4) Kertas Karton atau Triplek untuk Papan Beberan
F. Penilaian : Penilaian pada kegiatan ini didasarkan pada :
Catatan :
Pada penerapan model Card Sort dengan menggunakan metode penugasan ini
aspek CTL yang tampak paling dominan adalah learning community, authentic
assesment. Dan penilaian yang paling dominan adalah penilaian produk

45

Anda mungkin juga menyukai